SKRIPSI
Oleh
HULMIATI IDRIS
NIM : 10533 06492 10
LEMBAR PENGESAHAN
Setelah diperiksa dan diteliti, maka Skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan
layak untuk diujiankan.
Disetujui Oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Diketahui:
Dekan FKIP Ketua Jurusan
Unismuh Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah diperiksa dan diteliti, maka skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan
layak untuk diujiankan.
Disetujui Oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Diketahui:
Dekan FKIP Ketua Jurusan
Universitas Muhammadiyah Makassar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim
penguji adalah asli hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan dan saya bersedia menerima
sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Oktober 2014
Yang membuat pernyataan
Hulmiati Idris
Disetujui Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Hulmiati Idris
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
V
ABSTRAK
HULMIATI IDRIS, 2014. Analisis Gaya Bahasa Ironi dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka. Skripsi Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I H. Tjodding SB, dan pembimbing II
Haslinda.
Masalah utama dalam Penelitian ini yaitu bagaimana bentuk gaya bahasa
ironi yang digunakan dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran yang jelas mengenai bentuk gaya
bahasa ironi yang digunakan Penulis dalam menulis novel tersebut
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi pustaka dengan metode
deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck Karya Hamka. pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi,
klasifikasi, dan intropeksi. Seluruh data yang dikumpulkan diolah dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa bentuk gaya bahasa dalam novel
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka berjumlah 3 jenis. Ketiga
jenis gaya bahasa ironi tersebut adalah (1) majas ironi verbal, (2) majas Ironi
situasional, (3) majas ironi dramatis.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka mengandung banyak
bentuk gaya bahasa terutama gaya bahasa ironi. Namun majas/gaya bahasa yang
dominan muncul adalah majas/gaya bahasa ironi situasional.
Kata Kunci: Gaya Bahasa Ironi, novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Karya Hamka.
vi
KATA PENGANTAR
Allah maha penyayang dan pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,
sang khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada; Dr. H. Irwan
Akib, M. Pd., rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. A. Sukri
Syamsuri, M. Hum., dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
vii
Muhammadiyah Makassar, Dr. Munirah, M. Pd., ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia serta seluruh dosen dan para staf pengawai dalam
lingkungan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan
yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua
serta keluarga yang telah membiayai dan memberikan dorongan serta doanya
yang tak hentinya untuk anaknya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
teman seperjuanganku Ermawati, Adinda karmila, dan Besse Sulfiani yang selalu
menemaniku dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku Nuryani Fitriah, Armawati,
Daipa dan Ahriadi serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia angkatan 2010 atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan
bantuannya kepada penulis yang telah memberi pelangi dalam hidupku.
Penulis
Hulmiati Idris
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
B. Rumsan Masalah............................................................................... 4
B. Kerangka Pikir.................................................................................. 26
B. Definisi Isitilah................................................................................. 28
ix
E. Teknik Analisis Data........................................................................ 31
B. Pembahasan....................................................................................... 44
BAB V PENUTUP............................................................................................. 46
A. Simpulan........................................................................................... 46
B. Saran................................................................................................. 47
KORPUS DATA................................................................................................ 49
SINOPSIS .......................................................................................................... 53
BIOGRAFI HAMKA........................................................................................ 58
RIWAYAT PENULIS....................................................................................... 66
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa adalah sebuah sistem yang memadukan dunia makna dengan dunia
bunyi. Bahasa merupakan suatu sistem, itu berarti bahwa bahasa itu sistematis dan
orang dapat mengemukakan buah pikiran atau isi hatinya, baik secara lisan
maupun tertulis. Bahasa lisan digunakan apabila mereka yang berbicara tidak
berhadapan langsung, tetapi dengan media, yang dalam salah satunya adalah
dalam bentuk surat. Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah
karya sastra.
pembaca. Kata retorik berasal dari bahasa Yunani rhetor yang berarti orator atau
ahli pidato. Pada masa Yunani kuno, retorik memang merupakan bagian penting
dari suatu pendidikan. Oleh karena itu, aneka ragam majas sangat penting serta
harus dikuasai benar-benar oleh orang-orang Yunani dan Romawi yang telah
Majas, kiasan atau Figure of speech adalah bahasa kias, bahasa indah yag
benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan majas tertentu dapat mengubah
1
2
kita mengucap, namun setiap yang ingin diucapkan, memiliki maksud tersendiri,
Mihdar : 2014).
Dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka, cerita
ini sebenarnya diilhami peristiwa “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”. Kapal
yang berlayar dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, menuju Tanjung Periok,
Jakarta, itu tenggelam di Laut Jawa, Timur Laut Semarang, pada 20 oktober 1936.
Novel itu berkisah tentang Zainuddin, yang gagal mempersunting Hayati karena
perbedaan suku dan strata sosial. Zainuddin, yang berdarah campuran Minang-
Bugis, dianggap tak pantas mengawini Hayati, orang Minang tulen keturunan
berusaha mendobrak adat feudal saat itu. Hamka juga melukiskan denyut
yang tertutup rapat melainkan berpakaian modern ala gadis Eropa. Kaum lelaki
mulai gemar menghamburkan uang di meja judi, seperti tokoh Aziz dalam buku
itu. Sang penulis begitu fasih dengan kultur masyarakat Minang dan
perubahannya pada zaman itu, karena dia sendiri hidup dalam kumparan masa
tersebut.
pembaca tersenyum bahkan tertawa. Satu hal yang menjadi ciri khas penulisnya
adalah penggunaan gaya bahasa yang tampak pada novelnya. Tak hanya itu, cara
3
menulis novel ini pun tidak lepas dari kata-kata indah bahkan pujian. Penggunaan
gaya bahasa seperti inilah yang menjadi sorotan dalam penelitian ini.
Dalam kajiannya, bahasa juga melahirkan karya yang indah jika disusun
dengan pilihan kata yang bagus serta sarat dengan makna yang mendalam. Dalam
hal ini, bahasa digunakan sebagai media untuk berinteraksi antara penulis dan
gaya yang khas, pengarang dapat membuat penikmat karya sastra menggunggah
cipta karya sastra berbeda dengan melalui wacana ilmiah meskipun berangkat dari
ide yang sama. Wujud dari kreativitas pengarang tersebut salah satunya melalui
gaya bahasa. Gaya bahasa/majas bukanlah sekedar sebagai salah satu yang hanya
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka, merupakan sumber bahan
yang cukup luas untuk dipelajari. Penulis menggunakan pola kebahasaan yang
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah bagaimana bentuk gaya bahasa ironi dalam novel
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan sesuatu semua orang pasti ingin apa yang dia lakukan
ada manfaatnya bagi orang lain. Begitu pula dalam penelitian ini, penulis
mengharapkan agar tulisan yang dibuat dapat bermanfaat dari berbagai kalangan.
yaitu :
gaya bahasa ironi dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya
Hamka.
5
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Kajian Sastra
Kata “kajian” merupakan kata yang memiliki relevansi atau sinonim kata
dan “analisis”. Pengertian beberapa kata tersebut perlu dipahami, agar konsep
masalah.
gabungan kata dasar “telaah” dengan konfiks pe+an. Kata telaah memiliki arti
Menurut Sugondo (dalam Aziz, 2012: 5), kata “penelitian” berasal dari
kata dasar “teliti” dengan konfiks pe+an. Kata “teliti”. Kata dapat berarti (1)
(menyediliki dsb). Sementara itu kata “peneliti” orang yang meneliti. Kata
5
6
yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan
Sugondo(dalam Azis, 2012: 6)., kata penganalisisan adalah perihal (cara atau
bagiannya.
berarti penghargaan, penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja
sastra, baik yang berbentuk puisi maupun prosa atau suatu kegiatan menggauli
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan pikiran yang baik terhadap cipta sastra.
Apabila sastra dilihat sebagai sistem tanda karya seni yang pada umumnya
bermediakan bahasa, dan hadir untuk dibaca, dinikmati, dan dimanfaatkan, maka
(dalam Rimang, 2011: 213), secara leksikal istilah apresiasi mengacu pada
7
sadar merasa tertarik dan senang kepada sesuatu serta mampu menghargai dan
dalam kehidupan. Sayuti (dalam Rimang, 2011: 214), apabila sastra dipandang
membentuk struktur yang rumit, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai kegiatan
nilai, sekaligus berupaya memetakan pola dan rata nilai yang diperoleh dari karya
persoalannya.
yaitu: (1) Tingkat reseftif adalah tahap penerimaan karya sastra menurut apa
adanya, (2) Tingkat reaktif adalah tahap pemberian reaksi terhadap sebuah karya
sastra, (3) Tingkat produktif adalah tahap pemberian reaksi terhadap karya sastra
Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove (dalam
kepekaan batin, dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan
a. Aspek Kognitif
kesastraan yang bersifat objektif tersebut, selain dapat berhubungan dengan unsur-
unsur yang secara internal terkandung dalam suatu teks sastra atau unsur intrinsik,
juga dapat berkaitan dengan unsur-unsur di luar teks yang secara langsung
b. Aspek Emotif
upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Selain
itu, unsur emosi juga sangat berperan dalam upaya memahami unsur-unsur yang
bersifat subjektif. Unsur subjektif itu dapat berupa bahasa paparan yang
c. Aspek Evaluatif
terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai-tidak sesuai serta sejumlah ragam
penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara
personal cukup dimiliki oleh pembaca. Dengan kata lain, keterlibatan unsur
penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap apresiator yang telah
mampu meresponsi teks sastra yang dibaca sampai pada tahapan pemahaman dan
1) Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-
mendengarkan deklamasi.
4) Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan cipta sastra di berbagai media
massa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik
dalam puisi, prosa atau drama. Wardani (dalam Rimang, (2011: 217).
5) Tingkat penikmatan.
10
suatu karya sastra, meresapkan dan menghayati amanat yang terkandung dalam
intrinsik-ekstrinsiknya.
yaitu:
bangsa.
melalui bahasa.
4) Pembelajaran apresiasi sastra bukan pelajaran sastra, aliran, dan teori sastra.
11
7) Memberi kenyamanan.
3. Novel
novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang
melukiskan para tokoh, gerak serta dengan adegan nyata refresentatif dalam suatu
alur atau suatu keadaan yang kacau atau kusut. Sementara dalam pandangan H.B.
Jassin (dalam Azis, 2011:11), novel sebagai karangan prosa yang bersifat cerita
yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang.
Sumardjo dan Saini (dalam Azis, 2011:11), berpendapat bahwa istilah novel sama
dengan istilah roman, kata novel berasal dari bahasa Italia dan berkembang di
Inggris dan Amerika Serikat. Roman dan novel memiliki perbedaan yakni bentuk
novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran luasnya unsur cerita
12
hampir sama. Dalam bahasa Jerman istilah novel yaitu novelle, dan secara
harafiah novelle berarti sebuah barang baru yang kecil yang pendek dalam bentuk
Novel sementara ini yang dikemukakan para ahli sastra sampai saat ini
belum ada patokan yang dapat diterima oleh semua pihak. Novel dalam arti umum
berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan
tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam.
bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan
a. Ciri-Ciri Novel
banyak, lebih terinci, lebih detail dan lebih banyak melibatkan berbagai
yang “jadi”.
latar, secara umum dapat dikatakan bersifat lebih rinci dan kompleks.
4) Novel memiliki lebih dari satu plot: terdiri dari satu plot utama dan sub-sub
plot. Plot utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang
diceritakan sepanjang karya itu. Sedangkan sub-sub plot adalah berupa atau
13
pula, namun harus tetap berkaitan dengan yang lain, dan tetap dengan
hubungan antar tokoh itu, baik hal itu dilukiskan secara langsung maupun tak
langsung. Kesemuanya itu, tentu saja akan dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas dan konkret tentang keadaan para tokoh cerita tersebut. Itulah
7) Novel dapat juga menawarkan lebih dari satu tema, yaitu satu tema utama dan
tema-tema tambahan. Hal ini sejalan dengan adanya plot utama dan sub-sub
plot tersebut yang menampilkan satu komplik utama dan komplik pendukung.
8) Novel, sebaliknya dapat saja melukiskan keadaan latar secara rinci sehingga
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, konkret, dan pasti. Walaupun
demikian, cerita yang baik hanya akan melukiskan detail-detail tertentu yang
cerita.
Unsur intrinsik novel adalah hal-hal atau unsur yang membangun karya sastra dari
ekonomi, kebudayaan.
language, dan ritme. EM. Forster, menyebutkan adanya tujuh unsur yang
Wellek dan Warren, berpendapat bahwa unsur membangun cerita fiksi itu
c. Jenis-Jenis Novel
Novel dibagi tiga jenis yaitu novel percintaan, novel petualangan, novel
1) Novel percintaan yaitu novel yang melibatkan tokoh wanita dan pria secara
2) Novel petualangan yaitu novel yang hanya didominasi oleh kaum pria karena
tokoh pria dengan sendirinya akan melibatkan banyak masalah lelaki yang
tidak ada hubungan dengan wanita. Meskipun dalam jenis novel petualangan
15
sering ada pencintaan juga. Namun hanya bersifat sampingan belaka, artinya
yang tidak realitas dan serta tidak mungkin dilihat dari pengamatan sehari-
hari. Novel ini hanya mempergunakan karakter yang tidak realitas, setting,
dan plot yang juga tidak wajar untuk menyampaikan ide-ide penulisnya.
dalam praktiknya setiap jenis novel tersebut sering dijumpai dalam suatu novel.
Penggolongan jenis novel ini dengan sendirian hanya dapat dilakukan dengan
melihat kecenderungan mana yang terdapat dalam sebuah novel. Apakah lebih
4. Gaya Bahasa/Majas
Gaya bahasa/majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan
yang dipakai dalam suatu karanga yang bertujuan untu mewakili perasaan dan
Menurut Keraf 1984 : 112. Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal
dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata latin slilus,
yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan
alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak
pada waktu penekanan dititik beratkan pada keahlian untuk menulis indah, maka
style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau
Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau
bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya
Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan: pilihan kata
secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah
wacana secara keseluruhan. Malahan nada yang tersirat di balik sebuah wacana
termasuk pula persoalan gaya bahasa. Jadi jangkauan gaya bahasa sebenarnya
sangat luas, tidak hanya mencakup unsur-unsur kalimat yang mengandung corak-
Walaupun kata style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani sudah
mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang
terkenal, yaitu:
mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak memiliki style.
b. Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya bahasa adalah suatu kualitas yang
memiliki gaya dan ada karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya
aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya
yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada karya yang memiliki gaya
yang kuat ada yang lemah, ada yang memiliki gaya yang baik ada yang memiliki
Bila kita lihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya
adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku,
berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima pengertian ini, maka kita dapat
menulisnya lain daripada kebanyakan orang”, “cara jaannya lain dari yang lain”,
yang memang sama artinya dengan “gaya berpakaian”, “gaya menulis”, dan “gaya
berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa.
Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan
semakin baik pula penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa
Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut:
1) Kejujuran
Hidup manusia hanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi
sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita sendir. Namun tidak ada jalan lain bagi
mereka yang ingin jujur dan bertindak jujur. Bila orang hanya mencari
18
yang menjijikkan
yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan tak
balik rangkaian kata-kata yang kabur dan jaringan kalimat yang berbelit-belit tak
kata-kata yang kabur dan “hebat” hanya agar bisa tampak lebih intelek atau lebih
menandakan bahwa pembicara atau penulis tidak tahu apa yang akan
kata-kata hampa
Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan bergaul. Sebab itu, ia harus
2) Sopan santun
menghormato orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa
kenikmatan melalui kata-kata yang manis sesuai dengan basa basi dalam
pergaulan masyarakat beradab. Bukan itu! Rasa hormat dalam gaya bahasa
pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan.
untuk mendengar atau membaca sesuatu secara panjang lebar, kalau hal itu bisa
efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara
3) Menarik
langkah awal. Bila seluruh gaya bhaasa hanya mengandalkan kedua (atau ketiga)
kaidah tersebut di atas, maka bahasa yang digunakan masih terasa tawar, tidak
menarik. Sebab itu, sebuah gaya bahasa harus pula menarik. Sebuah gaya yang
menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut; variasi, humor yang
20
sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup, (vitalitas), dan penuh daya khayal
(imajinasi).
pilihan kata. Untuk itu, seorang penulis perlu memiliki kekayaan dalam kosa kata,
morfologis. Humor yang sehat berarti; gaya bahasa itu mengandung tenaga untuk
pengalaman.
sebab itu, sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat
dibedakan, pertama dilihat dari segi nonbahasa, dan kedua dilihat dari segi
bahasanya sendiri. Untuk melihat gaya secara luas, maka pembagian berdasarkan
keterampilan, maka uraian mengenai gaya dilihat dari aspek kebahasaan akan
lebih diperlukan.
a) Segi nonbahasa
unsur. Pada dasarnya style dapat dibagi atas tujuh pokok sebagai berikut:
21
2) Berdasarkan masa: gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal karena
Misalnya ada gaya lama, gaya klasik, gaya sastra moderen, dan sebagainya.
arti alat komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan situasi sosial
dalam bahasa Jerman akan memiliki gaya yang berlainan, bila ditulis dalam
bahasa Indonesia, Prancis, atau Jepang. Dengan demikian kita mengenal gaya
Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya: filsafat, ilmiah (hukum, teknik,
Ada gaya Jakarta, gaya Jogya, ada gaya Medan, Ujung Pandang, dan
sebagainya.
22
6) Berdasarkan hadirin: seperti halnya dengan subyek, maka hadirin atau jenis
Ada gaya populer atau gaya demagog yang cocok untuk rakyat banyak. Ada
gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana atau lingkungan yang
terhormat. Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok untuk lingkungan
gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis atau informasional, dan
Analisa atas sebuah karangan dapat dilihat dari ketujuh macam jenis gaya
tersebut di atas.
b) Segi bahasa
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka
gaya bahasa dapat dibedakan berdasrkan titik tolak unsur bahasa yang
pergunakan, yaitu:
tanggapan. Secara garis besar gaya bahasa terdiri atas empat jenis, yaitu majas
adapun gaya bahasa ironi, yang mempunyai manfaat serta peranan khusus dalam
penulisan sastra.
Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengemukakan suatu hal dengan
makna yang berlainan, merupakan suatu kualitas dalam setiap pernyataan atau
situasi yang muncul dari kenyataan bahwa sesuatu yang wajar, yang diharapkan
Menurut Waridah (2009 : 328), ironi adalah gaya bahasa untuk mengatakan
Menurut Keraf (1984 : 143) Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti
penipuan atau pura-pura. Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu
acuan yang ingin mengatakan sessuatu dengan makna atau maksud berlainan dari
apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Ironi merupakan suatu upaya
pengekangan yang besar. Entah dengan sengaja atau tidak, rangkaian kata-kata
yang dipergunakan itu mengingkari maksud yang sebenarnya. Sebab itu, oroni
akan berhasil kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di
Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang
tunggal; hasilnya disebut ironi verbal. Bila bahasa dan situasi bekerja sama
Ironi merupakan kekuatan yang sangat ampuh hampir dalam semua karya
sastra. Ironi dapat dipakai dalam lelucon, satire, dan tragedi yang serius. Dengan
menyatakan (secara tidak langsung) sesuatu kritik atau kecaman. Sebagai contoh,
kita sering mengatakan kepada teman yang sombong: “ Jangan terlalu rendah
hati, dong!” atau kepada teman yang malas: “Rajin benar, ya?” kepada yang
sekali oleh nada: nada ironi sangat cenderung ke humor: sedangkan nada
konotasi yang telah menjadi sifat bahasa yang bersangkutan, menciptakan harapan
bahasa dan peristiwa. Dalam hal seperti itu, kedwiartian (atau ambiguitas)
memegang peranan penting. Sebagai contoh, seorang ahli nujun buta berkata
seorang jejaka: “akan kita lihat nanti bahwa wanita idamanmu itu datang sujud
kepadamu!”. Di sini yang nujun buta membuat suatu permainan ironis terhadap
Ironi dramatis terjadi bila seorang tokoh dalam suatu drama mengerti
sesuatu hal, tetapi para penonton tahu pasti bahwa tokoh ini salah
Dari pembicaraan di atas jelaslah bagi kita bahwa ironi dapat berbuat lebih
banyak lagi, tidak hanya sekedar menunjang nada, tetapi merupakan bagian
B. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai sumber data adalah sebuah
karya sastra, yakni novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka.
Novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka, dipilih sebagai objek
penelitian sebab dalam novel tersebut ditemukan gaya bahasa/majas ironi yang
atau bertolak belakang dengan maksud tersebut. Dalam gaya bahasa/majas ironi
dapat dibagi atas tiga jenis yaitu: ironi verbal adalah melalui pembalikan atau
pemutar balikkan, ironi dramatis terjadi bila seseorang tokoh dalam suatu drama
mengerti sesuatu, tetapi para penonton tahu pasti bahwa tokoh ini salah
dan peristiwa. Akan dibahas dalam penelitian ini adalah menentukan gaya
bahasa/majas ironi dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya
Hamka.
27
Untuk lebih jelasnya kerangka pikir ini dapat dilihat pada bagan berikut:
Karya Sastra
Ironi
Analisis
Temuan
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka. Jenis
(liberary research) dengan tinjauan kajian ironi. Jenis penelitian ini termasuk
penelitian analisis isi, karena peneliti berusaha mengungkap majas ironi yang
terdapat dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka.
2. Desain Penelitian
pemahaman terhadap hasil penelitian yang baik dengan judul, dengan maksud
penelitian.
28
29
Metode ini diartikan sebagai acuan atau konsep dalam meneliti masalah
berdasarkan fakta.
yang dimaksud merupakan variabel inti dan kunci yang akan digunakan sebagai
1. Gaya bahasa adalah cara penggunaan sistem tanda yang mengandung ide,
2. Gaya bahasa ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengemukakan suatu hal
pernyataan atau situasi yang muncul dari kenyataan bahwa sesuatu yang
wajar, yang diharapkan tidak disebut atau dilaksanakan, tetapi diganti dengan
Kapal Van Der Wijck” karya Hamka, dengan kata-kata pujian seseorang
1. Data
Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterangan atau bahan
nyata yang dapat dijadikan kajian (analisis atau kesimpulan). Data yang dimaksud
30
adalah gaya bahasa/majas ironi dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, sumber data dari novel “Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck” karya Hamka. Novel ini dikarang oleh Hamka dan diterbitkan pada
tahun 1984 oleh P.T. Bulan Bintang. Novel “Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck” karya Hamka, terdiri atas 224 halaman dan merupakan cetakan yang
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan
teknik catat.
1. Teknik Baca
Teknik baca dilakukan dengan cara membaca literatur dan sumber data
yaitu, Novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka. Dalam teknik
baca penulis membaca secara keseluruhan isi novel dan mengaitkan dengan teori
2. Teknik Pencatatan
Teknik pencatatan dilakukan dengan cara mencatat dalam kartu atau buku
yang telah disiapkan tentang hasil penelitian dan pengamatan terhadap majas ironi
31
dalam kalimat bahasa Indonesia dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der
dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka. Dari analisis
dapat dilihat bahwa terdapat banyak bahasa yang mengandung majas ironi dalam
novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka, yang dapat di
2. Menelaah seluruh data yang diperoleh berupa gaya bahasa atau majas ironi
yang digunakan dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya
Hamka.
4. Bila hasil penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil tersebut dianggap
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Pada tinjauan pustaka telah diuraikan bahwa gaya bahasa adalah cara
dan kepribadian penulis. Untuk itu, maka berikut ini penulis akan menganalisa
majas atau gaya bahasa ironi yang dipakai pengarang dalam menulis novel yang
berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka. Gaya bahasa yang
akan dianalisis dalam novel tersebut adalah gaya bahasa ironi. Gaya bahasa ironi
adalah sejenis gaya bahasa yang mengemukakan suatu hal dengan makna yang
berlainan, merupakan suatu kualitas dalam setiap pernyataan atau situasi yang
muncul dari kenyataan bahwa sesuatu yang wajar, yang diharapkan tidak disebut
173).
hal yang termaksudkan sindiran ironi meliputi kata-kata yang diucapkan tetapi
Adapun yang termasuk dalam kelompok majas atau gaya bahasa ironi
adalah:
32
33
kebalikannya.
bahasa dan peristiwa. Dalam hal seperti itu, kedwiartian (atau ambiguitas)
memegang peranan penting. Sebagai contoh, seorang ahli nujun buta berkata
seorang jejaka: “akan kita lihat nanti bahwa wanita idamanmu itu datang sujud
kepadamu!”. Di sini yang nujun buta membuat suatu permainan ironis terhadap
Ironi dramatis terjadi bila seorang tokoh dalam suatu drama mengerti
sesuatu hal, tetapi para penonton tahu pasti bahwa tokoh ini salah
Agar sistematis dan kongkrit, maka dalam penyajian hasil analisis ini, penulis
digunakan dalam novel “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya Hamka.
34
“Meskipun dia akan diterima orang dengan muka manis”, yang terkandung di
dalam hati mereka pahit. Sebab dia tak berwang, kepulangannya
menimbulkan cemburu hati keluarga-keluarga dalam persukuan. (hal 14 : 4).
sendiri. Karena seseorang yang tidak mempunyai uang tidak dihargai dikalangan
masyarakat seperti yang terjadi pada saat jaman sekarang. Uang ibaratkan sebagai
harta yang harus dimiliki oleh semua umat manusia agar dihargai sesamanya.
Bukan orang tak suka kepadanya, suka juga tetapi berlain kulit dan isi.
Jiwanya sendiri mulai merasa bahwa meskipun dia anak orang Minangkabau
tulen, dia masih dipandang orang pendatang, masih dipandang orang jauh,
orang Bugis, orang Mengkasara. (hal 26 : 2).
tuanya asli orang Minangkabau tulen tetapi dia terlahir di Makassar tetapi
mencintai lawan jenis harus memiliki semua yang menjadi penopang untuk
kehidupannya. Seperti hal yang terjadi pada Zainuddin yang berani mencintai
seseorang yang dianggapnya akan menerima dirinya apa adanya. Tetapi berlainan
“Ya engkau, kemarin saya bertemu dengan dia di Ekor Lubuk, ketika dia
kembali dari Padang panjang, kehujanan....”
“Dipinjaminya saya payung, sampai dia sendiri berbasah kuyup pulang” sela
Hayati, lalu diceritakannya pertolongan itu sejak dari awal keakhirannya.
“Ah berbudi sekali engkau Zainuddin”
“engkau pun serupa pula dengan Hayati, barang yang kecil itu dibesar-
besarkan. Padahal itu hanya suatu kewajiban.
Hayati merasa tersindir , ia ingat suratnya. Dan Datuk....menjawab, sambil
menaikkan pisang tertumbuk ke dalam mulutnya: “tidak Zainuddin, meskipun
hal itu engkau padang perkara kecil, bagi yang menerima budi, hal itu
dipandang besar artinya. Apalagi engkau anak pisang kami”. (hal 36 : 5).
pertolongan yang menurutnya baik tetapi dimata orang lain itu dinilai jelek
padahal dia hanya berniat untuk menolong sesamanya. Apalagi Hayati anak satu-
satunya. Mencintai bukanlah untuk kebahagian berdua karena jika kita melihat
apa yang menjadi keinginan keluarga besarnya maka semua akan bahagia. Seperti
Hayati hanya anak satu-satunya, besar keinginan keluarga melihat dia bahagia
Zainuddin yan berasal dari Mengkasara. Seseorang yang hadir dalam kehidupan
kita akan merubah semuanya mulai dari hal kecil hingga hal yang terbesar. Karena
36
itulah cinta, sesuatu yang dianggap sepele tapi berujung menyakitkan jika orang
itu putus silahturahmi. Makanya jika engkau jatuh cinta, jangan engkau terus
Renda yang engkau serahkan ketika akan pakansi sekolah telah hampir
selesai kukerjakan. Sedianya kalau bukan lantaran pikiranku kusut saja dalam
sebulan ini, renda itu telah lama selesainya. Tetapi apalah hendak dikata
kerap kali, rancangan yang telah kita kerjakan, terhenti di tengah-tengah
karena sepanjang hari hanya habis dalam keluhan, keluh mengingat teman
dan sahabat, mengingat hari kemudian yang masih gelap. (hal 39 : 2).
terbayang dan menghantui pikirannya. Sehingga Hayati tidak fokus terhadap apa
yang dia kerjakan. Seseorang yang mempunyai perasaan akan selalu dihantui oleh
berbagai pikiran tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya. Berani membuka
hati untuk jawan jenis maka berani pula kita untuk sakit. Karena memang
“itu hanya bayangan, Hayati, sekali lagi saya katakan, itu hanya bayangan”.
Ujar khadijah. “engkau boleh menahan hatimu dengan pakaian yang buruk
dekat lakimu, boleh bersabar dengan rumah yang tak sederhana, jika hanya
berdua saja. Tetapi tak lama engkau dapat menahan hati mendengarkan
rayuan angin yang masuk dari celah tingkap rumahmu. Tak lama engkau
dapat menahan hati, melihat mata orang yang memandangmu dengan belas
kasihan. Ketika itu cinta itu akan berangsur surut, engkau mula-mula
menyesali nasib. Bila nasib telah disesali, tentu lama-lama pindah penyesalan
kepada yang menyebabkan datangnya nasib itu, ialah sih suami. Suaminya
pun demikian pula. Berapa banyak saya dengar orang yang telah bersuami,
mengatakan bahwa ada laki-laki yang mengatakan istrinya sial, mengatakan
istrinya menyebabkan dia dapat naas”. (hal 94 : 3).
Kutipan tersebut mengandung sindiran untuk Hayati karena menilai cinta
dengan kasih sayang yang tulus tanpa harus berwang untuk masa depannya kelak.
37
Tetapi ternyata hati Hayati tergoyang juga dengan kata-kata Khadijah untuk
Zainuddin.
Ironi situasional
Hayati, berulang saya menanggung perasaan begini, seorang pun tidak ada
tempat saya mengadu. Saya tidur di surau bersama-sama teman. Mereka
ketawa, bersenda gurau, tetapi bilamana kuhening kupikirkan, emas tidak
juga dapat dicampurkan dengan loyang, sutera tersisih dari benang. Saya
telah mengerti segera bahasa Minangkabau meskipun dekat mereka saya
seakan-akan tak faham. Dari isyarat dan susun kata, dapat juga diketahui,
bahwa derajatku kurang adanya. Bakoku sendiri tidak mengaku say anak
pisangnya, sebab rupanya ayahku tak mempunyai saudara yang karib. Mereka
bawa saya menumpang selama ini, karena dipertalikan bukan oleh budi
bahasa, tetapi oleh wang, sekali lagi hayati, oleh wang!.(hal 41: 3).
“Hai upik, baru kemaren kau memakan garam dunia, kau belum tahu belit-
belitnya. Bukanlah kau sembarang orang, bukan tampan zainuddin itu
jodohmu. Orang yang begitu tak dapat untuk menggantungkan hidupmu,
pemenung, pehiba hati, dan kadang-kadang panjang angan-angan. Di zaman
sekarang haruslah suami penumpangkan hidup itu seorang yang tentu
pencahariannya, tentu asal usul. Jika perkawinan dengan orang yang
demikian langsung, dan engkau beroleh anak, ke manakah anak itu akan
berbako? Tidakkah engkau tahu bahwa Gunung Merapi masih tegak dengan
teguhnya? Adat masih berdiri dengan kuat, tak boleh lapuk oleh hujan, tak
boleh lekang oleh panas. (hal 61 : 4).
Kutipan tersebut mengandung sindiran kepada Hayati yang masih belum tahu
bagaimana keras hidup yang harus dialami kalau dia hidup bersama Zainuddin.
membahagiakan Hayati.
38
Karena hanya perbedaan itu yang membuatnya merasa tersingkirkan dikota orang
tuanya sendiri. Dan perbedaan itu juga yang membuatnya harus terpisah dari
orang yang dia cintai yaitu Hayati. Karena ninik mamak hayati lebih memilih
Bertutur yang lemak manis dia pandai sekali, mula-mula malu dan enggan,
bahkan takut hayati berdekat dengan dia, maklumlah gadis kampung. Tetapi
“memikat” adalah kepandaian Aziz yang tersendiri. Sehingga keseganan dan
keberatan itu lama-lama hilang. Dia suka kepada Aziz sebab dia saudara
Khadijah, dan senantiasa bila melihat orang lain itu, perasaan belas kasihan
kepada Zainuddin bertambah-tambah juga. Belas kasihan! (hal 93:2).
seorang wanita tidak hanya dalam lingkungan luar rumah tetapi dia pandai juga
dalam lingkungan rumah seperti hal dalam memikat seorang Hayati yang mula-
mulanya begitu malu tetapi ujung-ujungnya dia berhasil memika wanita cantik itu.
“Tidak, khadijah!” jawab Hayati, “pendapatmu tak betul, cinta tak bergantung
kepada wang. Kalau dua orang yang bercinta dapat bertemu, kesenangan dan
ketenteraman pikirannya, itulah wang, itulah dia kekayaan, lebih dari gelang
mas, dukuh-berlian, pakaian cukup. Itulah kesenangan yang tak lekang
dipanas, tak lapuk dihujan”. (hal 94 : 3).
cinta tak bergantung pada wang. Yang terpenting bagi yaitu cinta yang dilandasi
sekarang harus berlandaskan wang. Karena melihat keras roda kehidupan yang
“Bagaimana kalau dia makan hati berulang jantung sebab maksudnya tidak
sampai. Berapa banyaknya gadis-gadis yang membunuh diri lantaran tidak
bertemudengan yang dicintainya, atau dia mati merana saja?” kata Limah.
(hal 112:5).
menjadi celaka dalam menjalani yang namanya pacaran. Karena terlalu menyukai
pasangan sehingga dia rela mati bahkan kawin lari untuk hidup bersama tanpa
Alangkah gelapnya dunia ini kupandang. Alam telah lengang dan sunyi, tidak
ada gerak yang membangunkan semangatku lagi, malam seakan-akan terus-
menerus saja, tidak sedikit juga berganti dengan siang. Kadang-kadang saya
rasai badan saya sebagai seorang yang terpencil jauh di tengah padang yang
tandus, tidak ada manusia yang lalu lintas di sana, tidak ada kali yang
mengalir, tidak ada daun yang digerakkan angin. Seakan-akan saya sudah
terbuang mencari jalan dan ikhtiar untuk keluar dari tempat itu, tetapi jalan
tidak kelihatan. Saya tunggu kelepasan dengan sabar, tetapihanya maut yang
melayang-layang. (hal 132 : 6).
perasaan kasihan atas dirinya yang sudah terbaring lemah dan mengharap suatu
keajaiban datang padanya. Karena dia telah putus asa semenjak ditinggal oleh
Hayati.
40
Kutipan menyatakan cinta Zainuddin kepada Hayati yang tak sampai. Karena
pernikahan Hayati dengan Aziz yang jatuh sakit dan terbaring lemah di tempat
semakin lama semakin membuatnya tersiksa dengan sikap dan perilaku Aziz yang
sudah berubah secara seratus persen kepadanya. Hayati tak pernah lupa dengan
Zainuddin yang berkata cinta yang dilandasi dengan hawa nafsu akan berakhir
dengan perceraian.
dengan tulus bisa memberikan kehidupan yang kita impikan seperti halnya
Dengan sikap bangkit yang dia miliki mampu membuktikan bahwa dia bisa
41
Ironi dramatis
merasa tidak pantas memiliki Hayati yang begitu sempurna dimatanya. karena
Hayati takut akan kena cinta. Takut menghadapi cinta, itulah cinta yang
sejati. Dia memberi ponis “tidak cinta” kepada Zainuddin, artinya dia
memberikan ponis kematian kepada dirinya sendiri. Setelah agak jauh
Zainuddin berjalan, diapun tak tahan pula lagi, dia meniarap ke lantai di
dangau itu menahan hatinya, dan hati juga tertahan. (hal 53 : 2).
membohongi perasaan yang ada di dalam hatinya bahwa dia tidak mencintai
sendiri.
42
“Apa, hayati?”
“Saya cinta akan dikau, biarlah hati kita sama-sama dirahmati Tuhan. Dan
saya bersedia menempuh segala bahaya yang akan menimpah dan sengsara
yang mengancam.
“Hayati .... kau kembalikan jiwaku! Kau izinkan aku hidup. Ulurkan
tanganmu, marilah kita berjanji bahwa hidupku bergantung kepada hidupmu,
dan hidupmu bergantung kepada hidupku. Yang menceraikan hati kita,
meskipun badan tak bertemu, ialah bila nyawa bercerai dengan badan.” (hal
55 : 6).
cinta Zainuddin dan berani bersumpah kepada Zainuddin. Bersumpah demi cinta
akan berakibat pada diri sendiri. Seperti yang terjadi pada Hayati yang berani
berkata begitu didepan Zainuddin, sehingga Zainuddin tidak bisa lupa akan
sesuatu kata-kata itu. Sampai saat itu dia tidak bisa melupakan hal itu. Baginya
bahwa istana itu telah kita tegakkan di atas air mata kita, di atas kedukaan dan
derita kita? (hal 129 : 4)
pernah diucapkan bersama Zainuddin dan kini menagi janji itu kembali. Tetapi
semua perkataan Hayati telah dia ingkari. Kini Zainuddin hanya bisa mengingat
kenang-kenangannya saja.
....kalau kau tahu! Sudah sedari lama keindahan dan kecantikan dunia ini
terlepas dari hatiku, laksana rontoknya bunga yang kekurangan air dari
jembangan. Sudah sekian lama kehidupan ini saya palsukan, saya hadapi
dengan hati remuk. Karena kekuasaan iblis telah merajalelah di atas hati
manusia. Cuma satu saja yang kulihat paling suci, ialah kau, kau sendiri!
Pada diri kaulah bertemunya lambang dari kesucian dan kemurnian, yang
dipenuhi oleh cinta yang ikhlas. Sebab telah kau sambut tanganku yang
lemah: sebab telah kau terima suaraku yang parau, diwaktu orang lain
membenciku, lantaran miskinku, papaku dan kurang bangsaku. Hanya kau
seorang!. (hal 131 : 3).
dan menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Disaat Zainuddin telah
Asal sengketa dan perselisihan jangan tumbuh, apa katanya diikut oleh
Hayati. Barang masnya telah habis, dokohnya, gelangnya, panitinya,
semuanya telah masuk rumah gadai. Tetapi yang sangat menyakitkan hati,
pernah dia menyesali beristeri perempuan kampung, sial. Perempuan yang tak
pandai mengobati hati suaminya. (hal 179:1).
Kutipan menyatakan penyesalan Aziz menikahi Hayati karena dia tidak bisa
menjalani hidup di perkotaan sehingga pergaulannya terlalu bebas. Dia tidak bisa
menikah.
44
Inilah yang mengherankan dalam pertalian budi bahasa dunia ini. Dia sangat
cinta, seluruh iramanya, ilham yang menerbitkan semangatnya mengarang,
semuanya ialah lantaran ingat akan Hayati. Sekarang Hayati telah ada dalam
rumahnya, tetapi tidak diacuhkannya. Itu adalah tersebab dari cinta yang
bermukim dalam hatinya bukan cinta kenafsuan, tetapi cinta murni. Cinta
yang menyebabkan mulia budi seorang pemuda yang dihinggapinya. (hal
185:2)
Kutipan tersebut menyatakan kepedihan Zainuddin karena melihat orang
yang dia cinta telah tinggal bersamanya tetapi dia telah menjadi milik orang lain
bukan miliknya. Penyesalan yang terdalam hati membuatnya malas untuk menulis
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian penulis dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der
majas ironi yang berfungsi untuk menambahkan daya tarik pada novel tersebut
penikmatnya. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka benar–
benar berhasil merebut hati pembacanya sehingga misi yang ingin dicapai yaitu
pembacanya melalui kata-katanya yang menyentuh hati. Oleh karena itu, perlu
dipahami jenis majas atau gaya bahasa apa yang digunakan Hamka dalam novel
tersebut yang digunakan yaitu majas atau gaya bahasa ironi sehingga menciptakan
suatu kesan mental yang hidup dan menarik pada karyanya. Dan novel tersebut
diangkat dari kisahnya sendiri sehingga dapat menjadi pelajaran bagi yang
membacanya.
45
39, 94.
169.
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan data tentang bentuk gaya
bahasa ironi dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka
Penggunaan gaya bahasa ironi dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck Karya Hamka adalah (1) Gaya/majas Ironi verbal (2) Gaya/majas Ironi
Gaya bahasa ironi adalah jenis gaya bahasa yang mengemukakan suatu hal
dengan makna yang berlainan, merupakan suatu kualitas dalam setiap pernyataan
atausituasi yang muncul dari kenyataan bahwa sesuatu yang wajar yang
atau dengan cara tidak lansung. Hal-hal yang dibandingkan meliputi manusia,
tingkah laku manusia itu sendidri, benda-benda alam, lingkungan sekitar, atau
Adapun yang termasuk dalam kelompok gaya bahasa ironi adalah: 1) gaya
bahasa ironi verbal, 2) gaya bahasa ironi situasional, 3) gaya bahasa ironi
Dramatis. Keberadaan gaya ironi, ironi verbal, ironi situasional, dan ironi dramatis
46
47
dalam sebuah karya sastra sesungguhnya bukanlah menjadi syarat sahnya sebuah
karya sastra, tetapi paling tidak menjadi penanda kemenarikan sebuah novel
dengan berbagai macam gaya bahasa yang terdapat dalam novel tersebut.
Penggunaan majas ironi dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya
Hamka, telah memberi warna baru baik terhadap khasanah sastra Indonesia
maupun dalam hal terbantunya masyarakat atau penikmat pembaca novel dalam
B. Saran
baik terhadap dasar-dasar sastra agar kajian sastra yang dihasilkan lebih
bermutu.
penggunaan gaya bahasa lebih ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
penikmat sebagai wujud apresiasi terhadap karya sastra khususnya sastra yang
Daftar Pustaka
Ahmad Badrun. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (teori sastra). Surabaya: Usaha
Nasional.
Azis, Sitti Aida. 2011. Apresiasi dan Kajian Prosa Fiksi. Surabaya: Bintang.
Bahar, Dedi Fadli. 2012. Analisis Nilai Agama Dalam Roman Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck karya Hamka. Skripsi. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Desy Anwar. ..... Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia Surabaya.
Gorys Keraf. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.
Hamka. 1984. Tenggelamnya Kapal Vander Wijck. Jakarta: P.T. Bulan Bintang.
Hasman Pribadi. 2011. Analisis Gaya Bahasa Dalam Novel Negeri 5 Menara
Karya A. Fuadi. Skripsi. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. 2009. Pesona Bahasa
Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Mustofa Sadikin. 2011. Kumpulan Sastra Indonesia. Jakarta: gudang Ilmu.
Rimang, Sitti Suwadah. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktis. Yogyakarta: Aura
Pustaka.
48
49
Korpus Data
2. kulit dan isi. Artinya seseorang yang memiliki perbedaan baik materil
maupun non materil. (hal 26 : 2).
6. Tetapi tak lama engkau dapat menahan hati mendengarkan rayuan angin
yang masuk dari celah tingkap rumahmu. Artinya ada seseorang yang ingin
merusak kehidupan rumah tangganya. (hal 94 : 3).
7. Hayati, berulang saya menanggung perasaan begini, seorang pun tidak ada
tempat saya mengadu. Saya tidur di surau bersama-sama teman. Mereka
ketawa, bersenda gurau, tetapi bilamana kuhening kupikirkan, emas tidak
juga dapat dicampurkan dengan loyang, sutera tersisih dari benang. Saya
telah mengerti segera bahasa Minangkabau meskipun dekat mereka saya
seakan-akan tak faham. Dari isyarat dan susun kata, dapat juga diketahui,
bahwa derajatku kurang adanya. Bakoku sendiri tidak mengaku say anak
pisangnya, sebab rupanya ayahku tak mempunyai saudara yang karib. Mereka
bawa saya menumpang selama ini, karena dipertalikan bukan oleh budi
bahasa, tetapi oleh wang, sekali lagi hayati, oleh wang!.(hal 41: 3).
9. Bertutur yang lemak manis dia pandai sekali, mula-mula malu dan enggan,
bahkan takut hayati berdekat dengan dia, maklumlah gadis kampung. Tetapi
“memikat” adalah kepandaian Aziz yang tersendiri. Sehingga keseganan dan
keberatan itu lama-lama hilang. Dia suka kepada Aziz sebab dia saudara
49
50
Khadijah, dan senantiasa bila melihat orang lain itu, perasaan belas kasihan
kepada Zainuddin bertambah-tambah juga. Belas kasihan! (hal 93:2).
10. “Bagaimana kalau dia makan hati berulang jantung sebab maksudnya tidak
sampai. Berapa banyaknya gadis-gadis yang membunuh diri lantaran tidak
bertemudengan yang dicintainya, atau dia mati merana saja?” kata Limah.
(hal 112:5)
11. Tetapi kalau cinta telah mendalam, walaupun bagaimana tebalnya perasaan
sebagai laki-laki, badan meremuk juga laksana ayam kena penyakit menular.
(hal 139:3).
12. Tak enak makan suamiku kelihatan lantaran girangnya, dia tersenyum-
senyum saja. Baru sebentar ini dia pergi menguruskan perlelangan barang-
barang kami. Dan heran sekali Khadijah ! Debar jantungku kian
keras,menyalahi kebiasaan orang yang akan didatangi suatu kegirangan. (hal
162:1).
13. Zainuddin, memang bukan Zainuddin yang dahulu lagi. Cahaya mukanya
yang sekarang dalah lebih jernih, pakaian yang dipakainya lebih mahal dan
gagah dari dahulu. Meskipun mukanya tidak cantik, tetapi cahaya ilmu,
pengalaman, penanggungan, cahaya seni, semuanya telah memberinya bentuk
yang baru...(hal 169:7).
14. “Hai upik, baru kemaren kau memakan garam dunia, kau belum tahu belit-
belitnya. Bukanlah kau sembarang orang, bukan tampan zainuddin itu
jodohmu. Orang yang begitu tak dapat untuk menggantungkan hidupmu,
pemenung, pehiba hati, dan kadang-kadang panjang angan-angan. Di zaman
sekarang haruslah suami penumpangkan hidup itu seorang yang tentu
pencahariannya, tentu asal usul. Jika perkawinan dengan orang yang
demikian langsung, dan engkau beroleh anak, ke manakah anak itu akan
berbako? Tidakkah engkau tahu bahwa Gunung Merapi masih tegak dengan
teguhnya? Adat masih berdiri dengan kuat, tak boleh lapuk oleh hujan, tak
boleh lekang oleh panas. (hal 61 : 4).
15. “Tidak, khadijah!” jawab Hayati, “pendapatmu tak betul, cinta tak bergantung
kepada wang. Kalau dua orang yang bercinta dapat bertemu, kesenangan dan
ketenteraman pikirannya, itulah wang, itulah dia kekayaan, lebih dari gelang
mas, dukuh-berlian, pakaian cukup. Itulah kesenangan yang tak lekang
dipanas, tak lapuk dihujan”. (hal 94 : 3).
16. Hidup di zaman sekarang berkehendak wang, Hayati, walaupun saleh dan
bagaimana tekur kita, keadaan yang sekeliling kita tidak dapat melepaskan
kita dari pada kungkungan, sedang Zainuddin tiadakan sanggup
51
17. Alangkah gelapnya dunia ini kupandang. Alam telah lengang dan sunyi, tidak
ada gerak yang membangunkan semangatku lagi, malam seakan-akan terus-
menerus saja, tidak sedikit juga berganti dengan siang. Kadang-kadang saya
rasai badan saya sebagai seorang yang terpencil jauh di tengah padang yang
tandus, tidak ada manusia yang lalu lintas di sana, tidak ada kali yang
mengalir, tidak ada daun yang digerakkan angin. Seakan-akan saya sudah
terbuang mencari jalan dan ikhtiar untuk keluar dari tempat itu, tetapi jalan
tidak kelihatan. Saya tunggu kelepasan dengan sabar, tetapihanya maut yang
melayang-layang. (hal 132 : 6).
18. Pada perkata-perkataan yang telah kau ucapkan, ternyata bahwa kasih
sayangku, bahwa cintaku telah kau terima. Bahwa pengharapan yang telah
putus, kau hubungkan kembali. Tetapi Hayati, ada yang perlu kuterangkan
padamu, supaya jangan engkau menyesal kemudian, orang sukai seorang
pemuda, karena sesuatu yang diharapkannya dari pada pemuda itu, misalnya
dia cantik dan gagah. Aku sendiri, sebagai yang kau lihat, begitulah
keadaanku, rupaku yang jelek tak pantas menjadi jodohmu, dan aku miskin.
Misalnya Allah menyampaikan cita-cita hatiku, dan engkau boleh menjadi
suntingku, menjadi istri yang mengobat luka hatiku yang telah bertahun-
tahun, agaknya akan malu engau berjalan bersanding dengan daku, karena
amat buruk memperdekatkan loyang dengan mas, mempertalikan benang
dengan sutera. Bagiku, Hayati, engkau sangat cantik. Kecantikanmu itu
kadang-kadang yang menyebabkan daku putus asa, mengingat buruk diriku
dan buruk untungku. (hal 49 : 2).
19. Hayati takut akan kena cinta. Takut menghadapi cinta, itulah cinta yang
sejati. Dia memberi ponis “tidak cinta” kepada Zainuddin, artinya dia
memberikan ponis kematian kepada dirinya sendiri. Setelah agak jauh
Zainuddin berjalan, diapun tak tahan pula lagi, dia meniarap ke lantai di
dangau itu menahan hatinya, dan hati juga tertahan. (hal 53 : 2).
23. ....kalau kau tahu! Sudah sedari lama keindahan dan kecantikan dunia ini
terlepas dari hatiku, laksana rontoknya bunga yang kekurangan air dari
jembangan. Sudah sekian lama kehidupan ini saya palsukan, saya hadapi
dengan hati remuk. Karena kekuasaan iblis telah merajalelah di atas hati
manusia. Cuma satu saja yang kulihat paling suci, ialah kau, kau sendiri!
Pada diri kaulah bertemunya lambang dari kesucian dan kemurnian, yang
dipenuhi oleh cinta yang ikhlas. Sebab telah kau sambut tanganku yang
lemah: sebab telah kau terima suaraku yang parau, diwaktu orang lain
membenciku, lantaran miskinku, papaku dan kurang bangsaku. Hanya kau
seorang!. (hal 131 : 3).
24. Asal sengketa dan perselisihan jangan tumbuh, apa katanya diikut oleh
Hayati. Barang masnya telah habis, dokohnya, gelangnya, panitinya,
semuanya telah masuk rumah gadai. Tetapi yang sangat menyakitkan hati,
pernah dia menyesali beristeri perempuan kampung, sial. Perempuan yang tak
pandai mengobati hati suaminya. (hal 179:1).
25. Inilah yang mengherankan dalam pertalian budi bahasa dunia ini. Dia sangat
cinta, seluruh iramanya, ilham yang menerbitkan semangatnya mengarang,
semuanya ialah lantaran ingat akan Hayati. Sekarang Hayati telah ada dalam
rumahnya, tetapi tidak diacuhkannya. Itu adalah tersebab dari cinta yang
bermukim dalam hatinya bukan cinta kenafsuan, tetapi cinta murni. Cinta
yang menyebabkan mulia budi seorang pemuda yang dihinggapinya. (hal
185:2)
53
Sinopsis
Karya Hamka
53
54
mendengarkan, bahwa kaulah yang menjadi suamiku kelak, jika tidak sampai di
dunia, biarlah diakhirat. Dan saya tidak akan hianat pada janjiku, tidak akan
berdusta dihadapan Tuhan dan hadapan arwah nenek moyangku”.
Sesungguhnya dia telah diusir dari Batipuh, namun, hubungannya dengan
Hayati tetap berlanjut. Surat cinta Batipuh Padang Panjang menjadi bukti kesetian
cinta mereka.
Suatu saat, Hayati datang ke Padang Panjang bermaksud melihat pasar malam
dan pacuan kuda, karena pasar malam dan pacuan kuda adalah salah satu
kebiasaan yang selalu dilaksanakan oleh masyarakat Padang Panjang setiap tahun.
Ia menginap di rumah sahabatnya, Khadijah. Tentu saja diberi tahu perihal
maksud hayati itu. Satu peluang untuk melepas rindu terbayang pula diharapkan
mereka. Namun, semua itu tinggal harapan ada pihak ketiga yang membuat cerita
menjadi lain. Aziz kakak khadijah, ternyata tertarik kepada Hayati pada
kecantikan gadis Batipuh itu. Terjadilah persaingan antara Zainuddin dan Aziz
dalam memperebutkan Hayati yang kaya dan dianggap sebagai anak negeri.
Namun, ia tak putus harapan, apalagi setelah ada kabar bahwa Mak Besse
meninggal dunia bertambah sedihlah anak muda itu. Mak Besse meninggalkan
harta warisan yang cukup besar untuk Zainuddin. Maka segeralah pemuda yang
pendiam itu menuliskan surat lamaran kepada keluarga Hayati. Sayangnya,
Zainuddin tidak menyebutkan bahwa kini ia kaya raya harta warisan yang
diterima lebih dari cukup untuk menyelnggarakan pesta perkawinan yang mewah
sekalipun. “tak mau juga Zainuddin menerangkan dalam surat itu bahwa telah
kaya, telah sanggup menghadapi kehidupan dengan uang petaruh, karena zaman
sekarang uang adalah sebagai garansi. Budi pekertinya yang tinggi tidak hendak
mengusik kemulian Hayati yang telah begitu lama beristana dalam jantung
hatinya, dengan menyebut beberapa banyak uangnya”. “ saat Zainuddin diterima
orang Batipuh adalah dua hari setelah utusan Aziz kembali ke Padang Panjang”.
Jadi, sebelum Zainuddin Aziz telah melamar Hayati. Maka, dua lamaran itu
menjadi bahan permusyawarahan ninik mamak Hayati. Mengingat keadaan
keluarga Aziz dan asal usulnya jelas diputuskan lamaran Aziz yang diterima.
55
Dengan demikian lamaran Zainuddin ditolak, karena dianggap orang asing yang
tak bersuku dan berhindu. Meski ayah Zainuddin adalah orang Minangkabau,
namun ibunya berasal dari Makassar jadi, menurut adat Minangkabau, namun
ibunya berasal dari Makassar jadi, menurut adat Minangkabau garis keturunan
diambil dari ibu. Zainuddin, yang menerima surat penolakan dari keluarga Hayati
di Batipuh, tak mampu berbuat apa-apa, kecuali meratapi nasibnya. Dia teringat
dirinya yang tak bersuku, tak terhindu, anak yang terbuang, dan dipandang tidak
sah dalam adat Minangkabau. Sedang Hayati anak orang bangsawan keturunan
penghulu-penghulu pucuk bulat urat tunggang terpendang pekuburan, besusup
berjerami didalam negeri Batipuh itu. Kadang-kadang disesali perkawinan
ayahnya dengan ibunya, kadang-kadang pula menyadari untung malangnya
mengapa tak dilahirkan dalam kandungan orang Minangkabau. Tapi bukan itu
agaknya yang menutup pintu baginya untuk bertemu dengan Hayati, agaknya
lantaran ia tak beruang. Terlebih lagi menurut Muluk, sahabatnya, lelaki yang
akan mengawini Hayati tak lebih dari seorang manusia yang bermoral bejat.
Yang suka berjudi, main perempuan, dan suka mengganggu anak bini orang.
Sesungguhnya Hayati pun merasakan getiran yang amat dalam. Ia harus menikah
dengan lelaki yang tidak dicintainya namun, keputusan ninik mamak ibarat tangan
besi yang berkuasa menentukan nasibnya. Pada akhirnya, Hayati hanya pasrah
menerima derita yang menimpanaya. Setelah Muluk mengabarkan perkawinan
antara Hayati dan Aziz. Zainuddin jatuh sakit. Makin lama makin parah bahkan
pemuda itu sudah tak punya semangat untuk hidup lagi. Beruntung, ia masih
mempunyai seorang sahabat sejati, yakni Muluk, yang mau menerima Zainuddin
dengan setia. Kemudian, untuk melupakan masa lalunya yang pahit, Zainuddin
bersama Muluk pergi ke Jakarta. Di kota inilah bakat menulisnya mulai
tersalurkan. Lambat laun karyanya mulai dikenal dikalangan masyarakat, karena
bahasanya halus dan mengandung kasih sayang yang langsung dialaminya.
Dengan bekal itu, Zainuddin dengan diterima Muluk, hijrah ke Surabaya, karena
ia merasa Surabaya lebih besar peluang dan lebih dekat dengan Makassar. Dikota
buaya itu, Zainuddin dikenal sebagai pengarang, dan namanya diganti menjadi
56
Tuan Shabir, selain itu ia dikenal sebagai hartawan yang dermawan. Perjalanan
waktu telah membawa suami istri Aziz dan Hayati ke Surabaya, suatu hal yang
kebetulan karena pekerjaan Aziz pindah ke Surabaya. Namun, hubungan suami
istri itu sangat memperihatinkan. “Sejak berapa lama, hubungan kedua suami istri
itu, hanya perhubungan akad nikah, bukan perhubungan akad hati lagi. Hati yang
perempuan terbang membumbung ke langit hijau, mencari kepuasaan didalam
hayal, dan hati yang laki-laki hinggap di wajah dan pangkuan perempuan-
perempuan cantik, yang Surabaya memang pasarnya”. Akibat kebiasaan buruk
yang tak bisa ditinggalkan Aziz, ia dipecat dari pekerjaannya, diburu karena
hutang-hutangnya, dan kemudian lari dari rumah kontraknya. Mereka terpaksa
menumpang di rumah Zainuddin yang sebelumnya pernah dikunjungi suami istri
itu. Aziz yang kini atas segala kebaikan hati Zainuddin. Ia meninggalkan istrinya
dan pergi ke Bayuangi. Selang beberapa hari datang dua pucuk surat Hayati dari
Aziz, yang pertama surat cerai untuk Hayati, dan surat yang kedua ditujukan
untuk Zainuddin yang berisi permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin mau
menerima Hayati Kembali; “saya kembalikan Hayati ke tangan saudara, karena
memang saudaralah yang lebih berhak atas dirinya”. Rupanya itu pesan Aziz yang
terakhir, sebab kemudian aziz memutuskan hidupnya dengan membunuh dirinya
sendiri. Bagi Zainuddin, surat Aziz dan berita kematian ibarat membawa hayati
sendiri yang meminta maaf dan bersedia mengabdi kepada Zainuddin. Namun
lelaki yang sudah sekian lama menanggung rindu dan derita cinta itu, justru
menyuruh pujaan hatinya kembali ke kampung halamannya. Zainuddin menolak
Hayati! Suatu keputusan yang lebih banyak didorong oleh dendam kesumat dan
sebelumnya justru tak terpikirkan olehnya. Esoknya Hayati berangkat dengan
menumpang Kapal Van Der Wijck yang akan berlayar ke Semarang, Tanjung
Periok dan terus ke Palembang. Kesadaran Zainuddin justru timbul setelah Hayati
pergi. Lelaki itu tak dapat membohongi dirinya sendiri bahwa sesungguhnya ia
masih mencintai Hayati. Maka, segera Zainuddin bermaksud menyusul janda
malang itu ke Jakarta. Sebelum itu Zainuddin menemukan surat Hayati yang
berbunyi “ aku cinta engkau, dan kalau aku mati, adalah kematianku didalam
mengenang engkau”. Pada saat Zainuddin mempersiapkan segala sesuatunya,
57
sebuah berita yang amat mengejutkan tersiar didalam sebuah surat kabar harian
yang terbit di Surabaya; “Kapal Van Der Wijck tenggelam”. Setelah membaca
lengkap beritanya, Zainuddin seketika itu berangkat ke Tuban bersama
sahabatnya, Muluk. Sampai di Tuban masih sempat Zainuddin bertemu dengan
hayati yang terbaring di rumah sakit Lamongan. Namun rupanya pertemuan itulah
pertemuan, mereka yang terakhir, sebab setelah berpesan, perempuan yang
malang itu menghembuskan nafasnya yang terakhir. Hayati meninggal dalam
dekapan Zainuddin. Namun, sebelumnya hayati meninggal, ia sempat berpesan
supaya nisannya dibuat dari batu marmer dan ditulis.
Hayati meninggal lantaran kecelakaan Kapal Van Der Wijck pada 20 oktober
1936.
Sejak itu kesehatan Zainuddin mulai menurun. Tak berapa lama kemudian,
tiba-tiba tersebar berita pada suatu surat kabar harian Surabaya memberitakan:
“ZAINUDDIN PENGARANG YANG TERKENAL WAFAT” “Pengarang muda
yang terkenal itu, yang sekian lama kita tidak baca lagi karangan-karangannya
yang sangat halus dan meresap, kemarin malam telah meninggal dunia di
rumahnya di Kaliasin. Dia telah dikuburkan didekat seorang familinya perempuan
yang meninggal karena kecelakaan Kapal Van Der Wijck tempo hari. Banyak
sahabatnya yang mengantar kekuburan”. Zainuddin menghembuskan nafas
terakhirnya dalam akhir sebuah karangan. Diatas meja terletak tulisan yang
penghabisan itu: “....dan akan tercapai juga kemulian bangsaku, persatuan tanah
airku. Hilang perasaan perbedaan dan kebencian dan tercapai keadilan dan
kebahagian”. Oleh Muluk kemudian Zainuddin dikuburkan kesebelahan dengan
pusara Hayati. Sebuah kisah cinta yang suci yang didasari oleh keikhlasan namun
berakhir dengan sangat tragis.
58
BIOGRAFI
HAMKA
(HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH)
Masa hidup Hamka (Haji Abdul Malik Bin Abdul Karin Amrullah) tahun
Amrullah atau Haji Rasul, dari keluarga ulama dan seorang pelopor gerakan
dari kata abi. Abuya (bahasa arab), yang berarti ayahku, atau seorang yang
dihormati.
gejolak batin karena saat itu terjadi pertentangan yang keras antara kaum adat dan
kaum muda tentang pelakasanaan ajaran islam. Banyak hal-hal yang tidak
hari.
58
59
Putra Hamka bernama H. Rusydi Hamka, kader PPP, anggota DPRD DKI
Jakarta. Anak angkat buya Hamka adalah Yusuf Hamka, Chinese yang masuk
islam.
A. RIWAYAT PENDIDIKAN
Hamka di Sekolah Dasar Maninjau hanya sampai dua kelas. Ketika usia 10
Hamka mempelajari agama di Surau dan Masjid yang diberikan ulama terkenal
seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M.
memberi gelar Si Bujang Jauh. Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk
Pakualaman, Yogyakarta.
B. RIWAYAT KARIER
Hamka bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di perkebunan Tebing
Tinggi, Medan. Pada tahun 1929 di Padang Panjang, Hamka kemudian dilantik
Padang Panjang dari tahun 1957-1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor
kariernya sebagai pegawai di Departemen Agama pada masa K.H. Abdul Wahid
Hasyim. Waktu itu Hamka sering memberikan kuliah di berbagai perguruan tinggi
Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pengawai tinggi
Pada 26 juli 1977 Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali, melantik
Hamka sebagai ketua Umum Majelis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudian
meletakkan jabatan itu pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh
pemerintah Indonesia.
C. RIWAYAT OGRANISASI
bid’ah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928 beliau
1946. Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan pusat
Muhammadiyah.
61
Kegiatan politik Hamka pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai
politik Sarekat islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha
gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi
Pada tahun 1955 Hamka beliau masuk Konstituante melalui partai Masyumi
dan menjadi Pemidato ulama dalam pilihan Raya Umum. Pada masa inilah
dalam Piagam Jakarta. Namun, pemikiran Hamka ditentang keras oleh sebagian
pada tahun 1960. Meski begitu, Hamka tidak pernah menaruh dendam terhadap
Soekarno. Ketika Soekarno wafat justru Hamka yang menjadi imam salatnya.
Banyak suara-suara dari rekan sejawat yang mempertanyakan sikap Hamka. “Ada
yang mengatakan Soekarno itu komunis, sehingga tak perlu disalatkan, namun
Hamka tidak peduli. Bagi Hamka, apa yang dilakukannya atas dasar hubungan
Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh presiden
menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar
untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadan, yang sebelumnya sudah
menjadi kebiasaan.
bersama. Sebagai ketua MUI, Hamka langsung menolak keinginan itu. Sikap
dari jabatannya. Mendengar niat itu, Hamka lantas meminta Alamsyah untuk
mengurungkannya. Pada saat itu pula Hamka memutuskan mundur sebagai Ketua
MUI.
wartawan, penulis, editor, dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi
wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang
Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor
majalah kemajuan masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan
63
Hamka juga menghasilkan karya ilmiah islam dan karya kreatif seperti novel
daratan Arab. Sepulang dari lawatan itu, Hamka menulis beberapa roman. Antara
lain Mandi Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, Di Tepi Sungai Dajlah.
yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia dan
Singapura.
Setelah tu Hamka menulis lagi majalah baru Panji Masyarakat yang sempat
F. AKTIVITAS KEAGAMAAN
secara total berperan sebagai ulama. Ia meninggalkan dunia politik dan sastra.
ulama, dan ini bisa dibaca pada rubrik Dari Hati Ke Hati yang sangat bagus
penuturannya. Keulamaan Hamka lebih menonjol lagi ketika dia menjadi ketua
kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Beliau lebih suka memilih
Ada satu yang sangat menarik dari Buya Hamka, yaitu keteguhannya
menyeganinya. Sikap independennya itu sungguh bukan hal yang baru bagi
haram menikah lagi bagi presiden Soekarno. Otomatis fatwa itu membuat sang
presiden berang “kebakaran jenggot”. Tidak hanya berhenti di situ saja, Hamka
juga terus-terusan mengkritik kedekatan pemerintah dengan PKI waktu itu. Maka,
wajar saja kalau akhirnya dia di jebloskan kepenajara oleh Soekarno. Bahkan
menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul “Demokrasi Kita” yang terkenal
itu. Tulisan itu berisi kritikan tajam terhadap konsep demokrasi terpimpin yang
lebih banyakk diisi dengan kuliah subuh di Mesjid Al-Azhar, Jakarta Selatan.
G. WAFATNYA HAMKA
Pada tanggal 24 juli 1981 Hamka telah pulang ke rahmatullah. Jasa dan
Beliau bukan saja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di negara
H. PENGHARGAAN
yaitu Doctor Honoris Causa dari Universita Al-Azhar Cairo (tahun 1958) dan
Mudo Abuya Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amirullah Datuk Indomo tentang
Kitab tafsiir Al-azar merupakan karya gemilang Buaya Hamka. Tafsir Al-
Quran 30 Juz itu salah satu dari 118 lebih karya yang dihasilkan Buya Hamka
banyak bidang kajian: politik (pidato pembelaan peristiwa tiga maret, urat
RIWAYAT PENULIS
Pitumpanua pada tahun 2004 hingga tahun 2007. Lanjut di SMA Negeri 1
Pitumpanua pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2010,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Dan pada tahun 2012, bergabung disalah satu organisasi kampus yaitu himpunan
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu HMJ BAHASA dan SASTRA
begitu banyak membutuhkan kesabaran, ketaatan, dan disiplin. Tapi saya lalui
66
67
dengan sikap suka dan duka karena memang dalam suatu organisasi saling
memberi dan menerima apa yang menjadi kekurang ataupun kelebihan seseorang.
Dengan rasa syukur yang tak hentinya dihanturkan kepada ALLAH SWT
karena berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan studi
tepat waktu.
62
38