Anda di halaman 1dari 4

(Hak dan kewajiban pasien)

Yang dipower point :

Perlindungan hukum bagi pasien dalam telemedicine dipahami dari ketentuan dalam Pasal 3 ayat (2)
dan ayat (4) dan Pasal 7 Peraturan Konsil Kedokteran Nomor 47 Tahun 2020, yakni menerapkan
prinsip kerahasiaan pasien, kewajiban Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik, serta adanya
rekam medis. Adanya larangan bagi dokter dalam telemedicine juga sebagai bentuk perlindungan
hukum terhadap pasien. Bagi Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) pemberi maupun peminta
layanan konsultasi pun harus melakukan registrasi. Kewajiban dan hak pasien dalam telemedicine
juga dilindungi, sebagaimana secara eksplisit disebutkan dalam Pasal 18 ayat (1) Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019.

Yang dimakalah :

Perlindungan hukum bagi pasien dalam telemedicine dipahami dari ketentuan dalam Pasal 3 ayat (2)
dan ayat (4) dan Pasal 7 Peraturan Konsil Kedokteran Nomor 47 Tahun 2020, yakni menerapkan
prinsip kerahasiaan pasien, kewajiban Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik, serta adanya
rekam medis. Adanya larangan bagi dokter dalam telemedicine juga sebagai bentuk perlindungan
hukum terhadap pasien. Bagi Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) pemberi maupun peminta
layanan konsultasi pun harus melakukan registrasi. Kewajiban dan hak pasien dalam telemedicine
juga dilindungi, sebagaimana secara eksplisit disebutkan dalam Pasal 18 ayat (1) Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019.
Dalam perlindungan hukum untuk pasien dalam telemedicine, perlu dipahami pula mengenai hak dan
kewajiban pasien dalam peraturan perundang-undangan, yang secara eksplisit disebutkan di dalam
Pasal 18 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019, yakni:
(1) Fasyankes peminta konsultasi dalam melaksanakan pelayanan telemedicine, memiliki hak:
a. Memperoleh jawaban konsultasi dan/atau menerima expertise sesuai standar; dan
b. Menerima informasi yang benar, jelas, dapat dipertanggungjawabkan, dan jujur mengenai hasil
konsultasi dan/atau expertise.
(2) Fasyankes peminta konsultasi dalam melaksanakan pelayanan telemedicine, memiliki kewajiban:
a. Mengirim informasi medis berupa gambar, pencitraan, teks, biosinyal, video dan/atau suara dengan
menggunakan transmisi elektronik sesuai standar mutu untuk meminta jawaban konsultasi dan/atau
memperoleh expertise;
b. Menjaga kerahasiaan data pasien; dan
c. Memberikan informasi yang benar, jelas, dapat dipertanggungjawabkan, dan jujur mengenai hasil
konsultasi dan/atau expertise kepada pasien.
Perlu diperhatikan juga bahwa pasien mendapatkan hak dan perlindungan hukum yang dimuat dalam
pasal 52 UU nomor 29 tahun 2004, antara lain:
1. Memperoleh kejelasan dengan rinci mengenai aktivitas medis seperti yang dimaksud dalam pasal
45 ayat 3;
2. Meminta opini tenaga Kesehatan
3. Mendapat layanan yang dibutuhkan
4. Penolakan terhadap tindakan medis
5. Memperoleh isi dari rekaman medis.

(Hak dan kewajiban dokter)

Yang dipower point :

Terlepas dari media online atau offline, pelayanan kesehatan pada masyarakat harus sesuai dengan
aturan hukum yang ada. Kejelasan terhadap hak dan kewajiban tenaga medis dalam menangani pasien
harus selalu dijaga dan diterapkan, walaupun jenis pelayanan yang ada adalah secara online. Dalam
menjalankan tugasnya tenaga kesehatan memiliki hak dan kewajiban. Baik dijalankan secara online
maupun offline, tenaga kesehatan harus tetap memperhatikan hak dan kewajibannya serta mematuhi
aturan mengenai tentang kode etik dalam menjalankan tugasnya.

Yang dimakalah :

Terlepas dari media online atau offline, pelayanan kesehatan pada masyarakat harus sesuai dengan
aturan hukum yang ada. Kejelasan terhadap hak dan kewajiban tenaga medis dalam menangani pasien
harus selalu dijaga dan diterapkan, walaupun jenis pelayanan yang ada adalah secara online. Dalam
menjalankan tugasnya tenaga kesehatan memiliki hak dan kewajiban. Baik dijalankan secara online
maupun offline, tenaga kesehatan harus tetap memperhatikan hak dan kewajibannya serta mematuhi
aturan mengenai tentang kode etik dalam menjalankan tugasnya.
Hak dokter dalam telemedicine terdapat pada pasal 5 di dalam Surat Edaran Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020 Tahun 2020, tertulis sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan anamnesis terhadap pasien, yang mencakupi keluhan utama & penyerta,
riwayat penyakit, faktor risiko, informasi keluarga dan berbagai informasi lain yang ditanyakan oleh
dokter kepada pasien / keluarga dengan cara online.
2. Memeriksa kondisi fisik tertentu pasien yang bisa dilakukan melalui audiovisual.
3. Memberikan nasihat kepada pasien berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang & hasil pemeriksaan
audiovisual. Hasil pemeriksaan penunjang dapat dilakukan oleh pasien dengan mempergunakan
sumber daya yang dimiliki dan sesuai anjuran dokter. Anjuran bisa juga berupa pemeriksaan
kesehatan lanjutan ke fasyankes
4. Mendiagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan yang sebagian besar didapat dari anamnesis,
pemeriksaan fisik tertentu atau pemeriksaan penunjang.
5. Mengurus dan Mengobati pasien, dilakukan berdasarkan penegakan diagnosis yang meliputi
penatalaksanaan nonfarmakologi dan farmakologi, serta tindakan kedokteran terhadap pasien/keluarga
sesuai kebutuhan medis pasien. Jika butuh tindakan kedokteran lebih lanjut, pasien disarankan untuk
memeriksa diri secara lanjut ke fasyankes.
6. Menulis resep obat dan/atau alat kesehatan dan diberikan kepada pasien sesuai dengan diagnosis
7. Penerbitan surat rujukan untuk pemeriksaan atau tindakan lebih lanjut ke laboratorium dan/atau
fasyankes sesuai hasil penatalaksanaan pasien.

Berdasarkan undang-undang yang ada di Indonesia, maka kewajiban dokter dalam menjalankan tugas
adalah sebagai berikut. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (UU PK).
Undang-undang ini mengatur kewajiban dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran, antara lain:
• Memiliki izin praktik kedokteran yang sah
• Melakukan praktik kedokteran sesuai dengan standar profesi kedokteran dan kode etik kedokteran
• Memberikan pelayanan yang berkualitas, aman, dan efektif bagi pasien
• Memperoleh informed consent dari pasien atau keluarganya sebelum melakukan tindakan medis •
Melaporkan kejadian tidak diinginkan yang terjadi pada pasien akibat tindakan medis yang dilakukan
• Menjaga kerahasiaan informasi pasien dan menghormati hak pasien untuk menolak pelayanan
medis.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan). Undang-undang ini
mengatur kewajiban dokter dalam menjaga kesehatan masyarakat, antara lain:
• Melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam praktik kedokterannya
• Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan standar profesi kedokteran dan panduan praktik
kedokteran yang berlaku
• Melakukan pelaporan terhadap penyakit dan kejadian luar biasa yang menimbulkan ancaman
kesehatan masyarakat.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2014 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan). Undang-
undang ini mengatur kewajiban dokter dalam melindungi kesehatan dan keselamatan kerja, antara
lain:
• Melakukan pemeriksaan kesehatan awal dan berkala bagi pekerja di tempat kerja
• Memberikan saran dan rekomendasi kepada pengusaha mengenai upaya kesehatan dan keselamatan
kerja yang harus dilakukan di tempat kerja.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
Peraturan ini mengatur standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh dokter dalam praktik
kedokterannya, antara lain:
• Memberikan informasi yang jelas dan terbuka mengenai kondisi kesehatan pasien dan pengobatan
yang diberikan
• Melakukan diagnosa yang akurat dan tepat, serta menentukan tindakan medis yang sesuai
• Memberikan resep obat yang tepat dan rasional
• Melakukan pemeriksaan dan tindakan medis dengan menggunakan alat dan teknologi yang tepat dan
steril
• Menjaga kerahasiaan informasi pasien dan menghormati hak pasien untuk menolak pelayanan
medis.

Daftar Pustaka :
1. Rinna Dwi Lestari, Perlindungan Hukum bagi Pasien dalam Telemedicine, Vol. 1 No. 2 (2021), 51
– 65
2. Aditya Harish, Jhony Welker Samosir, Veronika Cindy Haryadmo, Sonya Airini Batubara, Analisis
Hukum Terhadap Tindak Praktek Oleh Dokter Secara Online Berdasarkan Undang-undang Nomor 29
Tahun 2004 Tentang Kode Etik Kedokteran, Vol. 4 No. 1 (2021), 14-24
3. Diana Darmayanti Putong, Tinjauan Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku
Layanan Kesehatan Secara Online, Vol. 9 No. 1 (2023), 95-105

Anda mungkin juga menyukai