Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Yang diampu oleh Bapak Ahmad Arif Widianto, S.Sos, MA

Nama : Zahwa Aulia Zein


NIM : 190141602044
Jurusan : Pendidikan Luar Sekolah
Offering : C9

A. Judul Penelitian
“PELATIHAN BELA NEGARA SEBAGAI BENTUK PENERAPAN RASA
NASIONALISME BAGI MAHASISWA BARU UNIVERSITAS NEGERI MALANG”

B. Latar Belakang
Semakin maju suatu bangsa akan sulit juga bagi bangsa tersebut untuk melindungi
negaranya dari ancaman yang selalu datang. Dengan arus globalisasi dan moderenisasi, suatu
negara akan semakin mudah untuk digoyahkan. Ancaman ini dapat berasal dari dalam maupun
dari luar baik bersifat ancaman militer maupun non-militer. Salah satu ancaman non-militer
tersebut adalah menurunnya semangat nasionalisme.
Secara luas rasa nasionalisme merupakan adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu
bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan
dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam
terhadap bangsa itu sendiri. Nasionalisme atau rasa kebangsaan antara bangsa yang satu dengan
yang lain memiliki sejarah yang berbeda. Bagi bangsa Indonesia memiliki sejarah yang unik,
bangsa dapat diartikan suatu kesatuan solidaritas masyarakat yang terbangun oleh perasaan
kebersamaan akibat kesediaan saling berkorban dalam waktu yang panjang serta kesediaan untuk
melanjutkan di masa kini dan masa yang akan datang dengan berlandaskan atas kebersamaan itu
untuk mewujudkan cita-cita bersama (Jalil, 2001). Solidaritas dan kebersamaan tersebut tidak
terbangun atas asal-usul, suku bangsa, agama, bahasa, geografi melainkan pengalaman sejarah dan
nasib bersama. Dengan ditanamnya rasa nasionalisme, dapat membentuk karakter masyarakat
yang baik dan sesuai dengan nilai serta moral yang ada sehingga dapat menciptakan kondisi
masyarakat yang aman dan sejahtera.
Namun, tidak sedikit juga pudarnya rasa nasionalisme di antara masyarakat terutama pada
kalangan mahasiswa yang menjadikan ancaman non-militer dari dalam negeri atau internal. Hal
ini dapat dicontohkan dengan maraknya tawuran antar mahasiswa, kenakalan remaja dan sikap
apatis terhadap negara. Kondisi seperti ini apabila dipertahankan dapat menjadi ancaman besar
bagi negara. Salah satu cara untuk meningkatkan rasa nasionalisme adalah penanaman rasa bela
negara melalui pelatihan bela negara. Kesadaran bela negara merupakan salah satu wujud nyata
sumbangsih warga negara dalam upaya mengembangkan, memperkokoh dan memperkuat
ketahanan bangsa dalam menghadapi globalisasi yang semakin tidak menentu. Bela negara
merupakan benteng bagi negara dalam menyelamatkan kelanggengan kehidupan berbangsa.
Peningkatan kualitas eksistensi negara membutuhkan semangat dan bela negara dimasyarakatnya,
tanpa itu dapat dipastikan kehidupan berbangsa akan mudah goyah, luntur, dan pada akhirnya
Negara itu akan hancur. Oleh karena itu, pembentukan sikap bela negara harus dilakukan sedini
mungkin melalui pelatihan bela negara dengan cara memupuk kecintaan kepada tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara, kesediaan rela berkorban demi bangsa dan negara,
menghayati dan mengamalkan Pancasila sehingga memiliki sikap mental yang menyadari akan
hak dan kewajibannya serta tanggung jawab sebagai warga negara.
Pelatihan adalah sebuah proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur
yang sistematis dan terorganisir. Pelatihan adalah kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan
sumber daya manusia melalui rangkaian kegiatan identifikasi, pengkajian serta proses belajar yang
terencana. Hal ini dilakukan melalui upaya unuk membantu mengembangkan kemampuan yang
diperlukan agar dapat melaksanakan tugas. Mangkunegara (2008:50) mengemukakan bahwa,
pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis
dan terorganisisr di mana peserta mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan
terbatas.
Pelatihan bela negara adalah pelatihan yang ditujukan untuk melatih tekad, sikap dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 rela berkorban demi
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pelatihan bela negara dilaksanakan oleh
kampus untuk melatih dan menanamkam rasa nasionalisme kepada para mahasiswa agar dapat
menjalankan kehidupan sesuai dengan akhlak baik dan nilai moral yang ada. Penelitian mengenai
pelatihan bela negara di universitas telah banyak dilaksanakan dengan hasil yang berbeda. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran pentingnya pelatihan bela negara dalam
upaya menanamkan rasa nasionalisme pada mahasiswa Universitas Negeri malang.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pembentukan rasa nasionalisme melalui pelatihan bela negara?
2. Apa manfaat dari pelatihan bela negara yang dilaksanakan?
3. Bagaimana bentuk bela negara lainnya dalam menanamkan rasa nasionalisme pada
mahasiswa?

D. Tinjauan Pustaka
1. Kajian Penelitain Terdahulu
Gredinand (2017) melakukan penelitian mengenai penerapan pendidikan bela negara di
perguruan tinggi. Fokus penelitian yang dilakukan adalah pembentukan karakter yang merupakan
bagian dari sikap bela negara. Salah satu upaya pembentukan karakter sikap bela negara adalah
melalui kegiatan pembinaan terhadap ketahanan masyarakat melalui pelatihan bela negara.
Penelitian dilakukan dengan mengambil obyek studi di Universitas Dipenogoro Semarang.
Pelatihan bela negara ini hanya diikuti oleh mahasiswa berbasis minat dan bakat tertentu di Yonif
400/Raider dan anggota resimen mahasiswa (Menwa) di Rindam IV/Dipenogoro untuk
mendapatkan bekal bela negara.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peran (role theory), yang
merupakan perpaduan teori, orientasi, maupun disiplin ilmu, selain dari psikologi, teori peran
daridan masih tetap digunakan dalam sosiologi da antropologi. Istilah peran ini merupakan
seseoramg yang harus bermain dan diharapkam berperilaku sesuai dengan tokoh dan posisinya
serta mengaitkan pelatihan bela negara yang mempengaruhi tiga komponen yaitu behavioral
beliefs, normative beliefs dan control beliefs dalam menyumbang pembentukan attitude toward
behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control mahasiswa yang menentukan tingkat
kekuatan intensi seseorang dalam kesadaran bela negara.
Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana pelatihan bela negara dapat berpengaruh.
kepada mahasiswa perguruan tinggi. Penelitian ini mengaitkan sebuah teori dengan sikap bela
negara yang dibentuk atas tiga komponen yang menyatakan bahwa intensi seseorang untuk
memiliki sikap dan tindakan bela negara sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar
dirinya. Dalam penelitian juga digambarkan penerapan pelatihan bela negara Universitas
Dipenogoro sebagai pelatihan yang dirancang untuk mahasiswa baru dengan pendekatan
pembinaan moral dan mental berkebangsaan positif. dan disarankan pelatihan negara untuk
ditingkatkan dan dilanjutkan seperti dengan pelaksanaan pelatihan bela negara yang monoton
diganti dengan sebentuk upaya penerapan pendidikan bela negara yang masuk keseluruh lini.

2. Kajian Teori
Nasionalisme adalah suatu paham kebangsaan yang mempersatukan rakyat dan bercita-cita
mendirikan, mempertahankan dan mengisi dan berdaulat penuh, serta berusaha memperjuangkan
kepentingan-kepentingan nasional. Namun, masih banyak masyarakat terutama mahasiswa yang
tidak sadar penuh akan tindakannya yang tidak menggambarkan sikap nasionalisme seperti
kenakalan remaja, bolos kelas dan tawuran antar sesama. Rasa nasionalisme dapat ditingkatkan
dengan berbagai cara yang salah satunya adalah pelatihan bela negara. Pelatihan ini merupakan
pelatihan dalam rangka menanamkan rasa ketahanan, dan kecintaan terhadap negeri bagi
mahasiswa baru Universitas Negeri Malang untuk membina dan pembentukan karakter serta
penanaman rasa nasionalisme. Dalam pelatihan ini, mahasiswa mengikuti berbagai rangkaian
acara dan kegiatan yang disetiap kegiatannya megandung maksud tersendiri dalam menanamkan
rasa nasionalisme. Dikutip dari CNN Indonesia (08/20), berdasarkan wawancara dengan
Kemendikbud melalui Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, mengatakan bahwa program
bela negara di lingkungan kampus sekaligus untuk mengakomodir hak Warga Negara Indonesia
menjadi komponen cadangan dalam pertahanan negara. Hal ini merujuk pada UU No.23 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara.
Tokoh dari teori behavioristik ini adalah B.F Skinner (1953), ia menulis buku science and
Human Behavior yang menjelaskan tentang peranan dari teori operant conditioning di dalam
perilaku manusia. Bagi Skinner, perkembangan adalah perilaku, sehingga diyakinkan bahwa
perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman lingkungan.
Begitu juga dengan hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi seseorang
dengan lingkungannya, kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Pelatiahn bela negara ini
juga bertujuan memberikan gambaran bagaimana caranya menjadi warga negara yang Tangguh,
bertanggung jawab, berani dan menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku manusia. Menurut
Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah laku
manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga
perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan
kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan
pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian
dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Teori yang sesuai dengan penanaman nilai nasionalisme melalui pelatihan bela negara
karena dasarnya dalam teori ini belajar adalah perubahan tingkah laku sebaagai akibat adanya
interaksi antara stimulus (ransangan) dengan respon (tanggapan). Seseorang dapat dianggap
belajar apabila menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Begitu pun dengan perubahan
tingkah laku nasionalisme, ketika mahasiswa diberikan stimulus (rangsangan) dalam bentuk
pemberian materi dan latihan fisik, mahasiswa akan memberi respon dengan melaksanakannya
dan apabila terus dilakukan, dapat menjadi sebuah kebiasaan baru yang nantinya membentuk
karakter.
Teori behavioristik memiliki relevan dengan pelatihan bela negara karena aliran ini
beranggapan belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap panca indra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus respons. Dengan para ahli
berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Pelatihan bela negara dibagi menjadi lima tahap pembinaan karakter, yaitu 1) pencairan atau
pengalaman, 2) refleksi diri untuk meningkatkan nilai moral dan etika, 3) konsep berwawasan
nusantara yang berkarakter, 4) pemahaman nilai juang pahlawan, dan 5) penerapan keilmuan yang
berkarakter sesuai dengan kaidah Pancasila. Sehingga dalam pelatihan ini merupakan suatu
kumpulan proses pembentukan diri yang dipadu dengan teknik observasi dan monitoring
individual.
Teori ini digunakan untuk menganalisis dapatkan mahasiswa baru merubah sikap dan
membangun karakter setelah mendapatkan pelatihan bela negara bersama tentara selama 3 hari.
Perubahan sikap atau keberhasilan pelatihan bela negara dapat dilihat setelah pelaksanaan di mana
apabila berhasil akan terjadi perubahan tingkah laku pada mahasiswa yang mengikuti pelatihan.
Harapan dari penggunaan teori ini adalah dapat diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi
suatu perubahan perilaku dari seseorang seperti pembelajaran stimulus-respons. Dengan teori ini
juga diharapkan dapat memahami perilaku manusia berdasarkan pengalaman yang telah
dialaminya.

E. Metode Penelitian
Penerlitian dilaksanakan di Universitas Negeri Malang dengan subyek penelitian adalah
mahasiswa Angkatan 2019/2020 yang telah menerima pelatihan bela negara tahun lalu dengan
durasi penelitian selama 3 jam serta metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Menurut Imam Gunawan, metode kualitatif kualitatif berusaha memahami dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut
perspektif peneliti sendiri. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk
memahami obyek yang diteliti secara mendalam Bertujuan untuk mengembangkan konsep
sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran
teori dari bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dari
fenomena yang dihadapi. (Merriam, 2009) metode kualitatif disebut sebagai penelitian artistic
karena proses penelitiannya lebih bersifat seni (kurang terpola) dan disebut juga dengan metode
interpretatif, karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan.
Metode kualitatif yang digunakan adalah jenis naratif dan etnografi. Metode kualitatif
naratif digunakan dalam penjabaran kehidupan individua atau kelompok yang diteliti, seperti pada
penelitian ini yang dijabarkan adalah keseharian dan aktivitas dari mahasiswa Angkatan 2019 yang
mengikuti pelatihan bela negara. Sedangkan, metode kualitatif etnografi digunakan untuk
mendalami pola perilaku, bahasa, dan tindakan sosial. Penggunaan kedua metode untuk
mendapatkan secara detil mengenai perubahan tingkah laku yang dilakukan mahasiswa setelah
mengikuti pelatihan bela negara serta agar mendapat sumber dari berbagai perspektif.
Didalam peneltian kualitatif peneliti sekaligus berperan sebagai instrumen penelitian.
Berlangsungnya proses pengumpulan data, peneliti benar-benar diharapkan mampu berinteraksi
dengan obyek (masyarakat) yang dijadikan sasaran penelitian. Denga arti kata, peneliti
menggunakan pendekatan alamiah dan peka terhadap gejala-gejala yang dilihat, didengar,
dirasakan serta difikirkan. Keberhasilan penelitian amat tergantung dari data lapangan, maka
ketetapan, ketelitian, rincian, kelengkapan dan keluesan pencatatan informasi yang diamati
dilapangan amat penting artinya.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan
instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai
dengan lingkup penelitian.Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga
sebagai proses yang menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam
penelitian kualitatif maupun kuantitatif
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara.
Wawancara sendiri berarti percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
tepat dari narasumber yang sudah memenuhi persyaratan. Serta wawancara digunakan untuk
mennggali informasi secara mendalam, terbuka dan bebas dengan masalah atau fokus penelitian
dan diarahkan pada pusat penelitian. Jenis wawancara yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara terpimpin di pewawancara mengarahkan alur pembicaraan dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan.
Dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan adanya daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Mempersiapkan daftar pertanyaan bertujuan agar
alur wawancara stabil dan sesuai dengan tujuan, serta informasi yang didapatkan menjadi lebih
rinci. Dalam penelitian ini, pertanyaan yang akan ditanyakan adalah secara umum membahas
mengenai manfaat dari pelatihan bela negara dalam perkembangan nilai nasionalisme diri sendiri,
evaluasi pelatihan bela negara secara umum, dan rasa nasionalisme dalam aktifitas sehari-hari.
Peneliti pun akan membahas mengenai pendapat narasumber tentang nilai nasionalisme pada
mahasiswa dan apakah pandangannya mengenai pelatihan bela negara yang hanya diberikan pada
mahasiswa baru universitas tertentu dan menanyakan saran mengenai cara lainnya dalam
mengembangkan rasa nasionalisme pada masyarakat Indonesia terutama adalah mahasiswa.
Dalam wawancara ini, mahasiswa Angkatan 2019 dari berbagai fakultas dan jurusan
Universitas Negeri Malang yang telah mengikuti pelatihan bela negara. Peneliti memilih kategori
narasumber tersebut agar narasumber dapat memberi informasi berdasarkan pengalaman dan
pendapat pribadi sehingga jawaban menjadi lebih konkret. Jumlah mahasiswa yang akan
diwawancara sejumlah 4 orang yang dipilih secara acak dengan tujuan agar informasi yang didapat
menjadi lebih beragam serta peneliti memilih mahasiswa Angkatan 2019 karena merupakan
angkatan yang baru mengikuti pelatihan bela negara sehingga pengalaman dan dampaknya masih
teringat dengan baik. Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan observasi karena membutuhkan
waktu yang lama apabila mengamati tingkah laku dan aktifitas sehari-hari narasumber.
Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan
data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan
tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian.
Pendekatan analisis data kualitatif yang digunakan adalah pendekatan analisis induksi yang
merupakan Analisis dengan pendekatan ini dimulai dari hipotesis yang sudah dipegang oleh
peneliti sebelum turun lapangan. Mirip pendekatan kuantitatif sebenarnya, namun lebih bersifat
terbuka pada temuan lapangan. Setelah turun lapangan, peneliti memeriksa apakah data yang
diperoleh mengonfirmasi atau menyangkal hipotesisnya. Apabila data lapangan menemukan kasus
yang membantah hipotesisnya, maka peneliti bergerak pada dua pilihan: mendefinisikan ulang
hipotesisnya untuk mengeksklusi kasus yang menyimpang (menyangkal hipotesis) atau
memformulasikan ulang hipotesis. Mendefinisikan ulang hipotesis dan mengeksklusi temuan yang
menyimpang akan membawa pada selesainya proses analisis. Sedangkan memformulasikan ulang
hipotesis akan membawa pada pemeriksaan atau bahkan pengumpulan data lapangan Kembali.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga
selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data
yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan
teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
Pada penelitian ini, fokus penelitian yang membahas mengenai pelatihan bela negara
sebagai bentuk penerapan rasa nasionalisme bagi mahasiswa ini peneliti mengambil sebuah
hipotesis bahwa pelatihan bela negara membentuk karakter pada mahasiswa menjadi lebih disiplin
dan kuat. Serta menanamkan rasa nasionalisme pada mahasiswa dengan memberikan dorongan
dan gambaran mengapa rasa nasionalisme butuh ditumbuhkan dengan mengibaratkan pelatihan
fisik yang dilakukan sebagai ilustrasi perjuangan para pejuang terdahulu.
Dalam menganalisis data kualitatif terdapat beberapa tahap yang dilakukan. Tahap-tahap
dalam menganalisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1) Koding
Koding merupakan proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen-
segmen tulisan sebelum memaknainya. Langkah ini melibatkan beberapa tahap yaitu,
mengambil data tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan,
mensegmentasi kalimat-kalimat atau gambar-gambar tersebut kedalam kategori-kategori
kemudian melabeli kategori ini dengan istilah-istilah khusus yang seringkali didasarkan
pada istilah atau bahasa yang benar-benar berasal dari parrtisipan. Dalam penelitian
kualitatif data coding atau pengodean data memegang peranan penting dalam proses
analisis data, dan menentukan kualitas abstraksi data hasil penelitian Ketika peneliti
melakukan analisis, yang dikodekan adalah makna pernyataan, perilaku, peristiwa,
perasaan, tindakan dari informan, dan lain-lain tergantung apa yang terkandung dalam
segmen data yang dihadapi.
Pada tahap ini peneliti mengkoding informasi yang didapatkan dari narasumber
dengan memberi nama kode yang sesuai dengan pemnbahasan. Berdasarkan topik
pembahasan penelitian, peneliti mengkoding informasi ke dalam “pembentukan rasa
nasionalisme” dan “manfaat dari pelatihan bela negara”. Berbagai cara koding bisa
dilakukan untuk mempermudah usaha analisis yang sistematis.
2) Membuat Konsep
Hasil koding data yang menunjukan bahwa terdapat penanaman rasa nasionalisme
setelah pelatihan bela negara, peneliti memeriksa kembali data yang didapatkan untuk
memastikan apakah data yang baru diperlukan. Jika data yang didapat sudah dirasa penuh
dan lengkap, hasil koding bisa dijadikan sebuah konsep. Manfaat dari pelatihan bela negara
adalah sebuah konsep, sedangkan seperti rajin belajar, membela kebenaran dan
menggunakan produk lokal adalah penjelasan dari konsep.
3) Membuat kategori
Setelah membuat konsep yang jelas, peneliti dapat menyusun kategori. Misalnya
membuat daftar pernyataan narasumber mana saya yang masuk dalam “manfaat dari
pelatihan bela negara” dan “pembentukan rasa nasionalisme”. Pembuatan katergori ini bisa
dilakukannya dengan memunculkan istilah lain yang pernah disebutkan oleh narasusmber
dalam wawancara.
4) Membuat Hipotesis
Dari kategori yang telah disusun, peneliti dapat membuat hipotesis yang sesuai
dengan topik pembahasan penelitian. Semisalnya dengan membuat hipotesis yang
menyatakan bahwa “Pelatihan bela negara merupakan usaha pembentukan rasa
nasionalisme” atau “Manfaat dari bela negara salah satunya adalah sebagai bentuk awal
pembentukan rasa nasionalisme”, serta hipotesis yang lainnya. Hipotesis perlu diuji
terlebih dahulu kebenarannya.
5) Memperoleh hasil analisis
Riset kualitatif memiliki penekanan pada kualitas hasil penelitian, bukan kuantitas.
Setelah hipotesis diuji, peneliti bisa mengonfirmasi teori yang sudah ada, mengembangkan
teori atau membuat teori baru. Hasil analisis itu merupakan hasil studi yang siap diuji dan
dipresentasikan kepada khalayak.


Sumber Rujukan:
Budiman, Syahrul. Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif. Online dalam
https://uinsu.academia.edu/SYAHRULBUDIMAN diakses pada 23 Oktober 2020.
Chaterine, Rahel Narda. 2020. Pendidikan Militer untuk Mahasiswa Dinilai Kontradiktif dengan
Kampus Merdeka. Online dalam https://news.detik.com/berita/d-5139694/pendidikan-
militer-untuk-mahasiswa-dinilai-kontradiktif-dengan-kampus-merdeka diakses pada
tanggal 17 Oktober 2020.
CNN Indonesia. 2020. Bela Negara di Kampus, Kemenham Tampik Militerisasi Mahasiwa. Online
dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200819110714-20-537234/bela-negara-
di-kampus-kemenhan-tampik-militerisasi-mahasiswa diakses pada tanggal 17 Oktober
2020.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Online dalam http://fip.um.ac.id/wp-
content/uploads/2015/12/3_Metpen-Kualitatif.pdf diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.
Gredinand, Dony. 2017. Penerapan Pendidikan Bela Negara di Perguruan Tinggi. Jurnal Prodi
Strategi Pertahanan Darat Vol.3 No.2. Hal.1-27.
Mangkunegara, A.P. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung:
Refika Aditama.
Nahar, Novi Irwan. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Nusantara Vol.1. Hal.64-74.
Saihu. 2019. Teori Pendidikan Behavioristik Pembentukan Karakter Masyarakat Muslim dalam
Tradisi Ngejot di Bali. Jurnal Ta’dibuna Vol.8 No.2. Hal.163-176.
Sanyata, Sigit. 2012. Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling. Jurnal
Paradigma Vol.7 No.14. Hal.1-11.
Sosiologis.com. 2018. Teknik Analisis Data Kualitatif: Contoh dan Prosesnya. Online dalam
http://sosiologis.com/teknik-analisis-data-kualitatif diakses pada 23 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai