PENDAHULUAN
Hanya guru yang diskriminatif sajalah yang memotong hak anak untuk belajar
secara menyenangkan. Guru seperti itu biasanya ditandai oleh pilih kasih, punya anak
emas, tidak tahu semua siswa, dan alakadarnya. Padahal, semua anak berhak
Karena itu, kebijakan pendidikan yang berdampak pada anak-anak ini jangan
kepentingan anak sebagai generasi masa depan bangsa. Dalam hal ini Seto menegaskan
bahwa: ”Belajar itu hak. Istilah wajib belajar itu datangnya dari pemerintah. Jadi, anak-
wajib belajar. Tetapi ajakan belajar itu memang benar-benar untuk membuat anak
memiliki pengetahuan dan mendorong potensi diri setiap anak berkembang secara
menyenangkan untuk anak-anak. Para guru masih mendidik anak-anak secara kaku
untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Tetapi yang tidak boleh dilupakan
2
adalah pengembangan diri anak untuk menjadi manusia yang utuh yang tidak semata-
harapan anak dan orang tua, kata Seto, para guru harus dibekali dengan keterampilan
belajar. Pembekalan ini dibutuhkan agar guru bisa menemukan proses belajar-mengajar
pengalaman terbaik dalam perjalanan hidup seorang anak. Selanjutnya, tegas Sulistyo,
bahwa: ”Menjadi guru kebanyakan pilihan terakhir atau terpaksa. Tidak heran jika
kualitas guru terus digugat. Karena itu, pemerintah harus benar-benar mendukung
peningkatan kualitas guru. Lembaga pendidikan guru juga harus bertanggung jawab
madrasah pada banyak mata pelajaran, diantaranya adalah mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Mata pelajaran sejaran yang penuh dengan cerita dan pengenalan
fakta-fakta semakin tidak diminati siswa seiring dengan gaya mengajar guru yang
S.Pd. (Kepala Madrasah) dapat dikemukakan bahwa proses belajar mengajar di kelas V
Guru melakukan hal-hal yang tidak menarik dalam mengajar seperti ceramah,
mencatat, mendikte, melakukan tanya jawab di kelas. Mengajar dengan cara seperti ini
bukan saja tidak membuat anak aktif dalam belajar tetapi juga berdampak negatif
Berdasarkan hasil diskusi dan beberapa temuan di atas, peneliti (selaku guru
SKI di MIN Mataram) selanjutnya ingin memperbaiki keadaan dengan cara mengubah
cara mengajar dari pola lama ke pola baru yang dalam hal ini menggunakan metode
bermain peran. Memang tidak semua kompetensi dasar akan efektif menggunakan
metode bermain peran, tetapi menurut hemat peneliti dan diperkuat oleh pendapat guru-
guru lainnya untuk Standar Kompetensi Mengenal sejarah Khulafaur Rasyidin diduga
Dari uraian di atas menarik kiranya untuk diteliti lebih mendalam dengan
menggunakan penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode bermain peran.
B. Rumusan Masalah
peran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah
Kelas ini yaitu metode bermain peran. Dengan metode ini diharapkan aktivitas dan hasil
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah suatu dugaan yang bakal terjadi jika suatu tindakan
dilakukan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
”Dengan diterapkan metode bermain peran dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas 5 MIN
Mataram”.
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pasti ada manfaatnya, adapun manfaat dari penelitian ini
bersifat variatif.
5
meningkat.
meningkat
kelas 5 meningkat.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Makna Belajar
Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada hakikatnya belajar
walaupun sudah lulus sekolah. Di era globalisasi dewasa ini yang mana situasi
dan teknologi kearah yang lebih modern, belajar menjadi suatu kebutuhan yang
penting.
tindakan, maka belajar hanya dialami, dilakukan dan dihayati oleh siswa itu sendiri,
dimana siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar, proses belajar
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan baik itu berupa
Pada abad sekarang ini banyak teori-teori belajar yang dikemukakan oleh
para ahli, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori belajar, pengertian belajar
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon, seorang siswa
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang
tampak sehingga dapat diasumsikan bahwa proses belajar akan belajar dengan baik
jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang
belajar adalah:
pembelajar
2. Perubahan itu tidak harus segera nampak setelah proses belajar tetapi dapat
2. Makna Pembelajaran
(1991: 207) bahwa istilah pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang
proses yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka
untuk menjadikan orang lain belajar”. Sedangkan Mulkan (1993: 113) memahami
yang diusahakan dengan tujuan agar orang (misalnya guru, siswa) dapat melakuakn
aktifitas belajar.
situasi yang sengaja dirancang dalam rangka membantu dan mempermudah proses
pembelajaran yaitu:
perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperbuat dan
lebih disukai oleh siswa, peri laku yang kena hukuman, dan kegaiatn luar sekolah
dan evaluasi
melakukan revisi
Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa guru harus dapat
menguasai kelas atau ruangan dan guru harus dapat memahami kaeadaan psikologi
anak didik, guru mengerti apa yang diinginkan oleh siswa, guru hendakanya dapat
membedakan tingkah laku antara anak dengan anak yang lainnya.seorang guru harus
dapat membina anak untuk belajar berkelompok agar anak dapat berinteraksi antara
1. Dasar Pemikiran
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi
setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik
membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi
diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa
kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan
manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis
dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong
materi;
tersedia;
dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah,
orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan
2. Tujuan
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
b. mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu
manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
3. Ruang Lingkup
berikut.
b. Aqidah
c. Akhlak
d. Fiqih
keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan
sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia
2. Menunjukkan contoh-contoh
nilai positif dari Khalifah Usman bin Affan
3. Meneladani nilai-nilai positif
dari kekhalifahan Usman bin Affan
Mengenal sejarah 1. Menceritakan silsilah,
Khalifah Ali bin Abi kepribadian, dan perjuangan Khalifah Ali
Talib bin Abi Talib
2. Menunjukkan contoh-contoh
nilai-nilai positif dari kekhalifahan Ali
binAbi Talib
3. Meneladani nilai-nilai positif
dari kekhalifahan Ali bin Abi Talib
Metode bermain peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan memerankannya sebagai tokoh hidup
atau benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini akan membuat anak didik lebih
peran, yaitu:
b. Penentuan topik
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MIN Mataram Musi Rawas untuk
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2009/2010, yaitu bulan
efektif di kelas.
3. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk
B. Persiapan PTK
digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu RPP yang akan dijadikan
PTK, yaitu: Menjelaskan arti dan tugas Khulafaur Rasyidin, Menceritakan silsilah
dan kepribadian Abu Bakar as-Siddiq serta perjuangannya dalam dakwah Islam,
dalam dakwah Islam, Menunjukkan contoh-contoh nilai positif dari Khalifah Abu
Bakar as-Siddiq, Meneladani nilai-nilai positif dari kekhalifahan Abu Bakar as-
Siddiq.
C. Subjek Penelitian
adalah siswa kelas V yang terdiri dari 20 siswa dengan komposisi perempuan 12
D. Sumber Data
1. Siswa
Melalui siswa peneliti ingin mendapatkan data tentang hasil belajar dalam proses
belajar mengajar.
2. Guru
Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat
implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
a. Tes
b. Observasi
c. Wawancara
untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan teman sejawat tentang
F. Indikator Kinerja
1. Siswa
mengajar.
2. Guru
G. Analisis Data
siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk
H. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang
perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
SIKLUS 1
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
Deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang
peran
kelompok peran.
4. Refleksi
– Sebagian besar (75 % dari siswa) berani dan mampu bermain peran
– Sebagian besar (70 % dari siswa) berani dan mampu untuk bertanya
kelompoknya.
Siklus 2
siklus pertama
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
21
4. Refleksi
Siklus 3
siklus kedua
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
Rencana yang
Refleksi direvisi
Tindakan/
Observasi
22
BAB IV
belajar siswa. Untuk itu sudah disiapkan lembar observasi yang menjadi
sungguh, aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi
terlibat, artinya siswa duduk diam saja tidak mau bertanya maupun menjawab
pertanyaan.
Tabel 1
Siklus 1
ternyata hanya 1 orang siswa atau 4,55% yang terlibat aktif. Kemudian ada 8
24
orang siswa atau 36,36% yang terlibat pasif kemudian ada 13 orang siswa atau
Tabel 2
Siklus 2
ternyata ada 8 orang siswa atau 36,36% yang terlibat aktif. Kemudian ada 10
orang siswa atau 45,45% yang terlibat pasif kemudian ada 4 orang siswa atau
Tabel 3
Siklus 3
ternyata ada 18 orang siswa atau 81,82% yang terlibat aktif. Kemudian ada 4
orang siswa atau 18,18% yang terlibat pasif kemudian tidak ada siswa yang tidak
terlibat.
Tabel 4
persentase siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
kenaikan. Pada Siklus 1 pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam siswa yang terlibat
aktif hanya 4,55%%, kemudian naik menjadi 36,36%% dan pada siklus selanjutnya
naik lagi menjadi 81,82%. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa aktifitas belajar atau
Untuk lebih jelasnya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam tiga siklus
Grafik 1
Terlibat aktif
90,00% 81,82%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
36,36% Terlibat aktif
40,00%
30,00%
20,00%
10,00% 4,55%
0,00%
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
inggris di kelas 5 yang dilaksanakan melalui 3 siklus diperoleh hasil analisis ulangan
Tabel 5
1 Jumlah siswa 22 22 22
2 Banyak siswa yang telah tuntas 14 19 20
3 Presentase siswa yang tuntas 63,6% 86,4% 90,9%
4 Rata-rata % nilai ulangan harian 61,8% 81,8% 86,3%
siswa
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah siswa dan persentase
siswa yang tuntas dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebelum perbaikan
Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas hanya 63%, kemudian naik menjadi
86,4% dan pada siklus selanjutnya naik lagi menjadi 90,9%. Hal ini dapat
(MIN) Mataram Musi Rawas dalam kompetensi dasar: 1. Mengenal sejarah Khulafaur
Khalifah Umar bin Khattab, 4. Mengenal sejarah Khalifah Usman bin Affan, 5.
dimana sebelum perbaikan 61,8% kemudian naik menjadi 81,8% dan naik lagi
menjadi 86,3%.
Jika dilihat dari data tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian siswa dan prosentase ketuntasan siswa
kegiatan pembelajaran merupakan salah satu hal yang harus dilakukan guru dengan
efektif.
Untuk lebih jelasnya peningkatan hasil belajar siswa dalam tiga siklus dapat
Grafik 2
Hasil Belajar
100 90,9
86,4
90
80
70 63,6
60
50 Hasil Belajar
40
30
20
10
0
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil tes dan observasi oleh pengamat baik pada siklus I, II dan III
untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, guru kemudian melakukan refleksi
untuk mengetahui sejauh mana hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
Berdasarkan temuan di lapangan dan proses refleksi diri diketahui bahwa guru
yaitu metode ceramah dan tanya jawab, murid bersifat pasif dan hanya menjadi objek
29
yang selalu dijejali dengan penjelasan konsep tanpa proses dari dalam diri siswa itu
sendiri. Siswa menjadi bosan dan kurang termotivasi dalam belajar sehingga pada saat
guru menyampaikan materi mereka sering bicara sendiri dengan kawannya dan bahkan
Keadaan ini ditemui dengan kurang tersedianya buku sumber dan bahan ajar di
sekolah terutama untuk mata pelajaran mulok bahasa inggris, kalaupun ada jumlahnya
sangat terbatas dan hanya cukup ntuk guru dan beberapa orang siswa saja. Jika dilihat
dari segi isi dan penyajiannya pun kadang mata pelajaran mulok bahasa inggris ini
mengakibatkan siswa menjadi kurang siap dalam melakukan dan mengikuti proses
pembelajaran. Jadi dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak tepatnya strategi
pembelajaran yang diambil guru dalam menyampaikan materi ke siswa dan kurang
tersedianya bahan ajar dan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa secara
tidak langsung merupakan penyebab rendahnya nilai ulangan harian siswa terutama
harian siswa dan banyaknya siklus perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan,
pembelajaran, serta meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian siswa dan presentase
Nilai rata-rata ulangan harian dan presentase ketuntasan siswa dalam belajar
merupakan suatu dampak atau akibat dari meningkatnya presentase keterlibatan anak
keterlibatan anak dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu kunci penting yang
30
harus diperhatikan guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Mengapa demikian,
sedangkan motivasi akan mempengaruhi besar kecilnya usaha untuk mencapai hasil
yang diinginkan.
Peningkatan nilai anak juga sangat dipengaruhi oleh frekuensi atau banyaknya
dilakukan, nilai rata-rata ulangan harian siswa semakin meningkat. Bagi guru, hal ini
memberi pengertian bahwa semakin terbiasa atau sering diberi tugas secara teratur dan
sistematis untuk dipecahkan sendiri melalui metode inquiri, maka daya serap siswa
semakin meningkat dan prestasinya semakin mantap. Jadi dengan demikian, penggunaan
media serta pemberian soal-soal dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan secara
kontinyu supaya kegiatan pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan nilai siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
kegiatan pembelajaran maka nilai rata-rata ulangan harian siswa semakin meningkat
pembelajaran melalui PTK, kiranya perlu ada kelompok kerja diantara guru untuk
selalu bertukar pikiran dan pengalaman berkenaan dengan masalah dan tugas
mengajar sehari-hari.
3. Guru harus dapat menjaga dan membina keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan
pembelajaran agar daya serap anak terhadap materi yang diberikan guru menjadi
lebih mantap.
4. Guru harus menguasai berbagai kemampuan. Salah satu kemampuan yang harus
dituntut menguasai materi ajaran atau mampu menyajikannya secara tepat, tetapi
32
juga dituntut mampu melihat/menilai kerjanya secara tepat, tetapi juga dituntut
penelitian, yang dalam konteks ini ruang lingkupnya berada seputar kelas, yaitu
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan
Bacon.
33
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa
Universitas Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Ro...akarya.