A. Yunani
Seorang penyair bernama Homerus vang hidup kira-kira pada abad ke-
10 SM, dianggap sebagai pelopor penulis sejarah di dunia barat, meskipun
menurut ukuran modern sekarang kedua epos dalam bentuk puisi yang
ditulisnya yaitu Iliad dan Odyssey bukanlah benar-benar sejarah yang baik.
Meskipun ia memberikan juga beberapa aspek sejarah dari zamannya dalam
tulisan-tulisan tersebut sebagaimana terbukti kemudian dari ekskavasi situs
kota Troya di Asia Kecil (Turki sekarang), namun Homerus tidak dapat
melepaskan diri dari peran para dewa yang amat menentukan sehingga hasil
karyanya itu lebih merupakan legenda dan mitos daripada karya sejarah yang
objektif.
Iliad bercerita tentang peperangan mati-matian antara orang-orang
Yunani melawan orang-orang Troya, karena Paris, putra Raja Troya melarikan
Helen, istri Raja Sparta. Orang-orang Yunani mengejar untuk membalas
dendam dan mengepung kota Troya selama sepuluh tahun. Akhirnya kota itu
berhasil direbut dengan siasat menggunakan kuda kayu raksasa yang
diusulkan oleh Raja Yunani bernama Odysseus. Perut kuda kayu yang kelak
dikenal dengan sebutan Kuda Troya itu dimasuki oleh prajurit-prajurit
Yunani. Orang-orang Troya yang menyangka bahwa orang-orang Yunani telah
kalah, menyeret maasuk kuda raksasa. Malam hari ketika orang-orang Troya
lengah tertidur, prajurit-prajurit Yunani keluar dari perut kuda dan
menghabisi semua musuh-musuh mereka.
Berabad-abad cerita ini dianggap sebagai khayalan saja sampai pada
tahun 1870-1873 arkeolog Heinrich Schliemann mengadakan ekskavasi di
situs seiarah kota Troya. la berhasil menemukan sembilan kota yang tersusun
di atas yang lainnya. Menurut perkiraan kota lapis keenam adalah kota Troya
yang disebutkan dalam cerita Iliad.
Adapun Odyssey menceritakan tentanng pengembaraan Odysseus
setelah kota Troya jatuh. Ia kembali ke kampung halamannya di Ithaca
(Yunani), dan membalas dendam terhadap bangsawan-bangsawan yang telah
mencoba merebut tahtanya. Rupanya cerita ini dituturkan dari mulut ke
mulut sampai akhirnya dituliskan pada kira-kira tahun 800 SM.
Perkembangan menuju ke penulisan sejarah sebenarnya memerlukan
waktu vang cukup lama. Kemampuan dasar bersumber semula dari puisi dan
keterampilan berbicara (diskusi) sehingga karena ini Yunani dikenal pula
sebagai negeri tempat kelahiran epos dan cerita sejarah. Abad ke-6 SM
merupakan masa transisi intelektrual, yaitu ketika orang-orang Yinani mulai
meninggalkan puisi, dan mulai menulis dalam bentuk prosa. Muncul tulisan-
tulisan mengenai geografi dan kronologi. Penulis-penulis terawal ini disebut
“Logografoi”. Mereka ini menghasilkan tulisan-tulisan dalam bentuk prosa
sederhana tanpa bahasa yang dibumbui indah-indah mengenai tradisi-tradisi
lisan, legenda-legenda yang berhubungan dengan asal usul kota-kota, bangsa-
bangsa, pangeran-pangeran, kuil-kuil, dan sebagainya.
Semua ini menjadi sumber-sumber sejarah sebelum Herodotus tampil.
Di antara penulis-penulis Logografhoi ini misalnya Hecatacus dari Miletus
(kira-kira 550-478 SM), Dionysius dari Miletus, dan Charon dari Lampsacus
(kira-kira 470 SM). Ketiganya adalah orang-orang Yunani kelahiran daratan
Asia dan mereka hidup pada zaman yang sama dan merupakan saksi mata
dari peristiwa dari penyerbuan bangsa Persia (Thompson, 1958: 21-23).
Di antara sejumlah sejarawan Yunani terkemuka yang perlu diketahui
adalah sebagai berikut:
1. Herodotus (448-425).
Herodotus lahir di Asia, yaitu di Halikarnasus di sebelah barat
daya Asia Kecil (selarang termasuk Turki). Pada masa hidupnya ia
banyak mengembara dan berhasil memperkenalkan dunia Timur
(Orient) kepada bangsa-bangsa Yunani. Ia menjelajah seluruh Asia Kecil,
pedalaman Asia, sampai ke Susa (Persia), kepulauan Yunani, Mesir,
perbatasan Kaukasus dan muara Sungai Donau. semua wilayah Yunani,
Sisilia, dan akhirnya ke Italia, di mana ia kemudian meninggal (Seyffert,
1957: 28; Barnes, 1963: 8). Mengenai apa yang telah dilakukan
Heredotus dalam pengembaraannya, Maurice Croiset menulis:
Ia, Heredotus telah berhasil melakukan inkuiri yang teramat
berharga, mewawancarai orang-orang, mengunjungi monument-
monument bersejarah, mendapatkan informasi tentang segala hal,
tentang adat istiadat, undang-undang, bentuk-bentuk pemerintahan,
dan agama-agama, tanpa pengetahuan sebelumnya atau prasangka,
tetapi dengan suatu paduan antara ketajaman berpikir dan kesediaan
untuk menerima begitu saja informasi atas dasar keingintahuan yang
tidak pernah terpuaskan dan kebebasan pilihan agama. Dan dari apa
yang ia lihat, baca dan dengar, ia menghasiikan dengan kekuatan
kejeniusannya dengan rasa tajam akan hal-hal yang indah, dengan
bakatnya sehagai seorang tukang cerita, dan dengan keindahan gaya
penulisannya, suatu karya yang benar-benar mengagumkan. Dalam
suatu kerangka yang amat besar, sebagaimana dalam suatu panorama
yang mengesankan, ia memberikan kepada para pembacanya suatu
gambaran kehidupan dua puluh bangsa yang berbeda. Betapa
banyaknya pelajaran vang diberikan dalam koleksi yang ensiklopedis di
mana berbagai tipe manusia, kemajemukan, agama, dan sejarah dari
berbagai lembaga, yang disajikan secara menarik (Barnes, 1963: 28).
Bersumber dari apa yang dibaca, dilihat dan dialaminya.
Herodotus menulis karya sejarahnya yang terkenal, History of the
Persian Wars (Sejarah Perang Persia, 500-479 SM). Ia melihat
peperangan ini sebagai bentrokan antara dua kebudayaan/peradaban
yang berbeda yaitu Yunani dan Persia. Oleh sebab itu, ia mencoba
menyelami kedua kebudayaan dan peradaban tersebut. Meskipun ia
menganggap Persia sebagai bangsa “barbar” yang dibencinya, namun ia
juga mencoba bersikap objektif untuk menghargai peradaban yang telah
dicapai oleh bangsa Persia. Oleh sebab itu Herodotus dianggap sebagai
“Bapak Sejarah” dan juga “Bapak Antropologi” (Gawronski, 1969: 68).
Herodotus menulis pada pertengahan abad ke-5 SM. Dalam
menulis sejarah, karena dokumen di Yunani masih sedikit, maka ia
banyak tergantung kepada tradisi lisan, testimoni (kesaksian), inskripsi
(prasasti), sehingga membuat tingkat akurasinya tinggi. Tulisannya
menarik, karena perhatiannya kepada kemanusiaan yang luas. Ia
menulis untuk “melestarikan dari kelupaan ingatan atas perbuatan-
perbuatan manusia dan mencegah tindakan-tindakan besar dan indah
dan orang-orang Yunani dan Persia, kehilangan bagian-bagian yang
pantas mengenai mereka, dan mencatat alasan-alasan perselisihan di
antara keduanya. (Conkin dan Strombero, 1971: 12).
Herodotus mencoba kritis dan memberikan penjelasan-penjelasan
wajar alami (naturalistik) dari berbagai kejadian. Ia jarang merujuk
kepada campur tangan ketuhanan (Dewa) sebagaimana vang dilakukan
oleh Homerous dalam kedua eposnya tentang peperangan Troya,
beberapa abad sebelumnya. Heredotus seorang sejarawan naratif vang
terampil, yang sangat menaruh perhatian besar pada peristiwa sejarah.
Oleh sebab itu ia disebut juga “bapak penulisan prosa” (Thompson,
1958: 25).
Sebagai seorang Yunani yang kritis, ia sangat peduli untuk
melakukan inkuiri yang cermat untuk memisahkan kebenaran dari
kepalsuan yang meragukan. Ia tahu nilai dari testimoni oleh karena ia
mencari kesaksian-kesaksian lain yang otentik dan dipercaya. Metode
sejarah lisan sebenarnva telah dimulai oleh Herodotus. (Thompson,
1958: 23-28; Barnes, 1963: 28-29; Gawronski, 1969: 68)
B. Romawi
Penulisan sejarah era Romawi sangat dipengaruhi oleh Yunani
sebelumnya. Pengaruh Yunani ini berlangsung sampai abad ke-2 SM.
Sejarawan Romawi pertama, Fabius Pictor (254 SM) menulis Annals tentang
perang Funisia (Gawronski, 1969: 39) dalam bahasa Yunani. Kemudian,
sejarawan Romawi pertama yang menuiis Origins dalam bahasa Latin adalah
Cato (234-149 SM) mengenai sejarah Roma menurut tafsirannva yang diwarnai
prasangka patriotik dan aristokratis (Barnes, 1963: 36).
Adapun tokoh utama yang mempopulerkan penulisan sejarah Romawi
adalah Julius Caesar (100-44 SM), yang juga merupakan Kaisar Romawi.
Karyanya berjudul Commentaries on the Gallic Wars (Catatan-catatan tentang
Perang Gallia) dan Commentaries on the Civil War (Catatan-catatan mengenai
Perang Saudara). Meskipun tulisan-tulisannya itu merupakan pembelaan karir
politiknya terhadap lawan-lawannya, namun ia tetap menekankan objektifitas,
kejelasan, dan tingkat ketepatan yang tinggi. Karya-karyanya memberikan
informasi yang penting mengenai Galia pra-Romawi, seperti halnya karya
Tacitus Germania mengenai Jerman pra-Romawi (Gawronski, 196: 644;
Bames, 1963: 36-37).
Barnes, Harry Elmer. (1962). A History of Historical Writing. New York: Dover
Publication.Inc.
Conkin, Paul, dan Stomberg, Roland N. (1971). The Heritage and Challenge of
History. New York: Dodd, Mead and Company.
Thompson, James Westfall. (1958). A History of Historical Writing Vol. II. New
York: The Macmillan Company