Anda di halaman 1dari 4

ISU, ETIKA, LEGAL, DAN REGULASI TELEMEDICINE

Telemedicine adalah bidang yang berkembang pesat yang memungkinkan penyedia


layanan kesehatan untuk memberikan layanan medis dan informasi menggunakan teknologi
komunikasi. Telemedicine memiliki potensi untuk meningkatkan akses kesehatan, mengurangi
biaya kesehatan, dan meningkatkan kepuasan pasien. Namun, dengan meningkatnya penggunaan
telemedicine, terdapat beberapa masalah etika, hukum, dan sosial yang perlu ditangani untuk
memastikan keselamatan dan privasi pasien terlindungi. Masalah etika termasuk penggunaan
telemedicine untuk perawatan akhir hayat dan dampaknya pada hubungan dokter-pasien.
Masalah hukum meliputi lisensi dan tanggung jawab, sementara masalah sosial mencakup
potensi telemedicine untuk memperparah kesenjangan kesehatan. Peraturan, seperti HIPAA
(Health Insurance Portability and Accountability Act), memainkan peran penting dalam
memastikan bahwa layanan telemedicine disediakan dalam lingkup lisensi yang ada dan bahwa
kerahasiaan dan privasi pasien dilindungi. Resume ini akan mengeksplorasi masalah etika,
hukum, sosial, dan regulasi telemedicine dan dampaknya terhadap pemberian layanan kesehatan.

Penerapan pedoman etika, legal, isu, dan regulasi sangat penting untuk memastikan
bahwa layanan telemedis disediakan dengan cara yang aman, efektif, dan adil. Berikut
merupakan beberapa implementasi isu, etika, legal, dan regulasi terkait telemedis:
1. Masalah Etika
Penerapan pedoman etik sangat penting untuk memastikan bahwa layanan
telemedicine disediakan dengan cara yang menjunjung tinggi nilai-nilai profesi medis.
Penyedia telemedicine harus mematuhi standar etika mengenai informed consent,
otonomi pasien, dan kerahasiaan. Mereka juga harus memastikan bahwa penggunaan
telemedicine tidak membahayakan hubungan dokter-pasien. Masalah etika juga muncul
dalam perawatan dan penggunaan telemedicine dalam situasi darurat.
2. Masalah Legal
Pelaksanaan pedoman hukum pada layanan telemedis memerlukan kepatuhan
terhadap undang-undang negara, persyaratan lisensi, dan masalah tanggung jawab.
Penyedia telemedicine harus memastikan bahwa mereka memiliki lisensi yang sesuai
untuk menyediakan layanan telemedis. Mereka juga harus mematuhi standar perawatan
dan memelihara dokumentasi untuk memastikan kepatuhan terhadap undang-undang
malpraktek. Masalah hukum juga muncul dalam penggunaan telemedis untuk
meresepkan obat, yang harus dilakukan dalam lingkup lisensi yang ada.
3. Isu Sosial
Implementasi telemedicine berpotensi memperparah disparitas kesehatan dengan
membatasi akses ke pelayanan kesehatan bagi populasi rentan. Penyedia telemedicine
harus memastikan bahwa layanan mereka dapat diakses oleh semua pasien, terlepas dari
lokasi atau status sosial ekonomi mereka. Penyedia juga harus mengatasi masalah yang
terkait dengan kesenjangan digital dan memastikan bahwa pasien memiliki akses ke
teknologi yang diperlukan untuk menerima layanan pengobatan jarak jauh.
4. Regulasi
Peraturan, seperti HIPAA, memainkan peran penting dalam memastikan bahwa
layanan telemedicine disediakan dalam lingkup lisensi yang ada serta menjamin bahwa
kerahasiaan dan privasi pasien dilindungi. Penyedia telemedicine harus mematuhi
peraturan HIPAA tentang privasi dan keamanan data pasien. Penyedia juga harus
memastikan bahwa platform teknologi mereka aman dan data pasien ditransmisikan
menggunakan teknologi enkripsi.

Jika sistem telemedis tidak diimplementasikan secara tepat dan sesuai peraturan yang
ada. Masalah-masalah terkait privasi dan keamanan data pasien dapat timbul, yang berpotensi
membahayakan integritas pasien serta kepercayaan publik pada pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu, terdapat juga risiko kesalahan diagnosis atau pengobatan (malpraktik)
yang dapat terjadi jika interaksi dokter dengan pasien melalui teknologi tidak memadai. Oleh
karena itu, implementasi sistem telemedis harus memperhatikan aspek-aspek regulasi, etika,
serta keamanan data untuk memastikan bahwa layanan kesehatan yang disediakan tetap aman
dan berkualitas tinggi bagi pasien.
Salah satu contoh kasus malpraktik telemedicine melibatkan seorang wanita di
Pennsylvania yang menerima konsultasi telemedicine untuk gejala pilek dan flu. Penyedia
pengobatan jarak jauh meresepkan antibiotik tanpa melakukan pemeriksaan fisik atau memesan
tes laboratorium apa pun. Ketika kondisi wanita itu memburuk, wanita itu mencari perawatan di
unit gawat darurat dan didiagnosis dengan sepsis, yang menyebabkan kedua kakinya diamputasi
di bawah lutut. Wanita itu mengajukan gugatan terhadap penyedia telemedicine dan perusahaan
induknya, menuduh malpraktik dan kelalaian medis. Gugatan tersebut menimbulkan pertanyaan
tentang standar perawatan untuk layanan telemedicine dan tanggung jawab penyedia
telemedicine. Kasus tersebut akhirnya diselesaikan di luar pengadilan, dan ketentuan
penyelesaiannya tidak diungkapkan.
Kasus ini menyoroti pentingnya memastikan bahwa penyedia telemedicine mematuhi
standar perawatan yang sama dengan penyedia layanan kesehatan tradisional. Penyedia
telemedicine harus melakukan penilaian menyeluruh dan memesan tes dan perawatan yang
sesuai untuk memastikan diagnosis yang akurat dan perawatan yang tepat. Penyedia juga harus
memiliki sistem untuk memastikan bahwa pasien menerima perawatan dan pemantauan lanjutan,
terutama dalam kasus di mana pasien berisiko tinggi mengalami komplikasi.
Penyedia telemedis juga harus memastikan bahwa mereka memiliki perlindungan
asuransi malpraktek yang memadai untuk melindungi diri mereka sendiri dan pasien mereka jika
terjadi gugatan malpraktik. Polis asuransi malpraktek telemedis mungkin berbeda dari polis
malpraktek tradisional, dan penyedia harus meninjau pertanggungan mereka dengan hati-hati
untuk memastikan bahwa mereka dilindungi secara memadai.
Kesimpulannya, telemedicine memiliki potensi untuk merevolusi pelayanan kesehatan
dengan meningkatkan akses, mengurangi biaya, dan meningkatkan kepuasan pasien. Namun,
meningkatnya penggunaan telemedicine telah menimbulkan masalah etika, legal, isu sosial, dan
regulasi yang perlu ditangani untuk memastikan keselamatan dan privasi pasien. Pedoman etika
diperlukan untuk menjaga nilai-nilai profesi medis dan melindungi hubungan dokter-pasien.
Pedoman legal memastikan kepatuhan terhadap undang-undang negara, persyaratan lisensi, dan
masalah tanggung jawab. Masalah isu sosial terkait kesenjangan digital dan kesenjangan
kesehatan harus diatasi untuk memastikan akses yang merata ke layanan telemedicine. Peraturan,
seperti HIPAA, sangat penting untuk melindungi kerahasiaan dan privasi pasien. Kasus
malpraktek telemedicine menyoroti perlunya penyedia telemedicine untuk mematuhi standar
perawatan yang sama dengan penyedia layanan kesehatan tradisional dan memastikan
perlindungan asuransi malpraktek yang memadai. Penerapan pedoman etika, legal, isu sosial,
dan regulasi sangat penting untuk memastikan pengiriman layanan telemedicine yang aman,
efektif, dan adil.
Referensi
[1] Asosiasi Telemedicine Amerika. (2018). Standar Inti untuk Operasi
Telemedicine.https://thesource.americantelemed.org/resources/core-standards-for-telemedicine-o
perations-2nd-edition
[2] Jiang, Y., Mackert, M., Mabry-Flynn, A., Champlin, S., & Donovan, E.E. (2020). Meninjau
kembali masalah etika, hukum, dan sosial teknologi informasi kesehatan dan evaluasi:
telehealth/telemedicine dan COVID-19. Jurnal Internasional Informatika Medis, 143,
104239.https://doi.org/10.1016/j.ijmedinf.2020.104239

Anda mungkin juga menyukai