Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENDEKATKAN PELAYANAN KESEHATAN: PEMANFAATAN


TEKNOLOGI ICT 5.0 DALAM FARMASI KLINIS DAN TELEMEDISIN

NAMA : Elinda Belladina

NIM : 230106038

KELAS : FA23 D

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2024
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..................................................................................................................3

1. Latar Belakang...........................................................................................................3

2. Rumusan Masalah......................................................................................................4

3. Tujuan Penelitian.......................................................................................................4

4. Manfaat Makalah.......................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................................6

KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................................6

1. Pengantar Teknologi ICT..........................................................................................6

2. Penerapan ICT 5.0 dalam Farmasi Klinis................................................................7

3. Telemedisin dan Pelayanan Kesehatan Jarak Jauh................................................8

4. Kolaborasi Antar Profesional Kesehatan.................................................................9

BAB III.................................................................................................................................11

PEMBAHASAN...................................................................................................................11

1. Fenomena..................................................................................................................11

2. Implikasinya Terhadap Dunia Farmasi.................................................................12

BAB IV..................................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................14

1. Kesimpulan...............................................................................................................14

2. Saran.........................................................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi perkembangan yang pesat dalam
bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT), yang telah mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk sektor kesehatan. (Fachrurazi,
2023)Farmasi klinis dan telemedisin adalah dua bidang penting dalam sistem
kesehatan yang semakin mengadopsi teknologi ICT 5.0 untuk meningkatkan
pelayanan kepada pasien. Farmasi berkaitan dengan penggunaan obat-obatan
secara individu, yang melibatkan pemantauan, evaluasi, dan optimalisasi
penggunaan obat. Di sisi lain, telemedisin memungkinkan penyedia layanan
kesehatan untuk memberikan pelayanan jarak jauh melalui teknologi
komunikasi, seperti telekonferensi, video call, dan perangkat monitoring jarak
jauh. (Djati, 2023)
Latar belakang ini sangat relevan dengan perubahan demografis dan tren
kesehatan global saat ini. Populasi yang menua, peningkatan jumlah pasien
kronis, dan tantangan aksesibilitas pelayanan kesehatan di daerah terpencil
menuntut solusi yang inovatif dan terjangkau. Dalam konteks ini,
pemanfaatan teknologi ICT 5.0 dalam farmasi klinis dan telemedisin menjadi
semakin penting. Salah satu aspek utama dari pemanfaatan ICT 5.0 dalam
farmasi klinis adalah penggunaan sistem informasi kesehatan elektronik
(EHR) atau rekam medis elektronik (EMR). Dengan EHR, informasi pasien,
termasuk riwayat kesehatan, alergi obat, dan resep, dapat diakses dengan
cepat dan aman oleh para profesional kesehatan yang berwenang, baik di
dalam maupun di luar setting klinis tradisional. Hal ini memungkinkan
kolaborasi yang lebih baik antara dokter, apoteker, dan pasien untuk
mengoptimalkan penggunaan obat dan meningkatkan keselamatan pasien.
Di sisi lain, telemedisin menghadirkan potensi untuk memperluas jangkauan
layanan kesehatan, terutama bagi individu yang tinggal di daerah terpencil
atau tidak memiliki akses mudah ke fasilitas kesehatan. Melalui telemedisin,
pasien dapat berkonsultasi dengan dokter atau apoteker, mendapatkan
diagnosa, dan bahkan menerima resep obat tanpa perlu mengunjungi klinik
atau rumah sakit secara fisik. Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji lebih lanjut bagaimana pemanfaatan teknologi ICT 5.0 dalam
farmasi klinis dan telemedisin dapat mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada individu, meningkatkan kualitas perawatan, dan mengatasi tantangan
aksesibilitas.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknologi ICT 5.0 dapat diterapkan dalam pengelolaan


informasi pasien di bidang farmasi klinis?
2. Apa dampak pemanfaatan telemedisin yang didukung oleh ICT 5.0
terhadap aksesibilitas layanan kesehatan di daerah terpencil?
3. Bagaimana sistem informasi kesehatan elektronik (EHR) berperan dalam
meningkatkan kolaborasi antara dokter, apoteker, dan pasien untuk
optimalisasi penggunaan obat?
4. Sejauh mana telemedisin dan farmasi klinis berbasis ICT 5.0 dapat
memperbaiki efisiensi dan kualitas layanan kesehatan secara keseluruhan?
3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis implementasi teknologi ICT 5.0 dalam farmasi klinis dan


telemedisin untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan kesehatan.
2. Mengevaluasi dampak pemanfaatan sistem informasi kesehatan elektronik
(EHR) dalam kolaborasi antara dokter, apoteker, dan pasien untuk
optimalisasi penggunaan obat.
3. Mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam penerapan telemedisin
yang didukung oleh ICT 5.0 untuk meningkatkan aksesibilitas layanan
kesehatan di daerah terpencil.
4. Merumuskan rekomendasi kebijakan dan praktik terbaik untuk
memperbaiki sistem kesehatan melalui pemanfaatan teknologi ICT 5.0
dalam farmasi klinis dan telemedisin.

4. Manfaat Makalah
1. Menyediakan wawasan mendalam tentang pemanfaatan teknologi ICT 5.0
dalam bidang farmasi klinis dan telemedisin, yang dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang evolusi sistem kesehatan.
2. Memberikan pandangan tentang potensi teknologi ICT 5.0 dalam
meningkatkan efisiensi operasional, kualitas perawatan, dan aksesibilitas
layanan kesehatan, yang dapat membantu dalam perumusan kebijakan
kesehatan.
3. Memperkuat kolaborasi antara praktisi kesehatan, peneliti, dan pengambil
kebijakan dengan menyediakan informasi terbaru tentang inovasi
teknologi dalam bidang farmasi dan telemedisin.
4. Memberikan panduan praktis bagi organisasi kesehatan dan profesional
untuk mengimplementasikan teknologi ICT 5.0 secara efektif dalam
praktek sehari-hari, meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan
pasien.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengantar Teknologi ICT


Dalam era di mana teknologi semakin meresap ke dalam berbagai aspek
kehidupan kita, termasuk sistem kesehatan, konsep dan evolusi teknologi
Informasi dan Komunikasi (ICT) menjadi sangat penting. Salah satu evolusi
terbaru dalam bidang ini adalah ICT 5.0, yang menandai perubahan signifikan
dalam cara kita memahami dan menerapkan teknologi.ICT 5.0 muncul
sebagai respons terhadap tuntutan masyarakat akan layanan yang lebih
personal, efisien, dan adaptif. Ini bukan sekadar tentang konektivitas digital,
melainkan juga tentang integrasi teknologi yang lebih kompleks seperti
kecerdasan buatan (AI), analisis big data, Internet of Things (IoT), dan
komputasi kuantum. Konsep ini menekankan pada pembentukan sistem yang
lebih responsif, adaptif, dan mampu memprediksi, yang merupakan langkah
maju dalam evolusi teknologi informasi.

Salah satu fitur utama ICT 5.0 adalah kecerdasan buatan yang semakin
canggih. AI memungkinkan mesin untuk memproses data secara cepat, belajar
dari pola, dan membuat keputusan tanpa intervensi manusia secara langsung.
(Manongga, 2022) Dalam konteks sistem kesehatan, hal ini dapat digunakan
untuk mendiagnosis penyakit, meramalkan tren kesehatan masyarakat, dan
bahkan merancang perawatan yang disesuaikan secara individual. Tidak
hanya itu, IoT juga menjadi komponen penting dalam ICT 5.0. IoT
memungkinkan perangkat untuk saling berkomunikasi dan berkolaborasi
dalam suatu jaringan, menghasilkan aliran data yang besar yang dapat
dianalisis untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik. Dalam
konteks kesehatan, IoT dapat digunakan untuk memantau kondisi pasien
secara real-time, mengintegrasikan data dari berbagai sumber, dan
memfasilitasi layanan kesehatan jarak jauh.

Relevansi ICT 5.0 dalam transformasi sistem kesehatan sangat besar. Di


tengah tuntutan akan pelayanan kesehatan yang lebih personal, efisien, dan
terjangkau, teknologi ini dapat membawa perubahan revolusioner. Dengan
pemanfaatan AI, IoT, analisis big data, dan teknologi lainnya, sistem
kesehatan dapat menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan pasien, lebih
efisien dalam pengelolaan informasi, dan lebih mampu memprediksi dan
mencegah penyakit. Selain itu, ICT 5.0 juga dapat memfasilitasi kolaborasi
yang lebih baik antara berbagai pemangku kepentingan dalam sistem
kesehatan. Dokter, apoteker, pasien, dan lembaga penyedia layanan kesehatan
dapat bekerja sama dengan lebih efektif, meningkatkan koordinasi perawatan,
mengurangi redundansi, dan meningkatkan keselamatan pasien secara
keseluruhan. Dengan demikian, ICT 5.0 memiliki peran yang sangat penting
dalam transformasi sistem kesehatan menuju pelayanan yang lebih inklusif,
adaptif, dan berorientasi pada pasien. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang konsep dan evolusi teknologi ini, kita dapat merancang solusi yang
inovatif dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.

2. Penerapan ICT 5.0 dalam Farmasi Klinis


Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) 5.0 dalam farmasi klinis
menandai perubahan fundamental dalam cara kita mendekati manajemen obat dan
perawatan pasien. ICT 5.0 membawa sejumlah inovasi yang memungkinkan
praktisi farmasi untuk memberikan layanan yang lebih personal, efisien, dan
terukur kepada pasien , Salah satu aspek kunci dari penerapan ICT 5.0 dalam
farmasi klinis adalah penggunaan sistem informasi kesehatan elektronik (EHR)
atau rekam medis elektronik (EMR). (Yunita, 2023) Sistem ini memungkinkan
penyimpanan data medis pasien secara elektronik, yang dapat diakses dengan
mudah oleh dokter, apoteker, dan profesional kesehatan lainnya. Dengan
demikian, informasi pasien, termasuk riwayat kesehatan, alergi obat, dan resep,
dapat diakses dan dikelola dengan lebih efisien, memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih baik dalam perawatan pasien. Selain itu, kecerdasan buatan
(AI) menjadi komponen penting dalam penerapan ICT 5.0 dalam farmasi klinis.
AI dapat digunakan untuk menganalisis data medis pasien secara cepat dan
akurat, membantu dalam diagnosa penyakit, meramalkan respons terhadap obat,
dan bahkan menyusun rencana pengobatan yang disesuaikan secara individual.
Dengan demikian, AI membantu meningkatkan presisi dalam pengobatan dan
mengurangi risiko efek samping obat.

Teknologi blockchain juga mulai diterapkan dalam farmasi klinis sebagai bagian dari
ICT 5.0. Blockchain memungkinkan pencatatan transaksi obat dengan aman dan
transparan, memastikan keaslian dan integritas produk obat dari pabrik hingga pasien.
Ini membantu mengurangi risiko obat palsu dan memastikan bahwa pasien menerima
obat dengan kualitas yang terjamin. Dalam praktik farmasi klinis, penerapan ICT 5.0
juga mengarah pada pengembangan aplikasi mobile dan platform telemedisin yang
memungkinkan pasien untuk terlibat secara aktif dalam manajemen obat mereka.
Aplikasi ini dapat memberikan pengingat untuk minum obat, memberikan informasi
tentang efek samping dan interaksi obat, serta memfasilitasi konsultasi jarak jauh
dengan apoteker atau dokter jika diperlukan. Dengan demikian, penerapan ICT 5.0
dalam farmasi klinis membawa sejumlah manfaat besar, termasuk peningkatan
efisiensi, presisi, dan keselamatan dalam penggunaan obat. Dengan menggunakan
teknologi ini dengan bijak, praktisi farmasi dapat memberikan layanan yang lebih
baik kepada pasien, meningkatkan hasil perawatan, dan mengoptimalkan penggunaan
obat secara keseluruhan.

3. Telemedisin dan Pelayanan Kesehatan Jarak Jauh


Telemedisin dan pelayanan kesehatan jarak jauh adalah dua bidang yang semakin
berkembang dalam konteks penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(ICT) 5.0. Telemedisin mengacu pada penyediaan layanan kesehatan jarak jauh
melalui teknologi komunikasi, seperti telekonferensi, video call, dan platform
online lainnya. Penerapan ICT 5.0 (Sunaryo, 2023) membawa sejumlah inovasi
yang mengubah cara kita memandang dan mengakses layanan kesehatan,
terutama di daerah yang sulit dijangkau. Salah satu aspek utama dari telemedisin
yang didukung oleh ICT 5.0 adalah meningkatnya aksesibilitas layanan kesehatan
bagi individu yang tinggal di daerah terpencil atau tidak memiliki akses mudah ke
fasilitas kesehatan. Dengan menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
pasien dapat berkonsultasi dengan dokter atau spesialis tanpa harus melakukan
perjalanan yang jauh dan mahal. Hal ini memungkinkan diagnosis dini,
pengobatan yang tepat waktu, dan pemantauan kondisi kesehatan secara rutin,
yang semuanya dapat meningkatkan hasil kesehatan secara keseluruhan.

Selain itu, telemedisin juga memfasilitasi kolaborasi antara profesional kesehatan


yang berbeda, termasuk dokter, apoteker, dan ahli kesehatan lainnya. Dengan
menggunakan platform telemedisin, para profesional dapat berbagi informasi pasien,
merencanakan perawatan bersama, dan memberikan saran medis secara kolaboratif.
Ini membantu meningkatkan koordinasi perawatan dan memastikan bahwa pasien
menerima perawatan yang terpadu dan komprehensif. Penerapan ICT 5.0 dalam
telemedisin juga mencakup penggunaan teknologi seperti Internet of Things (IoT)
untuk memantau kondisi pasien secara real-time. Alat-alat medis yang terhubung ke
jaringan dapat mengirimkan data vital pasien secara langsung ke dokter atau tim
perawatan, memungkinkan pemantauan yang lebih efektif dan responsif terhadap
perubahan kondisi kesehatan.
4. Kolaborasi Antar Profesional Kesehatan
Kolaborasi antar profesional kesehatan adalah salah satu aspek penting
dalam penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) 5.0 dalam bidang
kesehatan. Dalam era di mana teknologi semakin meresap ke dalam praktek
medis, kolaborasi yang efektif antara dokter, apoteker, perawat, dan ahli
kesehatan lainnya menjadi kunci dalam memberikan pelayanan yang terpadu dan
berkualitas kepada pasien. Salah satu manfaat utama dari kolaborasi antar
profesional kesehatan adalah meningkatkan koordinasi perawatan. (Solihin, 2023)
Dengan menggunakan platform komunikasi digital, para profesional kesehatan
dapat berbagi informasi pasien secara real-time, merencanakan perawatan
bersama, dan mengkoordinasikan langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan pasien secara keseluruhan. Hal ini membantu mengurangi
redundansi dalam perawatan, meminimalkan kesalahan, dan memastikan bahwa
pasien menerima perawatan yang terpadu dan koheren dari berbagai spesialis.

Selain itu, kolaborasi antar profesional kesehatan juga memungkinkan adopsi


pendekatan holistik dalam perawatan pasien. Dengan melibatkan berbagai ahli
kesehatan, termasuk dokter, ahli gizi, psikolog, dan terapis fisik, dalam perencanaan
perawatan, kita dapat memperhatikan berbagai aspek kesehatan dan kesejahteraan
pasien. Ini membantu memastikan bahwa perawatan tidak hanya berfokus pada
pengobatan penyakit, tetapi juga pada pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit di masa depan.Penerapan ICT 5.0 memainkan peran kunci dalam
memfasilitasi kolaborasi antar profesional kesehatan. Dengan menggunakan platform
komunikasi digital, seperti sistem informasi kesehatan elektronik (EHR) atau aplikasi
mobile khusus, para profesional kesehatan dapat berkomunikasi secara efektif,
berbagi informasi pasien, dan mengakses catatan medis dengan mudah. Ini membantu
mengatasi hambatan komunikasi dan memungkinkan kolaborasi yang lebih efisien
dan responsif terhadap kebutuhan pasien.

Namun, meskipun kolaborasi antar profesional kesehatan menawarkan sejumlah


manfaat yang signifikan, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satu
tantangan utama adalah masalah interoperabilitas sistem dan standarisasi data. Agar
kolaborasi dapat berjalan dengan lancar, penting bagi berbagai sistem informasi
kesehatan untuk dapat berkomunikasi dan berintegrasi satu sama lain. Ini
memerlukan kerja sama antara penyedia layanan kesehatan, pengembang teknologi,
dan pihak berwenang untuk mengembangkan standar yang kompatibel dan
memfasilitasi pertukaran data yang aman dan efisien.

BAB III

PEMBAHASAN
1. Fenomena
Fenomena terkait perkembangan teknologi informasi dalam bidang kesehatan,
terutama dalam konteks farmasi, dapat diamati melalui beberapa aspek yang
signifikan. Pertama, kita melihat adanya tren penggunaan sistem informasi instansi
farmasi dan sistem informasi apotek. Institusi kesehatan, termasuk apotek dan
instansi farmasi, semakin mengadopsi teknologi informasi untuk memperbaiki
pengelolaan informasi, mempercepat proses bisnis, dan meningkatkan pelayanan
kepada pasien. Kedua, terdapat peningkatan fokus pada konsep informatika farmasi.
Konsep ini mencakup penggunaan teknologi komputer, basis data, dan sistem
informasi untuk mendukung manajemen informasi farmasi, pengelolaan inventarib s
obat, dan pengawasan terhadap penggunaan obat yang lebih efisien.

Ketiga, penerapan teknologi informasi juga memungkinkan pelayanan kesehatan


jarak jauh dalam bidang farmasi. Dengan menggunakan platform telemedisin dan
sistem informasi yang terintegrasi, pasien dapat berkonsultasi dengan apoteker
atau profesional kesehatan lainnya tanpa harus mengunjungi fisik lokasi apotek.
Keempat, penggunaan teknologi informasi dalam farmasi juga menyoroti upaya
untuk meningkatkan pengawasan dan keamanan obat. Melalui sistem informasi
apotek dan basis data yang terpusat, pihak berwenang dapat memantau inventaris
obat, melacak peredaran obat, dan memastikan keaslian serta kualitas obat yang
tersedia di pasaran. Kelima, terdapat peningkatan kesadaran akan pentingnya
integrasi data dalam farmasi. Institusi kesehatan dan industri farmasi semakin
berupaya untuk mengintegrasikan data pasien, data obat, dan informasi kesehatan
lainnya dalam sistem informasi yang terpusat, sehingga memungkinkan pelayanan
yang lebih holistik dan personal bagi pasien. Fenomena-fenomena ini
menunjukkan pergeseran menuju penggunaan teknologi informasi yang lebih luas
dan terintegrasi dalam praktik farmasi. Hal ini mencerminkan upaya untuk
meningkatkan efisiensi, keamanan, dan kualitas layanan kesehatan, serta untuk
memenuhi tuntutan masyarakat akan akses yang lebih mudah dan pelayanan yang
lebih baik dalam bidang farmasi.

2. Implikasinya Terhadap Dunia Farmasi


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memiliki dampak yang signifikan
terhadap dunia farmasi, membawa perubahan dalam cara praktisi farmasi bekerja,
layanan yang diberikan kepada pasien, serta pengelolaan obat dan informasi
kesehatan secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa implikasi utama dari
teknologi informasi terhadap dunia farmasi:

1. Peningkatan Efisiensi Operasional: Penggunaan sistem informasi instansi


farmasi dan sistem informasi apotek memungkinkan pengelolaan
inventaris obat yang lebih efisien, pemantauan stok obat secara real-time,
serta penjadwalan dan manajemen resep yang lebih baik. Hal ini dapat
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk proses administratif,
memungkinkan praktisi farmasi untuk fokus pada pelayanan pasien secara
lebih langsung.
2. Optimalisasi Perawatan Pasien: Teknologi informasi memungkinkan
pencatatan dan pengelolaan informasi pasien yang lebih terstruktur dan
terintegrasi. Dengan adanya catatan medis elektronik yang terpusat,
praktisi farmasi dapat dengan mudah mengakses riwayat kesehatan pasien,
alergi obat, dan riwayat resep sebelumnya. Ini memungkinkan pemberian
saran yang lebih personal dan akurat, serta meminimalkan risiko interaksi
obat yang berbahaya.
3. Peningkatan Keamanan Obat: Sistem informasi apotek dapat digunakan
untuk melacak peredaran obat, memantau tanggal kedaluwarsa, dan
mendeteksi obat palsu. Dengan adanya sistem ini, praktisi farmasi dapat
memastikan bahwa obat yang disediakan kepada pasien adalah obat yang
asli dan berkualitas tinggi, serta meminimalkan risiko penggunaan obat
yang salah atau tidak aman.
4. Pengembangan Layanan Kesehatan Jarak Jauh: Melalui telemedisin dan
platform online lainnya, praktisi farmasi dapat memberikan konsultasi dan
layanan farmasi kepada pasien tanpa harus bertemu secara langsung. Ini
memungkinkan akses yang lebih mudah bagi individu yang tinggal di
daerah terpencil atau memiliki mobilitas yang terbatas, serta
meningkatkan keterjangkauan layanan farmasi secara keseluruhan.
5. Peningkatan Kolaborasi Antar Profesional Kesehatan: Teknologi
informasi memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antara berbagai
profesional kesehatan, termasuk dokter, perawat, dan ahli kesehatan
lainnya. Ini memungkinkan pertukaran informasi yang lebih efektif,
koordinasi perawatan yang lebih baik, dan pemantauan pasien yang lebih
terintegrasi, meningkatkan kualitas dan keselamatan layanan kesehatan
secara keseluruhan.

Dengan demikian, teknologi informasi telah membawa sejumlah perubahan


positif dalam dunia farmasi, meningkatkan efisiensi operasional, pelayanan
pasien, keamanan obat, dan kolaborasi antara profesional kesehatan. Dengan
terus mengembangkan dan memanfaatkan teknologi ini secara bijak, kita
dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan meningkatkan
kesejahteraan pasien secara keseluruhan
BAB IV

PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam era digital yang semakin maju, peran teknologi informasi dan komunikasi
(ICT) 5.0 dalam dunia farmasi memiliki dampak yang signifikan. Makalah ini
menggambarkan bagaimana perkembangan teknologi informasi telah membawa
perubahan dalam praktek farmasi, mulai dari pengelolaan informasi hingga pelayanan
langsung kepada pasien. Adopsi teknologi informasi dalam farmasi mencakup
penggunaan sistem informasi instansi farmasi dan sistem informasi apotek, serta
konsep informatika farmasi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas layanan. Salah satu implikasi utama dari adopsi teknologi informasi dalam
farmasi adalah peningkatan efisiensi operasional. Sistem informasi yang terintegrasi
memungkinkan pengelolaan inventaris obat yang lebih efisien, meminimalkan
kesalahan administratif, dan meningkatkan akurasi dalam pengelolaan resep. Hal ini
memungkinkan praktisi farmasi untuk lebih fokus pada pelayanan langsung kepada
pasien. Selain itu, teknologi informasi juga membawa perubahan dalam cara praktisi
farmasi memberikan perawatan kepada pasien.

Dengan adanya catatan medis elektronik yang terpusat, praktisi farmasi dapat dengan
mudah mengakses informasi pasien yang relevan, memungkinkan pemberian saran
yang lebih personal dan akurat. Teknologi informasi juga memungkinkan penerapan
layanan kesehatan jarak jauh, meningkatkan aksesibilitas layanan farmasi bagi
individu yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki mobilitas yang terbatas.
Penerapan teknologi informasi dalam farmasi juga berdampak positif pada keamanan
obat. Sistem informasi apotek dapat digunakan untuk melacak peredaran obat,
memantau tanggal kedaluwarsa, dan mendeteksi obat palsu, memastikan pasien
menerima obat yang asli dan berkualitas tinggi.Selain itu, teknologi informasi
memfasilitasi kolaborasi antara berbagai profesional kesehatan, meningkatkan
koordinasi perawatan dan pemantauan pasien. Dengan adanya komunikasi yang lebih
efektif antar profesional kesehatan, praktisi farmasi dapat memberikan pelayanan
yang lebih holistik dan terkoordinasi kepada pasien. Secara keseluruhan,
perkembangan teknologi informasi membawa perubahan yang positif dalam dunia
farmasi, meningkatkan efisiensi operasional, pelayanan kepada pasien, keamanan
obat, dan kolaborasi antar profesional kesehatan. Dengan terus memanfaatkan dan
mengembangkan teknologi ini, praktisi farmasi dapat meningkatkan kualitas layanan
kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan pasien secara keseluruhan.

2. Saran

1. Pelatihan Teknologi: Sediakan pelatihan reguler tentang penggunaan


teknologi informasi kepada praktisi farmasi.

2. Integrasi Sistem: Tingkatkan integrasi sistem informasi antara instansi


farmasi dan apotek untuk meningkatkan efisiensi operasional.

3. Pelayanan Telemedisin: Promosikan penerapan layanan telemedisin untuk


meningkatkan aksesibilitas pelayanan farmasi di daerah terpencil.

4. Keamanan Obat: Perkuat sistem pemantauan keamanan obat melalui


teknologi informasi untuk mengurangi risiko obat palsu atau kadaluwarsa.

5. Kolaborasi Interprofesional: Mendorong kolaborasi yang lebih erat antara


profesional kesehatan melalui platform teknologi informasi untuk
meningkatkan koordinasi perawatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Djati, S. P. (2023). Manajemen Strategis dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat.


Indonesia Emas Group.

Fachrurazi, F. R. (2023). Transformasi Bisnis dan Manajemen: Dampak


Implementasi Teknologi 5G di Era Konektivitas Cepat. Jurnal Bisnis dan
Manajemen West Science, 2(03), 226-238.

Manongga, D. R. (2022). Dampak Kecerdasan Buatan Bagi Pendidikan. ADI Bisnis


Digital Interdisiplin Jurnal, 3(2), 110-124.

Solihin, O. S. (2023). Komunikasi Kesehatan Era Digital: Teori dan Praktik. Prenada
Media.

Sunaryo, S. P. (2023). Implementasi Komunikasi Online antara Dokter dan Pasien


melalui Telemedicine di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Lensa Mutiara
Komunikasi, 7(1), 37-50.

Yunita, O. P. (2023). Health Intelligence: Aplikasi Artificial Intelligence untuk


Akuisisi dan Digitalisasi Informasi Herbal. Deepublish.
https://elindafarmasi23umbdg.wordpress.com/2024/03/22/makalah/

Anda mungkin juga menyukai