Oleh :
Siska Ariyanti (2005112890)
Kelas : 5.B
2. Abad Pertengahan
Beralih dari masa Yunani-Romawi, selanjutnya ialah abad pertengahan. Abad pertengahan
sendiri berawal sejak runtuhnya kekaisaran Romawi pada tahun 395 M hingga jatuhnya
Konstantinopel ke tangan Turki. Karl Marx (dalam Spiegel, 1997, hlm. 58) menyebutkan
bahwa abad pertengahan merupakan abad di mana gereja menguasai segala kegiatan manusia
sehingga pada abad tersebut dianggap sebagai sejarah para binatang sebab akal dan pemikiran
rasional tidak digunakan karena memprioritaskan kebenaran absolut dari dominasi gereja.
Dalam perkembangannya, historiografi sendiri mengalami perkembangan yang berbeda-beda
tiap periode zaman nya tergantung dari lingkungan, kebudayaan, dan tempat karya tersebut
lahir dan berkembang. Sehingga dapat dikatakan bahwa studi historiografi ini mempelajari
bagaimana para sejarawan menafsirkan dan menuliskan sebuah fakta sejarah. Secara tidak
langsung, dapat dikatakan bahwa sejarawan merupakan representasi dari zaman nya masing-
masing karena dalam karya nya terdapat ikatan dengan kebudayaan di mana sejarawan dan
karya nya tersebut muncul (Kartodirdjo, 1986, hlm. 244).
Historiografi pada masa abad pertengahan ditandai dengan puncak dominasi gereja dan
penulisan sejarah yang dilakukan bukan oleh para ahli melainkan oleh Bapak Gereja karena
pengaruh teologi sangat memengaruhi pemikiran saat itu.
Penulisan sejarah di Eropa pada Zaman Kristen Awal dan Zaman Pertengahan mempunyai dua
pusat, yaitu gereja dan negara, dengan pendeta dan raja sebagai pelaku utama. Hasilnya berupa
annals, chronicles, sejarah umum, dan biografi. Annals adalah catatan peristiwa-peristiwa
penting, biasanya dalam kalimat-kalimat pendek. Chronicles melukiskan peristiwa yang lebih
luas. Persamaan antara annals dan chronicles adalah keduanya bersifat penuturan yang urut
waktu. Sejarah umum bersifat sistematis, dan disusun berdasarkan topik. Biografi ditulis
berdasarkana pengalaman, biasanya oleh orang yang ditugaskan untuk itu.
Menurut Situmorang (2019, hlm. 142), keistimewaan dari laporan historis yang mereka
tinggalkan ialah isi nya yang memiliki makna penyelamatan yang unik dan tidak dapat
dibandingkan. Karya sejarah mereka merupakan kesaksian yang senantiasa mengundang
jawaban iman dalam diri manusia, dan tidak ditujukan sebagai alat untuk menunjukkan
rasionalitas mengenai kebenaran dari peristiwa penyelamatan di mana Allah sendiri yang
mengambil inisiatif.
Selain St. Augustine, sejarawan lain yang terlihat jelas jiwa zaman abad pertengahan nya ialah
Otto von Freising dari Jerman dengan karya nya yang berjudul Chronicle or History of Two
Cities di mana di dalamnya dikemukakan idea mengenai teologis dan teleologis.
3. Era Modern
Memasuki era modern, kemajuan pada era sebelumnya tentu terjadi karena sebuah pemicu,
seperti renaissance, aufklarung, romantisme akan masa lalu, dan lain sebagainya. Adanya rasa
rindu akan kejayaan yang pernah diraih sebelum terjadinya abad pertengahan, dan dengan
begitu masa ini merupakan suatu tekad dan semangat untuk mengembalikan rasionalitas yang
sebelumnya ditekan oleh dogma Gereja. Setelah runtuhnya kekuasaan atau dominasi Gereja,
ilmu pengetahuan mulai berkembang di Eropa. Begitu pula dengan penulisan sejarah yang
mulai kompleks.
Tokoh-tokoh yang dikenal berjasa dalam menyebarkan prinsip tersebut kepada dunia adalah
Voltaire, Montesque, Heeren, dan lain-lain. Historiografi atau penulisan sejarah pada era
modern meluas pada sejarah sosial, kultural, ekonomi, dsb. Para sejarawan sangat menghindari
unsur-unsur khayalan, mistis, prinsip teologi, dan mulai beralih ke unsur natural.
Mereka berusaha untuk menyepakati dua hal yang bertentangan (peran Tuhan dan alam) dan
mencari jalan tengah pada dua perspektif. Adapun beberapa sejarawan yang terkemuka pada
abad ini yaitu Arnold Toynbee dengan karya nya yaitu A Study of History (1934), Collingwood