Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

( PTK )

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI KLASIFIKASI

MAKHLUK HIDUP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

SISWA KELAS VII MTS IHYAUL ULUM MANYAR SEKARAN LAMONGAN

Disusun oleh :

RIRIN FIKRI YULIATIN,S.Pd

GURU MTS IHYAUL ULUM MANYAR SEKARAN LAMONGAN


LEMBAR PENGESAHAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Judul

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI KLASIFIKASI

MAKHLUK HIDUP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT

SISWA KELAS VII MTS IHYAUL ULUM MANYAR SEKARAN LAMONGAN

Disahkan oleh :

Mengetahui Kepala Madrasah Pembimbing

Dra. SRI RAHAYU, M.Pd Drs. MUKARROM NUR


NIP.196807192005012002 Nip ;
BERITA ACARA SEMINAR

Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Bulan Oktober Tahun Dua Ribu dua puluh

dua, bertempat di Mts Ihyaul ulum Manyar, yang dihadiri oleh 16 (Enam Belas)

Peserta, telah diseminarkan sebuah Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup

Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum

Manyar Sekaran Lamongan ”.

Disusun oleh:

RIRIN FIKRI YULIATIN,S.Pd GURU MTS IHYAUL ULUM MANYAR

Pembahas :

1. DETIANA, S.Pd (......................................)

2. TEAH PUSSY, S.Pd (......................................)

Moderator, SELISANAWATI, S.Pd NIP.19780328 200903 2 001

Notulis, PARIANI, S.Th NIP.19790824 200903 2 002

Mengetahui Kepala Madrasah Pembimbing

Dra. SRI RAHAYU, M.Pd Drs. MUKARROM NUR


NIP.196807192005012002 Nip ;
SURAT KETERANGAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : SOETRISNO,S.Pd

Jabatan : Kepala Perpustakaan Mts Ihyaul ulum Manyar.

Dengan ini menerangkan bahwa kami menerima sebuah Laporan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) sebagai berikut:

Judul :

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Menentukan Luas dan Volume Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar.

Penulis :

RIRIN FIKRI YULIATIN,S.Pd GURU MTS IHYAUL ULUM MANYAR

Jabatan : Guru Kelas Unit Kerja : Mts Ihyaul ulum Manyar.

Telah disimpan di Perpustakaan Mts Ihyaul ulum Manyar. Kecamatan Kabupaten

Lamongan , sebagai Publikasi Ilmiah dan sebagai bahan Referensi.

Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Kepala Madrasah Kepala perpustakaan

Dra. SRI RAHAYU, M.Pd SOETRISNO,S.Pd


NIP.196807192005012002 Nip ;
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat dan

karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. Adapun judul laporan

penelitiani ini adalah, ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi

Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA Mts

Ihyaul ulum Manyar”. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kami

sampaikan kepada:

(1) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan

(2) Dra. SRI RAHAYU , M.Pd selaku Kepala Mts Ihyaul ulum Manyar

(3) Drs Mukarrom Nur selaku pembimbing.

(4) Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan

dengan baik. Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak

kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya sehingga

laporan penelitian ini menjadi lebih berkualitas. Akhir kata semoga laporan penelitian

ini memberikan makna dan manfaat khususnya dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan.

Penyusun

RIRIN FIKRI YULIATIN,S.Pd


ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi

Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA Mts

Ihyaul ulum Manyar”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar. Metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua)

siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan

refleksi. Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa

Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar. Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1)

Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil

yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT yang lebih menarik dan bervariasi.

DAFTAR ISI HALAMAN


HALAMAN JUDUL.....................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii

BERITA ACARA SEMINAR........................................................................iii

SURAT KETERANGAN PUBLIKASI……………………………………iv

KATA PENGANTAR....................................................................................v

ABSTRAK...............................................................................................................vi

DAFTAR ISI..............................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

1 1.1 Latar Belakang...............................................................................

1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................

3 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................

3 1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................

3 BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................

5 2.1 Kajian Teori....................................................................................

5 2.1.1 Hasil Belajar………………..........................................................

5 2.1.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT…………………………….

7 2.1.3 Klasifikasi Makhluk Hidup ……………………………………

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................

32 3.1 Setting Penelitian...........................................................................

32 3.2 Subjek Penelitian............................................................................

32 3.3 Prosedur Penelitian........................................................................


32 3.4 Teknik Pengumpulan Data.............................................................

34 3.5 Teknik Analisa Data.......................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................

36 4.1 Hasil Penelitian...............................................................................

36 4.1.1 Deskripsi kondisi awal..................................................................

36 4.1.2 Deskripsi Hasil siklus I.................................................................

40 4.1.3 Deskripsi Hasil Siklus II..............................................................

48 4.2 Pembahasan...................................................................................

BAB V PENUTUP...........................................................................................

58 5.1 Kesimpulan....................................................................................

58 5.2 Saran.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

59 LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila.Dalam

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan

Nasional juga menyatakan sebagai berikut: “Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab” Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif

dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu

dinamika yang diharapkan. Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas

VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar, Kabupaten Lamongan diperoleh informasi bahwa

hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup siswa rendah di bawah standar

ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70. Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan

seperti di atas antara lain : a. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep –

konsep Pendidikan IPA masih rendah, 9 b. Pembelajaran yang berlangsung

cenderung masih monoton dan membosankan, c. Siswa tidak termotivasi untuk

belajar Pendidikan IPA hanya sebagai hafalan saja. Dengan belajar secara menghapal
membuat konsep–konsep IPA yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini

merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru.

Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan

digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran.

Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif

bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator

yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran Materi Klasifikasi Makhluk Hidup adalah Pembelajaran Aktif Tipe

TGT karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab

masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung

meningkat. Pembelajaran Aktif Tipe TGT merupakan suatu metode mengajar dengan

membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban

yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari

soal yang ada. Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting

melakukan penelitian terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya 10

meningkatkan hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup siswa dilakukan

penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi

Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar“. 1.2

Perumusan Masalah Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan

permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Aktif Tipe TGT dapat


meningkatkan hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup siswa Kelas VIIA Mts

Ihyaul ulum Manyar?” 1.3 Tujuan Penelitian Meningkatkan hasil belajar Materi

Klasifikasi Makhluk Hidup menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT siswa Kelas

VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar. 1.4 Manfaat Penelitian Setelah penelitian selesai

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peneliti : penelitian

ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar

Materi Klasifikasi Makhluk Hidup, memberikan alternative pembelajaran yang aktif,

kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran

Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. 2. Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman

konsep Materi Klasifikasi Makhluk Hidup sehingga pelajaran Materi Klasifikasi

Makhluk Hidup menjadi lebih sederhana. 11 3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat

menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Sudjana,

2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu : 1. Ranah Kognitif Berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau

reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah Psikomotorik Berkenaan

dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu:

gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual,

ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi. Hasil belajar yang

dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu: a. Faktor dari dalam diri

siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, 13 motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan

psikis. b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama

kualitas pengajaran. Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana, melalui proses

belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut. 1.
Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada

diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih

keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah

dicapai. 2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari

orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. 3. Hasil belajar yang dicapai

bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku,

bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar

sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. 4. Hasil belajar yang diperoleh siswa

secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau

wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku. 5.

Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama

dalam menilai hasil yang dicaPendidikan IPAnya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya. 14 Oleh karena itu, guru diharapkan

dapat mencapai hasil belajar, Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang

optimal sesuai dengan ciri-ciri tersebut di atas. 2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Game Tournament (TGT) Model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama di

dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.

Posamentter (1999: 12) secara sederhana menyebutkan cooperative learning atau

belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil
dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas. Muhammad Nur (2005: 1)

mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa,

memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggungjawab. Model

pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari

keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Pendapat ini sejalan

dengan Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) mengatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan

interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan

hidup di dalam masyarakat nyata. Guru dapat menyusun kegiatan kelas, sehingga

siswa akan berdiskusi, dan mengungkapkan ide-ide, konsep-konsep, dan

keterampilan sehingga siswa benar-benar memahami konsep dan keterampilan yang

dipelajarinya, Guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa

yang begitu 15 benar di dalam kelas untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran produktif

dan dapat mengorganisasikan kelas, sehingga siswa saling berinteiraksi satu dan yang

lain, saling bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai satu sama lain Untuk

menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah. Untuk

menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan

yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup pula. Pembelajaran

kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-

sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap akfivitas belajar kelompok

mereka seperti terhadap diri mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif merupakan


salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme. Pembelajaran

kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakanpembelajaran kooperatif

merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa

dalam kelompok-kelorpok kecil. Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik).

adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri

sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal. Terkait dengan model pembelajaran ini,

Ismail (2003: 21) menyebutkan (enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif,

yaitu sesuai tabel berikut ini. 16 Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajarran

Kooperatif Fase keIndikator Tingkah Laku Guru 1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasisiswa Gurumenyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebutdan memotivasi siswa belajar. 2 Menyampaikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau

lewat bahan bacaan. 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok

belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil

belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara

untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok. Pembelajaran
kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda Dari pembelajaran

tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut: (1) merumuskan tujuan pembelajaran, (2) menentukan

jumlah kelompok dalam kelompok belajar, 17 (3) menentukan tempat duduk siswa,

(4) merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif, (5)

menentukan peran serta untuk menunjang saling ketergantungan positif, (6)

menjelaskan tugas akademik, (7) menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan

keharusan bekerja sama, (8) menyusun akuntabilitas individual, (9) menyusun kerja

sama antar kelompok, (10)menjelaskan kriteria keberhasilan, (11)menjetaskan

perilaku siswa yang diharapkan, (12)memantau perilaku siswa, (13)memberikan

bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas, (14)melakukan intervensi untuk

mengajarkan keterampilan bekerja sama, (15)menutup pelajaran, (16)Menilai kerja

sama antar anggota kelompok. Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia

dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengaktualisasikan kansep tersebut ke dalam

suatu bentuk perencanaan perbelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu

pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk

mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis kerjasama atau gotong

royong. Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir seluruh

mata pelajaran dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division (STAD),

Teams-Games-Tournament (TGT), dan Jigsaw Teams-Games-Tournament (TGT)

adalah salah satu tipe pembelajaran 18 kooperatif yang menempatkan siswa dalam 5
kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki

kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan

materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing. Dalam kerja

kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan

dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota

kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok

yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,

sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan

bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa

akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi

dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 4 sampai 5

orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja

permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama.

Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi

kemampuan akademik, artinya datam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta

diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka

peroleh pada saat pratindakan. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan

akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan

menjumlahkan skor–skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi

banyaknya anggota 19 kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk

memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat


tertentu. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah

tahapan yaitu tahap penyajian ketas (class precentation), belajar dalam kelompok

(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok

team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model

pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1) Siswa

Bekerja dalam Kelompok-kelompok Kecil Siswa ditempatkan dalam kelompok-

kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang memiliki kemampuan,

jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota

kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar Siswa

yang berkemampuan lebih dengan Siswa yang berkemampuan kurang dalam

menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran

pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. 2) Games

Tournament Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan

dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 4 sampai 5 orangpeserta,

dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang lama. 20

Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini

diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai

dengan membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh

terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap

meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain
dalam tiap meja menentukan dulu pembaca coaldan pemain yang pertama dengan

cara undian. Kemudian pemain yang menangundian mengambil kartu undian yang

berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan

membacakan soal sesuai dengan nomor undian yangdiambil oleh pemain. Selanjutnya

soal dikerjakan secara mandiri oleh pemaindan penantang sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka

pemain akan membacakan hasilpekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang

searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor

hanya diberikan kepadapemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama

kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu

dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu

soal habis dibacakan, dimana postisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap

peserta dalam satumeja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan

penantang. Di sini Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa

setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang,

dan 21 pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk

membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau

memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap

pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan

berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya

setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali

kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua

kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya

pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang

diterima oleh kelompoknya. 3) Penghargaan Kelompok Langkah pertama sebelum

memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk

memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang

diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota

kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oieh

kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing

anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti

ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 2.2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat

Pemain 22 Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu yang Diperoleh Top Scorer 40

High Middle Scorer 30 Low Middle Scorer 20 Low Scorer 10 Taber 2.3 Perhitungan

Poin Permainan Untuk Tiga Pemain Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu yang

Diperoleh Top Scorer 60 Middle Scorer 40 Low Scorer 20 (Sumber : Slavin,

1995:90) Dengan keterangan sebagai berikut : Top Scorer (skor tertinggi), High

Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer (skor rendah), Low Scorer (skor

terendah). Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa

tahapan yang perlu ditempuh, yaitu: a. Mengajar (teach) Mempersentasikan atau

menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegtiatan yang harues


dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. b. Belajar Kelompok (team study) Siswa

bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan

akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru 23

menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen

menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah

bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok

yang salah dalam mer jawab. c. Permainan (game tournament) Permainan diikuti oleh

anggota kelompok darti masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan Dari

permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah

menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan

dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. d. Penghargaan

kelompok (team recognition) Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada

rerata poin yang diperoleh oleh kelompokdari permainan. Lembar penghargaan

dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang

memenuhi kategorti rerata poin sebagai berikut. Tabel 2.4 Kriteria Penghargaan

Kelompok Kriteria (Rerata Kelompok) Predikat 30 sampai 39 Tim Kurang Baik 40

sampai 44 Tim Baik 45 sampai 49 Tim Baik Sekali 50 ke atas Tim Istimewa

(Sumber: Slavin, 1995) 2.1.3 Materi Klasifikasi Makhluk Hidup

Apersepsi

Di bumi, makhluk hidup sangat beraneka ragam dan semakin lama bertambah

banyak, tentu saja keanekaragaman juga tertambah. Dengan adanya makhluk hidup
yang jumlahnya berjuta-juta itu bagaimana kita akan mempelajarinya? Untuk

mempelajari makhluk hidup tersebut, manusia berusaha menyederhanakan makhluk

hidup dengan menggolong-golongkan makhluk hidup berdasarkan ciriciri yang

dimiliki. Di dalam kelompok yang mempunyai ciriciri yang sama tersebut pastilah

ditemukan lagi perbedaan-perbedaan. Kemudian dibentuk kelompok-kelompok yang

lebih kecil berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki, sehingga akan diperoleh

kelompok terkecil dengan persamaan ciri yang sama., Ilmu yang mempelajari

pengelompokan makhluk hidup dengan suatu sistem tertentu disebut klasifikasi atau

taksonomi. Bagaimanakah sistem pengklasifikasian makhluk hidup tersebut? Apa

dasar dari pengklasifikasian tersebut dan siapa tokoh yang memulai sistem

pengklasifikasian tersebut? Untuk mengetahuinya, pelajarilah materi berikut dengan

sungguh-sungguh!

 Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup

Klasifikasi adalah kegiatan penggolongan dan pernberian nama terhadap makhluk

Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup 25 Klasifikasi adalah kegiatan penggolongan dan

pernberian nama terhadap makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-

cirinya. Cabang biologi yang mempelajari tentang klasifikasi adalah taksonotmi. Pada

klasifikasi, makhluk hidup yang beraneka ragam dicari persamaan ciri-cirinya.

Makhluk hidup yang mempunyai persamaan ciri-ciri tertentu dimasukkan ke dalam

satu kelompok. Contoh: Berdasarkan jumlah keping lembaga biji, tumbuhan


dibedakan menjadi dua, yaitu tumbuhan dikotil dan monokotil. Tumbuhan dikotil

adalah kelompok tumbuhan yang bijinya mempunyai dua keping lembaga, misalnya

kacang tanah, mangga, apel, dan durian. Adapun tumbuhan monokotil adalah

kelompok tumbuhan yang bijinya mempunyai satu keping lembaga, misalnya jagung,

kelapa, dan padi. Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut. 1.

Mengelompokkan objek sehingga mempermudah dalam mempelajari dan mengenal

berbagai jenis makhluk hidup. 2. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk

hidup. 3. Mengetahui manfaat makhluk hidup untuk kepentingan manusia. 4.

Mengetahui adanya ketergantungan antara makhluk hidup. Pada abad ke-18, Carolus

Linnaeus memperkenalkan klasifikasi makhluk hidup berdasarkan persamaan struktur

tubuhnya. Sistem klasifikasi menurut Linnaeus merupakan sistem klasifikasi buatan

dengan dua kingdom. Pada sistem klasifikasi Linnaeus, makhluk hidup yang

memiliki struktur tubuh yang sama ditempatkan dalam satu kelompok. Bila dalam

satu kelompok ditemukan perbedaan-perbedaan, maka dipisahkan dalam satu

kelompok yang 26 lebih kecil lagi, begitu seterusnya. Hal ini menghasilkan setiap

kelompok kecil mempunyai persamaan ciri. Dengan cara seperti ini maka makhluk

yang ada di permukaan bumi ini dibedakan menjadi dua kelompok dunia kehidupan

besar, yaitu dunia hewan atau kingdom Animalia dan dunia tumbuhan atau kingdom

Plantae. Selanjutnya setiap dunia akan dibagi menjadi kelompok-kelompok lebih

kecil yang disebut dengan takson-takson. Berikut tingkatan klasifikasi (takson) dalam

dunia tumbuhan dan hewan dari tingkatan tertinggi hingga terendah. Tumbuhan
Hewan Kerajaan (kingdom) Kerajaan (kingdom) Divisi (division) Filum (phylum)

Kelas (Classis) Kelas (Classis) Bangsa (ordo) Bangsa (ordo) Suku (familia) Suku

(familia) Marga (genus) Marga (genus) Jenis (species) Jenis (species)  Tata Cara

Penamaan Ilmiah Untuk menghiadari, kekeliruan atau kesalahpahaman mengenai

suatu organisme yang dimaksud diperlukan suatu pedoman. Pedoman penamaan

makhluk hidup yang berlaku di dunia saat ini adalah nama ilmiah. Nama ilmiah

adalah nama makhluk hidup yang telah disepakati para ahli dalam suatu persetujuan

internasional. Kata-kata yang digunakan berasal dari bahasa Latin atau kata-kata 27

yang dianggap bahasa Latin. Glosarium - Binomial nomenclature : tata nama ganda -

Seluosa : polisakarida yang dihasilkan oleh sitoplasma sel tanaman yang membentuk

dinding sel. - Spora : alat perbanyakan yang terdiri atas satu atau beberapa sel yang

dihasilkan dengan berbagai cara pada tumbuhan rendah. Beberapa alasan mengapa

dalam penamaan ilmiah menggunakan bahasa Latin adalah sebagai berikut. 1. Agar

tidak ada kekeliruan dalam mengidentifikasi makhluk hidup karena tidak ada nama

makhluk hidup yang sama persis. 2. Nama ilmiah jarang berubah. 3. Nama ilmiah

ditulis dalam bahasa yang sama di seluruh dunia. Berikut penulisan nama ilmiah

menurut persetujuan internasional yang disebut dengan tata nama ganda atau

binomial nomenclature (dipelopori oleh Carolus Linnaeus). 1. Setiap spesies diberi

nama dengan dua kata dalam bahasa Latin. 2. Kata pertama menunjukkan nama

marga (genus) dan kata kedua merupakan petunjuk jenis (species). Kata pertama

dimulai dengan huruf kapital (huruf besar) dan kata kedua dimulai dengan huruf
kecil. 3. Kata ditulis menggunakan bahasa Latin dan dicetak dengan huruf yang

berbeda dengan huruf lain (italic jika diketik dengan komputer) atau dapat pula

dengan 28 diberi garis bawah pads setiap kata, jika ditulis dengan tangan. Contoh: 1.

Nama ilmiah padi adalah Oryza sativa, Oryza adalah nama

Glosarium - Binomial nomenclature : tata nama ganda - Seluosa : polisakarida yang

dihasilkan oleh sitoplasma sel tanaman yang membentuk dinding sel. - Spora : alat

perbanyakan yang terdiri atas satu atau beberapa sel yang dihasilkan dengan berbagai

cara pada tumbuhan rendah. Beberapa alasan mengapa dalam penamaan ilmiah

menggunakan bahasa Latin adalah sebagai berikut. 1. Agar tidak ada kekeliruan

dalam mengidentifikasi makhluk hidup karena tidak ada nama makhluk hidup yang

sama persis. 2. Nama ilmiah jarang berubah. 3. Nama ilmiah ditulis dalam bahasa

yang sama di seluruh dunia. Berikut penulisan nama ilmiah menurut persetujuan

internasional yang disebut dengan tata nama ganda atau binomial nomenclature

(dipelopori oleh Carolus Linnaeus). 1. Setiap spesies diberi nama dengan dua kata

dalam bahasa Latin. 2. Kata pertama menunjukkan nama marga (genus) dan kata

kedua merupakan petunjuk jenis (species). Kata pertama dimulai dengan huruf

kapital (huruf besar) dan kata kedua dimulai dengan huruf kecil. 3. Kata ditulis

menggunakan bahasa Latin dan dicetak dengan huruf yang berbeda dengan huruf lain

(italic jika diketik dengan komputer) atau dapat pula dengan 28 diberi garis bawah

pads setiap kata, jika ditulis dengan tangan. Contoh: 1. Nama ilmiah padi adalah

Oryza sativa, Oryza adalah nama marganya, sedangkan sativa merupakan penunjuk
jenisnya. 2. Nama ilmiah pisang adalah Musa paradisiaca L., nama genus pisang

adalah Musa, penunjuk jenisnya paradisiaca, pengidentifikasi pertama dilakukan oleh

Linnaeus (disingkat L.).  Klasifikasi Astern Lima Kingdom Pada tahun 1969, R. H.

Whittaker membagi sistem klasifikasi menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista,

Fungi, Plantae, dan Animalia. Klasifikasi ini didasarkan ada tidaknya membran inti,

cara membuat makanan, dan cara bergeraknya. 1. Monera Monera berasal dari kata

monares yang artinya tunggal. Monera memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Tubuh

terdiri dari satu sel. b. Inti sel tidak bermembran (prokariota). c. Dapat membuat

makanan sendiri (autotrofik) atau mendapatkan makanan dari luar (heterotrofik). d.

Karbohidrat disimpan sebagai cadangan makanan dalam bentuk glikogen, sedangkan

lipid disimpan dalam bentuk minyak. 29 Organisme yang termasuk dalam kingdom

Monera adalah macam-macam bakteri dan ganggang biru. a. Bakteri Bakteri

umumnya tidak memiliki klorofil dan bersifaf heterotrof. Tempat hidupnya di mana-

mana. Berdasarkan bentuk tubuhnya, bakteri dibedakan menjadi tiga macam sebagai

berikut. 1) Bacillus, bakteri berbentuk batang atau basil. 2) Coccus, bakteri yang

berbentuk bola. 3) Spirillum, bakteri yang berbentuk-spiral. Bakteri ada yang bersifat

menguntungkan, ada pula yang bersifat merugikan bagi kehidupan manusia. 1)

Contoh bakteri yang menguntungkan a) Clostridium pasteurianum dan Azotobacter

chroococcum, mengikat nitrogen sehingga dapat menyuburkan tanah. b) Rhizobium

radicicola, terdapat dalam bintil akar kacang dapat menyuburkan tanah. 2) Contoh

bakteri yang merugikan a) Salmonella typhosa, penyebab penyakit tipus. b)


Mycobacterium tuberculosis, penyebab penyakit TBC. c) Clostridium tetani,

penyebab penyakit tetanus d) Shigella dysentriae, penyebab penyakit disentri. b.

Ganggang biru Ganggang biru atau yang dikenal Cyanobacteria merupakan ganggang

30 bersel satu, berbentuk koloni atau multiseluler. Ganggang biru merupakan

organisme fotosintetik. Berikut contoh ganggang biru. 1) Spirulina, dapat

dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang mengandung protein. 2) Anabaena

azollae, dapat digunakan sebagai pupuk. 2. Protista Protista memiliki ciri-ciri sebagai

berikut. a. Inti sel bermembran (eukariota). b. Tubuh terdiri atas satu sel atau banyak

sel, membentuk rantai, dan memiliki bagian yang istimewa yang mengalami

diferensiasi (misal, berbulu cambuk). c. Beberapa organisme dapat berfotosintesis

dan heterotrofik. d. Makanan cadangan berupa lipid dan disimpan dalam bentuk

minyak. e. Berkembang biak dengan cara seksual dengan konjugasi dan aseksual

dengan membelah diri. Kingdom Protista dikelompokkan menjadi tiga kelompok

sebagai berikut. a. Protista mirip tumbuhan, dibedakan menjadi beberapa filum, di

antaranya sebagai berikut. 1) Chrysophyta (ganggang keemasan), contohnya

ganggang kersik (diatom). 2) Chlorophyta (ganggang hijau), contohnya

Chlamydomonas sp., Volvox sp., Spirogyra sp. 3) Phaeophyta (ganggang cokelat),

contohnya Sargassum, Neocystis, 31 Laminaria, Fucus. 4) Rhodophyta (ganggang

merah), contohnya Eucheuma spinosum, Gracilaria, dan Gelidium. b. Protista mirip

hewan (Protozoa), berdasarkan cars geraknya dikelompokkan ke dalam empat filum

sebagai berikut. 1) Rhizopoda, bergerak dan menangkap mangsanya menggunakan


kaki semu. Contohnya Amoeba sp., Foraminifers, dan Radiolaria. 2) Ciliate, bergerak

dan mengambil makanannya menggunakan bulu getar (silia). Contohnya

Paramecium. 3) Flagellate, bergerak dengan menggunakan bulu cambuk (flagella).

Contohnya Trypanosome dart Euglena. 4) Sporozoa, tidak memiliki alat gerak.

Contohnya Plasmodium. c. Protista mirip jamur, dibedakan menjadi dua sebagai

berikut. 1) Myxomycota (jamur lendir), berbentuk menyerupai lendir, umumnya

ditemukan di sampah, kayu lapuk, atau serasah daun di hutan. 2) 2) Oomycota (Jamur

air), hidup di air, ditemukan pads tubuh serangga yang tergenang air. 3. Fungi (jamur)

32 Fungi atau yang jugs disebut dengan nama cendawan memiliki ciri-ciri sebagai

berikut. a. Memiliki membran inti (prokariota). b. Memiliki spora. c. Tidak memiliki

klorofil sehingga bersifat heterotrof. d. Dinding sel dari selulosa atau kitin atau dari

keduanya. e. Hidup di sampah, kayu lapuk, atau makanan basi dengan kelembapan

yang cukup. Berdasarkan cara reproduksi seksualnya, jamur dikelompokkan menjadi

empat subdivisi sebagai berikut. a. Zygomycota, contohnya Rhizopus (jamur tempe).

b. Ascomycota, contohnya Saccharomyces cerevisiae (bahan pembuat minuman

beralkohol), Penicillium notatum (penghasil zat antibiotik), dan Penicillium

camemberti (bahan pembuat keju). c. Basidiomycota, contohnya Auricularia

polytricha (jamur kuping) dan Volvariella volvaceae (jamur merang). d.

Deuteromycota, merupakan kelompok jamur yang belum diketahui jelas

perkembangbiakan secara seksualnya. Contohnya Solanum sp. (penyebab penyakit

pads kentang), Aspergillus flavus (menghasilkan racun aflatoksin), dan Malassezia


furfur (jamur panu). 4. Plantae Berdasarkan pembuluh angkutnya, kingdom Plantae

dibedakan menjadi dua sebagai berikut. 33 a. Tumbuhan tidak berpembuluh angkut,

yaitu Bryophyte (tumbuhan lumut). Tumbuhan lumut memiliki ciri-ciri sebagai

berikut. 1) Mempunyai struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. 2) Ukuran

tubuh relatif kecil. 3) Hidup di tempat yang lembap atau basah. 4) Dalam daur

hidupnya, mengalami pergiliran keturunan antara fase seksual dengan membentuk

sel-sel gamet dan fase aseksual dengan membentuk spora. Tumbuhan lumut

dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu: 1) Hepaticae (lumut hati), contohnya

Marchantia polymorpha dan Marchantia germinata. 2) Antocerophyta (lumut tanduk),

contohnya Anthoceros. 3) Musci (lumut daun), contohnya Polytricum dan Sphagnum

fimbriatum (lumut gambut). b. Tumbuhan berpembuluh angkut (memiliki xilem dan

floem), yaitu: 1) Pteridophyta (tumbuhan paku) , Tumbuhan paku memiliki ciri-ciri

sebagai berikut. a) Termasuk dalam tumbuhan berkormus. b) Memiliki klorofli. c)

Berkembang biak secara vegetatif dan generatif. d) Umumnya hidup di darat.

Tumbuhan paku dibagi menjadi empat divisi sebagai berikut. a) Psilophyta,

contohnya Psilotum. 34 b) Lycophyta, contohnya Lycopodium dan Selaginella. c)

Sphenophyta, contohnya Equisetum (paku ekor kuda). d) Pterophyta, contohnya

suplir, pakis, dan paku tiang. 2) Spermatophyte (tumbuhan berbiji) Tumbuhan biji

dikelompokkan menjadi dua subdivisi, yaitu: a) Gymnospermae (tumbuhan biji

terbuka) Tumbuhan biji terbuka adalah tumbuhan yang bijinya tidak tertutup daun

buah sehingga terlihat dari luar. Tumbuhan biji terbuka dibagi menjadi beberapa
ordo, di antaranya sebagai berikut. - Cycadales, contohnya Cycas rumphii (pakis haji)

- Gnetales, contohnya Gnetum gnemon (melinjo). - Coniferales, contohnya Pinus

merkusii (pinus atau tusam) dan damar. b) Angiospdrmae (tumbuhan biji tertutup).

Tumbuhan biji tertutup adalah tumbuhan yang mempunyai biji yang terbungkus oleh

daun buah. Tumbuhan biji tertutup dibagi menjadi dua kelas sebagai berikut. 

Monocotyledonae (tumbuhan berkeping satu), contohnya Oryza sativa (suku

Graminea), Cocos nucifera (suku. Palmas), Musa paradisiaca (suku Musaceae),

Venda tricolor (suku Orchidaceae), Curcuma domestics '(suku Zingiberaceae). 

Dicotyledonae (tumbuhan berkeping dua), contohnya Manihot 35 utilissima (suku

Euphorbiaceae), Pterocarpus indicus (suku Papillonaceae), Solanum meloi7gena

(suku Solanaceae), Eugenia aromatics (suku Myrtaceae), Coesalpinia pulcherrima

(suku Caesalpiniaceae). Tumbuhan dikotil dan monokotil umumnya memiliki

perbedaan ciri-ciri sebagai berikut. No. Perbedaan Monokotil Dikotil 1. Biji

Berkeping satu Berkeping dua 2. Akar Berakar serabut Berakar tunggang 3. Bagian

Bunga 3 atau kelipatannya 4, 5, atau kelipatannya 4. Kambium Tidak terdapat

Terdapat pada akar dan batang 5. Animalia Berdasarkan ada tidaknya tulang

punggung, dunia hewan dikelompokkan menjadi dua kelompok sebagai berikut. a.

Avertebrata, yaitu kelompok hewan yang tidak mempunyai tulang belakang.. Hewan

tak bertulang belakang dibagi menjadi delapan filum sebagai berikut. 1) Porifera

(hewan berpori), contohnya Schyra (kelas Calcarea), Aspergillum (kelas

Hexactinellidae), dan Spongia viridis (kelas Demospongiae). 36 2) Coelenterate


(hewan berongga), contohnya Hydra, Aurelia aunts (ubur-ubur), dan anemon laut. 3)

Platyhelminthes (cacing pipih), contohnya Planaria (kelas Turbellaria), Fasciola

hepatica (kelas Trematoda), dan Taenia saginata (kelas Cestoda). 4) Nemathelminthes

(cacing gilig), contohnya Ascaris lumbricoides (cacing perut), Ancylostoma

duodenale (cacing tambang), dan Oxyuris vermicularis (cacing kremi). 5) Annelids

(cacing gelang), contohnya cacing palolo dan cacing wawo (kelas Polychaeta)N~

Tubifex dan Lumbricus terestris (kelas Oligochaeta), dan Hirudo medicinalis (kelas

Hirudinae). 6) Arthropods (hewan berbuku-buku), contohnya kupu-kupu dan belalang

(kelas Hexapods/ Insects), udang dan kepiting (kelas Crustacea), labalaba dan

kalajengking (kelas Arachnoidea), kelabang dan kaki seribu (kelas Myriapoda). 7)

Molluscs (hewan lunak), contohnya tiram dan kerang (kelas Pelecypoda), cumi-cumi

(kelas Cephalopods), dan bekicot (kelas Gastropods). 8) Echinodermata (hewan

berkulit duri), contohnya bintang laut dan landak laut (kelas Echinodermata). b.

Vertebrate, yaitu kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Hewan bertulang

belakang dikelompokkan menjadi lima kelas sebagai berikut. 1) Pisces (ikan),

contohnya ikan pari dan ikan hiu (subkelas 37 Chondrichthyes), ikan gurami dan ikan

bandeng (subkelas Osteichthyes). 2) Amphibia (amfibi), contohnya salamander (ordo

Urodela), katak (ordo Anura), dan Ichthyosis glutinous (ordo Apoda). 3) Reptilia

(hewan melata), contohnya ular piton dan komodo (super-ordo Squamata), penyu

(ordo Chelonia), buaya (ordo Crocodilia). 4) Aves (burung), contohnya burung

merpati dan burung dara. 5) Mammalia (hewan menyusui), contohnya Platypus (ordo
Monotremata), kanguru (mamalia berkantung), trenggiling (mamalia tidak bergigi),

lumba-lumba (mamalia air), singa (karnivora), dan monyet (primata). LaTing 1.

Makhluk hidup disekitar beragam, untuk mempermudah mempelajari makhluk hidup

yang beraneka ragam diperlukan pengelompokan atau klasifikasi. 2. Klasifikasi

adalah kegiatan penggolongan dan pemberian nama terhadap makhluk hidup

berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-cirinya. 3. Setiap makhluk hidup diberi

nama ilmiah. Tatan nama ilmiah yang berlaku secara internasional adalah tata nama

ganda atau sistem binomial nomenclature yang dipelopori oleh Carolus Linnaeus. 4.

Tingkatan dalam klasifikasi disebut takson yang terdiri dari filum (divisi untuk

tumbuhan), kelas (classis), bangsa (ordo), suku (familia), marga (genus), dan jenis

((species). 38 5. Klasifikasi yang berkembang saat ini mengelompokkan makhluk

hidup dalam lima kingdom (kerajaan), yaitu Monera, Protista, Jamur (Fungi),

Tumbuhan (Plantae), dan Hewan (Animalia). 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas

ini dilaksanakan di SMPN 4 Tami

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas

ini dilaksanakan di Mts Ihyaul ulum Manyar Kabupaten Barito Timur Propinsi

Kalimantan Tengah, yang berada di luar kota sekitar 9 km dari kota Kabupaten. Mts

Ihyaul ulum Manyar Kabupaten Barito Timur Propinsi Kalimantan Tengah


mempunyai fasilitas yang hampir lengkap dengan adanya Perpustakaan yang cukup

memadahi, Laboratorium IPA, Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan jumlah

guru sebanyak 25 orang Guru PNS dan PHL terdiri dari 9 guru laki-laki dan 16 guru

perempuan serta 5 Tenaga Kependidikan. 3.2 Objek Penelitian Objek Penelitian ini

adalah Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar, Kabupaten Lamongan

Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 26, yang terdiri dari 10 siswa laki

– laki dan 16 siswa perempuan. 3.3 Prosedur Penelitian Waktu Penelitian Tindakan

Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan

Nopember 2014. Penelitian ini pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup

diajarkan. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 1

kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan

Siklus. 1. Siklus I Pada siklus ini membahas Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. 40 a.

Tahap Perencanaan Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan

perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar

observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk

tes tertulis dengan model pilihan ganda. b. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini

dilakukan : 1) Guru menjelaskan materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup secara

klasikal. 2) Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 5 kelompok, masing–

masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta

untuk mempelajari LKS. 3) Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa

melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam


LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam

bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota

bertanggung jawab terhadap kelompoknya. c. Tahap Observasi Pada tahapan ini

dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa

dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan

respon siswa serta guru. Sedangkan Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa

diperoleh dari tes hasil belajar siswa. d. Tahap Refleksi 41 Pada tahap ini dilakukan

evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk

merencanakan siklus berikutnya. Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu

komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut : 1. Siswa mencapai

ketuntasan individual ≥ 70. 2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa

mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa. 2. Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam

merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus

I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus I. 3.4 Teknik Pengumpulan

Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :

a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang kolaborator untuk

merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung

menggunakan lembar observasi. b. Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa. Instrumen yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini

terdiri dari: 1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa. 2.
Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa. 42 3. Lembar

observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.

3.5 Teknik Analisa Data Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif,

seperti berikut ini : 1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui

ketuntasan Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi

Klasifikasi Makhluk Hidup dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe

Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual

jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70. Ketuntasan klasikal jika siswa yang

memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing

– masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut: 𝑃 = 𝐹

𝑁 𝑥 100% Dimana : P = Prosentase F = frekuensi tiap aktifitas N = Jumlah seluruh

aktifitas 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1

Deskripsi kondisi Awal 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan

ti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1

Deskripsi kondisi Awal 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan

tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi

Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes

hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer

mendiskusikan lembar observasi. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan

pada hari Selasa 9 september 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan

pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan

pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50

menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit. Pada kegiatan pendahuluan,

guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2)

melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali pengetahuan siswa dan

mengaitkan 44 dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan

icebreaking yang dilakukan guru. Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar

siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan mempresentasikan. Untuk

dapat menemukan berkaitan dengan ceramah. Guru menjelaskan terlebih dahulu

tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi

bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk

mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Jika

terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan

perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan

dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan

dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan. Kegiatan akhir antara lain: (1)
melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan

pembelajaran dengan strategi ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang

pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan

belajar dengan bertepuk tangan gembira. c. Observasi Partisipasi siswa Kelas VIIA

Mts Ihyaul ulum Manyar ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran

pada kondisi awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran menggunakan

cdramah. Hal ini 45 dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap

Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul

pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang

terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah

tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu

meningkatkan hasil belajarnya. Partisipasi siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum

Manyar dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa

pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan

Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan jumlah 25 terdapat 15 siswa atau 60% yang

tuntas dan yang tidak tuntas ada 10 Siswa atau 40% yang tidak tuntas, dengan nilai

rata-rata sebesar 66,4. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Tabel.1 hasil

ulangan harian kondisi awal No Nama Siswa Nilai Keterangan 1 Alta Triani 70

Tuntas 2 Aman Danu 70 Tuntas 3 Anggri Galih 50 Tidak Tuntas 4 Anggi Veronicha

80 Tuntas 5 Aprilidiyani 60 Tidak Tuntas 6 Ari Hewu 70 Tuntas 7 Arissano 80

Tuntas 8 Devri Anugrahnu 50 Tidak Tuntas 9 Diah Puspita 80 Tuntas 10 Dwi okta
Anuggrahnu 60 Tidak Tuntas 11 Ella Susana 70 Tuntas 12 Fajar Aprianto 50 Tidak

Tuntas 13 Jesen 70 Tuntas 14 Mely Hawini 50 Tidak Tuntas 15 Mula wahyuni 70

Tuntas 16 Nanda Wulandari 60 Tidak Tuntas 46 17 Nia Febrianti 70 Tuntas 18

Pepinsky Aditya 60 Tidak Tuntas 19 Rito Francisco 70 Tuntas 20 Selli Talia Sari 70

Tuntas 21 Susi 70 Tuntas 22 Tania Meilanti 80 Tuntas 23 Tinto Megri 70 Tuntas 24

Robby Hanan 70 Tuntas 25 Norliani 60 Tidak Tuntas Jumlah 1660 Rata-rata 66,4

Ketuntasan Klasikal 60% d. Refleksi Tujuan utama penelitian ini adalah untuk

mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar pada materi Materi Klasifikasi

Makhluk Hidup dengan menerapkan ceramah ternyata hasil yang didapat nilai rata-

rata sebesar 66,4 dan secara klasikal sebesar 60%. Hal ini masih jauh dari harapan.

Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya

Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup.

Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi

Klasifikasi Makhluk Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan

hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian

tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak

melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman

sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab

dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran. 47

Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk

mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan


diterapkan pada siklus I. Untuk masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga

orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS

terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap

sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa

yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti

memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup

khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok

dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu

oleh pengamat. 4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan

guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan

Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja

Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya,

guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas,

guru dan observer mendiskusikan lembar observasi. e. Pelaksanaan 48 Pelaksanaan

tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin 22 September 2014 dari pukul 07.00

s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan

untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk

kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit. Pada

kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan
mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)

menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan

diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru. Melalui kegiatan

inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai

dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran

Aktif Tipe TGT, pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap

kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas

siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain

itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa

bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok

kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan

ditanyakan pendapatnya terkait jawaban 49 kelompok yang sedang presentasi. Jika

terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan

perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan

dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan

dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan. Kegiatan akhir siklus I antara lain:

(1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan

pembelajaran menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT, (2) siswa melakukan

kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru

merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira. f. Observasi 1)

Hasil Belajar Siswa Partisipasi siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar ada Upaya
Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan

penerapan Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan

respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil

masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan

adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat

merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan

semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya. 50 Partisipasi siswa Kelas VIIA

Mts Ihyaul ulum Manyar dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini

terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan

penerapan model pembelajaran menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan

jumlah siswa 25 orang, terdapat 20 siswa atau 80% yang tuntas dan yang tidak tuntas

ada 5 Siswa atau 20% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata 73. Data dapat dilihat pada

tabel 3 dibawah ini. Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I No Nama Siswa Nilai

Keterangan 1 Alta Triani 75 Tuntas 2 Aman Danu 75 Tuntas 3 Anggri Galih 60

Tidak Tuntas 4 Anggi Veronicha 85 Tuntas 5 Aprilidiyani 70 Tuntas 6 Ari Hewu 75

Tuntas 7 Arissano 85 Tuntas 8 Devri Anugrahnu 60 Tidak Tuntas 9 Diah Puspita 90

Tuntas 10 Dwi okta Anuggrahnu 70 Tuntas 11 Ella Susana 75 Tuntas 12 Fajar

Aprianto 55 Tidak Tuntas 13 Jesen 80 Tuntas 14 Mely Hawini 55 Tidak Tuntas 15

Mula wahyuni 80 Tuntas 16 Nanda Wulandari 70 Tuntas 17 Nia Febrianti 75 Tuntas

18 Pepinsky Aditya 65 Tidak Tuntas 19 Rito Francisco 75 Tuntas 20 Selli Talia Sari

75 Tuntas 21 Susi 75 Tuntas 22 Tania Meilanti 85 Tuntas 23 Tinto Megri 75 Tuntas


24 Robby Hanan 70 Tuntas 25 Norliani 70 Tuntas Jumlah 1825 51 Rata-rata 73

Ketuntasan Klasikal 80% 2) Aktifitas Siswa Hasil penelitian pengamat terhadap

aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Aktif

Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04

berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Untuk

mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan

menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT digunakan angket yang diberikan

kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa

terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT, ditunjukan pada

tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 25

siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT

yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi Materi Klasifikasi Makhluk

Hidup. Siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang

digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model

pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung

siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa

memperoleh 52 manfaat dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran

Aktif Tipe TGT. Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran menggunakan

Pembelajaran Aktif Tipe TGT No . Uraian Tanggapan Siswa Senang Tidak Senang F

% F % 1. Bagaimana perasaan kamu selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini ?


24 96 1 4 Senang Tidak Senang F % F % 2. Bagaimana perasaan kamu terhadap : a.

Materi pelajaran b. Lembar kerja siswa (LKS) c. Suasana Belajar di Kelas d. Cara

penyajian materi oleh guru 25 24 24 25 100 96 96 100 0 1 1 0 0 4 4 0 Mudah Sulit F

% F % 3. Bagaimana pendapat kamu Mengikuti pembelajaran ini 20 80 5 20

Bermanfaat Tidak Bermanfaat F % F % 53 4. Apakah pembelajaran ini bermanfaat

bagi kamu ? 25 100 0 0 Baru Tidak Baru F % F % 5. Apakah pembelajran ini baru

bagi kamu? 25 100 0 0 Ya Tidak F % F % 6. Apakah kamu menginginkan pokok

bahasan yang lain menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT? 24 96 1 4

Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran Menggunakan

Pembelajaran Aktif Tipe TGT N=Jumlah: 25 orang 3) Aktifitas Guru Data hasil

pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif

tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran

Aktif Tipe TGT pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data

dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian

menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT 54 No. Aspek yang diamati Skor

pengamatan RPP I Keterangan 1. 2. 3. 4. Pesiapan Pelaksanaan Pengelolaan Kelas

Suasana Kelas 3,0 2,5 2,5 3,0 Baik Baik Baik Baik Rata – Rata 2,75 Baik Keterangan

: 0 - 1,49 = kurang baik 1,5 - 2,49 = Cukup 2,5 - 3,49 = Baik 3,5 - 4,0 = Sangat Baik

g. Refleksi Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui Upaya

Meningkatkan hasil belajar pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan


menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Oleh

karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya Meningkatkan

hasil belajar siswa pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Pada siklus 1 terdapat

kekurangan pemahaman siswa pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Menurut

pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak

fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi

dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar konteks

pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, 55 diantara

satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang

diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran. Dari temuan kekurangan tersebut

maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab kekuangan

pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk

masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok

untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian

maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi

pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya.

Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang

Materi Klasifikasi Makhluk Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak

mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang

ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat. 3. Deskripsi data siklus II 1.

Perencanaan Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe

Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada

materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar

Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa.

Selanjutnya, guru 56 membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan

dilakukan di kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi. 2.

Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Senin 13 Oktober

2014 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri

dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu

yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi

waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20

menit. Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa

dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi,

(3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan

diajarkan selanjutnya. Kegiatan icebreaking yang dilakukan guru. Melalui kegiatan

inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai

dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan Pembelajaran

Aktif Tipe TGT, pertama-tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiap

kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang

tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung.

Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi
57 siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.Perwakilan setiap

kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain

akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika

terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan

perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan

dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan

dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan. Kegiatan akhir siklus II antara

lain: (1)melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan

pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Aktif Tipe TGT, (2) siswa melakukan

kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru

merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira. a. Observasi 1)

Hasil Belajar Siswa Partisipasi siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar ada Upaya

Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus II setelah dilakukan

penerapan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe

TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan

Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat

proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul

ulum Manyar dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari

hasil belajar siswa pada 58 siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan

jumlah 25 siswa, terdapat 23 siswa atau 92% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2
Siswa atau 8% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 78,8. Data dapat dilihat

pada tabel 5 dibawah ini. Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II No Nama Siswa

Nilai Keterangan 1 Alta Triani 80 Tuntas 2 Aman Danu 80 Tuntas 3 Anggri Galih 70

Tuntas 4 Anggi Veronicha 90 Tuntas 5 Aprilidiyani 75 Tuntas 6 Ari Hewu 80 Tuntas

7 Arissano 90 Tuntas 8 Devri Anugrahnu 70 Tuntas 9 Diah Puspita 100 Tuntas 10

Dwi okta Anuggrahnu 75 Tuntas 11 Ella Susana 80 Tuntas 12 Fajar Aprianto 60

Tidak Tuntas 13 Jesen 85 Tuntas 14 Mely Hawini 60 Tidak Tuntas 15 Mula wahyuni

85 Tuntas 16 Nanda Wulandari 75 Tuntas 17 Nia Febrianti 80 Tuntas 18 Pepinsky

Aditya 70 Tuntas 19 Rito Francisco 80 Tuntas 20 Selli Talia Sari 80 Tuntas 21 Susi

80 Tuntas 22 Tania Meilanti 90 Tuntas 23 Tinto Megri 80 Tuntas 24 Robby Hanan

80 Tuntas 25 Norliani 75 Tuntas Jumlah 1745 Rata-rata 67,1 Ketuntasan Klasikal

61,5% Keterangan : F =Frekuensi respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif

tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT N = Jumlah: 24 orang 59 2) Aktifitas Guru Data

hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran

kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa

pengelolaan pembelajaran dengan penerapan Pembelajaran Aktif Tipe TGT dalam

materi pelajaran Menentukan Luas dan Volume pada siklus I sebesar 2.93 yang

berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6.

Data Peniliaian pengelohan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe

TGT No. Aspek yang diamati Skor pengamatan Siklus II Keterangan 1. 2. 3. 4.

Pesiapan Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Suasana Kelas 3,25 3,00 3,00 3,50 Baik
Baik Baik Baik Rata – Rata 3,2 Baik Keterangan : 0 - 1,49 = kurang baik 1,5 - 2,49 =

Cukup 2,5 - 3,49 = Baik 3,5 - 4,0 = Sangat Baik 3) Refleksi Tujuan utama penelitian

ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar pada Materi

Klasifikasi Makhluk Hidup dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan

Pembelajaran 60 Aktif Tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan

difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi

Klasifikasi Makhluk Hidup. Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa

pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang

menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS

sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua,

siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain

dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu

menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir

pelajaran. Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru

untuk mengurangi penyebab kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas,

selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti

menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar

semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi

lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar

mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang

ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang Materi Klasifikasi


Makhluk Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab

oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini

penjelasannya dibantu oleh pengamat. 61 B. Pembahasan 1. Hasil Belajar Hasil

penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas VIIA

Mts Ihyaul ulum Manyar untuk Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan model

pembelajaran mengunakan ceramah diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar

66,4 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 4 orang dan nilai terendah adalah 50

terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 60% dan yang tidak tuntas 40%. Hasil

penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum

Manyar pada siklus 1 untuk Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan model

Pembelajaran Aktif Tipe TGT diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 73 dengan

nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 2

orang dengan ketentusan belajar 80% dan yang tidak tuntas 20%. Sedangkan pada

siklus II untuk materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup diperoleh nilai rata – rata

siklus II sebesar 78,8 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai

terendah adalah 60 terdapat 2 orang dengan ketuntasan belajar 92% dan yang tidak

tuntas 8%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah

siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk

belajar dan sering tidak masuk sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari

siklus I dan siklus II menunjukan adanya Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa

Kelas VIIA SMPN 4 Tamiang 62 Layang tahun pelajaran 2014/2015 menunjukan


Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Menentukan

Luas dan Volume. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan Upaya

Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Menentukan Luas dan

Volume. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model

pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT. 2. Aktivitas

Siswa Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan

Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup menurut

penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun

aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa: mendengar

dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan

menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi, memperesentasikan hasil

diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari

guru. Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling

dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini

menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk

mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam,

2000:50) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam

kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai

selesainya tugas– tugas individu dan kelompok. 3. Pengelolaan Pembelajaran

Kooperatif Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT 63 Kemampuan guru dalam

pengelolaan model pembelajaran kooperatif menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe


TGT menurut hasil penilaian pengamat termasuk kategori baik untuk semua aspek.

Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam

mengelola Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidupl.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam

mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam

merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa

dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam

Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam

pengelolaan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif

dan efisien. 4.Respons siswa Terhadap pembelajaran menggunakan Pembelajaran

Aktif Tipe TGT Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran

kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT yang diterapkan oleh peneliti

menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana

belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT mereka lebih mudah

memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar

siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan

siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe 64 Pembelajaran Aktif Tipe TGT

disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut. Seluruh siswa (100%)

berpendapat baru mengikuti pembelajaran dengan Pembelajaran Aktif Tipe TGT.

Siswa merasa senang apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan Pembelajaran


Aktif Tipe TGT, dan siswa merasa bahwa model pembelajaran kooperatif

menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT bermanfaat bagi mereka, karena mereka

dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat. 65

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan mener

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatiftipe menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Penggunaan Pembelajaran Aktif

Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa

Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas,

maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu: 1) Kepada guru yang mengalami

kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Aktif Tipe TGT sebagai alternatif

untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kelas. 2) Kepada guru–guru

yang ingin menerapkan Pembelajaran Aktif Tipe TGT disarankan untuk membikin

Pembelajaran Aktif Tipe TGT yang lebih menarik dan bervariasi. 66 DAFTAR

PUSTAKA Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas. 2003.UU RI No.20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional.

Jakarta: Depdiknas --------------. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar.

Jakarta: Depdiknas --------------.2005. PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas -------------. 2007. Permendiknas RI No. 41

Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas -------------. 1999. Pedoman

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Ibrahim,

M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. UNESA: University Press.

Kemdiknas.2011.Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Kemdiknas -------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan

Menyenangkan. Jakarta: Kemdiknas Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan

Supervisi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosda Karya Ngalim, Purwanto. 2003.

Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:PT Remaja Rosda Karya

Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Suyatno. 2009.

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Surakarta: Tiga Serangkai 67 PEDOMAN

OBSERVASI GURU 1. Nama

Sekolah : .......................................................................... 2. Nama

Guru : ....................................................................... 3. Mata

Pelajaran : .......................................................................... 4. Kelas /

Semester : ........................................................................ 5. Hari /

Tanggal : ..................................................................... No Uraian Kegiatan YA / ADA

Tida k ada Nil ai Bai Catatan k Kuran g baik 1 2 3 4 5 6 7 1 PERSIAPAN a. Silabus

b . Program / Rencana Pembelajaran Semester c. Buku nilai : yang memuat nilai

ulangan harian, ujian blok, ujian remedi, nilai tugas-tugas lainnya 2 KEGIATAN

PEMBELAJARAN A. PENDAHULUAN a. Pretest/persepsi b. Motivasi


siswa/mengecek kesiapan siswa c. Memberitahukan topik pembelajaran : SK/KD B.

KEGIATAN POKOK a. Penyiapan Materi Pelajaran b. Penyiapan Media c.

Penyajian materi 2. - Pengelompokkan siswa -Siswa mengerjakan soal secara

kelompok -Siswa mencatat jawaban pada buku catatan C. PENUTUPAN a. Post Test

b. Membuat rangkuman / kesimpulan c. Memberikan tugas / Pekerjaan Rumah (PR)

Jumlah Rata – rata

Kesimpulan :....................................................................................................... Saran /

Pembinaan :.......................................................................................................

Pengamat/Observer, ..................................... 68 PEDOMAN OBSERVASI SISWA

Hari/Tanggal : Kelas : Materi : Nama Guru : NO ASPEK PENGAMATAN

KOMENTAR KET 1 Memperhatikan penjelasan Guru 2 Mempelajari LKS dengan

sungguhsungguh 3 Melakukan kegiatan sesuai LKS 4 Mencatat hasil kegiatan sesuai

LKS 5 Diskusi kelompok tentang hasil kegiatan 6 Menyusun hasil kegiatan 7

Mempresentasikan hasil kegiatan kelompok 8 Menghargai gagasan teman 9

Menyampaikan gagasan pada kelompok 10 Mengambil keputusan/ kesimpulan

kelompok 11 Member tanggapan pada kelompok lain 12 Bertanggung jawab dan

disiplin kerja 13 Memcatat hasil kesimpulan Pengamat, ………………..……… 69

LEMBAR RESPONDEN SISWA Nama Siswa :…………………………………..

Kelas :………………………………….. Hari/Tanggal :

………………………………….. NO URAIAN YA TIDA


PEDOMAN OBSERVASI SISWA Hari/Tanggal : Kelas : Materi : Nama Guru : NO

ASPEK PENGAMATAN KOMENTAR KET 1 Memperhatikan penjelasan Guru 2

Mempelajari LKS dengan sungguhsungguh 3 Melakukan kegiatan sesuai LKS 4

Mencatat hasil kegiatan sesuai LKS 5 Diskusi kelompok tentang hasil kegiatan 6

Menyusun hasil kegiatan 7 Mempresentasikan hasil kegiatan kelompok 8 Menghargai

gagasan teman 9 Menyampaikan gagasan pada kelompok 10 Mengambil keputusan/

kesimpulan kelompok 11 Member tanggapan pada kelompok lain 12 Bertanggung

jawab dan disiplin kerja 13 Memcatat hasil kesimpulan Pengamat, ………………..

………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi tidak akan lepas dari perkembangan dalam

bidang IPA. Perkembangan dari bidang IPA tidak mungkin terjadi bila tidak

disertai dengan peningkatan mutu pendidikan IPA, sedangkan selama ini

pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari

Nilai mata pelajaran IPA yang rata-rata masih rendah bila dibandingkan dengan

pelajaran lainnya. Ini Menunjukkan masih rendahnya mutu pelajaran IPA.

Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau

cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi

belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa

untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu

membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih

menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.

Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat

menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu,
guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan

itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar

rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.

Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya

membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa

untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang

berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.

Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik,

motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari

suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang

disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan

menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,

sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik.

Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi

siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai

materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi

yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan

materi yang optimal bagi siswa.

Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah

satu model pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan terbimbing untuk


mengungkapkan apakah dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing

dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih

metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan,

mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran (Siadari, 2001:

4). Dalam metode pembelajaran penemuan terbimbingn siswa lebih aktif dalam

memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau

memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan

bahwa hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan

terbimbing lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode

pembelajaran konvensional. (Siadari, 2001:68). Menurut hasil penelitian Arif

Kurniawan (2002) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa, yang ditandai dengan peningkatan prestasi belajar siswa setiap putaran.

Serta dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing terjadi

peningkatan pola berpikir kritis dan kreatif pada kelas yang berdampak positif

terhadap hasil belajar yang dicapai lebih baik daripada tanpa diberi metode

pembelajaran serupa (Lestari, 2002). Dari beberapa hasil penelitian tersebut

membuktikan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing sangat erat

digunakan dalam kegiatan pembelajaran terutama kegiatan pembelajaran IPA.


Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil

judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran

Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat Tahun

Pelajaran 2008/2009”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya

metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC

Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009?

2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap

motivasi belajar siswa pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun

pelajaran 2008/2009?

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak kabur, maka diperlukan

pembatasan masalah yang meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat

tahun pelajaran 2008/2009.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Okotober semester ganjil tahun

palajaran 2008/2009.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya

metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC

Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009

2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode

pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta

Pusat tahun pelajaran 2008/2009

E. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:

1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan

materi pelajaran IPA.

2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran IPA

3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi IPA.

F. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu

didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode penemuan terbimbing adalah:


Suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru

memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi

yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja.

2. Motivasi belajar adalah:

Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan

kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi

mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.

3. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat IPA

IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi

juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan

ilmiah menekankan pada hakikat IPA.

Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2001:7)

adalah sebagai berikut:

1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka-angka.

2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami

konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.

3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa

misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan

asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam

yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.

4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang

lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari

penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan

metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.

5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana

konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan

metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil

(produk).

B. Proses Belajar Mengajar IPA

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,

2000:5).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,

dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab

moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan

anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru

dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik

antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses

belajar mengajar (Usman, 2000:4).

Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses

belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan

perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak

lanjut (dalam Suryabrata, 1997:18).

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar

mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu

pengajaran IPA.

C. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran

dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya


menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa

diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:1972). Metode

pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui

proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah

bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan

masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Metode pembelajaran yang ekstrim

seperti ini sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik belum sebagai ilmuwan,

tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih memerlukan bantuan

dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu yang murni. Jadi

metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran

penemuan terbimbing dengan demikian kegiatan belajar mengajar melibatkan

secara maksimum baik pengajar maupun pesertra didik.

Seperti uraian di atas bahwa penemuan terbimbing (Guided Discovery)

merupakan salah satu dari jenis metode pembelajaran penemuan. Oleh Howe

(dalam Hariyono, 2001:3) menyatakan bahwa penemuan terbimbing tidak hanya

sekedar keterampilan tangan karena pengalaman, kegiatan pembelajaran dengan

model in tidak sepenuhnya diserahkan pada siswa, namum guru masih tetap ambil

bagian sebagai pembimbing. Penemuan terbimbing merupakan suatu metode

pembelajaran yang tidak langsung (Indirect Instuction). Siswa tetap memiliki

porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.


Menurut Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001:1) metode pembelajaran

penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang

dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para siswa diajak atau didorong

untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian sehingga pada akhirnya

siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan.

Dalam pembelajaran penemuan terbimbing tugas guru cenderung menjadi

fasilitator. Tugas ini tidaklah mudah, lebih-lebih kalau menghadapi kelas besar

atau siswa yang lambat atau sebaliknya amat cerdas. Karena itu sebelum

melaksanakan metode pembelajaran dengan penemuan ini guru perlu benar-benar

mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam tiap hal pemahaman konsep-konsep

yang akan diajarkan maupun memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di kelas

sewaktu pembelajaran tersebut berjalan. Dengan kata lain guru perlu

mempersiapkan pembelajaran dengan cermat, Soedjadi (dalam Purwaningsari,

2001:18).

Keuntungan dan kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing.

1. Keuntungan metode pembelajaran penemuan terbimbing

Menurut Siadari (2001:26) keuntungan dari pembelajaran metode

pembelajaran penemuan terbimbing adalah:

a. Pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah

diterapkan pada situasi baru.


b. Meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa

memecahkan masalaha tanpa pertolongan orang lain.

c. Meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya

menerima saja.

d. Terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.

2. Kelemahan dalam penemuan konsep atau memecahkan masalah.

Adapun kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing menurut

Ruseffendi (dalam Siadari, 2001:26) adalah sebagai berikut:

a. Tidak semua materi dapat disajikan dengan mudah, menggunakan

metode pembelajaran penemuan terbimbing.

b. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang relatif lebih banyak.

c. Bukan merupakan metode pembelajaran murni, maksudnya tidak

dapat berdiri sendiri (hanya dapat digunakan jika ada keterlibatan metode

lain misal ekspositori, ceramah, dan lain sebagainya).

Sintak penemuan terbimbing menurut Arends (dalam Haryono, 2001:25),

dapat ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sintaks Penemuan Terbimbing Model Arends

No Fase-fase Kegiatan Guru


1 Menyampaikan tujuan, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
mengelompokkan dan menjelaskan serta guru menjelaskan aturan dalam metode
prosedur discovery pembelajaran dengan penemuan terbimbing
2 Guru menyampaikan suatu Guru mejelaskan masalah secara sederhana
masalah
3 Siswa memperoleh data Guru mengulangi pertanyaan pada siswa
eksperimen tentang masalah dengan mengarahkan siswa
untuk mendapat informsi yang membantu
proses inquiry dan penemuan
4 Siswa membuat hipotesis dan Guru membantu siswa dlam membuat prediksi
penjelasan dan mempersiapkan penjelasan masalah
5 Analisis proses penemuan Guru membimbing siswa berfikir tentang
proses intelektual dn proses penemuan dan
menghubungkan dengan pelajaran lain.
Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa guru dalam metode pembelajaran

penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing siswa dalam nenemukan

konsep.

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan

kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau

perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-

motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan

mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang

mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan

tertentu (Usman, 2000:28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu

pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk

aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam

belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam

mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan

mateti itu dengan lebih baik.

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

2. Macam-macam Motivasi

Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain

sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar (Usman, 2000:29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu.


Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa strategi

dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas

yang pokok.

3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas

dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik

adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik

dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar

individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang

lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh


oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman,

2000:29).

Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik

adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-

motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam

menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:

1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan

diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan

mengatasi prestasi orang lain.

2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal

kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu

menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan

demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.

3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.

Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang

bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan

sesuatu perbuatan.

4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa

puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan


kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian,

guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk

meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan

guru.

5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat

yang besar.

6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau

belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti

dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada

ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan

ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia

mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan

motivasi yang kuat bagi siswa.

Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah

motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya

perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai

yang tinggi, dan lain sebagainya.

E. Prestasi Belajar IPA

Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik

menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang


dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.

Menurut Poerwodarminto (1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,

hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta

perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah

siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat

diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan

oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru

dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi

belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara

langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses

belajar mengajar IPA.

F. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran

Penemuan Terbimbing

Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat

sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari

materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu

dengan lebih baik (Nur, 2001:3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah

siswa itu melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah suatu

metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat

secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan

informasi singkat (Siadari, 2001:7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar

penemuan terbimbing akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih

baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara

umum belajar penemuan terbimbing ini melatih keterampilan kognitif untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu,

belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk

bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002:19).

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

motivasi dalam pembelajaran metode pembelajaran penemuan terbimbing

tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi

yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang

tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

G. Kerangka Teori

1. Metode penemuan terbimbing adalah:

Suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru

memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi

yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja.

2. Motivasi belajar adalah:

Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan

kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi

mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.

3. Prestasi belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,

setelah siswa mengikuti pelajaran.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian

ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,

yaitu:(1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif,

(3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial

eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan

perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,

(dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada:(1)

tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti

dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4)

hubungan antara proyek dengan sekolah.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru

sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini,

tujuan utama penelitian tindakan Kelas IValah untuk meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam
proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam

penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang

berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model

penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu

siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini

berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

A. Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-

hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung

dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002:82). Ciri

atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan

kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tidakan

adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata

dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang

terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip

sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-

benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam

jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak

boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari

tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap

penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, 2002:82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu

ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action

(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada

siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direfisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian

tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Refleksi Rencana
awal/Siklus 1

Tindakan/
Observasi

Refleksi Rencana yang


direfisi/Siklus 2

Tindakan/
Observasi

Refleksi
Rencana yang
direfisi/Siklus 3
Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK


Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun

rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di

dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil

atau dampak dari diterapkannya metode pengajaran berbasis tugas proyek.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direfisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat

membuat rangcangan yang direfisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana

masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan

membahasa satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir

masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki

sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di

SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat

penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober

semester ganjil 2008/2009.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat

tahun pelajaran 2008/2009 pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus.

Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai,

seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui

permasalahan efektivitas pembelajaran ilmu pengetahuan alam di SDN ABC

Jakarta Pusat dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan

guru selain itu diadakan diskusi antara guru sebagai peneliti dengan para

pengamat sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Melalui langkah-langkah

tersebut akan diapat ditentukan bersama-sama antara guru dan pengamat untuk

menetapkan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan efektivitas

pembelajaran ilmu pengetahuan alam.


Berdasarkan hasil diskusi dengan para kolabotor, maka langkah yang

paling tepat untuk meningkatkan pembelajaran adalah dengan meningkatkan

motivasi, aktivitas dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka tindakan yang paling tepat adalah dengan

mengembangkan keterampilan intelektual siswa.

Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur

pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi dalam setiap siklus.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarban dalam uraian

berikut ini.

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini kegiatannya meliputi:

a. Peneliti dan pengamat menetapkan alternatif peningkatan efektivitas

pembelajaran ilmu pengetahuan alam.

b. Peneliti bersama-sama kolaborator membuat perencanaan pengajaran yang

mengembangkan keterampilan intelektual.

c. Mendiskusikan tentang pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang

mengembangkan keterampilan intelektual siswa.

d. Menginventarisir media pembelajaran.

e. Membuat lembar observasi.

f. Mendesain alat evaluasi


2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatanyaan adalah melaksanakan

kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.

3. Tahap Observasi

Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang

telah dipersiapkan.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi ini kegiatannya yaitu meliputi analisis data yang diperoleh

melalui observasi pengamatan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru

dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui efektivitas kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat

diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus

selanjutnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Rencana Pelajaran (RP)


Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-

masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

2. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

a. Lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif,

untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati

aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.

3. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep ilmu

pengetahuan alam pada pokok bahasan operasi hitung pecahan. Tes formatif

ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan

ganda (objektif).

F. Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan

kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk

mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu.

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga

diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar

kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar

bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut.

3. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif.

Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran

kooperatif digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana: P1 = pengamat 1

P2 = pengamat 2

b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan

rumus sebagai berikut.

dengan

Dimana: % = Persentase pengamatan

= Rata-rata

= Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 5 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah siswa 23 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada

siklus I adalah sebagai berikut:


Tabel 4.1 Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 2 2,5
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 1 2 1,5
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama 3 3 3
siswa 3 3 3
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
I 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan 3 3 3
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 3 3 3
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan 3 3 3
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 3 3
2. Memberikan evaluasi 3 3 3
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 3 3 3
2. Guru Antusias 3 3 3
Jumlah 31 31 31

Keterangan : Nilai : Kriteria


1. : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria

kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan

pembelajaran, pengelolaan waktu. Ketiga aspek yang mendapat penilaian

kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus
I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan

dilakukan pada siklus II.

Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti

pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 10.00
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 10.00
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 6.67
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 8.33
5 Menjelaskan materi yang sulit 13.33
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 15.00
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 10.00
8 Memberikan umpan balik 18.33
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 8.33
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 19.16
2 Membaca buku siswa 11.86
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 18.13
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 14.38
5 Menyajikan hasil pembelajaran 5.83
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5.63
7 Menulis yang relevan dengan KBM 9.17
8 Merangkum pembelajaran 6.86
9 Mengerjakan tes evaluasi 8.96

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling

dominan pada siklus I adalah memberi umpan balik dan membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu masing-masing 18,33

dan 15,00%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah

menjelaskan materi yang sulit dan menjelaskan materi yang sulit yaitu

13,33%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah


mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 19,16%. Aktivitas lain

yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota

kelompok, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca

buku yaitu masing-masing 18,13%, 14,38 dan 11,86%.

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan

metode penemuan terbimbing sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun

peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan

arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti

terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Jumlah siswa yang tuntas 15
2 Jumlah siswa belum tuntas 8
3 Nilai rata-rata tes formatif 67,82
4 Persentase ketuntasan belajar 65,22

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode pembelajaran penemuan terbimbing diperoleh nilai rata-rata

prestasi belajar siswa adalah 67,82 dan ketuntasan belajar mencapai

65,22% atau ada 15 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa

belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya


sebesar 65,22% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki

yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru

dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah

siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah


tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3 3
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan 3 3 3
bersama siswa 4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil 4 4 4
I
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 4 4 4
mempresentasikan hasil kegiatan belajar
mengajar 3 3 3
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 4 3,5
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 4 3 3,5
2. Guru Antusias 4 4 4
Jumlah 42 42 42

Keterangan : Nilai : Kriteria


1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik

Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan

belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan


menerapkan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari

seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian

tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa

aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan

penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah

memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/

menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan

strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir diharapkan siswa

dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan

pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang

telah mereka lakukan.

Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa:

Tabel 4.5 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 3,33
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 10,00
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 6,67
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 11,67
5 Menjelaskan materi yang sulit 18,33
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep 15,00
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 8,33
8 Memberikan umpan balik 18,33
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 8,33
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 18,12
2 Membaca buku siswa 15,63
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 20,21
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 14,76
5 Menyajikanhasil pembelajaran 3,33
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 6,67
7 Menulis yang relevan dengan KBM 7,91
8 Merangkum pembelajaran 6,67
9 Mengerjakan tes evaluasi/latihan 6,67

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling

dominan pada siklus II adalah menjelaskan materi yang sulit dan

memberikan umpan balik yaitu masing-masing 18,33%, kemudian

menyampaikan langkah-langkah strategis yaitu 11,67%. Sedangkan untuk

aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah Bekerja dengan

sesama anggota kelompok, mendengarkan penjelasan guru, membaca

buku, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru yaitu 20,21%,

18,12%, 15,63% dan 14,76%.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II


1 Jumlah siswa yang tuntas 18
2 Jumlah siswa belum tuntas 5
3 Nilai rata-rata tes formatif 73,48
4 Persentase ketuntasan belajar 78,26

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 73,48 dan ketuntasan belajar mencapai 78,26% atau ada 18 siswa
dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap

akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan

berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga

sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan

menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-

alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah

siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan

pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.


Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 4 4 4
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan 4 4 4
bersama siswa 4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil 4 4 4
I
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 4 4 4
mempresentasikan hasil kegiatan belajar
mengajar 3 3 3
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 4 3,5
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 4 3 3,5
2. Guru Antusias 4 4 4
Jumlah 45 45 45

Keterangan : Nilai : Kriteria


1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada

kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan

menerapkan metode penemuan terbimbing mendapatkan penilaian cukup

baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa

merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode

penemuan terbimbing diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.

Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa.

Tabel 4.8 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas Guru yang diamati Persentase


1 Menyampaikan tujuan 8.33
2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 10.00
3 Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya 6.67
4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 13.33
5 Menjelaskan materi yang sulit 11.67
6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep 15.00
7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 8.33
8 Memberikan umpan balik 16.67
9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 10.00
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 9.38
2 Membaca buku siswa 8.96
3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 11.67
4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 11.46
5 Menyajikan hasil pembelajaran 12.08
6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 10.63
7 Menulis yang relevan dengan KBM 14.57
8 Merangkum pembelajaran 12.29
9 Mengerjakan tes evaluasi/latihan 8.96

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang

paling dominan pada siklus II adalah memberi umpan balik yaitu 16,67%,

membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu


15.00%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami

penurunan. Aktivitas guru yang mengalami peningkatan adalah

menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi dan memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab yaitu 13.33% dan 16,67%.

Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus

II adalah menulis yang relevan dengan KBM yaitu 14,57%, merangkum

pembelajaran 12,29% dan menyajikan hasil pembelajaran yaitu (12,08%).

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti

terlihat pada tabel berikut

Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III


1 Jumlah siswa yang tuntas 21
2 Jumlah siswa belum tuntas 2
3 Nilai rata-rata tes formatif 77,39
5 Persentase ketuntasan belajar 91,30

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 77,39 dan dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa dan 2

siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 91,30% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan


pembelajaran penemuan terbimbing sehingga siswa menjadi lebih terbiasa

dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang telah diberikan.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan pembelajaran penemuan terbimbing. Dari data-data yang telah

diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran penemuan

terbimbing dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar

siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.


Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan

proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran penemuan

terbimbing dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

penemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari

sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 65,22%, 78,26%, dan 91,30%. Pada

siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran penemuan terbimbing dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu

dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap

siklus yang terus mengalami peningkatan.


3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran IPA pada pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan dengan

metode pembelajaran penemuan terbimbing yang paling dominan adalah

bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan

penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat

dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing dengan

baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan

LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi

umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas

cukup besar.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan penemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,22%), siklus II

(78,26%), siklus III (91,30%).

1. Penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai pengaruh

positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan


dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan

berminat dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing sehingga

mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran penemuan terbimbing

memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu

menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan

metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam proses belajar mengajar

sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih

sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf

yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,

memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian inihanya

dilakukan di SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung.
Remaja Rosda Karya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru.
Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa
Cipta.
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1

LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : ………………. Nama Guru : ………………………


Mata Pelajaran : ………………. Hari/tanggal : ………………………
Sub Konsep : ………………. Pukul : ………………………

Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.
Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan.
3. Membimbinga siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mempresentasikan hasil
penyelidikan.
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.

Keterangan Jakarta, ……….2008


1. Kurang baik Pengamat
2. Cukup baik
3. Baik
4. Sangat baik

(…………………………..)
Lampiran 2
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM

Nama Sekolah : Tanggal :


Kelas/semester : Waktu :
Bahan Kajian : Nama Guru :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah
lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua
aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian 1 menit
pengamat menuliskan kode kategori pengamatan.
3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga
menit.
4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara
serempak.
Aktivitas guru Aktivitas siswa
1. Menyampaikan tujuan 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru.
2. Memotivasi siswa/merumusan masalah. 2. Membaca buku.
3. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya. 3. Bekerja dengan sesama anggota kelompok
4. Menyampaikan langkah-langkah/strategi 4. Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru.
5. Menjelaskan materi yang sulit 5. Menyajikan hasil pembelajaran
6. Memebimbing menemukan konsep. 6. Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide.
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil 7. Menulis yang relevan dengan KBM.
kegiatan. 8. Merangkum pembelajaran.
8. Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab. 9. Mengerjakan tes evaluasi.
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran.

Nama Guru:

Nama Murid: Nama Murid:

Nama Murid: Nama Murid:

Nama Murid: Nama Murid:

Nama Murid: Nama Murid:

Jakarta, 2008
Pengamat
(…………………….)
Lampiran 3

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I

Nama (Guru-Siswa) RP I (90 menit)


P Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 3 3 2 6 5 3 4 2 30
No.
P2 2 3 2 1 5 7 3 5 2 30
Rata-rata X 2 3 2,5 1,5 5,5 6 3 4,5 2 30
Prosentase % 6,67 10.00 8,33 5.00 18,33 20.00 10.00 15.00 6,67 100
P1 4 4 6 4 2 2 3 2 3 30
Sampel siswa 1
P2 7 3 5 5 1 2 3 2 2 30
P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30
Sampel siswa 2
P2 7 3 6 5 0 2 3 2 2 30
P1 5 3 7 5 1 2 2 2 3 30
Sampel siswa 3
P2 8 4 4 4 0 3 3 2 2 30
P1 4 4 7 5 1 2 2 3 2 30
Sampel siswa 4
P2 4 4 3 0 2 4 2 2 30
P1 5 3 8 4 3 0 2 2 3 30
Sampel siswa 5
P2 7 3 5 5 2 2 2 2 2 30
P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30
Sampel siswa 6
P2 8 4 3 5 0 2 4 2 2 30
P1 5 4 6 3 2 3 2 2 3 30
Sampel siswa 7
P2 5 4 4 5 3 2 3 2 2 30
P1 5 4 8 4 2 0 2 2 3 30
Sampel siswa 8
P2 8 4 5 4 0 2 3 2 2 30
P1 40 30 54 33 13 13 17 17 23 240
Jumlah
P2 59 29 36 36 6 17 25 16 16 240
Rata-rata X 49.5 29.5 45 34.5 9.5 15 21 16.5 19.5 240
Prosentase rata-rata % 20.63 12.29 18.75 14.38 3.96 6.25 8.75 6.88 8.13 100

Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)


Lampiran 4

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II

No. Nama (Guru-Siswa) RP I (90 menit) Jumlah


P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 2 2 4 4 7 2 5 2 30
P2 2 2 2 3 3 8 3 5 2 30
Rata-rata X 2 2 2 3,5 3,5 7,5 2,5 5 2 30
Prosentase % 6,67 6,67 6,67 11,67 11,67 25.00 8.33 16,67 6,67 100
P1 5 4 5 4 2 2 2 2 4 30
Sampel siswa 1
P2 5 5 5 5 2 2 2 2 2 30
P1 5 5 6 5 1 2 2 2 2 30
Sampel siswa 2
P2 6 4 5 5 2 2 2 2 2 30
P1 5 4 5 4 2 2 2 2 4 30
Sampel siswa 3
P2 5 5 6 4 2 2 2 2 2 30
P1 6 6 6 2 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 4
P2 5 4 6 4 1 2 3 2 3 30
P1 5 4 6 4 2 2 2 2 3 30
Sampel siswa 5
P2 7 4 6 4 1 2 2 2 2 30
P1 6 4 6 6 0 1 3 2 2 30
Sampel siswa 6
P2 6 3 7 6 0 1 2 2 3 30
P1 6 4 6 2 2 2 2 2 4 30
Sampel siswa 7
P2 4 3 9 4 1 0 4 2 3 30
P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
Sampel siswa 8
P2 6 5 5 4 2 1 2 2 3 30
P1 42 35 46 31 13 15 17 16 25 240
Jumlah
P2 44 33 49 36 11 12 19 16 20 240
Rata-rata X 43 34 47.5 33.5 12 13.5 18 16 22.5 240
Prosentase rata-rata % 17.91 14.16 19.79 13.96 5.00 5.63 7.50 6.67 9.38 100

Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)

Lampiran 5
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III

Nama (Guru-
No. RP I (90 menit) Jumlah
Siswa) P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 2 4 4 2 7 2 4 3 30
P2 2 2 2 4 4 6 4 3 3 30
Rata-rata X 2 2 3 4 3 6,5 3 3,5 3 30
Prosentase % 6,67 6,67 10.00 13,33 10.00 21,67 10.00 11,67 10.00 100
P1 5 3 6 5 2 2 2 2 3 30
Sampel siswa 1
P2 5 4 6 5 1 2 3 2 2 30
P1 5 5 6 4 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 2
P2 6 5 4 6 2 0 2 3 2 30
P1 5 4 8 3 2 3 1 2 2 30
Sampel siswa 3
P2 5 3 6 5 2 3 1 3 2 30
P1 6 4 5 5 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 4
P2 7 5 4 6 1 2 1 2 2 30
P1 6 5 6 4 2 1 2 2 2 30
Sampel siswa 5
P2 8 5 6 4 1 2 0 2 2 30
P1 6 4 8 4 1 1 2 2 2 30
Sampel siswa 6 P2 7 3 6 4 1 1 3 2 3 30
P1 4 5 7 3 2 2 2 2 3 30
Sampel siswa 7
P2 7 3 6 6 0 0 3 3 2 30
P1 5 5 6 2 2 2 2 2 4 30
Sampel siswa 8
P2 6 4 7 4 2 1 2 2 2 30
P1 42 35 52 30 15 15 15 16 20 240
Jumlah
P2 51 32 45 40 10 11 15 19 17 240
Rata-rata X 46.5 33.5 48.5 35 12.5 13 15 17.5 18.5 240
Prosentase rata-rata % 19.38 13.96 20.21 14.58 5.21 5.42 6.25 7.29 7.71 100

Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)

Lampiran 6
Hasil Tes Formatif Pada Siklus I

Keterangan
No. Absensi Nilai
T TT
1 50 √
2 80 √
3 60 √
4 80 √
5 70 √
6 80 √
7 50 √
8 40 √
9 70 √
10 70 √
11 60 √
12 80 √
13 70 √
14 80 √
15 70 √
16 50 √
17 70 √
18 60 √
19 80 √
20 70 √
21 70 √
22 60 √
23 90 √
Jumlah 1560 15 8

Keterangan:

T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas :8
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1560
Skor Tercapai : 67,82
Persentase Ketuntasn : 65,22%
Klasikal : Belum tuntas

Lampiran 7
Hasil Tes Formatif Pada Siklus II

Keterangan
No. Absensi Nilai
T TT
1 70 √
2 60 √
3 80 √
4 80 √
5 80 √
6 70 √
7 60 √
8 60 √
9 90 √
10 90 √
11 80 √
12 80 √
13 80 √
14 80 √
15 70 √
16 60 √
17 60 √
18 70 √
19 80 √
20 70 √
21 70 √
22 70 √
23 80 √
Jumlah 1690 18 5

Keterangan:

T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 18
Jumlah siswa yang belum tuntas :5
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1690
Skor Tercapai : 73,48
Persentase Ketuntasan : 78,26
Klasikal : Belum tuntas

Lampiran 8
Hasil Tes Formatif Pada Siklus III

Keterangan
No. Absensi Nilai
T TT
1 90 √
2 90 √
3 80 √
4 80 √
5 90 √
6 80 √
7 70 √
8 80 √
9 60 √
10 80 √
11 90 √
12 90 √
13 90 √
14 80 √
15 70 √
16 70 √
17 70 √
18 70 √
19 80 √
20 70 √
21 60 √
22 70 √
23 80 √
Jumlah 1790 21 2

Keterangan:

T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 21
Jumlah siswa yang belum tuntas :2
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1790
Skor Tercapai : 77,39
Persentase Ketuntasan : 91,30
Klasikal : Tuntas

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA


DENGAN METODE PEMBELAJARAN
PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS IV
SDN ABC JAKARTA PUSAT
TAHUN PELAJARAN 2008/2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh
NAMA GURU
NIP: 130 000 000

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


SDN ABC JAKARTA PUSAT
2008
ABSTRAK

Nama Guru, 2008. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode
Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta
Pusat Tahun Pelajaran 2008/2009

Kata Kunci: prestasi belajar IPA, metode penemuan terbimbing

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-


rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu
dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan
motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung
dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing
untuk menemukan konsep IPA.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan
prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan terbimbing? (b)
Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap
motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan terbimbing. (b) Ingin
mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
penemuan terbimbing.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN
ABC Jakarta Pusat. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi
kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (65,22%), siklus II (78,26%),
siklus III (91,30%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran penemuan
terbimbing dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SDN ABC
Jakarta Pusat, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pembelajaran IPA.
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .............................................................................................. i

Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii

Abstrak.............................................................................................................. iii

Kata Pengantar.................................................................................................. iv

Daftar Isi .......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................. 4

C. Batasan Masalah ................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ............................................................... 4

E. Manfaat Penelitian ............................................................ 5

F. Definisi Operasional Variabel ........................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat IPA ....................................................................... 7

B. Proses Belajar Mengajar IPA ........................................... 8

C. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ................... 9

D. Motivasi Belajar.................................................................. 13
E. Prestasi Belajar IPA ........................................................... 17

F. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar

Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 18

G. Kerangka Teori .................................................................. 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian.......................................................... 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 24

C. Subyek Penelitian .............................................................. 25

D. Prosedur Penelitian ............................................................ 25

E. Instrumen Penelitian ........................................................ 27

F. Analisis Data ...................................................................... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data Penelitian Persiklus ..................................... 31

B. Pembahasan ....................................................................... 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 46

B. Saran................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48

Anda mungkin juga menyukai