Anda di halaman 1dari 8

Konflik Masa Prasejarah

Milka Deen Puaasang


Depatermen Arekologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin
2022

Abstract

Note about the conflict that led to war has accorued hundreds of years ago that caused

casualities. Soldiers of war to society affected by the conflict that accurred. Economic problems,

hunger, health, to death from war. Archaeology as a scientifict discipline that studies the

conflicts that occurred, giving rise to the study of conflict archaeology which studies various

aspects of conflict an wa strategy. The things that underlines the occurrence of conflict because

of grouping that occurs in society. If conflicts are found today, it does not rule out of possibility

that even in prehistoryc times there were conflict that led to violence. As can be seen in the

archaeological avidence in several places in France, Italy and Sudan.

Keywords: conflict archaeology, prehistory, violence

Abstrak

Catatan mengenai konflik yang menyebabkan peperangan telah terjadi beratus – ratus tahun lalu

yang menyebabkan korban jiwa. Prajurit perang hingga masyarakat terkena dampak dari konflik

yang terjadi. masalah perekonomian, kelaparan, kesehatan, hingga kematian akibat perang.

Arkeologi sebagai suatu disiplin ilmu kemudian mempelajari konflik yang tejadi hingga

memunculkan kajian arekologi konflik yang mempelajari berbagai aspek konflik dan stratergi

perang. Hal yang mendasari terjadinya konflik karena adanya pengelompokan yang terjadi dalam
masyarakat. Jika konflik marak ditemukan saat ini tidak menutup kemungkinan bahwa pada

masa prasejarah pun telah terjadi konflik yang menyebabkan terjadinya kekerasan. Seperti yang

dapat dilihat pada bukti – bukti arkeologis di beberapa tempat di Prancis, Italia, dan Sudan.

Kata Kunci : arkeologi konflik, prasejarah, kekerasan

Pendahuluan

Arkeologi konflik berkembang 15 tahun belakangan dan rumpun interpretasi dalam

arkeologi. Seperti yang dikatahui bahwa arkeologi merupakan suatu displin ilmu yang

mempelajari kebudayaan manusia pada masa lampau dengan melakukan rekonstruksi sejarah

kebudayaan, rekonstruski cara – cara hidup dan mepelajari porses budaya (Fagan, 1985 dalam

Supriadi). Arkeologi berangkat dari data yang masih ada hingga saat ini, sekalipun tidak dapat

dipungkiri bahwa data tersebut telah mengalami berbagai perubahan karena telah ada dalam

rentan waktu yang cukup lama. Proses transformasi data tersebut dipengaruhi oleh trasformasi

alam dan transformasi budaya (Grant, 2002 dalam Supriadi).

Sedangkan Pemahaman mengenai konflik pada masa modern seperti yang diutarakan

oleh Karl Marx menjelaskan bahwa proses konflik didasarkan atas ketidaksetaraan akses atau

terhadap sumber daya. Ketidaksetaan tersebut menciptakan kelompok yang memposisikan

dirinya sebagai kelompok dominan (orninal) dan kelompok termajinal (subordinal), hingga salah

satu kelompok melakukan perlawanan terhadap kelompok yang lain. Lain itu terdapa pendapat –

pendapat lain yang menyebabkan munculnya konflik seperti adanya kepentingan, analisis

individu dan ikatan kelompok yang longgar, otoritas (Sjaf). Jika dilihat dari pengertian arkeologi
dan bagaimana konflik yang dipahami dimasa kini, maka tentu tidak menutup kemungkinan

terjadi ketegangan – ketegangan antara kelompok maupun individu pada masa lalu.

Arkeologi konflik ketika di hubungkan dengan kehidupan dimasalalu dianggap masih

memerlukan lebih banyak bukti untuk interpretasi yang dihasilkan. Masa presejarah merupakan

istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di saat catatan sejarah yang tertulis belum

tersedia. Pembagian zaman dalam sejarah bumi didasarkan pada geoologi, namun pembagian

yang lebih digunakan untuk melihat sejarah kebudayaan pada masa prasejarah, didasarkan pada

bendaa – benda peninggalan kebudayaan manusianya. Namun perlu diketahui bahwa benda –

benda yang diciptakan manusia pada masa lalu hanya sebagian kecil yang dapat bertahan hingga

saat ini, seperti peralatan batu maupun logam (Sukmono, 1990) .

Kehidupan dimasa lalu tentunya memiliki tantangannya sendiri, maka manusia

melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kehidupannya dengan melakukan maupun

menciptakan berbagai hal. Bukti yang dapat dilihat saat ini adalah peralatan – peralatan yang

diduga dipergunakan untuk berburu, mengumpulkan makanan dan kegiatan domestikasi. Namun

tidak menutup kemungkinan bahwa benda – benda tersebut tidak hanya digunakan untuk

kebutuhan pencaharian makan semata. Kelompok – kelompok kecil yang hadir untuk mencari

makan atau untuk tinggal menetap mungkin mendapatkan ancaman dari kelompok lainnya. Maka

pertahan maupun perlawanan mungkin saja terjadi pada masa lalu.

Pembahasan

Pandangan mengenai kehidupan yang damai dimasa lalu dibandingkan dengan masa kini

dipatahkan oleh beberapa temuan pada masa lalu yang mengindikasikan adanya tindakan
kekerasan akibat perang yang terjadi . Namun beberapa temuan yang dianggap menjadi peralatan

perang memiliki interpretasi yang berbeda dikarenakan adanya pandangan yang telah melekat

sebelumnya mengenai benda – benda tersebut. sebagai contoh peralatan perang dianggap sebagai

alat untuk kegaitan berburu dan mengumpulkan makanan. Oleh karena perdebatan yang terjadi

Wileman (2009) memiliki pendekatan jangka panjang untuk mengidentifikasikan konflik.

Menurut Wileman konflik merupakan proses sebab akibat yang dapat di identifikasikan melalui

catatan arkeologi (Keeley, 1996).

Penyebab dari peperangan yang terjadi pada masa prasejarah menjadi salah satu

perdebatan, namun penulis eropa sebagian besar menyatakan bahwa perang terjadi dikarenakan

adanya kebiasaan yang dipelajari, produk psiko sosial yang berkaitan dengan prestise atau

pencapaian, elemen integral dalam semua jaringan perdagangan dan pernikahan atau menjadi

suatu bagian ritual. Serta yang menjadi jawaban utama yakni adanya masalah mendesak yang

disebabkan oleh lingkungan dan demografis. Bukti dari konflik yang terjadi akibat masalah

lingkungan dan demografis dapat ditemukan di Amerika Selatan – Barat dan Timur. Namun

peperangan pada masa prasejarah dikatakan merupakan peperangan yang tidak beradab dan

memiliki kaitan yang erat dengan kegiatan ritual. Selain itu penggunaan peralatan perang pada

masa lalu dibatasi oleh penggunaan senjata (Keeley, 1996).

Memahami bahwa konflik secara sederhana dapat diartikan sebagai bentuk kekerasan

(individu atau kelompok), maka tindakan kekerasan yang terjadi dimasa lalu jika dilihat dari

bukti autentiknya lebih banyak memperlihatkan adegan perburuan okeh manusia pada beberapa

hewan ataupun dapat dilihat gambar hewan yang tertusuk oleh tombak pada gambar – gambar

dibatu atau dinding gua. Dari sekian banyaknya temuan yang lebih mengarah pada kegiatan

perburuan, di beberapa tempat seperti di Cosquer cave (Prancis), Cougnac cave (Prancis), Pech –
Merle cave (Prancis) serta Paglicci cave (Italia) menunjukkan beberapa gambar manusia atau

antropomorfik. Pada gambar dinding gua memperlihatakan beberapa sosok manusia yang

tertancap oleh beberapa panah. Temuan lukisan dinding tersebut memiliki rentan waktu 21.000 –

20.000 BC (Violence in Hunter - Gather Society).

Beberapa bentuk adegan yang diduga sebabgai bentuk penyiksaan lainnya ditemukan di

Addaura cave (Sisilia). Ukiran pada baru dengan kisaran usia 10.000 BC, mempelihatkan adegan

semacam upacara. Diduga merupakan adegan dimana sekelompok orang melakukan upacara

kepada kepada dua inisiat (korban penyiksaan). Jika melihat dari tradisi yang berlangsung

dibeberapa masyarakat, seorang ahli paleontologi Balon Blanc berpandangan bahwa selama

menjalani ritual inisiat kemungkinan diminta melakukan beberapa hal seperti membunuh musuh,

membawa kembali kepalanya, memakan daging manusia, beberapatindakan pada tubuh hingga

penyiksaan menjadi rangkaian dari ritual. Ritual dilakukan agar inisiat dapat mengamankan

statusnya sebagai seorang pria dan seorang pejuang (Violence in Hunter - Gather Society).

Bentuk persentajaatan pada masa lalu dapat dikatakan menalami perkembangan seperti

pada penggunaan tongkat lempar yang dianggap efektif untuk kegiatan berburu selama paleolitik

atas, kemudian mengalami perkembangan menjadi busur. Kemampuan manusia dalam

mengembangkan senjata tersebut, selalu dipandang sebagai suatu bentuk untuk bertahan hidup

dalam hal berburu untuk memperoleh makanan. Namun senjata yang diciptakan selalu memiliki

tujuan utama yaitu untuk menahan, menundukkan dan melenyapkan musuh. Penggunaan senjata

pada masa lalu yang telah terjadi pada era yang sangat jauh serta kurangnya bukti

memungkinkan bahwa senjata tidak hanya digunkan untuk kepentingan berburu, namun bisa saja

lebih dari itu (Violence in Hunter - Gather Society).


Penemuan “situs 177” yang terletak agak jauh dari tepi utara Sungai Nil, setengah jalan

antara Wadi Halfa di selatan dan Djebel Sahaba, merupakan salah satu konflik pertama yang

didokumentasikan oleh arkeologi dan antropologi. Ekskavasi yang dilakukan pada tahun 1965

dan 1966, menemukan penguburan yang terdiri dari 59 individu yakni pria dan wanita dewasa

serta anak – anak. Situs yang berada di Sudan ini diperkirakan berumur 12.000 – 10.000 BC,

paleolitik atas dan berkaitan dengan budaya Qadan. Kesimpulan yang didapatkan dari penemuan

situs ini yakni adanya indikasi pembataian yang dilakukan terhadap kelompok tersebut.

ditemukannya tanda – tanda pukulan maupun luka, penemuan bekas senjata atau proyektil benda

yang ditembakkan dengan alat tertentu (busur?) pada bagian – bagian tulang, serta ditemukan

bekas – bekas persenjataan yang berhamburan disekitar penguburan tersebut. Indikasi lainnya

yang menyebutkan penguburan tersebut adalah korban dari pembantian dikarenakan tidak

ditemukannya bekal kubur pada setiap individu yang ditemukan, dimana pada umumnya

penguburan pada masa lalu memberikan bekal kubur bagi yang menginggal dunia (Violence in

Hunter - Gather Society). Dari penemuan penguburan di Sudan dapat diperkirakan bahwa,

perkembangan persenjataan yang dibuat oleh manusia pada masa lalu mungkin saja tidak hanya

berfungsi untuk pertahanan hidup untuk mencari makan, tetapi pertahan hidup terhadap

kelompok – kelompok lainnya pada masa lalu, bahkan pemberontakan untuk mendapatkan

tempat baru.

Kesimpulan

Perkembangan disiplin ilmu arekologi saat ini mengantarkan kita membuka cakrawala

berpikir melalui hadirnya arkeologi konflik. Arkeologi konflik mengantarkan untuk lebih jauh
melihat sejarah kebudayaan manusia, melalui konflik yang terjadi. arkeologi konflik tidak hanya

membahas bagaimana peperangan maupun stratergi perang yang hadir. Jauh sebelum itu konflik

yang secara sederhana didefenisikan sebagai peperangan kemungkinan besar telah terjadi.

Pandangan bahwa pada masa lalu merupakan masa yang lebih damai dibanding saat ini,

mungkin saja berbanding terbalik. Kehidupan lebih beresiko tanpa adanya peraturan yang

berlaku, dan bahkan dianggap lebih tidak beradap dibandingkan saat ini. Beberapa penemuan

arkeologis yang memperlihatkan adanya tanda – tanda konflik yang terjadi dimasa lalu menjadi

bukti konkrit. Sekalipun tidak dapat dipungkiri bukti – bukti tersebut masih dipandang sangat

kurang untuk dapat menyimpulkan beberapa temuan merupakan bagian dari tinggalan konflik

masa lalu.

Melalui sudaut pandang arkeologi konflik dapat dilihat bahwa adanya indikasi masuia

pada masa lalu menciptakan peralatan bukan hanya berpusat untuk kegiatan seperti berburu dan

mengumpulkan makanan saja. namun temuan – temuan arkeologis memperlihatkan

perkembangan teknologi atau perlatan persenjataan pada masa lalu dapat juga digunakan untuk

bertahan hidup dari kelompok - kelompok lainnya. Seperti ketika terjadi masalah lingkungan

maupun masalah demografis yang menghasruskan mereka melakukan pemberontakan maupun

perang.

Daftar Pustaka

Fagan, 1985 dalam Supriadi. (n.d.). Kondisi Lingkungan Leang Sakapao Pangkep Pada Masa

Penghunian Di Era Persejarah. Makassar, Sulawesi Selatan: Unversitas Hasanuddin.


Grant, 2002 dalam Supriadi. (n.d.). Kondisi Lingkungan Leang Sakapao Pangkep Pada Masa
Penghunian Di Era Prasejarah. Makassar, Sulawesi Selatan: Universitas Hasanuddin.

Keeley. (1996). Prehistoric Conflic.

Sjaf, S. (n.d.). Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik.

Sukmono, R. (1990). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Jakarta: Kanisius.

Violence in Hunter - Gather Society. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai