1. Pada pemicu dikatakan bahwa "suami pasien juga menuduh dokter tidak menjelaskan
kondisi pasien dengan lengkap" atau yg biasa kita sebut "informed consent". Apa yang
dimaksud dengan informed consent dan apa sanksi yang dapat diterima oleh seorang
dokter apabila ia melakukan Tindakan tanpa adanya informed consent?
Informed consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien
kepada dokter untuk melakukan tindakan kedokteran tertentu setelah mendapatkan
penjelasan dari dokter yang bersangkutan.
Pemberian penjelasan oleh dokter kepada pasien sekurang-kurangnya mencakup
diagnosis dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan medis yang dilakukan; alternatif
tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan.
Pengaturan mengenai persetujuan tindakan medis dalam praktek kedokteran merupakan
suatu perintah hukum , sehingga berkas persetujuan tindakan medis (Informed consent)
yang telah ditanda tangani oleh pasien bukan hanya sekedar kelengkapan administratif
belaka, melainkan telah menjadi sebuah alat bukti hukum yang sah yang dapat diajukan
oleh dokter atau pihak rumah sakit ketika menghadapi gugatan atau tuntutan hukum
dari pasien atau keluarganya.
Persetujuan tindakan medis (Informed consent) dalam hubungan hukum perjanjian
terapeutik tanpa melalui suatu proses atau tata cara yang benar menurut hukum,
dipandang sebagai suatu perjanjian yang tidak sah dan batal demi hukum atau dianggap
bahwa perjanjian tersebut tidak pernah lahir.
Sebagai konsekuensi hukumnya adalah segala kerugian , cacat atau kematian yang
dialami oleh pasien menjadi tanggung jawab hukum dokter atau pihak rumah sakit.
Apabila suatu tindakan medis yang dilakukan oleh dokter tanpa adanya persetujuan dari
pihak pasien, sedangkan pasien dalam kesadaran penuh dan mampu memberikan
persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana tindakan medis dapat dipersalahkan dan
digugat dengan pasal 1365 KUH Perdata, pasal 351 KUH Pidana tentang penganiayaan,
aspek hukum administrasi pasal 13 permenkes no 585 tahun 1989 dengan sanksi hingga
pencabutan izin praktek (SIP)
Tindakan medis yang dilakukan tanpa persetujuan pasien 2 atau keluarga terdekatnya,
dapat digolongkan sebagai tindakan melakukan penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal
351.
○ Pasal 351
○ (1) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun
delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,–.
○ (2) Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, sitersalah dihukum penjara selama-
lamanya lima tahun.
○ (3) Jika perbuatan itu menjadikan mati orangnya, dia dihukum penjara selama-
lamanya tujuh tahun.
(tambahan no 1)
Isi persetujuan atau informed consent?
Implied consent
a. Persetujuan yang diberikam pasien secara tersirat, tanpa penyataan tegas.
Punya ecan – do not copy! Thank you <3
b. Umumnya bentuk persetujuan ini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau sudah
diketahui umum (co: pengambilan darah untuk px. Laboratorium)
Expressed consent
c. Persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, jika yang akan dilakukan lebih
dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa
d. Misal: px. dalam rektal atau pemeriksaan dalam vaginal, mencabut kuku dan
tindakan lain yang melebihi prosedur pemeriksaan dan tindakan umum memerlukan
pernyataan setuju dari pasien
Pasal 1 : Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan ole pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
Pasal 3
1. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
2. Tindakan kedokteran vang tidak termasuk dalam ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diberikan dengan persetujuan lisan.
3. Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk pernyataan
yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat untuk itu.
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan dalam bentuk ucapan
setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan
setuju.
5. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap
meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis.
Dasar Hukum - UU no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Pasal 37
(1) Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus mendapat persetujuan
pasien atau keluarganya.
(2) Ketentuan mengenal persetujuan tindakan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 45
1. Setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien harus
mendapat persetujuan
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien mendabat
penjelasan secara lengkap.
Punya ecan – do not copy! Thank you <3
3. Apa saja isi informed consent yang harus disampaikan agar pasien tidak bingung atas
tindakan medis yang akan dilakukan?
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 tahun 2008 bagian kedua
pasal 7
(1) Penjelasan tentang Tindakan kedokteran harus diberikan langsung kepada pasien dan
atau keluarga terdekat baik diminta maupun tidak diminta
(2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak sadar, penjelasan diberikan
kepada keluarganya atau yg mengantar
(3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya
mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran;
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain, dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
f. Perkiraan pembiayaan.
4. Apakah pada saat keadaan darurat, seorang dokter perlu melakukan informed consent
kepada pasien atau keluarga pasien?
Informed consent merupakan hal mutlak sebelum tindakan medis dilakukan oleh dokter
kepada pasien sebagaimana diatur pada Pasal 8 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
dan Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran serta Permenkes No
290/Menkes/Per/III/2008 tentang persetujuan Tindakan Kedokteran.
Dalam keadaan gawat darurat Informed consent tetap merupakan hal yang paling penting
walaupun prioritasnya diakui paling bawah. Prioritas yang paling utama adalah tindakan
menyelamatkan nyawa.
seperti yang telah dijelaskan pada Permenkes No 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
persetujuan Tindakan Kedokteran pada pasal 4 ayat (1) dalam keadaan darurat, untuk
menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan
tindakan kedokteran. Namun pada ayat (3) lebih di tekankan bahwa dokter wajib
memberikan penjelasan setelah pasien sadar atau pada keluarga terdekat. Berikut pasal 4
ayat (3) “ Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dokter atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan sesegera mungkin kepada pasien
setelah pasien sadar atau kepada keluarga terdekat”. Hal ini berarti, apabila sudah dilakukan
tindakan untuk penyelamatan pada keadaan gawat darurat, maka dokter berkewajiban
sesudahnya untuk memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga terdekat
Dalam Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
menyebutkan bahwa tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama kepada penerima pelayanan kesehatan
Punya ecan – do not copy! Thank you <3
dalam keadaan gawat darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
Pasal 68 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan yang
berbunyi: “Dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan nyawa Penerima Pelayanan
Kesehatan, tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah Penerima Pelayanan Kesehatan
sadar atau dalam kondisi yang sudah memungkinkan segera diberi penjelasan.”
6. Apakah ada hukum atau peraturan yang mengatur tentang pembuatan rekam medis?
Dahulu di Indonesia digunakan peraturan berdasarkan permenkes no.269 tahun 2008
tentang rekam medis namun sekarang sudah tidak berlaku dan sekrang beracu pada
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2022 TENTANG
REKAM MEDIS yang merupakan peraturan terbaru yang tetapkan pada 31 agustus 2022 yang
terdapat 47 pasal
Rekam Medis adalah dokumen yang berisikan data identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Rekam Medis Elektronik adalah Rekam Medis yang dibuat dengan menggunakan sistem
elektronik yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan Rekam Medis.
Pengaturan Rekam Medis bertujuan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan kesehatan;
b. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Rekam Medis;
c. menjamin keamanan, kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data Rekam Medis;
d. mewujudkan penyelenggaraan dan pengelolaan Rekam Medis yang berbasis digital dan
terintegrasi.
Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menyelenggarakan Rekam Medis Elektronik.
Fasilitas kesehatan yang dimaksud = tempat praktik mandiri dokter, dokter gigi, dan/atau
Tenaga Kesehatan lainnya, puskesmas, klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium kesehatan,
balai; dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir, data Rekam Medis
Elektronik dapat dikecualikan untuk dimusnahkan apabila data tersebut masih akan
dipergunakan atau dimanfaatkan.
Pemusnahan Rekam Medis Elektronik dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Pada pemicu dikatakan suami menuntut RS karena istrinya dapat meninggalkan ruang
bersalin tanpa ketahuan. Apakah pelanggaran hukum yg dilakukan pihak RS tsb dan
bagaimana sanksi yg dapat diberikan pada pihak RS?
Ada, yaitu pada Permenkes No. 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien.
Berdasarkan pada pasal 5 ayat (2) dan (4) bahwa
(2) Penyelenggaraan Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan:
(4) Standar Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi
standar:
Punya ecan – do not copy! Thank you <3
a. hak pasien;
PERMENKES RI Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien Pasal 8 ayat 2: Kriteria standar
keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pelayanan secara menyeluruh dan terkoordinasi mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,
diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, pemindahan paisen, rujukan dan
saat pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan
b. Koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan ketersediaan sumber
daya fasilitas pelayanan kesehatan
c. Koordinasi pelayanan dalam meningkatkan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga,
asuhan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi, rujukan dan tindak lanjut lainnya, dan
d. Komunikasi dan penyampaian informasi antar profesi kesehatan sehingga tercapai proses
koordinasi yang efektif
Seorang ahli bedah plastik yang mengubah wajah atau menghilangkan sidik jari
seorang penjahat untuk mempersulit identifikasi.
- Civil malpractice
Terjadi apabila seorang dokter telah menyebabkan pasiennya menderita luka atau mati,
tetapi tidak dapat dituntut secara pidana. Dalam hal ini dia dapat digugat secara perdata
oleh pasien dan keluarganya.
- Administrative malpractice
dikatan administrative malpractice bila dokter melanggar hukum tata usaha negara.
Contohnya tidak melakukan pertolongan thdp seseorang yg sdg dalam keadaan emergensi
meskipun tahu tidak ada dokter lain yg akan menolongnya (negative act)
o Dalam rangka melaksanakan police power yg menjadi kewenangannya, pemerintah
berhak mengeluarkan berbagai macam peraturan dibidang kesehatan, spt ttg
persyaratan bagi tenaga kesehatan utk menjalankan profesi medik, batas kewenangan
serta kewajibannya.
o Apabila aturan tsb dilanggar maka tenaga kesehatan yg bersangkutan dpt dipersalahkan
10. Bagaimana kriteria seorang tenaga medis dapat dituntut dengan dugaan malpraktik?
Dokter dikatakan melakukan malpraktik medik jika mengandung salah satu unsur berikut:
a. Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan keterampilan yang
sudah berlaku umum di kalangan profesi kedokteran
b. Memberikan pelayanan medik di bawah standar profesi (tidak lege artis)
c. Melakukan kelalaian berat atau kurang hati – hati , yang dapat mencakup:
i. Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan (omission),
atau
ii. Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan
(commission)
d. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum
TAMBAHAN :
Sesuai UU Praktik Kedokteran, berkas rekam medis menjadi milik dokter, dokter gigi,
atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis dan lampiran dokumen
menjadi milik pasien.
Penyimpanan Rekam Medis
Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi dan
pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan paling lama 5 tahun dan resume rekam medis paling sedikit 25 tahun.
Pengorganisasian Rekam Medis
Pengorganisasian rekam medis sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis (saat ini sedang direvisi) dan pedoman
pelaksanaannya.
Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan
Untuk Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan tahap Rekam Medis dilakukan oleh
pemerintah pusat, Konsil Kedokteran Indonesia, pemerintah daerah, organisasi profesi.
(KKI tentang manual rekam medis)