Perpindahan panas mempelajari tentang laju perpindahan panas diantara material atau benda
karena adanya perbedaan suhu. Panas akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang
suhunya lebih rendah. Peristiwa perpindahan panas sangat banyak dijumpai dalam industri, misalnya
perpindahan panas dari pipa uap ke udara, pembuangan panas pada pembangkit tenaga, ketel uap, dapur
yang menggunakan konsep perpindahan panas.
Perpindahan panas dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu secara konduksi, konveksi dan
radiasi. Perpindahan panas konduksi adalah proses dimana panas mengalir antara medium - medium
berlainan yang bersinggungan secara langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar.
Perpindahan panas secara, konveksi, dapat dibagi menjadi dua cara,yaitu konveksi bebas dan konveksi
paksa. Konveksi bebas tidak dipengaruhi oleh adanya aliran yang dipaksakan disebabkan oleh beda suhu
dan beda rapat saja, sedangkan koveksi paksa dipengaruhi oleh adanya tenaga dari luar, misalnya
pengaruh pompa dan kompressor.
Analisa dari perpindahan panas dari fluida di dalam pipa memiliki keuntungan dimana konsep ini
bisa diaplikasikan pada sistem pemanas air bertenaga cahaya matahari serta untuk sistem tertutup
lainnya yang memanfaatkan panas dari fluida atau sistem hidrolik dan pemanas. Sistem tertutup untuk
menganalisa perpindahan panas fluida di dalam pipa untuk penelitian dasar di laboratorium masih
jarang terdapat dan umumnya sistem mempergunakan pengukuran mempergunakan thermometer biasa.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pada penelitian ini akan diteliti konsep dasar perpindahan
panas yang terjadi pada fluida di dalam pipa secara natural berdasarkan fungsi jarak aliran fluida dan
waktu tempuh sampai tingkat pemanasan telah mencapai kondisi stasioner. Untuk pengukuran suhu
dilakukan mempergunakan sensor suhu dan diukur secara online dan real time
1. Pendahuluan
Ketel uap pipa api ini merupakan ketel uap yang atau penggunaan pipa dapat menghasilkan laju
diaplikasikan pada lokomotif dan menghasilkan tekanan perpindahan panas pada pipa api dapat diaplikasikan,
paling besar 10 kg/cm2, ketel uap ini modelnya adalah maka untuk perlu dilakukan analisa toeritis perpindahan
horizontal berarti panas yang mengalir didalam pipa api panas untuk pemilihan pipa. Dengan tujuan mengetahui
secara linier atau lurus horizontal, ketel juga merupakan laju perpindahan panas pada ketel uap pipa api model
alat penukar kalor, sehinggan prinsip – prinsip alat horizontal. Prinsip – prinsip perpindahan panas pada ketel
penukar kalor juga bisa diaplikasikan disini tentu laju uap merupakan prinsip utama dalam perancangan dan
aliran panas pada pipa horizontal pada saat panas mengalir pengembangan ketel uap dan juga ketel uap merupakan
dan mentransfernya kepermukaan pipa api bagian dalam sebagai alat penukar kalor, karena ketel uap berfungsi
yang terkena panas mempengaruhi waktu perebusan air mengubah fase media cair menjadi fase cair jenuh, fase
didalam drum dan juga apakah pemilihan pipa dan ukuran uap jenuh dan fase uap super jenuh. Dari perubahan fase
diameter pipa sesuai dengan pemakaian atau perancangan. ini perlu energy untuk merubah enthalpy zat cair untuk
Dengan diameter pipa api yang direncanakan 125 mm, menghasilkan temperature dan tekanan dengan
tebal 2,5 mm dan temperature awal air 30 0C, temperature meningkatkan entalpi melalui proses/siklus tekanan vs
uap max. 150 0C, temperature dapur 980 0C dengan volime spesifik dan temperature vs entropi semua bisa
kapasitas panas 44 kW yang disebut juga sebagai sumber dihasilkan melalui proses perpindahan panas.
energi, Apakah pemilihan pipa yang belum ditentukan
∆T
2. Metode Penelitian 𝑄=
𝑅𝑡
𝑇𝑢1 − 𝑇𝑢2
Konduktivitas Thermal (Daya Hantar Panas) Adalah =
sifat bahan yang menunjukkan seberapa cepat bahan itu 1− 1 1− 1
1 𝑟1 𝑟2 𝑟2 𝑟3 + 1
dapat menghantarkan panas konduksi Pada umumnya + 4. π. 𝑘1 + 4. π. 𝑘2
ℎ1.4. . π. 𝑟12 ℎ2.4. . π. 𝑟32
nilai k dianggap tetap, namun sebenarnya nilai k
dipengaruhi oleh suhu (T). Konduktor → bahan yang
mempunyai konduktivitas 3. Pembahasan
a. ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA
BOLA BERONGGA DENGAN BAHAN
ALUMINIUM
Tebal = 0,25 cm
Diketahui :
𝑇U1 = 410 + 83 = 493 ℃ = 493+273,15 K = 766,15 K
𝑇U2 = 35 ℃ = 33 + 273,15 K = 306,15 K
𝑟1 = 55 cm = 0,55 m
𝑟2 = 55,25 cm = 0,5525 m
𝑟3 = 55,5 = 0,555 m
h1 = 25 W / m2.K
h2 = 2 W / m2.K
k1 = 205
Sebuah bola berongga 2 lapis dengan ukuran radius ( k2 = 108
jari jari ) dalam 55 cm dan tebal lapisan bola masing
masing 0,25 cm mengalir uap panas pada temperature ( Penyelesaian :
410 C + 2 NBI akhir mhs = 493 ). Bahan dari bola ∆T
berongga tersebut ( kuningan untuk NBI ganjil dan 𝑄=
𝑅𝑡
Aluminium untuk NBI genap ) .Kondisi udara luar bola 𝑇𝑢1 − 𝑇𝑢2
33 C. =
1− 1 1− 1
Tentukan : 1 𝑟1 𝑟2 𝑟2 𝑟3 + 1
+ +
A. Laju panas kearah radial pada bola berongga itu. ℎ1.4. . π. 𝑟12 4. π. 𝑘1 4. π. 𝑘2 ℎ2.4. . π. 𝑟32
B. Temperatur permukaan luar dari bola tersebut.
∆T
C. Setiap KELOMPOK pilih bahan sendiri sesuai dengan 𝑄=
𝑅𝑡
kekuatan dari bahan tersebut 766,15 − 306,15
=
1− 1 1− 1
1 0,55 0,5525 0,5525 0,555 1
+ + +
25.4. 3,14. 0,552 4.3,14. 205 4.3,14. 108 2.4.3,14. 0,5552
∆T 450
𝑄= =
𝑅𝑡 1 0,01 0,01 1
+ + +
94,985 2.574,8 1356,5 7,7
∆T 460
𝑄= =
𝑅𝑡 0,0105 + 0,000003 + 0,000006 + 0,13
∆T 460
𝑄= =
𝑅𝑡 0,14
∆T 𝑇𝑢1 − 𝑇𝑢2 ∆T
𝑄= = 𝑄= = 3.291,6 𝑊 = 3,29 𝑘𝑊
𝑅𝑡 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 + 𝑅4 𝑅𝑡
Temperatur masing-masing dinding : 731,58 −𝑇3
3.291,6 = 1− 1
• Untuk dinding T1 0,5525 0,555
4.3,14.108
∆T 𝑇𝑢1 − 𝑇1
𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1 731,58 −𝑇3
3.291,6 =
ℎ1.4. π. 𝑟12 1,82−1,81
2.574,8
766,15−𝑇1
3.291,6 = 1
3.291,6 =
731,58 −𝑇3
25.4.3,14.0,552 0,000006
756,15−𝑇1
3.291,6 = 3.291,6 X 0,000006 = 731,58 K − T3
0,0105
0,02 K = 731,58 − T3
3.291,6 X 0,0105 = 766,15 K − T1
T3 = 731,58 - 0,02 K
34,6 K = 766,15 − T1
T3 = 731,56 K
T1 = 766,15 – 34,6 K
Tebal = 1,25 cm
T1 = 731,6 K
Diketahui :
𝑇U1 = 410 + 83 = 493 ℃ = 493+273,15 K = 766,15 K
• Untuk dinding T2
𝑇U2 = 35 ℃ = 33 + 273,15 K = 306,15 K
𝑟1 = 55 cm = 0,55 m
∆T 𝑇1 − 𝑇2
𝑄𝑡 = = 𝑟2 = 56,25 cm = 0,5625 m
𝑅𝑡 1− 1
𝑟3 = 56,5 = 0,565 m
𝑟1 𝑟2
4. π. 𝑘1 h1 = 25 W / m2.K
h2 = 2 W / m2.K
731,6 −𝑇2 k1 = 205
3.291,6 = 1− 1
0,55 0,5525 k2 = 108
4.3,14.205
731,6 −𝑇2
Penyelesaian :
3.291,6 = 1,82−1,81 ∆T
2.574,8 𝑄=
𝑅𝑡
731,6 −𝑇2
𝑇𝑢1 − 𝑇𝑢2
3.291,6 = =
0,000003 1− 1 1− 1
1 𝑟1 𝑟2 𝑟2 𝑟3 + 1
2 + +
3.291,6 X 0,000003 = 731,6 K − T2 ℎ1.4. . π. 𝑟1 4. π. 𝑘1 4. π. 𝑘2 ℎ2.4. . π. 𝑟32
∆T
𝑄=
0,0105 K = 731,6 − T2 𝑅𝑡
766,15 − 306,15
=
1− 1 1− 1
T2 = 731,6 - 0,0105 K 1 0,55 0,5625 0,5525 0,565 1
+ + +
25.4. 3,14. 0,552 4.3,14. 205 4.3,14. 108 2.4.3,14. 0,5652
T2 = 731,58 K ∆T 450
𝑄= =
𝑅𝑡 1 0,04 0,01 1
• Untuk dinding T3 + + + 7,7
94,985 2.574,8 1356,5
∆T 𝑇2 − 𝑇3 ∆T 460
𝑄𝑡 = = 𝑄= =
𝑅𝑡 1− 1 𝑅𝑡 0,0105 + 0,00002 + 0,000006 + 0,13
𝑟2 𝑟3
4. π. 𝑘2 ∆T 460
𝑄= =
𝑅𝑡 0,135
∆T 𝑇2 − 𝑇3
∆T 𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1− 1
𝑄= = 3.401,7 𝑊 = 3,40 𝑘𝑊 𝑟2 𝑟3
𝑅𝑡
4. π. 𝑘2
Temperatur masing-masing dinding : 730,38 −𝑇3
• Untuk dinding T1 3.401,7 = 1− 1
0,5525 0,555
∆T 𝑇𝑢1 − 𝑇1 4.3,14.108
𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1
730,38 −𝑇3
ℎ1.4. π. 𝑟12 3.401,7 = 1,82−1,81
2.574,8
766,15−𝑇1
3.401,7 = 1
730,38 −𝑇3
25.4.3,14.0,552 3.401,7 = 0,000006
756,15−𝑇1
3.401,7 = 3.401,7 X 0,000006 = 730,38K − T3
0,0105
∆T 𝑇2 − 𝑇3 ∆T 460
𝑄𝑡 = = 𝑄= =
𝑅𝑡 1− 1 𝑅𝑡 0,140
𝑟2 𝑟3
4. π. 𝑘2 ∆T
𝑄= = 3.291,1 𝑊 = 3,29 𝑘𝑊
𝑅𝑡
Temperatur masing-masing dinding : T3 = 731,55 - 0,062 K
• Untuk dinding T1
∆T 𝑇𝑢1 − 𝑇1 T3 = 731,489 K
𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1
ℎ1.4. π. 𝑟12 Tebal = 1,25 cm
Diketahui :
766,15−𝑇1
3.291,1 = 1 𝑇U1 = 410 + 83 = 493 ℃ = 493+273,15 K = 766,15 K
25.4.3,14.0,552 𝑇U2 = 35 ℃ = 33 + 273,15 K = 306,15 K
𝑟1 = 55 cm = 0,55 m
756,15−𝑇1
3.291,1= 𝑟2 = 56,25 cm = 0,5625 m
0,0105
𝑟3 = 56,5 = 0,565 m
3.291,1 X 0,0105 = 766,15 K − T1 h1 = 25 W / m2.K
h2 = 2 W / m2.K
34,6 K = 766,15 − T1 k1 = 50
k2 = 34,6
T1 = 766,15 – 34,6 K
Penyelesaian :
∆T
T1 = 731,6 K 𝑄=
𝑅𝑡
𝑇𝑢1 − 𝑇𝑢2
• Untuk dinding T2 =
1− 1 1− 1
1 𝑟1 𝑟2 𝑟2 𝑟3 + 1
∆T 𝑇1 − 𝑇2 + +
𝑄𝑡 = = ℎ1.4. . π. 𝑟12 4. π. 𝑘1 4. π. 𝑘2 ℎ2.4. . π. 𝑟32
𝑅𝑡 1− 1
∆T
𝑟1 𝑟2 𝑄=
4. π. 𝑘1 𝑅𝑡
766,15 − 306,15
=
1− 1 1− 1
731,6 −𝑇2 1 0,55 0,5625 0,5625 0,565 1
3.291,1= 25.4. 3,14. 0,552
+
4.3,14. 50
+
4.3,14. 34,6
+
2.4.3,14. 0,5652
0,00001
∆T 460
T2 = 731,6- 0,0431 K 𝑄= =
𝑅𝑡 0,0105 + 0,00006 + 0,000018 + 0,12
T2 = 731,55 K
∆T 460
𝑄= =
• Untuk dinding T3 𝑅𝑡 0,135
∆T 𝑇2 − 𝑇3 ∆T
𝑄𝑡 = = 𝑄= = 3.400,2 𝑊 = 3,4 𝑘𝑊
𝑅𝑡 1− 1 𝑅𝑡
𝑟2 𝑟3
4. π. 𝑘2 Temperatur masing-masing dinding :
• Untuk dinding T1
731,55 −𝑇3 ∆T 𝑇𝑢1 − 𝑇1
3.291,1= 0,00002 𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1
3.291,1 X 0,00002 = 731,55 K − T3 ℎ1.4. π. 𝑟12
766,15−𝑇1
0,062 K = 731,55 − T3 3.400,2 = 1
25.4.3,14.0,552
756,15−𝑇1 𝑟2 = 57,25 cm = 0,5725 m
3.400,2 = 0,0105
𝑟3 = 57,5 = 0,575 m
h1 = 25 W / m2.K
3.400,2 X 0,0105 = 766,15 K − T1
h2 = 2 W / m2.K
k1 = 50
35,7 K = 766,15 − T1 k2 = 34,6
∆T 450
3.400,2 X 0,00006 = 730,4 K − T2 𝑄= =
𝑅𝑡 1 0,07 0,01 1
+ 628 + 434,6 + 8,3
94,985
0,2188 K = 730,4 − T2
∆T 460
T2 = 730,4 - 0,2188 K 𝑄= =
𝑅𝑡 0,0105 + 0,00011 + 0,000017 + 0,12
T2 = 730,23 K ∆T 460
𝑄= =
𝑅𝑡 0,131
• Untuk dinding T3
∆T
∆T 𝑇2 − 𝑇3 𝑄= = 3.510,5 𝑊 = 3,5 𝑘𝑊
𝑄𝑡 = = 𝑅𝑡
𝑅𝑡 1− 1
𝑟2 𝑟3 Temperatur masing-masing dinding :
4. π. 𝑘2
• Untuk dinding T1
3.400,2 =
730,23 −𝑇3 ∆T 𝑇𝑢1 − 𝑇1
0,000018 𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1
ℎ1.4. π. 𝑟12
3.400,2 X 0,000018 = 730,23 K − T3
766,15−𝑇1
3.510,5 = 1
0,062 K = 730,23 − T3 25.4.3,14.0,552
T3 = 730,168 K
3.510,5 X 0,0105 = 766,15 K − T1
Tebal = 2,25 cm
Diketahui : 36,9 K = 766,15 − T1
𝑇U1 = 410 + 83 = 493 ℃ = 493+273,15 K = 766,15 K
𝑇U2 = 35 ℃ = 33 + 273,15 K = 306,15 K T1 = 766,15 – 36,9 K
𝑟1 = 55 cm = 0,55 m
T1 = 729,3 K
• Untuk dinding T2 Penyelesaian :
∆T
∆T 𝑇1 − 𝑇2 𝑄=
𝑅𝑡
𝑄𝑡 = = 𝑇𝑢1 − 𝑇𝑢2
𝑅𝑡 1− 1 =
𝑟1 𝑟2 1− 1 1− 1
4. π. 𝑘1 1 𝑟2 + 𝑟2 𝑟3 + 1
+ 𝑟1
ℎ1.4. . π. 𝑟12 4. π. 𝑘1 4. π. 𝑘2 ℎ2.4. . π. 𝑟32
729,3 −𝑇2
3.510,5 = ∆T
0,00011
𝑄=
𝑅𝑡
766,15 − 306,15
3.510,5 X 0,00011 = 729,3 K − T2 =
1− 1 1− 1
1 0,55 0,5525 0,5525 0,555 1
2 + + +
25.4. 3,14. 0,55 4.3,14. 73 4.3,14. 406 2.4.3,14. 0,5552
0,3994 K = 729,3 − T2
∆T 450
T2 = 729,3 - 0,3994 K 𝑄= =
𝑅𝑡 1 0,01 0,01 1
+ + +
94,985 916,9 5099,4 7,7
T2 = 728,89 K
∆T 460
• Untuk dinding T3 𝑄= =
𝑅𝑡 0,0105 + 0,00001 + 0,000002 + 0,13
∆T 𝑇2 − 𝑇3 ∆T 460
𝑄𝑡 = = 𝑄= =
𝑅𝑡 1− 1 𝑅𝑡 0,140
𝑟2 𝑟3
4. π. 𝑘2 ∆T
𝑄= = 3.291,6 𝑊 = 3,29 𝑘𝑊
728,89 −𝑇3 𝑅𝑡
3.510,5 = 0,000017
Temperatur masing-masing dinding :
3.510,5 X 0,000017 = 728,89 K − T3 • Untuk dinding T1
∆T 𝑇𝑢1 − 𝑇1
0,061 K = 728,89 − T3 𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1
ℎ1.4. π. 𝑟12
T3 = 728,89 - 0,061 K
766,15−𝑇1
3.291,6 = 1
T3 = 728,829 K 25.4.3,14.0,552
756,15−𝑇1
3.291,6=
0,0105
c. ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA
BOLA BERONGGA DENGAN BAHAN BESI 3.291,6 X 0,0105 = 766,15 K − T1
Tebal = 0,25 cm
Diketahui : 34,6 K = 766,15 − T1
𝑇U1 = 410 + 83 = 493 ℃ = 493+273,15 K = 766,15 K
𝑇U2 = 35 ℃ = 33 + 273,15 K = 306,15 K T1 = 766,15 – 34,6 K
𝑟1 = 55 cm = 0,55 m
𝑟2 = 55,25 cm = 0,5525 m T1 = 731,6 K
𝑟3 = 55,5 = 0,555 m
h1 = 25 W / m2.K • Untuk dinding T2
h2 = 2 W / m2.K
k1 = 73
k2 = 406
∆T 𝑇1 − 𝑇2 ∆T
𝑄𝑡 = = 𝑄=
𝑅𝑡 1− 1 𝑅𝑡
𝑟1 𝑟2 𝑇𝑢1 − 𝑇𝑢2
4. π. 𝑘1 =
1− 1 1− 1
1 𝑟2 + 𝑟2 𝑟3 + 1
731,6 −𝑇2 2 + 𝑟1
3.291,6= ℎ1.4. . π. 𝑟1 4. π. 𝑘1 4. π. 𝑘2 ℎ2.4. . π. 𝑟32
0,00001
∆T
𝑄=
3.291,6 X 0,00001 = 731,6 K − T2 𝑅𝑡
766,15 − 306,15
=
1− 1 1− 1
0,0295 K = 731,6 − T2 1 0,55 0,5625 0,5625 0,565 1
+ + +
25.4. 3,14. 0,552 4.3,14. 73 4.3,14. 406 2.4.3,14. 0,5652
731,56 −𝑇3 ∆T
3.291,6= 𝑄= = 3.401,1 𝑊 = 3,4 𝑘𝑊
0,000002 𝑅𝑡
3.291,6 X 0,000002 = 731,56 K − T3 Temperatur masing-masing dinding :
• Untuk dinding T1
0,005 K = 731,56 − T3 ∆T 𝑇𝑢1 − 𝑇1
𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1
T3 = 731,56 - 0,005 K ℎ1.4. π. 𝑟12
766,15−𝑇1
T3 = 731,553 K 3.401,1 = 1
25.4.3,14.0,552
Tebal = 1,25 cm
756,15−𝑇1
Diketahui : 3.401,1 = 0,0105
𝑇U1 = 410 + 83 = 493 ℃ = 493+273,15 K = 766,15 K
𝑇U2 = 35 ℃ = 33 + 273,15 K = 306,15 K
3.401,1 X 0,0105 = 766,15 K − T1
𝑟1 = 55 cm = 0,55 m
𝑟2 = 56,25 cm = 0,5625 m 35,7 K = 766,15 − T1
𝑟3 = 56,5 = 0,565 m
h1 = 25 W / m2.K T1 = 766,15 – 35,7 K
h2 = 2 W / m2.K
k1 = 73
k2 = 406
T1 = 730,4 K
∆T 𝑇1 − 𝑇2
𝑄𝑡 = =
𝑅𝑡 1− 1
𝑟1 𝑟2
4. π. 𝑘1
730,4 −𝑇2 ∆T
3.401,1 = 𝑄=
𝑅𝑡
0,00004
766,15 − 306,15
=
1− 1 1− 1
3.401,1 X 0,00004 = 730,4 K − T2 1 0,55 0,5725 0,5725 0,575 1
+ + +
25.4. 3,14. 0,552 4.3,14. 73 4.3,14. 406 2.4.3,14. 0,5752
∆T 𝑇1 − 𝑇2
Penyelesaian : 𝑄𝑡 = =
∆T 𝑅𝑡 1− 1
𝑄= 𝑟1 𝑟2
𝑅𝑡 4. π. 𝑘1
𝑇𝑢1 − 𝑇𝑢2
=
1− 1 1− 1 3.511,9 =
729,3 −𝑇2
1 𝑟2 + 𝑟2 𝑟3 + 1
+ 𝑟1 0,00008
ℎ1.4. . π. 𝑟12 4. π. 𝑘1 4. π. 𝑘2 ℎ2.4. . π. 𝑟32
3.511,9 X 0,00008 = 729,3 K − T2
0,2737 K = 729,3 − T2
T2 = 729,3 - 0,2737K Analisa dari grafik menjelaskan bahwa laju panas
pada bola berongga yang paling besar terdapat pada Q
T2 = 729 K Aluminium dan kunigan sebesar 3291,6 W dengan Δt =
0.25 m, sedangkan pada Δt = 2,25 m Q sebesar 3513,1 W
• Untuk dinding T3
Temperatur permukaan luar T3 (˚C)
∆T 𝑇2 − 𝑇3
𝑄𝑡 = = A (m) T3 T3 Baja & T3 Besi &
𝑅𝑡 1− 1
𝑟2 𝑟3 Aluminium & Timah Perak
4. π. 𝑘2 Kuningan
729 −𝑇3
434,6 731,56 731,5 731,553
3.511,9 = 0,000017 1356,5 730,36 730,2 730,25
5099,4 729,145 729,83 728,995
3.511,9 X 0,000001 = 729 K − T3
DAFTAR PUSTAKA
http://elitag.untag-sby.ac.id/pluginfile.php?file=/363501/mod_label/intro/M4-
%20SILINDER%20BERONGGA%201%20LAPIS%2BSOAL.pdf
ABSTRAK
Paragraf Keterangan Penilaian Dari MHS Penilaian Dari Dosen
1 Latar Belakang, seperti pengertian 100 1 sd 100
perpindahan panas konduksi, dan
kaitannya dengan topik
2 Permasalahan yang ditampilkan 100 1 sd 100
sesuaikan dengan topik tugasnya
3 Mekanisme yang digunakan untuk 100 1 sd 100
memecahkan masalah diatas,
berhubung bukan penelitian , maka
gunakanlah dalam hal ini studi
literatur ( lihat di internet pengertian
studi litaratur )
4 Hasil kesimpulan yang harus 100 1 sd 100
dituangkan dalam paragraph ini
Nilai Total dibagi 4 100
ISI JURNAL
Paragraf Keterangan Penilaian Dari Penilaian Dari
MHS Dosen
PENDAHULUAN Latar Belakang, seperti 100 1 sd 100
pengertian perpindahan panas
konduksi, dan kaitannya dengan
topik serta teori untuk
menyelesaikan kasus tersebut
METODE Mekanisme yang digunakan 100 1 sd 100
PENELITIAN untuk memecahkan masalah
diatas, berhubung bukan
penelitian , maka gunakanlah
dalam hal ini studi literatur ( lihat
di internet pengertian studi
litaratur )
HASIL Hasil dari perhitungan atau tugas 100 1 sd 100
PEMBAHASAN yang harus diuraikan dan cara
penyelesaian secara runtut
KESIMPULAN Hasil kesimpulan yang harus 100 1 sd 100
DAN SARAN dituangkan dalam sub bab ini
PUSTAKA Daftar pustaka atau 100 1 sd 100
literatur/jurnal yang anda
pergunakan
Nilai Total dibagi 5 100
TOTAL NILAI
MATERI DARI MAHASISWA DARI DOSEN
COVER 100
ABSTRAK 100
ISI JURNAL 100
TOTAL 100
NILAI TUGAS TOTAL 100
DIBAGI 3