SMAN 23 Batam
Disusun Oleh :
Kepulauan Riau
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kepada Allah, karena berkat rahmatNya penulis dapat
menyelesaikan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Dampak Negatfi Handphone pada
motivasi belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 23 Batam
Tahun Ajaran 2021-2022” dapat diselesaikan.
Penulis menyadari karya penulis ini disajikan dengan segala keterbatasan, selesainya
Penulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
Semoga karya tulis ini bermanfaat dalam meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Kristen di SMA Negeri 23 Batam.
Batam, 23 Juni 2022
Peneliti
LEMBAR PENGESAHA
Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan laporan penelitian, yang
dipublikasikan dan didokumentasikan, dengan judul “Dampak Negatfi Handphone pada
motivasi belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 23 Batam
Tahun Ajaran 2021-2022, merupakan hasil karya dari :
1. Identitas Penulis
Nama : Puput Indah Wulan Sari, S.Th
NRPTK : 2019.08.01.055
Unit Kerja : SMA Negeri 23 Batam
2. Jenis Karya : Penelitian Dampak Negarif Perkembangan Teknologi
3. Judul : Dampak Negatif Handphone pada motivasi belajar Pendidikan
Agama Kristen siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 23 Batam
Tahun Ajaran 2021-2022
Dengan ini, Kepala Sekolah SMA Negeri 23 Batam menyetujui dan mengesahkan Laporan
Penelitian Dampak Negatfi Handphone pada motivasi belajar Pendidikan Agama Kristen
siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 23 Batam Tahun Ajaran 2021-2022, sebagai karya ilmiah
Guru Pendidikan Agama Kristen SMA Negeri 23 Batam.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengubah perilaku dan karakter siswa ke
arah yang lebih baik. di era globalisasi ini, moral remaja termasuk siswa SMA mulai
mengalami penurunan. Apalagi dengan maraknya gadget, para siswa SMA semakin
individualisme, acuh, dan kurang peka terhadap lingkungan, waktunya banyak dihabiskan
dengan bermain handphone. Bahkan, terkadang lupa belajar dan lupa beribadah. Peri laku
seperti ini sudah banyak dikeluhkan oleh para orang tua dan guru. Pendidikan Agama
Kristen (PAK) di sekolah menjadi sentral dalam pembentukan spiritualitas, karakter, dan
watak peserta didik agar dapat hidup rukun, bersatu, dan saling bekerja sama. Hal itu juga
terjadi di SMA Negeri 23 Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Pendidikan Agama
Kristen merupakan usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik secara terus-menerus
untuk memperlengkapi siswa dengan sumber iman. Untuk membentuk karakter seorang
siswa dan berisi tentang nilai-nilai kebenaran iman Kristen agar sesuai dengan kehendak
Tuhan sehingga mereka mampu menjadi teladan bagi sesama. Dari hasil UTS beberapa
waktu yang lalu, di dapati bahwa Siswa Kelas X IPA 3 SMAN 23 Batam, memiliki nilai
yang paling rendah rata-rata 47
Dari problematika di atas, maka penulis memberi judul “Pengaruh Negatif
Handphone pada motivasi belajar siswa Kelas X IPA 3 SMA Negeri 23 Batam Tahun
Ajaran 2021-2022
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dampak negative penggunaan handphoe
pada motivasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Kristen siswa kelas X
IPA III di SMA Negeri 23 Batam Tahun Ajaran 2021-2022
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui langkah-langkah
pembinaan siswa dalam mengurangi dampak negative penggunaan handphone pada
motivasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas X IPA III di
SMA Negeri 23 Batam
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat yaitu sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan penulis untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia pendidikan,
terkhusus Pendidikan Agama Kristen di SMA Negeri 23 Batam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Dapat membantu siswa dalam memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam
kegiatan pembelajaran.
2) Dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya
pembelajaran Agama Kristen di SMA Negeri 23 Batam
3) Dapat membantu siswa dalam upaya meningkatkan prestasi belajarnya.
b. Bagi Guru
1) Sebagai acuan dalam upaya mempertimbangkan penggunaan model
pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2) Dapat memotivasi guru-guru yang lain agar melaksanakan penelitian tindakan
kelas pada tiap-tiap mata pelajaran.
3) Sebagai acuan bagi guru-guru yang ingin melaksanakan penelitian classroom
action research.
c. Bagi Sekolah
1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 23
Batam.
2) Berkontribus dalam meningkatkan prestasi sekolah yang tercermin dalam
semangat belajar siswa di SMA Negeri 23 Batam
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
Jika siswa menggunakan teknologi dari sisi negatifnya maka akan banyak
menimbulkan masalah bagi kehidupan remaja itu sendiri.
B. Hipotesis Penelitian
Dampak negative perkembanga teknologi, khususnya handphone dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
“Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dan
tingkat kelamiahan (natural setting) obyek yang diteliti. Berdasarkan tujuan, metode
penelitian dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian
terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (research and
development). Selanjutnya berdasarkan tingkat kealamiahan, metode penelitian dapat
dikelompokan menjadi penelitian eksperimen, survey, dan naturalistik.”
1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan
pandangan subjek yang di teliti.
2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang di
alami pembaca dalam kehidupan sehari-hari
3. Studi kasus merupakan saran efektif untuk menunjukkan hubungan antara
peneliti dan responden.
4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal
yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual juga
kepercayaan (trust-worthiness).
5. Studi kasus memberikan uraian-uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian
atas transferabilitas.
6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah bahwa dalam
penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel. Sehingga variabel adalah
fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk diobservasi atau diukur. Dalam
penelitian yang menjadi Variabel adalah pengaruh negatif handphone pada motivasi
semangat belajar pendidikan Agama Kristen siswa kelas X IPA III SMA Negeri 23
Batam
1. Observasi
Observasi Pengamatan terutama difokuskan pada kegiatan pembelajaran dan aktifitas
anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam penelitan ini peneliti
melakukan pengamatan partisipan dimana peneliti melakukan pengamatan terus
menerus selama pembelajaran berlangsung dan mengamati interaksi anak di
lingkungan sekolah. Observasi ditekankan pada perilaku anak ketika mengikuti
pelajaran. Pada putaran pertama dilakukan pengamatan terhadap kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan hasil belajar Korespondensi melalui metode
role playing. Sedang pada siklus II, pengamatan lebih ditingkatkan terhadap motivasi
dan hasil belajar Korespondensi.
2. Tes
Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar pada pembelajaran kearsipan.
Selain itu tes juga digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada
pelajaran kearsipan dengan menggunakan metode role playing.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dengan jalan meneliti
dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan masalah atau subyek dengan
subyek penelitian. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
nilai sebelum prasiklus, dokumen tentang daftar nama siswa dan biodata.
Data Menurut Gay (Ezmir, 2009: 119) teknik komparatif dijelaskan Penelitian di
mana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan
dalam perilaku atau status dalam kelompok individu, dengan kata lain telah diamati
bahwa kelompok berbeda pada variabel dan peneliti berusaha mengidentifikasi faktor
utama yang menyebabkan perbedaan tersebut.
1. Teknik Kualitatif.
Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan guru
selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi. Data
aktivitas diperoleh dari perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
2. Teknik Kuantitatif.
Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendiskripsikan berbagai dinamika
kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang
diajarkan guru.Dalam hal ini nilai akhir siswa dibandingkan dengan nilai awal
kemudian dihitung selisihnya, selisihnya itu yang menjadi kemajuan atau kemunduran
belajar
No Pernyataan SS S TS STS
Saya berusaha belajar sungguh-sungguh untuk menguasai
1
materi pelajaran sehingga dapat mencapai nilai maksimal.
2 Saya memiliki keinginan untuk memahami materi yang
telah disampaikan oleh guru.
3 Saya ingin menjadi siswa yang berprestasi di kelas.
Saya senang bila mengikuti pembelajaran dengan materi-
4
materi yang baru.
5 Saya merasa senang jika guru memberikan tugas.
6 Saya memperhatikan guru yang sedang menjelaskan.
7 Saya mempelajari materi pelajaran yang diajarkan guru
semampu saya.
8 Saya mengabaikan materi yang diberikan oleh guru.
Saya mudah menyerah untuk belajar jika mendapat nilai
9
rendah.
Saya merasa malas jika guru memberikan materi pelajaran
10
yang baru.
11 Saya malas mengerjakan tugas yang sulit diselesaikan.
12 Saya berbicara dengan teman saat guru menjelaskan.
Pedoman penskoran terdiri dari 4 pilihan jawaban, siswa mengisi dengan
cara memberi tanda check list (√) pada jawaban SS maka skor yang diperoleh 4.
Jika siswa mengisi dengan cara memberi tanda check list (√) pada jawaban S
maka skor yang diperoleh 3. Jika mengisi dengan cara memberi tanda tanda check
list (√) pada jawaban TS maka skor yang diperoleh 2. Jika siswa mengisi dengan
cara memberi tanda check list (√) pada jawaban STS maka skor yang diperoleh
Tabel Lembar Kuesioner 2
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya memiliki handphone
Jika siswa mengisi dengan cara memberi tanda check list (√) pada jawaban
SS maka skor yang diperoleh 1. Jika siswa mengisi dengan cara memberitanda
check list (√) pada jawaban S maka skor yang diperoleh 2. Jika mengisi dengan
cara memberi tanda tanda check list (√) pada jawaban TS maka skor yang
diperoleh 3. Jika siswa mengisi dengan cara memberi tanda check list (√) pada
jawaban STS maka skor yang diperoleh 4.
Tabel Kategori Dampah Pengaruh Negarif Handphone
Nilai Keterangan
66-100 Tinggi
56-65 Sedang
0-55 Rendah
Tabel Lembar Validasi Pembelajaran
Skor
Komponen yang Dinilai Komentar
1 2 3 4
No
I Perumusan indikator keberhasilan belajar
1 Kejelasan rumusan
2 Kelengkapan cakupan rumusan
indikator
3 Kesesuaian dengan kompetensi dasar
II Pemilihan dan pengorganisasian materi
1 Kesesuaian dengan kompetensi yang
akan dicapai
2 Kesesuaian dengan karakteristik
peserta didik
3 Keruntutan dan sistematika materi
4 Kesesuaian materi dengan alokasi
waktu
III Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran
1 Kesesuaian sumber belajar/ media
pembelajaran dengan kompetensi
(tujuan) yang dingin dicapai
2 Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan materi
pembelajaran
3 Kesesuaian sumber belajar/media
pembelajaran dengan karakteristik
peserta didik
IV Skenario/kegiatan pembelajaran
1 Kesesuaian pendekatan, model, dan
metode pembelajaran dengan
kompetensi (tujuan) pembelajaran
2 Kesesuaian pendekatan, model, dan
metode pembelajaran dengan materi
Pembelajaran
3 Kesesuaian pendekatan, model, dan
metode pembelajaran dengan
karakteristik peserta didik
4 Kelengkapan langkah-langkah dalam
tahapan pembelajaran dan
kesesuaian dengan alokasi waktu
V Penilaian hasil belajar
1 Kesesuaian penilaian dengan
kompetensi yang dingin dicapai
2 Kejelasan prosedur penilaian (awal,
proses, akhir, tindak lanjut)
3 Kelengkapan instrumen (soal, rubrik,
kunci jawaban)
VI Penggunaan bahasa tulis
1 Ketepatan ejaan
2 Ketepatan pilihan kata
3 Kebakuan struktur kalimat
4 Kebakuan bentuk huruf dan angka
baku
Jumlah
Skor
No Komponen yang Dinilai Komentar
1 2 3 4
1 Kelengkapan unsur LKS
2 Kesesuaian indikator/ tujuan
pembelajaran dengan LKS
3 Rumusan petunjuk pengerjaan LKS
sederhana dan mudah dipahami
siswa
4 LKS membantu siswa dalam
memahami materi ajar
5 LKS menunjukkan keruntutan
kegiatan belajar
6 Tampilan LKS menarik indah
7 Penggunaan bahasa dan taat tulis
baku
Jumlah
Tabel Lembar Validasi Materi Ajar
Skor
No Komponen yang Dinilai Komentar
1 2 3 4
1 Materi ajar dengan kompetensi
akan dicapai
2 Kesesuaian materi ajar dengan
karakteristik peserta didik
3 Materi ajar cakupannya luas dan
memadai
4 Pengorganisasian materi ajar runtut
dan sistematik
5 Kesesuaian alokasi waktu dengan
materi ajar
6 Penggunaan bahasa dan tata tulis
baku
7 Soal tidak berisi jebakan yang tidak
ada jawabannya
Jumlah
Skor
No Komponen yang Dinilai Komentar
1 2 3 4
1 Kesesuaian indikator dengan butir
soal
2 Kalimat yang digunakan sederhana
dan tidak berlebihan
3 Bahasa jelas, baku, dan sederhana
4 Keluasan cakupan soal
5 Pilihan jawaban tidak mengandung
ambiguitas
6 Urutan alternatif jawaban logis
7 Soal tidak berisi jebakan yang tidak
ada jawabannya
8 Pertanyaan tidak mengandung
kunci jawaban
Jumlah
LEMBAR CATATAN KEGIATAN
PENELITIAN LAPANGAN
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud pengamatan yang digunakan untuk
mencatat data kualitatif, misalnya perilaku atau aktivitas, kasus istimewa, atau untuk
melukiskan suatu proses.
Deskripsi
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
Refleksi
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
Analisis
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
Kesimpulan
... ..............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Batam,...................................
Guru Mapel
Studi Pustaka Menurut Para Ahli. Supaya lebih paham pengertian dari studi
kepustakaan, maka berikut adalah sejumlah pendapat yang dikemukakan para
ahli:
Sarwono : Pendapat pertama disampaikan oleh Sarwono. Beliau menjelaskan
pengertian studi pustaka merupakan kegiatan mempelajari berbagai buku
referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk
mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Secara
sederhana, Sarwono menyampaikan bahwa studi kepustakaan adalah kegiatan
membaca sejumlah buku atau referensi. Tujuannya untuk mengetahui
pembahasan lebih mendalam mengenai suatu topik atau tema. Topik ini
disesuaikan dengan topik yang diangkat ke dalam tulisan.
Nasir : Pendapat kedua tentang pengertian studi pustaka disampaikan oleh
Nasir. Menurut beliau, studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data
dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai
laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Proses studi
kepustakaan dinilai sebagai tindakan mengumpulkan sejumlah data. Data
inilah yang nantinya dipakai penulis untuk ditambahkan atau dicantumkan ke
dalam tulisannya. Sehingga apa yang ditulis bukan berupa karangan melainkan
ada data valid atau data yang benar-benar bisa dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
Sugiyono : Pengertian studi pustaka menurut Sugiyono adalah kajian teoritis,
referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan
norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Melalui pendapat
para ahli di atas, maka bisa ditarik kesimpulan. Studi kepustakaan adalah
proses membaca sejumlah referensi yang rata-rata berupa tulisan (baik buku,
artikel, jurnal, dan lain-lain) yang nantinya dijadikan sebagai sumber rujukan
untuk tulisan yang disusun.
2. Tujuan Penelitian dengan study Pustaka
Melakukan studi pustaka butuh waktu yang lumayan karena penulis perlu
mempelajari beberapa referensi. Sehingga bisa menyita banyak waktu dan
tenaga yang tentu perlu dilakukan dengan teliti. Terasa susah memang, namun
jika dijalani maka akan terasa ringan dan mengalir begitu saja.
Proses ini tentu penting, karena bisa meningkatkan kualitas dan kredibilitas
tulisan yang disusun. Jadi, proses studi kepustakaan kemudian punya sejumlah
tujuan. Beberapa diantaranya adalah:
Studi pustaka kemudian memiliki beberapa jenis, jenis ini bisa dipilih salah
satu atau beberapa sekaligus oleh penulis dan peneliti. Supaya lebih mudah
dalam menentukan referensi mana saja yang akan digunakan. Berikut adalah
jenis-jenis yang dimaksudkan:
Jika membahas mengenai studi pustaka maka akan membahas juga mengenai
sumber-sumber yang masuk ke dalamnya. Dalam studi kepustakaan maka akan
melibatkan semua jenis literatur untuk dijadikan referensi. Maka dalam hal ini ada
banyak sumber informasi bisa dikaji, diantaranya adalah:
1. Jurnal Penelitian . Sumber yang pertama untuk studi kepustakaan adalah jurnal
penelitian, bisa disebut juga jurnal ilmiah. Jurnal pada dasarnya adalah satu
bundel publikasi yang berisi sejumlah artikel ilmiah dari beberapa penulis.
Biasanya dalam satu tema sehingga memudahkan siapa saja yang
membutuhkan referensi di tema tersebut. Jurnal yang terpublikasi hadir dalam
dua bentuk, pertama open acces yang artinya bisa dibaca oleh siapa saja
dengan gratis. Jenis yang kedua tentu saja yang berbayar, artinya pembaca
yang ingin menjadikannya referensi perlu membayar dulu atau
berlangganan. Jurnal sama seperti media literatur lainnya ada yang tergolong
berkualitas dan ada yang tidak. Kemudian ada juga jurnal nasional dan jurnal
internasional. Jurnal nasional berkualitas disebut jurnal nasional terakreditasi,
bisa di cek di situs Dikti. Kemudian jurnal internasional berkualitas disebut
jurnal internasional bereputasi.
2. Buku . Sumber studi kepustakaan yang kedua adalah buku. Buku adalah
bentuk terbitan tulisan yang sudah melewati proses edit dari editor sebuah
penerbit buku. Jadi, penulis mengirimkan naskah ke penerbit kemudian
diperiksa. Jika ada yang perlu diperbaiki maka perlu direvisi oleh
penulisnya. Jadi, revisi ini diperlukan untuk memastikan isi buku benar-benar
berkualitas. Baik dari segi kedalaman penjelasan topik, bahasa yang
digunakan apakah mudah dimengerti, dan lain sebagainya. Sebab, buku akan
dibaca oleh masyarakat luas maka perlu dijabarkan dengan bahasa yang
mudah dipahami. Berbeda dengan jurnal yang pembacanya adalah masyarakat
ilmiah. Misalnya para dosen yang sekaligus merupakan para peneliti dan
mahasiswa. Sehingga menggunakan istilah ilmiah dan tidak digunakan dalam
komunikasi sehari-hari adalah hal lumrah. Sebab pembacanya pasti paham apa
maksudnya.
3. Media Massa. Sumber yang ketiga untuk melakukan studi pustaka adalah
media massa dan paling sering adalah lewat koran atau surat kabar dan
majalah. Keduanya menyajikan berbagai artikel yang dijamin valid atau bisa
dipercaya. Sehingga bisa dijadikan referensi untuk menguatkan topik tulisan
dan penelitian.
4. Internet. Sumber yang terakhir adalah dari internet dan di era digital seperti
sekarang sumber ini jamak digunakan. Alasannya banyak mulai dari proses
pencarian yang lebih cepat dan menemukan lebih banyak referensi. Internet
menyajikan banyak jurnal begitu juga dengan artikel yang kredibel. Tidak
jarang penulis dan peneliti bisa menemukan referensi atau sumber informasi
dari berbagai negara. Tidak perlu jauh-jauh datang ke negara yang
bersangkutan sekaligus tidak perlu berkutat berjam-jam di dalam
perpustakaan. Dengan segala kelebihannya, internet menjadi media informasi
yang banyak diandalkan. Hanya saja memang harus jeli, misalnya dalam
mencari referensi penelitian di internet. Perlu memastikan sudah berkunjung
ke laman yang tepat dan membaca referensi yang terpercaya. Link sumber dari
internet ini kemudian di copy untuk dicantumkan di dalam daftar pustaka.
5. Cara Melakukan Studi Pustaka
Supaya studi pustaka bisa dilakukan dengan baik dan benar sekaligus efisien,
berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Mengetahui dan Mencari Tahu Jenis Pustaka yang Dibutuhkan . Cara pertama
adalah mengetahui dulu apa saja jenis pustaka yang akan digunakan untuk
proses studi kepustakaan. Apakah akan menggunakan media berupa buku,
media dari internet, jurnal, studi kepustakaan dari buku maka bisa mencari
buku-buku yang topiknya pas dengan kebutuhan atau kombinasi beberapa
diantaranya. Kemudian mencari jenis yang sesuai. Misalnya memilih. Proses
ini bisa memakan waktu lama karena buku-buku ini kadang perlu dicari dari
beberapa tempat. Setelah berhasil dikumpulkan maka bisa berlanjut ke tahap
berikutnya.
2. Membaca Jenis Pustaka yang Sudah Ditentukan. Tahap kedua adalah
membaca jenis dan semua referensi yang sudah ditemukan pada tahap
sebelumnya. Kenapa perlu dibaca? Sebab penulis dan peneliti akan
membutuhkan nyaris semua informasi di dalamnya. Proses ini bisa memakan
waktu, apalagi jika jumlah referensinya lumayan banyak.
3. Melakukan Pengkajian. Tahap ketiga adalah melakukan pengkajian terhadap
seluruh sumber studi pustaka yang sudah dikumpulkan. Usai dibaca maka
akan mengetahui informasi penting apa yang sesuai kebutuhan. Informasi ini
menjadi data yang perlu dicatat dan disesuaikan dengan topik yang akan
dibahas. Sehingga hasilnya bisa seperti rangkuman, mengenai banyak
sedikitnya tentu disesuaikan dengan apa yang diberikan sumber tersebut. Jika
data yang diberikan banyak maka catatan dan ringkasan tentang isi sumber
juga banyak. Begitu juga sebaliknya.
6. Menyajikan Hasil Studi Kepustakaan
Setelah dirangkum semua data yang diperlukan maka bisa menuju ke tahap
selanjutnya, yakni menyajikannya dalam tulisan. Bisa dalam bentuk kutipan
kemudian dicantumkan kredit atau dilakukan situasi. Bisa juga dilakukan
parafrase atas semua data yang telah didapatkan. Semua sumber yang dijadikan
referensi, baik yang konten di dalamnya dijadikan kutipan atau tidak. Kemudian
wajib dicantumkan di dalam daftar pustaka. Pada saat menyajikannya dalam
bentuk kutipan pastikan untuk disesuaikan dengan aturan. Tujuannya adalah untuk
menghindari tindakan plagiarisme yang tidak disengaja. Melalui penjelasan di
atas tentu bisa dipahami apa itu pengertian studi pustaka dan apa saja sumber
sekaligus bagaimana melakukannya. Sehingga peneliti maupun penulis suatu
karya tidak merasa kesulitan untuk menemukan referensi yang sesuai. Proses
studi pustaka memang penting untuk dilakukan agar isi tulisan bisa lebih kredibel
dan bisa menjelaskan secara mendalam. Maka perlu dilalui, dan tentunya
dilakukan dengan benar menggunakan cara-cara yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Perkembangan Teknologi
Teknologi, satu kata yang sangat berperan penuh dalam perkembangan kehidupan
manusia saat ini. Diera seperti saat ini mungkin hampir sebagian penduduk diseluruh
dunia termasuk di Indonesia sendiri pun sudah menikmati kemajuan teknologi.
Berbicara tentang teknologi tidak akan terpisahkan dengan internet dan Gadget yang
merupakan hasil dari teknologi itu sendiri. Teknologi dan kemajuannya yang pesat
sangatlah membantu kehidupan manusia, bahkan dengan kemajuan teknologi yang
adapun bisa menciptakan peluang untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah tanpa
harus meninggalkan rumah sekalipun. Namun mungkin tanpa kita sadari, teknologi
yang ada saat ini bisa berubah menjadi sebuah ancaman tersendiri,jika teknologi
tersebut tidak mampu dikelola dan justru menguasai kita. Internet dan gadget adalah
beberapa hasil dari kemajuan teknologi itu. Saat ini saja, segala sesuatunya telah
memanfaatkan fasilitas internet, salah satunya adalah dunia pendidikan. Di negara
kita, 2(dua) tahun terakhir ini hampir seluruh sekolah dan perguruan tinggi, termasuk
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas menggunakan fasilitas internet
dalam proses perekrutan/penerimaan siswa baru. Ini merupakan kemajuan yang
sangat baik tentunya, mengingat bahwa haruslah sedini mungkin teknologi itu
diperkenalkan untuk pemanfaatan yang positif, juga untuk bekal memasuki Pasar
Bebas yang akan sangat menitik beratkan pada teknologi tentunya dan memajukan
masyarakat kita. Selain itu juga membantu para orangtua yang sebelumnya memang
tidak mengerti penggunaan internet sehingga tanpa sengaja mereka akan belajar dan
mencoba memanfaatkannya. Namun, yang terjadi saat ini kebanyakan dari kita
menyalahgunakan pemanfaatan teknologi, begitupun yang terjadi pada anak-anak saat
ini. Teknologi yang ada membuat mereka menjadi pribadi yang lebih mengutamakn
diri sendiri, jauh dari kehidupan sosial secara langsung, bahkan ada yang sampai
menjadikan teknologi atau lebih tepatnya media sosial itu sebagai pengganti keluarga,
orangtua dan teman. Internet ataupun media sosial membuat mereka jauh dengan
keluarga,dan terkadang mereka malah menghabiskan waktunya berada didepan
gadget/Komputer. Kurangnya pengawasan dan tidak adanya informasi yang jelas
tentang baik buruknya teknologi menjadi faktor utama penyebab penyalahgunaan
teknologi pada anak sehingga akan sangat bijak ketika Teknologi yang ada
dimanfaatkan sebaik-baiknya dan menjadi Peluang bukan menjadi Ancaman.
2. Penggunaan Handphone
Gagdet kini bukan lagi sekadar alat komunikasi, namun sudah menjadi kebutuhan bagi
remaja. Apalagi, dengan gadget remaja bisa mendapatkan berjuta informasi, bisa
merekam momen masa muda mereka, dan menunjukkan kreativitas mereka pada dunia
luar. Sekolah pun kini juga mulai berbasis teknologi. Guru memberi tugas via aplikasi,
siswa mencari data untuk tugas di internet, termasuk laporan perkembangan anak yang
mudah diakses orang tua tanpa harus bertatap muka dengan guru. Menyenangkan?
Tentunya! Remaja bisa terlena saat sudah bersentuhan dengan gadget: lupa waktu, lupa
belajar, lupa keluarga. Karena itu, saat Anda memperbolehkan anak menggunakannya,
Anda pun harus siap mengajak remaja untuk membuat aturan bersama. Aturan yang
dibuat bersama memungkinkan remaja lebih memiliki tanggung jawab untuk menaatinya.
Apa saja aturan tersebut?
1. Membatasi penggunaan gadget. apalagi di dalam kamar sendiri, anak akan sibuk
dengan ponselnya, scrolling media sosial, atau chatting bersama teman selama
berjam-jam hingga larut malam. Padahal, jam tidur yang cukup penting bagi
perkembangan otak. Tidur yang berkualitas memungkinkan remaja memulihkan
energi agar bisa beraktivitas keesokan harinya.
2. Gunakan dengan bijak di sekolah . Sejumlah sekolah melarang siswanya membawa
gadget ke sekolah, khususnya ponsel. Alasannya, penggunaan ponsel bisa
mengganggu konsentrasi belajar, bahkan dapat disalahgunakan untuk menyontek saat
ujian. Jika diperbolehkan membawa ponsel ke sekolah, biasanya ada peraturan untuk
tidak menggunakannya saat jam pelajaran. Ingatkan remaja, bahwa menggunakan
gadget di sekolah harus digunakan dengan bijak. Gunakan hari-hari sekolah sebagai
kesempatan untuk berinteraksi secara langsung dengan teman, fokus belajar, dan
mengasah keterampilan secara langsung. Kecuali untuk kepentingan akademis,
sebaiknya gadget digunakan setelah jam pulang sekolah.
3. Hindari asyik dengan gadget saat acara keluarga. Jelaskan pada anak pentingnya
memiliki waktu yang berkualitas dengan keluarga, termasuk acara keluarga yang
melibatkan keluarga besar. Asyik sendiri dengan gadget hanya akan membuat anggota
keluarga lain merasa diabaikan, terlihat tidak sopan (khususnya terhadap anggota
keluarga yang lebih tua), dan menghilangkan kesempatan anak untuk membangun
kehangatan dengan anggota keluarga lainnya. Jika remaja tampak bosan, Anda
sebagai orang tua bisa memilih topik pembicaraan yang menarik untuk remaja
saat family time maupun memintanya untuk membantu mempersiapkan keperluan
acara tersebut.
4. Berhati-hati saat mengambil gambar. Remaja cenderung ingin mengambil gambar
apapun, walaupun terkadang kurang etis dengan alasan iseng, lucu-lucuan saja,
sensasionalisme, atau popularitas. Padahal, banyak kasus yang bermula dari sebuah
foto. Tangan-tangan tak bertanggung jawab bisa melacak informasi seseorang hanya
lewat sebuah foto di sosial media dan remaja kita bisa menjadi korban. Ini belum
termasuk foto yang tidak diunggah ke media sosial namun disalahgunakan oleh orang
yang menggunakan gadget-nya.
5. Tidak boleh digunakan saat berkendara. Tahukah Anda, setidaknya 70 ribu
kecelakaan berkendara diakibatkan oleh penggunaan ponsel? Berkendara sambil
menggunakan ponsel mungkin terlihat sepele, namun dapat menyebabkan kematian.
Di Indonesia, larangan penggunaan ponsel saat berkendara sudah tercantum dalam
Undang-Undang No.22 tahun 2009 dan bisa dikenakan pidana atau denda sebanyak
Rp 750.000. Jadi, waspada dan matikan ponsel saat berkendara, ya. Yang terakhir,
Anda pun harus ikut serta dalam aturan di atas. Children see, children do. Contoh
yang baik akan memudahkan aturan Anda untuk dipatuhi. Saat orang tua menjalankan
peraturan yang sama, tumbuh rasa hormat remaja. Jika masih memungkinkan, buat
kesepakatan dengan remaja untuk memperbolehkan Anda memeriksa gadgetnya pada
waktu tertentu.
Smartphone banyak sekali memberikan dampak negatif terutama bagi anak sekolah, salah
satunya adalah gangguan tidur, tantrum, ketergantungan dan juga potensi gangguan
mental. Tingkat pemakaian smartphone atau handphone saat ini semakin meningkat.
Mengingat harga smartphone yang sangat mudah dijangkau ditambah fashion anak anak
saat ini lebih sering menggunakan smartphone terutama untuk mengakses media sosial
ataupun untuk bermain game. Bahkan beberapa orang tua mengijinkan putra putrinya
menggunakan smartphone sebagai bahan edukasi anak sejak dini. Mengingat beberapa
channel youtube banyak sekali yang memang mengajarkan tentang berbagai macam hal
yang memang diperuntukan untuk anak anak. Memang itu hal yang positif selama orang
tua memberikan porsi yang pas bagi anak anaknya, tapi beberapa orang tua lost control
terhadap hal itu, sehingga anak tidak bisa mengatur kapan waktu belajar dan kapan waktu
untuk bermain gadget. Akhirnya ketergantungan anak terhadap smartphone ini akan sukar
untuk dihentikan yang berakibat fatal bagi tumbuh kembang anak. Dampak negatif
smartphone ini tidak hanya dirasakan oleh anak usia dini, tapi juga bagi anak sekolah menengah.
Dampak yang paling dirasakan oleh anak yang tidak bisa lepas dari smartphone adalah kerusakan
mata sejak dini, apalagi jika penggunaan smartphone dengan backlight yang tinggi. Resiko
kerusakan mata semakin tinggi yang berakibat mata anak akan cepat lelah dan bahkan harus
menggunakan alat bantu seperti kacamata untuk menanggulanginya. Selain itu ada beberapa
dampak negatif smartphone bagi anak sekolah menengah, diantaranya adalah sebagai berikut :
Menggunakan smartphone sebelum tidur, baik itu scrolling media sosial, bermain game
ataupun menonton anime atau film favorit merupakan hal yang seakan biasa saja. Tapi
dampaknya sangat luar biasa, memang beberapa smartphone menggunakan berbagai
macam tipe layar dari TFT, IPS, AMOLED, SUPER AMOLED hingga Dynamic
AMOLED smartphone juga memiliki mode layar malam hari yang lebih kuning untuk
meminimalisir rusaknya mata pengguna dimalam hari, tapi tetap saja radiasi layar dan
radiasi dari smartphone tetap ada. Maka radiasi layar ini yang dapat membuat gangguan
tidur terhadap anak.Gangguan tidur pada anak ini bisa berdampak pada prestasi anak
disekolah dan juga gangguan pada pelajaran anak selama disekolah. Karena otak dan
tubuh anak yang menggunakan smartphone tidak dapat beristirahat dengan baik bahkan
kekurangan tidur karena terlalu asik menggunakan smartphonenya.
Dampak negatif yang sering dikhawatirkan oleh orang tua adalah ketergantungan gadget
atau smartphone. Coba hitung berapa kali anak anda menggunakan smartphone? Kapan
anak meninggalkan smartphone nya selain sedang di charger? Bahkan kadang ada anak
yang menggunakan smartphonenya yang sedang diisi daya. Ada beberapa orang juga
yang sampai membawa smartphone nya ketika sedang mandi. Ketergantungan
smartphone ini jelas mengakibatkan efek yang buruk terhadap perkembangan anak
sekolah menengah, yang paling akan sangat terasa adalah rasa gugup ketika anak
berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Selain itu juga akan ada gangguan
motorik pada anak dan membuat anak menjadi anak yang sibuk sendiri dengan teman
teman dunia maya nya. Ketergantungan terhadap smartphone juga dapat merusak
silaturahmi dengan orang sekitar, karena biasanya orang yang sudah fokus pada
smartphone akan ogah untuk berinteraksi dengan orang sekitar bahkan orang tuanya
sendiri.
Penggunaan smartphone oleh anak yang tidak terkontrol akan mengakibatkan sifat agresif
pada anak. Sifat agresif ini bisa muncul karena beberapa hal seperti konten media sosial
atau youtube yang kurang mendidik, dan pergaulan didunia game online yang
menggunakan bahasa yang kurang sopan. Beberapa kasus bahkan anak bebas
mengekspresikan dirinya dengan bahasa yang kurang pantas, komentar yang tidak baik
dan menggunakan kata kata kotor. Mungkin orang tua tidak tahu karena kurang
mengontrol anak di media sosialnya, bisa jadi juga mungkin anak lebih pintar dengan
menggunakan fake account untuk media sosialnya untuk mengekspresikan dirinya yang
kurang baik agar tidak terlihat oleh orang tua. Mungkin untuk tayangan youtube bisa
diminimalisir bagi anak usia dini dengan menggunakan aplikasi youtube for kids atau ada
beberapa pengaturan yang memfilter konten konten yang kurang mendidik tapi tidak
semua orang tua bisa mengontrol hal seperti itu terutama pada anak sekolah menengah.
Maka dari itu cara terbaik mengontrol anak dalam penggunaan smartphone adalah dengan
menyekolahkan anak ke sekolah berasrama yang bebas dari smartphone. Alasannya
sangat jelas, karena tujuan pendidikan dan sekolah adalah untuk belajar, tempat menuntut
ilmu dan tempat dimana siswa dididik agar menjadi siswa yang berprestasi. Maka dari itu,
smartphone bukan hal yang dapat menunjang semua itu karena smartphone pada dasarnya
adalah alat untuk mempermudah seorang pengguna atau user untuk bisa mengakses
segala hal hanya dengan satu genggaman. Pada masa sekolah, fungsi smartphone tidak
lain tidak bukan adalah sebagai alat komunikasi dan sebagai alat untuk mengakses
berbagai macam informasi. Selebihnya tidak ada. Memang kami juga masih mengijinkan
beberapa siswa yang boleh membawa smartphone jika diperlukan untuk beberapa hal,
pembelajaran yang membutuhkan smartphone untuk alat yang dibuatnya. Itu juga tetap
saja dibatasi dan boleh digunakan hanya pada saat ekstrakurikuler saja selebihnya
smartphone disita oleh guru atau wali kelas agar tidak digunakan pada jam KBM ataupun
jam istirahat.
3. Table Hasil Penelitian
Tabel Lembar Kuesioner 1
Dampak Negatif Handphone mempengaruhi motivasi belajar siswa
No Pernyataan SS S TS STS
Saya berusaha belajar sungguh-sungguh untuk menguasai 10 10 10 0
1
materi pelajaran sehingga dapat mencapai nilai maksimal.
Saya memiliki keinginan untuk memahami materi yang 20 5 5 0
2
telah disampaikan oleh guru.
3 Saya ingin menjadi siswa yang berprestasi di kelas. 5 15 10 0
Saya senang bila mengikuti pembelajaran dengan materi- 5 15 10 0
4
materi yang baru.
5 Saya merasa senang jika guru memberikan tugas. 30 0 0 0
6 Saya memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. 5 15 10 0
Saya mempelajari materi pelajaran yang diajarkan guru 30 0 0 0
7
semampu saya.
8 Saya mengabaikan materi yang diberikan oleh guru. 5 15 10 0
9 Saya mudah menyerah untuk belajar jika mendapat nilai 25 5 0 0
rendah.
Saya merasa malas jika guru memberikan materi pelajaran 5 15 10 0
10
yang baru.
11 Saya malas mengerjakan tugas yang sulit diselesaikan. 5 15 5 0
12 Saya berbicara dengan teman saat guru menjelaskan. 15 15 0 0
Pedoman penskoran terdiri dari 4 pilihan jawaban, siswa mengisi dengan cara
memberi tanda check list (√) pada jawaban SS maka skor yang diperoleh 4. Jika siswa
mengisi dengan cara memberi tanda check list (√) pada jawaban S maka skor yang
diperoleh 3. Jika mengisi dengan cara memberi tanda tanda check list (√) pada jawaban
TS maka skor yang diperoleh 2. Jika siswa mengisi dengan cara memberi tanda check
list (√) pada jawaban STS maka skor yang diperoleh 3. Dari data di atas maka dapat
disimpulkan bawa
100
90
80
70
60
50 Semangat Belajar
Ingin Belajar
40
Motivasi Berprestasi
30
20
10
0
Sangat Berpengaruh Kurang Tidak
Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh
No Pernyataan SS S TS STS
Jika siswa mengisi dengan cara memberi tanda check list (√) pada jawaban SS maka
skor yang diperoleh 1. Jika siswa mengisi dengan cara memberitanda check list (√)
pada jawaban S maka skor yang diperoleh 2. Jika mengisi dengan cara memberi tanda
tanda check list (√) pada jawaban TS maka skor yang diperoleh 3. Jika siswa mengisi
dengan cara memberi tanda check list (√) pada jawaban STS maka skor yang
diperoleh 4.
Kecanduan HP
Main Game
Menyendiri
Kurang Pedului Keluarga
Lupa Belajar dan Ibadah
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Anak sekolah dilarang membawa gadget atau yang sering disebut dengan gawai ini.
Begitu pula di rumah, penggunaan gadget oleh anak sekolah juga dibatasi. Berkaitan
dengan pembatasan itu, anak sekolah sering bertanya kenapa dilarang dan dibatasi?.
Ketahuilah, larangan membawa gadget semisal smartphone (telepon pintar) ke sekolah
bertujuan untuk menghindari terganggunya proses belajar di sekolah. Pembatasan
penggunaan gadget oleh orangtua di rumah bertujuan melindungi anak dari dampak
negatif penggunaan gadget tersebut. Penggunaan gadget cenderung membuat anak
sekolah malas belajar. Membaca buku pelajaran atau pun membuat tugas atau Pekerjaan
Rumah (PR). Menurut Psikolog Ratih Ibrahim, MM.Psi, pemakaian gadget tanpa batas
akan membuat anak malas belajar, membaca dan menulis. Sebab, anak lebih tertarik
dengan gadget ketimbang lingkungan nyata di sekelilingnya. Anak yang kecanduan
gadget biasanya kurang terampil bersosialisasi serta kurang memiliki rasa empati. Selain
itu kata Ratih, kecanduan gadget mengganggu penglihatan mata karena pancaran sinar
layar gadget. Lalu bagaimana penggunakan gadget buat anak sekolah? Berikut ini
menggunakan handphone secara bijak:
1. Gunakan dimana dan kapan perlu saja. Kok dibatasi? Iya. Agar anak sekolah tidak
tergantung atau kecanduan gadget dan tidak mengganggu proses belajarnya di
sekolah maupun di rumah. Jangan bawa hp ke sekolah terkecuali di izinkan oleh guru.
Di rumah, orangtua perlu membatasi penggunaan gadget pada anak.Membatasi dalam
pengertian ini adalah mengatur waktu penggunaannya. Dalam belajar seperti
membaca buku, membuat PR maka gadget disingkirkan. Gunakan gadget dimana dan
kapan perlu saja. Perhatikan waktu dan tempat anak sekolah menggunakan gadget.
Tujuannya melindungi anak sekolah dari dampak negatif informasi gadget.
2. Jangan terlalu membebani orangtua. Bagi anak sekolah, gadget umumnya dibelikan
orangtua mengingat harganya yang tidak murah. Untuk mengakses informasi, gadget
memerlukan paket data dan untuk berkomunikasi diperlukan pulsa. Itu juga
memerlukan biaya. Maka sebaiknya pandai-pandai menggunakan gadget dan paket
data atau pun pulsa sehingga tidak membebani orangtua. Anak sekolah pintar dan
hebat akan menyisihkan uang jajan sendiri untuk membeli paket atau pulsa sehingga
tidak membebani orangtua
3. Perhatikan cara penggunaannya. Anak sekolah perlu memperhatikan cara penggunaan
gadget yang benar agar tidak berdampak terhadap kesehatan mata. Jangan gunakan
gadget dalam waktu terlalu lama. Begitu pula jarak mata dengan layar, perlu dijaga
agar tidak terpapar radiasi layar gadget.
4. Gunakan untuk hal positif. Gunakan gadget untuk hal positif seperti mencari
informasi berkaitan dengan pengetahuan atau pelajaran di sekolah. Bermedia sosial?.
Tentu saja boleh asal tidak berlebihan dalam bermedia sosial. Kalau perlu anak
sekolah belajar menulis dan membuat blog sendiri melalui gadget yang dimiliki. Ini
banyak manfaatnya untuk anak sekolah. Tidak itu saja, anak sekolah juga dapat
mengikuti les atau bimbingan belajar secara online di internet
Amri, Sofan dan Lif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses pembelajaran kreatif dan
inofatif dalam kelas metode, landasan teoritis-praktis dan penerapanya.
Jakarta: PT. Prestasi Pustaka
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Ghozali Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Undip Press
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara