Disusun oleh :
FIRMAN, S.Pd
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
Judul
Disusun oleh :
FIRMAN, S.Pd
Disahkan oleh :
Pada hari ini Rabu Tanggal Sebelas Jnuari Tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga, bertempat di
SMKN 1 Naringgul, yang dihadiri oleh 25 (Dua Puluh Lima) Peserta, telah diseminarkan
sebuah Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar
Materi Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan
Internasional dengan Model Pembelajaran Prolem Based Learning (PBL) pada siswa kelas
XI di SMKN 1 Naringgul”.
Disusun oleh :
FIRMAN, S.Pd
Pembahas :
1. .................................... (......................................)
2. .................................... (......................................)
Moderator, Notulis,
.................................... ....................................
NIP..................................... NIP.....................................
Mengetahui:
Kepala SMKN 1 NARINGGUL Narasumber,
Nama : ....................................
NIP : ....................................
Jabatan : Kepala Perpustakaan SMKN 1 Naringgul.
Dengan ini menerangkan bahwa kami menerima sebuah Laporan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) sebagai berikut:
Demikian keterangan ini kami buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas limpahan rahmat
dan karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. Adapun judul laporan
penelitiani ini adalah, ”Peningkatan Hasil Belajar Materi Peran Indonesia Dalam Menciptakan
Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional Dengan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) pada kelas XI di SMKN 1 Naringgul”.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kami sampaikan kepada:
1. Ibu Endang Susilastuti, S.E.,M.M.Pd selaku Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Wilayah VI Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
2. Drs. Ucerman, MM selaku Pengawas Pembina
3. Bapak Sopian Iskandar Mustopa, S.E., M.M selaku Kepala SMKN 1 NARINGGUL
4. Jumakir, S.Pd.,MM selaku pembimbing.
5. Semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu
Kami mengharapkan kritik dan sarannya sehingga laporan penelitian ini menjadi lebih
berkualitas.
Akhir kata semoga laporan penelitian ini memberikan makna dan manfaat khususnya dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Penelitian ini berjudul:“ Peningkatan Hasil Belajar Materi Peran Indonesia Dalam
Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional Dengan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kelas XI di SMKN 1 Naringgul”.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional Dengan
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada kelas XI di SMKN 1 Naringgul.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan (Action
Research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan setiap siklus terdiri dari: Perencanaan,
Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa
Kelas XI di SMKN 1 Naringgul.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan:
1. Bagi Guru yang mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan Hasil Belajar
Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas XI.
2. Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka dihaharapkan guru lebih memahami Model
Pembelajaran Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. i
HALAMAN PENGESAHAN ii
BERITA ACARA SEMINAR iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GRAFIK.................................................................................................. iXI
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... XI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1 Kajian Teori.................................................................................... 4
2.1.1 HasilBelajar………………........................................................... 4
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif............................................................. 4
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments…….. 7
2.1.3 - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia9
Melalui Hubungan Internasional ………..
………………………………………
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 15
3.1 Setting Penelitian........................................................................... 15
3.2 Subjek Penelitian............................................................................ 15
3.3 Prosedur Penelitian........................................................................ 16
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 18
3.5 Teknik Analisa Data....................................................................... 18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 20
4.1 Hasil Penelitian............................................................................... 20
4.1.1 Deskripsi kondisi awal........................................................... 20
4.1.2 Deskripsi Hasil siklus I.......................................................... 22
4.1.3 Deskripsi Hasil Siklus II......................................................... 29
4.2 Pembahasan.................................................................................. 37
BAB V PENUTUP........................................................................................... 40
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 40
5.2 Saran............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 41
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................... 42
BAB I PENDAHULUAN
Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif
dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika
yang diharapkan.
Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas XI SMKN 1
Naringgul, Kabupaten Cianjur, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Pendidikan
Kewarganegaraan siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak, ada
enam aspek, yaitu : gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan
membedakan secara visual, ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek
dan komunikasi.
Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses belajar
mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah
dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya
mempertahankanya apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak
kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan
kreativitasnya
4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif
(sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku. Kemampuan
siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama
dalam menilai hasil yang dicapai Pendidikan Kewarganegaraannya
maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri
terutama dalam menilai hasil yang dicaPendidikan Kewarganegaraannya
maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar, Setelah
melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai dengan ciri-ciri
tersebut di atas.
Pembelajaran Kooperatif
mengelompokan siswa yang memiliki kemmpuan yang beragam dan tidak membedakan
ras, suku, budaya maupun jenis kelamin.
Unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif
Menurut ibrahim, unsur – unsur dasar pembelajaraan kooperatif adalah sebagai berikut :
Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan
bersama”.
Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka
sendiri.
Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalamkelompoknya memiliki tujuan yang
sama.
Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungijawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan yang akan dikenakan
utnuk semua anggota kelompok.
Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya.
Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individu materi yang akan ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik dan optimal hendaknya guru tidak
meninggalkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif seperti yang telah diuraikan di atas.
Tujuan pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep
yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa
pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif dapat merubah norma budaya anak muda
dan membuat budaya lebih dalam tugas – tugas pembelajaraan.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif diharapkan mendapatkan hasil belajar akademik
yang maksimal yaitu mampu memahami konsep-konsep yang sulit serta dapat mengubah
norma budaya anak muda menjadi budaya lebih untuk menyelesaikan tugas-tugas dengan
baik.
Penerimaan terhadap keragaman
Efek samping yang kedua dari model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas
terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak
mampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas–tugas
bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untk menghargai
satu sama lain.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan efek yang positif
terhadap nilai keragaman dimana peserta didik mampu menerima perbedaan baik ras, suku,
budaya, kelas social maupun kemampuan.
(enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu sesuai tabel berikut ini.
Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda Dari pembelajaran
tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Meskipun kerja sama merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari, untuk
mengaktualisasikan kansep tersebut ke dalam suatu bentuk perencanaan perbelajaran atau
program satuan pelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan peran guru dan
siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang benar-benar berbasis
kerjasama atau gotong royong.
Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hampir seluruh mata pelajaran
dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa
yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap
meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orangpeserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta
yang berasal dari kelompok yang lama.
Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali
dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan
membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas
meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap
pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca coaldan pemain yang pertama dengan cara
undian. Kemudian pemain yang menangundian mengambil kartu undian yang berisi nomor
soal dan diberikan kepada pembaca soal.
Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yangdiambil oleh pemain.
Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemaindan penantang sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka
pemain akan membacakan hasilpekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah
jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan
kepadapemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban
benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada
kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana postisi pemain
diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satumeja turnamen dapat berperan
sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang.
Di sini Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus
mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.
Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain. Setelah
semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang
diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah
disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.
Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang
diperoleh kepada ketua kelompok.
Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang
telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh
kelompoknya.
Penghargaan Kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor
kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor
yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota
kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oieh kelompok
tersebut.
Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan
pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan
pada tabel berikut.
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer (skor tinggi), Low Middle Scorer (skor
rendah), Low Scorer (skor terendah).
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ada beberapa tahapan yang
perlu ditempuh, yaitu:
Mengajar (teach)
Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegtiatan yang
harues dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.
Belajar Kelompok (team study)
Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan
kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru
menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen
menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama,
saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam
mer jawab.
Permainan (game tournament)
Permainan diikuti oleh anggota kelompok darti masing-masing kelompok yang berbeda.
Tujuan Dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah
menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi
yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.
Penghargaan kelompok (team recognition)
Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh
kelompokdari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana
penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategorti rerata poin sebagai
berikut.
Tabel. 4 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria Predikat
(Rerata Kelompok)
30 sampai 39 Tim Kurang Baik
40 sampai 44 Tim Baik
45 sampai 49 Tim Baik Sekali
50 ke atas Tim Istimewa
(Sumber: Slavin, 1995
Ukuran normatif. Demokrasi adalah partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan pada
penetapan kebijakan. Ada pemilu yang jurdil, perekrutan kepemimpinan yang teratur,
penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan kebebasan pers.
Ukuran demokrasi yang mapan (consolidated democracy). Negara dikatakan demokratis atau
sebuah demokrasi dikatakan telah mapan apabila memiliki lima arena, yaitu adanya civil
society (masyarakat madam), political society (masyarakat politik), economic society
(masyarakat ekonomi), rule of law (aturan main: undang-undang dan peraturan), dan state
apparatus (aparatur negara) yang berfungsi dengan baik.
Dari segi pelaksanaan, menurut Inu Kencana, demokrasi terbagi atas dua model berikut.
Demokrasi langsung
Demokrasi langsung terjadi bila rakyat mewujudkan kedaulatannya pada suatu negara secara
langsung. Pada demokrasi langsung, lembaga legislatif hanya berfungsi sebagai lembaga
pengawas jalannya pemerintahan. Pemilihan pejabat eksekutif (presiden, wapres, gubernur,
dan walikota) dilakukan oleh rakyat secara langsung melalui pemilu. Pemilihan anggota
parlemen atau legislatif (DPR dan DPD) juga dilakukan rakyat secara langsung.
Demokrasi tidak langsung (demokrasi perwakilan)
Demokrasi tidak langsung terjadi apabila rakyat mewujudkan kedaulatannya tidak melalui
pihak eksekutif, melainkan melalui lembaga perwakilan. Pada demokrasi tidak langsung,
lembaga perwakilan/parlemen dituntut peka terhadap berbagai hal yang menyangkut
kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan pemerintah atau negara.
Secara etimologis, demokrasi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
demos yang berarti rakyat atau penduduk dan kratos atau kratein yang berarti kekuasaan atau
kedaulatan. Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan negara yang kedaulatannya berada
di tangan rakyat.
Prinsip-Prinsip - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui
Hubungan Internasional
Demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Negara yang menganut demokrasi dicirikan oleh adanya pemerintahan berdasarkan
kedaulatan rakyat.
Mewujudkan demokrasi bukanlah hal mudah. Demokrasi tidak dirancang demi efisiensi,
melainkan demi pertanggungjawaban. Sebuah pemerintahan demokratis mungkin tidak bisa
bertindak secepat pemerintahan diktator. Namun, ketika tindakan diambil, dukungan publik
bisa dipastikan muncul. Setiap bangsa harus menata pemerintahan yang berpijak pada sejarah
dan kebudayaan sendiri. Namun demikian, terdapat prinsip-prinsip dasar yang harus ada
dalam setiap bentuk demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi ini disebut sebagai nilai yang
universal. Sebagai contoh, tata cara pembuatan undang-undang sangat bervariasi antara satu
negara dan negara lainnya. Namun, proses pembuatan tersebut harus mematuhi prinsip dasar
keterlibatan rakyat, sehingga mereka merasa memiliki undang-undang tersebut.
Masyarakat Madani
Ukuran demokrasi yang mapan menuntut adanya civil society (masyarakat madani). Apakah
masyarakat madani itu?
Istilah madani secara umum dapat diartikan sebagai “adab atau beradab”. Masyarakat madani
dapat didefinisikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani,
dan memaknai kehidupannya. Untuk dapat mencapai tata masyarakat seperti ini, persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain adanya keterlibatan dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama, kontrol masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan,
serta keterlibatan dan kemerdekaan masyarakat dalam mernilih pemimpinnya. Ketiga hal
tersebut merupakan sebuah jembatan yang akan menghubungkan suatu negara dengan
kehidupan masyarakat yang demokratis.
Ciri-Ciri Masyarakat Madani
Free public sphere (ruang publik yang bebas) Ruang publik diartikan sebagai wilayah di
mana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik.
Warga negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul, serta memublikasikan informasi kepada publik. Dengan demikian,
tidak mungkin terjadi pembungkaman kebebasan warga negara dalam menyalurkan
aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh pemerintah yang berkuasa.
Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik rasional
masyarakat yang secara ekplisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi. Dalam kerangka itu,
hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat madani. Pelaku politik dalam
suatu negara (state) cenderung menyumbat masyarakat sipil. Mekanisme demokrasilah yang
memiliki kekuatan untuk mengoreksi kecenderungan itu.
Sementara itu, untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat
berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian. Syarat-syarat tersebut berbanding
lurus dengan kesediaan untuk menerima dan memberi secara berimbang. Dengan demikian,
mekanisme demokrasi antarkomponen bangsa, terutama pelaku politik praktis, merupakan
bagian terpenting dalam menuju masyarakat madani.
Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap
sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat
madani untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta
aktivitas yang dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat lain yang berbeda.
Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus bahwa
masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan rahmat Tuhan.
Oleh karena itu, tidak ada masyarakat yang tunggal, monolitik, sama, dan sebangun dalam
segala segi.
Keadilan sosial (social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional antara hak
dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Hal ini
memungkinkan jika tidak ada monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan pada
seseorang atau sekelompok masyarakat. Intinya, masyarakat memiliki hak yang sama dalam
memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah (penguasa).
Berikut ini pilar-pilar penegak demokrasi.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Supremasi hukum.
Perguruan tinggi.
Partai politik.
Partisipasi sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang baik bagi
terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat terjadi apabila tersedia
iklim yang memungkinkan otonomi individu terjaga. Antitesis (lawan) masyarakat madani
adalah tirani yang memasung kehidupan bangsa secara kultural dan struktural, serta
menempatkan cara-cara manipulatif dan represif sebagai instrumen sosialnya. Masyarakat
dalam sebuah tirani pada umumnya tidak memiliki daya yang berarti untuk memulai sebuah
perubahan. Tidak ada tempat yang cukup luas untuk mengekspresikan partisipasinya dalam
proses perubahan. Tirani seperti inilah, berdasarkan catatan sejarah, yang menjadi simbol-
simbol yang dihadapi secara permanen oleh gerakan masyarakat sipil. Mereka senantiasa
berusaha keras mempertahankan status quo tanpa memedulikan rasa ketidakadilan yang
berkembang dalam masyarakat. Pada masa Orde Baru, cara-cara mobilisasi sosial lebih
banyak dipakai daripada partisipasi sosial, sehingga partisipasi masyarakat menjadi bagian
yang hilang di hampir seluruh proses pembangunan. Namun, kemudian terbukti bahwa
pemasungan partisipasi secara akumulatif berakibat fatal terhadap keseimbangan sosial
politik. Masyarakat yang kian cerdas menjadi sulit ditekan, sehingga memunculkan protes-
protes sosial yang berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat pada sistem yang berlaku.
Dengan demikian, jelas terbukti bahwa partisipasi merupakan karakteristik yang harus ada
dalam masyarakat madani. Tanpa adanya partisipasi, yang ada hanyalah demokrasi semu
(pseudo-democracy), sebagaimana yang pernah dipraktikkan oleh rezim Orde Baru.
Supremasi hukum
Penghargaan terhadap supremasi hukum merupakan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan
harus diposisikan secara netral. Artinya, tidak ada pengecualian untuk memperoleh kebenaran
di atas hukum. Hal ini bisa terjadi apabila terdapat komitmen yang kuat antarkomponen
bangsa untuk saling mengikat diri dalam sistem dan mekanisme yang disepakati bersama.
Demokrasi tanpa didukung oleh penghargaan terhadap tegaknya hukum akan mengarah pada
dominasi mayoritas yang dapat menghilangkan rasa keadilan kelompok minoritas. Partisipasi
tanpa diimbangi penegakan hukum akan membentuk masyarakat tanpa kendali.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa masyarakat madani merupakan bentuk sinergi dari
pengakuan hakhak untuk mengembangkan demokrasi yang didasari oleh kesiapan dan
pengakuan pada partisipasi rakyat. Di dalamnya ada peran hukum strategis sebagai alat
pengandalian dan pengawasan dalam masyarakat.
Demokrasi Di Indonesia
Setiap negara mempunyai ciri khas pelaksanaan demokrasinya yang ditentukan oleh sejarah
negara yang bersangkutan, kebudayaan, pandangan hidup, dan tujuan yang ingin dicapainya.
Demokrasi Indonesia adalah demokrasi Pancasila, yaitu pemerintahan rakyat berdasarkan
nilai-nilai filsafat Pancasila atau pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat berdasarkan sila-
sila Pancasila.
Namun, belum ada kesatuan pendapat para ahli mengenai rumusan pengertian demokrasi
Indonesia secara definitif. bagi wacana publik mulai tampak. Saat itulah wacana baru seperti
demokratisasi, kesenjangan sosial, gender, dan lingkungan mulai muncul.
Landasan formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945, dan ketetapan- ketetapan MPR.
Orde Baru (Orba) melakukan koreksi total terhadap penyelewengan UUD 1945 yang terjadi
pada era Orde Lama. Contohnya, menghapuskan Tap No. III/MPRS/1963 tentang
pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup; memberikan DPR-GR beberapa hak
kontrol, tetapi tetap berfungsi membantu pemerintah; dan pimpinan DPR-GR tidak lagi
merangkap jabatan menteri. Orba menerapkan “Demokrasi Pancasila”.
Secara umum, Demokrasi Pancasila memandang kedaulatan rakyat sebagai inti sistem
demokrasi. Rakyat mempunyai hak yang sama untuk menentukan dirinya sendiri. Pemerintah
juga menjamin rakyat untuk menjalankan hak politiknya. Perumusan Demokrasi Pancasila
adalah sebagai berikut.
Demokrasi dalam bidang politik pada hakikatnya adalah menegakkan kembali asas-asas
hukum dan kepastian hukum.
Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakikatnya adalah kehidupan yang layak bagi
semua warga negara.
Demokrasi dalam bidang hukum pada hakikatnya adalah pengakuan dan perlindungan
HAM, serta peradilan yang bebas dan tidak memihak.
Namun, dalam kenyataannya, Demokrasi Pancasila masa Orba hanya sebatas gagasan, belum
sampai pada tataran penerapan.Dalam praktik kenegaraan dan pemerintahan, rezim ini tidak
memberi ruang bagi kehidupan demokrasi. Rezim Orba ditandai oleh: (1) dominannya
peranan ABRI; (2) birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik; (3)
pengebirian peran dan fungsi partai politik; (4) campur tangan pemerintah dalam berbagal
urusan partai politik dan publik; (5) masa mengambang; (6) monopoli ideologi negara; serta
(7) inkorporasi lembaga nonpemerintah. Tujuh ciri tersebut, menurut M. Rusli Karim,
mengakibatkan terjadinya hubungan negara versus masyarakat dan nilai- nilai demokrasi
belum ditegakkan dalam Demokrasi Pancasila.
Orde Baru berupaya menanamkan keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
politik hanya bisa dicapai dengan membatasi partisipasi politik. Setiap individu harus
mendahulukan kewajiban daripada hak. Masyarakat hidup dalam lingkup paham
kekeluargaan, tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin. Tugas pemimpin
adalah menafsirkan kehendak rakyatnya, sementara tugas rakyat adalah mengikuti pemimpin.
Singkatnya, negara adalah sesuatu yang integral, dengan batas-batas yang akhirnya malah tak
jelas. Orde Baru membiasakan kita akrab dengan istilah negara integralistik dan negara
kekeluargaan, hingga sederet konsep turunannya, seperti Demokrasi Pancasila, asas
kekeluargaan, dan sistem musyawarah mufakat.
Pada masa Orde Baru, terdapat program indoktrinasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4). P4 dimaksudkan untuk menciptakan sebuah masyarakat yang bebas dari nilai-
nilai sektarianisme (terpisah atas golongan, budaya, agama, dan sebagainya). Dengan kata
lain, masyarakat yang bebas dari perbedaan pendapat. Menghindari perbedaan pendapat
berarti menciptakan harmoni. Harmoni hadir dalam, sebuah keseragaman ide. Perbedaan
pendapat dianggap berpotensi melahirkan konflik. Dengan demikian, output dari semua
skema besar ini adalah manusia Indonesia yang menjalani perannya sendiri secara maksimal, layaknya
mesin dalam kerja besar pembangunan.
Gelombang perubahan yang dilakukan oleh Orde Baru memang sangat dahsyat. Rezim ini melahirkan
Indonesia yang benar-benar berbeda dari periode sebelumnya. Negara hadir di mana-mana dan harus
bersih dari berbagai tekanan politik. Untuk itu, aspirasi politik dikebiri. Partai politik disederhanakan.
Pancasila diangkat setinggi-tingginya, hingga nyaris mencapai level agama. Berbeda pendapat atau
melayangkan kritik dianggap melanggar sesuatu yang “sakral” dan hampir sama dengan “dosa”.
Pada satu titik, Orde Baru tak ubahnya sebuah panser pragmatisme yang berjalan tanpa hambatan. Kritik
menjadi sesuatu yang riskan untuk diambil. Ruang ekspresi terasa sempit. Akhirnya, suara-suara
alternatif mengambil jalan memutar dan menggunakan medium yang sangat Samar agar bisa disuarakan.
Seni kemudian muncul sebagai saluran ekspresi yang ampuh. Puisi Rendra, lagu Iwan Fals, atau pentas
Teater Koma mampu meloloskan beberapa keluh kesah kolektif bangsa ini ke hadapan publik.
Konsep negara integralistik sendiri akhirnya melemah di penghujung Orde Baru. Sementara itu,
hubungan Soeharto dengan militer merenggang. Akhirnya, Soeharto hanya bisa memperkuat
hubungannya dengan satu pilar tersisa, yaitu Golkar sebagai representasi golongan fungsional.
Faktor lain yang turut berpengaruh adalah karakter totalitarian yang terlalu kental. Karakter ini menjadi
sesuatu yang sangat ganjil di Indonesia yang tengah berkembang pesat selama dekade 1990-an.
Meningkatnya kesadaran rakyat dan
munculnya kelas menengah baru membuat kian banyak orang mulai sadar haknya. Benturan tak bisa
dihindari lagi ketika kelompok berkesadaran baru ini berhadapan dengan negara. Negara masih saja
mengembuskan pengutamaan kewajiban dibanding hak dalam upaya mempertahankan keluarga besar
Indonesia yang terasa kian hari kian abstrak.
Demokrasi pada Era Reformasi (1998 – sekarang)
Runtuhnya rezim otoriter Orde Baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya demokrasi di
Indonesia. Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal
bagi transisi demokrasi Indonesia. Sukses atau gagalnya suatu transisi demokrasi sangat bergantung
pada empat faktor kunci, yaitu sebagai berikut.
Komposisi elite politik.
Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik di kalangan elit dan nonelit.
Peran civil society atau masyarakat madani.
Transisi demokrasi selalu dimulai dengan jatuhnya pemerintahan otoriter. Panjang pendeknya masa
transisi tergantung pada kemampuan rezim demokrasi baru mengatasi problem transisional yang
merintangi. Problem paling mendasar yang dihadapi negara-negara yang sedang mengalami transisi
menuju demokrasi adalah ketidakmampuan membentuk tata pemerintahan baru yang bersih, transparan,
dan akuntabel. Akibatnya, legitimasi demokrasi menjadi lemah. Tanga legitimasi yang kuat, rezim
demokrasi baru akan kehilangan daya tariknya. Setiap
rezim membutuhkan legitimasi, dukungan, atau paling tidak “persetujuan tanpa protes” agar dapat
bertahan. Apabila rezim kehilangan legitimasi, ia harus memproduksinya atau ia akan jatuh.
Secara historis, semakin berhasil suatu rezim dalam menyediakan apa yang diinginkan rakyat, semakin
mengakar kuat keyakinan rakyat terhadap legitimasi demokrasi. Semakin kuat keyakinan terhadap
legitimasi demokrasi dan komitmen untuk mematuhi aturan main sistem demokrasi, semakin mudah
rezim merumuskan kebijakan untuk merespons persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Tingkat
legitimasi yang tinggi juga memfasilitasi kesabaran dan dukungan publik terhadap pemerintah dalam
menghadapi problem-problem yang akut.
Menurut Azyumardi Azra, ada empat prasyarat yang dapat membuat pertumbuhan demokrasi menjadi
lebih memberi harapan.
Peningkatan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan. Semakin sejahtera ekonomi sebuah bangsa,
semakin besar peluangnya untuk mengembangkan dan mempertahankan demokrasi.
Pemberdayaan dan pengembangan kelompok-kelompok masyarakat yang favourable (menguntungkan)
bagi pertumbuhan demokrasi seperti “kelas menengah”, LSM, atau para pekerja. Pemberdayaan dan
pengembangan kelompok masyarakat tersebut membuat hubungan negar dan masyarakat berimbang.
Hubungan internasional yang lebih adil dan seimbang. Sebagai negara yang sedang menuju demokrasi,
upaya demokratisasi membutuhkan dukungan
dunia internasional. Tujuannya adalah bantuan ekonomi internasional lebih efektif dan efisien bagi
rakyat.
Sosialisasi pendidikan kewarganegaraan (civic education). Pembentukan warga negara yang memiliki
keadaban demokratis dan demokrasi berkeadaban bisa dilakukan secara efektif melalui pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan memungkinkan generasi muda menguasai pengetahuan,
nilai-nilai, dan keahlian yang diperlukan untuk melestarikan demokrasi.
Keseluruhan motif pembaruan politik pada Orde Reformasi dapat dilihat dari berbagai kebijakan berupa
kebebasan bemolitik Kebebasan bemolitik dapat tercermin dari hat-hal berikut ini.
Kemerdekaan pers
Pers dibebaskan dari izin (SIUPP) dan pengawasan (misalnya, pengawasan BAKIN). Dengan demikian,
dalam waktu singkat muncul ratusan media cetak, puluhan radio, berbagai TV swasta, dan media
elektronik lainnya.
Kemerdekaan membentuk partai politik Setiap orang dibebaskan untuk Membentuk partai politik.
Dalam beberapa bulan menjelang pemilu, terbentuk puluhan partai, walau akhirnya hanya 48 parpol
yang dapat mengikuti pemilu.
Terselenggaranya pemilu yang demokratis
Setelah 44 tahun sejak pemilu pertama tahun 1955, terselenggaralah pemilu kedua yang bebas dan
demokratis pada 1999.
Pembebasan narapidana politik (napol) dan tahanan politik (tapo
Tapol dan napol mulai dibebaskan sebagai wujud kebebasan berpolitik. Beberapa di antaranya adalah
tapol yang dituduh terlibat peristiwa PKI 1965.
Otonomi daerah
Keluarnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah secara nyata memperluas kekuasaan
pemerintahan pada pemerintah daerah (pemda).
Mulai terwujudnya kehidupan demokratis di Era Reformasi antara lain ditandai oleh:
adanya reposisi dan redefinisi TNI dalam kaitan keberadaannya di sebuah negara demokrasi;
diamandemennya pasal-pasal dalam konstitusi Negara RI (amandemen I–IV);
pembuatan paket perundang-undangan politik (UU Partai Politik, UU Pemilu, UU Pemilihan Presiders
Langsung, UU Susunan dan Kedudukan DPR, DPRD, dan DPD).
Indikasi ini tidak serta merta dapat mewujudkan kehidupan yang demokratis dalam negara, kita.
Terdapat unsur-unsur lainnya yang dapat menghambat proses demokratisasi, di antaranya adalah
pemerintahan yang tidak akuntabel, wakil rakyat yang tidak representatif, dan korupsi.
Pemilihan Umum (Pemilu)
Definisi Pemilu
Dalam pemilu, warga negara yang secara usia sudah memiliki hak pilih dapat memilih orang atau
sekelompok orang menjadi pemimpin rakyat, pemimpin
negara, atau pemimpin pemerintahan. Hal ini merupakan cerminan bahwa pemerintah dipilih oleh
rakyat. Seluruh rakyat mempunyai hak memilih sebagian rakyat untuk menjadi pemimpin mereka.
Melalui pemilu, rakyat memunculkan calon pemimpin pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
Menurut Arendt Liphart, sistem pemilu adalah elemen paling mendasar dari demokrasi pewakilan.
Liphart juga berpendapat bahwa sistem pemilu memengaruhi perilaku pemilih dan hasil pemilu,
sehingga sistem pemilu juga memengaruhi representasi politik dan sistem kepartaian.
Menurut Benjuino Theodore, sistem pemilu adalah rangkaian aturan yang mengekspresikan preferensi
politik pemilih. Suara dari pemilih diterjemahkan menjadi kursi.
Tujuan Pemilu
Memilih wakil-wakil rakyat yang, duduk di DPR, DPD, dan DPRD, serta memilih presiden dan
wakil presiden.
Melaksanakan pergantian personil pemerintah secara damai, aman, tertib, dan konstitusional.
Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.
Pada dasarnya, pemilu merupakan sarana rakyat untuk menyalurkan aspirasi politiknya. Hal ini
tercantum dalam Pasal 1 ayat 2 UUD 1945, yaitu “kedaulatan berada di Langan rakyat, dan
dilaksanakan menurut undang-undang dasar”.
Artinya, wakil rakyat seperti DPR, DPRD, atau DPD akan merepresentasikan aspirasi rakyat. Tujuan
pemilu dalam negara yang demokratis adalah sebagai berikut.
Untuk mendukung atau mengubah personil dalam lembaga legislatif.
Adanya dukungan mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang eksekutif untuk jangka waktu
tertentu.
Rakyat melalui perwakilan secara periodik dapat mengoreksi atau mengawasi eksekutif.
Pelaksanaan Pemilu di Indonesia
Pemilu adalah sarana demokrasi. Sebuah negara yang demokratis pastilah menyelenggarakan pemilu
yang bebas, jujur, dan adil. Jika penyelenggaraan pemilu penuh manipulasi, kecurangan, berada di
bawah paksaan, dan tidak adil, maka telah terjadi ancaman terhadap prinsip-prinsip demokrasi itu
sendiri. Oleh karena pelaksanaan pemilu yang bebas, jujur, dan adil sangat penting, diperlukan berbagai
perangkat hukum yang menjamin hal itu.
Menurut Mudji Sutrisno, prinsip demokrasi dalam pemilu dapat terlaksana dengan baik jika keberadaan
bingkai hukum demokrasi dalam pemilu yang bersifat luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia) dan
jurdil (jujur dan adil) terjamin. Luber dapat berbentuk perilaku sebagai berikut.
Penghormatan terhadap substansi demokrasi
Kematangan kesadaran politik warga negara dan seleksi rotasi kepemimpinan yang sehat dan
profesional melalui pendidikan politik yang beradab
Adanya kepastian hukum
Pemilu 2004 memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota melalui sistem
proporsional dengan daftar calon terbuka. Pemilu ini juga memilih anggota DPD dengan sistem distrik
berwakil banyak.
Sistem proporsional dengan daftar calon terbuka (memilih DPR)
Pemilu 2004 dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama bertujuan untuk memilih anggota DPR,
DPRD, dan DPD. Tahap ini dilaksanakan tanggal 5 April 2004. Selanjutnya, tahap kedua dilaksanakan
tanggal 5 Juli 2004 dengan tujuan memilih presiden dan wakil presiden. Tahap ini merupakan tahap
pemilihan putaran pertama. Maksudnya, jika tidak ada pemenang mutlak (mendapatkan suara 50% plus
satu), maka putaran berikutnya akan diadakan tanggal 20 September. Pada putaran kedua ini, dua orang
pasangan calon presiden-wakil presiden dengan suara terbanyak pada putaran pertama akan bersaing
untuk menjadi presiden dan wakil presiden.
Pelaksana pemilihan Umum
Berbeda dengan Pemilu 1999 yang penyelenggaranya adalah wakil-wakil partai politik dan pemerintah,
pelaksana penyelenggaraan Pemilu 2004 adalah Komisi pemilihan Umum (KPU) yang bersifat
independen dan non-partisan sebagaimana diamanatkan UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu.
Artinya, penyelenggara pemilu adalah satu badan yang anggota-anggotanya bukan berasal
dari peserta pemilu (parpol atau perseorangan) atau pemerintah. Dengan demikian, pemilu dapat
diselenggarakan secara lebih bebas dan mandiri Serta bebas dari kepentingan-kepentingan politik
tertentu. Susunan dan tingkatan KPU adalah sebagai berikut.
Di tingkat nasional, KPU beranggotakan 9 (sembilan) orang yang berasal dari berbagai Tatar belakang,
seperti perguruan tinggi/akademisi dan LSM. Pada tingkat provinsi atau kota/kabupaten, KPU
beranggotakan 5 (lima) orang. Sebagai pelaksana pemilu, KPU mempunyai organ mendukung pada
tingkat kecamatan dan kelurahan yang bertugas melaksanakan pemilu.
Di tingkat kecamatan, penyelenggara disebut Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK). Mereka berjumlah 5
(lima) orang dan berasal dari tokoh masyarakat setempat.
Di tingkat kelurahan, penyelenggara disebut Panitia Pemungutan Suara (PPS).
Mereka beranggotakan 3 (tiga) orang dan berasal dari tokoh masyarakat setempat.
Di tingkat yang paling bawah, yakni pelaksana pemungutan dan penghitungan suara pada saat
dilakukannya pemilihan umum, penyelenggara disebut Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
(KPPS) yang berjumlah 9 (sembilan) orang, terdiri atas 7 (tujuh) orang pelaksana dan 2 (dua) orang
petugas keamanan.
Tahap-Tahap Pemilihan Umum Legislatif
sebagai suatu rangkaian kegiatan, terdapat beberapa tahapan dalam pemilu yang Baling berkaitan, yaitu
sebagai berikut.
Pendaftaran pemilih
Kampanye
Secara prosedural, terdapat beberapa tahapan tata cara atau proses pemungutan dan penghitungan suara
yang dilakukan di seluruh tempat pemungutan suara atau TPS. Adapun tahapannya adalah sebagai
berikut.
Pembukaan tempat pemungutan suara.
Pemungutan suara.
Seting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMKN 1 NARINGGULKabupaten Cianjur Propinsi Jawa
Barat, yang berada di kota Kabupaten. SMKN 1 NARINGGULKabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat
mempunyai fasilitas yang hamper lengkap dengan adanya Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang
ketrampilan Menjahit, Laboratorium Otomotif, Laboratorium Pertukangan dan Pembangunan,
Laboratorium computer, ruang UKS, Ruang OSIS dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 51 orang
terdiri dari 1 (satu) kepala sekolah, 4 (empat) wakil Kepala Sekolah dan sisnya guru Mata Pelajaran dan
guru Biimbingan Konseling serta 7 Tenaga Administrasi.
Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas XI dengan jumlah siswa sebanyak 35, yang terdiri dari 6 siswa
laki – laki dan 29 siswa perempuan SMKN 1 NARINGGUL,Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Prosedur Penelitian
Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan September sampai
dengan Nopember 2015. Penelitian ini pada materi -Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian
Dunia Melalui Hubungan Internasional diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing
– masing siklus 1 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan
Siklus.
Siklus I
Pada siklus ini membahas subkonsep materi - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian
Dunia Melalui Hubungan Internasional.
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat
silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat
evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.
Tahap pelaksanaan
Siswa diminta untuk mempersiapkan diri di rumah dengan memberi tugas membaca bahan ajar sehingga
siswa memiliki kesiapan belajar.
Guru menjelaskan materi - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui
Hubungan Internasional secara klasikal.
Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 4–6
orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.
Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah
kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal.
Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab
terhadap kelompoknya.
Tahap Observasi
Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan
siswa dan guru dalam proses pembelajaran
menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru. Sedangkan peningkatan hasil
belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.
Tahap Refleksi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk
merencanakan siklus berikutnya. Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah
ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :
Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.
Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes
hasil belajar siswa.
2. Siklus II
Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II
dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti
pada tahap siklus I.
Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu :
Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang kolaborator untuk merekam perilaku,
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.
Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Instrumen yang diganakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari:
Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat mativasi siswa mengikuti pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :
1. Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan Belajar siswa atau tingkat
keberhasilan belajar pada materi
- Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional dengan
menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL). Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut
mampu mencapai nilai 70.
Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah
siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus,menurut Arikunto (2012:24) sebagai berikut:
𝐹
𝑃= 𝑥 100%
𝑁
Dimana : P = Prosentase
F = frekuensi tiap aktifitas N = Jumlah seluruh aktifitas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi kondisi Awal
Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) pada materi - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia
Melalui Hubungan Internasional sub (1) Pengertian dan Prinsip-prinsip - Peran Indonesia Dalam
Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional. Disamping itu guru juga membuat
Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Selanjutnya, guru
membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan observer
mendiskusikan lembar observasi.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan awal dilaksanakan pada hari Selasa 29 september 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.30
WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10
menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup
sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan, menamai dan
mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL), pertama-tama guru membagi siswa dalam 7 kelompok dan
setiap kelompok terdiri dari 4-6 orang siswa.
Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa
tidak menjadi bingung. Selain itu, selama diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk
mengawasi siswa bekerja sambil sesekali mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok
kemudian membacakan hasil diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya
terkait jawaban kelompok yang sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu
meminta sesama siswa yang melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan
mempresentasikan dengan bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir tindakan awal antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan
dan (3) siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
Observasi
Partisipasi siswa Kelas XI SMKN 1 NARINGGUL ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada
tindakan awal setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan
respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung. Dengan adanya masalah yang terjadi pada
tindakan awal, maka kami bersama pengamat merefleksikan masalah tersebut agar mampu diperbaiki
pada tindakan awal dengan harapan semua siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya.
Partisipasi siswa Kelas XI SMKN 1 NARINGGUL dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada tindakan awal. Hasil belajar siswa pada
tindakan awal dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) dari 35 siswa terdapat 15 siswa atau
42,9% yang tuntas dan yang tidak tuntas ada 20 Siswa atau 57,1% yang tidak tuntas. Data dapat dilihat
pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel.5 hasil ulangan harian kondisi awal
awal
1 Agustina E.I 70 V
2 Alan Nuari Daak 60 V
3 Amelia Nazemi 65 V
4 Andricka Hinrayani 70 V
5 Anjuani 60 V
6 Bedsciana Oldams 65 V
7 Debora Vrikanela 65 V
8 Devita Sari 84 V
9 Eriko Pratama 60 V
10 Gustinawati 70 V
12 Hendri Yamo 65 V
13 Jaya Satria 84 V
14 Kacici 60 V
15 Lili Fatmawati 84 V
16 Mahdalena 60 V
17 Margareta Rahuni 70 V
18 Najah 60 V
19 Nia Fransiska 65 V
20 Nona Kretiana 70 V
21 Nopiasari 65 V
25 Petriyani 65 V
27 Pipi Andriani 65 V
28 Rari Marliani 78 V
30 Rima Melati 65 V
31 Seni 88 V
33 Tantiana 60 V
34 Ventiana 65 V
35 Winey Daya K 70 V
Jumlah 2378
Klasikal 42,9%
Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi - Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL) ternyata hasil yang didapat nilai rata- rata sebesar 67,9 dan ketuntasan klasikal
sebesar 42,9%. Hal ini masih jauh dari harapan. Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan
difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi - Peran Indonesia Dalam Menciptakan
Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional.
Pada kondisi awal terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan - Peran Indonesia
Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional. Menurut pengamat, ada
beberapa hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS
sehingga ada bagian tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak
melakukan hal–hal di luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya.
Ketiga, diantara satu atau dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan
guru pada saat evaluasi di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab
kekurangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus I. Untuk masalah
yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan
agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap
sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling
bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail
tentang materi - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan
Internasional khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh kelompok dalam
diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh pengamat.
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) dengan materi -Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian
Dunia Melalui Hubungan Internasional sub (2) Masyarakat Madani. Disamping itu guru juga
membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas guru dan siswa.
Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar. Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas, guru dan
observer mendiskusikan lembar observasi.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 13 Oktober 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.30
WIB. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10
menit, sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup
sebesar 20 menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
menyapa dan mengecek kehadiran siswa, (2) melakukan icebreaking berupa menyanyi, (3) menggali
pengetahuan siswa dan mengaitkan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan selanjutnya. Kegiatan
icebreaking yang dilakukan guru.
Melalui kegiatan inti mendesain kegiatan agar siswa dapat mengalami proses menemukan,
menamai dan mempresentasikan. Untuk dapat menemukan berkaitan dengan DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL), pertama-tama guru membagi siswa dalam 7
kelompok dan setiapkelompok terdiri dari 4-6 orang siswa. Guru menjelaskan terlebih dahulu tentang
tugas siswa, sebelum penugasan dilakukan sehingga siswa tidak menjadi bingung. Selain itu, selama
diskusi berlangsung guru berkeliling kelompok untuk mengawasi siswa bekerja sambil sesekali
mengomentari hasil kerja siswa. Perwakilan setiap kelompok kemudian membacakan hasil diskusi
kelompok. Siswa dari kelompok lain akan ditanyakan pendapatnya terkait jawaban kelompok yang
sedang presentasi. Jika terdapat kekeliruan, guru terlebih dahulu meminta sesama siswa yang
melakukan perbaikan.Siswa yang hasil temuan kelompok yang benar dan mempresentasikan dengan
bagus mendapatkan pujian dari guru sedangkan siswa yang belum melakukan
dengan maksimal dimotivasi dan diberi penguatan.
Kegiatan akhir siklus I antara lain: (1) melakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian siswa setelah
dilaksanakan pembelajaran dengan strategi DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL), (2) siswa melakukan kilas balik tentang pembelajaran yang baru dilakukan dan (3)
siswa dan guru merayakan keberhasilan belajar dengan bertepuk tangan gembira.
Observasi
1 Agustina E.I 90 V V
3 Amelia Nazemi 80 V
4 Andricka Hinrayani 90 V
5 Anjuani 65 V
6 Bedsciana Oldams 80 V
7 Debora Vrikanela 80 V
9 Eriko Pratama 65 V
10 Gustinawati 100 V
12 Hendri Yamo 80 V
13 Jaya Satria 90 V
14 Kacici 65 V
16 Mahdalena 65 V
17 Margareta Rahuni 80 V
18 Najah 70 V V
19 Nia Fransiska 80 V
20 Nona Kretiana 80 V
21 Nopiasari 80 V
25 Petriyani 80 V
26 Pino Adam Saputra 80 V
27 Pipi Andriani 80 V V
30 Rima Melati 70 V
31 Seni 100 V
33 Tantiana 70 V
34 Ventiana 70 V
35 Winey Daya K 90 V
Jumlah 2835
Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) pada materi pelajaran -Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui
Hubungan Internasional pada siklus 1 adalah rata–rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh
proses pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL), ditunjukan pada
Tabel 5 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran
kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL),
ditunjukan pada tabel 5 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan 17
siswa teerhadap model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi -Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional , siswa secara umum
memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga
merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru,
dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa
juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan
model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL).
Tabel.7 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
No Uraian Tanggapan Siswa
F % F %
2. Bagaimana perasaan kamu terhadap :
F % F %
pembelajaran ini
Tidak
Bermanfaat
Bermanfaat
F % F %
kamu ?
Baru Tidak Baru
F % F %
Ya Tidak
F % F %
Aktifitas Guru
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ditunjukan pada tabel
7, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) dalam materi pelajaran - Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional pada siklus I
sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik
Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi - Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL). Oleh karena itu refleksi yang dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil
belajar siswa pada materi - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui
Hubungan Internasional.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan - Peran Indonesia Dalam
Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional. Menurut pengamat, ada beberapa hal
yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian
tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal–hal di luar
konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau dua
kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi di
akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab
kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnyaakan diterapkan pada siklus II. Untuk masalah
yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil kegiatan
agar semua LKS terisi semua. Dengan carademikian maka data yang terkumpul menjadi lengkap
sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang saling
bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan lebih detail
tentang materi - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan
Internasional khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu
dijawab oleh kelompok dalam diskusi. Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya
dibantu oleh pengamat.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru mempersiapkan tindakan berupa rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang sesuai dengan Metode Pembelajaran Tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I pada materi - Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional sub (3)
Demokrasi di Indonesia (4) Perilaku yang Mendukung Tegaknya Prinsip-prinsip Demokrasi.
Disamping itu guru juga membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menyusun lembar observasi aktifitas
guru dan siswa. Selanjutnya, guru membuat tes hasil belajar.Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan di
kelas, guru dan observer mendiskusikan lembar observasi.
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 6 Oktober 2015 dari pukul 07.00 s.d 08.30
WIB.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti dan kegiatan penutup.Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan pendahuluan adalah 10 menit,
sedangkan alokasi waktu untuk kegiatan inti adalah 60 menit dan alokasi kegiatan penutup sebesar 20
menit.
Pada kegiatan pendahuluan, guru melakukan tiga kegiatan, yaitu
Partisipasi siswa Kelas XI SMKN 1 NARINGGUL ada peningkatan dalam Kegiatan Pembelajaran pada
siklus II setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dan
respons siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran meskipun masih ada sebagain kecil masalah yang
muncul pada saat proses Kegiatan Pembelajaran berlangsung.
Partisipasi siswa Kelas XI SMKN 1 NARINGGUL dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus
II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) sebanyak 30 siswa atau 85,7% yang tuntas dan yang tidak
tuntas ada 5 Siswa atau 14,3% yang tidak tuntas dan nilai rata-rata sebesar 81,0. Data dapat dilihat pada
tabel 3 dibawah ini.
Tabel.9 Hasil ulangan harian pada siklus II
1 Agustina E.I 90 V
3 Amelia Nazemi 80 V
4 Andricka Hinrayani 90 V
5 Anjuani 65 V
6 Bedsciana Oldams 80 V
7 Debora Vrikanela 80 V
9 Eriko Pratama 65 V
10 Gustinawati 100 V
12 Hendri Yamo 80 V
13 Jaya Satria 90 V
14 Kacici 65 V
16 Mahdalena 65 V
17 Margareta Rahuni 80 V
18 Najah 70 V
19 Nia Fransiska 80 V
20 Nona Kretiana 80 V
21 Nopiasari 80 V
24 Pangki Oriani S. 90 V
25 Petriyani 80 V
26 Pino Adam Saputra 80 V
27 Pipi Andriani 80 V
29 Reflee Leona S. 70 V
30 Rima Melati 70 V
31 Seni 100 V
33 Tantiana 70 V
34 Ventiana 70 V
35 Winey Daya K 90 V
Jumlah 2835
Aktifitas Siswa
Hasil penelitian pengamat terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) pada materi pelajaran -Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui
Hubungan Internasional pada siklus 1 adalah rata – rata 3,04 berarti termasuk kategori baik. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran .
Untuk mengetahui respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang mereka jalani dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) digunakan angket yang diberikan kepada siswa setelah seluruh proses
pembelajaran selesai. Hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL),
ditunjukan pada Tabel 9 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket respons siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL), ditunjukan pada tabel 9 di bawah ini yang merupakan rangkuman hasil angket tentang tanggapan
17 siswa teerhadap model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) yang diterapkan selama kegiatan pembelajaran materi - Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional, siswa secara umum
memberikan tanggapan yang positif selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan senang, siswa juga
merasa senang dengan LKS yang digunakan, suasana kelas, maupun cara penyajian materi oleh guru,
dan model pembelajaran yang baru mereka terima, selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa
juga merasa senang karena bisa mmenyatakan pendapat, dan siswa merasa memperoleh manfaat dengan
model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL).
Tabel.10 Respons siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
F % F %
F % F %
pembelajaran ini
Tidak
Bermanfaat
Bermanfaat
F % F %
kamu ?
Baru Tidak Baru
F % F %
Ya Tidak
F % F %
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran kooperatif tipe
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ditunjukan pada tabel
10, bahwa pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) dalam materi pelajaran - Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional pada siklus I
sebesar 2.93 yang berarti termasuk kategori baik. Data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11. Data Peniliaian pengelohan pembelajaran Kooperatif Tipe
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Skor pengamatan
No. Aspek yang diamati
RPP II Keterangan
Keterangan :
0 - 1,49 = kurang baik
1,5 - 2,49 = Cukup
2,5 - 3,49 = Baik
3,5 - 4,0 = Sangat Baik
Refleksi
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi - Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING (PBL). Oleh karena itu refleksi yang
dikemukakan akan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi - Peran Indonesia
Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional.
Pada siklus 1 terdapat kekurangan pemahaman siswa pada materi bahan - Peran Indonesia Dalam
Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional.Menurut pengamat, ada beberapa hal
yang menyebabkan hal ini terjadi. Pertama, siswa tidak fokus pada pengisian LKS sehingga ada bagian
tertentu dari isi LKS yang tidak terisi dengan sempurna. Kedua, siswa banyak melakukan hal – hal di
luar konteks pembelajaran, seperti bermain dengan teman sekolompoknya. Ketiga, diantara satu atau
dua kelompok tidak mampu menjawab dengan baik pertanyaan yang diberikan guru pada saat evaluasi
di akhir pelajaran.
Dari temuan kekurangan tersebut maka peneliti membuat strategi baru untuk mengurangi penyebab
kekuangan pemahaman siswa tersebut di atas, selanjutnya akan diterapkan pada siklus II. Untuk
masalah yang pertama peneliti menugaskan tiga orang siswa pada setiap kelompok untuk menulis hasil
kegiatan agar semua LKS terisi semua. Dengan cara demikian maka data yang terkumpul menjadi
lengkap sehingga siswa lebih memahami materi pengelompokan baru, agar mengurangi siswa yang
saling bermain dengan temannya. Sedangkan masalah yang ketiga, peneliti memberikan penjelasan
lebih detail tentang materi - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui
Hubungan Internasional khususnya untuk pertanyaan yang sulit atau tidak mampu dijawab oleh
kelompok dalam diskusi.Disamping itu untuk masalah yang ketiga ini penjelasannya dibantu oleh
pengamat.
B. Pembahasan
Hasil Belajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar evaluasi kondisi awal siswa Kelas XI SMKN 1
NARINGGUL untuk materi bahan makanan dengan model pembellajaran, kooperatif tipe DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) diperoleh nilai rata–rata kondisi
awal sebesar 67,9 dengan nilai tertinggi adalah 88 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat
7 orang dengan ketentusan belajar 42,9% dan yang tidak tuntas 57,1%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa Kelas XI SMKN 1 NARINGGUL pada siklus 1
untuk materi bahan makanan dengan model pembelajaran, kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) diperoleh nilai rata–rata siklus 1 sebesar
72,1 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 1 orang dan nilai terendah adalah 60 terdapat 6 orang
dengan ketentusan belajar 71,4% dan yang tidak tuntas 28,6%.
Sedangkan pada siklus II untuk materi Mengenal Nama-nama Rasul yang menerima Kitab Allah
diperoleh nilai rata–rata siklus II sebesar 81 dengan nilai tertinggi adalah 100 terdapat 6 orang dan nilai
terendah adalah 60 terdapat 5 orang dengan ketuntasan belajar 85,7% dan yang tidak tuntas 14,3%.
Siswa yang tidak tuntas baik pada siklus I maupun pada siklus II adalah siswa yang sama, ini
disebabkan siswa tersebut pada dasarnya tidak ada niat untuk belajar dan sering tidak masuk sekolah.
Berdasarkan data hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II menunjukan adanya peningkatan hasil
belajar siswa Kelas XI SMKN 1 NARINGGUL tahun pelajaran 2015/2016 menunjukan peningkatan
hasil belajar siswa pada materi yang sama yaitu - Peran Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian
Dunia Melalui Hubungan Internasional. Hal ini disebabkan pada siklus I dan siklus II 2015/2016 Sudah
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL).
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menerapkan model pembelajaran tipe
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) pada materi - Peran
Indonesia Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional menurut penilaian
pengamat termasuk kategori baik semua aspek aktivitas siswa. Adapun aktivitas siswa yang dinilai oleh
pengamat adalah aspek aktivitas siswa: mendengar dan memperhatikan penjelasan guru, kerja sama
dalam kelommpok, bekerja dengan menggunakan alat peraga, keaktifan siswa dalam diskusi,
memperesentasikan hasil diskusi, menyimpulkan materi, dan kemampuan siswa menjawab pertanyaan
dari guru.
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan aktivitas siswa yang paling dominan dilakukan yaitu
bekerja sama mengerjakan LKS dan berdiskusi. Hal ini menunjukan bahwa siswa saling bekerja sama
dan bertanggung jawab untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat santoso
(dalam anam, 2010:40) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa dalam
kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh–sungguh sampai selesainya tugas–
tugas individu dan kelompok.
Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL)
Kemampuan guru dalam pengelolaan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) menurut hasil penilaian pengamat
termasuk kategori baik untuk semua aspek. Berarti secara keseluruhan guru telah memiliki kemampuan
yang baik dalam mengelola model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) pada materi - Peran Indonesia
Dalam Menciptakan Perdamaian Dunia Melalui Hubungan Internasional. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ibrahim (2000), bahwa guru berperan penting dalam mengelola kegiatan mengajar, yang
berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga
minat dan motivasi siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Pendapat lain yang mendukung adalah piter
(dalam Nur dan Wikandari 1998). Kemampuan seorang guru sangat penting dalam pengelolaan
pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien.
Respons siswa Terhadap model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Berdasarkan hasil angket respons siswa terhadap model pembelajran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) yang diterapkan oleh peneliti menunjukan
bahwa siswa merasa senang terhadap materi pelajaran. LKS, suasana belajar dan cara penyajian materi
oleh guru. Menurut siswa, dengan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) mereka lebih mudah memahami materi
pelajaran interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antar siswa tercipta semakin baik dengan
adanya diskusi, sedangkan ketidak senangan siswa teerhadap model pembelajran kooperatif tipe
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) disebabkan suasana
belajar dikelas yang agak ribut.
Seluruh siswa (100%) berpendapat baru mengikuti pembelajran dengan model kooperatif tipe
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL).Siswa merasa senang
apalagi pokok bahasan selanjutnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL), dan siswa merasa bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) bermanfaat bagi mereka, karena mereka dapat saling bertukar pikiran dan materi pelajaraan yang
didapat mudah diingat. Hal ini sesuai dengan pendapat rejeki (2000) yang mengatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan tindakan pemecahan yang dilakukan karena dapat meningkatkan
kemajuan belajar sikap siswa yang lebih positif, menambah motivasi dan percaya diri sera menambah
rasa senang siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL), maka peneliti dapat memberikan saran–
saran, yaitu:
Kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan yang mengalami kesulitan yang dapat menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
(PBL) sebagai solusinya.
Kepada guru–guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) disarankan untuk membentuk kelompok–
kelompok baru jika banyak siswa yang bermain pada saat belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia Arikunto, Suharsimi. 2012.
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
-------------. 1999. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Hulu, yuprieli. Dkk. 2011. Suluh siswa 1: Berkarya dalam Kristus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ngalim, Purwanto. 2008. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosda Karya
YA / ADA Tidak
No Uraian Kegiatan Baik Kurang ada Nilai Catatan
baik
1 2 3 4 5 6 7
1 PERSIAPAN
a. Silabus
b. Program / Rencana Pembelajaran Semester
c. Buku nilai : yang memuat nilai ulangan
harian, ujian blok,
ujian remedi, nilai tugas-tugas lainnya
2 KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. PENDAHULUAN
a. Pretest/persepsi
b. Motivasi siswa/mengecek kesiapan siswa
c. Memberitahukan topik pembelajaran :
SK/KD
B. KEGIATAN POKOK
a. Penyiapan Kartu soal sesuai Materi
Pelajaran
b. Penyiapan Kartu Jawaban secara acak
c. Penyajian materi
- Pengelompokkan siswa
- Pembagian kartu soal dan kartu jawaban
-Siswa mengerjakan soal secara kelompok
-Siswa mencari jawaban yang cocok dengan cara
memasangkan pada kartu soal
-Siswa mencatat jawaban pada buku catatan
C. PENUTUPAN
a. Post Test
b. Membuat rangkuman / kesimpulan
c. Memberikan tugas / Pekerjaan Rumah (PR)
Jumlah
Rata – rata
Kesimpulan :........................................................................................................................................
Saran / Pembinaan
:.........................................................................................................................................
Pengamat/Observer,
....................................
PEDOMAN OBSERVASI SISWA
Hari/Tanggal :……………………………..
Kelas :……………………………..
Materi :……………………………..
Nama Guru :……………………………..
Pengamat,
………………..……
RESPONDEN SISWA
Nama Siswa :…………………………..
Kelas :…………………………..
Hari/Tanggal :…………………………..
pembelajaran ini ?
2 Apakah kamu merasa senang terhadap Materi
pelajaran?
3 Apakah kamu merasa senang menggunakan Lembar
kerja
siswa (LKS)?
4 Apakah kamu merasa senang Suasana Belajar di Kelas
ini?
5 Apakah kamu merasa senang Cara penyajian materi
oleh
guru?
6 Apakah kamu merasa sulit Mengikuti pembelajaran ini?
Responden,
……………………………….