Anda di halaman 1dari 70

L A P OR A N

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(PTK)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


PADA MATERI BERCERMIN DIRI MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TGT SISWA KELAS XI
SMAN 1 TAMIANG LAYANG

Disusun oleh :

KANG WIRO
NIP. 19670930 199001 1 001
GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SMAN 1 TAMIANG LAYANG

Jl. Nansarunai No.46 Telp. 0526-091087 Kode Pos 73611


KABUPATEN BARITO TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)

Judul

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


PADA MATERI BERCERMIN DIRI MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TGT SISWA KELAS XI
SMAN 1 TAMIANG LAYANG

Disusun oleh :

KANG WIRO
NIP. 19670930 199001 1 001
GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
SMAN 1 TAMIANG LAYANG

Disahkan oleh :

Mengetahui: Tamiang Layang, 26 November 2014


Kepala SMAN 1 Tamiang Layang Pembimbing,

.............................................. JUMAKIR, S.Pd.,MM


NIP........................................ NIP. 19670930 199001 1 002
BERITA ACARA SEMINAR

Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Enam Bulan Agustus Tahun Dua
Ribu Tiga Belas, bertempat di SMAN 1 Tamiang Layang, yang dihaditi oleh 16
(Enam Belas) Peserta, telah diseminarkan sebuah Laporan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan judul : “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi
Bercermin Diri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas XI
SMAN 1 Tamiang Layang”.

Disusun oleh :
KANG WIRO
NIP. 19670930 199001 1 001
GURU PADA MATERI BERCERMIN DIRI
SMAN 1 TAMIANG LAYANG

Pembahas :

1. ABDUL CHAK, S.Pd.I (......................................)

2. HADI SURYONO, S.Pd.T (......................................)

Moderator, Notulis,

BAGAS PRIYANTO, S.T SEVEN, S.Pd


NIP.19680408 200502 1 002 NIP.19821212 201101 2 005

Mengetahui:
Kepala SMAN 1 Tamiang Layang Narasumber,

.............................................. ..............................................
NIP........................................ NIP.......................................
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : FIRSCA ISA MEI KRISNI, S.E


NIP : 19790523 200804 2 004
Jabatan : Kepala Perpustakaan SMAN 1 Tamiang Layang.

Dengan ini menerangkan bahwa kami menerima sebuah Laporan Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:

Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajarp Pada Materi


Bercermin Diri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT Siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang.
Penulis : KANG WIRO
NIP : 19670930 199001 1 001
Jabatan : Guru Agama Kristen
Unit Kerja : SMAN 1 Tamiang Layang.

Telah disimpan di Perpustakaan SMAN 1 Tamiang Layang. Kecamatan Dusun


Timur Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai Publikasi
Ilmiah dan sebagai bahan Referensi.

Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Mengetahui: Tamiang Layang, 20 November2014


Kepala SMAN 1 Tamiang Layang Kepala Perpustakaan,

..............................................
NIP........................................ FIRSCA ISA MEI KRISNI, S.E
NIP.19790523 200804 2 004
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
Adapun judul laporan penelitiani ini adalah, ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Pada Materi Bercermin Diri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa
Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang”.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kami sampaikan
kepada:
(1) Drs. Arsepto Halin, MMA selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barito
Timur,
(2) .............................................. selaku Kepala SMAN 1 Tamiang Layang
(3) Drs. Ucerman selaku Pengawas Pembina
(4) Jumakir, S.Pd.,MM selaku pembimbing.
(5) Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya sehingga
laporan penelitian ini menjadi lebih berkualitas.
Akhir kata semoga laporan penelitian ini memberikan makna dan manfaat
khususnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Tamiang Layang, Agustus 2014

Penyusun
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul:“ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi


Bercermin Diri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas XI
SMAN 1 Tamiang Layang”.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada
Materi Bercermin Diri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas
XI SMAN 1 Tamiang Layang.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
(action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari:
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif
Tipe TGT dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Bercermin Diri Siswa
Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang Kecamatan Dusun Timur Kabupaten Barito
Timur.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang mendapatan
kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk
meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Bercermin DiriSiswa Kelas XI. (2) Agar
mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih memahami
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.

Kata kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, TGT


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................ii
BERITA ACARA SEMINAR............................................................................................iii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iv
ABSTRAK...................................................................................................................... .....v
DAFTAR ISI.......................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................................viii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................. 5


2.1 Kajian Teori.................................................................................... 5
2.1.1 HasilBelajar………………........................................................... 5
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif............................................................. 7
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT………..…........................... 11
2.1.3 Bercermin Diri………….……………………………………… 20

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 28


3.1 Setting Penelitian........................................................................... 28
3.2 Subjek Penelitian............................................................................ 28
3.3 Prosedur Penelitian........................................................................ 28
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 30
3.5 Teknik Analisa Data....................................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 33


4.1 Hasil Penelitian............................................................................... 33
4.1.1 Deskripsi kondisi awal................................................................. 33
4.1.2 Deskripsi Hasil siklus I................................................................ 38
4.1.3 Deskripsi Hasil Siklus II......................................................... 46
4.2 Pembahasan.................................................................................. 54

BAB V PENUTUP........................................................................................... 59
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 59
5.2 Saran............................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................ 61
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sejak dilahirkan memiliki potensi untuk tumbuh dan

berkembang kearah kedewasaan, baik jasmani maupun rohani. Manusia

memerlukan pendidikan untuk menggerakkan dan mengembangkan

potensi serta kemampuan dasar tersebut kepada pola yang

dikendalikan.Pendidikan merupakan salah satu faktor yang fundamental

dalam pembangunan, karena kemajuan bangsa erat kaitannya dengan

masalah pendidikan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau bangsa

Indonesia begitu besar perhatiannya terhadap masalah pendidikan, bahkan

tujuannyapun semakin disempurnakan.Ini sesuai dengan ketentuan yang

dimuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Secara garis besar, pendidikan sebagai suatu usaha untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa

Pancasila.Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang system pendidikan Nasional juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang

paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk

mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas XI

SMAN 1 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, diperoleh informasi

bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa rendah di bawah

standar ketuntasan yaitu dibawah 75.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

a. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep

Pendidikan Agama Kristen masih rendah,

b. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan

membosankan,

c. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Agama Kristen

dan menganggap Pendidikan Agama Kristen hanya sebagai hafalan

saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat konsep – konsep

Pendidikan Agama Kristen yang telah diterima menjadi mudah

dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan

diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam

mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang

akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi

pembelajaran. Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan


membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa

akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.Salah

satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen adalah model pembelajaran kooperatif tipe

TGT karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan

tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting

melakukan penelitian terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya

meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa dilakukan

penelitian Tindakan Kelas dengan judul :“Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Pada Materi Bercermin Diri Melalui Model Pembelajaran TGT

Siwa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang“.

1.2 Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan

permsalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah pembelajaran Kooperatif tipe TGT

dapat meningkatkan hasil belajar pada Pada Materi Bercermin Diri siswa Kelas XI

SMAN 1 Tamiang Layang?”

1.3 Tujuan Penelitian

Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen menggunakan

pembelajaran Kooperatif tipe TGT pada Pada Materi Bercermin Diri siswa Kelas

XI SMAN 1 Tamiang Layang.


1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu

untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa,

memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan

menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen.

2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Pendidikan Agama

Kristen dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari – hari sehingga

pelajaran Pendidikan Agama Kristen menjadi lebih sederhana.

3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model

pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2012: 46) pengertian hasil belajar adalah

“kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan

pengalaman belajarnya”.Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga

ranah hasil belajar yaitu :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu

penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan

bertindak, ada enam aspek, yaitu : gerakan refleks, ketrampilan

gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual, ketrampilan

dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

Hasil belajar yang dicaPendidikan Agama Kristen siswa

dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu :


a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b.
Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan,

terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana, melalui proses belajar

mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah

dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang

tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

3. Hasil belajar yang dicaPendidikan Agama Kristen bermakna bagi

dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku,

bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan

untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),

yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah

afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.

5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

diri terutama dalam menilai hasil yang dicaPendidikan Agama


Kristennya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha

belajarnya.

Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar,

Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai

dengan ciri-ciri tersebut di atas.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Worsham, pembelajaraan kooperatif

adalah “model pembelajaraan yang sistematis dengan

mengelompokan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan

pembelajaraan yang efektif dan mengintegrasikan keterampilan

sosial yang bermuatan akademis” sedangkan menurut Johns

pembelajaran kooperatif adalah “kegiatan belajar mengajar secara

kelompok – kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk

sampai kepada pengalaman belajar yang optimal,baik pengalaman

belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun

pengalaman kelompok.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajar

Kooperatif adalah suatu pembelajaran dengan cara

mengelompokkan siswa untuk bekerja sama untuk mencapai

pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu

maupun pengalaman kelompok.


2.Ciri – ciri dan Unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif

a. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, pembelajaran kooperatif dicirikanoleh struktur

tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam

situasi pembelajaraan kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk

bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam

penerapan pembelajaraan kooperatif, dua atau lebih individu saling

tergantung satu sma lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.

Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil

dalam kelompok.

Ciri–ciri pembelajaraan yang mengguanakan model kooperatif

adalah

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk


menuntaskan materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi,sedang, dan rendah
3) Anggota kelompok hendaknya berasal dari ras, budaya, suku,
jenis kelamin berbeda – beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang
individu.7

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

Pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang mengelompokan

siswa yang memiliki kemmpuan yang beragam dan tidak membedakan ras,

suku, budaya maupun jenis kelamin.


b. Unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif

Menurut ibrahim, unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif

adalah sebagai berikut :

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa


mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di
dalamkelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungijawab yang sama
di antara anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/
penghargaan yang akan dikenakan utnuk semua anggota
kelompok.
6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu
materi yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.

Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik dan

optimal hendaknya guru tidak meninggalkan unsur-unsur pembelajaran

kooperatif seperti yang telah diuraikan di atas.

c. Tujuan pembelajaran kooperatif

Model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk

mencaPendidikan Agama Kristen aetidak – tidaknya tiga tujuan

pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap

keragaman,dan pengembangan keterampilan sosial.


1) Hasil belajar Akademik

Model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa

memahami konsep – konsep yang sulit. Model struktur penghargaan

kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar

akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif dapat merubah norma

budaya anak muda dan membuat budaya lebih dalam tugas – tugas

pembelajaraan.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif diharapkan

mendapatkan hasil belajar akademik yang maksimal yaitu mampu

memahami konsep-konsep yang sulit serta dapat mengubah norma budaya

anak muda menjadi budaya lebih untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan

baik.

2) Penerimaan terhadap keragaman

Efek samping yang kedua dari model pembelajaran kooperatif

adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda

latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain

atas tugas– tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan

kooperatif, belajar untk menghargai satu sama lain.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat

memberikan efek yang positif terhadap nilai keragaman dimana peserta


didik mampu menerima perbedaan baik ras, suku, budaya, kelas social

maupun kemampuan.

2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya

mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok

kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.

Posamentter (1999: 12) secara sederhana menyebutkan cooperativelearning

atau belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok

kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.

Muhammad Nur (2005: 1) mengatakan bahwa model pembelajaran

kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial

siswa, saling mengambil tanggungjawab. Model pembelajaran kooperatif

membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar

sampai pemecahan masalah yang kompleks. Pendapat ini sejalan dengan

Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi

yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup

di dalam masyarakat nyata.

Guru dapat menyusun kegiatan kelas, sehingga siswa akan berdiskusi, dan

mengungkapkan ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga siswa benar-

benar memahami konsep dan keterampilan yang dipelajarinya, Guru dapat

memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa yang begitu benar di dalam

kelas untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran produktif dan dapat


mengorganisasikan kelas, sehingga siswa saling berinteiraksi satu dan yang lain,

saling bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai satu sama lain

Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang

mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman

filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang

cukup pula.

Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa

siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap

akfivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang

menganut paham konstruktivisme.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan

kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menggunakanpembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang

berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelorpok kecil.

Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik). adalah memfasilitasi agar

proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa

terjadi secara optimal.

Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail (2003: 21) menyebutkan

(enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu sesuai tabel berikut ini.

Tabel 1 Langkah-langkah Pembelajarran Kooperatif

Fase
Indikator Tingkah Laku Guru
ke-
1 Menyampaikan Gurumenyampaikan semua tujuan pelajaran yang
tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebutdan
memotivasisiswa memotivasi siswa belajar.
2 Menyampaikan Guru menyampaikan informasi kepada siswa
informasi dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan
bacaan.
3 Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
siswa ke dalam caranya membentuk kelompok belajar dan
kelompok- membantu setiap kelompok agar melakukan
kelompok transisi secara efisien.
belajar
4 Membimbing Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
kelompok bekerja pada saat mereka mengerjakan tugas.
dan belajar
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau
penghargaan hasil belajar individu maupun kelompok.

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda

Dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran

kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

(1) merumuskan tujuan pembelajaran,

(2) menentukan jumlah kelompok dalam kelompok belajar,

(3) menentukan tempat duduk siswa,

(4) merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif,

(5) menentukan peran serta untuk menunjang saling ketergantungan positif,


(6) menjelaskan tugas akademik,

(7) menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama,

(8) menyusun akuntabilitas individual,

(9) menyusun kerja sama antar kelompok,

(10) menjelaskan kriteria keberhasilan,

(11) menjetaskan perilaku siswa yang diharapkan,

(12) memantau perilaku siswa,

(13) memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas,

(14) melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama,

(15) menutup pelajaran,

(16) Menilai kerja sama antar anggota kelompok.

Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan

sehari-hari, untuk mengaktualisasikan kansep tersebut ke dalam suatu bentuk

perencanaan perbelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu pekerjaan

yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan

suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerjasama atau gotong royong.

Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir

seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division

(TGT), Teams-Games-Tournament (TGT), dan Jigsaw

Teams-Games-Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok–kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin

dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja
dalam kelompok mereka masing–masing.

Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok.

Tugas yang diberikan dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya.

Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang

diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk

memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan

tersebut kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah

menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.

Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,dimana

setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari

kelompoknya masing-masing.

Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal

dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen

secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya datam satu meja

turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat

ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.

Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada

lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor–skor

yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota

kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan

tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah


tahapan yaitu tahap penyajian ketas (class precentation), belajar dalam kelompok

(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan

kelompok team recognition).

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran

kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1) Siswa Bekerja dalam Kelompok-kelompok Kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5

sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang

berbeda.

Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat

memotivasi siswa untuk saling membantu antar Siswa yang berkemampuan lebih

dengan Siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal

ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar

secara kooperatif sangat menyenangkan.

2) Games Tournament

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan

dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6

orangpeserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok

yang lama.

Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan

ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan

dimulai dengan membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci
ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai

berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca

coaldan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang

menangundian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan

kepada pembaca soal.

Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang

diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemaindan

penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu

untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil

pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu

pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada

pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan

jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan

dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,

dimana postisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam

satumeja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.

Di sini Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta

harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan

pembaca soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan

membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban
pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu

meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang

diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan

melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan

poin yang diperoleh kepada ketua kelompok.

Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya

pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan

yang diterima oleh kelompoknya.

3) Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah

menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan

dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota

kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan

didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oieh kelompok tersebut.

Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota

kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan

pada tabel berikut.

Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Poin Bila Jumlah Kartu yang


Pemain dengan
Diperoleh
Top Scorer 40
High Middle Scorer 30
Low Middle Scorer 20
Low Scorer 10

Taber 3. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Poin Bila Jumlah Kartu yang


Pemain dengan
Diperoleh
Top Scorer 60
Middle Scorer 40
Low Scorer 20
(Sumber : Slavin, 1995:90)

Dengan keterangan sebagai berikut :

Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer

(skor rendah), Low Scorer (skor terendah).

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa

tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:

a. Mengajar (teach)

Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau

kegtiatan yang harues dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

b. Belajar Kelompok (team study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan

kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru

menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi

dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk

memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi


jika ada anggota kelompok yang salah dalam mer jawab.

c. Permainan (game tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok darti masing-masing kelompok yang

berbeda. Tujuan Dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua

anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan

yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam

kegiatan kelompok.

d. Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh

oleh kelompokdari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas

HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi

kategorti rerata poin sebagai berikut.

Tabel 4 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria
Predikat
(Rerata Kelompok)
30 sampai 39 Tim Kurang Baik
40 sampai 44 Tim Baik
45 sampai 49 Tim Baik Sekali
50 ke atas Tim Istimewa
(Sumber: Slavin, 1995)

2.1.4 Bercermin Diri

1. Belajar Mengenal Diri Sensiri

Becermin diri maksudnya adalah belajar mengenal diri sendiri. Belajar mengenal

diri sendiri berarti kita belajar untuk mengenal apa kekurangan dan kelebihan kita.

Setiap manusia diciptakan secara unik dan berarti di hadapan Tuhan, bahkan
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27). Dengan kata lain

setiap orang memiliki kelemahan dan kelebihan.

Di dalam mengekspresikan diri dengan baik, seharusnya setiap orang

menyadari kelebihan dan kelemahannya. Artinya dengan pegenalan yang

demikian ia diharapakan mampu mengelola emosi dan pikiran serta tindakannya

secara seimbang. Orang seperti ini, bila diperhadapkan dengan masalah, baik yang

berasal dari luar dirinya maupun yang berasal dari diri sendiri, akan mampu

menemukan solusi (jalan ke luar) yang tepat, setidaknya untuk saat itu.

Banyak contoh yang dapat kita temukan di dalam masyarakat bagaimana

seseorang berupaya untuk menemukan kelebihannya meskipun dengan proses

yang panjang. Sebaliknya, banyak juga orang yang dengan cepat dan tepat

menemukan kelebihanya. Namun, tidak semua orang yang seperti itu secara

otomatis dapat memanfaatkan kelebihan tersebut bagi pengembangan diri di

tengah masyarakat. Bagi orang yang sudah menemukan kelebihannya serta

mampu memanfaatkannya dengan baik tidak jarang menjadi cenderung sombong;

padahal kesombongan itu sendiri merupakan salah satu dari kelemahan manusia

yang sebenamya dapat diatasi. Kesombongan juga dapat menjadi penghambat

bagi pengembangan kelebihan yang dimilikinya.

Tidak dapat kita sangkal bahwa banyak juga orang yang menutup diri

(enggan) menemukan kelemahan dirinya, apalagi berusaha memperbaikinya.

Orang seperti ini cenderung cepat puas atas apa yang sudah dilakukannya dan

tidak akan pemah mengintrospeksi diri sehingga pada akhimya ia akan selalu

merasa benar sendiri dan tersisih dari lingkungannya.


Perlu juga kita sadari bahwa ada kelemahan yang sesungguhnya tidak berasal

dari diri sendiri, sesuatu yang datang menimpa diri dan tidak dapat ditolak, seperti

cacat fisik. Tetapi itu bukan berarti sesuatu yang harus kita jadikan sebagai alasan

untuk tidak dapat berbuat apa-apa. Sebab, pada setiap orang, Tuhan sudah

memberikan kelebihan; tinggal bagaimana dia dan lingkungannya dapat

menemukan kelebihan itu dan memanfaatkannya secara maksimal. Kita tidak

boleh pasrah begitu saja dengan keadaan yang kita alami.

Yang dapat kita lakukan dalam mengatasi kelemahan yang ada pada diri kita

adalah, menemukan kelemahan itu sendiri dan mengubah cara pandang kita

sehingga kita dapatmengatasinya. Bila hal ini dapat kita lakukan berarti kita dapat

mengenali diri dan mampu menyeimbangkan emosi dan pikiran serta tindakan

secara baik. Orang yang seperti inilah yang dapat kita sebut sebagai orang yang

berhasil dalam mewujudkan diri secara bermakna. Kelemahan dan kelebihan

dijadikannya sebagai motivasi (pendorong).

Bagaimanakah kita dapat mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan kita agar

kita dapat mengelola dengan bermakna? Ada beberapa langkah sederhana yang

dapat Anda lakukan (bnd. Pelajaran 2 dan Pelajaran 3 pada buku Cermin Remaja

kelas 8):

 Berdoalah memohon tuntunan Roh Kudus agar Anda dimampukan untuk

mengenali kelemahan dan kelebihan.

 Daftarkanlah kelemahan dan kelebihan Anda pada selembar kertas kemudian

pertimbangkan satu persatu. Apakah yang Anda tuliskan itu benar-benar

sebagai kelebihan dan kelemahan Anda? Bila ya, pertahankan; bila tidak,
coret. Lakukanlah ini berulang-ulang hingga Anda benar-benar yakin dengan

apa yang Anda temukan.

 Percakapkanlah dengan orang lain (orang yang Anda percayai: orang tua,

konselor, pendeta, sahabat, dan lain sebagainya), sehingga Anda mendapatkan

hasil yang baru.

 Jadikanlah apa yang Anda temukan di atas sebagai pedoman sementara untuk

mengelola segala permasalahan yang Anda hadapi sambil tetap memohon

pertolongan Roh Kudus untuk senantiasa membimbing Anda.


 Dalam proses tersebut, ujilah setiap kelemahan dan kelebihan Anda agar

senantiasa dapat menjadi motivasi untuk bertumbuh dan berkembang dalam

iman dan pengharapan.

Langkah-langkah di atas diharapkan akan dapat menuntun kita melihat realitas

hidup bahwa semua manusia sama-sama berharga di hadapan Allah. Semua

manusia dipanggil untuk menemukan kelebihan dan kelemahan masing-masing

untuk mengekspresikan diri sehingga menghasilkan buah-buah yang berguna,

tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan bersama (bacalah

Mat. 25:19-20).

Dengan mengenal diri, kita bisa menempatkan diri sebagai orang yang sudah

diperbarui di dalam Yesus Kristus di tengah-tengah pergaulan dan juga dalam

menghadapi masalah-masalah. Lalu, bagaimanakah seharusnya manusia yang

diperbarui itu?

2. Kehidupan Kristen: manusia yang diperbarui

Tujuan utama kehadiran Kristus bagi manusia adalah memperbarui umat manusia,

menjadikan mereka sebagai ciptaan yang baru. Menjadi manusia baru berarti

hidup di dalam Kristus, sesuai dengan kehendak Allah, dan memberi diri dipimpin

oleh Roh Kudus, sehingga mampu menghadapi segala tantangan hidup dan

bahkan berbuah. Inilah yang menjadi tanda kehidupan baru yang dianugerahkan

Allah kepadanya. Dengan hidup di dalam Kristus dan dipimpin oleh Roh Kudus,

maka segala kebaikan hidup yang diteladankan oleh Kristus kepada manusia

tampak juga dalam kehidupan orang yang beriman tersebut.

Kegiatan Pembelajaran
 Pembelajaran dimulai dengan menyanyikan lagu “Give Thanks” dari Pujian

Bagi Sang Raja, No. 419b yang tersedia di dalam Buku Siswa.

 Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi apa saja yang disebut kelemahan

dan kelebihan seseorang. Mintalah mendaftarkan hasil temuan mereka di

papan tulis atau pada selembar kertas berukuran besar (yang dapat dibaca oleh

semua siswa di dalam kelas). Guru membimbing mereka untuk memeriksanya

kembali dan hasilnya dituliskan pada lembaran kegiatan (lih. Kegiatan 2).

 Pembelajaran dilanjutkan dengan permainan memperkenalkan diri berkaitan

dengan kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya. Di dalam hal ini siswa

berkenan menilai diri sendiri dengan cara guru menyiapkan satu lembar kertas.

Pada lembaran tersebut dituliskan halaman 1 dan 2. Setiap siswa diberi

kesempatan untuk menuliskan kelemahan dan kelebihannya sendiri (pada

halaman 1). Sesudah itu setiap teman diberi kesempatan untuk menilai dirinya

(menuliskan di halaman 2), kemudian mereka membandingkan pendapat teman-

teman dengan pendapatnya sendiri. Masing-masing siswa (bila siswa banyak,

dapat dipilih beberapa yang mewakili saja) diminta tampil ke depan dan

membaca nilai diri sendiri dan nilai dirinya menurut teman-temannya.

 Guru meminta siswa menuliskan apa yang mereka ketahui tentang dirinya dan

apa yang akan mereka lakukan atas kelemahan dan kelebihan tersebut setelah

mengikuti permainan di atas.

 Guru memberi penjelasan materi mengenai cerminan diri pada nilai dan norma

yang sejalan dengan iman kristiani.

 Selanjutnya, siswa diarahkan oleh guru menuliskan atau membuat komitmen


atau mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang sesuai dengan

nilai-nilai kristiani. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: guru membagikan

kepada siswa selembar kertas dan menuliskan komitmennya di kertas tersebut.

Setelah itu, komitmen tersebut dimasukkan ke dalam amplop yang sudah

disiapkan siswa (pada Pelajaran 2). Catatan: sebelum membuat komitmen guru

membuat sebuah refleksi singkat (perenungan singkat) dengan tujuan menggu-

gah siswa membuat keputusan yang benar.

Kemudian guru mengumpulkan semua amplop dari siswa. Perlu

diperhatikan, amplop tersebut tidak akan dibuka oleh siapa pun, tetapi akan

dikirim ke alamat siswa yang bersangkutan pada minggu ke-3 setelah

pertemuan tersebut. Cara pengirimannya dapat melalui kantor pos atau melalui

teman dekat siswa yang bersangkutan.

 Guru mengajak siswa melakukan curah pendapat (brainstorming) untuk

menggali bagaimana perasaan mereka di saat membuat komitmen dan

menuliskannya di lembar kegiatan.

 Guru membimbing siswa melakukan tes kepribadian, dan perhatikanlah

petunjuk yang ada pada kolom di bawah ini.

3. Nilai-nilai Kristiani

Dengan belajar nilai-nilai kristiani dalam pelajaran sebelumnya, kita

memahami bahwa nilai-nilai kristiani adalah sesuatu yang penting dan ideal dalam

kehidupan manusia. Nilai-nilai kristiani inilah yang harusnya menjadi cermin

dalam mengelola segala kelemahan dan kelebihan kita agar dapat bermakna sesuai

kehendak-Nya.
Perwujudan dari nilai-nilai hendaklah berbuah sesuai dengan buah Roh seperti

yang dinyatakan Rasul Paulus di dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, bahwa

kehidupan baru di dalam Kristus adalah kehidupan yang dipimpin oleh Roh

Kudus. Orang beriman yang hidupnya dipimpin oleh Rob Kudus menampakkan

buah.Roh dalam kehidupannya sehari-hari, yaitu kasih, sukacita, damai seiahtera,

kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan

diri. Sebaliknya, keinginan daging, yang bertentangan dengan keinginan Roh itu

adalah percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir,

perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan,

roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya (bnd. Gal.

5:19-23).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMAN 1 Tamiang

Layang Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada

di kota Kabupaten. SMAN 1 Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur

Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang hamper lengkap

dengan adanya Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang ketrampilan

Menjahit, Laboratorium Otomotif, Laboratorium Pertukangan dan

Pembangunan, Laboratorium computer, ruang UKS, Ruang OSIS dan lain-

lain. Dengan jumlah guru sebanyak 51 orang terdiri dari 1 (satu) kepala

sekolah, 4 (empat) wakil Kepala Sekolah dan sisnya guru Mata Pelajaran

dan guru Biimbingan Konseling serta 7 Tenaga Administrasi.

3.2 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas XI dengan jumlah siswa

sebanyak 13, yang terdiri dari 4 siswa laki – laki dan 9 siswa perempuan

SMAN 1 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah.

3.3 Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu

pada bulan oktober sampai dengan Nopember 2014.

Penelitian ini pada Pada Materi Bercermin Diri diajarkan. Penelitian ini

direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali pertemuan.


Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

1. Siklus I

Pada siklus ini membahas materi Pada Materi Bercermin Diri sub konsep (1)

Belajar Mengenal Diri Sendiri.

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan

perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar

observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi

berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan :

1) Siswa diminta untuk mempersiapkan diri di rumah dengan memberi tugas

membaca bahan ajar sehingga siswa memiliki kesiapan belajar.

2) Guru menjelaskan Pada Materi Bercermin Diri sub konsep (1) Belajar

Mengenal Diri Sendiri secara klasikal.

3) Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 4 kelompok, masing –

masing kelompok terdiri dari 3-4 orang siswa, kemudian LKS dan siswa

diminta untuk mempelajari LKS.

4) Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai

dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok,

diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok

siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab

terhadap kelompoknya.
c. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek

yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran

menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru.

Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar

siswa.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I

dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini

belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 75 %.

2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan

individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.

2. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan

dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan

kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap

siklus I.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK

ini yaitu :

a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang


kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang diganakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini

terdiri dari:

1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.

2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat mativasi siswa

mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh Guru.

3.5 Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif,

seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada Pada Materi

Bercermin Diri dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe

TGT. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa

tersebut mampu mencapai nilai 75.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 75 ini

jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing

di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut:

𝐹
𝑃= 𝑥 100%
𝑁
Dimana : P = Prosentase

F = frekuensi tiap aktifitas

N = Jumlah seluruh aktifitas


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa

rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode

Pembelajaran Tipe TGT pada Pada Materi Bercermin Diri sub (1)

Belajar mengenal Diri Sendiri. Disamping itu guru juga membuat

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru

dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum

pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer

mendiskusikan lembar observasi.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan awal dilaksanakan pada hari Selasa 21

Oktober 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran

yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk

kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk

kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20

menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking


berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan

dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan

icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat

mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk

dapat menemukan berkaitan dengan TGT, pertama-tama guru membagi

siswa dalam 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum

penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,

selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi

siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan

setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa

dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban

kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih

dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang

hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus

mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan

dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir kondisi awal antara lain: (1) melakukan evaluasi

untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran

dengan strategi TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang


pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan

keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

c. Observasi

Partisipasi siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang ada

peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada kondisi awal setelah

dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal

ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap

Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah

yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Dengan adanya masalah yang terjadi pada kondisi awal, maka kami

bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu

diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu

meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang dalam

kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Kristen. Hal ini terlihat

dari hasil belajar siswa pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada

kondisi awal dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT sebanyak 13 siswa atau 62% yang tuntas dan yang tidak tuntas

ada 5 Siswa atau 38% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat pada tabel

3 dibawah ini.
Tabel 5. hasil ulangan harian kondisi awal

No. Nama Siswa Bercdermin Diri

kondisi awal Tuntas Tidak Tuntas

1 Dita Damaini 75 V

2 Gantiani 80 V

3 Heski 75 V

4 Intan Sari 75 V

5 Janang Tuu Rajakino 70 V

6 Marsusanti 80 V

7 Novria Pangamiani 70 V

8 Pangki Suwito 80 V

9 Puluhani 75 V

10 Septiani 70 V

11 Tanobaya 70 V

12 Tri Wisnu Broto 80 V

13 Yopita Dwi Listya 70 V

Jumlah 970

Rata- Rata 74,6

Ketuntasan Klasikal 61,5 %

d. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar pada Pada Materi Bercermin Diri dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT ternyata hasil yang didapat nilai rata-

rata sebesar 74,6 dan secara klasikal sebesar 62%. Hal ini masih jauh dari

harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada

peningkatan hasil belajar siswa pada Materi Bercermin Diri sub (1)

Belajar Mengenal Diri Sendiri.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada

Materi Bercermin Diri sub (1) Belajar Mengenal Diri Sendiri. Menurut

pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama,

siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi

LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan

hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman

sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu

menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi

di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi

baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut

di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada kondisi awal. Untuk masalah

yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok

untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara

demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa

lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa

yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga,

peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Pada Materi


Bercermin Diri sub (1) Belajar Mengenal Diri Sendiri khususnya

untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok

dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini

penjelasannya dibantu oleh pengamat.

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa

rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode

Pembelajaran Tipe TGT dengan Pada Materi Bercermin Diri sub (2)

Kehidupan Kristen: manusia yang diperbaharuhi. Disamping itu guru

juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar

observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil

belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan

observer mendiskusikan lembar observasi.

e. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 4

November 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran

yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk

kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk

kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20

menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking

berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan

dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan

icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat

mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk

dapat menemukan berkaitan dengan TGT, pertama-tama guru membagi

siswa dalam 4 kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 3-4 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum

penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,

selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi

siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan

setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa

dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban

kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih

dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang

hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus

mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan

dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk

mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan

strategi TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang
baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar

dengan bertepuk tangan gembira.

f. Observasi

1) Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang ada

peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah

dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal

ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap

Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah

yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Dengan adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami

bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu

diperbaiki pada siklus II dengan harapan semua siswa mampu

meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang dalam

kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Kristen. Hal ini terlihat

dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dari 13

siswa ada sebanyak 11 siswa atau 84,6% yang tuntas dan yang tidak

tuntas ada 2 Siswa atau 15,4% yang tidak tuntas dengan nilai rata-rata

sebesar 77. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.


Tabel.6 hasil ulangan harian siklus I

No. Nama Siswa Pada Materi Bercermin Diri sub (2)

Kehidupan Kristen: manusia yang

diperbaharuhi

Siklus I Tuntas Tidak Tuntas

1 Dita Damaini 75 V

2 Gantiani 90 V

3 Heski 75 V

4 Intan Sari 80 V

5 Janang Tuu Rajakino 70 V

6 Marsusanti 90 V

7 Novria Pangamiani 60 V

8 Pangki Suwito 85 V

9 Puluhani 75 V

10 Septiani 74 V

11 Tanobaya 72 V

12 Tri Wisnu Broto 75 V

13 Yopita Dwi Listya 80 V

Jumlah 1001

Rata- Rata 77

Klasikal 84,6 %

2) Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan

belajar yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada

Pada Materi Bercermin Diri sub (2) Kehidupan Kristen: manusia

yang diperbaharuhi pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk

kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran

yang mereka jalani dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh

proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap

pembelajaran kooperatif tipe TGT, ditunjukan pada Tabel 5 di bawah ini

yang merupakan rangkuman hasil angket respons siswa terhadap

pembelajaran kooperatif tipe TGT, ditunjukan pada tabel 5 di bawah ini

yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 13 siswa

teerhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan

selama kegiatan pembelajaran Pada Pada Materi Bercermin Diri sub (2)

Kehidupan Kristen: manusia yang diperbaharuhi, siswa secara umum

memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang

digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan

model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan

pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa

mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT.


Tabel 7 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
TGT
No Uraian Tanggapan Siswa

. Senang Tidak Senang

F % F %

1. Bagaimana perasaan kamu selama 12 92,3 1 7,7

mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

Senang Tidak Senang

F % F %

2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :

a. Materi pelajaran 13 100 0 0

b. Lembar kerja siswa (LKS) 11 84,6 2 15,4

c. Suasana Belajar di Kelas 12 92,3 1 7,7

d. Cara penyajian materi oleh guru 13 100 0 0

Sulit Tidak Sulit

F % F %

3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti 3 23,1 10 76,9

pembelajaran ini

Tidak
Bermanfaat
Bermanfaat

F % F %

4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi 13 100 0 0

kamu ?
Baru Tidak Baru

F % F %

5. Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? 13 100 0 0

Ya Tidak

F % F %

6. Apakah kamu menginginkan pokok 12 92,3 1 7,7

bahasan yang lain menggunakan model

kooperatif tipe TGT?

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran


kooperatif tipe TGT
N=Jumlah: 13 orang

3) Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan

pembelajaran kooperatif tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa

pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dalam materi pelajaran Berpikir Kreatif dan Kritis

pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.


Tabel 8. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT

Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
RPP I Keterangan

1. Pesiapan 3,0 Baik

2. Pelaksanaan 2,5 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,5 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 2,75 Baik

Keterangan :

0 - 1,49 = kurang baik

1,5 - 2,49 = Cukup

2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

g. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar pada Pada Materi Bercermin Diri dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang

dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada

Pada Materi Bercermin Diri sub (2) Kehidupan Kristen: manusia yang

diperbaharui.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi

bahan Pada Materi Bercermin Diri sub (2) Kehidupan Kristen: manusia
yang diperbaharui. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang

menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian

LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan

sempurna.Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks

pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga,

diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik

pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi

baru untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut

di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang

pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok

untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan

carademikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa

lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa

yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga,

peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Pada Materi

Bercermin Diri khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu

dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang

ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

3. Deskripsi data siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa

rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode


Pembelajaran Tipe TGT dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I

pada Materi Bercermin Diri sub (3) Nilai-nilai Kristiani. Disamping

itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar

observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil

belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan

observer mendiskusikan lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus IIdilaksanakan pada hari Selasa 18

November 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.30 WIB.Kegiatan pembelajaran

yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk

kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk

kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20

menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking

berupa menyanyi, (3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan

dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan

icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat

mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk

dapat menemukan berkaitan dengan TGT, pertama-tama guru membagi


siswa dalam 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang

siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum

penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu,

selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi

siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.Perwakilan

setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa

dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban

kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih

dahulu meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang

hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan bagus

mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan

dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir siklus II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk

mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan

strategi TGT, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang

baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar

dengan bertepuk tangan gembira.

a. Observasi

1) Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang ada

peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah

dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hal


ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap

Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah

yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang dalam

kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Kristen. Hal ini terlihat

dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus

II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dari

siswa sejumlah 13 orang, ada sebanyak 12 siswa atau 92,3% yang

tuntas dan yang tidak tuntas ada 1 Siswa atau 7,7% yang tidak tuntas

dan nilai rata-rata sebesar 88. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah

ini.

Tabel.9 Hasil ulangan harian pada siklus II

No. Nama Siswa Bercermin Diri

Siklus II Tuntas Tidak Tuntas

1 Dita Damaini 80 V

2 Gantiani 100 V

3 Heski 90 V

4 Intan Sari 85 V

5 Janang Tuu Rajakino 80 V

6 Marsusanti 100 V

7 Novria Pangamiani 74 V

8 Pangki Suwito 95 V

9 Puluhani 90 V
10 Septiani 80 V

11 Tanobaya 85 V

12 Tri Wisnu Broto 95 V

13 Yopita Dwi Listya 90 V

Jumlah 1135

Nilai Rata- Rata 87,3

Ketuntasan Klasikal 92,3%

2) Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar

yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pelajaran

Berpikir Kreatif dan Kritis pada siklus 1 adalah rata – rata 3,04 berarti termasuk

kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang

mereka jalani dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses

pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran

kooperatif tipe TGT, ditunjukan pada Tabel 5 di bawah ini yang merupakan

rangkuman hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe

TGT, ditunjukan pada tabel 5 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil

angket tentang tanggapan 13 siswa teerhadap model pembelajaran kooperatif tipe

TGT yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran Pada Materi Bercermin Diri,

siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti


kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS

yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan

model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran

berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan

siswa merasa memperoleh manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT.

Tabel 10 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe


TGT

No Uraian Tanggapan Siswa

. Senang Tidak Senang

F % F %

1. Bagaimana perasaan kamu selama 12 92,3 1 7,7

mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

Senang Tidak Senang

F % F %

2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :

e. Materi pelajaran 13 100 0 0

f. Lembar kerja siswa (LKS) 13 100 0 0

g. Suasana Belajar di Kelas 12 92,3 1 7,7

h. Cara penyajian materi oleh guru 13 100 0 0

Sulit Tidak Sulit

F % F %

3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti 1 7,7 12 92,3


pembelajaran ini

Tidak
Bermanfaat
Bermanfaat

F % F %

4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi 13 100 0 0

kamu ?

Baru Tidak Baru

F % F %

5. Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? 13 100 0 0

Ya Tidak

F % F %

6. Apakah kamu menginginkan pokok 12 92,3 1 7,7

bahasan yang lain menggunakan model

kooperatif tipe TGT?

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe


TGT
N = Jumlah: 13 orang

3) Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan

pembelajaran kooperatif tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa

pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dalam materi pelajaran Berpikir Kreatif dan Kritis
pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe


TGT
Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
RPP II Keterangan

1. Pesiapan 3,25 Baik

2. Pelaksanaan 2,75 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,75 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 3,125 Baik

Keterangan :

0 - 1,49 = kurang baik

1,5 - 2,49 = Cukup

2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

4) Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar pada Pada Materi Bercermin Diri sub (3) Nilai-nilai

Kristiani dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada

peningkatan hasil belajar siswa pada Pada Materi Bercermin Diri sub (3)

Nilai-nilai Kristiani.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada Materi

Bercermin Diri sub (3) Nilai-nilai Kristiani. Menurut pengamat, ada

beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus

pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak

terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di luar

konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya.

Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan

baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru

untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas,

selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama

peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis

hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka

data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami

materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain

dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan

penjelasan lebih detail tentang Pada Materi Bercermin Diri sub (3)

Nilai-nilai Kristiani khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak

mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk

masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

B. Pembahasan
1. Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi

awal siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang untuk materi bahan

makanan dengan model pembellajaran, kooperatif tipe TGT diperoleh nilai

rata – rata kondisi awal sebesar 74,6 dengan nilai tertinggi adalah 80

terdapat 4 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 5 orang dengan

ketentusan belajar 62% dan yang tidak tuntas 38%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas XI

SMAN 1 Tamiang Layang pada siklus 1 untuk materi bahan makanan

dengan model pembelajaran, kooperatif tipe TGT diperoleh nilai rata –

rata siklus 1 sebesar 77 dengan nilai tertinggi adalah 90 terdapat 2 orang

dan nilai terendah adalah 60 terdapat 1 orang dengan ketentusan belajar

84,6% dan yang tidak tuntas 15,4%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Mengenal Nama-nama

Rasul yang menerima Kitab Allah diperoleh nilai rata – rata siklus II

sebesar 88 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 2 orang dan nilai

terendah adalah 74 terdapat 1 orang dengan ketuntasan belajar 92,3% dan

yang tidak tuntas 7,7%.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II

menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa Kelas XI SMAN 1

Tamiang Layang tahun pelajaran 2014/2015 menunjukan peningkatan

hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Bercermin Diri. Hal ini

disebabkan pada siklus I dan siklus II 2014/2015 menunjukan peningkatan

hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Bercermin Diri. Hal ini
disebabkan pada siklus I dan siklus II 2014/2015 Sudah menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang

menerapkan model pembelajaran tipe TGT pada Pada Materi Bercermin Diri

menurut penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas

siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek

aktivitas siswa: mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama

dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa

dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan

kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang

paling dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan

berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan

bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan

pendapat santoso (dalam anam, 2000:40) yang menyatakan bahwa

pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja

dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas–

tugas individu dan kelompok.

3. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua

aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik
dalam mengelola model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada Pada Materi

Bercermin Diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru

berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus

kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas,

sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat

lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998).

Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran

sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.

4.Respons siswa Terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran

kooperatif tipe TGT yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa

merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara

penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT mereka lebih mudah memahami materi pelajaran interaksi

antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik

dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model

pembelajran kooperatif tipe TGT disebabkan suasana belajar dikelas yang agak

ribut.

Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan

model kooperatif tipe TGT.Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan

selanjutnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan siswa

merasa bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT bermanfaat bagi

mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan
yang didapat mudah diingat. Hal ini sesuai dengan pendapat rejeki (2000) yang

mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan tindakan

pemecahan yang dilakukan karena dapat meningkatkan kemajuan belajar sikap

siswa yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri sera menambah

rasa senang siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Kristen.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatiftipe TGT, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar pada

Materi Bercermin Diri Siswa Kelas XI SMAN 1 Tamiang Layang.

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

1) Kepada guru Pendidikan Agama Kristen yang mengalami kesulitan yang

dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai

alternatif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas.

2) Kepada guru–guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT disarankan untuk membentuk kelompok–kelompok baru jika

banyak siswa yang bermain pada saat belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.


Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.


Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang


Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Hulu, yuprieli. Dkk. 2011. Suluh siswa 2: Berkarya dalam Kristus. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif


Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT


Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto. 2003. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 1989. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Surakarta: Tiga


Serangkai
PEDOMAN OBSERVASI GURU

1. Nama Sekolah : .........................................................................................................


2. Nama Guru : .........................................................................................................
3. Mata Pelajaran : .........................................................................................................
4. Kelas / Semester : .........................................................................................................
5. Hari / Tanggal : .........................................................................................................

YA / ADA
Tidak Nila
No Uraian Kegiatan Kurang Catatan
Baik ada i
baik
1 2 3 4 5 6 7
1 PERSIAPAN
a. Silabus
b. Program / Rencana Pembelajaran Semester
c. Buku nilai : yang memuat nilai ulangan harian, ujian blok,
ujian remedi, nilai tugas-tugas lainnya
2 KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
a. Pretest/persepsi
b. Motivasi siswa/mengecek kesiapan siswa
c. Memberitahukan topik pembelajaran : SK/KD
B. KEGIATAN POKOK
a. Penyiapan Kartu soal sesuai Materi Pelajaran
b. Penyiapan Kartu Jawaban secara acak
c. Penyajian materi
C. PENUTUPAN
a. Post Test
b. Membuat rangkuman / kesimpulan
c. Memberikan tugas / Pekerjaan Rumah (PR)
Jumlah
Rata – rata

Kesimpulan :........................................................................................................................................
Saran / Pembinaan :.........................................................................................................................................
Pengamat/Observer,

.....................................
PEDOMAN OBSERVASI SISWA
Hari/Tanggal :
Kelas :
Materi :
Nama Guru :

NO ASPEK PENGAMATAN KOMENTAR KET

1 Memperhatikan penjelasan Guru

2 Mempelajari LKS dengan sungguh-


sungguh
3 Melakukan kegiatan sesuai LKS

4 Mencatat hasil kegiatan sesuai LKS

5 Diskusi kelompok tentang hasil


kegiatan
6 Menyusun hasil kegiatan

7 Mempresentasikan hasil kegiatan


kelompok
8 Menghargai gagasan teman

9 MenyamPendidikan Agama
Kristenkan gagasan pada kelompok
10 Mengambil keputusan/ kesimpulan
kelompok
11 Member tanggapan pada kelompok
lain
12 Bertanggung jawab dan disiplin kerja

13 Memcatat hasil kesimpulan

Pengamat,

………………..………
LEMBAR RESPONDEN SISWA
Nama Siswa :
Kelas :
Hari/Tanggal :
NO URAIAN YA TIDAK KET
1 Apakah kamu merasa senang selama mengikuti
kegiatan pembelajaran ini ?
2 Apakah kamu merasa senang terhadap Materi
pelajaran?
3 Apakah kamu merasa senang menggunakan Lembar
kerja siswa (LKS)?
4 Apakah kamu merasa senang Suasana Belajar di
Kelas ini?
5 Apakah kamu merasa senang Cara penyajian materi
oleh guru?
6 Apakah kamu merasa sulit Mengikuti pembelajaran
ini?
7 Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?
8 Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?
9 Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang
lain menggunakan model kooperatif tipe TGT?
JUMLAH
Responden,

……………………………….

Anda mungkin juga menyukai