Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
(PTK)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR


MATERI HAM MENURUT IMAN KRISTEN MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KWL SISWA KELAS XII
SMAN 2 TUKKA

Disusun oleh :

SERIATI GINTING, S.Th


NIP. 19810328 200903 2 003
GURU PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN
SMAN 2 TUKKA

Jl. KH. Zainul Arifin, Tukka Lestari, Bonalumban Kecamatan Tukka


KABUPATEN TAPANULI TENGAH
PROVINSI SUMATERA UTARA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN
KELAS (PTK)

Judul

PENINGKATAN HASIL BELAJAR


MATERI HAM MENURUT IMAN KRISTEN MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KWL SISWA KELAS XII
SMAN 2 TUKKA

Disusun oleh :

SERIATI GINTING
NIP. 19810328 200903 2 003
GURU PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN
SMAN 2 TUKKA

Disahkan oleh :

Mengetahui: Tukka, 2 Februari 2023


Kepala SMAN 2 Tukka Guru Mata Pelajar

SIMRON MANURUNG, S.S SERIATI GINTING, S.Th


NIP. 19730904 200502 1 001 NIP. 19810328 200903 2 003
BERITA ACARA SEMINAR

Pada hari ini Senin Tanggal Sebelas Bulan November Tahun Dua Ribu
Tiga Belas, bertempat di SMAN 1 Tamiang Layang, yang dihaditi oleh 16 (Enam
Belas) Peserta, telah diseminarkan sebuah Laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi HAM menurut Iman
Kristen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL Siswa Kelas XII SMAN 1
Tamiang Layang”.

Disusun oleh :
KANG WIRO
NIP. 19670930 199001 1 001
GURU PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN
SMAN 1 TAMIANG LAYANG

Pembahas :

1. DEWI FATMA TRI SUAMNTRI , S.Pd.I (........................)

2. HENDRIKUS SIMANJUNTAK, S.Ag (........................….)

Moderator, Notulis,

NIP.1 NIP.-

Mengetahui:
Kepala SMAN 2 Tukka Narasumber,

SIMRON MANURUNG, S.S ...............................................


NIP. 19730904 200502 1 001 NIP........................................
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : LUSIANA SIALAEN, S.Pd


NIP : 19801013 200801 2 003
Jabatan : Kepala Perpustakaan SMAN 2 Tukka

Dengan ini menerangkan bahwa kami menerima sebuah Laporan Penelitian


Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:

Judul : Peningkatan Hasil Belajar Materi HAM menurut


Iman Kristen Melalui Pembelajaran Kooperatif
Tipe KWL Siswa Kelas XII SMAN 2 Tukka
Penulis : SERIATI GINTING, S.Th
NIP : 19810328 200903 2 003
Jabatan : Guru Agama Kristen Protestan
Unit Kerja : SMAN 2 Tukka

Telah disimpan di Perpustakaan SMAN 2 Tukka. Kecamatan Tukka, Kabupaten


Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara, sebagai Publikasi Ilmiah dan sebagai
bahan Referensi.

Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Mengetahui: Tukka, 2 Februari 2023


Kepala SMAN 2 Tukka Kepala Perpustakaan,

SIMRON MANURUNG, S.S LUSIANA SILAEN, S.Pd


NIP. 19730904 200502 1 001 NIP.19801013 200801 2 003
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan.
Adapun judul laporan penelitiani ini adalah, ”Peningkatan Hasil Belajar Materi
HAM menurut Iman Kristen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL
Siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang.”
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kami
sampaikan kepada:
(1) Arsen Nasution, M.M, selaku Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera
Utara
(2) Elvrida Novianna Sinaga, S.Pd selaku Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah X Sibolga
(3) Simron Manurung, S.S, Selaku Kepala SMAN 2 Tukka
(4) Rosmawati , S.Pd, Selaku Pengawas SMAN 2 Tukka
(5) Koster Siregar selakun pengawas /pembina guru agama Kristen Protestan
(6) Bapak /Ibu guru di SMA Negeri 2 Tukka telah membantu sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

(7) Terkhusus untuk suami tercinta J Guktom dan anakku ingat atas doa dan
dukungannya.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya sehingga laporan penelitian ini menjadi
lebih berkualitas.
Akhir kata semoga laporan penelitian ini memberikan makna dan
manfaat khususnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Tukka, Oktober 2021

Peneliti

SERIATI GINTING, S.Th


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi HAM menurut Iman
Kristen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL Siswa Kelas XII SMAN 2
Tukka ”.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi
HAM menurut Iman Kristen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL Siswa
Kelas XII SMAN 2 Tukka.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
(action Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari:
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif
Tipe KWL dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi HAM Menurut Iman Kristen
Siswa Kelas XII SMAN 2 Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah
Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya peneliti merekomendasikan:
(1) Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan
Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL untuk meningkatkan Hasil Belajar Materi
HAM menurut Iman Kristen Siswa Kelas XII.
(2) Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih
memahami Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL.
Kata kunci: Hasil Belajar, KWL, Pembelajaran Kooperatif
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
BERITA ACARA SEMINAR
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI.
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................ 5


2.1 Kajian Teori.................................................................................... 5
2.1.1 HasilBelajar………………......................................................... 5
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif............................................................. 7
2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL…..………......................... 11
2.1.4 HAM menurut Iman Kristen…..……………………………….. 15

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 29


3.1 Setting Penelitian........................................................................... 29
3.2 Objek Penelitian............................................................................ 29
3.3 Prosedur Penelitian........................................................................ 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 31
3.5 Teknik Analisa Data....................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 33


4.1 Hasil Penelitian.............................................................................. 33
4.1.1 Deskripsi kondisi awal................................................................ 33
4.1.2 Deskripsi Hasil siklus I............................................................... 38
4.1.3 Deskripsi Hasil Siklus II............................................................. 47
4.2 Pembahasan................................................................................... 55

BAB V PENUTUP........................................................................................... 51
5.1 Kesimpulan................................................................................... 51
5.2 Saran.............................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk Allah, sejak dilahirkan memiliki potensi untuk tumbuh dan

berkembang kearah kedewasaan, baik jasmani maupun rohani. Manusia memerlukan

pendidikan untuk menggerakkan dan mengembangkan potensi serta kemampuan dasar

tersebut kepada pola yang dikendalikan. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang

fundamental dalam pembangunan, karena kemajuan bangsa erat kaitannya dengan

masalah pendidikan. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau bangsa Indonesia begitu

besar perhatiannya terhadap masalah pendidikan, bahkan tujuannyapun semakin

disempurnakan.Ini sesuai dengan ketentuan yang dimuat dalam pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945.

Secara garis besar, pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional juga

menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak


serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien

dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang

diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas XII SMAN 2 Tukka,

Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara diperoleh informasi bahwa hasil

belajar Pendidikan Agama Kristen siswa rendah di bawah standar ketuntasan yaitu

dibawah 76.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

a. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan Agama

Kristen masih rendah,

b. Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,

c. Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan Agama Kristen dan menganggap

Pendidikan Agama Kristen hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat konsep – konsep Pendidikan Agama

Kristen yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah

tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih

kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan

digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran.

Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan


membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan

sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.Salah satu model pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah model pembelajaran

kooperatif tipe KWL karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung

jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung

meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian

terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Pendidikan

Agama Kristen siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul :“Peningkatan Hasil

Belajar Materi HAM Menurut Iman Kristen Melalui Model Pembelajaran KWL Siwa Kelas

XII SMAN 1 Tamiang Layang“.

1.2 Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai

berikut : “Bagaimanakah Model pembelajaran tipe KWL dapat meningkatkan hasil belajar

pada materi HAM Menurut Iman Kristen siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang?”

1.3 Tujuan Penelitian

Meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen menggunakan model

pembelajaran KWL pada materi HAM Menurut Iman Kristen siswa Kelas XII SMAN 1

Tamiang Layang.
1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


1. Bagi siswa: untuk meningkatkan pemahaman konsep Pendidikan Agama Kristen dan

menerapkannya dalam kehidupannya sehari – hari sehingga pelajaran Pendidikan Agama

Kristen menjadi lebih sederhana.

2. Bagi Guru: penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk

meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa, memberikan alternative

pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta

meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2012: 46) pengertian hasil belajar adalah “kemampuan – kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya”. Bloom (dalam Nana

Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban

atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam

aspek, yaitu : gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan

membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan

komunikasi.

Hasil belajar yang dicapai Pendidikan Agama Kristen siswa

dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu :


a. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar,

minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor

fisik dan psikis.

b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas

pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang

optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri

siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih keras

untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan

percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha

sebagaimana mestinya.

3. Hasil belajar yang dicaPendidikan Agama Kristen bermakna bagi dirinya, seperti akan

tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup

ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,

keterampilan atau prilaku.


5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama

dalam menilai hasil yang dicaPendidikan Agama Kristennya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar, Setelah melaksanakan proses

belajar mengajar yang optimal sesuai dengan ciri-ciri tersebut di atas.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif

1. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Worsham, pembelajaraan kooperatif adalah “model pembelajaraan

yang sistematis dengan mengelompokan siswa dengan tujuan menciptakan pendekatan

pembelajaraan yang efektif dan mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan

akademis” sedangkan menurut Johns pembelajaran kooperatif adalah “kegiatan belajar

mengajar secara kelompok – kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk

sampai kepada pengalaman belajar yang optimal,baik pengalaman belajar yang optimal,

baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajar Kooperatif adalah

suatu pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa untuk bekerja sama untuk

mencapai pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun

pengalaman kelompok.
Ciri – ciri dan Unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif
2. Ciri – ciri dan Unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif

a. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim, pembelajaran kooperatif dicirikanoleh struktur tugas, tujuan

dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaraan

kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas

bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan

tugasnya. Dalam penerapan pembelajaraan kooperatif, dua atau lebih individu saling

tergantung satu sma lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan

berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil dalam kelompok.

Ciri–ciri pembelajaraan yang mengguanakan model kooperatif adalah

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan


materi belajarnya.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,sedang,
dan rendah
3) Anggota kelompok hendaknya berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda – beda.
4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang individu.7

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model Pembelajaran

Kooperatif merupakan pembelajaran yang mengelompokan siswa yang

memiliki kemmpuan yang beragam dan tidak membedakan ras, suku, budaya

maupun jenis kelamin.

b. Unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif


Menurut ibrahim, unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif adalah sebagai

berikut :

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup


sepenanggungan bersama”.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya,
seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalamkelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungijawab yang sama di antara
anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang
akan dikenakan utnuk semua anggota kelompok.
6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi
yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.

Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik dan optimal

hendaknya guru tidak meninggalkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif

seperti yang telah diuraikan di atas.

c. Tujuan pembelajaran kooperatif

Model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk mencaPendidikan

Agama Kristen aetidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman,dan

pengembangan keterampilan sosial.


1) Hasil belajar Akademik

Model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami

konsep – konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar. Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran

kooperatif dapat merubah norma budaya anak muda dan membuat budaya lebih

dalam tugas – tugas pembelajaraan.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif diharapkan mendapatkan

hasil belajar akademik yang maksimal yaitu mampu memahami konsep-konsep

yang sulit serta dapat mengubah norma budaya anak muda menjadi budaya lebih

untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.

2) Penerimaan terhadap keragaman

Efek samping yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan

yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, maupun ketidak mampuan. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja

saling bergantung satu sama lain atas tugas– tugas bersama, dan melalui

penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untk menghargai satu sama

lain.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan efek yang

positif terhadap nilai keragaman dimana peserta Didik mampu menerima

perbedaan baik, ras, suku, budaya, kelas sosial maupun kemampuan .


2.1.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL

Menurut Ogle (2006) KWL Strategy merupakan strategi instruksional, reading yang

digunakan untuk membimbing siswa membaca sebuah teks bacaan. Siswa mulai dengan

Brainstrorming. Siswa diminta mengungkapkan apa saja yang mereka ketahui mengenai

sebuah topik. Informasi tersebut direkam dalam bentuk catatan kecil dalam kolom K

pada tabel KWL. Siswa kemudian membuat sejumlah pertanyaan tentang apa yang ingin

mereka ketahui tentang topik yang disajikan dalam teks bacaan. Pertanyaan--

pertanyaan tersebut di tuliskan dalam kolom W pada tabel. Selama atau setelah reading,

siswa menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom W. Informasi baru yang siswa

pelajari dituliskan dalam kolom L pada tabel KWL. Fisk and Hurst (2003: 211), KIVL

Strategy, for comprehending the reading, works so well, because it integrates all of

modes of communication. When using this strategy, students will be reading, writing,

livening, and ,speaking about the text. Menurut Michael Susan dalam jurnalnya (2008)

Strategi KWL dapat digunakan pada tiap tingkatan kelas. Strategi tersebut bekerja

dengan baik dengan tiap jenis teks. Dia juga menemukan bahwa strategi ini paling baik

diterapkan pada wacana eksposisi. Berdasarkan teori yang ada, peneliti ingin membantu

siswa memahami apa yang dibaca, guru akan mengajar siswa dengan strategi pengajaran

reading comprehension yang disebut KWL. K merupakan kependekan dari Know, W

merupakan kependekan dari Want to know, dan L merupakan kependekan dari Learned.
1. Keuntungan penggunaan Strategi

Strategi KWL menguntungkan dalam banyak hal Ogle (2006). menyatakan bahwa

strategi ini dapat digunakan untuk brainstorming di awal pelajaran untuk menemukan apa

yang telala diketahui siswa Strategi KWL dapat membantu siswa memonitor pemahaman

mereka terhap bacaan. KWL juga dimaksudkan sebagai latihan, untuk suatu kelompok

belajar maupun sebuah kelas, yang dapat membimbing siswa membaca dan memahami

sebuah teks bacaan. Strategi ini dapat digunakan siswa untuk bekerja sendiri, tetapi

diskusi akan lebih membantu memahami teks bacaan lebih baik. Strategi KWL

menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan gagasan mereka di luar teks

yang mereka baca.

2. Kelebihan dan Kekurangan Strategi KWL.

a. Kelebihan Strategi KWL

Strategi KWL merupakan sarana yang dapat digunakan untuk meningkatkan reading

comprehension siswa. Hal ini terjadi setelah siswa mengerti bagaimana menggunakan

strategi tersebut dengan benar untuk memahami bacaan. Dalam proses memahami

penggunaan KWL, siswa memerlukan bimbingan dan pemaparan yang jelas. Setelah itu

siswa dapat mengisi kolom yang digunakan dalam Strategi KWL selangkah demi

selangkah. Pertama-tama mereka menulis informasi yang berhubungan dengan topik yang

disajikan guru atau peneliti di kolom K. Kemudaan siswa dapat membuat pertanyaan

dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang topik yang disajikan di dalam

kolom W. Selanjutnva siswa dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom siswa

tidak menemukan jawaban di bacaan, siswa-mencarinya dari sumber lain. Jawaban-

jawaban tersebut diletakkan padat kolom L.

Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi KWL ini, siswa lebih

bersemangat dalam mengikuti kegiatan reading. Mereka lebih perhatian saat

diperkenalkan dengan strategi KWL peneliti. Strategi ini membangkitkan semangat siswa

untuk mempelajari bacaan.


b. Kelemahan Strategi KWL

Strategi Kin merupakan hal baru balk bagi siswa m aupun guru. Siswa

memerlukan lebih banyak latiban untuk dapat menggunakan strategi

tersebut dengan tepat.

3. Pelaksanaan Strategi KWL di dalam kolas.

3 langkah dalam pengajaran reading, yaitu: pre-reading activity, while-

reading activity, dan post-reading activity. Berikut peranan dari Strategi

KWL pada tiap langkah:

a. Pre-Reading Activity

Menurut Boyton (Quistia.com), cara penerapan strategi KWL adalah sebagai

berikut:

 Memilih teks bacaan.

 Membuat tabel KWL.

• Mengajak siswa melakukan brainstorming tentang kosakata, istilah,

atau frase yang dapat dihubungkan dengan topik bacaan.

 Meminta siswa menuliskan apa yang mereka ketahui tentang topik

bacaan di dalam kolom K.

 Menanayakan kepada siswa apa yang mereka ketahui tentang topik bacaan

Berdasarkan gagasan yang dikemukakan Boyton, peneliti akan melaksanakan

penelitian ini sebagai berikut :

Peneliti akan memilih teks bacaan yang akan digunakan di dalam kegiatan belajar

mengajar. Lalu peneliti akan membuat tabel KWL di papan tulis atau di selembar kertas.
Peneliti akan meminta siswa menyalinnya untuk menulis informasi yang didapatkan dari

teks bacaan. Berikut contoh tabel KWL:


Tabel. KWL Chart

K W L

Peneliti meminta siswa mengungkapkan kosakata, istilah, atau frase yang mereka anggap

berhubungan dengan topik bacaan lalu menuliskannya dalam kolom K pada tabel KWL

yang ada pada mereka. Kegiatan ini dilaksanakan sampai para siswa kehabisan gagasan.

Peneliti melibatkan siswa dalam diskusi tentang apa yang mereka tulis dalam kolom K.

Untuk menstimulasi pengungkapan gagasan dari siswa, guru memberikan dorongan

seperi, “Tell me what you know about...,”. Hal ini dilakukan juga untuk, memberikan

siswa semangat

Untuk menjelaskan hubungan antara topik dengan gagasan siswa .

a. While-Rending Activity.

Peneliti meminta siswa membuat serangkaian pertanyaan tentang apa yang ingin

mereka ketahui banyak tentang topik bacaan berdasarkan yang telah mereka tulis di dalam

kolom K. Pertama-tama siswa menulis kalimat di atas selembar kertas. Kemudian, siswa

mengubah kalimat tersebut meniadi pertanyaan sebelum menuliskannya. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut membantu siswa memfokuskan perhatian mereka selama pembacaan

teks bacaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan pada kolom W.

a. Post-Reading Activity

Pada tahapan ini, siswa menjawab pertanyaan di kolom W selama atau setelah

pembacaan teks bacaan lalu menuliskannya di kolom L. Setelah itu, peneliti

mendiskusikan informasi yang tercatat pada kolom L dan memotivasi siswa mencari

pertanyaan di dalam kolom W yang tidak terjawab atau jawabannya tidak ditemukan di

dalam teks bacaan. Siswa harus mencari sumber lain untuk mengetahui jawaban dari

pertanyaan yang tidak terjawab.


2.1.4 HAM Menurut Iman Kristen
1. Hak Asasi Manusia (HAM)

Selama berabad-abad manusia telah bergumul dengan masalah hak- haknya yang

paling dasariah, atau yang kita kenal dengan hak asasi manusia (HAM). Berbagai pihak

telah berupaya untuk merumuskan apa yang dimaksud dengan HAM; konferensi dan

seminar-seminar telah digelar untuk merumuskan apa yang dimaksud dengan HAM dan

hak-hak apa saja yang digolongkan ke dalam HAM. Namun, hingga saat ini belum ada

kriteria atau definisi HAM yang dapat diterima semua orang. Hal ini disebabkan berbagai

disiplin ilmu memiliki titik berat yang berbeda untuk merumuskan atau menetapkan

kriteria HAM.

Pada umumnya, semua ahli sepakat bahwa yang dimaksud dengan HAM adalah

hak-hak dimiliki setiap orang yang melekat pada keberadaannya sebagai manusia. Di

mana pun ia berada. Hal ini telah dirumuskan dalam Deklarasi Universal tentang Hak-

Hak Asasi Manusia (1948).

Kita akan membatasi pembahasan seputar pemahaman Kristen terhadap HAM,

yang diuraikan di dalam dua pokok utama, yakni kedaulatan Allah yang universal dan

citra Allah di dalam diri setiap manusia. Pada akhirnya, siswa akan dibimbing untuk

melihat bahwa pada kenyataannya masih banyak terjadi pelanggaran HAM, baik yang

dilakukan secara individual maupun pelanggaran HAM yang tersistematisasi.

Pertama-tama kita akan mencoba melihat praktik HAM di Indonesia seperti yang

kita lihat di berbagai media cetak maupun elektronik. Sebuah contoh dapat kita temukan di

bawah ini. Pertanyaan-pertanyaan yang mengikutinya dapat digunakan guru untuk

membuka percakapan tentang tema ini.

Wajah hak asasi manusia (HAM) Indonesia tahun 2007 tidak menentu. Kadang

cerah, kadang redup atau gelap. Cerah karena Indonesia makin terbuka dalam pergaulan

antara bangsa.
Tetapi wajah HAM Indonesia menjadi redup, kata Koordinator untuk Orang Hilang

dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Usman Hamid di Jakarta, Senin (10/12), ketika

martabat dan keadilan korban belum terpenuhi. Mereka masih menuntut para pelanggar

berat HAM dihukum. Yurisdiksi Peradilan militer atas pidana umum/kejahatan sipil

belum dihapus. Akibatnya, kasus pelanggaran HAM oleh militer seperti Alastlogo

diselesaikan dengan berdasarkan kepentingan militer, bukan berdasarkan martabat dan

keadilan korban.

Di tempat terpisah, Yuddy Chrisnandi dari Fraksi Partai Golkar (FPG),

mengatakan, penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia masih jauh dari

harapan. Pemerintah tidak memiliki keseriusan dan keberanian menegakkan hukum, serta

tidak punya kemampuan memisahkan kepentingan negara dengan kepentingan politik

pribadi. “Masih jauh panggang dari api. Sangat memprihatinkan. Pemerintah belum

memiliki political will yang kuat untuk penegakan hukum terhadap kasus-kasus

pelanggaran HAM”, kata Yuddy terkait peringatan Hari HAM Sedunia hari ini.

Tidak diselesaikannya pengusutan kasus-kasus pelanggaran HAM, kata dia,

memperlihatkan ketidakseriusan pemerintah, bukan hanya dalam hal penegakan hukum,

tapi secara khusus dalam pengungkapan kasus-kasus pelanggaran HAM itu sendiri.

“Dibutuhkan kemampuan, terutama keberanian untuk memisahkan kepentingan negara

atau kepentingan rakyat dengan kepentingan individu, ataupun kelompok, untuk

menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang telah terjadi”, kata dia.


Gayus Lumbuun, anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat Indonesia Perjuangan

(FPDI-P) , menegaskan bahwa negara wajib memberikan perlindungan dan rasa aman bagi

warga negaranya dari tindak kekerasan aparatur negara, serta dari pembiaran terjadinya

pelanggaran HAM. Dikatakannya, pembiaran pelanggaran HAM oleh pemerintah pada

akhirnya akan mengakibatkan kedaulatan negara terhadap hukum nasional akan tereduksi

oleh hukum internasional.

Hal itu terjadi, karena negara yang bersangkutan dinilai tidak memiliki niat dan

kemampuan menyelesaikan secara hukum kasus-kasus HAM melalui pengadilan

nasionalnya. “Termasuk risiko dapat dilakukan ekstradisi atau penangkapan tersangka oleh

negara anggota konvensi di luar negaranya”, kata Gayus.

Hak asasi manusia adalah pengakuan bahwa setiap manusia mempunyai hak-hak dasar

yang tidak dapat disangkal dan yang sangat penting bagi hidup mereka. Lebih dari itu, hak

ini sudah ada sejak manusia dilahirkan, bahkan sejak ia masih ada di dalam kandungan

ibunya.

Sejarahnya dapat dirunut ke masa ribuan tahun yang lalu dan ditemukan dalam berbagai

perkembangan agama, kebudayaan, filsafat dan hukum yang tercatat dalam sejarah. Dalam

Kitab Keluaran kita menemukan peraturan seperti ini tentang budak:

“Inilah peraturan-peraturan yang harus kaubawa ke depan mereka. Apabila engkau membeli

seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada

tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar

tebusan apa-apa. Jika ia datang seorang diri saja, maka keluar pun ia seorang diri; jika ia

mempunyai isteri, maka isterinya itu diizinkan keluar bersama-sama dengan dia.

Jika orang tuannya memberikan kepadanya seorang isteri dan perempuan itu

melahirkan anak-anak lelaki atau perempuan, maka perempuan itu dengan anak-anaknya

tetap menjadi kepunyaan orang tuannya, dan budak laki-laki itu harus keluar seorang diri.
Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta kepada tuanku,

kepada isteriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka,

maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah , lalu membawanya ke pintu

atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu

bekerja pada tuannya untuk seumur hidup. (Kel. 21:1-6)

Peraturan ini mengatakan bahwa bila seorang budak beristri dan kemudian

mendapatkan anak, sementara kenyataannya ia datang sendirian (artinya, belum

berkeluarga) ke lingkungan tuannya, maka apabila ia dibebaskan, ia dilarang membawa

anak-anak dan istrinya. Istri dan anak-anaknya tetap menjadi milik tuannya, bukan

miliknya. Kepemilikan oleh seorang manusia terhadap manusia yang lain dapat dilihat

dalam aturan-aturan lain di kalangan masyarakat Israel kuno.

Seorang budak yang merupakan “milik” tuannya, misalnya, ternyata tidak begitu

tinggi nilainya. Andaikata ia ditanduk sapi sampai mati, maka si pemilik sapi diwajibkan

membayar ganti rugi seharga 30 syikal perak kepada tuan sang budak, lalu sapinya

dilempari dengan batu sampai mati. (Kel. 21:32) Satu syikal beratnya antara 11, 14 dan

17 gram emas atau perak. Bila sang budak diganti rugi 30 syikal perak, maka itu berarti

nilainya sekitar 500 gram perak. Bila satu gram perak nilainya sekitar Rp.11.000, maka

harga budak itu sekitar Rp. 5.500.000, ditambah dengan harga sapi yang mungkin sekitar

Rp. 2.500.000. Artinya, nilai seorang budak hanya sekitar Rp. 8 juta atau lebih murah

daripada sebuah sepeda motor yang tidak begitu jelek. Beberapa dokumen kemudian hari

menunjukkan beberapa kemajuan. Silinder Koresy, misalnya, yang dibuat pada tahun 539

SM oleh Koresy, kaisar Persia. Pernyataannya ini dibuatnya setelah ia mengalahkan

Nabonidus dari Kekaisaran Babel Baru. Koresy adalah penguasa yang sama yang disebut-

sebut dalam Kitab Nabi Yesaya pasal 40 dst.


Isi Siinder Koresy dimulai dengan serangan terhadap Nabonidus, raja Babel, yang

dituduhnya menemari kuil-kuil dewata dan memaksakan kerja paksa oleh rakyatnya.

Dalam silindernya itu, Koresy menulis :

“Penyembahan terhadap Marduk, raya dewata, ia [Nabonidus] [mengubahnya] menjadi

hujat. Setiap hari ia melakukan kejahatan terhadap kotanya [Babel] ... Ia [Marduk]

menerawang di seluruh negeri, mencari seorang penguasa yang adil yang bersedia

memimpin [nya] [dalam arak-arakan tahunan]. [Kemudian] Ia menyebutkan nama

Koresy, raja Anshan, dan menyatakannya [sebagai] penguasa atas seluruh dunia.”

Ashoka, penguasa India pada 272-231 SM, juga mengeluarkan dekrit yang

terkenal sebagai Dekrit Ashoka. Dalam dekritnya itu, Ashoka antara lain menyatakan

bahwa tahanan harus diperlakukan dengan adil. Ashoka menyatakan,

“Adalah kehendak kami bahwa hukum dan penghukuman harus diberlakukan

dengan seragam. Kami bahkan melangkah lebih jauh, yaitu memberikan waktu tiga hari

untuk mereka yang telah diadili dan dijatuhi hukuman mati. Selama masa ini, kaum

kerabatnya dapat mengajukan banding dan memohon agar nyawanya diselamatkan.

Apabila tidak ada seorang pun yang mengajukan banding atas namanya, sang tahanan

dapat memberikan hadiah-hadiah agar ia memperoleh jasa untuk kehidupannya di dunia

yang akan datang, atau berpuasa.”

Magna Carta yang disusun di Inggris pada 1215 secara khusus berperanan penting dalam

sejarah hukum Inggris dan karenanya juga dalam hukum internasional dan

konstitusional.

Di dalam dokumen ini dinyatakan, misalnya:

Ps. 29: Tak seorang manusia merdeka pun yang dapat ditawan atau dipenjarakan,

atau dirampas kebebasannya, atau kemerdekaannya, atau kebiasaan yang bebas, atau

dianggap sebagai pelanggar hukum, atau dibuang, atau dengan cara-cara lain dihancurkan.

Kami pun tidak akan menjatuhkan kepadanya, atau menghukum dia, kecuali melalui

penghukuman yang sah oleh rekan-rekan segolongannya,


atau berdasarkan hukum negeri. Kami tidak akan menjual kepada siapapun, kami

tidak akan menyangkal atau menolak memberlakukan keadilan ataupun hak-haknya.

Di masa modern, kita mencatat Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat

(1776) yang dibuka dengan pengakuan: “Kami menyatakan bahwa kebenaran- kebenaran

ini terbukti dengan sendirinya, yaitu bahwa semua orang diciptakan sederajat, bahwa

mereka dikaruniai oleh Penciptanya dengan hak-hak yang tidak dapat disangkal, dan

bahwa di antara hak-hak itu adalah Kehidupan, Kemerdekaan, dan upaya untuk mengejar

Kebahagiaan.”

Deklarasi Hak-hak Manusia dan Warga Negara Prancis (1789) menyatakan

antara lain: “Setiap warga negara, yang sederajat [di depan hukum], sama-sama berhak

memiliki martabat masyarakat, kedudukan, dan pekerjaan, menurut kemampuannya dan

tanpa pembedaan selain daripada kebajikan dan bakat mereka.”

Pada 10 Desember 1948, dideklarasikan Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia se-

Dunia. Deklarasi ini antara lain menyatakan antara lain:

Pasal 1

Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang

sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam

semangat persaudaraan.

Pasal 2

Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum

di dalam Pernyataan ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin,

bahasa, agama, politik atau pendapat yang berlainan, asal mula kebangsaan atau

kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain. ...


Pasal 7

Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama

tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap


setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan terhadap segala

hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.

Pasal 18

Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini

termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan

agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya, mempraktekkannya,

melaksanakan ibadahnya dan mentaatinya, baik sendiri maupun bersama-sama dengan

orang lain, di muka umum maupun sendiri.

Terjemahan resmi Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Dari

kutipan di atas tampak jelas bahwa HAM dimengerti sebagai hak-hak paling asasi yang

melekat pada diri manusia, semata-mata oleh karena ia adalah manusia. HAM melekat

secara kodrati pada diri manusia sebagai karunia Allah (bnd. Kej. 1:28-29; 2:18-17).

HAM bersifat mendasar atau fundamental dan universal hak asasi mengikat siapapun

sehingga tidak dapat ditiadakan, dirampas, atau dicabut; karena tanpa hak asasi tersebut

manusia akan kehilangan kemanusiaannya.

Yang dimaksud dengan fundamental adalah bahwa HAM telah ada pada diri

manusia sejak ia didalam kandungan sampai ia mati. Hak itulah yang justru menunjukkan

dia adalah manusia yang memiliki harkat dan martabat. Universal mengandung maksud

bahwa HAM berlaku bagi setiap manusia di seluruh dunia, tanpa membedakan usia, jenis

kelamin, suku, bangsa, etnis, agama, warna kulit, dan perbedaan-perbedan lainnya.

Perlu diperhatikan bahwa setiap hak, tak terkecuali HAM mengimplikasikan

kewajiban, sebab hak hanya menjadi hak setelah kewajiban.terpenuhi. Sebaliknya,

kewajiban juga mengimplikasikan hak, sebab kewajiban hanya dapat dilaksanakan sebaik-

baiknya apabila hak dihormati. Hak tanpa kewajiban adalah kesewenang-wenangan,

sedangkan kewajiban tanpa hak adalah perbudakan.

Hak-hak asasi mencakup:


1. Hak warga negara, yang mencakup ruang bebas yang harus dijamin setiap pemerintah

bagi setiap warganya. Pemerintah tidak boleh melakukan campur tangan atas ruang

pribadi warganya, yaitu hak untuk hidup dan merasa aman, untuk menyendiri, untuk

berkeluarga, atas milik pribadi, menyatakan pendapat dengan bebas, memeluk dan

melaksanakan agama/kepercayaan dan berkumpul dengan damai.

2. Hak-hak politik, yaitu hak untuk memberikan “saham”, baik sendiri maupun bersama-

sama kepada pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya. Didalamnya tercakup hak

untuk berserikat, membentuk partai politik, ikut serta memilih dan dipilih dalam

pemilihan umum, menduduki jabatan pemerintahan, dan sebagainya.

3. Hak-hak ekonomi dan sosial, yakni hak yang dimiliki seseorang dalam berhadapan

dengan negara, untuk tujuan menghilangkan kesenjangan sosial dan ketimpangaan

ekonomi dan membatasi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh alam, umur, dan

seterusnya.

4. Sehubungan dengan hak-hak ekonomi dan sosial, muncullah hak-hak golongan minoritas

dan bangsa-bangsa. Mereka memiliki hak yang fundamental untuk menentukan nasib

sendiri, yakni baik dalam hal untuk terpenuhi. Sebaliknya, kewajiban juga

mengimplikasikan hak, sebab kewajiban hanya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya apabila hak

dihormati. Hak tanpa kewajiban adalah kesewenang-wenangan, sedangkan kewajiban tanpa hak

adalah perbudakan.

5. Hak warga negara, yang mencakup ruang bebas yang harus dijamin setiap pemerintah

bagi setiap warganya. Pemerintah tidak boleh melakukan campur tangan atas ruang

pribadi warganya, yaitu hak untuk hidup dan merasa aman, untuk menyendiri, untuk

berkeluarga, atas milik pribadi, menyatakan pendapat dengan bebas, memeluk dan

melaksanakan agama/kepercayaan dan berkumpul dengan damai.

6. Hak-hak politik, yaitu hak untuk memberikan “saham”, baik sendiri maupun bersama-

sama kepada pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya. Didalamnya tercakup hak

untuk berserikat, membentuk partai politik, ikut serta memilih dan dipilih dalam
pemilihan umum, menduduki jabatan pemerintahan, dan sebagainya.

7. Hak-hak ekonomi dan sosial, yakni hak yang dimiliki seseorang dalam berhadapan

dengan negara, untuk tujuan menghilangkan kesenjangan sosial dan ketimpangaan

ekonomi dan membatasi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh alam, umur, dan

seterusnya.

8. Sehubungan dengan hak-hak ekonomi dan sosial, muncullah hak-hak golongan minoritas

dan bangsa-bangsa. Mereka memiliki hak yang fundamental untuk menentukan nasib

sendiri, yakni baik dalam hal untuk memilih status internasional mereka sendiri dengan

bebas, maupun untuk jenis pemerintahan yang paling sesuai dengan aspirasi rakyatnya.

9. Hak warga negara, yang mencakup ruang bebas yang harus dijamin setiap pemerintah

bagi setiap warganya. Pemerintah tidak boleh melakukan campur tangan atas ruang

pribadi warganya, yaitu hak untuk hidup dan merasa aman, untuk menyendiri, untuk

berkeluarga, atas milik pribadi, menyatakan pendapat dengan bebas, memeluk dan

melaksanakan agama/kepercayaan dan berkumpul dengan damai.

10. Hak-hak politik, yaitu hak untuk memberikan “saham”, baik sendiri maupun bersama-

sama kepada pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya. Didalamnya tercakup hak

untuk berserikat, membentuk partai politik, ikut serta memilih dan dipilih dalam

pemilihan umum, menduduki jabatan pemerintahan, dan sebagainya.

11. Hak-hak ekonomi dan sosial, yakni hak yang dimiliki seseorang dalam berhadapan

dengan negara, untuk tujuan menghilangkan kesenjangan sosial dan ketimpangaan

ekonomi dan membatasi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh alam, umur, dan

seterusnya.

12. Sehubungan dengan hak-hak ekonomi dan sosial, muncullah hak-hak golongan minoritas

dan bangsa-bangsa. Mereka memiliki hak yang fundamental untuk menentukan nasib

sendiri, yakni baik dalam hal untuk memilih status internasional mereka sendiri dengan

bebas, maupun untuk jenis pemerintahan yang paling sesuai dengan aspirasi rakyatnya.
2. HAM di dalam Perspektif Iman Kristen

Pdt. Eka Darmaputera mengungkapkan bahwa untuk mengkasi HAM di dalam

perspektif atau sudut pandang iman Kristen kita harus bertolak dari dua konsep yang

mendasar. Kedua konsep itu adalah kedaulatan Allah yang universal dan manusi sebagai

imago Dei, atau citra Allah di dalm diri setiap manusia

.Kedaulatan Allah yang Universal

Di dalam terang iman Kristen, kita mengakui bahwa HAM bersumber dari Allah

yang memiliki kedaulatan secara universal. Oleh karena itu, tidak ada satu orang pun atau

satu lembaga pun, termasuk negara, yang berwenang untuk membatalkan atau

mengurangi hak-hak tersebut, kecuali Allah sendiri. Pelanggaran terhadap HAM

merupakan pelanggaran terhadap ketetapan Allah. Seorang teolog, sekaligus seorang

filsuf, Jurgen Moltmann mengatakan bahwa kedaulatan Allah di dalam diri manusia

mencakup dimensi individual (martabatnya sebagai manusia), dimensi sosial (hidup

kebersamaannya dengan manusia lain), dimensi ekologisnya (kuasanya atas alam ciptaan),

maupun dimensi futurologisnya (kesempatan untuk memiliki masa depan). Dengan

demikian, HAM mencakup hak manusia untuk bebas, hak manusia untuk berkomunitas,

hak manusia mengelola, membangun dan memanfaatkan alam ciptaan, serta haknya untuk

mempunyai masa depan yang lebih baik dan sejahtera.

Seperti telah disebutkan di atas, hak pada akhirnya membawa manusia pada suatu

kewajiban. Misalnya, hak manusia untuk bebas dan bermartabat membawa manusia pada

kewajiban untuk menghormati kebebasan dan martabat orang lain. Hak manusia untuk

berkomunikasi dan bermasyarakat membawa manusia pada kewajiban untuk memberi

informasi yang akurat kepada orang lain. Hak manusia atas alam ciptaan membawa

manusia pada kewajibannya untuk memelihara kelestarian alam ciptaan. Hak manusia

akan masa depan membawa manusia pada kewajiban dan tanggung jawab manusia atas

kesejahteraan generasi-generasi yang akan datang.


a. Citra Allah pada Diri Tiap Manusia

Di dalamkisah Penciptaan secara gamblang disebutkan bahwa Allah menciptakan

manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej. 1:29), atau lebih dikenal dengan istilah imago Dei

(imago= citra/gambar; Dei= Allah). Pernyataaan ini berarti manusia secara unik memantulkan

Allah di dalam kehidupannya. Manusia memantulkan Allah yang bermartabat: Allah yang adil

(dengan keberadaan manusia untuk menegakkan keadilan), Allah yang di dalam diri-Nya ada

kebenaran (dengan usaha manusia untuk menyatakan kebenaran), Allah yang bebas bertindak,

menyatakan dan mewujudkan kehendak-Nya (dengan upaya manusia untuk menghormati

kebebasan orang lain serta kebebasan yang bertanggung jawab), Allah yang adalah kasih

(dengan mempraktikkan kasih terhadap orang lain). Namun, citra Allah yang melekat pada

manusia itu juga mengandung kewajiban-kewajiban asasi yang sebanding. Misalnya, manusia

memantulkan Allah yang adil dengan kewajibannya untuk menegakkan keadilan. Manusia

memantulkan Allah yang di dalam diri-Nya ada kebenaran dengan kewajiban manusia untuk

menyatakan kebenaran. Manusia memantulkan Allah yang penuh kasih dengan kewajibannya

untuk mempraktikkan kasih terhadap orang lain.

Tiap orang diciptakan sama berharganya di hadapan Allah, apapun latar belakang usia,

jenis kelamin, suku, bangsa, etnis, agama, warna kulit, dan tingkat sosial-ekonominya. Di

hadapan Allah “tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka,

tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus”

(Gal. 3:28). Dengan demikian, semua orang memiliki HAM yang sama. Mereka setara. Untuk

itu, ia wajib mewujudkan kemanusiaannya yang sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

citra Allah.
3. Pelanggaran HAM

Sesungguhnya pelanggaran HAM telah terjadi sejak adanya masyarakat manusia.

Pergerakan perjuangan HAM pada awalnya terjadi karena manusia menyadari bahwa di

dalam berbagai kejadian di dalam masyarakat, baik kejadian yang bersifat sosial, politik,

hukum, maupun ekonomi, telah terjadi ketidak adilan, ketidak benaran, yang

mengindikasikan adanya pelanggaran atas hak asasi mereka.

Kita tahu bahwa kehidupan masyarakat diatur oleh seperangkat peraturan dan

peraturan perundang-undangan, norma dan kebiasaan, baik yang tertulis maupun tidak. Di

dalamnya di atur hal-hal yang berhubungan dengan hak dan kewajiban dari warganya.

Namun, di dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara, sering kali semua itu diabaikan

demi kekuasaan atau kepentingan tertentu. Tidak jarang pula seperangkat peraturan dan

perundang-undangan,

norama dan kebiasaan itu sendiri telah membatasi bahkan dengan sengaja memasung

hak-hak asasi warganya.

Dulu, pelanggaran HAM dilakukan berkisar pada perbudakan atau diskriminasi

rasial. Sekarang, pelanggaran HAM yang terjadi lebih bersifat sistemik dan terstruktur.

Misalnya, pelanggaran dilakukan dengan menyusun peraturan atau perundang-undangan

yang merugikan – bahkan menindas – orang atau kelompok masyarakat tertentu.

Pelanggaran HAM juga dapat terjadi dengan penyusunan perraturan atau perundang-

undangan yang hanya menguntungkan kelompok masyarakat tertentu dan mengorbankan

kelompok yang lain, demi alasan ketertiban dan norma yang berlaku dalam kelompok

tersebut. Wujud yang lain adalah persekongkolan untuk menghilangkan nyawa warga

negara demi alasan tidak sepaham dalam hal-hal tertentu atau perbedaan pandangan

polotik. Tindakan yang membiarkan terjadinya kekerasan juga merupakan pelanggaran

HAM.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMAN 1 Tamiang Layang Kabupaten

Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah, yang berada di kota Kabupaten. SMAN 1 Tamiang

Layang Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah mempunyai fasilitas yang hamper

lengkap dengan adanya Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang ketrampilan Menjahit,

Laboratorium Otomotif, Laboratorium Pertukangan dan Pembangunan, Laboratorium computer,

ruang UKS, Ruang OSIS dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 51 orang terdiri dari 1

(satu) kepala sekolah, 4 (empat) wakil Kepala Sekolah dan sisnya guru Mata Pelajaran dan guru

Biimbingan Konseling serta 7 Tenaga Administrasi.

3.2Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas XII dengan jumlah siswa sebanyak 23 orang

yang terdiri dari 8 siswa laki – laki dan 15 siswa perempuan SMAN 1 Tamiang Layang,

Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah.

3.3Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan

September sampai dengan Nopember 2013. Penelitian ini pada materi HAM Menurut Iman

Kristen diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1 kali

pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.
1. Siklus I

Pada siklus ini membahas subkonsep materi HAM Menurut Iman Kristen.

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan

membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja

siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan :

1) Siswa diminta untuk mempersiapkan diri di rumah dengan memberi tugas membaca

bahan ajar sehingga siswa memiliki kesiapan belajar.

2) Guru menjelaskan materi HAM Menurut Iman Kristen secara klasikal.

3) Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk kelompok, masing – masing

kelompok terdiri dari 4–6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk

mempelajari LKS.

4) Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan

langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar

kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling

membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap

kelompoknya.

c. Tahap Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah

keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran


menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan

peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi

pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya. Pertimbangan yang

dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu

sebagai berikut :

1. Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 75 %.

2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan

individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.

2. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam

merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada

siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus I.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa


Instrumen yang diganakan pada Penelitian Tindakan

Kelas ini terdiri dari:

1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.

2. Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat

mativasi siswa mengikuti pembelajaran Pendidikan

Agama Kristen.

3. Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.

3.5 Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif,

seperti berikut ini :

1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan

Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi HAM

Menurut Iman Kristen dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif

tipe KWL.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa

tersebut mampu mencapai nilai 75. Ketuntasan klasikal jika siswa yang

memperoleh nilai 75 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah

siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto

(2012:24) sebagai berikut:

𝐹
𝑃= 𝑥 100%
𝑁
Dimana : P = Prosentase

F = frekuensi tiap

aktifitas N =

Jumlah seluruh
aktifitas
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi kondisi Awal

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe KWL

pada materi HAM Menurut Iman Kristen sub (1) Hak Asasi Manusia (HAM).

Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar

observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum

pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar

observasi.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan awal dilaksanakan pada hari Selasa 29 september 2013 dari

pukul 07.00 s.d 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga

tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang

dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu

untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa

menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang

akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses

menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan

KWL, pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri

dari 4-5 orang siswa.

Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan

sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru

berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil

kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok.

Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang

sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa

yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan

mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang

belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.

Kegiatan akhir tindakan awal antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui

pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran


dengan strategi KWL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang

baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan

bertepuk tangan gembira.

c. Observasi

Partisipasi siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang ada peningkatan dalam Kegiatan

Pembelajaran pada tindakan awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe KWL. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan

Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat proses

Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada tindakan awal,

maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada

siklus I dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.

Partisipasi siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar

Pendidikan Agama Kristen. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada tindakan awal. Hasil

belajar siswa pada tindakan awal dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe KWL

dari 23 siswa, sebanyak 15 siswa atau 65,2% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 8 Siswa atau

34,8% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.1 hasil ulangan harian kondisi awal

No. Nama Siswa HAM Menurut Iman Kristen

kondisi Tuntas Tidak Tuntas

awal

1 Arina Handriani 70 V

2 Dena Rahayu Kristian 80 V

3 Edi Saputra 75 V

4 Elianata 80 V

5 Irpan 70 V

6 Julianto 80 V

7 Juni Priskila 60 V

8 Julia Saraheni 75 V

9 Lila Febrianti 70 V

10 Lisaniati 80 V

11 Mariana 80 V

12 Meldiono 75 V

13 Noprianto 80 V

14 Ninda Putri 60 V

15 Rawat Setiani 75 V

16 Sia Gantini 75 V

17 Susanti 90 V

18 Sosilawati 70
19 Tari Wahyu Anugrahni 80

20 Tanti Arianti 70

21 Tomy Wahyu Haripesa 70

22 Taldi Marantika 75

23 Yudha Satria Anugraha 75

Jumlah 1715

Rata- Rata 74,6

Ketuntasan Klasikal 65,2%

d. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada

materi HAM Menurut Iman Kristen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe KWL ternyata hasil yang didapat nilai rata-rata sebesar 74,6 dan secara ketuntasan

klasikal sebesar 65,2%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang

dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi HAM

Menurut Iman Kristen.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan HAM

Menurut Iman Kristen. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini

terjadi.Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari

isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna.Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di

luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya.


Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan

yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk

mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan

diterapkan pada kondisi awal. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga

orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi

semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga

siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling

bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan

penjelasan lebih detail tentang materi HAM Menurut Iman Kristen khususnya untuk

pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi.

Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe KWL

dengan materi HAM Menurut Iman Kristen sub (2) HAM di dalam Perspektif

Iman Kristen. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan

menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes

hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer

mendiskusikan lembar observasi.


2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 13 Oktober 2013 dari

pukul 07.00 s.d 08.30 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga

tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang

dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu

untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking

berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi

pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses

menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan

dengan KWL, pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan

setiapkelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang

tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung.

Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi

siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap

kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain

akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika

terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan

perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan

bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan dengan

maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.


Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui

pencapaian siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi KWL, (2) siswa

melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan

guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.

3.Observasi

1) Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang ada peningkatan dalam

Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe KWL. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan

respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil

masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan

adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat

merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan

harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya. Partisipasi siswa Kelas

XII SMAN 1 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama

Kristen. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa

pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe KWL dari 23

siswa, terdapat sebanyak 18 siswa atau 78% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 5

Siswa atau 22% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I

No. Nama Siswa HAM Menurut Iman Kristen

Siklus I Tuntas Tidak Tuntas

1 Arina Handriani 80 V

2 Dena Rahayu Kristian 85 V

3 Edi Saputra 80 V

4 Elianata 75 V

5 Irpan 70 V

6 Julianto 85 V

7 Juni Priskila 70 V

8 Julia Saraheni 80 V

9 Lila Febrianti 75 V

10 Lisaniati 85 V

11 Mariana 85 V

12 Meldiono 80 V
13 Noprianto 85 V

14 Ninda Putri 70 V

15 Rawat Setiani 80 V

16 Sia Gantini 80 V

17 Susanti 100 V

18 Sosilawati 80 V

19 Tari Wahyu Anugrahni 85 V

20 Tanti Arianti 70 V

21 Tomy Wahyu Haripesa 70 V

22 Taldi Marantika 80 V

23 Yudha Satria Anugraha 80 V

Jumlah 1830

Rata- Rata 79,6

Ketuntasan Klasikal 78%

2) Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe KWL pada materi pelajaran HAM

Menurut Iman Kristen pada siklus 1 adalah rata– rata 3,04 berarti termasuk kategori baik.

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe KWL digunakan angket yang

diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai.


Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe KWL, ditunjukan pada

Tabel 5 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket respons siswa terhadap

pembelajaran kooperatif tipe KWL, ditunjukan pada tabel 5 di bawah ini yang merupakan

rangkuman hasil angket tentang tanggapan 23 siswa teerhadap model pembelajaran

kooperatif tipe KWL yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi HAM Menurut

Iman Kristen , siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang

digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model

pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa

juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh

manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe KWL.

Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran


kooperatif tipe KWL
No Uraian Tanggapan Siswa

. Senang Tidak Senang

F % F %

1. Bagaimana perasaan kamu selama 22 95,6 1 4,4

mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

Senang Tidak Senang


F % F %

2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :

a. Materi pelajaran 23 100 0 0

b. Lembar kerja siswa (LKS) 21 91,2 2 8,8

c. Suasana Belajar di Kelas 22 95,6 1 4,4

d. Cara penyajian materi oleh guru 23 100 0 0

Sulit Tidak Sulit

F % F %

3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti 2 8,8 21 91,2

pembelajaran ini

Tidak
Bermanfaat
Bermanfaat

F % F %

4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi 23 100 0 0

kamu ?

Baru Tidak Baru

F % F %

5. Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? 23 100 0 0

Ya Tidak

F % F %

6. Apakah kamu menginginkan pokok 22 95,6 1 4,4

bahasan yang lain menggunakan model

kooperatif tipe KWL?


Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap


pembelajaran kooperatif tipe KWL
N=Jumlah: 23 orang

3) Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran

kooperatif tipe KWL ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe KWL dalam materi pelajaran HAM

Menurut Iman Kristen pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik.

Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe

KWL

Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
RPP I Keterangan

1. Pesiapan 3,0 Baik

2. Pelaksanaan 2,5 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,5 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 2,75 Baik

Keterangan :

0 - 1,49 = kurang baik

1,5 - 2,49 = Cukup


2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

e. Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada

materi HAM Menurut Iman Kristen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe KWL. Berdasarkan hasil ulangan harian pada siklus I didapat peningkatan dibanding

kondisi awal yaitu nilai rata-rata ulangan sebesar 79,6 dan ketuntasan klasikal sebesar

78%. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil

belajar siswa pada materi HAM Menurut Iman Kristen.

Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan HAM

Menurut Iman Kristen. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini

terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari

isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna.Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di

luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga,

diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang

diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk

mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan

diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang

siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua.

Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih

memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain

dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih

detail tentang materi HAM Menurut Iman Kristen khususnya untuk pertanyaan yang sulit

atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah

yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.


3. Deskripsi data siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe KWL dengan

memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi materi HAM Menurut Iman Kristen

sub (3) Pelanggaran HAM. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil

belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan

lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus IIdilaksanakan pada hari Selasa 6 Oktober 2013 dari pukul

07.00 s.d 08.30 WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.Waktu yang dialokasikan untuk

kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah

60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit.

Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu

(1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi,

(3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan

selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru.

Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan,

menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan KWL, pertama-

tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang

siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan

dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung

guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari

hasil kerja siswa.Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi

kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban

kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta

sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar

dan mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang

belum melakukan dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan. Kegiatan akhir siklus

II antara lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah

dilaksanakan pembelajaran dengan strategi KWL, (2) siswa melakukan kilas balik tentang

pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar

dengan bertepuk tangan gembira.

a. Observasi

1) Hasil Belajar Siswa

Partisipasi siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang ada peningkatan dalam

Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe KWL. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap

Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat

proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.

Partisipasi siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang dalam kegiatan belajar

mengajar Pendidikan Agama Kristen. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II.

Hasil belajar siswa pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

KWL dari 23 siswa terdapat sebanyak 23 siswa atau 100% yang tuntas dan yang tidak

tuntas ada 0 Siswa atau 0% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 87,8. Data dapat

dilihat pada tabel 3 dibawah ini.


Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II

No. Nama Siswa HAM Menurut Iman Kristen

Siklus I Tuntas Tidak Tuntas

1 Arina Handriani 80 V

2 Dena Rahayu Kristian 90 V

3 Edi Saputra 90 V

4 Elianata 85 V

5 Irpan 80 V

6 Julianto 90 V

7 Juni Priskila 90 V

8 Julia Saraheni 100 V

9 Lila Febrianti 75 V

10 Lisaniati 90 V

11 Mariana 85 V

12 Meldiono 95 V

13 Noprianto 90 V

14 Ninda Putri 80 V

15 Rawat Setiani 90 V

16 Sia Gantini 100 V

17 Susanti 100 V

18 Sosilawati 90 V

19 Tari Wahyu Anugrahni 100 V


20 Tanti Arianti 75 V

21 Tomy Wahyu Haripesa 75 V

22 Taldi Marantika 85 V

23 Yudha Satria Anugraha 85 V

Jumlah 2020

Nilai Rata- Rata 87,8

Ketuntasan Klasikal 100%

2) Aktifitas Siswa

Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe KWL pada materi pelajaran HAM

Menurut Iman Kristen pada siklus I1 adalah rata – rata 3,04 berarti termasuk kategori baik.

Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .

Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe KWL digunakan angket yang

diberikan kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons

siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe KWL, ditunjukan pada Tabel 5 di bawah ini

yang merupakan rangkuman hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif

tipe KWL, ditunjukan pada tabel 5 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket

tentang tanggapan 23 siswa teerhadap model pembelajaran kooperatif tipe KWL yang

diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi HAM Menurut Iman Kristen, siswa secara

umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran

dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas,

maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model pembelajaran yang baru mereka

terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa juga merasa senang karena bisa

mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan model

pembelajaran kooperatif tipe KWL.


Tabel 6 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif
tipe KWL

No Uraian Tanggapan Siswa

. Senang Tidak Senang

F % F %

1. Bagaimana perasaan kamu selama 23 100 0 0

mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?

Senang Tidak Senang

F % F %

2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :

e. Materi pelajaran 23 100 0 0

f. Lembar kerja siswa (LKS) 21 91,2 2 8,8

g. Suasana Belajar di Kelas 22 95,6 1 4,4

h. Cara penyajian materi oleh guru 23 100 0 0

Sulit Tidak Sulit

F % F %

3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti 1 4,4 22 95,6

pembelajaran ini
Tidak
Bermanfaat
Bermanfaat

F % F %

4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi 23 100 0 0

kamu ?

Baru Tidak Baru

F % F %

5. Apakah pembelajran ini baru bagi kamu? 23 100 0 0

Ya Tidak

F % F %

6. Apakah kamu menginginkan pokok 22 95,6 1 4,4

bahasan yang lain menggunakan model

kooperatif tipe KWL?

Keterangan :

F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe


KWL
N = Jumlah: 23 orang

3) Aktifitas Guru

Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan

pembelajaran kooperatif tipe KWL ditunjukan pada tabel 4, bahwa

pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe KWL dalam materi pelajaran HAM Menurut Iman Kristen
pada siklus II sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe


KWL
Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
RPP II Keterangan

1. Pesiapan 3,25 Baik

2. Pelaksanaan 2,75 Baik

3. Pengelolaan Kelas 2,75 Baik

4. Suasana Kelas 3,0 Baik

Rata – Rata 3,125 Baik

Keterangan :

0 - 1,49 = kurang baik

1,5 - 2,49 = Cukup

2,5 - 3,49 = Baik

3,5 - 4,0 = Sangat Baik

4) Refleksi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada

materi HAM Menurut Iman Kristen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe KWL. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan

hasil belajar siswa pada materi HAM Menurut Iman Kristen.

Pada siklus II terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan HAM

Menurut Iman Kristen.Menurut pengamat, ada beberapa hal yang


menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada

bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna.Kedua, siswa banyak melakukan

hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga,

diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan

guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi

penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus

II. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok

untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data

yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru,

agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga,

peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang materi HAM Menurut Iman Kristen

khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam

diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.

B. Pembahasan
1. Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas XII

SMAN 1 Tamiang Layang untuk materi bahan makanan dengan model pembellajaran,

kooperatif tipe KWL diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar 74,6 dengan nilai tertinggi

adalah 90

terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 2 orang dengan ketentusan belajar 65,2%

dan yang tidak tuntas 34,8%.


Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang

Layang pada siklus 1 untuk materi bahan makanan dengan model pembelajaran, kooperatif

tipe KWL diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 79,6 dengan nilai tertinggi adalah 90

terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 70 terdapat 5 orang dengan ketentusan belajar

78% dan yang tidak tuntas 22%.

Sedangkan pada siklus II untuk materi Mengenal Nama-nama Rasul yang menerima

Kitab Allah diperoleh nilai rata – rata siklus II sebesar 87,8 dengan nilai tertinggi adalah

100 terdapat 4 orang dan nilai terendah adalah 75 terdapat 3 orang dengan ketuntasan

belajar 100% dan yang tidak tuntas 0%.

Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya

peningkatan hasil belajar siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang tahun pelajaran

2013/2014 menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu HAM

Menurut Iman Kristen. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II 2013/2014

menunjukan peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu HAM Menurut

Iman Kristen. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II 2013/2014 Sudah menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe KWL.

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan model

pembelajaran tipe KWL pada materi HAM Menurut Iman Kristen menurut penilaian

pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang

dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa: mendengar dan memperhatikan

penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga,

keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan

kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari guru.


Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling

dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini

menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk mendapatkan

hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam, 2000:40) yang

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam kelompok belajar,

bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas– tugas

individu dan kelompok.

3. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL

Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe KWL

menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara

keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola model

pembelajaran kooperatif tipe KWL pada materi HAM Menurut Iman Kristen. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan

mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan

pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan.

Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan

seorang guru sangat penting dalam pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.


4.Respons siswa Terhadap model pembelajaran kooperatif tipe KWL

Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe

KWL yang diterapkan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi

pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan

model pembelajaran kooperatif tipe KWL mereka lebih mudah memahami materi pelajaran

interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan

adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif

tipe KWL disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut.

Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan model

kooperatif tipe KWL.Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe KWL, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe KWL bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran

dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat. Hal ini sesuai dengan pendapat rejeki

(2000) yang mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan tindakan

pemecahan yang dilakukan karena dapat meningkatkan kemajuan belajar sikap siswa yang

lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri sera menambah rasa senang siswa

terhadap pelajaran Pendidikan Agama Kristen.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe

KWL, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL dapat meningkatkan hasil belajar pada Materi

Pelajaran HAM Menurut Iman Kristen Siswa Kelas XII SMAN 1 Tamiang Layang.

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe KWL,

maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu:

1) Kepada guru Pendidikan Agama Kristen yang mengalami kesulitan yang sama dapat

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe KWL sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas

proses belajar mengajar kelas.

2) Kepada guru–guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe KWL

disarankan untuk membentuk kelompok–kelompok baru jika banyak siswa yang bermain pada

saat belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi
Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.


Jakarta: Depdiknas

--------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

--------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


Jakarta: Depdiknas

-------------. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.


Jakarta: Depdiknas

-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di


Bidang Pendidikan. Jakarta: Depdikbud

Hulu, yuprieli. Dkk. 2011. Suluh siswa 3: Berkarya dalam Kristus. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:


Kemdiknas

-------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif


Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas

Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT


Remaja Rosda Karya

Ngalim, Purwanto. 2003. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 1989. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Suyatno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Tipe KWL. Surakarta: Tiga


Serangkai
PEDOMAN OBSERVASI GURU

1. Nama Sekolah : .........................................................................................................


2. Nama Guru : .........................................................................................................
3. Mata Pelajaran : .........................................................................................................
4. Kelas / Semester : .........................................................................................................
5. Hari / Tanggal : .........................................................................................................

YA / ADA
Tidak Nila
No Uraian Kegiatan Kurang Catatan
Baik ada i
baik
1 2 3 4 5 6 7
1 PERSIAPAN
a. Silabus
b. Program / Rencana Pembelajaran Semester
c. Buku nilai : yang memuat nilai ulangan harian, ujian blok,
ujian remedi, nilai tugas-tugas lainnya
2 KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
a. Pretest/persepsi
b. Motivasi siswa/mengecek kesiapan siswa
c. Memberitahukan topik pembelajaran : SK/KD
B. KEGIATAN POKOK
a. Penyiapan Kartu soal sesuai Materi Pelajaran
b. Penyiapan Kartu Jawaban secara acak
c. Penyajian materi
C. PENUTUPAN
a. Post Test
b. Membuat rangkuman / kesimpulan
c. Memberikan tugas / Pekerjaan Rumah (PR)
Jumlah
Rata – rata

Kesimpulan :........................................................................................................................................
Saran / Pembinaan :.........................................................................................................................................
Pengamat/Observer,

.....................................
PEDOMAN OBSERVASI SISWA
Hari/Tanggal :
Kelas :
Materi :
Nama Guru :

NO ASPEK PENGAMATAN KOMENTAR KET

1 Memperhatikan penjelasan Guru

2 Mempelajari LKS dengan


sungguh-sungguh
3 Melakukan kegiatan sesuai LKS

4 Mencatat hasil kegiatan sesuai


LKS
5 Diskusi kelompok tentang hasil
kegiatan
6 Menyusun hasil kegiatan

7 Mempresentasikan hasil kegiatan


kelompok
8 Menghargai gagasan teman

9 MenyamPendidikan Agama
Kristenkan gagasan pada
kelompok
10 Mengambil keputusan/ kesimpulan
kelompok
11 Member tanggapan pada kelompok
lain
12 Bertanggung jawab dan disiplin
kerja
13 Memcatat hasil kesimpulan

Pengamat,

………………..………
LEMBAR RESPONDEN SISWA
Nama Siswa :
Kelas :
Hari/Tanggal :
NO URAIAN YA TIDAK KET
1 Apakah kamu merasa senang selama mengikuti
kegiatan pembelajaran ini ?
2 Apakah kamu merasa senang terhadap Materi
pelajaran?
3 Apakah kamu merasa senang menggunakan Lembar
kerja siswa (LKS)?
4 Apakah kamu merasa senang Suasana Belajar di
Kelas ini?
5 Apakah kamu merasa senang Cara penyajian materi
oleh guru?
6 Apakah kamu merasa sulit Mengikuti pembelajaran
ini?
7 Apakah pembelajaran ini bermanfaat bagi kamu ?
8 Apakah pembelajran ini baru bagi kamu?
9 Apakah kamu menginginkan pokok bahasan yang
lain menggunakan model kooperatif tipe KWL?
JUMLAH
Responden,

……………………………….

Anda mungkin juga menyukai