Sejak pandemi COVID-19, masyarakat lebih memilih konsultasi kesehatan secara daring daripada
konsultasi langsung di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal tersebut mendorong banyak dokter
bergabung dalam berbagai platform telemedicine, termasuk seorang dokter yang baru selesai
internship 6 bulan yang lalu. Dia juga berpraktik di klinik 24 jam dan klinik bersalin dengan 2 SIP
baru.
Sebagai dokter lulusan baru yang melek teknologi informasi, dia sangat aktif membagikan konten
kesehatan di berbagai media sosial (medsos) miliknya. Pengalaman menangani berbagai kasus
penyakit beserta foto kelainan kadang juga dibagikan di medsos setelah diizinkan pasien. Terkait
kerahasiaan pasien, dia pernah ditegur secara pribadi oleh dokter senior di kliniknya karena meng-
upload video pemeriksaan genital yang sedang dilakukannya. Meskipun tidak terlihat wajah
pasiennya, dia langsung menghapus video tersebut dari medsos atas saran seniornya karena
berpotensi menjadi masalah di kemudian hari. Sejak saat itu, dia lebih berhati-hati dalam
menggunakan medsos.
Konten kesehatan yang dikemas dengan menarik, mudah dipahami, serta testimoni pasien tentang
keramahan dalam melayani dan keberhasilan dalam mengobati pasien membuat akun medsos
dokter tersebut banyak diikuti oleh masyarakat. Banyak followers yang tertarik berkonsultasi melalui
medsos tentang penyakit dan obat yang harus diminum, bahkan ada yang langsung meminta
dituliskan resep obat tanpa konsultasi lebih lanjut. Beberapa followers juga secara direct message
meminta dibuatkan surat keterangan dengan sejumlah imbalan jasa agar dapat berpergian ke luar
negeri di masa pandemi.
Melihat jumlah followers yang banyak, perusahaan vitamin multi-level marketing tidak mau
ketinggalan dengan meminta dokter tersebut mengiklankan produk vitamin di akun medsos-nya.
Terkait permintaan followers, dokter tersebut menjelaskan di akun medsos bahwa dia tidak dapat
memenuhinya karena berprinsip anamnesis dan pemeriksaan fisik atau penunjang perlu dilakukan
sebelum memberikan terapi yang tepat sesuai dengan diagnosis penyakit. Dalam menjalankan
kewajibannya sebagai dokter, dia harus menaati Sumpah Dokter, KODEKI, disiplin kedokteran, dan
berbagai aturan hukum yang berlaku. Oleh karena itu, dia juga menolak permintaan perusahaan
vitamin untuk mengiklankan produknya.
Apakah yang dapat Anda pelajari dari pemicu di atas?
ISTILAH ASING
1. Telemedicine
Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan jarak jauh oleh profesional kesehatan
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi pertukaran informasi
diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan
pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan untuk kepentingan peningkatan
kesehatan individu dan masyarakat
PMK RI No. 20 Tahun 2019 tentang PENYELENGGARAAN PELAYANAN TELEMEDICINE ANTAR
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
2. KODEKI
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) merupakan pedoman bagi dokter Indonesia
anggota IDI dalam melaksanakan praktek kedokteran.
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
3. Sumpah dokter
Sumpah Dokter adalah sumpah yang dibacakan oleh seseorang yang akan menjalani profesi
dokter secara resmi.
Lafal Sumpah Dokter
SAYA BERSUMPAH BAHWA :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan dan
keilmuan saya sebagai dokter.
Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien.
Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian, atau
Kedudukan Sosial, dalam menunaikan kewajiban saya terhadap penderita.
Saya akan memberikan kepada Guru-Guru saya, Penghormatan dan Pernyataan
Terima Kasih yang selayaknya.
Saya akan memperlakukan Teman Sejawat saya sebagai saudara kandung.
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan Hukum Perikemanusiaan, sekalipun saya diancam.
Saya ikrarkan Sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sumpah_Dokter
http://fk.ub.ac.id/profesi/pendidikan/lafal-janji/lafal-sumpah-dokter/
4. Disiplin kedokteran
Sesuai UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 55 ayat (1): aturan-aturan
dan/atau ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti
oleh dokter dan dokter gigi.
Aturan-aturan tersebut tersebar dalam UU praktik kedokteran, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, Ketentuan dan
Pedoman Organisasi Profesi, Kode Etik Profesi dan juga kebiasaan umum (common practice)
di bidang kedokteran dan kedokteran gigi.
Pelanggaran disiplin dapat dikelompokan dalam 3 hal, yaitu:
Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan baik
Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi kedokteran
https://www.kompasiana.com/tinceinge/552c1d956ea834325f8b4582/disiplin-
profesi-kedokteran
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah telemedicine merupakan platform pelayanan kesehatan yang secara resmi
diizinkan?
2. Apakah peraturan mengenai penggunaan media social sebagai dokter?
3. Apakah peraturan mengenai berbagi foto mengenai pasien di media social?
4. Apakah konsultasi kesehatan dapat dilakukan secara online melalui media social?
5. Apakah dokter dapat membuatkan resep secara online melalui media social tanpa konsultasi
lebi lanjut?
6. Apakah dokter dapat membuatkan surat keterangan dengan imbalan jasa kepada pasien dan
adakah hukum yang mengatur hal tersebut?
7. Apakah seorang dokter dapat mengiklankan produk kesehatan tertentu melalui media
social, adakah hukum yang mengatur hal tersebut?
8. Apakah prinsip penanganan pasien yang sesuai dengan etika yang berlaku?
9. Hukum apa saja yang berlaku dan harus ditaati seorang dokter?
CURAH PENDAPAT
1. Apakah telemedicine merupakan platform pelayanan kesehatan yang secara resmi
diizinkan?
Telemedicine sebagai platform pelayanan keseatan telah ditetapkan dalam PMK RI No. 20
Tahun 2019 tentang PENYELENGGARAAN PELAYANAN TELEMEDICINE ANTAR FASILITAS
PELAYANAN KESEHATAN dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan spesialistik dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan terutama
daerah terpencil.
Selain itu, dengan semakin semakin tingginya tingginya tingkat tingkat penularan penularan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), perlu dilakukan upaya penanggulangan melalui
inovasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi berupa telemedicine dalam
pemberian pelayanan kesehatan pada masa pandemi COVID-19.
Pelayanan kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi berupa
telemedicine pada masa pandemi COVID-19 dapat diberikan pada pasien COVID-19 yang
melakukan isolasi mandiri dengan tetap berdasarkan pada prinsip tata kelola klinis yang
optimal dan efektif.
Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang selanjutnya disebut
Pelayanan Telemedicine adalah Telemedicine yang dilaksanakan antara fasilitas pelayanan
kesehatan satu dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain berupa konsultasi untuk
menegakkan diagnosis, terapi, dan/atau pencegahan penyakit.
Pelayanan Telemedicine dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki surat izin praktik
di Fasyankes penyelenggara.
Pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan melalui telemedicine meliputi:
1. Konsultasi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kesehatan merupakan bentuk upaya promosi
kesehatan untuk mencari informasi kesehatan seputar gaya hidup sehat, diet, informasi
olah raga dan kebugaran tubuh, informasi terkait COVID-19, dan informasi kesehatan
lainnya. Pelayanan konsultasi KIE kesehatan tidak hanya dilakukan oleh dokter saja, akan
tetapi dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang kompeten sesuai dengan
kewenangannya.
2. Konsultasi Klinis
Konsultasi klinis merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter melalui
telemedicine meliputi:
Anamnesa, mencakup keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit yang
diderita saat ini, penyakit lainnya atau faktor risiko, informasi keluarga dan
informasi terkait lainnya yang ditanyakan ditanyakan oleh dokter kepada
pasien/keluarga pasien/keluarga secara daring.
Pemeriksaan fisik tertentu yang dilakukan melalui audiovisual.
Pemberian anjuran/nasihat yang dibutuhkan berdasarkan hasil pemeriksaan
penunjang dan/atau hasil pemeriksaan fisik tertentu. Hasil pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan oleh pasien dengan menggunakan modalitas/sumber daya yang
dimilikinya atau berdasarkan anjuran pemeriksaan penunjang sebelumnya atas
instruksi dokter. Anjuran/nasihat dapat berupa pemeriksaan kesehatan lanjutan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
Penegakan diagnosis, dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan yang sebagian
sebagian besar didapat didapat dari anamnesa, anamnesa, pemeriksaan
pemeriksaan fisik tertentu, atau pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan dan pengobatan pasien, dilakukan berdasarkan penegakan
diagnosis yang meliputi penatalaksanaan nonfarmakologi dan farmakologi, serta
tindakan kedokteran terhadap pasien/keluarga sesuai kebutuhan medis pasien.
Dalam hal dibutuhkan tindakan kedokteran atau penatalaksanaan lebih lanjut,
pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penulisan resep obat dan/atau alat kesehatan, diberikan kepada pasien sesuai
dengan diagnosis.
Dokter yang menuliskan resep elektronik obat dan/atau alat kesehatan harus
bertanggung jawab terhadap isi dan dampak yang mungkin timbul dari obat
yang ditulis dalam resep elektronik. Penulisan resep elektronik dikecualikan
untuk obat golongan narkotika dan psikotropika, obat injeksi (kecuali insulin
untuk penggunaan sendiri), dan implan KB. Salinan resep elektronik harus
disimpan dalam bentuk cetak dan/atau elektronik sebagai bagian dokumen
rekam medik.
Peresepan elektronik obat dan/atau alat kesehatan dapat dilakukan secara
tertutup atau secara terbuka, dengan ketentuan:
Peresepan elektronik secara tertutup dilakukan melalui aplikasi dari dokter ke
fasilitas pelayanan kefarmasian.
Peresepan elektronik secara terbuka dilakukan dengan cara pemberian resep
elektronik kepada pasien, selanjutnya pasien menyerahkan resep kepada
fasilitas pelayanan kefarmasian. Peresepan elektronik secara terbuka
membutuhkan kode identifikasi resep elektronik yang dapat diperiksa keaslian
dan validitasnya oleh fasilitas pelayanan kefarmasian.
Resep elektronik digunakan hanya untuk 1 (satu) kali pelayanan
resep/pengambilan sediaan farmasi, alat kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP), dan/atau suplemen kesehatan dan tidak dapat diulang (iter).
Penerbitan surat rujukan untuk pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut ke
laboratorium dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai hasil
penatalaksanaan pasien.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
penegakan diagnosis dan/atau follow up kondisi kesehatan pasien. Pemeriksaan
penunjang dilakukan melalui uji laboratorium yang pelaksanaannya dapat menggunakan
aplikasi milik laboratorium medis ataupun fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
memiliki pelayanan laboratorium medis. Pemeriksaan laboratorium melalui
telemedicine, baik atas permintaan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan maupun atas
permintaan pasien sendiri dengan cara pasien mengunjungi laboratorium medis atau
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memiliki pelayanan laboratorium medis, atau
petugas laboratorium medis yang melakukan kunjungan kepada pasien (home visit)
untuk pengambilan sampel, mulai dari:
o pendaftaran;
o penjadwalan pemeriksaan; dan
o penyelesaian hasil pemeriksaan beserta waktu pengambilannya.
Dalam hal laboratorium medis dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memiliki
pelayanan laboratorium medis melakukan pemeriksaan COVID-19 harus ditetapkan
sebagai laboratorium pemeriksa COVID-19 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
4. Pelayanan Telefarmasi
Pelayanan telefarmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian dilaksanakan dengan
ketentuan:
o Pelayanan resep elektronik dilaksanakan oleh apoteker dengan mengacu pada
standar pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
o Apoteker melakukan komunikasi dengan dokter penulis resep untuk melakukan
konfirmasi atau memberikan rekomendasi yang dapat menyebabkan perubahan
pada resep elektronik.
o Sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan yang
disiapkan berdasarkan resep elektronik dapat diserahkan kepada pasien/keluarga
pasien di fasilitas pelayanan kefarmasian, atau melalui pengantaran sediaan farmasi,
alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen kesehatan.
Ketentuan dalam pengantaran sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau
suplemen kesehatan kepada pasien sebagai berikut:
o Pengantaran dilakukan oleh petugas fasilitas pelayanan kefarmasian atau melalui
jasa pengantaran;
o Fasilitas pelayanan kefarmasian atau jasa pengantaran dalam melakukan
pangantaran, harus:
menjamin keamanan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP,
dan/atau suplemen kesehatan yang diantar;
menjaga kerahasiaan pasien;
mengantarkan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen
kesehatan dalam wadah yang tertutup dan tidak tembus pandang;
memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau suplemen
kesehatan yang diantarkan sampai pada tujuan;
mendokumentasikan serah terima sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP,
dan/atau suplemen kesehatan; dan
pengantaran dilengkapi dengan dokumen pengantaran, dan nomor telepon
yang dapat dihubungi.
o Apoteker wajib menyampaikan informasi sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP,
dan/atau suplemen kesehatan kepada pasien secara tertulis dan/atau melalui sistem
elektronik dan melakukan konseling serta pemantauan penggunaan obat jika
diperlukan.
o Pasien yang telah menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, BMHP, dan/atau
suplemen kesehatan harus menggunakan obat sesuai dengan resep dokter dan inf
sesuai dengan resep dokter dan informasi dari apote ormasi dari apoteker
PMK RI No. 20 Tahun 2019 tentang PENYELENGGARAAN PELAYANAN TELEMEDICINE ANTAR
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/4829/2021 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI
TELEMEDICINE PADA MASA PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
4. Apakah konsultasi kesehatan dapat dilakukan secara online melalui media social?
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/4829/2021 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI
TELEMEDICINE PADA MASA PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
Konsultasi klinis merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter melalui
telemedicine meliputi:
Anamnesa, mencakup keluhan utama, keluhan penyerta, riwayat penyakit yang
diderita saat ini, penyakit lainnya atau faktor risiko, informasi keluarga dan
informasi terkait lainnya yang ditanyakan ditanyakan oleh dokter kepada
pasien/keluarga pasien/keluarga secara daring.
Pemeriksaan fisik tertentu yang dilakukan melalui audiovisual.
Pemberian anjuran/nasihat yang dibutuhkan berdasarkan hasil pemeriksaan
penunjang dan/atau hasil pemeriksaan fisik tertentu. Hasil pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan oleh pasien dengan menggunakan modalitas/sumber daya yang
dimilikinya atau berdasarkan anjuran pemeriksaan penunjang sebelumnya atas
instruksi dokter. Anjuran/nasihat dapat berupa pemeriksaan kesehatan lanjutan ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
Penegakan diagnosis, dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan yang sebagian
sebagian besar didapat didapat dari anamnesa, anamnesa, pemeriksaan
pemeriksaan fisik tertentu, atau pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan dan pengobatan pasien, dilakukan berdasarkan penegakan
diagnosis yang meliputi penatalaksanaan nonfarmakologi dan farmakologi, serta
tindakan kedokteran terhadap pasien/keluarga sesuai kebutuhan medis pasien.
Dalam hal dibutuhkan tindakan kedokteran atau penatalaksanaan lebih lanjut,
pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Penulisan resep obat dan/atau alat kesehatan, diberikan kepada pasien sesuai
dengan diagnosis.
Dokter yang menuliskan resep elektronik obat dan/atau alat kesehatan harus
bertanggung jawab terhadap isi dan dampak yang mungkin timbul dari obat
yang ditulis dalam resep elektronik. Penulisan resep elektronik dikecualikan
untuk obat golongan narkotika dan psikotropika, obat injeksi (kecuali insulin
untuk penggunaan sendiri), dan implan KB. Salinan resep elektronik harus
disimpan dalam bentuk cetak dan/atau elektronik sebagai bagian dokumen
rekam medik.
Peresepan elektronik obat dan/atau alat kesehatan dapat dilakukan secara
tertutup atau secara terbuka, dengan ketentuan:
Peresepan elektronik secara tertutup dilakukan melalui aplikasi dari dokter ke
fasilitas pelayanan kefarmasian.
Peresepan elektronik secara terbuka dilakukan dengan cara pemberian resep
elektronik kepada pasien, selanjutnya pasien menyerahkan resep kepada
fasilitas pelayanan kefarmasian. Peresepan elektronik secara terbuka
membutuhkan kode identifikasi resep elektronik yang dapat diperiksa keaslian
dan validitasnya oleh fasilitas pelayanan kefarmasian.
Resep elektronik digunakan hanya untuk 1 (satu) kali pelayanan
resep/pengambilan sediaan farmasi, alat kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP), dan/atau suplemen kesehatan dan tidak dapat diulang (iter).
o Penerbitan surat rujukan untuk pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut ke
laboratorium dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai hasil
penatalaksanaan pasien.
5. Apakah dokter dapat membuatkan resep secara online melalui media social tanpa konsultasi
lebih lanjut?
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/4829/2021 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI
TELEMEDICINE PADA MASA PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
Penulisan resep obat dan/atau alat kesehatan, diberikan kepada pasien sesuai
dengan diagnosis.
Dokter yang menuliskan resep elektronik obat dan/atau alat kesehatan harus
bertanggung jawab terhadap isi dan dampak yang mungkin timbul dari obat
yang ditulis dalam resep elektronik. Penulisan resep elektronik dikecualikan
untuk obat golongan narkotika dan psikotropika, obat injeksi (kecuali insulin
untuk penggunaan sendiri), dan implan KB. Salinan resep elektronik harus
disimpan dalam bentuk cetak dan/atau elektronik sebagai bagian dokumen
rekam medik.
Peresepan elektronik obat dan/atau alat kesehatan dapat dilakukan secara
tertutup atau secara terbuka, dengan ketentuan:
Peresepan elektronik secara tertutup dilakukan melalui aplikasi dari dokter ke
fasilitas pelayanan kefarmasian.
Peresepan elektronik secara terbuka dilakukan dengan cara pemberian resep
elektronik kepada pasien, selanjutnya pasien menyerahkan resep kepada
fasilitas pelayanan kefarmasian. Peresepan elektronik secara terbuka
membutuhkan kode identifikasi resep elektronik yang dapat diperiksa keaslian
dan validitasnya oleh fasilitas pelayanan kefarmasian.
Resep elektronik digunakan hanya untuk 1 (satu) kali pelayanan
resep/pengambilan sediaan farmasi, alat kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP), dan/atau suplemen kesehatan dan tidak dapat diulang (iter).
6. Apakah dokter dapat membuatkan surat keterangan dengan imbalan jasa kepada pasien dan
adakah hukum yang mengatur hal tersebut?
Bab I pasal 7 KODEKI “Seorang dokter hanya memberi keterangan dan pendapat yang
telah diperiksa sendiri kebenarannya.”
Pasal 9
Dokter dan Dokter Gigi yang melaksanakan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine
dilarang melakukan:
a. telekonsultasi antara tenaga medis dengan pasien secara langsung tanpa melalui
Fasyankes;
b. memberikan penjelasan yang tidak jujur, tidak etis, dan tidak memadai (inadequate
information) kepada pasien atau keluarganya;
c. melakukan diagnosis dan tatalaksana di luar kompetensinya;
d. meminta pemeriksaan penunjang yang tidak relevan;
e. melakukan tindakan tercela, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien
dalam penyelenggaraan praktik kedokteran;
f. melakukan tindakan invasif melalui telekonsultasi;
g. menarik biaya diluar tarif yang sudah ditetapkan oleh Fasyankes; dan/atau
h. memberikan surat keterangan sehat.
7. Apakah seorang dokter dapat mengiklankan produk kesehatan tertentu melalui media
social, adakah hukum yang mengatur hal tersebut?
PMK 1787/Menkes/PER/XII/2010
Pasal 3
(1) Fasilitas pelayanan kesehatan dapat menyelenggarakan iklan dan/atau publikasi
pelayanan kesehatan melalui media.
(2) Penyelenggaraan iklan dan/atau publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sesuai dengan etika iklan dan/atau publikasi yang diatur dalam kode etik rumah sakit
indonesia, kode etik masing-masing tenaga kesehatan, kode etik pariwara, dan ketentuan
peraturan perundangundangan.
Pasal 4
(1) Fasilitas pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan iklan dan/atau publikasi harus
memenuhi syarat meliputi:
a. memuat informasi dengan data dan/atau fakta yang akurat;
b. berbasis bukti;
c. informatif;
d. edukatif; dan
e. bertanggung jawab.
(2) Iklan dan/atau publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan melalui
media cetak, media elektronik, dan media luar ruang wajib mencantumkan nama dan alamat
fasilitas pelayanan kesehatan serta tanggal publikasi.
Pasal 8
(1) Tenaga kesehatan dilarang mengiklankan atau menjadi model iklan obat, alat kesehatan,
perbekalan kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan kecuali dalam iklan layanan
masyarakat.
(2) Tenaga kesehatan dapat melakukan publikasi atas pelayanan kesehatan dan penelitian
kesehatan dalam majalah kesehatan atau forum ilmiah untuk lingkungan profesi.
Pasal 9
(1) Iklan layanan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) adalah iklan
promosi kesehatan yang bertujuan untuk mengubah masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) atau mendukung program pemerintah dan tidak bersifat komersiil.
(2) Program pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. program pengentasan masalah kesehatan yang bersifat permanen di daerah tertinggal,
daerah perbatasan, kepulauan terluar, dan daerah kurang diminati;
b. program pemberantasan penyakit;
c. program keluarga berencana;
d. program promotif dan preventif saintifikasi jamu; dan/atau
e. program peduli kemanusiaan dan bencana.
(3) Iklan layanan masyarakat tidak boleh memperlihatkan merek dagang, alat kesehatan,
perbekalan kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan.
8. Apakah prinsip penanganan pasien yang sesuai dengan etika yang berlaku?
Non Maleficence / Tidak Merugikan
Menghindari apa yang dapat membahayakan pasien atau apa yang melawan
keinginan pasien
Tidak melukai pasien atau menyebabkan rasa sakit yang tidak perlu
Beneficence / Berbuat Baik
Melakukan hal yang terbaik dan sesuai dengan keinginan pasien
Wajib dilakukan apabila mampu melakukannya
Autonomy
Setiap orang memiliki hak untuk membuat keputusan mereka sendiri dan
mengembangkan rencana hidup mereka
Jangan melakukan tindakan pada pasien tanpa persetujuan dari pasien sendiri atau
walinya (pasien maupun wali harus kompeten dan bebas dari ancaman apapun)
Justice
Mendistribusikan baik barang maupun jasa dengan adil
Umum keadilan menururt kehendak undang-undang, yang harus ditunaikan
demi kepentingan umum
Distributif keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang
menjadi haknya, dimana yang jadi subjek hak adalah individu, sedangkan subjek
kewajiban adalah masyarakat (antar individu/masyarakat dengan negara)
Komutatif keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang
jadi bagiannya, yang diutamakan adalah objek tertentu yang merupakan hak dari
seseorang (antar individu)
Beauchamp and Childress, Principles of Biomedical Ethics
9. Hukum apa saja yang berlaku dan harus ditaati seorang dokter?
Peraturan praktik dokter UU no 29 2004, PERMENKES no. 20 tahun 2019, KODEKI, KUHP,
Sumpah Dokter, Peraturan KKI No. 74 Tahun 2020 pasal 9, Surat edaran menkes, Peraturan
KKI, UU NO 36 tahun 2009, 36 tahun 2014, Surat edaran menteri dan permenkes