Anda di halaman 1dari 21

KEGIATAN BELAJAR 1:

POSISI MATA PELAJARAN SEJARAH


KEBUDAYAAN ISLAM DALAM
KURIKULUM MADRASAH 1973-2022

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Menganlisis Posisi Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dalam Kurikulum Madrasah 1973-2022

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan

A. Menganalisis Formalisasi Madrasah pada


Awal Kemerdekaan
B. Membandingkan Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum Madrasah dari 1973 dan 1976
C. Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum Madrasah 1984.
D. Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum Madrasah 1994
E. Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum 2004 (KBK)
F. Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum 2006 (KTSP)
G. Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum 2013 (K-13)
H. Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum 2022 (Kurikulum Merdeka)

A. Formalisasi Madrasah pada awal Kemerdekaan


Lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia tumbuh dari dan oleh
masyarakat. Jauh sebelum Indonesia menjadi Negara, dan kemudian
memunculkan departemen yang mengurusi pendidikan, (Deliar Noer, 1983, Husni
Rahim 2001) sudah muncul lembaga-lembaga pendidikan yang tumbuh dari
masyarakat seperti pesantren di Jawa, surau di Minangkabau, rangkang dan
meunasah di Aceh. Oleh karenanya masyarakat punya peranan signifikan dalam
1
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan. Kemunculan lembaga-lembaga
pendidikan itu ada yang difasilitasi oleh organisasi keagamaan semacam
Muhammadiyah dengan sekolah-sekolah Muhammadiyahnya, NU dengan
Ma'arifnya, Persis dengan Pesantrennya di Bangil, Al lrsyad dengan sekolah dan
pesantrennya di Salatiga, Mathlaul Anwar dengan sekolah dan pesantrennya di
Menes Banten, Persis dengan Pe- santrennya di Bandung, Nahdlatul Wathan
dengan pesantrennya di NTB, PUI dengan sekolah dan pesantrennya di
Majalengka dan sebagainya. Ada juga yang tumbuh oleh karena ketokohan
seseorang, semacam Pesantren Gontornya lmam Zarkasyi di Ponorogo, Adabiyah
Schoolnya Abdullah Ahmad di Padang, Sumatra Thawalibnya Syekh H. Abdul
Karim Amrullah dan sebagai-nya. (Soemarsono Mestoko, 1984)
Pengakuan akan eksistensi pendidikan agama dan madrasah muncul dalam
beberapa produk hukum ketika Indonesia dideklarasikan sebagai sebuah negera.
Contoh nyata dapat dilihat dalam Hasil Rapat BPKNIP (Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat) tanggal 27 Desember 1945, yang berisi 10 (sepuluh)
pokok-pokok usaha pendidikan dan pengajaran. Pada poin 5 dijelaskan;
1. Pengajaran Agama hendaklah mendapat tempat yang teratur saksama, hingga
cukup mendapat perhatian yang semestinya dengan tidak mengurangi
kemerdekaan golongan- golongan yang berkehendak mengikuti kepercayaan
yang dipeluknya. Tentang cara melakukan ini, baiklah kementerian
mengadakan perundingan dengan Badan Pekerja.
2. Madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakekatnya adalah satu alat dan
sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berakar dalam
masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan
bantuan yang nyata berupa tuntunan dan bantuan materiil dari Pemerintah.
Sementara, meskipun tidak secara eksplisit menyebut madrasah, Undang-
Undang Nomer 4 Tahun 1950 jo. UU Nomer 12 Tahun 1954, pada pasal 10 ayat (2)
menyatakan,”Belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari
Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar”. (Abdurrahman
Shaleh, 1982)
Sejak Indonesia merdeka, sampai tahun 1960, posisi madrasah masih berada
dibawah pengawasan Departemen PP & K (Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan), tetapi sejak munculnya ketetapan MPRS No. II/1960 Lampiran B (3)
disarankan sebagai berikut,” Madrasah hendaknya berdiri sendiri sebagai badan
otonom di bawah Departemen Agama dan bukan di bawah pengawasan
Departemen P.P.&K, sedangkan dalam undang-undang pokok pendidikan No.
4/1950 jo. 12/1954 pasal 10 (2) dicantumkan: Belajar di sekolah agama yang telah
mendapat pengakuan dari Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban
belajar”.(I. Jumhur dan Dana Suoarta 1975)

2
Sebagai pendidikan formal, madrasah sejak semula memiliki kurikulum
yang dipergunakan dalam aktivitas pembelajarannya. Kurikulum itu bukan saja
muncul pasca kemerdekaan dan dinegerikan oleh pemerintah, tetapi jauh sebelum
Indonesia merdeka. Tahun 1931, muncul kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan
Sekolah Normal Islam (sekolah Guru) (Hasbullah, 1999: 173) yang dalam struktur
kurikulumnya tercantum sejumlah mata pelajaran yang akan dipelajari oleh
peserta didik. Salah satu mata pelajaran dimaksud adalah Sejarah kebudayaan
Islam. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan ditingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
Madrasah Aliyah (MA). Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system
kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi akidah. Secara
konsepnya Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) mengulas kisah nyata perilaku dan
kejadian penting orang-orang muslim dahulu sehingga muslim pada masa
sekarang dapat meneladani segala macam yang baik-baik dalam berperilaku dan
menegakkan syarat Islam.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah menekankan
pada kemampuan mengambil ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam,
meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena social,
budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan masa yang akan datang.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Aliyah merupakan salah satu
mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi
Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan ummat
setelah Rasulullah SAW wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman
keemasan) pada tahun 650 M-1250 M, abad pertengahan/ zaman kemunduran
(1250 M-1800 M), dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta
perkembangan Islam di Indonesia dan di Dunia.

B. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah dari 1973 dan 1976
Proses penyeragaman kurikulum Madrasah baru dilakukan sejak
ditetapkannya hasil musyawarah Kurikulum di Cibogo, Bogor pada tanggal 10
sampai dengan 20 Agustus 1970 dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomer
52 tahun 1971. Kurikulum ini kemudian dikembangkan menjadi kurikulum 1973
dengan Struktur Kurikulum sebagai berikut. (Abdurrahman Shaleh: 1982)

3
No. Mata Pelajaran Kelas
I II III
I. AGAMA 14 16 16
1. Al Qur’an/Tafsir 5 5 5
2. Hadits/Musthalah 2 3 3
3. Fiqhi/Ushulfiqhi 3 4 4
4. Tauhid 2 2 2
5. Tarikh Islam 2 2 2
II. BAHASA ARAB 10 10 10
6. Muthalaah/Muhadatsah 2 2 2
7. Nahwu/Sorf 4 4 4
8. Insya’ / Tarjamah 2 2 2
9. Mahfudzat 1 1 1
10. Imla’ / Chot 1 1 1
III. UMUM 20 20 22
11. Bahasa Indonesia 3 3 3
12. Bahasa Inggris 3 3 3
13. Ilmu Bumi 2 2 2
14. Sejarah 1 1 1

15. Ilmu Hayat /Kesehatan 2 2 2


16. Ilmu Alam 1 1 1
17. Aljabar/Ukur 3 3 3
18. a. Seni Suara ---- ------ ------
b. Menggambar ---- ---- -
c. Pekerjaan Tangan -1 -1 -----
-1
19. Tata Negara/Civics 1 1 1
20. Pendidikan Jasmani 2 2 2
21. Administrasi 1 1 1
22. Pendidikan/Jiwa --- --- ---
Jumlah 44 46 48

Sebagai upaya lebih memperkuat eksistensi madrasah melalui


kurikulumnya, Menteri Agama A. Mukti Ali pada tanggal 29 Desember 1976
mengeluarkan Keputusan Menteri Agama tentang Kurikulum Madrasah. Masing-
masing Nomer 73 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomer 74 untuk Madrasah
Tsanawiyah, dan Nomer 75 untuk Madrasah Aliyah.
Khusus tentang Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, secara lebih detail

4
dijelaskan pada Bab III Keputusan Menteri Agama Nomer 74 Tahun 1976 meliputi
Program Umum,, Program Akademis, dan Program Ketrampilan.
Berdasar ketentuan Bab III tersebut, muncullah struktur kurikulum
Madrasah Tsanawiyah Tahun 1976 sebagai berikut. (Abdurrahman Shaleh)
Program No. Bidang Studi Kelas I Kelas II Kelas III
1 2 1 2 1 2 Jumlah
Umum 1 Aqidah Akhlaq 2 2 2 2 2 2 12
2 AlQur’an Hadits 3 3 2 2 2 2 14
3 Syari’ah 2 2 3 3 3 3 16
4. Pendidikan 2 2 2 2 2 2 12
Moral Pancasila
5 Pendidikan 2 2 2 2 2 2 12
Olahraga-
Kesehatan
6 Pendidikan 2 2 2 2 2 2 12
Kesenian
Akademis 7 Sejarah Islam 2 2 2 2 2 2 12
8 Bahasa Arab 4 4 4 4 4 4 24
9 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4 24
10 Bahasa Daerah (2) (2) (2) (2) -- -- 8
11 Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 4 24
12 Ilmu 4 4 4 4 4 4 24
Pengetahuan
Sosial
13 Matematika 5 5 5 5 5 5 30
14 Ilmu 4 4 4 4 4 4 24
Pengetahuan
Alam
Ketrampilan 15 Pilihan Terikat 3 - 3 -- 3 - 9

16 Pilihan Bebas -- 3 -- 3 - 3 9
43 43 43 43 43 43 258
4
45 43 45 45 266

C. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 1984.


Seiring dengan perkembangan waktu, sebagai bentuk dinamika pendidikan
di Indonesia, munculllah SKB (Surat Keputusan Bersama) 2 Menteri; yaitu Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 0299/U/1984 dan Menteri Agama Nomer 45
Tahun 1984 tentang Peraturan Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan
5
Kurikulum Madrasah. (Hasbullah: 1999) Secara khusus, beberapa bagian dari SKB
ini yang perlu dicermati adalah Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 dan Bab III
pasal 4. Pada Pasal 1 disebutkan tentang apa yang dimaksud Sekolah Umum, apa
itu Madrasah, apa itu Struktur Program Kurikulum yang mencakup Program
wajib, Khusus (pilihan) dan Identitas Madrasah.
Sebagai tindak lanjut atas SKB 2 Menteri tersebut, Menteri Agama
mengeluarkan Surat Keputusan tentang Kurikulum Madrasah Tahun 1984. Masing
Nomer 99 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomer 100 untuk Marasah Tsanawiyah dan
Nomer 101 untuk Madrasah Aliyah (Hasbullah : 1999)
Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Tahun 1984 adalah berikut
Dirjen Binbaga Depag RI, 1986)
JENIS Kelas/Semester I II III JUMLA H
PROGRA Mata Pelajaran 1 2 3 4 5 6
M
PROGRA A. PENDIDIKAN AGAMA :
M INTI 1. Al Qur’an Hadits 2 2 2 2 2 2 12
2. Aqidah – Akhlak 2 2 2 2 2 2 12
3. Fiqih 4 2 2 2 2 2 14
4. Sejarah dan -- -- 2 2 2 2 8
Kebudayaan Islam
5. Bahasa Arab 4 4 3 2 3 2 18
B. PENDIDIKAN DASAR 30 %
UMUM 2 2 3 2 2 2 12
6. Pendidikan Moral
Pancasila
7. PendididikanSejarah -- 2 -- 2 -- 2 6
Perjuangan Bangsa
8. Bahasa dan Sastra 3 3 3 3 4 4 20
Indonesia
9. Sejarah Nasional 2 2 3 2 2 2 12
Indonesia dan Sejarah
Dunia
10. Pengetahuan Sosial 2 2 3 2 2 2 12
11. Biologi 2 2 3 2 2 2 12
12. Fisika 2 2 3 2 2 2 12
13. Matematika 5 5 5 5 4 4 28
14. Bahasa Inggris 4 4 3 2 3 2 18
15. Pendidikan Olahraga 2 2 -- -- -- -- 4
dan Kesehatan

6
16. Pendidikan Seni 2 2 -- -- -- -- 4

17. Pendidikan Ketrampilan 2 2 -- -- -- -- 4

PROGR C. PENDIDIKAN DASAR


AM PENGEMBANGAN
PILIHA ● Ketrampilan -- -- 2 2 2 2 8
N ● Kesenian -- -- 2 2 2 2 8
● Olah Raga -- -- 2 2 2 2 8
● Bahasa Daerah -- -- 2 2 2 2 8
JUMLAH BEBAN BELAJAR 40 40 40 40 40 40 240
BEBAN PELAJARAN 15 16 17 18 17 18

D. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 1994


Tahun 1989 muncul Undang-undang Nomer 2 tahun 1989 tentang Sistem
pendidikan Nasional. Salah satu bagian penting UU tersebut misalnya dapat
dilihat pada pasal 37. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-
masing satuan pendidikan. (Dirjen Binbaga Islam, 1991/1992)
Satu tahun kemudian, muncul Peraturan pemerintah Nomer 28 Tahun 1990
tentang Pendidikan Dasar. Pasal 4 ayat 3 PP tersebut menjelaskan bahwa SD dan
SLTP yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen
Agama masing-masing disebut Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah.
Demikian juga Bab I Pasal 1 PP tersebut, menyebutkan bahwa Madrasah Aliyah
adalah Sekolah Menengah Umum yang berciri khas agama Islam yang
diselenggarajkan Departemen Agama. Dengan demikian, Madrasah (kecualai
MAK) merupakan Pendidikan umum berciiri khas agama Islam.
Sebagai upaya mewujudkan UU dan PP tersebut, Menteri Agama pada
tahun 1993 mengeluarkan SK tentang Kurikulum Madrasah. Masing-masing
Nomer 371 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomer 372 untuk Madrasah Tsanawiyah
dan Nomer 373 untuk Madrasah Aliyah. Ketiga kurikulum tersebut diberlakukan
mulai tahun 1994. Sehingga disebut kurikulum 1994. Adapun Struktur Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah 1994 Berdasar SK Menag Nomer 372 Tahun 1993.
No. Mata Pelajaran I II III
1. PPKn 2 2 2
2. Pendidikan Agama Islam (9) (9) (9)

7
a. Qur’an Hadits 1 1 1
b. Akidah Akhlaq 2 2 2
c. Fiqh 2 2 2
d. SKI 1 1 1
e. Bahasa Arab 3 3 3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam 6 6 6
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6
7. Kerajinan Tangan dan Kesenian 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2 2 2
9. Bahasa Inggris 4 4 4
10. Muatan Lokal 2 2 2
Jumlah 45 45 45

Pemakaian Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah


didasarkan atas Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 32 Tahun 1993 Tanggal 22-
12-1993 Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mata Pelajaran: Sejarah
Kebudayaan Islam. Keputusan tersebut ditindaklanjut oleh Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI dengan dicetak dan
diedarkannya Kurikulum 1994 pada tahun anggranan 1994/1995. Pada bagian ini
hanya dikutip lampiran II yang berisi. GBPP (Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mata Pelajaran: Sejarah
Kebudayaan Islam) karena berisi aspek operasional dari kurikulum tersebut.

E. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2004 (KBK)


Tahun 2003 muncullah Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dengan kemunculan UU tersebut maka muncullah
kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2004 yang disebut dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan Kurikulum yang
mengelemi perubahan orientasi dari Berbasis Materi sebagaimana ada pada
kurikulum 1975, 1984 dan 1994.

8
Pada Kurikulum 2004, Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah
sebagai berikut:
Alokasi Waktu

Mata Kelas Kelas Kelas


Pelajaran VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa dan Sastra Indonesia 5 5 5
4. Matematika 5 5 5
5. Sains 5 5 5
6. Pengetahuan Sosial 5 5 5
7. Bahasa Inggris 4 4 4
8. Pendidikan Jasmani 2 2 2

9. Kesenian 2 2 2
10. Ketrampilan / Teknologi Informasi 2 2 2

11. Pembiasaan 2 2 2

Jumlah 36 36 36

Secara lebih spesifik, kemunculan kurikulum ini berangkat dari argumen


bahwa dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir
semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat, di awal melinium ketiga telah dikembangkan
kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah Tsanawiyah (MTs) secara
nasional, yaitu Kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain:
1. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment) dari pada
penguasaan materi;
2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia;
3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di
lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan.

9
Walaupun kurikulum nasional ini lebih global dibanding kurikulum 1994,
model ini diharapkan lebih membantu guru, karena dilengkapi dengan
pencapaian target yang jelas, materi standar, standar hasil belajar peserta didik,
dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Meskipun demikian, keadaan sumber
daya pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya keragaman
pemahaman terhadap standar nasional, yang dampaknya akan mempengaruhi
pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu
perlu adanya penjabaran tentang kurikulum melakui kurikulum yana berbasis
pada kompetensi dasar yang diharapkan dapat menjamin tercapainya kompetensi
dasar nasional mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
Oleh sebab itu, muncullah argument tentang urgensi Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2004 bahwa Kehidupan dan peradaban
manusia di awal melinium ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam
merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan, pendidikan baik di
bidang ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Namun
bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, misalnya krisis politik, ekonomi, sosial, hukum, etnis, agama, golongan
dan ras. Akibatnya, peranan serta efektivitas pembelajaran di Madrasah sebagai
pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan keberagamaan masyarakat
dipertanyakan Tidak terkecuali pembelajaran SKI.
Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi beberapa
kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat
dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk
watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata
pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam
implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif; kurang
mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah kurangnya
keikutsertaan guru mata pelajaran
lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan
nilai-nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru
dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya
berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang
tua peserta didik.
Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di Madrasah, sebab SKI
di Madrasah bukanlah satu- satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan
watak dan kepribadian peserta didik.

10
Dengan pertimbangan ini, maka disusun kurikulum nasional SKI Madrasah
Tsanawiyah yang berbasis pada kompetensi dasar (competency). Standar ini
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan
kurikulum SKI Madrasah Tsanawiyah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

F. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2006 (KTSP)


Kurikulum 2006 atau disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan penyempurna Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Dan
dengan dikeluarkannya Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan dengan munculnya berbagai
perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat, maka disusunlah kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs). Dan
meskipun terjadi perubahan Kurikulum dari KBK ke KTSP, tetapi argumennya
sama, yaitu secara Nasional yaitu Kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri antara
lain:
1. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi daripada penguasaan materi.

2. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di


lapangan untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
3. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia.
Model Kurikulum Nasional ini diharapkan lebih membantu guru karena
dilengkapi dengan pencapaian target yang jelas; Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, KTSP yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
bisa diterapkan atau dikembangkan lagi oleh masing-masing satuan pendidikan.
Keadaan sumber daya pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya
keragaman pemahaman terhadap Standar Nasional yang dampaknya akan
mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Untuk itu perlu adanya penjabaran kurikulum melakui Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan dapat lebih menjamin
tercapainya Kurikulum secara nasional.
Secara lebih spesifik, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Madrasah Tsanawiyah (MTs). Di kembangkan kurikulumnya dengan argument
sebagai berikut. Kehidupan dan peradaban manusia senantiasa mengalami banyak
perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan,
pendidikan baik di bidang ilmu- ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-
ilmu terapan. Namun bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya krisis politik, ekonomi, sosial,
hukum, etnis, agama, golongan dan ras. Akibatnya, peranan serta efektivitas

11
pembelajaran di Madrasah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan
keberagamaan masyarakat dipertanyakan Tidak terkecuali pembelajaran SKI.
Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi beberapa
kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat
dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk
watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata
pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Datam
implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif; kurang
mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah kurangnya
keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta
didik untuk mempraktekkan nilai-nilai
SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam
pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai
sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua
peserta didik.
Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di Madrasah, sebab SKI
di Madrasah bukanlah satu- satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan
watak dan kepribadian peserta didik.
Dengan pertimbangan ini, maka disusun kurikulum nasional SKI Madrasah
Tsanawiyah yang diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan datam
mengembangkan kurikulum SKI Madrasah Tsanawiyah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Ada satu kemnadirain dari Kementerian agama, yaitu bahwa setelah
kemunculan Kurikulum 2006 secara khusus Menteri Agama mengeluarkan
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesianomor 2 Tahun 2008 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan
Bahasa Arab Di Madrasah. Dalam peraturan inilah mata pelajaran agama di
Madrasah termasuk di dalamnya Sejarah Kebudayaan Islam diatur Standar Isinya.
Dan dari Peraturan tersebut terlihat Struktur Kurikulum madrasah sebagai berikut:

12
Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen IV, V,
I II III
dan VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an-Hadis 2
b. Akidah-Akhlak 2
c. Fikih 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Bahasa Arab 2
5. Matematika 5
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
8. Seni Budaya dan Keterampilan 4
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
4
dan Kesehatan
B. Muatan Lokal *) 2
C. Pengembangan Diri **) 2
Jumlah 31 31 33 39

II. TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH TSANAWIYAH


Kelas dan Alokasi Waktu
Komponen
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an-Hadis 2 2 2
b. Akidah-Akhlak 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Arab 2 2 2
5. Bahasa Inggris 4 4 4
6. Matematika 4 4 4

13
7. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
8. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
9. Seni Budaya 2 2 2
10. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
2 2 2
dan Kesehatan
11. Keterampilan/TIK 2 2 2

B. Muatan Lokal *) 2 2 2
C. Pengembangan Diri **) 2 2 2
Jumlah 42 42 42

III. TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH ALIYAH


2. Kelas X
Alokasi Waktu

Komponen Semester 1 Semester 2


A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an-Hadis 2 2
b. Akidah-Akhlak 2 2
c. Fikih 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam - -
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Bahasa Arab 2 2
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 4 4
7. Fisika 2 2
8. Biologi 2 2
9. Kimia 2 2
10. Sejarah 1 1
11. Geografi 1 1
12. Ekonomi 2 2
13. Sosiologi 2 2
14. Seni Budaya 2 2
15. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan 2 2
Kesehatan

14
16. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2
17. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2
B. Muatan Lokal *) 2 2
C. Pengembangan Diri **) 2 2
Jumlah 46 46

3. Program IPA
Alokasi Waktu
Komponen Kelas XI Kelas XII
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an-Hadis 2 2 2 2
b. Akidah-Akhlak 2 2 - -
c. Fikih 2 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam - - 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4
4. Bahasa Arab 2 2 2 2
5. Bahasa Inggris 4 4 4 4
6. Matematika 4 4 4 4
7. Fisika 4 4 4 4
8. Kimia 4 4 4 4
9. Biologi 4 4 4 4
10. Sejarah 1 1 1 1
11. Seni Budaya 2 2 2 2
12. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan 2 2 2 2
Kesehatan
13. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2
14. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2 2 2
B. Muatan Lokal *) 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri **) 2 2 2 2
Jumlah 45 45 45 45

15
G. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2013 (K-13)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional sejak tahun pelajaran
2013-2014 telah memberlakukan Kurikulum 2013 di beberapa Sekolah Umum
Negeri mulai tingkat SD, SMP dan SMA di seluruh penjuru Nusantara. Sementara
di Madrasah yang berada dalam naungan Kementerian Agama Republik Indonesia
belum melaksanakan kurikulum 2013 ini dan baru akan menerapkan kurikulum
2013 secara serentak di seluruh Indonesia di awal tahun pelajaran 2014-2015.
Terkait dengan Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) No 67 tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Permendikbud No 68
tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Permendikbud No 69 tahun 2013 tentang
Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah serta Permendikbud No 70 tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan /Madrasah Aliyah Kejuruan. .
Sedangkan Kemeterian Agama Republik Indonesia menindaklanjuti
penerapan Kurikulum 2013 ini dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia No. 912 Tahun 2013 ( Permenag No. 912 Tahun 2013) Tentang
Kurikulum Madarasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab. Permenag No 912 ditandatangani Oleh Menteri Agama Republik Indonesia
Suryadarma Ali pada tanggal 9 Desember 2013 di Jakarta. Kurikulum ini
mencakup Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Standar Isi, Standar Proses,
dan Standar Penilaian Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Kementerian
Agama Republik Indonesia mengeluarkan keputusan Menteri Agama Nomor 114
tahun 2014 sebagai tindak lanjut dari permenag no. 912 tahun 2013 tentang
pedoman kurikulum Madrasah 2013 mata pelajaran PAI dan bahasa arab pada
Madrasah. Struktur kurikulum Madrasah 2013 terdiri dari Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti (KI) kurikulum adalah pengikat
berbagai kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata
pelajaran serta berfungsi sebagai integrator horisontal antar mata pelajaran.
Selanjutnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah dirumuskan
untuk jenjang satuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK) dipergunakan untuk merumuskan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi
Dasar adalah kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan
dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar merupakan konten atau kompetensi yang
terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada

16
kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan
awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran, mengingat standar kompetensi lulusan
harus dicapai pada akhir jenjang. Sebagai usaha untuk memudahkan operasional
perumusan kompetensi dasar, diperlukan tujuan antara yang menyatakan capaian
kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas pada setiap jenjang Madrasah Ibtidaiyah
(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK).
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam kurikulum Mdrasah
2013 diartikan sebagai mata pelajaran yang memuat catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah,
bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system kehidupan atau
menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah. Karakteristik Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan mengambil
ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi,
dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan
seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada
masa kini dan masa yang akan datang. Pada tahun 2019, Kementerian Agama RI
kembali mengeluarkan Keputusan Menteri Agama nomor 183 tahun 2019 sebagai
respon adanya revisi kurikulum 2013 melalui peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 20-24 tahun 2016. Terkait dengan KI dan KD pada mata
pelajaran SKI dapat dilihat secara lengkap pada dokumen Keputusan Menteri
Agama nomor 183 tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada
Madrasah.

17
H. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2022 (Kurikulum Merdeka)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikburistek) telah mengeluarkan sebuah kebijakan dalam rangka
pengembangan Kurikulum Merdeka yang diperuntukan untuk satuan pendidikan
sebagai pilihan tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran
selama 2022-2024. Kebijakan Kemendikburistek terkait kurikulum nasional akan
dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan
pembelajaran. Menindaklanjuti keputusan dari Kemdikbudritek tersebut,
Kementrian Agama RI mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Islam Nomor 347 Tahun 2022 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka
pada Madrasah kemudian dikeluarkan lagi KMA nomor 3211 tahun 2022 tentang
Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Kurikulum
Merdeka pada Madrasah.
Ruang lingkup pedoman implementasi kurikulum merdeka pada madrasah
meliputi: standar kelulusan, standar isi, struktur kurikulum, Implementasi
Kurikulum di Madrasah, pembelajaran dan asesmen, penguatan profil pelajar
pancasila, kurikulum operasional Madrasah, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kurikulum merdeka pada madrasah, sosialisasi dan pendampingan implementasi
kurikulum merdeka di Madrasah, serta yang terakhir terkait capaian
pembelajaran.
Berdasarkan kurikulum Merdeka pada madrasah, mata pelajaran Sejarah
dan kebudayaan Islam (SKI) diartikan bahwa SKI merupakan catatan
perkembangan perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban dari
masa ke masa. Pembelajaran SKI menekankan pada kemampuan mengambil
ibrah/hikmah dari sejarah masa lalu untuk menyikapi dan menghadapi
permasalahan masa sekarang dan yang akan datang. Keteladanan yang baik masa
lalu menjadi inspirasi generasi penerus bangsa untuk menyikapi dan
menyelesaikan fenomena social, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni dan lain-lain
dalam rangka membangun peradaban di zamannya.
Belajar sejarah kebudayaan Islam tidak hanya mempelajari pengetahuan,
fakta, dan kronologi, tetapi juga mencakup aspek akidah, akhlaq, etika, politik, dan
sosial-keagamaan. Dari aspek akidah atau spiritual, SKI berperan dalam menjaga
dan menguatkan keimanan peserta didik, yang berimplikasi bertambahnya
keimanan mereka kepada Allah dan Rasulnya serta meyakini keagungan Islam.
Pembelajaran SKI membutuhkan sosok guru yang mampu mendesain
proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satunya adalah dengan
merespon tantangan era digital, yaitu berperan mengembangkan talenta digital
peserta didik melalui pembelajaran SKI yang lebih menarik, menyenangkan, dan
penuh tantangan untuk
18
mendorong prestasi akademik yang gemilang. Guru juga harus
menerapkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam pembelajaran untuk
mewujudkan perdamaian dan kedamaian umat manusia. Selain itu, guru harus
mampu mengembangkan capaian pembelajaran yang akomodatif bagi peserta
didik berdasarkan hasil asesmen kebutuhan
peserta didik. Pelaksanaan akomodasi kurikulum, pembelajaran, dan
penilaian bagi peserta didik berkebutuhan khusus dalam memenuhi capaian
pembelajaran menjadi kewenangan guru dan satuan pendidikan.
Elemen sejarah kebudayaan Islam terdiri dari lima elemen kunci beserta
cakupan/subtansinya, sebagai berikut:
Elemen Diskripsi
Periode Rasulullah SAW Menguraikan sejarah masa kenabian Rasulullah SAW. Serta
perjuangan dakwah di Mekah dan di Madinah. Pembelajaran
periode Rasulullah SAW diharapkan dapat menekankan
pada kemampuan mengambil hikmah dari sejarah kenabian
Rasulullah SAW. Kemudian menganalisis berbagai
peseristiwa dan menyerap berbagai kebijaksanaan yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta mampu
meneladaninya dalam kehidupan sehari0hari terkait
fenomena social budaya, politik, ekonomi, iptek, seni dalam
rangka membangun peradaban di zamannya.
Periode khulafaurasyidin Menguraikan sejarah Islam dalam proses pemilihan para
khulafaurrasyidin setelah wafatnya Rasulullah saw. Yang
pada periode ini disebut sebagai masa kepemimpinan terbaik
yang demokratis setelah kepemimpinan Rasulullah saw.
Selain itu juga menguraikan catatan sejarah Islam tentang
strategi dakwah para khulafaurrasyidin yakni Abu Bakar Ash
syiddiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib dalam meneruskan kepemimpinan Rasulullah Saw
yang kesemuanya memiliki strategi berbeda sesuai dengan
perkembangan kondisi social masyarakat waktu itu
diharapkan peserta didik dapat mengambil ibrah dari
pembelajaran masa kepemimpinan khulafaurrasyidin ini,
sehingga mampu untuk menjadi calon pemimpin yang
handal pada zamannya.
Periode klasik/zaman Menguraikan sejarah Islam setelah masa khulafaurrasyidin,
keemasan (pada tahun yakni masa lahirnya Daulah Umayyah di Damaskus dan
650 M) Andalusia serta perkembangan peradaban dan ilmu
pengetahuan pada masa Daulah Umayyah di Damaskus dan
Andalusia, lahirnya Daulah Abbasiyah, perkembangan
19
peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah.
Abbasiyah diharapkan peserta didik dapat mengambil ibrah
dari perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan pada
masa periode klasik/zaman keemasan, sehingga mampu
meneladani semangat tokoh ilmuan muslim dalam
membangun peradaban Islam pada zamannya.
Periode Menguraikan sejarah Islam setelah periode klasik yakni
pertengahan/zaman mengevaluasi proses lahirnya Daulah Ayyubiyah, Usmani,
kemunduran (1250 M- Mughal dan Syafawi, serta mengevaluasi perkembangan
1800 M) peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Ayyubiyah, Usmani, Mughal dan Syafawi. Diharapkan
peserta didik dapat mengambil ibrah dari lahirnya Daulah
Usmani, Mughal dan syafawi serta perkembangan ilmu
pengetahuan pada periode pertengahan tersebut. Aspek ini
akan menjadi keteladanan (ibrah) dan inspirasi generasi
penerus bangsa dalam menciptakan kehidupan yang
harmonis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Periode modern/zaman Menguraikan sejarah Islam pada periode modern
kebangkitan (1800 M- diantaranya menganalisis peran umat Islam pada masa
sekarang) penjajahan,kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
Diharapkan peserta didik dapat mengambil ibrah menjadi
muslim yang berwawasan global dan adaptif terhadap
perkembangan zaman.
Periode Islam di Menguraikan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di
Nusantara nusantara, peran Walisanga dan pesantren dalam dakwah
islam, kerajaan-kerajaan Islam, nilai-nilai kearifan local, serta
tokoh penyebar Islam di berbagai wilayah dan pendiri
organisasi kemasyarakatan Islam di Indonesia. Diharapkan
peserta didik dapat mengambil ibrah menjadi muslim
moderat.

I. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Pengenalan Posisi


Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah
Mapel madrasah di bagi menjadi tiga: Agama, Bahasa Arab dan Umum.
Mapel SKI bagian dari Agama. Dalam kurikulum Madrasah, SKI memiliki peran
penting dalam memperkenalkan sejarah dan budaya Islam kepada siswa, serta
membantu siswa memahami bagaimana Islam mempengaruhi kebudayaan dunia
dan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan peradaban manusia. Oleh
karena itu, SKI menjadi mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa Madrasah
untuk memahami akar sejarah dan budaya Islam.

20
Integrasi kurikulum SKI dengan moderasi beragama merupakan hal yang
sangat penting dalam pendidikan di Madrasah. Moderasi beragama mengacu pada
sikap dan perilaku yang menghargai keragaman agama dan kepercayaan serta
menjunjung tinggi prinsip-prinsip kedamaian, dan kerukunan antar umat
beragama.
SKI dapat berperan sebagai media untuk mengajarkan nilai-nilai moderasi
beragama kepada siswa. Materi pembelajaran SKI dapat mengintegrasikan
konsep-konsep moderasi beragama seperti toleransi, menghargai perbedaan,
kerukunan antar umat beragama, dan persatuan dalam keberagaman.
Dengan mengintegrasikan moderasi beragama dalam kurikulum SKI, siswa
dapat memahami bahwa Islam tidak hanya berbicara tentang agama tetapi juga
menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Selain itu, siswa juga
dapat memahami bahwa Islam menghargai perbedaan dan mendorong dialog
antaragama yang mengarah pada perdamaian dan persatuan.
Dengan demikian, integrasi kurikulum SKI dengan moderasi beragama
dapat membantu siswa Madrasah untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang Islam dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat yang lebih luas.

J. Latihan
1. Buatlah peta konsep perkembangan kurikulum Ski mulai tahun 1973-2022 !
2. Refleksikan arah pengembangan kurikulum SKI dari periode pertama hingga
sekarang !
3. Diskusikanlah dengan kelompok Saudara, berkaitan dengan posisi mata pelajaran
SKI pada kurikulum Merdeka Belajar!

K. Referensi Tambahan
1. KMA nomor 347 tahun 2022 tentang pedoman implementasi kurikulum merdeka
pada madrasah
2. Keputusan Direktur Jenderal pendidikan Islam pada nomor 3211 tahun 202

21

Anda mungkin juga menyukai