( PTK )
Disusun oleh :
Judul
Disahkan oleh :
Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Bulan Oktober Tahun Dua Ribu dua puluh
dua, bertempat di Mts Ihyaul ulum Manyar, yang dihadiri oleh 16 (Enam Belas)
Peserta, telah diseminarkan sebuah Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum
Disusun oleh:
Pembahas :
Judul :
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Menentukan Luas dan Volume Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar.
Penulis :
Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. Adapun judul laporan
Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA Mts
Ihyaul ulum Manyar”. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kami
sampaikan kepada:
(2) Dra. SRI RAHAYU , M.Pd selaku Kepala Mts Ihyaul ulum Manyar
(4) Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya sehingga
laporan penelitian ini menjadi lebih berkualitas. Akhir kata semoga laporan penelitian
ini memberikan makna dan manfaat khususnya dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
Penyusun
Makhluk Hidup Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas VIIA Mts
Ihyaul ulum Manyar”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil
TGT Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (action Research) yang terdiri dari 2 (dua)
siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan
TGT dapat Meningkatkan Hasil Belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa
Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar. Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1)
Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT untuk meningkatkan Hasil Belajar. (2) Agar mendapatkan hasil
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................v
ABSTRAK...............................................................................................................vi
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
48 4.2 Pembahasan...................................................................................
BAB V PENUTUP...........................................................................................
58 5.1 Kesimpulan....................................................................................
58 5.2 Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
59 LAMPIRAN-LAMPIRAN.........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN 1.1
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif
dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu
dinamika yang diharapkan. Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas
VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar, Kabupaten Lamongan diperoleh informasi bahwa
hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup siswa rendah di bawah standar
seperti di atas antara lain : a. Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep –
belajar Pendidikan IPA hanya sebagai hafalan saja. Dengan belajar secara menghapal
membuat konsep–konsep IPA yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini
merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru.
bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator
yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
TGT karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan tanggung jawab
meningkat. Pembelajaran Aktif Tipe TGT merupakan suatu metode mengajar dengan
membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban
yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari
soal yang ada. Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting
penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi
Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar“. 1.2
Ihyaul ulum Manyar?” 1.3 Tujuan Penelitian Meningkatkan hasil belajar Materi
Klasifikasi Makhluk Hidup menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT siswa Kelas
VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar. 1.4 Manfaat Penelitian Setelah penelitian selesai
kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran
Makhluk Hidup menjadi lebih sederhana. 11 3. Bagi sekolah : penelitian ini dapat
pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Sudjana,
2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu : 1. Ranah Kognitif Berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau
dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada enam aspek, yaitu:
ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi. Hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu: a. Faktor dari dalam diri
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis. b. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama
kualitas pengajaran. Hasil belajar yang dicapai menurut Sudjana, melalui proses
belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut. 1.
Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada
diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari
orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. 3. Hasil belajar yang dicapai
bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku,
bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar
wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku. 5.
Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama
mengendalikan proses dan usaha belajarnya. 14 Oleh karena itu, guru diharapkan
dapat mencapai hasil belajar, Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang
optimal sesuai dengan ciri-ciri tersebut di atas. 2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe
dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.
belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelompok kecil
dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas. Muhammad Nur (2005: 1)
pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari
keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks. Pendapat ini sejalan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan
hidup di dalam masyarakat nyata. Guru dapat menyusun kegiatan kelas, sehingga
dipelajarinya, Guru dapat memanfaatkan energi sosial seluruh rentang usia siswa
dan dapat mengorganisasikan kelas, sehingga siswa saling berinteiraksi satu dan yang
lain, saling bertanggung jawab, dan belajar untuk menghargai satu sama lain Untuk
menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah. Untuk
yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup pula. Pembelajaran
kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-
sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap akfivitas belajar kelompok
merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa
sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal. Terkait dengan model pembelajaran ini,
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil
untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok. Pembelajaran
kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda Dari pembelajaran
jumlah kelompok dalam kelompok belajar, 17 (3) menentukan tempat duduk siswa,
menjelaskan tugas akademik, (7) menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan
keharusan bekerja sama, (8) menyusun akuntabilitas individual, (9) menyusun kerja
sama antar anggota kelompok. Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia
suatu bentuk perencanaan perbelajaran atau program satuan pelajaran bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan siswa yang optimal untuk
royong. Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir seluruh
mata pelajaran dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division (STAD),
adalah salah satu tipe pembelajaran 18 kooperatif yang menempatkan siswa dalam 5
kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok
bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa
akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi
dalam meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 4 sampai 5
orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam setiap meja
permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama.
Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi
kemampuan akademik, artinya datam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta
diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka
peroleh pada saat pratindakan. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan
akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan
tahapan yaitu tahap penyajian ketas (class precentation), belajar dalam kelompok
team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model
jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota
kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar Siswa
menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran
pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan. 2) Games
Tournament Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang lama. 20
Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini
dengan membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh
terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap
meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain
dalam tiap meja menentukan dulu pembaca coaldan pemain yang pertama dengan
cara undian. Kemudian pemain yang menangundian mengambil kartu undian yang
berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan
membacakan soal sesuai dengan nomor undian yangdiambil oleh pemain. Selanjutnya
soal dikerjakan secara mandiri oleh pemaindan penantang sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka
searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor
hanya diberikan kepadapemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama
kali memberikan jawaban benar. Jika semua pemain menjawab salah maka kartu
dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu
soal habis dibacakan, dimana postisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap
peserta dalam satumeja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan
setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang,
dan 21 pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk
membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau
memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap
pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan
berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya
setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali
kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua
pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang
memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oieh
anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti
ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 2.2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat
Pemain 22 Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu yang Diperoleh Top Scorer 40
High Middle Scorer 30 Low Middle Scorer 20 Low Scorer 10 Taber 2.3 Perhitungan
Poin Permainan Untuk Tiga Pemain Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu yang
1995:90) Dengan keterangan sebagai berikut : Top Scorer (skor tertinggi), High
Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer (skor rendah), Low Scorer (skor
terendah). Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa
bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan
bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok
yang salah dalam mer jawab. c. Permainan (game tournament) Permainan diikuti oleh
permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah
dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang
memenuhi kategorti rerata poin sebagai berikut. Tabel 2.4 Kriteria Penghargaan
sampai 44 Tim Baik 45 sampai 49 Tim Baik Sekali 50 ke atas Tim Istimewa
Apersepsi
Di bumi, makhluk hidup sangat beraneka ragam dan semakin lama bertambah
banyak, tentu saja keanekaragaman juga tertambah. Dengan adanya makhluk hidup
yang jumlahnya berjuta-juta itu bagaimana kita akan mempelajarinya? Untuk
dimiliki. Di dalam kelompok yang mempunyai ciriciri yang sama tersebut pastilah
lebih kecil berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki, sehingga akan diperoleh
kelompok terkecil dengan persamaan ciri yang sama., Ilmu yang mempelajari
pengelompokan makhluk hidup dengan suatu sistem tertentu disebut klasifikasi atau
dasar dari pengklasifikasian tersebut dan siapa tokoh yang memulai sistem
sungguh-sungguh!
pernberian nama terhadap makhluk hidup berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-
cirinya. Cabang biologi yang mempelajari tentang klasifikasi adalah taksonotmi. Pada
adalah kelompok tumbuhan yang bijinya mempunyai dua keping lembaga, misalnya
kacang tanah, mangga, apel, dan durian. Adapun tumbuhan monokotil adalah
kelompok tumbuhan yang bijinya mempunyai satu keping lembaga, misalnya jagung,
kelapa, dan padi. Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah sebagai berikut. 1.
Mengetahui adanya ketergantungan antara makhluk hidup. Pada abad ke-18, Carolus
dengan dua kingdom. Pada sistem klasifikasi Linnaeus, makhluk hidup yang
memiliki struktur tubuh yang sama ditempatkan dalam satu kelompok. Bila dalam
kelompok yang 26 lebih kecil lagi, begitu seterusnya. Hal ini menghasilkan setiap
kelompok kecil mempunyai persamaan ciri. Dengan cara seperti ini maka makhluk
yang ada di permukaan bumi ini dibedakan menjadi dua kelompok dunia kehidupan
besar, yaitu dunia hewan atau kingdom Animalia dan dunia tumbuhan atau kingdom
kecil yang disebut dengan takson-takson. Berikut tingkatan klasifikasi (takson) dalam
dunia tumbuhan dan hewan dari tingkatan tertinggi hingga terendah. Tumbuhan
Hewan Kerajaan (kingdom) Kerajaan (kingdom) Divisi (division) Filum (phylum)
Kelas (Classis) Kelas (Classis) Bangsa (ordo) Bangsa (ordo) Suku (familia) Suku
(familia) Marga (genus) Marga (genus) Jenis (species) Jenis (species) Tata Cara
makhluk hidup yang berlaku di dunia saat ini adalah nama ilmiah. Nama ilmiah
adalah nama makhluk hidup yang telah disepakati para ahli dalam suatu persetujuan
internasional. Kata-kata yang digunakan berasal dari bahasa Latin atau kata-kata 27
yang dianggap bahasa Latin. Glosarium - Binomial nomenclature : tata nama ganda -
Seluosa : polisakarida yang dihasilkan oleh sitoplasma sel tanaman yang membentuk
dinding sel. - Spora : alat perbanyakan yang terdiri atas satu atau beberapa sel yang
dihasilkan dengan berbagai cara pada tumbuhan rendah. Beberapa alasan mengapa
dalam penamaan ilmiah menggunakan bahasa Latin adalah sebagai berikut. 1. Agar
tidak ada kekeliruan dalam mengidentifikasi makhluk hidup karena tidak ada nama
makhluk hidup yang sama persis. 2. Nama ilmiah jarang berubah. 3. Nama ilmiah
ditulis dalam bahasa yang sama di seluruh dunia. Berikut penulisan nama ilmiah
menurut persetujuan internasional yang disebut dengan tata nama ganda atau
nama dengan dua kata dalam bahasa Latin. 2. Kata pertama menunjukkan nama
marga (genus) dan kata kedua merupakan petunjuk jenis (species). Kata pertama
dimulai dengan huruf kapital (huruf besar) dan kata kedua dimulai dengan huruf
kecil. 3. Kata ditulis menggunakan bahasa Latin dan dicetak dengan huruf yang
berbeda dengan huruf lain (italic jika diketik dengan komputer) atau dapat pula
dengan 28 diberi garis bawah pads setiap kata, jika ditulis dengan tangan. Contoh: 1.
dihasilkan oleh sitoplasma sel tanaman yang membentuk dinding sel. - Spora : alat
perbanyakan yang terdiri atas satu atau beberapa sel yang dihasilkan dengan berbagai
cara pada tumbuhan rendah. Beberapa alasan mengapa dalam penamaan ilmiah
menggunakan bahasa Latin adalah sebagai berikut. 1. Agar tidak ada kekeliruan
dalam mengidentifikasi makhluk hidup karena tidak ada nama makhluk hidup yang
sama persis. 2. Nama ilmiah jarang berubah. 3. Nama ilmiah ditulis dalam bahasa
yang sama di seluruh dunia. Berikut penulisan nama ilmiah menurut persetujuan
internasional yang disebut dengan tata nama ganda atau binomial nomenclature
(dipelopori oleh Carolus Linnaeus). 1. Setiap spesies diberi nama dengan dua kata
dalam bahasa Latin. 2. Kata pertama menunjukkan nama marga (genus) dan kata
kedua merupakan petunjuk jenis (species). Kata pertama dimulai dengan huruf
kapital (huruf besar) dan kata kedua dimulai dengan huruf kecil. 3. Kata ditulis
menggunakan bahasa Latin dan dicetak dengan huruf yang berbeda dengan huruf lain
(italic jika diketik dengan komputer) atau dapat pula dengan 28 diberi garis bawah
pads setiap kata, jika ditulis dengan tangan. Contoh: 1. Nama ilmiah padi adalah
Oryza sativa, Oryza adalah nama marganya, sedangkan sativa merupakan penunjuk
jenisnya. 2. Nama ilmiah pisang adalah Musa paradisiaca L., nama genus pisang
Linnaeus (disingkat L.). Klasifikasi Astern Lima Kingdom Pada tahun 1969, R. H.
Whittaker membagi sistem klasifikasi menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista,
Fungi, Plantae, dan Animalia. Klasifikasi ini didasarkan ada tidaknya membran inti,
cara membuat makanan, dan cara bergeraknya. 1. Monera Monera berasal dari kata
monares yang artinya tunggal. Monera memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Tubuh
terdiri dari satu sel. b. Inti sel tidak bermembran (prokariota). c. Dapat membuat
lipid disimpan dalam bentuk minyak. 29 Organisme yang termasuk dalam kingdom
umumnya tidak memiliki klorofil dan bersifaf heterotrof. Tempat hidupnya di mana-
mana. Berdasarkan bentuk tubuhnya, bakteri dibedakan menjadi tiga macam sebagai
berikut. 1) Bacillus, bakteri berbentuk batang atau basil. 2) Coccus, bakteri yang
berbentuk bola. 3) Spirillum, bakteri yang berbentuk-spiral. Bakteri ada yang bersifat
radicicola, terdapat dalam bintil akar kacang dapat menyuburkan tanah. 2) Contoh
Ganggang biru Ganggang biru atau yang dikenal Cyanobacteria merupakan ganggang
azollae, dapat digunakan sebagai pupuk. 2. Protista Protista memiliki ciri-ciri sebagai
berikut. a. Inti sel bermembran (eukariota). b. Tubuh terdiri atas satu sel atau banyak
sel, membentuk rantai, dan memiliki bagian yang istimewa yang mengalami
dan heterotrofik. d. Makanan cadangan berupa lipid dan disimpan dalam bentuk
minyak. e. Berkembang biak dengan cara seksual dengan konjugasi dan aseksual
ditemukan di sampah, kayu lapuk, atau serasah daun di hutan. 2) 2) Oomycota (Jamur
air), hidup di air, ditemukan pads tubuh serangga yang tergenang air. 3. Fungi (jamur)
32 Fungi atau yang jugs disebut dengan nama cendawan memiliki ciri-ciri sebagai
klorofil sehingga bersifat heterotrof. d. Dinding sel dari selulosa atau kitin atau dari
keduanya. e. Hidup di sampah, kayu lapuk, atau makanan basi dengan kelembapan
berikut. 1) Mempunyai struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. 2) Ukuran
tubuh relatif kecil. 3) Hidup di tempat yang lembap atau basah. 4) Dalam daur
sel-sel gamet dan fase aseksual dengan membentuk spora. Tumbuhan lumut
suplir, pakis, dan paku tiang. 2) Spermatophyte (tumbuhan berbiji) Tumbuhan biji
terbuka) Tumbuhan biji terbuka adalah tumbuhan yang bijinya tidak tertutup daun
buah sehingga terlihat dari luar. Tumbuhan biji terbuka dibagi menjadi beberapa
ordo, di antaranya sebagai berikut. - Cycadales, contohnya Cycas rumphii (pakis haji)
merkusii (pinus atau tusam) dan damar. b) Angiospdrmae (tumbuhan biji tertutup).
Tumbuhan biji tertutup adalah tumbuhan yang mempunyai biji yang terbungkus oleh
daun buah. Tumbuhan biji tertutup dibagi menjadi dua kelas sebagai berikut.
Berkeping satu Berkeping dua 2. Akar Berakar serabut Berakar tunggang 3. Bagian
Terdapat pada akar dan batang 5. Animalia Berdasarkan ada tidaknya tulang
Avertebrata, yaitu kelompok hewan yang tidak mempunyai tulang belakang.. Hewan
tak bertulang belakang dibagi menjadi delapan filum sebagai berikut. 1) Porifera
(cacing gelang), contohnya cacing palolo dan cacing wawo (kelas Polychaeta)N~
Tubifex dan Lumbricus terestris (kelas Oligochaeta), dan Hirudo medicinalis (kelas
(kelas Hexapods/ Insects), udang dan kepiting (kelas Crustacea), labalaba dan
Molluscs (hewan lunak), contohnya tiram dan kerang (kelas Pelecypoda), cumi-cumi
berkulit duri), contohnya bintang laut dan landak laut (kelas Echinodermata). b.
Vertebrate, yaitu kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Hewan bertulang
contohnya ikan pari dan ikan hiu (subkelas 37 Chondrichthyes), ikan gurami dan ikan
Urodela), katak (ordo Anura), dan Ichthyosis glutinous (ordo Apoda). 3) Reptilia
(hewan melata), contohnya ular piton dan komodo (super-ordo Squamata), penyu
merpati dan burung dara. 5) Mammalia (hewan menyusui), contohnya Platypus (ordo
Monotremata), kanguru (mamalia berkantung), trenggiling (mamalia tidak bergigi),
nama ilmiah. Tatan nama ilmiah yang berlaku secara internasional adalah tata nama
ganda atau sistem binomial nomenclature yang dipelopori oleh Carolus Linnaeus. 4.
Tingkatan dalam klasifikasi disebut takson yang terdiri dari filum (divisi untuk
tumbuhan), kelas (classis), bangsa (ordo), suku (familia), marga (genus), dan jenis
hidup dalam lima kingdom (kerajaan), yaitu Monera, Protista, Jamur (Fungi),
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas
ini dilaksanakan di Mts Ihyaul ulum Manyar Kabupaten Barito Timur Propinsi
Kalimantan Tengah, yang berada di luar kota sekitar 9 km dari kota Kabupaten. Mts
guru sebanyak 25 orang Guru PNS dan PHL terdiri dari 9 guru laki-laki dan 16 guru
perempuan serta 5 Tenaga Kependidikan. 3.2 Objek Penelitian Objek Penelitian ini
adalah Siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar, Kabupaten Lamongan
Kalimantan Tengah dengan jumlah siswa sebanyak 26, yang terdiri dari 10 siswa laki
– laki dan 16 siswa perempuan. 3.3 Prosedur Penelitian Waktu Penelitian Tindakan
Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan
Nopember 2014. Penelitian ini pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup
kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan
Siklus. 1. Siklus I Pada siklus ini membahas Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. 40 a.
observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk
tes tertulis dengan model pilihan ganda. b. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini
masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta
bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota
dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa
dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan
respon siswa serta guru. Sedangkan Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa
diperoleh dari tes hasil belajar siswa. d. Tahap Refleksi 41 Pada tahap ini dilakukan
komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut : 1. Siswa mencapai
ketuntasan individual ≥ 70. 2. Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa
mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa. 2. Siklus II
Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam
I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus I. 3.4 Teknik Pengumpulan
Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :
a. Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang kolaborator untuk
merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
pemahaman siswa. Instrumen yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini
terdiri dari: 1. Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa. 2.
Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa. 42 3. Lembar
observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
3.5 Teknik Analisa Data Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif,
seperti berikut ini : 1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui
ketuntasan Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi
Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual
jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70. Ketuntasan klasikal jika siswa yang
memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing
aktifitas 43
ti
Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi
Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes
hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer
pada hari Selasa 9 september 2014 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan
pendahuluan adalah 10 menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 50
menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit. Pada kegiatan pendahuluan,
guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2)
icebreaking yang dilakukan guru. Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar
tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi
bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk
mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Jika
terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan
dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan. Kegiatan akhir antara lain: (1)
melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan strategi ceramah, (2) siswa melakukan kilas balik tentang
pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan
belajar dengan bertepuk tangan gembira. c. Observasi Partisipasi siswa Kelas VIIA
Mts Ihyaul ulum Manyar ada Upaya Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran
cdramah. Hal ini 45 dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap
Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul
pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang
terjadi pada kondisi awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah
tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus I dengan harapan semua siswa mampu
meningkatkan hasil belajarnya. Partisipasi siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum
Manyar dalam kegiatan belajar mengajar IPA. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa
pada kondisi awal. Hasil belajar siswa pada kondisi awal tidak dengan penerapan
Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan jumlah 25 terdapat 15 siswa atau 60% yang
tuntas dan yang tidak tuntas ada 10 Siswa atau 40% yang tidak tuntas, dengan nilai
rata-rata sebesar 66,4. Data dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini. Tabel.1 hasil
ulangan harian kondisi awal No Nama Siswa Nilai Keterangan 1 Alta Triani 70
Tuntas 2 Aman Danu 70 Tuntas 3 Anggri Galih 50 Tidak Tuntas 4 Anggi Veronicha
Tuntas 8 Devri Anugrahnu 50 Tidak Tuntas 9 Diah Puspita 80 Tuntas 10 Dwi okta
Anuggrahnu 60 Tidak Tuntas 11 Ella Susana 70 Tuntas 12 Fajar Aprianto 50 Tidak
Pepinsky Aditya 60 Tidak Tuntas 19 Rito Francisco 70 Tuntas 20 Selli Talia Sari 70
Robby Hanan 70 Tuntas 25 Norliani 60 Tidak Tuntas Jumlah 1660 Rata-rata 66,4
Ketuntasan Klasikal 60% d. Refleksi Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
Makhluk Hidup dengan menerapkan ceramah ternyata hasil yang didapat nilai rata-
rata sebesar 66,4 dan secara klasikal sebesar 60%. Hal ini masih jauh dari harapan.
Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya
Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan Materi
Klasifikasi Makhluk Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan
hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian
tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak
sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab
dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran. 47
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk
orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS
terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap
sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa
yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti
memberikan penjelasan lebih detail tentang materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup
khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok
dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu
oleh pengamat. 4.1.2 Deskripsi hasil siklus 1 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan
sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan
Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya,
guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas,
tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Senin 22 September 2014 dari pukul 07.00
s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan
kegiatan inti adalah 50 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20 menit. Pada
kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa dan
mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3)
menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan
inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai
Aktif Tipe TGT, pertama-tama guru membagi siswa dalam 5 kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas
siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain
itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa
bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok
kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan
terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan
perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan
dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan. Kegiatan akhir siklus I antara lain:
kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3) siswa dan guru
Hasil Belajar Siswa Partisipasi siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar ada Upaya
Meningkatkan dalam Kegiatan Pembelajaran pada siklus 1 setelah dilakukan
penerapan Pembelajaran Aktif Tipe TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan
respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil
masalah yang muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan
adanya masalah yang terjadi pada siklus I, maka kami bersama pengamat
merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki pada siklus II dengan harapan
semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya. 50 Partisipasi siswa Kelas VIIA
Mts Ihyaul ulum Manyar dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini
terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan
jumlah siswa 25 orang, terdapat 20 siswa atau 80% yang tuntas dan yang tidak tuntas
ada 5 Siswa atau 20% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata 73. Data dapat dilihat pada
tabel 3 dibawah ini. Tabel.2 hasil ulangan harian siklus I No Nama Siswa Nilai
18 Pepinsky Aditya 65 Tidak Tuntas 19 Rito Francisco 75 Tuntas 20 Selli Talia Sari
aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model Pembelajaran Aktif
Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04
berarti termasuk kategori baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Untuk
mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan
kepada siswa setelah seluruh proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa
terhadap pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT, ditunjukan pada
tabel 3 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 25
siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT
Hidup. Siswa secara umum memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga merasa senang dengan LKS yang
digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru, dan model
siswa juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa
Aktif Tipe TGT. Tabel 3 Respons siswa terhadap model pembelajaran menggunakan
Pembelajaran Aktif Tipe TGT No . Uraian Tanggapan Siswa Senang Tidak Senang F
Materi pelajaran b. Lembar kerja siswa (LKS) c. Suasana Belajar di Kelas d. Cara
bagi kamu ? 25 100 0 0 Baru Tidak Baru F % F % 5. Apakah pembelajran ini baru
Pembelajaran Aktif Tipe TGT N=Jumlah: 25 orang 3) Aktifitas Guru Data hasil
tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa pengelolaan
Aktif Tipe TGT pada siklus I sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data
dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Data Hasil Ulangan Harian
menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT 54 No. Aspek yang diamati Skor
Suasana Kelas 3,0 2,5 2,5 3,0 Baik Baik Baik Baik Rata – Rata 2,75 Baik Keterangan
: 0 - 1,49 = kurang baik 1,5 - 2,49 = Cukup 2,5 - 3,49 = Baik 3,5 - 4,0 = Sangat Baik
karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada Upaya Meningkatkan
hasil belajar siswa pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Pada siklus 1 terdapat
pengamat, ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak
fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi
satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang
diberikan guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran. Dari temuan kekurangan tersebut
pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk
masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok
untuk menulis hasil kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian
maka data yang terkumpul menjadi lengkap sehingga siswa lebih memahami materi
pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya.
Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail tentang
Materi Klasifikasi Makhluk Hidup khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak
mampu dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang
Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada
materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Disamping itu guru juga membuat Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
2014 dari pukul 07.00 s.d 08.20 WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri
dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu
waktu untuk kegiatan inti adalah 40 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20
menit. Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu (1) menyapa
(3)menggali pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan
inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai
Aktif Tipe TGT, pertama-tama guru membagi siswa dalam 6 kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang
tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung.
Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi
57 siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa.Perwakilan setiap
kelompok kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain
akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika
terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang melakukan
perbaikan. Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan
dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan. Kegiatan akhir siklus II antara
pembelajaran dengan strategi Pembelajaran Aktif Tipe TGT, (2) siswa melakukan
kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)siswa dan guru
Hasil Belajar Siswa Partisipasi siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar ada Upaya
TGT. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan respons siswa terhadap Kegiatan
Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang muncul pada saat
proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul
ulum Manyar dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan IPA. Hal ini terlihat dari
hasil belajar siswa pada 58 siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT dengan
jumlah 25 siswa, terdapat 23 siswa atau 92% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 2
Siswa atau 8% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 78,8. Data dapat dilihat
pada tabel 5 dibawah ini. Tabel.5 Hasil ulangan harian pada siklus II No Nama Siswa
Nilai Keterangan 1 Alta Triani 80 Tuntas 2 Aman Danu 80 Tuntas 3 Anggri Galih 70
Tidak Tuntas 13 Jesen 85 Tuntas 14 Mely Hawini 60 Tidak Tuntas 15 Mula wahyuni
Aditya 70 Tuntas 19 Rito Francisco 80 Tuntas 20 Selli Talia Sari 80 Tuntas 21 Susi
tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT N = Jumlah: 24 orang 59 2) Aktifitas Guru Data
kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT ditunjukan pada tabel 4, bahwa
materi pelajaran Menentukan Luas dan Volume pada siklus I sebesar 2.93 yang
berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6.
Pesiapan Pelaksanaan Pengelolaan Kelas Suasana Kelas 3,25 3,00 3,00 3,50 Baik
Baik Baik Baik Rata – Rata 3,2 Baik Keterangan : 0 - 1,49 = kurang baik 1,5 - 2,49 =
Cukup 2,5 - 3,49 = Baik 3,5 - 4,0 = Sangat Baik 3) Refleksi Tujuan utama penelitian
ini adalah untuk mengetahui Upaya Meningkatkan hasil belajar pada Materi
Pembelajaran 60 Aktif Tipe TGT. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Materi
pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup. Menurut pengamat, ada beberapa hal yang
menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS
sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua,
siswa banyak melakukan hal – hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain
dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu
menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di akhir
pelajaran. Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru
selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah yang pertama peneliti
menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan agar
semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi
mengurangi siswa yang saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang
oleh kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini
penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas VIIA
Mts Ihyaul ulum Manyar untuk Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan model
pembelajaran mengunakan ceramah diperoleh nilai rata – rata kondisi awal sebesar
66,4 dengan nilai tertinggi adalah 80 terdapat 4 orang dan nilai terendah adalah 50
terdapat 4 orang dengan ketentusan belajar 60% dan yang tidak tuntas 40%. Hasil
penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum
Manyar pada siklus 1 untuk Materi Klasifikasi Makhluk Hidup dengan model
Pembelajaran Aktif Tipe TGT diperoleh nilai rata – rata siklus 1 sebesar 73 dengan
nilai tertinggi adalah 90 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 55 terdapat 2
orang dengan ketentusan belajar 80% dan yang tidak tuntas 20%. Sedangkan pada
siklus II untuk materi Materi Klasifikasi Makhluk Hidup diperoleh nilai rata – rata
siklus II sebesar 78,8 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai
terendah adalah 60 terdapat 2 orang dengan ketuntasan belajar 92% dan yang tidak
tuntas 8%. Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah
siswa yang sama, ini disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk
belajar dan sering tidak masuk sekolah. Berdasarkan data hasil belajar siswa dari
siklus I dan siklus II menunjukan adanya Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa
Luas dan Volume. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II menunjukan Upaya
Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu Menentukan Luas dan
Volume. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II Sudah menerapkan model
Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup menurut
penilaian pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun
aktivitas siswa yang dinilai oleh pengamat adalah aspek aktivitas siswa: mendengar
dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama dalam kelommpok, bekerja dengan
guru. Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling
dominan dilakukan yaitu bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini
menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama dan bertanggung jawab untuk
mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso (dalam anam,
Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan yang baik dalam
mengelola Pembelajaran Aktif Tipe TGT pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidupl.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam
mengelola kegiatan mengajar, yang berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam
merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga minat dan motivasi siswa
dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter (dalam
Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam
Aktif Tipe TGT Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran
kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT yang diterapkan oleh peneliti
menunjukan bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana
belajar dan cara penyajian materi oleh guru. Menurut siswa, dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Aktif Tipe TGT mereka lebih mudah
memahami materi pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar
siswa tercipta semakin baik dengan adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan
siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe 64 Pembelajaran Aktif Tipe TGT
disebabkan suasana belajar dikelas yang agak ribut. Seluruh siswa (100%)
menggunakan Pembelajaran Aktif Tipe TGT bermanfaat bagi mereka, karena mereka
dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang didapat mudah diingat. 65
Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa
Kelas VIIA Mts Ihyaul ulum Manyar. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas,
maka peneliti dapat memberikan saran–saran, yaitu: 1) Kepada guru yang mengalami
kesulitan yang dapat menerapkan Pembelajaran Aktif Tipe TGT sebagai alternatif
yang ingin menerapkan Pembelajaran Aktif Tipe TGT disarankan untuk membikin
Pembelajaran Aktif Tipe TGT yang lebih menarik dan bervariasi. 66 DAFTAR
Tahun 2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas -------------. 1999. Pedoman
Kemdiknas -------------. 2011. Paikem Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
Sudjana, Nana. 2012. Tujuan Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Suyatno. 2009.
ulangan harian, ujian blok, ujian remedi, nilai tugas-tugas lainnya 2 KEGIATAN
kelompok -Siswa mencatat jawaban pada buku catatan C. PENUTUPAN a. Post Test
Pembinaan :.......................................................................................................
Mencatat hasil kegiatan sesuai LKS 5 Diskusi kelompok tentang hasil kegiatan 6
………
BAB I
PENDAHULUAN
bidang IPA. Perkembangan dari bidang IPA tidak mungkin terjadi bila tidak
pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari
Nilai mata pelajaran IPA yang rata-rata masih rendah bila dibandingkan dengan
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau
menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu,
guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan
rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya
untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang
motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari
disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,
sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik.
siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai
dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih
4). Dalam metode pembelajaran penemuan terbimbingn siswa lebih aktif dalam
terbimbing lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode
siswa, yang ditandai dengan peningkatan prestasi belajar siswa setiap putaran.
peningkatan pola berpikir kritis dan kreatif pada kelas yang berdampak positif
terhadap hasil belajar yang dicapai lebih baik daripada tanpa diberi metode
Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat Tahun
Pelajaran 2008/2009”.
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
motivasi belajar siswa pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun
pelajaran 2008/2009?
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat
palajaran 2008/2009.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan.
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPA
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
(produk).
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
2000:5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pengajaran IPA.
masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Metode pembelajaran yang ekstrim
seperti ini sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik belum sebagai ilmuwan,
tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih memerlukan bantuan
dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu yang murni. Jadi
merupakan salah satu dari jenis metode pembelajaran penemuan. Oleh Howe
model in tidak sepenuhnya diserahkan pada siswa, namum guru masih tetap ambil
fasilitator. Tugas ini tidaklah mudah, lebih-lebih kalau menghadapi kelas besar
atau siswa yang lambat atau sebaliknya amat cerdas. Karena itu sebelum
mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam tiap hal pemahaman konsep-konsep
yang akan diajarkan maupun memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di kelas
2001:18).
menerima saja.
dapat berdiri sendiri (hanya dapat digunakan jika ada keterlibatan metode
konsep.
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan
2. Macam-macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
yang pokok.
adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak
dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
b. Motivasi Ekstrinsik
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
2000:29).
motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
sesuatu perbuatan.
guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat
yang besar.
belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti
dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada
ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan
mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan
motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,
hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara
Penemuan Terbimbing
sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu
dengan lebih baik (Nur, 2001:3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
penemuan terbimbing akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih
baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu,
tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi
yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang
tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat
G. Kerangka Teori
Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
METODOLOGI PENELITIAN
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
yaitu:(1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif,
(3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial
eksperimental.
(dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada:(1)
tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti
dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4)
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru
sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini,
pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam
proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam
penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu
siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini
berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
A. Rancangan Penelitian
hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung
atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan
dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam
terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-
benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih
dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
Refleksi Rencana
awal/Siklus 1
Tindakan/
Observasi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Rencana yang
direfisi/Siklus 3
Tindakan/
Observasi
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahasa satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
2. Waktu Penelitian
C. Subyek Penelitian
D. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus.
seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui
guru selain itu diadakan diskusi antara guru sebagai peneliti dengan para
tersebut akan diapat ditentukan bersama-sama antara guru dan pengamat untuk
motivasi, aktivitas dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka tindakan yang paling tepat adalah dengan
pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi dalam setiap siklus.
berikut ini.
1. Tahap Perencanaan
3. Tahap Observasi
telah dipersiapkan.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini kegiatannya yaitu meliputi analisis data yang diperoleh
pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat
selanjutnya.
E. Instrumen Penelitian
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
3. Tes formatif
pengetahuan alam pada pokok bahasan operasi hitung pecahan. Tes formatif
ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan
ganda (objektif).
F. Analisis Data
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
Σ N = Jumlah siswa
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2
dengan
= Rata-rata
= Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
BAB IV
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
belajar mengajar.
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 2 2,5
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 1 2 1,5
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama 3 3 3
siswa 3 3 3
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
I 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan 3 3 3
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 3 3 3
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan 3 3 3
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 3 3
2. Memberikan evaluasi 3 3 3
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 3 3 3
2. Guru Antusias 3 3 3
Jumlah 31 31 31
kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus
I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan
dominan pada siklus I adalah memberi umpan balik dan membimbing dan
menjelaskan materi yang sulit dan menjelaskan materi yang sulit yaitu
65,22% atau ada 15 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru
dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-
siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
berikut.
Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 3 3 3
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3 3
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan 3 3 3
bersama siswa 4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil 4 4 4
I
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 4 4 4
mempresentasikan hasil kegiatan belajar
mengajar 3 3 3
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 4 3,5
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 4 3 3,5
2. Guru Antusias 4 4 4
Jumlah 42 42 42
tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa
aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah Bekerja dengan
buku, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru yaitu 20,21%,
adalah 73,48 dan ketuntasan belajar mencapai 78,26% atau ada 18 siswa
dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-
siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Penilaian Rata
No Aspek yang diamati
P1 P2 -rata
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa 4 4 4
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan 4 4 4
bersama siswa 4 4 4
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil 4 4 4
I
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk 4 4 4
mempresentasikan hasil kegiatan belajar
mengajar 3 3 3
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 4 3,5
2. Memberikan evaluasi 4 4 4
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
Antusiasme Kelas
III 1. Siswa Antusias 4 3 3,5
2. Guru Antusias 4 4 4
Jumlah 45 45 45
kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan
paling dominan pada siklus II adalah memberi umpan balik yaitu 16,67%,
sebesar 77,39 dan dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa dan 2
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
d. Revisi Pelaksanaan
terbimbing dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
B. Pembahasan
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 65,22%, 78,26%, dan 91,30%. Pada
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,22%), siklus II
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian inihanya
Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.
Penilaian
No Aspek yang diamati
Ya Tidak 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan.
3. Membimbinga siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mempresentasikan hasil
penyelidikan.
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.
(…………………………..)
Lampiran 2
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM
Nama Guru:
Jakarta, 2008
Pengamat
(…………………….)
Lampiran 3
Keterangan:
Rata-rata (x)
Keterangan:
Rata-rata (x)
Lampiran 5
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III
Nama (Guru-
No. RP I (90 menit) Jumlah
Siswa) P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru P1 2 2 4 4 2 7 2 4 3 30
P2 2 2 2 4 4 6 4 3 3 30
Rata-rata X 2 2 3 4 3 6,5 3 3,5 3 30
Prosentase % 6,67 6,67 10.00 13,33 10.00 21,67 10.00 11,67 10.00 100
P1 5 3 6 5 2 2 2 2 3 30
Sampel siswa 1
P2 5 4 6 5 1 2 3 2 2 30
P1 5 5 6 4 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 2
P2 6 5 4 6 2 0 2 3 2 30
P1 5 4 8 3 2 3 1 2 2 30
Sampel siswa 3
P2 5 3 6 5 2 3 1 3 2 30
P1 6 4 5 5 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 4
P2 7 5 4 6 1 2 1 2 2 30
P1 6 5 6 4 2 1 2 2 2 30
Sampel siswa 5
P2 8 5 6 4 1 2 0 2 2 30
P1 6 4 8 4 1 1 2 2 2 30
Sampel siswa 6 P2 7 3 6 4 1 1 3 2 3 30
P1 4 5 7 3 2 2 2 2 3 30
Sampel siswa 7
P2 7 3 6 6 0 0 3 3 2 30
P1 5 5 6 2 2 2 2 2 4 30
Sampel siswa 8
P2 6 4 7 4 2 1 2 2 2 30
P1 42 35 52 30 15 15 15 16 20 240
Jumlah
P2 51 32 45 40 10 11 15 19 17 240
Rata-rata X 46.5 33.5 48.5 35 12.5 13 15 17.5 18.5 240
Prosentase rata-rata % 19.38 13.96 20.21 14.58 5.21 5.42 6.25 7.29 7.71 100
Keterangan:
Rata-rata (x)
Lampiran 6
Hasil Tes Formatif Pada Siklus I
Keterangan
No. Absensi Nilai
T TT
1 50 √
2 80 √
3 60 √
4 80 √
5 70 √
6 80 √
7 50 √
8 40 √
9 70 √
10 70 √
11 60 √
12 80 √
13 70 √
14 80 √
15 70 √
16 50 √
17 70 √
18 60 √
19 80 √
20 70 √
21 70 √
22 60 √
23 90 √
Jumlah 1560 15 8
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas :8
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1560
Skor Tercapai : 67,82
Persentase Ketuntasn : 65,22%
Klasikal : Belum tuntas
Lampiran 7
Hasil Tes Formatif Pada Siklus II
Keterangan
No. Absensi Nilai
T TT
1 70 √
2 60 √
3 80 √
4 80 √
5 80 √
6 70 √
7 60 √
8 60 √
9 90 √
10 90 √
11 80 √
12 80 √
13 80 √
14 80 √
15 70 √
16 60 √
17 60 √
18 70 √
19 80 √
20 70 √
21 70 √
22 70 √
23 80 √
Jumlah 1690 18 5
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 18
Jumlah siswa yang belum tuntas :5
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1690
Skor Tercapai : 73,48
Persentase Ketuntasan : 78,26
Klasikal : Belum tuntas
Lampiran 8
Hasil Tes Formatif Pada Siklus III
Keterangan
No. Absensi Nilai
T TT
1 90 √
2 90 √
3 80 √
4 80 √
5 90 √
6 80 √
7 70 √
8 80 √
9 60 √
10 80 √
11 90 √
12 90 √
13 90 √
14 80 √
15 70 √
16 70 √
17 70 √
18 70 √
19 80 √
20 70 √
21 60 √
22 70 √
23 80 √
Jumlah 1790 21 2
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 21
Jumlah siswa yang belum tuntas :2
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1790
Skor Tercapai : 77,39
Persentase Ketuntasan : 91,30
Klasikal : Tuntas
Oleh
NAMA GURU
NIP: 130 000 000
Nama Guru, 2008. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode
Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta
Pusat Tahun Pelajaran 2008/2009
Halaman
Abstrak.............................................................................................................. iii
Kata Pengantar.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
D. Motivasi Belajar.................................................................. 13
E. Prestasi Belajar IPA ........................................................... 17
A. Rancangan Penelitian.......................................................... 21
B. Pembahasan ....................................................................... 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 46
B. Saran................................................................................... 46