Selastia Yuliati
Jurusan Teknik Kimia Politeknik negeri Sriwijaya, Politeknik Negeri Sriwijaya,
Jalan Srijaya Negara Bukit Besar, Tlp (0711) 353414
Email selastiayuliati@yahoo.com
Abstrak
Pengolahan air bersih dalam penelitian ini bertujuan menghilangkan semua kandungan parameter kimia,
biologis yang terdapat didalam air baku. Air baku yang diolah berupa air gambut, air payau serta air
sungai musi. Air tersebut diolah mengunakan teknologi membrane dan bertujuan untuk mendapatkan air
bersih yang memenuhi standar kesehatan. Membran yang digunakan adalah membran ultrafiltrasi
berbasis polimer polysulfon. Metoda yang digunakan dalam pembuatan membran tersebut adalah metoda
Inversi fasa dari formula Loeb and Sourirajan yaitu melarutkan polimer Polysulfon kedalam campuran
larutan Dimethyl Asetamida (DMAc) dan Poliethylen Glicol (PEG) sebagai aditif. Membrane yang
dihasilkan yaitu berukuran pori 0,0014 m memenuhi standar ultrafiltrasi. Tujuan khusus penelitian ini
selain mendapatkan membran polysulfon yang kegunaannya untuk pengolahan air besih atau air minum,
juga mengkaji beberapa parameter yang digunakan sehingga diperoleh kondisi yang optimum. Metoda
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperiment, perancangan alat serta Penerapan
Teknologi Tepat Guna (TTG). Bahan baku sebelum diolah dilakukan analisa pendahuluan dan
selanjutnya dilakukan proses pretreatment. Beberapa alat filter yang digunakan diantaranya filter
mangan, mangan zeolit, fiter besi, carbon aktif serta silica yang bergunakan menurunkan semua
parameter yang terdapat didalam air baku. Air hasil pretreatment untuk selanjutnya dilewatkan melalui
membrane ultrafiltrasi. Produk yang dihasilkan mengacu pada standar kualitas air bersih dan air minum
yang diizinkan oleh MENKES NO 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang pengadaan air bersih dan air
minum. Hasil analisa menunjukkan penurunan rata-rata parameter air baku gambut dan payau setelah
melewati membrane adalah 77,8% dan 32,6%, sedangkan untuk air musi mencapai 92,5%. Air bersih
maupun air minum yang dihasilkan telah memenuhi standar baku mutu.
dari samping modul ultrafiltrasi yang agar diperoleh membran dengan dengan
selanjutnya dilakukan analisa. struktur pori yang baik. Variasi
konsentrasi pelarut DMAc yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan dimaksudkan untuk
mendapatkan struktur pori membran
Pembuatan Membran Polysulfon yang memenuhi kriteria untuk
dipergunakan pada proses pengolahan
Metoda yang digunakan pada pembuatan air bersih.
membran polysulfon adalah mertoda
“Inversi Fasa“, dengan menggunakan Pada keadaan awal, setelah pencampuran
formula Loeb and Sourirajan dan polimer polysulfon kedalam pelarut
kajian awal (Yuliati, S, 2007) yaitu DMAc dengan pengadukan selama
melarutkan sejumlah polimer Polysulfon kurang lebih 24 jam terbentuk larutan
kedalam campuran pelarut Dimethyl kental dari campuran tersebut yang
Acetamida (DMAc) dan Poly Etilen dinamakan dope. Penambahan Poly
Glicol (PEG) sebagai aditif. Pemilihan Etilen Glicol (PEG) sebagai aditif yang
pelarut didasarkan atas kemampuan bertujuan untuk mempercepat
DMAc untuk melarutkan polimer terbentuknya pori membran dan
polysulfon menjadi pelarut-pelarut yang ditambahkan setelah semua polimer PSF
memiliki rantai pendek dan ber BM larut dalam DMAc. Dope kemudian
rendah. Membran Polysulfon yang didiamkan selama 24 jam pada suhu 10
dihasilkan adalah membran pori (Porous o
C (dalam lemari es) bertujuan untuk
membrane) dengan struktur yang pematangan serta menghilangkan
asimetris. Pada membran dengan gelembung-gelembung udara yang
konsentrasi polimer yang rendah, ditimbulkan pada saat pengadukan.
kemampuan pelarut untuk menghidrolisa Gelembung udara ini dapat
polimer polysulfon lebih besar dari pada menimbulkan kebocoran pada membran.
konsentrasi pelarut yang lebih tinggi Timbulnya gelembung ini disebabkan
(Levebre, 1998). Sehingga pada menguapnya aditif, dimana uap ini
konsentrasi pelarut yang lebih rendah terperangkap dalam dope.
rantai yang terbentuk lebih pendek.
Jumlah pori membran yang terbentuk Pencetakan membran dilakukan diatas plat
berkaitan dengan kemampuan pelarut kaca yang pinggirnya dilapisi selotif
tersebut untuk menghidrolisa polimer sebagai ukuran ketebalan membran.
polysulfon serta konsentrasinya. Dope diteteskan pada plat kaca
kemudian diratakan dengan
Pada konsentrasi pelarut yang lebih tinggi menggunakan batang stainless steel, film
jumlah pori membran relatif banyak polimer yang terbentuk didiamkan
tetapi ukuran pori yang diperoleh relatif selama kurang lebih 2 sampai 5 menit
besar sehingga tingkat permeabilitas ini bertujuan untuk menguapkan
membran membran akan rendah, sebagian pelarut dan membentuk ukuran
sedangkan pada konsentrasi DMAC pori membran. Semakin lama waktu
yang lebih kecil jumlah dan ukuran pori penguapan ukuran pori relatif kecil,
relatif kecil maka permselektifitas namun pada waktu penguapan yang
membran tinggi. Pada konsentrasi relatif lama struktur membran kurang
pelarut lebih tinggi lagi akan merusak baik (membran berkerut), hal ini
rantai polimer, hal ini disebabkan disebabkan pada permukaan membran
terjadinya degradasi (penghancuran) dari terbentuk kristal-kristal dimana dengan
polimer tersebut (Mulder, 1991), oleh molekul-molekul air akan membentuk
karena itu dipilih konsentrasi yang tepat
80 Jurnal Purifikasi, Vol. 13, No. 2, Desember 2012: 75-87
ikatan hydrogen. Membran yang masih Ukuran pori, jumlah dan densitas
menempel diatas plat kaca dicelupkan membran
kedalam bak koagulasi yang telah berisi
air pada suhu 8 s.d 10 oC. Proses yang Membran yang dibuat dengan variasi
terjadi pada koagulasi adalah konsentrasi 17% PSF, 66% DMAc dan
pembentukan gel (lapisan tipis), 17% PEG, waktu evaporasi dan
pembentukan pori serta terjadinya temperatur koagulasi 5 menit dan 8 oC
pertukaran antar pelarut dan non pelarut diperoleh ukuran pori membran 0,0104
(air) dimana pelarut akan berdifusi m, dan jumlah pori 37 serta densitas
kedalam bak koagualasi dan non pelarut membran relatif besar. Membran
berdifusi kedalam cetakan film. tersebut layak dipergunakan untuk
proses pengolahan air karena membran
Untuk menghilangkan sisa-sisa tersebut memiliki struktur pori yang
pelarut maka membran dicuci dengan air masih memenuhi standar proses
berulang-ulang, agar membran tidak ultrafiltrasi (Mulder, M, 1997) yaitu
mengandung asam. Annnealing membran akan memiliki tingkat
bertujuan untuk menstabilkan membran selektifitas tinggi apabila ukuran pori
terhadap pengaruh temperatur. Perlakuan membran relatif kecil dan jumlah pori
panas ini menyebabkan terjadinya relatif banyak.
gerakan translasi dari makromolekul-
makromelekul. Gerakan ini Waktu annealing serta lamanya evaporasi pada
menyebabkan group polar pada molekul saat pencetakan membran juga akan
yang sama atau yang berdampingan akan mempengaruhi ukuran serta jumlah pori.
mendekat satu sama lain sehingga Semakin lama waktu anneling dan
membentuk virtual cross linking evaporasi maka ukuran pori membran
disebabkan oleh interaksi antar molekul. yang dihasilkan semakin kecil, namun
Annealing juga dapat menyusutkan pori struktur rantai polimer membran yang
sehingga membran akan memiliki dihasilkan akan rusak (Mulder, M, 1997)
selektifitas yang tinggi.
tempuhan dengan tekanan operasi yang air tetap meningkat sedangkan untuk pH
bervariasi. air payau tetap turun. Rata-rata kenaikan
pH dari air treatment khususnya air
Fluks (Jv) rata-rata membran yang dihasilkan gambut dan air musi mencapai 77,94%,
sebesar 6,56 x 10 -3 l/m2 detik. Harga lebih besar bila dibandingkan dengan
fluks tersebut sesuai dengan harga yang penurunan pH dari air payau yang rata-
diperbolehkan menurut Mulder, M, yaitu rata turun hanya mencapai 30,14%. pH
5 s.d 10 X 10 -3 l/m2 detik. air baku pada keadaan awal tidak
memenuhi standar baku mutu air bersih,
Tabel 5.2 Data hasil penentuan fluks air murni namun setelah dilakukan pengolahan
(Jv) untuk membran pengolahan air maka pH air telah memenuhi standar
keruh. baku mutu air bersih. Standar pH yang
diperbolehkan menurut peraturan
NO Tekanan Jv Rata-rata Menkes Nno 492 tahun 2010 yaitu 6,5 -
operasi (Bar) (l/m2 detik) 8,8. Peningkatan pH dari air gambut
ataupun air musi dikarenakan adanya
1. 1 6,75 x 10-3 penurunan kandungan ion H + yang
2. 2 7,22 x 10-3 disebabkan adanya reaksi antara
3. 3 7,89 x 10-3 senyawa CaCO3 (kapur) pada saat
4. 4 8,05 x 10-3 pretreatment. Adanya filter carbon aktif
dan mangan zeolit serta filter cartridge
5. 5 8,33 x 10-3
juga dapat menurunkan pH air baku.
Filter cartridge berfungsi menyaring
7.1 Hasil Pengamatan partikel endapan yang berukuran
dibawah 0,5 m. Sifat membrane yang
1. Hubungan pH dengan Waktu pengamatan
sangat selektif dapat menurunkan
(sampling)
kandungan asam dari air baku, sehingga
pH yang dihasilkan memenuhi standar
air bersih ataupun air minum.
musi rata-rata mencapai 178,5 Pt-Co. Gambar 9. Grafik hubungan penurunan tingkat
Air baku tersebut terlihat berwarna kekeruhan
kuning kecoklatan, hal ini disebabkan
adanya kandungan besi, mangan yang Kemampuan membrane untuk menurunkan
larut dalam air baku. Warna kuning dari tingkat kekeruhan dalam hal ini
air baku menjadi tidak bewarna setelah tergantung sifat selektifitas dan
dilewati unit pretreatment dan turun rata- permeabilitas membrane. Membran
rata menjadi 88,5 Pt-Co (Efisiensi polysulfon memiliki tingkat selektifitas
62,9%). Setelah melewati membran (rejeksi) sangat tinggi terhadap
efisiensi penurunan kandungan warna penurunan tingkat kekeruhan.
rata-rata mencapai 87,94%. Penurunan Kekeruhan pada air baku disebabkan
kandungan warna disebabkan besi (Fe) adanya kandungan partikel padat yang
dan mangan (Mn) mengalami peristiwa larut didalam air terutama adanya
oksidasi menjadi feri oksida (Fe2O3) dan senyawa organik yang juga dapat
mangan dioksida (MnO2) yang tidak menimbulkan bau tidak sedap pada air
larut dalam air dan disaring pada tabung baku. Berdasarkan hasil analisa awal air
FRP yang mengandung karbon aktif baku yang dilakukan selama sampling
serta pasir silica yang akan (gambut dan musi) rata-rata memiliki
mengoksidasi besi dan mangan yang kekeruhan 41, 77 Pt-Co.Tingkat
terkandung dalam air baku. Membran kekeruhan dari air baku tersebut
dalam hal ini juga berfungsi mengikat melebihi batas stadandar yaitu 5.
ion-ion besi serta mangan yang Setelah melalui proses treatment
memiliki ukuran ion lebih besar parameter kekeruhan turun menjadi rata-
biladibandingkan dengan pori rata 6,50 Pt-Co (efisiensi mencapai
membrane, sehingga semua partikel atau 90,76%). Hasil analisa parameter
ion besi serta mangan tertahan pada kekeruhan masih berada diatas ambang
permukaan membrane yang berakibat batas (5), oleh karena membrane
berkurangnya kandungan warna dari air ultrafiltrasi hanya mampu menurunkan
baku. Penurunan kandungan warna dari partikel kandungan oerganik berukuran
air payau hanya mencapai rata-rata 42,3 dibawah 0,001 m (Wenten, I.G, 2010),
(efisiensi 33,5%) dari kandungan awal sedangkan ukuran partikel organik bisa
rata-rata selama sampling 56,2 Pt-Co. mencapai 0,001m. Untuk air payau
Dengan melihat penurunan kandungan berdasarkan hasil sampling yang
warna dari masing-masing air olahan dilakukan selama 5 kali pengmatan
tersebut, maka parameter warna dari air diperoleh kandungan awal tingkat
olahan masih batas memenuhi standar kekeruhan rata-rata mencapai diatas 35
baku mutu air bersih yang Pt-Co. Setelah dilakukan proses
diperbolehkan. treatment tingkat kekeruhan dari air
payau turun rata-rata 21 Pt-Co (Efisiensi
3. Penurunan tingkat kekeruhan terhadap hanya 43%). Bila dilihat dari penurunan
waktu sampling tersebut air payau olaha belum
memenuhi stnadar air barsuih yang
dizinkan (5). Kekeruhan air payau
disebabkan adanya parameter kandungan
zat padat terlarut yang cukup tinggi
sehingga diperlukan perancangan khusus
untuk menurunkan tingkat kekeruhan.
Filter zeolit serta mangan dalam hal ini
hanya mampu menurunkan tingkat
Yulianti, Pengolahan Air Menggunakan Membran Ultrafiltrasi 83
kekeruhan dari air payau mencapai ± 20 padat akan tertahan pada permukaan
%, hal ini dikarena tingginya kandungan membran yang mengakibatkan rejeksi
chloride yang sulit teroksidasi oleh ion meningkat (86,81%). Pada air payau
besi ataupun mangan pada saat kandungan rata-rata total padatan terlarut
penyaringan. selama sampling adalah 5019,11 mg/l.
Unit ptreatment yang ada hanya mampu
4. Penurunan Konsentrasi Padatan menurunkan kandungan TDS menjadi
Terlarut (TDS) rata-rata untuk setiap samplingnya
4768,33 mg/l (turun hanya mencapai
29,2%). Penurunan yang kecil ini
disebabkan unit pretreatment yang
tersedia tidak dirancang untuk
menyaring ion-ion tetapi untuk
menyaring bahan tersuspensi dan
terlarut. TDS ini dapat tersaring hanya
melalui unit perancangan membran
Gambar 10 Grafik hubungan penurunan
secara osmosa balik.
kandungan zat padat terlarut (TDS)
terhadap waktu pengamatan (sampling) 5. Penurunan Tingkat Kesadahan
Penurunan kandungan TDS dapat dilihat pada Kesadahan air baku dapat menyebabkan air
gambar 10. Total padatan zat terlarut tersebut tidak layak konsumsi, sehingga
merupakan besarnya jumlah kandungan perla dilakukan proses serta treatment
zat terlarut (organik dan anorganik) terhadap air tersebut sehingga memenuhi
didalam setiap mg/l air baku. Besarnya standar baku mutu air bersih. Kesadahan
kandungan TDS untuk setiap air baku dapat disebabkan tingginya kandungan
tidaklah sama. Air Payau memiliki senyawa calcium carbonat (CaCO3) yang
kandungan TDS yang sangat tinggi berupa senyawa endapan yang
karena banyak partikel organik atau dihasilkan akibat terjadinya reaksi
anorganik (garam) yang larut didalam air oksidasi ion mangan (Mn). Grafik
baku tersebut. Tingginya kandungan penurunan kesadahan dari air olahan
TDS mengakibatkan air tersebut tidak dapat dilihat pada gambar 11.
layak dikonsumsi. Kandungan awal
TDS untuk air baku gambut dan air musi
rata-rata mencapai 438,9 Mg/l, melihat
harga tersebut masih berada dibawah
ambang batas dari air bersih yang
distandarkan oleh DEPKES. Dari
gambar 6.9 terlihat hasil treatment untuk
kandungan TDS setiap sampling turun
rata-rata mencapai 215,6 mg/l setelah
melalui filter zeolit, kandungan TDS Gambar 11. Grafik Tingkat penurunan
turun rata-rata untuk selama sampling kesadahanterhadap waktu pengamatan
mencapai 153 mg/l, jauh berada (sampling)
dibawah standar baku mutu. Turunnya
TDS disebabkan membran memiliki sifat Berdasarkan hasil analisa awal, kandungan
selektifitas yang sangat tinggi sehingga kesadahan pada air baku cukup tinggi
tidak melewatkan partikel-partikel yaitu rata-rata hasil sampling diperoleh
organik (garam) melalui pori membran kandungan kesadahan untuk air gambut
(Degremont, 1999). Semua partikel 492,10 mg/l, sedangkan air musi 905
84 Jurnal Purifikasi, Vol. 13, No. 2, Desember 2012: 75-87
mg/l. Bila dilihat dari harga tersebut Cl yang terkandung didalam air payau
khususnya untuk air musi tingkat yang memiliki ukuran diameter lebih
kesadahan jauh berada diatas ambang kecil dari diameter media yang memiliki
batas dari standar yang diperbolehkan ukuran pori 0,0014 m. Sebaiknya untuk
menurun DEPKES yaitu 500. Setelah menurunkan kandungan ion chlorida
melalui proses pengolahan tingkat yang cukup tinggi alat dirancang
kesadahan turun rata mencapai 121,5 sedemikian rupa dan dapat menahan ion
mg/l untuk air gambut dan 243,56 mg/l Cl yang memiliki ukuran ion diatas
(effisiensi 89,5%). Filter mangan dan 0,0001 m.
mangan zeolit berfungsi dapat mereduksi
kandungan senyawa organik yang 5. Penurunan kandungan besi (Fe) dan
terdapat didalam air baku sehingga Mangan (Mn)
kesadahan berkurang. Begitu juga
membran ultrafiltrasi dapat menurunkan Penurunan kandungan logam Fe dan Mn dapat
kandungan organik mencapai 88,9%, dilihat pada gambar 13 dan 14.
sehingga air hasil olahan memenuhi
standar maksimal yang diperbolehkan
(500).
Jitsuhara, S dan S. Kimura. 1998. Analysis of Konfigurasi Aliran Dead End, Dosen
Solut Rejection in Ultrafiltration, Journal Muda, Dikti, Jakarta.
Eng. Japan.
Yuliati, S, 2007, Pembuatan membrane
Jitsuhara, S, 2001, Characterization Membrane Polysulfon Serat Berongga (Hollow
in Ultrafiltration, Journal membrane Fiber) Untuk Penurunan Kandungan
Science, Elsevier. Zat Warna dari Limbah Cair Industri
Tekstil, Hibah Bersaing, Dikti,
Kesting, R.E. 1997. Synthetic Polymeric Jakarta
Membranes. Mc Graw-Hill, Co. New
York. Yuliati, S, 2009, Pembuatan Membran Polimer
Berbasis polysulfon Untuk
Kimura, S. 1998. Characterization of Penjernihan Air Gambut dan Payau
Ultrafiltration Membranes. Journal Secara Osmosa Balik, Hibah
Polymer Science 23. 389, Japan. Bersaing, Dikti, jakarta
Levebre, M.S dan A.G. Fane, 1979. Wenten, I.G, 2002, Penentuan Fluks dan
Permeability Parameter of Polyamide Rejeksi pada Proses Pengolahan Air
Membrane, Proceedings A.C.S. Keruh dengan Membran Polysulfon
Symposium on Ultrafiltration. serat berongga, ITB, Bandung