Anda di halaman 1dari 7

|29

Jurnal Kalacakra
Volume 01, Nomor 01, 2020, pp: 29-35
P-ISSN 2723-7389 I E-ISSN 2723-7397
e-mail: jurnalkalacakra@untidar.ac.id, website: https://jurnal.untidar.ac.id/index.php/kalacakra/index

PENGUATAN SIKAP BELA NEGARA SISWA DALAM MENANGKAL


RADIKALISME

Suwandoko1a), Yasnanto2b), Delfiyan Widiyanto3c)


1
Prodi Hukum, Fakultas Politik dan Ilmu sosial, Jl. Kapten Suparman No.39, Tuguran, Potrobangsan, Kec.
Magelang Utara, Kota Magelang, 56116 , (0293) 364113
2,31
Prodi PBSI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jl. Kapten Suparman No.39, Tuguran, Potrobangsan,
Kec. Magelang Utara, Kota Magelang, 56116 , (0293) 364113
e-mail: a)suwandoko@untidar.ac.id, b)yasnanto@gmail.com, c)delfiyanwidiyanto@untidar.ac.id

Received: 25 Juni 2020 Revised: 28 Juni 2020 Accepted: 28 Juni 2020

ABSTRAK
Bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Upaya penguatan sikap bela negara
dapat dilakukan di sekolah yang merupakan wahana pendidikan bagi generasi muda bangsa untuk
membentuk sikap bela negara dengan penanaman nilai-nilai Pancasila dalam menangkal adanya paham
radikalisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganilis urgensi sikap bela Negara dan menganalisis
penguatan sikap bela negara siswa dalam menangkal radikalisme. Metode penelitian ini menggunakan
jenis penelitian yuridis sosiologis. Hasil penelitian menunjukan bahwa urgensi sikap bela negara yang
ditinjau dari aspek filosofis, sosiologis dan yuridis. Penguatan sikap bela negara siswa dalam menangkal
radikalisme yang didalamnya terbentuk hubungan sinergi antara kepala sekolah dengan guru dan
pembina pramuka melalui pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan pramuka. Sehingga mampu
siswa mampu menerapkan nilai-nilai luhur pada Pancasila yang mampu menangkal adanya paham
radikalisme.

Kata Kunci: penguatan sikap, bela negara, radikalisme.

ABSTRACT
Defending the country is the right and duty of every citizen. Efforts to strengthen the attitude of defending
the country can be done in schools which are a vehicle for education for the nation's young generation to
shape the attitude of defending the country by instilling the values of Pancasila in counteracting the
understanding of radicalism. The purpose of this study is to dismantle the urgency of state defense
attitudes and analyze the strengthening of students' state defenses in counteracting radicalism. This
research method uses the type of sociological juridical research. The results showed that the urgency of
the state defense attitude in terms of aspects philosophical, sociological and juridical. Strengthening the
stance of defending the country's students in counteracting radicalism in which a synergy relationship is
formed between the principal and the teacher and the scoutmaster through civic education and scout
education. So that students are able to apply the noble values of Pancasila which are able to ward off the
understanding of radicalism.

Keywords: strengthening attitudes, defending the country, radicalism.

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|30

PENDAHULUAN perubahan politik, kemiskinan, rendahnya


peradaban budaya, dan sosial. Adanya
Bela negara merupakan hak dan radikalisme yang berujung pada kegiatan
kewajiban setiap warga negara. terorisme yang mengakibatkan kerugian
Sebagaimana berlandaskan Undang- terhadap negara maupun warga negara.
Undang Dasar Republik Indonesia Tahun (Abdullah, 2006: 2-3).
1945 yang dalam hal ini setiap warga Untuk mengantisipasi hal ini, maka
negara dengan penuh rasa tanggung jawab dibutuhkan program yang menyeluruh dan
serta mengabdi secara ikhlas dalam bisa menangkal ancaman akan bahaya
mempertahankan persatuan dan kesatuan radikalisme. Bela negara menjadi salah
bangsa. satu upaya dikalangan pelajar untuk
Kedisiplinan, keuletan, ketangguhan, menangkal adanya paham radikalisme.
kejujuran serta rasa tangggung jawab harus Sehingga perlu segera diantisipasi, agar
tertanam dalam kepribadian setiap warga dimasa depan tidak menghancurkan sendi-
negara dalam mewujudkan bela negara. sendi kehidupan masyarakat.
Dalam Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Penyelenggaraan bela negara
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan disesuaikan dengan perkembangan tumbuh
Negara menyatakan bahwa keikutsertaan kembang anak. Para pelajar SMP perlu
warga negara dalam upaya bela negara mulai diperkenalkan tentang bela negara.
diselenggarakan melalui pendidikan Dengan penanaman nilai-nilai sikap bela
kewarganegaraan, pelatihan dasar negara dilakukan sejak dini. Diharapkan,
kemiliteran secara wajib, pengabdian nilai-nilai tersebut akan berbuah menjadi
sebagai prajurit TNI secara sukarela atau perilaku sehari-hari yang mencerminkan
secara wajib; dan pengabdian sesuai dengan cinta tanah air.
profesi. Upaya tersebut dapat dilakukan Bela negara akan mewujudkan anak
oleh warga negara untuk berpartisipasi untuk mendapatkan perlindungan dari
dalam upaya bela negara. berbagai marabahaya. Ancaman ideologi
Upaya penguatan sikap bela negara dan cara pandang, akan tereduksi dengan
dapat dilakukan di sekolah. Sekolah sendirinya, karena ada filter yang dipupuk
menjadi wahana pendidikan bagi generasi sejak anak-anak melalui program bela
muda bangsa. Penguataan sikap bela negara negara. Selain itu, bela negara sejatinya
dapat digunakan untuk mengatasi ancaman menjadi implementasi lima pilar
globalisasi dan paham yang bertentangan perlindungan anak, di antaranya adalah
dengan nilai-nilai Pancasila. pemerintah dan negara. Diharapkan,
Ancaman bagi generasi muda saat ini dengan kaderisasi Bela Negara di kalangan
ialah dengan berkembangnya paham anak, maka akan tumbuh kesadaran untuk
radikalisme. Penyebaran paham ekstrim dan membentengi diri dari berbagai ancaman
radikal di kalangan pelajar yang akan nonmiliter seperti yang sudah disebut di
menjadi target kelompok tertentu untuk atas. Hal ini tidak lepas dari keinginan kita
dibina menjadi generasi radikal. semua untuk menjaga bersama-sama
Idris (2016: 202) menyatakan bahwa keutuhan NKRI di masa depan dengan
radikalisme merupakan suatu paham yang mendidik lebih baik lagi anak-anak kita.
menghendaki adanya perubahan, Melalui bela negara diharapkan akan
pergantian, dan penjebolan terhadap suatu terbangun generasi yang memiliki karakter
sistem masyarakat sampai ke akarnya. disiplin, optimisme, kerja sama, dan
Radikalisme yang berbahaya berupa kepemimpinan yang sudah barang tentu
perubahan besar atau ekstrem namun menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
cenderung bertentangan dengan kelaziman negara kita. Penanaman nilai cinta tanah air
dan aturan agama atau negara. sejak dini, artinya kita membangun rasa
Penyebab adanya gerakan radikalisme nasionalisme dan kebangsaan di generasi
dikarenakan keterbelakangan pendidikan, muda. Ini menjadi upaya konkret untuk

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|31

menentukan sikap dalam konteks triangulasi data. Teknik analisis data model
mempertahankan Pancasila dan keutuhan interaksi ialah komponen reduksi data,
NKRI. Dengan demikian, maka peneliti penyajian data dan penarikan kesimpulan
ingin mengetahui penguatan sikap bela dilakukan dengan proses pengumpulan data,
negara dalam menangkal radikalisme di setelah data terkumpul maka ketiga
SMP Kartika XII-1. komponen analisis (reduksi data, sajian
data, dan penarikan kesimpulan) saling
METODE PENELITIAN berinteraksi.

Penelitian ini dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN


pendekatan kualitatif. Menurut Ashofa
(2013: 20-21) bahwa pendekatan kualitatif Urgensi Sikap Bela Negara Siswa
memusatkan perhatian pada prinsip umum Bela negara memiliki pengertian
yang mendasari perwujudan satuan-satuan sikap atau perilaku warga negara yang
gejala sosial budaya dengan menggunakan dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
untuk mendapatkan pola-pola yang berlaku. dalam menjamin kelangsungan kehidupan
Pendekatan penelitian kualitatif pada bangsa dan negara secara utuh (Siahaan,
penelitian ini memberikan gambaran 2016: 9).
mengenai pola-pola penguatan sikap bela Berdasarkan hal tersebut, maka
negara dalam menangkal radikalisme di urgensi sikap bela negara siswa di SMP
SMP Kartika XII-1. Jenis penelitian yang Kartika XII-1 Kelurahan Banyurojo
digunakan adalah hukum yuridis. Menurut Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
Soekanto (2012: 51) penelitian hukum Magelang, dilihat dari beberapa landasan
yuridis sosiologis berupa penelitian yaitu:
terhadap identifikasi hukum dan efektifitas 1. Landasan Filosofis
hukum. Secara yuridis terkait peraturan Landasan filosofis terkait dengan sikap
perundang-undangan yaitu Undang-Undang bela negara bagi siswa yakni Pancasila
Dasar 1945, Undang-Undang 39 Tahun yang merupakan sikap dan perilaku
1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang- dalam kehidupan berbangsa dan
Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang bernegara. Bahwa Pancasila menjadi
Pertahanan Negara, Undang-Undang idelogi Bangsa Indonesia yang
Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan merdeka dan berdaulat. Sehingga siswa
Undang-Undang 1 Tahun 2002 tentang harus mengamalkan nilai-nilai yang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme terkandung di dalam Pancasila dalam
Menjadi Undang-Undang, Undang-Undang kehidupan sehari-hari sebagai wujud
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan bela negara.
Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2. Landasan Yuridis
2003 tentang Penetapan Undang-Undang 1 Landasan yuridis terkait dengan sikap
Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak bela negara bagi siswa yakni:
Pidana Terorisme Menjadi Undang- a. Undang-Undang Dasar 1945
Undang. Secara sosiologis penelitian ini Pasal 27 ayat (3) menyatakan bahwa
difokuskan terhadap pelaksanaan hukum setiap warga negara berhak dan
yang membahas penguatan sikap bela wajib ikut serta dalam upaya
negara siswa dalam menangkal radikalisme. pembelaan negara. Berdasarkan hal
Penelitian ini dilakukan di SMP tersebut siswa berhak wajib ikut
Kartika XII-1 Kelurahan Banyurojo serta dalam upaya bela negara yang
Kecamatan Mertoyudan Kabupaten terimplementasikan dalam
Magelang. Teknik pengumpulan data kehidupan sekolah maupun
menggunakan dokumentasi, observasi, dan kehidupan di masyarakat.
wawancara. Validitas dara menggunakan

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|32

b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun alasan sikap bela negara penting bagi


2002 tentang Pertahanan Negara siswa di SMP Kartika, yakni:
Undang-Undang Nomor 3 Tahun a. Melaksanakan nilai-nilai Pancasila
2002 tentang Pertahanan Negara, dan Undang-Undang Dasar 1945.
pada pasal 9 ayat (1) berbunyi setiap b. Meningkatkan rasa cinta tanah air.
warga negara berhak dan wajib ikut c. Membentuk kedisplinan dalam
serta dalam upaya bela negara yang bersikap terkait waktu dan aktivitas.
diwujudkan dalam penyelenggaraan d. Membentuk perilaku jujur, tegas,
pertahanan negara. Keikutsertataan adil, tepat, dan kepedulian antar
warga negara dalam upaya bela sesama.
negara, sebagaimana yang dimaksud e. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan
pada ayat (1) diselenggarakan Republik Indonesia terhadap
melalui: ideologi yang bertentangan dengan
1) Pendidikan kewarganegaraan. Pancasila, sehingga mampu
2) Pelatihan dasar kemiliter secara mencegah radikalisme.
wajib.
3) Pengabdian sebagai prajurit Penguatan Sikap Bela Negara Siswa
TNI secara sukarela dan secara Kesadaran bela negara menjadi
wajib. modal dasar sekaligus kekuatan bangsa,
4) Pengabdian secara profesi dalam rangka menjaga kedaulatan, dan
Berdasarkan hal tersebut keutuhan, serta kelangsungan hidup bangsa
siswa ikut serta dalam upaya bela dan negara Indonesia (Siahaan, 2016: 10).
negara terwujud dalam bentuk Berdasarkan hal tersebut perlu
mengikuti proses pembelajaran adanya penguatan sikap bela negara siswa
yakni pada pendidikan mengangkal radikalisme di SMP Kartika
kewarganegaraan. XII-1. Bentuk penguatan sikap bela negara
c. Undang-Undang 39 Tahun 1999 oleh siswa yaitu:
tentang Hak Asasi Manusia 1. Sikap bela negara bagi siswa melalui
Pasal 100 Undang-Undang 39 pendidikan kewarganegaraan
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Nalurita Puspitawati, S.Pd. selaku
Manusia menyatakan setiap orang, Guru Pendidikan Kewarganegaraan
kelompok, organisasi politik, (Magelang. 16 Desember 2019),
organisasi masyarakat, lembaga menyatakan bahwa penguatan sikap
swadaya masyarakat, atau lembaga bela negara bagi siswa diajarkan pada
kemasyarakatan lainnya, berhak mata pelajaran pendidikan
berpartisipasi dalam perlindungan, kewarganegaraan yang akan
penegakan, dan pemajuan hak asasi membentuk karakter siswa akan
manusia. pentingya sikap bela negara. Selain itu,
Berdasarkan hal tersebut melalui Pendidikan Kewarganegaraan
siswa ikut berpartisipasi untuk diperkenalkan multikultural.
menghormati hak asasi manusia Pendidikan multikultural dapat menjadi
sebagai wujud sikap bela negara upaya menangkal radikalisme. Hal itu
tanpa adanya diskriminasi sehingga sesuai yang diungkapkan oleh Munip
mampu terwujud perlidungan (2012: 174-179) upaya yang digunakan
terhadap harkat dan martabat untuk menanggulangi radikalisme di
manusia. sekolah salah satunya dengan
3. Landasan Sosiologis pengenalan dan penerapan pendidikan
Nalurita Puspitawati, S.Pd. multikultural.
selaku Guru Pendidikan Siswa SMP Kartika (Magelang. 19
Kewarganegaraan (Magelang. 16 Desember 2019), menyatakan bahwa
Desember 2019), menyatakan bahwa dengan pendidikan kewarganegaraan

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|33

kami diajarkan akan pentingnya sikap Siswa SMP Kartika (Magelang. 19


bela negara untuk membentuk sikap Desember 2019), menyatakan dengan
kedisplinan, mengamalkan nilai nilai adanya pendidikan pramuka dapat
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. membentuk pribadi yang disiplin,
Sikap kedislinan dan mengamalkan tangguh, mandiri dan cinta tanah air.
nilai Pancasila bagian dari dasar bela Persaaan cinta tanah air yang dimiliki
negara. Menurut Siahaan (2016:10) oleh siswa dapat menjauhkan dari
bahwa lima dasar bela negara yakni, masuknya paham aliran yang mengajak
a. Cinta tanah air pada hal-hal yang merusak kehidupan
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara. bangsa dan tetap menjaga keutuhan
c. Yakin akan Pancasila Sebagai bangsa. Apabila siswa memiliki pribadi
ideologi negara dan pandangan yang disiplin, tangguh, mandiri dan
hidup bangsa. cinta tanah air maka akan menjadi
d. Rela berkorban untuk bangsa dan modal persatuan dan kesatuan NKRI.
negara. Berdasarkan hal tersebut dengan
e. Memiliki kemampuan awal bela pendidikan pramuka, siswa sebagai
negara. peserta didik memegang teguh janji Tri
Percaya pada Pancasila sebagai Satya dan menepati Dasa Dharma.
ideologi bangsa dapat menangkal Sehingga membentuk generasi muda
paham aliran ekstrem mengenai paham menjadi yang beriman, bertakwa,
yang merusak kesatuan bangsa. berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat
Berdasarkan hal tersebut hukum dan disiplin. Pendidikan
pendidikan kewarganegaraan yang pramuka merupakan sistem pendidikan
merupakan salah satu bentuk bela yang sesuai dengan perkembangan
negara didalamnya memberikan materi masyarakat yang ada di Indonesia.
akan wawasan kebangsaan yang Gerakan pramuka merupakan wadah
berkepribadian Pancasila. Maka untuk mendidik siswa agar mempunyai
mampu menumbuhkan rasa watak, berkepribadian yang luhur
nasionalisme dan patriotisme dalam berdasarkan Pancasila, serta
mewujudkan bela negara. Selain hal menanamkan sikap bela negara. maka
tersebut bahwa pendidikan siswa mampu menjunjung tinggi nilai
kewarganegaraan sebagai wujud keluhuran bangsa Indonesia sebagai
pembelajaran dalam menuntut ilmu kader bangsa yang sanggup menjaga
demi meningkatkan kualitas diri, serta membangun Negara Kesatuan
memperkuat toleransi adanya Republik Indonesia (NKRI) dan
perbedaan yang ada di dalam mengamalkan Pancasila serta
masyarakat, serta untuk mencegah melestarikan lingkungan hidup. Maka
adanya disintregrasi bangsa dalam hal bisa menangkal adanya ideologi yang
ini adalah mencegah adanya paham bertentangan dengan Pancasila yakni
radikalisme yang mengganggu paham radikalisme. Model penguatan
persatuan dan kesatuan bangsa. sikap bela negara siswa sebagai
2. Sikap bela negara bagi siswa melalui berikut.
pendidikan pramuka
Adi Nurcahyono, S.Pd. selaku Ka
Gudep Pramuka (Magelang. 17
Desember 2019), pramuka yang
memiliki tujuan mulia, di antaranya
menanamkan rasa cinta tanah air dan
pengamalan Pancasila kepada generasi
muda sebagai wujud bentuk bela Gambar 1. Penguatan Sikap Bela
negara. Negara Siswa

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|34

Urgensi sikap bela negara siswa bertentangan dengan Pancasila,


merupakan landasan dalam penguatan sikap sehingga mampu mencegah
bela negara siswa di SMP Kartika XII-1. radikalisme.
Penguatan sikap bela negara siswa 2. Penguatan sikap bela negara siswa di
dilakukan melalui pendidikan SMP Kartika XII-1 dilakukan melalui
kewarganegaraan dan pendidikan pramuka. mata pelajaran PPKn dan
Hubungan yang sinergi antara kepala ekstrakurikuler pramuka. Kedua
sekolah dengan guru serta pembina kegiatan tersebut menjadi wadah
pramuka berperan penting untuk pembelajaran di sekolah untuk siswa.
terlaksananya penguatan sikap bela negara Sehingga mampu siswa mampu
siswa. Sehingga mampu mewujudkan sikap menerapkan nilai-nilai luhur pada
kepada siswa untuk mengamalkan nilai- Pancasila yang mampu menangkal
nilai luhur pada Pancasila yang mampu adanya paham radikalisme.
menangkal adanya paham radikalisme yang
yang dapat mengakibatkan disintegrasi UCAPAN TERIMA KASIH
Bangsa Indonesia.
Nalurita Puspitawati, S.Pd. selaku Ucapan terimakasih ditujukan kepada
Guru Pendidikan Kewarganegaraan kepala sekolah, guru PPKn, pembina
(Magelang. 16 Desember 2019), pramuka SMP Kartika XII-1 Kelurahan
menyatakan hambatan dalam penguatan Banyurojo Kecamatan Mertoyudan
sikap bela negara siswa yakni terkait Kabupaten Magelang yang telah membantu
dengan kedisplinan siswa dalam penelitian sebagai narasumber penelitian.
pembelajaran. Upaya yang dilakukan yakni
melakukan monitoring evaluasi terhadap DAFTAR PUSTAKA
siswa.
Abdullah, Anzar. (2016). Gerakan
SIMPULAN Radikalisme Dalam Islam:
Perpsektif Historis.. Jurnal ADDIN,
Berdasarkan hasil penelitian dan Vol. 10 (1). Hlm.1-28.
pembahasan dapat disimpulkan, sebagai Ashofa, Burhan. (2013). Metode Penelitian
berikut: Hukum. Jakarta:Rineka Cipta.
1. Urgensi sikap bela negara siswa di Idris, Irfan. (2016). Membumikan
SMP Kartika XII-1 Kelurahan Deradikalisasi: Soft Aproach Model
Banyurojo Kecamatan Mertoyudan Terorisme dari Hulu ke Hilir Secara
Kabupaten Magelang terdiri atas Berkesinambungan. Jakarta: Daulat
landasan filosofis yakni Pancasila, Press.
landasan yuridis yakni Undang-Undang Munip, Abdul. (2012). Menangkal
Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 3 Radikalisme Agama di Sekolah.
Tahun 2002 tentang Pertahanan Jurnal Pendidikan Islam Vol. 1(2).
Negara, Undang-Undang 39 Tahun Hlm. 159-180.
1999 tentang Hak Asasi Manusia, serta Siahaan, Timbul. (2016). Bela Negara dan
landasan sosiologis yakni Kebijakan Pertahanan. Wira.
melaksanakan nilai-nilai Pancasila dan Majalah Wira. Jakarta: Puskom
Undang-Undang Dasar 1945, Publik Kemhan.
meningkatkan rasa cinta tanah air, Soekanto, Soerjono. 2012. Pengantar
membentuk kedisplinan dalam bersikap Penelitian Hukum. Jakarta:
terkait waktu dan aktivitas, membentuk Universitas Indonesia.
perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan Undang-Undang Dasar 1945.
kepedulian antar sesama dan menjaga Undang-Undang 39 Tahun 1999 tentang
keutuhan Negara Kesatuan Republik Hak Asasi Manusia.
Indonesia terhadap ideologi yang Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara.

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1


|35

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003


tentang Penetapan Undang-Undang
1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme Menjadi Undang-
Undang.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003
tentang Penetapan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme Menjadi Undang-
Undang.

Jurnal Kalacakra, Volume 1, Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai