Anda di halaman 1dari 110

 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Aisyatul Mukminah's Weblog

Maret 21, 2011Maret 21, 2011

Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar 


Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN

SPM dan SOP OBGIN, suatu pedoman bagi klinisi untuk melakukan pelayanan dan
elakukan tindakan di bidang kebidanan dan kandungan , biasanya kita pilih 10 kasus
erbanyak yang ditangani, di UGD, rawat jalan, rawat , menurut standar akreditasi RS ada
ormat khusus seperti berikut.

ABORTUS

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan
sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat badan anak kurang dari 1000
gram.

Abortus komplit:

Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari


kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20
minggu.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 1/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Abortus inkomplit:

Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum


uteri, sebagian lagi masih tertinggal.

Abortus insipiens:

Adalah abortus yang sedang mengancam dimana


serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih di
dalam kavum uteri.

Abortus imminens:

Adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi


pendarahan per vaginam ostium masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.

Missed Abortion :

Adalah abortus dimana embrio atau fetus telah


meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 0
minggu, akan hasil konsep seluruhnya masih
tertahan dalam kandungan selama 8 minggu atau
lebih.

Abortus habitualis:

Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali


 berturut‑turut atau lebih.

Abortus Infeksiosus:

Abortus yang mengalami infeksi

Kriteria Diagnosa : Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari 20


minggu . Pendarahan per vaginam, mungkin
disertai jaringan hasil konsepsi. Rasa sakit atau
keram perut di daerah atas simpisis.
Diagnosa Banding : 1. Kehaliman ektopik
2. Hipermenore
3. Abortus mola hidatidosa
4. Mioma uteri bertangkai

Pemeriksaan : Diperlukan pada abortus imminens, abortus


penunjang habitualis dan missed abortion

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 2/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

a. pemeriksaan doppler atau USG untuk


menentukan apakah janin masih hidup,
menentukan prognosis

 b. Pemeriksaan darah

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
Perawatan RS : Rawat inap
Umumnya setelah tindakan kuretage pasien
abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali
 bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak,
yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.

Terapi I. Abortus imminens 

a. Istilah baring, tidur baring merupakan unsur


penting dalam pengobatan karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus
dan berkurangnya rangsang mekanis.

 b. Penobarbital 3 x 30 mg sehari dapat diberikan


untuk menenangkan penderita.

c. Tokolitik

d. Preparat progesterone 2‑3x 1 tab setiap 8‑12


 jam

e. Antiprostaglandin 3x500mg

II. Abortus insipiens :

Bila kehamilan >12 minggu kuret atau drip


oksitosin

Methylergometrin maleat 3×1 5 hari

Amoxycicillin 4×500 5 hr

III. Abortus inkompletus

1. Perbaiki KU

2. Kosongkan uterus

3. Methylergometrin maleat 3×1 5 hari

4. Amoxycicillin 4×500 5 hr
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 3/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

IV. Abortus kompletus

Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya


menderita anemis perlu diberikan sulfas ferrosus
dan dianjurkan supaya makanannya banyak
mengandung protein, vitamin dan mineral.

V. Missed abortion

Mengeluarkan jaringan nekrosis

v Pemeriksaan faal hemostasis

Kadar fibrinogen normal, jaringan konsepsi


dapat segera dikeluarkan.
Sebaiknya bila kadar fibrinogen rendah, perbaiki
dulu dengan cara memberikan fibrinogen kering
atau darah segar.
Kehamilan < 12 minggu langsung kuretase
Kehamilan > 12 minggu misoprostol 1 tab/ intra
vaginal/tiap 6 jam/ 1hari dilanjutkan dengan
drip oxytosin dan kuretase
Disarankan monitoring fibrinogen serum

Penyulit Ada 3 penyulit:

a. Anemia

Biasanya anemia post hemorragia. Pengobatannya


adalah pemberian darah atau komponen darah.

 b. Infeksi

Kasus abortus yang datang dalam keadaan infeksi


harus mendapat payung antibiotik dulu, sebelum
dilakukan evakuasi. Sedangkan tindakan evakuasi
sendiri dapat menimbulkan infeksi. Untuk itu
perlu diberikan antibiotika profilaksia.

c. Perforasi

Merupakan komplikasi tindakan kuretase

Untuk mencegah perforasi :

Pemberian uterotonik
Kuretase secara sistematis dan lege artis.

Informed Consent Perlu, sebelum dilakukan kuretase


Konsultasi Tidak ada

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 4/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Lama Perawatan Pasca kuretase pasien tidak perlu dirawat, kecuali


ada komplikasi
Masa Pemulihan Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling
lama 2 minggu
Output Sembuh
PA Jaringan konsepsi dapat dikirim ke lab, Patologi
anatomi bila fasilitas memungkinkan
Otopsi –
Referensi

1. Cuningham F.G.MD, Mac Donald P.C.MD,


Garet N.F.MD, Abortion, William Obstetric 18ed,
Applenton & Large Connecticut p.489‑509

2. Jones, G.C. Jones H.W. Infertility recurret dan


spontaneous abortion, In: Novak’s Textbook of
Gynaecology, tenth edition, p.659‑730 William &
Wilkins, Baltimore/London 1961

3. Pritchard Abortion, In: William Obstetrics (ed


 by Prichard and Mac Donald 16th ed.537‑618,
Apleton Century Crofs, New York 1980

Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.


Kelainan dalam lamanya kehamilan In: Ilmu
Kebidanan, Edisi II, hal 258‑277, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta 1981

4. lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan


RSUdr Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis dan
terapi Edisi III 2008

KEHAMILAN EKTOPIK

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi


 berimplikasi dan tumbuh diluar endometrium
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 5/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

kavum uteri.

Yang termasuk kehamilan ektopik adalah:

a. kehamilan abdominasi

 b. kehamilan ampula tuba

c. kehamilan ismus tuba

d. kehamilan intersial tuba

e. kehamilan ovarialal

f. kehamilan intra ligamen

g. kehamilan komu

h. kehamilan serviks

Kriteria Diagnosa : Anamnesis

a. Amenorea atau terlambat haid

 b. Timbul sinkop dan gejala abdomen akut.


Keadaan ini disebabkan pendarahan intra
peritoneal yang mendadak serta terjadinya
hipovolemia pada sirkulasi.

c. Nyeri perut, terutama nyeri unilateral. Gejala


ini spesifik untuk kehamilan tuba, tetapi nyeri bisa
 juga bilateral, dibawah perut pada 20‑25%
penderita ada juga yang mengeluh nyeri bahu.
Keadaan ini timbul jika pendarahan peritoneum
sudah mengiritasi diafragma.

d. Pendarahan vagina atau sepoting. Gejala


pendarahan dan atau pendarahan bercak ini timbul
hampir pada 75% kasus yang timbul 1 atau 2
minggu setelah keterlambatan haid. Sekalipun
demikian riwayat keterlambatan haid 6 – 8 minggu
sebelum gejala sakit perut atau pendarahan vagina.

e. Gejala tidak spesifik lainnya

Perasaan enek, muntah dan rasa tegang pada


mammae serta kadang‑kadang gangguan defekasi.

Pemeriksaan fisik:

a. Tanda‑tanda syok
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 6/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Hipotensi
Takikardi
Pucat, ekstremiktas dingin

 b. Abdomen akuta

Perut tegang pada bagian bawah


Nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri lepas dari

dinding perut

Pemeriksaan Ginekologi:

Serviks teraba lunak, nyeri tekan dan nyeri


goyang.
Korpus uteri normal atau sedikit membesar,
kadang‑kadang sulit diketahui karena nyeri
abdomen yang hebat.
Kavum douglasi menonjol oleh karena terisi
darah.

Diagnosa Banding : Methorhagia sebab kelainan ginekologik atau


organik lainnya.
Radang panggul
Neoplasma ovarium ( putaran tangki, pecah,
terinfeksi) dengan atau tanpa kehamilan muda.
Korpus luteum hemoragis
Appendisitis
Abortus iminens

Pemeriksaan : a. Pemeriksaan Laboratorium


penunjang
Kadar hemoglobin, leukosit
Tes kehamilan bila baru terganggu
Ditalasi
Kuretase.

 b. Pemeriksaan USG

Terlihat kantong gestasi di luar kavum uteri dan


atau deteksi genangan cairan di kavum douglasi
pada KE yang telah terganggu.

c. Pemeriksaan Kuldosentesis

Untuk mengetahui dalam kavum douglasi ada


darah.

d. Pemeriksaan Laparoskopi

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 7/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pemeriksaan laporoskopi kelalinan KET, infeksi


pelvik, kisto ovarium segera dapat dibedakan
dengan jelas.

Standar tenaga : Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan


Perawatan RS : Segera dirawat
Terapi Prinsip umum penatalaksanaan:

a. Segera dibawa ke rumah sakit

 b. Transfusi darah dan pemberian cairan untuk


mengkoreksi anemia dan hipovolemia

c. Operasi segera dilakukan setelah diagnosis


dapat dipastikan:

Kehamilan di Tuba dilakukan salpingektomi


Kehamilan di Kornu dilakukan ovorektomi atau
salpingo ovorektomia
Kehamilan di kornu dilakukan:

– Historestomi bila telah berumur > 35 tahun.

– Fundektomi bila masih muda untuk


kemungkinan masih bisa dapat haid

– Eksisi bila kerusakan pada kornu kecil dan


kornu dapat direparasi.

Kehamilan Abdominal:

– Bila mudah kantung dan plasenta diangkat

– Bila besar atau susah (kehamilan abdominal


lanjut), anak dilahirkan dan tali pusat dipotong
dekat plasenta, plasenta ditinggalkan dan dinding
perut ditutup.

Penyulit Syok yang irreversible, perlekatan, obstruksi usus,


infertilitas
Informed Consent Perlu
Konsultasi Bagian bedah
Lama Perawatan Tanpa penyulit umumnya pasien pulang hari ke 6
Masa Pemulihan Optimal 6 minggu
Output
PA Pemeriksaan jaringan yang diangkat waktu operasi
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 8/110
 

11/6/2016  
Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Otopsi
Referensi 1. Lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit
kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman
diagnosis dan terapi Edisi III 2008
2. Cunningham MD MacDonal PC Gamt NF
Hypertensiv disorder in pregnancy. William
obstetric 20th Ed 718‑723, 1997
3. Friedman E.A. Gynecology Decision making,
The C.V. Mosby Company‑Saint LouisToronto‑
London, 1983, p. 166‑167.
4. Russell J.B. The ethiology of ectopic pregnancy.
Clin. Obstet & Gynec. 30, No. 1, 191190: March
1987.
5. Seppala M., Purthonen M. The Use of HCG and
other pregnan4 proteins in the diagnosis of
ectopic pregnancy. Clin. Obstet & gynec. 30, No.
1, ‘148‑154 : March 1987.
6. Wectein L.N. Clinical diagnosa of ectopic
pregnancy. Clin Obstet & Gynec., 30, No. 1, 236‑
244, March 1987

HYPEREMESIS GRAVIDARUM

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Adalah keadaan dimana penderita muntah‑muntah


yang berlebihan lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau
setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan
penderita
Kriteria Diagnosa : Muntah‑muntah yang sering sekali
Perasaan tenggorokan kering dan halus
Kulit dapat menjadi kering ( tanda dehidrasi)
Berat badan turun dengan cepat
Pada keadaan yang berat timbul ikterus dan
gangguan saraf.

Diagnosa Banding : Hepatitis dalam kehamilan


 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 9/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pemeriksaan : Urine
penunjang Liver fungsi

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
Perawatan RS : Segera
Terapi Segera penderita dirawat, berikan cairan per
infus ( glucose 5 – 10 % dan NaCL fisiologik)
Obat anti emetik, intra muskuler atau per infus.
Penderita dipuaskan sampai muntah telah
 berkurang, diukur jumlah muntah ( cairan yang
dimuntahkan) dan cairan yang diberikan dan
diuresis dalam 24 jam. Ukur balans cairan setiap
hari.

Penyulit Bila tidak berat tidak ada


Bila berat: dehidrasi, gangguan fungsi hepat dan
febris.

Informed Consent Perlu


Konsultasi Penyakit Dalam
Penyakit Jiwa
Spesialis Saraf

Lama Perawatan Ringan : 7 hari

1. Berat : Tergantung dengan penyulit yang


telah didapat.

Masa Pemulihan Sampai usia kehamilan tinggal 4 minggu


Output Baik pada umumnya kecuali yang sudah berat betul
PA Tidak ada
Otopsi –
Referensi 1. lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit
kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman
diagnosis dan terapi Edisi III 2008
2. Cunningham MD MacDonal PC Gamt NF
Hypertensiv disorder in pregnancy. William
obstetric 20th Ed 718‑723, 1997

1 Nama Penyakit : ABORTUS


2 Definisi : Adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, dan sebagai batasan digunakan
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 10/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat


 badan anak kurang dari 500 gram.

Abortus komplit:

Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari


kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20
minggu.

Abortus inkomplit:

Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari


vakum uteri, sebagian lagi masih tertinggal.

Abortus insipiens:

Adalah abortus yang sedang mengancam


dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri
telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
di dalam kavum uteri.

Abortus imminens:

Adalah abortus tingkat permulaan, dimana


terjadi pendarahan per vaginam ostium masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.

Missed Abortion :

Adalah abortus dimana embrio atau fetus telah


meninggal dalam kandungan sebelum
kehamilan 0 minggu, akan hasil konsep
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan
selama 8 minggu atau lebih.

Abortus habitualis:

Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga


kali berturut‑turut atau lebih.

3 Kriteria Diagnosa : Ada terlambat haid atau amenorea kurang dari


20 minggu . Pendarahan per vaginam, mungkin
disertai jaringan hasil konsepsi. Rasa sakit atau
keram perut di daerah atas simpisis. Diagnosis
abortus imminems ditentukan karena pada
wanita hamil.

4 Diagnosa Banding : Abortus komplit


Abortus inkomplit

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 11/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Abortus insipiens
Abortus imminens
Abortus missed abortion

Kehaliman ektopik terganggu.

5 Pemeriksaan Penunjang : Diperlukan pada abortus imminens, abortus


habitualis dan missed abortion

c. pemeriksaan doppler atau USG untuk


menentukan apakah janin masih hidup,
menentukan prognosis

d. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed


abortion.

6 Standar Tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
7 Perawatan RS : Rawat inap
Umumnya setelah tindakan kuretage pasien
abortus dapat segera pulang ke rumah.
Kecuali bila ada komplikasi seperti
perdarahan banyak, yang menyebabkan
anemia berat atau infeksi.

8 Terapi : I. Abortus imminens

f. Istilah baring, tidur baring merupakan


unsur penting dalam pengobatan karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanis.

g. Penobarbital 3 x 30 mg sehari dapat


diberikan untuk menenangkan penderita.

II. Abortus insipiens :

Dengan kehamilan < 12 minggu yang biasanya


disertai dengan pendarahan. Penanganan terdiri
atas pengosongan uterus dengan segera.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan
dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum
disusulkan dengan kerokan.

III. Abortus inkompletus

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 12/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Disertai syok karena pendarahan, segera


diberikan infus intra vena NaCl fisiologi atau
cairan Ringer yang selakas mungkin dan disusul
dengan darah. Setelah syok diatasi, dilakukan
kerokan pasca tindakan disuntikkan
intramuskuler ergometrin untuk
mempertahankan kontraksi otot uterus..

IV. Abortus kompletus

Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya


menderita anemis perlu diberikan sulfas ferrosus
dan dianjurkan supaya makanannya banyak
mengandung protein, vitamin dan mineral.

V. Missed abortion

Kadar fibrinogen normal, jaringan konsepsi


dapat segera dikeluarkan.
Sebaiknya bila kadar fibrinogen rendah,
perbaiki dulu dengan cara memberikan
fibrinogen kering atau darah segar.
Setelah perbaikan lakukan kuretase.
Tindakan kuretase pada missed abortion
tidak jarang menghadapi kesulitan karena
plasenta melekat erat dengan dinding
uterus. Untuk itu perlu ekstra hati‑hati.

9 Penyulit : Ada 3 penyulit:

d. Anemia

Biasanya anemia post hemorragia.


Pengobatannya adalah pemberian darah atau
komponen darah.

e. Infeksi

Kasus abortus yang datang dalam keadaan


infeksi harus mendapat payung antibiotik dulu,
sebelum dilakukan evakuasi. Sedangkan
tindakan evakuasi sendiri dapat menimbulkan
infeksi. Untuk itu perlu diberikan antibiotika
profilaksia.

f. Perforasi

Merupakan komplikasi tindakan kuretase

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 13/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Untuk mencegah perforasi :

Pemberian uterotonik
Kuretase secara sistematis dan lege artis.

10 Informed Concent : Perlu, sebelum dilakukan kuretase


11 Konsultasi : Tidak ada
12 Lama Perawatan : Pasca kuretase pasien tidak perlu dirawat,
kecuali ada komplikasi
13 Masa pemulihan : Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling
lama 2 minggu
14 Output : baik
15. PA : Jaringan konsepsi dapat dikirim ke lab, Patologi
anatomi bila fasilitas memungkinkan
16 Otopsi : –
 

KETUBAN PECAH DINI

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Umur kehamilan lebih dari 20 minggu


Keluar cairan jernih dari Vagina
Pada pemeriksaan fisik : suhu normal bila tidak
infeksi
Pada pemeriksaan obstetrik bunyi jantung janin
 biasanya normal.
Pemeriksaan inspekulo:

1. Terlihat cairan keluar dari ostium uteri

eksternum.

 b. Kertas Nitrazin merah akan jadi biru.

Kriteria Diagnosa : Fistula vesiko vaginal dengan kehamilan

Stress inkontinensia

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 14/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Diagnosa Banding : Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.000/mm³


mungkin ada infeksi.
USG : membantu menentukan usia kehamilan,
letak janin, berat janin, letak plasenta, gradasi
plasenta serta jumlah air ketuban.
Nilai bunyi jantung janin dengan stetoskop
Lacnee atau dengan fetal phone atau dengan
CTG. Bila ada infeksi intra uteri atau
peningkatan suhu bunyi jantung janin akan
meningkat

Pemeriksaan : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


penunjang Kandungan
Standar tenaga : Dokter umum atau dokter spesialis kebidanan dan
kandungan
Perawatan RS : Harus dirawat di rumah sakit sampai air ketuban
 berhenti atau setelah perawatan dari tindakan
terminasi kehamilan selesai

A. Konservatif :

Rawat di RS
Antibiotika kalau ketuban pecah < 6 jam
(ampisilin atau eritromicin bila tidak tahan
ampisilin).
Umur kehamilan < 32‑34 minggu, dirawat
selama air ketuban masih keluar, atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi.
Bila sudah 32‑34 minggu masih keluar, maka
pada usia kehamilan 35 minggu pertimbangan
untuk terminasi kehamilan sangat tergantung
pada kemampuan perawatan. Pada usia
kehamilan 34 minggu berikan steroid selama 7
hari, untuk memacu kematangan paru janin dan
kalau mungkin diperiksakan kadar lesitin dan
spingomeilin tiap minggu.

B.Aktif:

Kehamilan : 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi


persalinan induksi dengan oksitosin,
 bila gagal à seksio sesarea.
Pada keadaan CPD, letak lintang seksio sesarea
Bila ada tanda‑tanda infeksi berikan antibiotika
dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

a. Bila pelvik skor < 5, diakhiri persalinan


dengan seksio sesarea.
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 15/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Bila pelvik skor >5, induksi persalinan, partus per


vaginam.

Terapi Infeksi
Kematian janin, karena infeksi atau
prematuritas.

Penyulit Untuk tindakan operatif perlu


Informed Consent
Konsultasi Konservatif : Sangat tergantung pada usia
kehamilan, lamanya air ketuban keluar, keadaan
umum pasien.
Aktif : partus per vaginam 3‑ 4 hari,

Seksio sesarca :7/ hari.

Lama Perawatan 3‑5 hari


Masa Pemulihan 2 minggu
Output Sembuh total
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Standar Pelayanan Medik, PB IDI, 2002
2. Cunninghan, Mac Donald, Cant. William
Obstetrics. Eighteenth Ed. P 750‑752 Appleton &
Lange, 1989.
3. Friedman, Acker, Sachs. Obstetrical Decision
Making. Second Ed. P 170 Manly, Graphig Asian
Edition, 1988.
4. Kebijakan Pelayanan Obstetri & Ginekologi
Lab/UPF Kebidanan & kandungan FK Unair /
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1982.

PERSALINAN PRETERM

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 16/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

………………… Direktur

Definisi : Persalinan neonatus pada usia kehamilan antara 22


dan 37 minggu lengkap, atau antara 140 dan 259
hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Mayor :

– Kehamilan multiple

– Hidramnion

– Anomaly uterus

– Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada


kehamilan 32 minggu

– Serviks mendatar kurang dari 1 cm pada


kehamilan 32 minggu.

– Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1


kali

– Riwayat persalinan preterm sebelumnya

– Operasi abdominal pada kehamilan preterm

– Riwayat operasi konisasi

– Iritabilitas uterus

Minor :

– penyakit yang disertai demam

– perdarahan per vaginam setelah kehamilan


12 minggu

– riwayat pielonefritis

– merokok lebih dari 10 batang/hari

– riwayat abortus trisemester II

– riwayat abortus trisemester I lebih dari 1 kali.

– Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai: 1


atau lebih faktor resiko mayor; atau 2 atau lebih
faktor risiko minor; atau keduanya.

Kriteria Diagnosa : – usia kehamilan antara 22 dan 37 minggu


 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 17/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

lengkap, atau antara 140 dan 259 hari.

– Kontraksi uterus (his) teratur, sedikitnya


setiap 7‑8 menit sekali

– Pemeriksaan serviks berkala menunjukkan


 bahwa serviks telah mendatar 50‑80%, atau terbuka
sedikitnya 2 cm.

– Selaput ketuban seringkali telah pecah

– Merasakan gejala seperti : rasa kaku di perut


menyerupai kaku menstruasi;rasa tekanan
intrapelvis, nyeri bagian belakang

– Mengeluarkan lendir pervaginam, mungkin


 bercampur darah

Diagnosa Banding : – Kontraksi pada kehamilan preterm

– Persalinan pada pertumbuhan janin


terhambat.

Pemeriksaan : – USG : Usia kehamilan, besar janin, aktifitas


penunjang  biofisik, cacat bawaan, letak dan maturasi plasenta,
volume cairan amnion, kalainan uterus

– Kardiotokografi : kesejahteraan janin,


frekuensi dan kekuatan kontraksi

– Pemeriksaan berkala dilatasi/pemendekan


serviks

– Pemeriksaan surfaktan (amniosentesis)

– Pemeriksaan diagnosis bakterial vaginosis


(pH vagina, pewarnaan Gram, KOH)

– Pemeriksaan kultur urin

– Pemeriksaan gas dan pH darah janin

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Kebidanan dan Kandungan


Perawatan RS : Semua persalinan preterm harus dirawat
Terapi – istirahat baring

– Deteksi dan penanganan terhadap factor


resiko persalinan preterm

– Pemberian obat tokolitik :


 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 18/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

1. Golongan beta‑mimatik :
Salbutamol (Salbron, Salbuven):

Per infus : 20‑50 μg/menit

Per oral : 4 mg, 2‑4 kali/hari (untuk rumatan)

1. Terbutalin (Bricasma)

Per infus : 10‑25 ug/menit (maksimal 80 ug/menit)

Subkutan : 250ug setiap 6 jam

Per oral : 5‑7,5 mg setiap 8 jam (rumatan)

Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia,


hipotensi, takikardia, iskemia miokardial, edema
paru.

1. Magnesium sulfat

Parenteral : 4‑6 g/iv : pemberian bolus selama 20‑30


menit infuse 2‑4 g/jam (rumatan)

Efek samping : edema paru, letargia, nyeri dada,


depresi pernapasan (pada ibu dan bayi)

– Kontraindikasi penundaan persalinan

1. Mutlak : gawat janin, korioamnionitis,


perdarahan antepartum yang banyak
Relatif : gestosis, diabetes melitus,
pertumbuhan janin terhambat, pembukaan
serviks lebih dari 4 cm.

– Pemeriksaan kesejahteraan janin : USG, KTG

Cara Persalinan : janin presentasi kepala : per


vaginam, dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35
minggu.

Indikasi seksio sesaria :

– Janin sungsang

– Taksiran berat janin kurang dari 1500 garm

– Gawat janin, bila syarat per vaginam tidak


terpenuhi

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 19/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Infeksi intrapartum bila syarat per vaginam


tidak terpenuhi

Kontra indikasi partus per vaginam lainnya (letak


lintang, plasenta previa, dll). Lindungi bayi dengan
handuk hangat, usahakan suhu 36‑37 C  

Penyulit Pada bayi :

– sindroma gawat napas

– perdarahan intracranial

– trauma persalinan

– paten duktus arteriosus

– sepsis

– gangguan neurology

Informed Consent Perlu, tertulis


Konsultasi – Dokter Spesialis Anak

– Dokter Spesialis kebidanan, khususnya


perinatologi

– Dokter spesialis Anestesi

Lama Perawatan Sangat bergantung pada keadaan pasien /usia


kehamilan
Masa Pemulihan Untuk Ibu :

Partus spontan à 3‑4 hari

Seksio sesarea à 6‑7 hari

Untuk Anak : sangat bergantung pada berat /


keadaan janin

Output –
PA –
Otopsi –
Referensi 1. lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit
kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman
diagnosis dan terapi Edisi III 2008

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 20/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2. Cunningham MD MacDonal PC Gamt NF


Hypertensiv disorder in pregnancy. William
obstetric 20th Ed 718‑723, 1997

PERDARAHAN

ANTE PARTUM

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Pendarahan per vaginam pada usia kehamilan 20


minggu atau lebih.
Kriteria Diagnosa : Anamnesis

a. Pendarahan per vaginam pada usia kehamilan


20 minggu atau lebih

 b. Timbulnya pendarahan per vaginam secara


spontan tanpa melakukan aktivitas akibat trauma
pada abdomen.

c. Disertai nyeri atau tanpa nyeri akibat


kontraksi uterus.

d. Beberapa faktor predisposisi:

Riwayat solusio plasenta


Perokok
Hipertensi
Multi paritas

Pemeriksaan:

Keadaan tensi, nadi, pernafasan.

Obstetrik :

Periksa luar :

– Bagian bawah janin belum /sudah masuk BAP.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 21/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Ada kelainan letak atau tidak ?

Inspekulo : pendarahan berasal dari ostium


uteri atau dari kelainan serviks dan vagina?
Pendarahan fornises : hanya dikerjakan pada
presentasi kepala.
PMDO : Bila akan mengakhiri kehamilan

persalinan.

USG

Diagnosa Banding : Solusio plasenta

Batasan : terlepasnya plasenta yang letaknya


normal pada fundus uteri/corpus uteri sebelum
 janin lahir.

a. Ringan:

Pendarahan kurang dari 100‑200 cc, uterus tidak


tegang, belum ada tanda renjatan. Janin hidup,
pelepasan plasenta kurang dari 1/8 bagian
permukaan, kadar fibrinogen ≥ 250 mg%

 b. Sedang:

Pendarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang, terdpt


tanda pra renjatan, gawat janin atau janin telah
mati, pelepasan plasenta ¼ – 2/3 bagian permukaan,
kadar fibrinogen 120‑150 mg%

c. Berat:

Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat


tanda rejatan, biasanya janin telah mati, pelepasan
plasenta bisa terjadi lebih dari 2 x 3 bagian
permukaan atau keseluruhan bagian permukaan.

Plasenta Previa:

Batasan :

Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga dapat


menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir

Vasa Previa :

Batasan:

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 22/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Tali pusat berinsersi pada selaput ketuban dimana


pembuluh darahnya diantara lapisan amnion dan
korion melalui pembukaan serviks.

Pemeriksaan : a. Laboratorium
penunjang
Hemogoblin, hematorik, rombosit, waktu
pembekuan darah, waktu protrombin, waktu
tromboplastin parsial, elektrolit plasma.

 b. Kardiotokografi

Laenec, doppler, untuk menilai status janin.

c. USG

Menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan


 janin.

Standar tenaga : Dokter umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


kandungan.
Perawatan RS : Pasien perlu segera dirawat
Terapi Medik dan Bedah

Tidak terdapat rejatan : usia gestasi kurang dari 10


minggu TBF < 2500 gram

I. Solusi Plasenta

A. Ringan :

Ekspektatif

– tunggu persalinan spontan, bila ada


perbaikan, pendarahan berhenti, kontraksi uterus
tidak ada, janin hidup

– Tirah baring

– Atasi anemia

– USG dan KTG serial kalau memungkinkan

Aktif

– Mengakhiri kehamilan, bila ada perburukan,


perdarahan berlangsung terus, kontraksi uterus
terus berlangsung, dapat mengancam janin/ibu

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 23/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Partus per vaginam (amniotomi/oksitosin


infus)

– Bila pendarahan dan pelvik score < 5 atau


persalinan masih lama> 6 jam seksio sesarea.

B. Sedang/ Berat:

Resusitasi cairan
Atasi anemia ( transfusi darah)
PDMO:

a. Plasenta previa : partus per abdominal

 b. Bukan Plasenta previa : partus per vagina (


ammoniotomi pitosin infus)\

II. Vasa Previa:

Test Apt positif ( terdapat darah janin)


Dapat diraba pembuluh darah janin melalui
spekulum amniokopi
 Janin mati : partus per vaginam
 Janin hidup : pertimbangan partus per
abdominal

III. Plasenta Previa

A. Bila perdarahan sedikit : dirawat sampai usia


kehamilan > 36 minggu, mobilisasi bertahap. Bila
ada kontraksi, lihat penanganan persalinan preterm

B. Bila perdarahan banyak

– resusitasi cairan

– Atasi anemia

– PDMO

Plasenta previa totaslis à partus per


abdominalà sekseio sesarea
Bukan plasenta previa totalis à partus per
vaginam

1. Tidak terdapat renjatan dengan usia gestasi 37


minggu atau lebih / TBF 2500 gram atau lebih

A. Solusio Plasentae

Ringan / sedang/ berat:

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 24/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Partus per abdominal bila persalinan per vaginam


diperkirakan berlangsung lama

B. Plasenta Previa

– Plasenta previa totaslis à partus per


abdominalà sekseio sesarea

– Bukan plasenta previa totalis à partus per


vaginam

C. Vasa Previa

– Janin mati : partus per vaginam

– Janin hidup : pertimbangan partus per


abdominal

2. Terdapat Renjatan

1. Solusio plasenta

– Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi


darah.

– Bila renjatan tidak teratasi, upayakan


tindakan penyelamat yang optimal. Bila renjatan
dapat diatasi pertimbangkan untuk partus per
abdominal bila janin masih hidup atau bila
persalinan per vaginam diperkirakan berlangsung
lama

1. Plasenta previa

– Atasi renjatan, resusitasi cairan dan transfusi


darah.

– Bila tidak teratasi upayakan penyelamat


optimal, bila teratasi partus per abdominal.

Penyulit A. Karena penyakit:

Pada ibu:

Renjatan
Gagal ginjal akut/akut tubular nekrosis
DIC ( Disseminated Intra vascular Coagulation)
Plasenta acreta

Atonia uteri Uterus coubelaire

Pendarahan pada implantasi uterus di segmen


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 25/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

 bawah.

Pada Janin:

Asfiksia
BLLR
RDS

B. Karena Tindakan/terapi

Pada Ibu :

Reaksi tranfusi
Kelebihan cairan
Renjatan
Infeksi

Pada Janin :

Asfiksia
Infeksi

Informed Consent Diperlukan secara tertulis saat pasien masuk


Konsultasi Spesialis Anak, Spesialis Anestesi, Spesialis
Penyakit Dalam.
Lama Perawatan 7 hari (tanpa komplikasi)
Masa Pemulihan 6 Minggu setelah tindakan / melahirkan
Output Komplikasi : diharapkan minimal/tidak ada
Kesembuhan : diharapkan sempurna.

PA –
Otopsi –
Referensi 1. Cunninghan, Mac Donald, Cant. William.
Obstetrics. Eigteenth Ed. Appleton & lange, 1989.

2. Friedman, Acker, Sachs, Obstetrical Decision


Making. Second Ed. Manly, Graphic Asian Edition,
1988.

3. Jeanty, Romeo, Obstetical Ultrasound. Mcgraw‑


Hill Inc., 1984.

RUPTURA UTERI

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 26/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS

Tanggal Terbit Ditetapkan, 



Direktur
…………………

Definisi : Robeknya dinding uterus, pada saat kehamilan atau


dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya
peritoneum visceral.
Kriteria Diagnosa : – Sakit perut mendadak

– Perdarahan pervaginam

– Renjatan yang cenderung tidak sesuai


dengan jumlah darah yang keluar karena adanya
perdarahan intraabdominal

– Adanya lokus minoris pada rahim, trauma,


partus

Diagnosa Banding : – Mola destruens

– Kehamilan ektopik lanjut terganggu

Pemeriksaan : Hemoglobin dan hematokrit darah, PO2, PCO2 dan


penunjang ph darah, elektrolit darah
Standar tenaga : Dokter Kebidanan dan Kandungan
Perawatan RS : Perawatan rutin pasca bedah (7‑10 hari)
Terapi – Mengatasi syok dengan segera, termasuk
infuse cairan intravena

– Pemberian darah, oksigen dan antibiotic

– Segera, laparotomi, bila ditemukan rupture


uteri lakukan histerektomi akan tetapi pada kasus‑
kasus tertentu seperti robekan yang kecil dan tidak
compang‑camping dan masih segar dapat
dilakukan histerografi terutama pada mereka yang
masih muda atau belum mempunyai anak hidup

– Sumber perdarahan dihentikan

Penyulit – Sepsis
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 27/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Renjatan Irreversibel

Informed Consent Perlu


Konsultasi –
Lama Perawatan 1 minggu
Masa Pemulihan 3 bulan
Output – sembuh total

– sembuh parsial

– Fistula vesiko‑vagina.

PA Jaringan uterus yang diangkat


Otopsi –
Referensi .1. Cunninghan, Mac Donald, Cant. William.
Obstetrics. Eigteenth Ed. Appleton & lange, 1989.

2. Friedman, Acker, Sachs, Obstetrical Decision


Making. Second Ed. Manly, Graphic Asian Edition,
1988.

ABSES TUBO OVARIAL

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Abses Tubo‑ovarial (ATO) adalah radang bernanah


yang terjadi pada ovarium dan atau tuba fallopii
pada satu sisi atau kedua sisi adneksa.
Kriteria Diagnosa : – Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis
pernah infeksi daerah panggul dengan umur antara
30‑40 tahun, dimana 25‑50% nya adalah nulipara.

– Pemeriksaan lab, x foto, usg, pungsi douglas

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 28/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Diagnosa Banding : ATO utuh dan belum memberi keluhan :

– kistoma ovarii, tumor ovarium.

– kehamilan ektopik yang utuh.

– abses peri‑apendikuler.

– mioma uteri.

– hidrosalping.

ATO utuh dengan keluhan :

– perforasi apendik.

– perforasi divertikel/abses divertikel.

– perforasi ulkus peptikum.

– kelainan sitemik yang memberi distres akut


abdominal.

– kistoma ovarii terinfeksi atau terpuntir.

Pemeriksaan : – Pemeriksaan laboratorium; lekositosis ( 60‑


penunjang 80% dari kasus ), peningkatan LED.

– X foto abdomen dilakukan bila ada tanda‑


tanda ileus, dan atau curiga adanya masa di
adneksa.

– Ultrasonografi; bisa dipakai pada kecurigaan


adanya ATO atau adanya masa di adneksa, melihat
ada tidaknya pembentukan kantung‑kantung pus,
dapat untuk evaluasi kemajuan terapi.

– Punksi Douglas dilakukan bila pada VT :


cabum Douglas teraba menonjoL Pada ATO yang
utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi
 jaringan. Pada ATO yang pecah atau pada abses
yang mengisi cavum Douglas, didapat pus pada
lebih 70% kasus.

Standar tenaga : Dokter Kebidanan dan Kandungan


Perawatan RS : 7 hari atau lebih tergantung komplikasi

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 29/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Terapi Curiga ATO utuh tanpa gej ala :

– Antibiotika, dengan masih dipertimbangkan


pemakaian golongan :

Doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama 1 minggu, atau

Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 1 minggu.

– Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil


dalam 14 hari ata.u makin membesar adalah
indikasi untuk penanganan lebih lanjut, dengan
kemungkinan untuk laparatomi.

ATO utuh dengan gejala :

– Masuk Rumah Sakit, tirah baring posisi ”semi


Fowler”, observasi ketat tanda vital dan produksi
urine, periksa lingkar abdomen, k/p pasang infus
PZ.

– Antibiotik masif ( bila,mungkin gol. Beta


lactan) , minimal 48‑72 jam.

Gol. Ampisilin 4 x 1‑2 gr/hari, iv selama 5‑7 hari dan

Gentamin 55 mg/kg BB/hari, iv/im. Terbagi dalam


2x/hari selama 5‑7 hari dan Metronida7ole I gr
rek.sup 2 xihari atau,

Kloramfenikol 50 mg/kg BB/hari, iv selama 5 hari

Metronidazol atau sefalosporin generasi III 2‑3 x I


gr/sehari dan Metronidazol 2 x 1 gr selama 5‑7 hari.

– Pengawasan ketat mengenai keberhasilan


terapi.

– k/p dilanjutkan laparatomi : SO unilateral, atau


pengangkatan seluruh organ genitalia interna.

ATO yang pecah, merupakan kasus darurat :


dilakukan laparatomi, pasang drain, kultur nanah.

– setelah dilakukan laparatomi, diberikan


Sefalosporin generasi III dan Metronidazol 2 x 1 gr
selama 7 hari ( 1 minggu ).

Penyulit ATO yang utuh :

– pecah sampai sepsis, terinfeksi dikemudian


hari, ileus, infertilitas, kehamilan ektopik.
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 30/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

ATO yang pecah :

– syok sepsis, abses intra abdominal, abses


subkronik, abses paru / otak.

Informed Consent Perlu sebelum dilakukan tindakan


Konsultasi Penyakit dalam, bedah, anastesi
Lama Perawatan 7 hari atau lebih
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Sembuh, berulang, menetap
PA Perlu
Otopsi –
Referensi 1. Hutabarat H; Radang dan beberapa penyakit lain
in pada alat genitalia wanita, dalam Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 1982.
Edisi pertama, hal. 233.

2. Jones III, HW : Tubolarian Abscess, in Novak’s


Textbook of Gynecbtogy, William A,

Cynningham F.C.: Pelvic infection, ini Current


Obstetrics & Gynaecdlogic Diagnosis

& Treatment, Lange Medical Publication, California,


3rd.ed, 314, 1980.

3. Nasabi凒 Robert EL : Pelvic infections, in Rypine


Medical Licensus Examination. JB Lippinco凒 Coy,
Philadelphia, 14th.ed, 857‑8, 1985.

PARTUS KASEP

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu


persalinan yang mengalami kemacetan dan
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 31/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

 berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu


maupun anak
Kriteria Diagnosa : . Tanda‑tanda kelelahan dan dehidrasi :

1. Dehidrasi : nadi cepat dan lemah.

2. Meteorismus.

3. Febris.

4. His hilang atau melemah.

II. Tanda‑tanda infeksi intra uterin

1. Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan


dan berbau kadang bercampur mekonium.

2. Suhu rektal > 37,6° C

III. Tanda‑tanda rahim robek ( ruptura uteri )

1. Perdarahan melalui ostium uteri eksternum.

2. His hilang.

3. Bagian anak mudah diraba dari luar.

4. Periksa dalam : bagian terendah janin mudah

didorong ke atas.

5. Robekan dapat meluas sampai serviks dan

vagina.

IV. Tanda‑tanda gawat janin.

1. Air ketuban bercampur mekonium.

2. Denyut jantung janin takikardi / bradikardi /

ireguler.

3. Gerak anak berkurang atau hiperaktif (


gerakan

yang konvulsive).

Keadaan umum Ibu :

1. Dehidrasi

2. Panas
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 32/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3. Meteorismus

4. Syok

5. Anemia

6. Oliguria.

II. Palpasi

1. His lemah atau hilang

2. gerak janin tidak ada

3. Janin mudah diraba

III. Auskultasi

Denyut jantung janin :

– Takikardi / bradikardi

– Ireguler

– Negatif ( bila anak sudah mati )

IV. Pemeriksaan dalam

1. Keluar air ketuban yang keruh dan berbau


 bercampur mekonium.

2. Bagian terendah anak sukar digerakkan bila


rahim belum robek, tetapi mudah didorong bila
rahim sudah robek, disertai keluarnya darah.

3. Suhu rektal > 37,6° C.

Diagnosa Banding : Kehamilan / persalinan dengan infeksi ekstra


genital :

– Selisih rektal dan aksiler tidak lebih dari 0,5° C.

– Ketuban biasanya masih utuh.

Pemeriksaan : Laboratorik, USG


penunjang
Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kandungan
Perawatan RS : Perawatan Bertujuan :

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 33/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

I. Memperbaiki keadaan umum ibu

1. Koreksi cairan ( Rehidrasi ).

2. Koreksi keseimbangan asam basa.

3. Koreksi keseimbangan elektrolit.

4. Pemberian kalori.

5. Pemberantasan infeksi.

6. Penurunan panas. ‘

II. Mengakhiri persalinan tergantung

l. Sebab kemacetan.

2. Anak hidup / mati.

Sebaiknya perbaiki dulu keadaan ibu dengan cepat


( dalam waktu 2‑3 jam ), kemudian dilanjutkan
tindakan mengakhiri persalinan.

Terapi 1. Perbaikan keadaan umum ibu.

1. Pasang infus set / “blood transfusion set” yang


cukup adekuat ( No. 16‑18 ) dan kateter urine (
ditampung ).

2. Beri cairan dan kalori serta elektrolit

– Normal saline : 500 cc

– Dextrose 5 – 10 % : 500 cc

Dalam 1‑ 2 jam pertama selanjutnya tergantung :

a. Urine produksi

 b. BJ Plasma (bila perlu )

Cairan dapat diberikan menurut kebutuhan.

3. Koreksi asam basa dengan dengan pengukuran


C02 darah dan pH ( bila perlu ).

4. Pemberian antibiotik spektxum luas secara


parenteral. Derivat :

– Ampicillin 3 x I gr/hari selama 2 hari, dilanjutkan


4 x 500 mg/hari per.os selama 3 hari dan

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 34/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Gentamisin 60‑80 mg, 2‑3 x sehari selama 5 hari,


atau Sefalosporin generasi III 1 gr, 2‑3 x sehari
selama 5‑7 hari.

Kombinasi dengan :

– Metronidazole 2 x 1 gr rektal supositoria per


hari, selama 5‑7 hari. 5.
Penurunan panas :

– Antipiretika parenternal xyllomidon 2cc i.m.

– Kompres basah.

Pengakiran persalinan

Tergantung kondisi saat itu

Bila : Pembukaan lengkap

Syarat‑syarat persalinan pervaginam terpenuhi


maka persalinan dilakukan pervaginam dengan
mempercepat kala II (Vaccum/Forcep atau perforasi
kranioklasi ).

Bila : Pembukaan belum lengkap

Syarat pervaginam tidak terpenuhi ——> seksio


sesar.

Penyulit Ibu .

1. Infeksi sampai sepsis.

2. Asidosis, dan gangguan elektrolit.

3. Dehidrasi, syok, kegagalan fungsi organ‑organ.

4. Robekan jalan lahir.

5. Robek pada buli‑buli vagina, rahim dan rektum.

II. Anak

1. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal.

2. Lahir dalam asfiksia berat sehingga dapat

menimbulkan cacat otak menetap.

3. Trauma persalinan :

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 35/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena


pertolongan persalinan dengan tindakan.

Informed Consent Perlbelum tindakan


Konsultasi Penyakit dalam , Anak
Lama Perawatan 3‑7 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Benson. Current ‑Obs & Gin Diagnostic &
Therapy. 5th Edition, 1985, p. 925‑945. Hange &
Maruzeni. .

2. Danforth & Sco凒. Obstetrics & Gynecology. 5th


Edition, 1986, p. 690‑721.

3. William Obstetrics. XVII Edition, 1985, p : 641‑


732.

LETAK SUNGSANG

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Disebut letak sungsang apabila janin terlihat


membujur dalam rahim dengan bokong pada
 bagian bawah.

– Tergantung dari bagian janin mana yang


terendah, dapat dibedakan :

a. letak bokong

 b. letak bokong kaki

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 36/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

c. letak kaki

Kriteria Diagnosa : Pemeriksaan fisik.

1. Palpasi

Leopold I : kepala /”ballotement” di fundus.

Leopold II : teraba punggung disatu sisi,


 bagian‑bagian kecil disisi lain. Leopold III dan IV:
 bokong teraba dibagian bawah rahim.

2. Ultrasonografi

Dipertahankan untuk :

– konfirmasi letak janin apabila pemeriksaan fisik


tidak jelas. – menentukan letak plasenta.

– menentukan kemungkinan adanya cacat


 bawaan.

3. X‑foto ( bila perlu )

– menentukan posisi tungkai bawah /Frank


Breech

– konfirmasi letak janin.

– menentukan habitus kepala janin.

– menentukan kemungkinan adanya kelainan


 bawaan anak ( Hidrosefalus, Anensefalus ).

Diagnosa Banding : Letak kepala


Pemeriksaan : USG, X FOTO
penunjang
Standar tenaga : Dokter umum/ spesialis kebidanan dan kandungan
Perawatan RS : Inpartu
Terapi . Antenatal

– Kewaspadaan terhadap kasus letak sungsang


sudah dimulai sejak kehamilan 24 minggu.

– Bila pada kehamilan 28‑30 minggu masih


didapatkan letak sungsang, maka dilakukan
ultrasonografi untuk mencari kemungkinan adanya

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 37/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

kelainan letak plasenta ( plasenta previa ), cacat


 bawaan atau kelainan bentuk rahim.

– Apabila pada pemeriksaan USG tidak


ditemukan kelainan, maka dicoba / dilakukan versi
luar ke letak kepala ( tanpa paksaan ).

Dengan catatan : bahwa tidak didapatkan suatu


kontra indikasi untuk tindakan versi luar ( VL ).

– Penderita diminta kontrol seminggu kemudian.

– Apabila versi luar gagal, penderita diminta


kontrol seminggu kemudian dan dicoba versi luar (
VL ) sekali lagi, bila gagal maka VL tidak dilakukan
lagi.

2. Persalinan

2.1. Pada kasus dimana versi luar berhasil, maka


penatalaksanaan persalinan seperti pada letak
kepala. ,

2.2. Pada kasus dimana versi luar gagai / janin tetap


letak, sungsang, maka penetalaksanaan persalinan
lebih waspada.

2.3. Persalinan diakhiri dengan seksio sesar apabila :

a. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar /


 berbahaya ( Feto Pelvic Disporposi atau skor
Zatuchni Andros kurang dari 3).

 b. Tali pusat menumbang pada :

– primigravida

– multigravida ( Kala I )

c. Didapatkan suatu kemacetan persalinan /


distosia.

Yang dimaksud distosia dalam hal ini adalah :

– fase laten lebih dari 14 jam

– ”protracted active phase”

– ”secondary arrest of dilalation”

– ”prolonged second stage” (= 1 jam mengejan


 bokong tidak lahir )

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 38/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

d. Kehamilan prematur ( EFW 2000 gr atau lebih )

3. Pada dasarnya oksitosin drip pada letak


sungsang tidak dianjurkan oleh karena deteksi
kemungkinan adanya CPD / FPD sulit

Skor Zachtuchni Andros :

0 1 2
Paritas Primi Multi

Pernah su Tidak 1
x >2x

EFW > 3630 3629‑


3176 > 3176

Usia Kehamilan > 39 mg 38


mg < 37 mg

Stasion < ‑3 –
2 4

Dilatasi 2
3 4

Syarat : Z.A. skor hanya berlaku untuk kehamilan


aterm atau EFW diatas 2500 gram. Skor kurang dari
3 : persalinan perabdominan.

Skor 4 : perlu evahtasi lebih cermat.

Skor lebih dari 5 : persalinan pervaginam

Penyulit After caming head, FPD


Informed Consent Perlu
Konsultasi –
Lama Perawatan 3‑7 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Baik
PA –
Otopsi –

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 39/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Referensi Brenner, WE Management at breech presentation, in


advance in clinical obstetrics and gynecology.
Edited by H.J. Osofeley. p. 95, Williams & Vilkins,
Baltimqre, 1982.

2. Cunninghan, Mac Donald, Cant. A. William


Obstetric, Eighteenth EA. Appleton & Lange, 1989.

3. Friedman, Acker, Sachs. Obstetrical Decision


Making. Second ed. Manly Graphic Asian Edition
19.88. .

4. Pritchard, J.A. Mc. Donald, PC, Gant, NF,.


William Obstetrics 17 th ed Appleton ‑Century,
Crafts, Norwalk, 1985, pp 651‑659.

POST DATE

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Kehamilan Post Date ialah : Kehamilan yang


lamanya melebihi 42 minggu ( 294 hari ) dihitung
dari hari pertama haid terakhir atau 14 hari setelah
perkiraan tanggal persalinan yang dihitung menurut
rumus NAEGELE, dengan asumsi siklus haidnya 28
hari.

Kriteria Diagnosa : Untuk membuat diagnosis kehamilan post date


diperlukan kecermatan dalam menentukan usia
kehamilan yang tepat. .

2. Apabila tidak dilakukan pencatatan pada usia


kehamilan muda maka Akan terlambat untuk
mengatakan suatu kehamilan menjadi post date.

3. Menentukan usia kehamilan secara tepat


memang tidak mudah terutama bila Hari Pertama
Menstruasi terakhir tidak jelas.
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 40/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4. Data lain yang mungkin dapat membantu dalam


menentukan umur kehamilan ialah riwayat
penggunaan obat‑obat induksi ovulasi, pemakaian
hormonal kontrasepsi dan saat mulai dirasakannya
gerakan janin oleh si ibu (”Quikening”).

Pengukuran fundus uteri setinggi umbilikus pada


kehamilan 20 minggu dapat dipakai sebagai
indikator dalam menentukan umur kehamilan.

5. Pemeriksaan USG menjadi “gold standard”


untuk mengkonfirmasi anamnesa dan pemeriksaan
fisik.
 , Cont

Diagnosa Banding : Persalinan aterm

Pemeriksaan : Pemeriksaan Penilaian Kesejahteraan janin


penunjang
( Mulai dikerjakan pada usia kehamilan 41 minggu )

– USG : Pengukuran biometrik janin / letak


plasenta.

Deteksi kelainan cacat bawaaan, pengukuran jumlah


air ketuban dengan ”Amniotik fluid index” ( AFI ).

– Pemantauan detik jantung janin :

”Non Strees Test” ( NST ) / ”Stress Test”.

– Penentuan maturasi janin dengan pemeriksaan


cairan ketuban ( ”shake test” atau L/S rasio ) harus
dikerjakan bila pemeriksaan USG menunjukkan usia
kehamilan 35 minggu.

Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan


Skor pelvik ( PS ) menurut cara Bush op.

– Amnioskopi untuk menentukan warna air


ketuban ( bila mana perlu dilakukan amniotomi ).

Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kebidanan dan


kandungan

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 41/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Perawatan RS : Perawatan untuk termainasi


Terapi Pada dasarnya penatalaksanaan post date adalah :
Merencanakan pengakhiran kehamilan. Cara
pengakhiran kehamilan : berdasarkan hasil penilaian
kesejahteraan janin.

1. Penilaian Kesejahteraan Janin jelek :

a. Bila Skor pelvik : matang (> 5)

Amniotomi : jernih ————–> Drip oksitosin

keruh ————–> Seksio Sesar

 b. Bila Skor Pelvik belum matang ( < 5 ) –> SC

2. Penilaian Kesejahteraan Janin ragu‑ragu :

a. Biala Skor Pelvik : matang ( PS > 5)

Amniotomi : jernih ————–> Drip oksitosin

keruh ————–> Seksio Sesar

 b. Bila Skor Pelvik belum matang (< 5)

Tirah baring 1 hari kemudian penilaian


kesejahteraan janin di ulang hari berikutnya.

Bila hasilnya jelek ——–> Seksio Sesar

ragu‑ragu ——–> Seksio Sesar

 baik ——‑> Penilaian kesejahteraan


secara ini –> sampai induksi persalinan
memungkinkan.( PS > 5 )

3. Penilaian Kesejahteraan Janin baik

Bila Skor pelvik : matang ( > 5) drip oksitosin tanpa

amniotomi.

Bila Skor pelvik belum matang ( PS < 5).

Tunggu dengan melakukan penilaian janin secara


seri, dilakukan NST sekurangkurangnya 1 x
seminggu s/d PS > 5 untuk dilakukan drip oksitosin.

Bila hasil penilaian kesejahteraan janin secara seri


ragu‑ragu atau jelek lihat bagan penilaian
kesejahteraan janin ragu‑ragu atau jelek.
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 42/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

CATATAN:

1. Bila drip oksitosin dinyatakan gagal pada kasus‑


kasus dengan amniotomi dilakukan seksio sesar,
pada kasus‑kasus tanpa amniotomi keesokan
harinya dilakukan penilaian kesejahteraan janin
ulang kemudian dilihat hasil penilaian kesejahteraan
 janin dan diikuti bagan skema penilaian
kesejahteraan janin seperti diatas.

2. Yang dimaksud dengan hasil penilaian


kesejahteraan janin ialah has il NST, dan jumlah
cairan ketuban.

3. NST belum tersedia di RSUIT

Penyulit Janin distress, asfiksia. Iufd


Informed Consent Sebelum tindakan
Konsultasi Pediatric
Lama Perawatan 3‑5 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Lagrew D.C, Freeman R.K. Management of
postdate pregnancy Am J Obstet Gynecol. 1986; 154:
8‑13.

2. Phelan J.P. The Post dat Pregnancy : An overview


Clinical Obstetrics and Gynecology. Editors : Pitkin
R.M. Sco凒 J.R. 1989 ; 32 : 221‑7.

3. AHM M.O., Phelan J.P. Epidemiologic Aspect of


the Postdate Pregnancy Clinical Obstetri and
Gynecology. Editors : pitkin R.M., Sco凒 J.R. 1989 ; 32:
228‑34.

4. Sims M.E., Wlather F.JK. Neonatal morbidity and


mortality and Long‑term out‑come of postdate
infants. Clinical Obstetrics and Gynecology. Editor
:Pitkin R.M. Sco凒 J.R. 1989 ; 32 : 285‑93.

VAGINOSIS BAKTERIAL

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 43/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Infeksi vagin yang disebabkan oleh


 berkembangbiaknya flora normal akibat hilangnya
kuman laktobasilus yang memproduksi hidrogen
peroksida.

Kriteria Diagnosa : Gx Keputihan berbau terutama post co, kumat


kumatan . keputihan bau amis, putih abu‑abu,
menempel dinding vagina, ph vagina> 4.5.
ditemukan clue cel, pemberian KOH pada fluor
akan memberi bau amis seperti ikan

Diagnosa Banding : Vaginosis trikomoniasis

Vulvovaginal kandidiasis

Pemeriksaan : Pemeriksaan mikrobiologi, KOH, pH


penunjang
Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kandungan
Perawatan RS : MRS bila ada penyulit
Terapi Metronidazole : d o c 500mg tiap 12 jam/po selama
7 hari

Metronidazole : 2 gr/ dosis tunggal

Clindamycine 300 mg tiap 12 jam /po 7 hari

Metronidazole : pervaginam 1 gr tiap 12 jam selama


5 hari

Penyulit 1. 1. Pada kehamilan resiko abortus, partus


prematurus, khorioamnionitis
2. Endometritis
3. Adnexitis

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 44/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Informed Consent –
Konsultasi –
Lama Perawatan 3‑5 hari
Masa Pemulihan Seminggu
Output Baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp
429‑445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease ,
pelvic pain diagnosis and management.
Lippincot William 8c Wilkin. Edisi tahun 2000
 bab IX

VAGINITIS TRICHOMONIASIS

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Infeksi vagina yang disebabkan oleh parasit


trichomonas vaginalis, merupakan penyakit yang
ditularkan melalui hubungan sex (STD)
Kriteria Diagnosa : Sebagian besar asimtomatis, fluor berlebihan ,
purulen, bau, pruritus, parah dinding vagina
kemerahan dengan bercak putih , cerviks seperti
strawberi (colpitis macularis), ph>5 ditemukan
trikomonas dapat pula clue cel
Diagnosa Banding : Vaginosis bacterial

Vulvovaginal kandidiasis

Pemeriksaan : Pemeriksaan parasit, pH


penunjang
Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan
Perawatan RS : Bila ditemukan penyulit
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 45/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Terapi Metronidazole : d o c 500mg tiap 12 jam/po selama


7 hari

Metronidazole : 2 gr po / dosis tunggal 3‑5 hari

Pengobatan pasangan dengan obat yang sama

Penyulit Pada kehamilan resiko abortus, partus prematurus,


khorioamnionitis
Informed Consent –
Konsultasi –
Lama Perawatan –
Masa Pemulihan 1 minggu
Output Baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. 1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp
429‑445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease ,
pelvic pain diagnosis and management.
Lippincot William 8c Wilkin. Edisi tahun
2000 bab IX

VULVOVAGINAL KANDIDIASIS

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Infeksi vagina yang disebabkan oleh candida


albicans atau specialis C glabrata, C tropicalis
Kriteria Diagnosa : Keputihan seperti susu, gatal, pruritus,di daerah
vulva, nyeri dansaat koitus
Diagnosa Banding : Vaginosis trikomoniasis

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 46/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Vaginosis bakterial

Pemeriksaan : KOH
penunjang
Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan
Perawatan RS : Bila ada penyulit
Terapi 1. 1. Ringan –Fluconazole 150 mg/oral dosis
tunggal, bila tidak membaik 3 hr diberi
penambahan.
2. Berat :

– Clotrimazole 100mg / intravaginal/ dosis


tunggal selama 7 hari

Clotrimazole 100mg / intravaginal/ tiap 12 jam


selama 3 hari

Clotrimazole 500 mg / intravaginal/ dosis tunggal

1. 1. Krim hidrokortison 1% menghilangkan gatal


dan perih
2. Kasus kronis

– ketoconazole 400mg atau fluokonazole 200mg/


dosis tunggal/hari sampai keluhan hilang,
dilanjutkan ketoconazole 400mg atau fluokonazole
150mg/minggu selama 6 bulan

Penyulit Pada kehamilan resiko abortus, partus prematurus,


khorioamnionitis
Informed Consent –
Konsultasi –
Lama Perawatan 3‑7 hari
Masa Pemulihan 2 minggu
Output Baik
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Soper David E Novaks Gynecologi edisi XIIp
429‑445
2. Carter James E, Pelvic Inflamatory disease ,
pelvic pain diagnosis and management.
Lippincot William 8c Wilkin. Edisi tahun 2000
 bab IX

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 47/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PROLAP UTERI

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Turun atau keluarnya sebagian atau seluruh uterus


dari tempat asalnya melalui vagina sampai
mencapai atau melewati introitus vagina

1. Derajat I : berdiri atau mengejan posisi cx distal


1 cm diatas ring hymen
2. Derajat II : berdiri atau mengejan posisi cx 1 cm
diatas atau di bawah ring himen
3. Derajat III : berdiri atau mengejan posisi cx distal
lebih 1 cm ring hymen tetapi penojolannya tidak
lebih panjang vagina dikurangi 2 cm
4. Seluruh uterus diluar vagina

Kriteria Diagnosa : – Pem Klinis dan ginekologis ,

– Klinis perasaan berat perut bawah , benjolan


introitus vagina saat duduk dan berdiri, hilang
posisi tidur

– Gangguan berkemih, uretra terlipat didepan

– Kontipasi

Diagnosa Banding : Elongasi cer viks

Cystocele

Enterokele

Rektokele

Kelemahan dinding vagina lateral


 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 48/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pemeriksaan : –
penunjang

Standar tenaga : Dokter umum dan dokter spesialis kandungan

Perawatan RS : Bila operatif

Terapi – tanpa keluhan tidak perlu pengobatan

– gr I/II latihan kegel

– gr III/IV operatif, bila menolak pesarium

– pasca menopause ; pesarium dengan


estrogen :

– estrogen

– pessarium harus dikontrol tiap bulan

– bila terdapat inkontinensia urine, rektokel,


enterokel –histerektomi laparatomi/pervaginal
dengan kolporafi anterior

Penyulit ISK

Informed Consent Sebelum tindakan

Konsultasi –

Lama Perawatan Histerektomi 5‑7 hari

Masa Pemulihan 2 minggu

Output Baik

PA –

Otopsi –

Referensi 1. Wall l lewis. Incontinence, prolapse and disorder


of the pelvic floor.Novaks gynecologi. Edisi 12
 bab 12
2. Cardoso L Urogynecology. Edisi I tahun 1997
 bab 21 p321‑350

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 49/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

INFERTILITAS

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Ketidakmampuan pasangan suami istri


mewujudkan konsepsi, hamil, melahirkan,
meskipun senggama teratur (2‑3 kali seminggu)
selama minimal 12 bulan tanpa proteksi

Kriteria Diagnosa : Belum punya putra 12 bulan

Abortus berulang

Diagnosa Banding : –
Pemeriksaan : Analisis sperma
penunjang
Laparaskopi‑histeroskopi

Uji pasca senggama

Histerosalfingogrfi (HSG)

Pemeriksaan panas badan basal/ body basal


temperatur

Biopsi endometrium

Standar tenaga : Dokter spesialis kebidanan dan kandungan


Perawatan RS : Bila akan dilakukan tindakan
Terapi Sesuai dengan kelainannya dari factor suami atau
istri seperti induksi ovulasi, konservatif, koreksi
 bedah rekonstruksi, IUI, IVF‑ET

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 50/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Penyulit –
Informed Consent Perlu sebelum dilakukan tindakan
Konsultasi Penyakit dalam, andrologi, bedah
Lama Perawatan 5‑7 bila dilakukan tindakan bedah
Masa Pemulihan 2 minggu setelah operasi
Output Baik bila dapat dikoreksi
PA –
Otopsi –
Referensi 1. Samsulhadi.Alur pemeriksaan pasangan
infertile. Protap Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi RSU dr Sutomo Surabaya, 2002
2. Saifudin AB Djajaditaga, Affandi B, Bimo
Pengorganisasian dan pengelolaan pelayanan
infertilitas, NRC POGI‑YBPSP, 1996
3. Seibef Machelle M Diagnostic evaluation of an
infertie couple, Infertility a comprehensive text,
2nd ed Appleton & Lange 3‑27, 1997

DISTOSIA

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan


atau tidaknya kemajuan proses persalinan dalam
ukuran satusan waktu tertentu
Kriteria Diagnosa : Distosia terjadi dalam kala I dan II

Fase persalinan : dalam kala I dan II sehubungan


dengan proses membukanya serviks ialah :

– Kala Laten : mulai pembukaan 0‑diameter 3 cm

– Fase akselerasi : pembukaan 3 menjadi 4 cm

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 51/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

– Fase dilatasi maksimal : pembukaan 4 menjadi 9


cm

– Fase deselerasi : pembukaan lengkap sampai bayi


lahir

Ukuran satuan waktu :

Fase laten : 8 jam

Fase akselerasi : 2 jam

Fase dilatasi maksimal : 2 jam

Fase deselerasi : 2 jam

Kala II : primigravida 1 ,5 jam

Multigravida 1 jam

Parameter untuk menilai proses kemajuan


persalinan :

– Pembukaan serviks dihubungkan dengan


fase persalinan

– Ukuran satuan waktu setiap fase persalinan

– Turunnya presentasi janin ( bidang hodge


atau station )

– Perubahan presentasi janin

– Perubahan posisi janin

– Molase dan dan kaput suksedaneum

– Persalinan normal adalah proses yang


progresif yang berlangsung dalam batas waktu
tertentu. Apabila batas waktu tersebut dilampui
tanpa diikuti oleh kemajuan proses persalinan maka
dianggap telah berlangsung persalinan abnormal
dan distosia.

Diagnosa banding : Apabila telah dilakukan analisa proses kemujuan


persalinan dan dijumpai distosia , maka harus
dicari penyebab distosia yang mungkin berasal dari
salah satu faktor ataupun gabungan dari beberapa
faktor berikut :

Kelainan tenaga

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 52/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Kelainan janin

Kelainan jalan lahir

Pemeriksaan : USG
penunjang

Standar tenaga : Dokter umum dan spesialis kebidanan dan


kandungan
Perawatan RS : Rawat inap

Bila direncanakan sc atau tindakan yang ada


kemungkinannya untuk prosedur anastesi maupun
sc harus dilakukan di RS

Terapi Disesuaikan dengan sebab distosia, misalnya :

Akselerasi persalinan

Ekstraksi

Sc

Penyulit Ibu : partus lama, infeksi intrapartum, ruptura


uteri, fistula, perlukaan jalan lahir

 Janin / bayi : asfiksia, cidera, kematian

Informed Consent Tertulis, perlu saat penderita MRS


Konsultasi –
Lama Perawatan 4‑5 hari untuk persalinan pervaginam

6‑7 hari sc

Masa Pemulihan 42 hari untuk persalinan pervaginam

3 bulan untuk sc

Output Ibu bayi sehat tanpa komplikasi


PA –
Otopsi –
Referensi 1. . Benson. Current ‑Obs & Gin Diagnostic &
Therapy. 5th Edition, 1985, p. 925‑945. Hange &

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 53/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Maruzeni. .

2. Danforth & Sco凒. Obstetrics & Gynecology. 5th


Edition, 1986, p. 690‑721.

3. William Obstetrics. XVII Edition, 1985, p : 641‑


732.

4. Standar pelayanan medis vol 1 edisi 2 1997

KANKER SERVIKS

  No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Keganasan pada mulut rahim atau serviks


Kriteria Diagnosa : Gejala klinis perdarahan sesudah senggama yang
kemudian berubah menjadi metrorragi, fluor yang
 berbau, nyeri, odema, gx penjalaran organ

Pemeriksaan fisik, ginekologik, penunjang

Diagnosa Banding : Ca endometrium

Ca ovarium

Pemeriksaan : Pap smear


penunjang
Kolposkopi

Biopsi

Dilatasi dan kuretaseboratorium

Konisasi

Labortorium

Radologi

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 54/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Usg

Endoskopi

Standar tenaga : Dokter spesialis kandungan


Perawatan RS : Perlu dilakukan bila akan dilakukan tindakan
diagnostik atau terapetik, atau ada komplikasi
Terapi Tergantung stadium

Stadium I sampai IIa Histerektomi Radikal dan


getah bening pelvis ( operasi radikal Wetheim),
kadang perlu tambahan ajuvan sitostatika atau
radiasi tergantung temuan saat operasi atau PA

Stadium IIb sampai III pengobatan/ penyinaran /


radioterapi dan atau sitostatika

Stadium akhir pengobatan paliatif

Penyulit Metastasis , kegagalan organ

Efek samping terapi

Informed Consent Perlu tertulis sebelum tindakan atau terapi


Konsultasi Penyakit dalam, bedah
Lama Perawatan 3‑5 hari untuk persiapan operasi

7‑15 hari perawatan post op

Masa Pemulihan Istahat 1 bulan setelah operasi untu ca cerviks tanpa


komplikasi
Output Respon komplit, tidak komplit, tidak berubah atau
progesif
PA Seluruh jaringan hasil op
Otopsi –
Referensi 1. Abdullah MN Soedoko R. peran sitologi pada
pemeriksaan pap test dalam deteksi dini 1990
2. Aziz MF, Kampono N Syamsudin S Djakaria M
manual prekanker dan ca servis uteri 1985
3. Bag/ SMF ilmu kebidanan dan penyakit
kandungan. RSU dr Sutomo Surabaya.
Pedoman diagnosis dan terapi . Ed III. 2008

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 55/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

MIOMA UTERI

No.Dokumen  Revisi 0 Halaman 


 
……………. 1 dari 2
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit Ditetapkan, 

Direktur
…………………

Definisi : Tumor jinak lapisan miometrium rahim dengan


sifat konsistensi padat kenyal, berbatas jelas dan
memiliki pseudokapsul bisa soliter atau multiple
dengan ukuran mulai mikroskopis samapi > 50kg

Letak tumor bisa :

Submukus, intramural, subserus,intraligamenter,


servik, bertangkai (pedunculated), parasitic
(wandering)

Kriteria Diagnosa : v Gejala klinis :

1. bisa tanpa gejala


2. rasa penuh atau berat di perut bagian bawah
atau benjolan yang padat dan kenyal.
3. gangguan haid atau perdarahan abnormal
uterus (30%) : menoragi, metroragi, dismenore
4. gangguan akibat penekanan tumor :
disuria/polakisuri, retensio urine, overflow
incontinence,konstipasi, varices, edema tungkai

v Palpasi abdomen : tumor daerah atas pubis atau


abdomen bagian bawah padat kenyal, berdungkul,
tidak nyeri, berbatas jelas mobil bila tidak ada
perlekatan

v Pemeriksaan bimanual bisa menyatu atau


 berhubungan dengan rahim

Diagnosa Banding :

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 56/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Kehamilan

Neoplasma ovarium

Endometriosis

Kanker Uterus

Kelainan bawaan rahim

Pemeriksaan :
penunjang
v USG pada kasuis terpilih

v Kuret dan pemeriksaan PA pada kasus


perdarahan

v D/K bertingkat pada penderita disertai dengan


pendarahan untuk menyingkirkan patologi lain
pada endometrium ( hiperplasia endometrium atau
adenokarsinoma endometrium)

v Tes kehamilan

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan

Perawatan RS : Dirawat bila disertai pendarahan hebat anemia


graantvis atau bila direncanakan pembedahan

Terapi Tergantung : ukuran tumor, keluhan atau


komplikasi , umur dan paritas

1. ukuran myoma kurang dari 12 minggu :


1. tanpa keluhan : observasi 3‑6 bulan, bila
membesar atau komplikasi pertimbangkan
operasi
2. dengan keluhan perdarahan ;

– koreksi anemi dengan tranfusi bila Hb< 8


gr%

– kuret bila Hb> 8gr% kecuali perdarahan


profus

– tujuan kuret : menghentikan perdarahan,


pemeriksaan PA menyingkirkan kemungkinan
keganasan atau penyakit lain, bila tidak ganas
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 57/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

tergantung umur dan paritas

– umur< 35th, ingin anak terapi konservatif,


 bila gagal operasi

– umur >35th , anak>2 dilakukan operasi

1. ukuran myoma lebih 12 minggu

– operatif

– bila perdarahan kuret PA dulu setelah


aneminya dikoreksi

– Antibiotika bila ada infeksi

1. konservatif

– bila anemi beri tablet zat besi tiap 8 jam /hari

– pemberian kombinasi vit sehari sekali

– diit TKTP

– pengawasan besar tumor dan keluhannya 3‑


6 bulan

– Dipertimbangkan obat untuk mengurangi


kadar estrogen dan progesteron dalam darah misal
GnRH

1. operatif

– Bila masih ingin anak : miomektomi

– Usia 35‑45 th histerektomi dan unilateral


salfingooophorektomi

– Usia >45 th histerektomi dan bilateral


salfingooophorektomi

Penyulit Pendarahan sampai anemi


Torsi pada yang bertangkai
Infeksi
Degenerasi merah ( degenerasi karneus) sampai
nekrotik
Degenerasi ganas (miosarkoma)
Degenerasi hialin dan kistik
Infertilitas

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 58/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Informed Consent Sebelum pembedahan , penjelasan tentang semua


tindakan yang akan dilakukan, resiko, dll Khusus
pada tindakan miomektomi perlu dijelaskan
kemungkinan berulangnya penyakit atau
pengangkatan uterus pada saat pembedahan

Konsultasi Tidak ada

Lama Perawatan 1 hari pasca D/K


6 hari pasca histerektomi, miomektomi

Masa Pemulihan 2 minggu pasca D/K


6 Minggu pasca histerektomi miomektomi

Output Sembuh tanpa komplikasi


Penyakit berulang kembali pasca miomektomi

PA Pemeriksaan histopatologi dari spesimen


pembedahan

Otopsi Mencari sebab kematian

Referensi 1. Lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit


kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman
diagnosis dan terapi Edisi III 2008
2. Standar Pelayanan Medik, PB IDI, 2002

Entman Stephen S. Leiomyoma and Adenomyosis.


Novak’s Textbook of Gynecology, 11th ed, Williams
& Wilkins, Baltimore, 443‑450,1988.

2. Friedman EA, MD, Sc.D, Leiomyoma uteri


gynecological decision making. BC Decker Inc.
Toronto, Philadelphia. 148, 1983.

3. Kistner RW, MD, Leiomyoma, gynecology


Principles and Practice 3rd Year Book Medical
Publishers Inc, Chicago London. 225, 1975.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 59/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4. Novak Erab, MD and Wovdruff, JD, MD.


Myoma and other benign tumor of the uterus,
gynecologic and obstetric pathology with clinical
and endocrine relation, 7ed WB. Saunders Co.
Philadelphia, London Toronto, 243, 1974.

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

  No.Dokumen Revisi 0 Halaman

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit : Ditetapkan,

………………… Direktur

Definisi : Adalah pendarahan abnormal dari uterus ( lamany,


frekuensi, jumlah) yang terjadi didalam dan diluar
siklus haid kehamilan tanpa kelainan organik dan
hematologi, merupakan kelainan poros hipotalmus
hipofisis – ovarium.
Kriteria Diagnosa : Terjadinya pendarahan per vaginam yang tidak
normal ( lamanya, frekuensi, jumlah) yang
terjadi didalam maupun diluar siklus haid.
Tidak ditemukan kelainan organik maupun
kelainan hematologi ( faktor pembekuan) .
Hanya ditemukan kelainan fungsi poris
hipotalmus – hipofisis avarium dan organ (
endometrium)
Usia terjadinya:

Penmenars ( usta 8 – 16 tahun)

Masa reproduksi ( usia 16 – 23 tahun)

Perimenoupause ( usia 45 – 65 tahun)

Diagnosa Banding : Kelainan organik


Kelainan hematology

Pemeriksaan : Biopsi D/C bila tidak ada kontra indikasi


penunjang Pemeriksaan USG
Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan reproduksi (bila ada laborat) :
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 60/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

ESH, EH, prolaktin, E2 dan progesteron,


prostaglandin, F2 ( bila ada fasilitas laborat).

Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Kebidanan dan


Kandungan
Perawatan RS : Perlu untuk tindakan dilatasi Kuratase
Pada PUD berat seperti, disertai anemia
pendarahan banyak

Terapi Terapi operatif : dilatasi dan kuretase:

1. sudah menikah
2. life saving untuk belum menikah.

Pengobatan hormonal:

1. PUD ovulasi

1. Pendarahan pertengahan siklus Estrogen 0.626


– 1.25 hari ke 10‑15 siklus.

2. Pendarahan bercak pra haid Progesteron 5‑ 10


mg hari ke 17 – 26 siklus

3. Polimenorea : progesteron 10 mg hari ke 18 –


25 siklus

1. PUD Anovulasi:

Menghentikan pendarahan segera

Kuret medisinalis:

1. Anovulasi – stimulasi CC

2. Hiperprolakstin – bromokriptin

3. Polikistik ovarii – kortikosteroid lanjutan


stimulasi CC.

Setelah darah berhenti atau siklus:

∙ Dengan E + P selama 3 siklus


∙ Pengobatan sesuai kelainan:

a. Anovulasi – stimulasi CC

 b. Hiperprolaktin – bromokriptin

c. Polikistik ovarii – kortikosteroid lanjutan


stimulasi CC.
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 61/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pendarahan banyak anemia ( PUD berat)

Estrogen konjungsi 25 mg intravena diulang


tiap 3 – 4 jam atau
Progresteron 100 mg ( Etinodiol asetat : DMPA)

Setelah darah stop atur haid dengan:

Dengan kombinasi estrogen 20 hari dan diikuti


progesteron 5 hari
Setelah 3 bulan, pengobatan disesuaikan dengan
kelainan hormonal.

Penyulit Pertorasi akibat tindakan


Anemia berat

Informed Consent Perlu untuk tindakan D/C


Konsultasi Dokter Spesialis Hematologi

Dokter Spesialis Patologi Anatomi

Lama Perawatan Pasca dilatasi kuretase suntikan estrogen IV, rawat

2 – 3 hari.

Masa Pemulihan 1 minggu setelah perawatan


Output Baik
PA Bahan hasil kuretase
Otopsi Tidak ada
Referensi Standar Pelayanan Medik, PB IDI, 2002

Leon Speroff, et al. Clinical Gynaecologic


Endocrinology & Infertility. William & Wilkins,
Baltimore/London, 4`h edition, 1989.

2. Benson ralph C, et al. Current Obstetrics &


Gynaecologic, Diagnosis and Treatment, Appleton
Century/East Narwalk, Connecticut, 5 th edition,
1992, p.149‑15I.

3. Baziat Ali, et al. Endokrinologi‑Ginekologi.


Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi
Indonesia, Jakarta, 1991.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 62/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4. Yen SamuelS.C., et al. Reproductive


Endocrinology, Physiology, Pathophisiology and
Clinical Management. W.B. Saunders Company,
Philadelphia, 2°d edition, 1986, p.490‑491.

RADANG PANGGUL

(PELVIC INFLAMATORY DISEASE)

No.Dokumen Revisi 0 Halaman

STANDAR ……………. 1 dari 2


PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit : Ditetapkan,

………………… Direktur

Definisi : Infeksi panggul pada wanita dapat dibagi menjadi

1. :Penyakit radang Panggul ( Pelvik


Inflammatory Disease = PID )

2. Infeksi yang berhubungan dengan abortus

3. Infeksi pada kala nifas

4. Infeksi pasca operasi ginekologik

5. Sekunder berasal dari infeksi organ

Kriteria Diagnosa : Diangnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan


fisik, ginekologik, leboratorik dan mikrobiologik.

Diagnosa radang panggul berdasarkan kriteria dari


”Infectius Disease Society for Obstetrics &
Gynocology”, USA. 1983, ialah :

A. Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :

1. Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau


tanpa reboun

2. Nyeri bila servik uteri digerakkan

3. Nyeri pada adneksa

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 63/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

B. Bersamaan dengan satu atau lebih tanda‑tanda


dibawah ini :

1. Negatif gram diplokok pada sekret


endoserviks

2. Suhu diatas 38° C

3. Lekositosis lebih dari 10.000 per mm³

4. Adanya pus dan kavun peritonel yang


didapat dengan kuldosentesis maupun laparoskopi

5. Adanya abses pelvik dengan pemeriksaan


 bimanual maupun USG

Di RSUI ORPEHA TULUNGAGUNG tidak


dilakukan pemeriksaan diagnostik dengan
laparoskopik.

Berdasarkan rekomendasi ”Infection Disease


Society for Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager
membagi derajat radang panggul menjadi :

Derajat I : Radang panggul tanpa penyakit (


terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan atau
tanpa pelvio‑peritonitis.

Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (


didaptkan masa radang, atau abses pada kedua
tuba dan ovarium ) dengan atau tanpa pelvio‑
peritonitis.

Derajat III : Radang panggul dengan


penyebaran diluar organ‑organ pelvik, misal
adanya abses tubo ovarial

Diagnosa Banding : 1. Kehamilan ektopik terganggu

2. Abortus septikus

3. Torsi kista ovarii atau ruptura kista.

4. Endometriosis

5. Apendisitis

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 64/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Pemeriksaan : leboratorik dan mikrobiologik


penunjang
Standar tenaga : Dokter umum, dokter spesialis kebidanan dan
kandungan
Perawatan RS :
Terapi Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan
dibagi menjadi

1. Pengobatan rawat jalan

Pengobatan rawat jalan dilakukan kepada penderita


radang panggul derajat I.

a. Antibiotik : sesuai dengan buku Pedoman


Penggunaan Antibiotik RSI ”Hasanah”
Muhammadiyah Mojokerto

– Ampisilin 3,5 g/sekali p.o/sehari selama I hari dan


Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari.
Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7‑10
hari, atau

– Amoksilin 3 g p.o sekali hari selama I hari dan


Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari.
Dilanjutkan Amoksilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7
hari, atau

– Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari.


Dilanjutkan 4 x 500 mg/sehari p.o selama 7‑10 hari,
atau

– Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7‑10 hari,


atau

– Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7‑10 hari,


atau

– Eritromisin 4 x 500 mgari p.o selama 7‑10 hari.

 b. Analgesik dan antipiretik.

– Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau

– Metampiron 3 x 500 mg/hari.

2. Pengobatan rawat inap

Pengobatan rawat map dilakukan kepada penderita


radang panggul derajat II dan III.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 65/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Obat yang diberikan ialah

a. Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman


Penggunaan Antibiotika RSI ”Hasanah”
Muhammadiyah Mojokerto.

– Ampisilin I g im/iv 4 x sehari selama 5‑7 hari


dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x
sehari selama 5‑7 hari dan Metronidazol 1 g rek.
Sup, 2, x sehari selama 5‑7 hari, atau

– Sefalosporin genegrasi III 1 gr/iv, 2‑3 x sehari


selama 5‑7 hari dan Metronidazol l g rek. Sup 2 x
sehari selama 5‑7 hari.

 b. Analgesik dan antipiretik.

Khusus untuk abses tubo‑ovarial, pada dasarnya


adalah pemberian antibiotik lebih dulu dan baru
kemudian dilakukan pembedahan.

Abses tubo‑ovarial yang pecah, dianggap kasus


abdomen akut, sehingga perlu segera dilakukan
pembedahan untuk dilakukan pengangkatan
genitalia interna, pasang drain ( lihat bab Abses
Tubo Ovarial ).

Penyulit Penyulit radang panggul dapat dibagi :

1. Penyakit segera

Penyulit segera pads radang panggul ialah


pembentukan abses dan peritonitis, perihepatitis (
“Fits‑Hugh Curth Syndrome” ) dan sakrolitis.

2. Penyulit jangka panjang.

Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan


morfologik genitalia interna bagian atas yaitu
 berupa

a. Infeksi berulang.

Radang panggul yang timbul kembali setelah 6


minggu pengobatan terakhir. Wanita yang pernah
mengalami radang panggul mempunyai resiko 6‑10
kali timbulnya episode radang panggul.

 b. Infertilitas.

c. Kehamilan ektopik.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 66/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

d. Nyeri pelvik kronik

Informed Consent

Perlu

Konsultasi Peyakit dalam, bedah

Lama Perawatan 5‑ 7 atau lebih tergantung komplikasi


Masa Pemulihan 7‑14 hr
Output Sembuh atau menetap, berulang
PA Bila dilakukan tindakan operatif
Otopsi –
Referensi 1. Faukner.S dan Soman M.”Pelvic Inflammatory
Disease” manual of , outpatient Gynecology. Li凒le
Brown & Co, 1986, p.29‑38.

2. Hare M.J,.Genital Tract Infection in Women.


Churenhil Livingstone, New York, 1988.

3. Jones H.W, Wen娼 A.C. et al. Novak Textbook


of Gynecology, 11`h edition, William & Wilkins 188,
p.507‑524.

4. Hacker F.N, Moore J.G. Essential of Obstetrics


and Gynecology. W.B.Saunders Company 1986,
p.304‑310.

5. Handaya. Etiologi dan diagnosis penyakit


radang pelvik. Seminar, radang Pelvik, Jakarta
Oktober 1987.

6. Khoo S.K. Pelvik Inflammatory Disease.


 Journal of Paed.Obs &` Gynecology, Nov/Des, 1986,
p.29‑39.

7. Ma凒ingley, R.F. Te Linde’s Operative


Gynecology. Sixth Ed. Harper & Row Publ, Asia
1985.

8. Moh. Dikman Angsar, Diagnosa Radang


Panggul. Simposium Penyakit Radang Panggul
Pelvik, Denpasar 1988, hal.7‑12.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 67/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

   ASUHAN ANTENATAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

  Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pemeriksaan wanita hamil secara teratur dan tertentu

Pengertian

  Menjamin agar tiap kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi


yang
Tujuan
Sehat tanpa mengganggu kesehatan ibu.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

   

Prosedur Pada Kunjungan Pertama

1. Menentukan Resiko Kehamilan (KRR, KRT).

1. Melakukan anamnese tentang:

a. Umur suami istri, pekerjaan, pendidikan, suku, dan agama,


riwayat haid, KB dan kehamilan sekarang, pemeriksaan yang telah
dilakukan, gerakan janin, riwaynt perkawinan, kehamilan dan
persalinannya, riwayat penyakitnya dahulu, penyakit keluarga.

2. Melakukan pemeriksaan fisik umum.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 68/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

a. Memeriksa GCS, ada tidaknya anemia, ikterus, sianosis,


sesak, mengukur tinggi badan, memeriksa keadaan organ vital
secara sistematis dan singkat

3. Melakukan pemeriksaan obstetris.

a. Mengukur tinggi fundus rahim dalam sin.

 b.Melakukan pemeriksaan leopold I – IV.

c. Membandingkan umur kehamilan menurut anamnesa dan


pemeriksaan.

d. Melakukan penilaian UPD dan tes Osborn bila ada indikasi.

Melakukan pemeriksaaan laboratoris.

Pemeriksaan Hb, Reduksi, Albuminuria.

ASUHAN ANTENATAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

.2. Menentukan Umur Kehamilan dengan Cepat

a. Menghitung umur kehamilan dengan rumus Naegele.

 b. Melakukan ulangan anamnese bila ada perbedaan umur


kehamilan.

c. Mengusulkan pemeriksaan USG bila diperlukan.

3. Menentukan Rencana Perawatan dan Persalinan.

Tergantung jenis resiko dan umur kehamilannya.

a) Bila termasuk KRR.

3.1.1. Diberikan tablet Fe dan imunisasi TT.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 69/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3.1.2. Mengusulkan perneriksaan USG dan NST bila diperlukan

3.1.3. Mengusulkan pemeriksaan tambahan, konsultasi dan


tindakan.

3.1.4. Kunjungan berikutnya :

– 1 bulan berikutnya sampai minggu ke 28.

– 2 minggu berikutnya sampai minggu 36.

– 1 minggu berikutnya sampai minggu

partus.

 b) Bila termasuk KRT.

3.2.1. Seperti KRR ditambah yang sesuai dengan policy KRT‑


nya.

3.2.2. Rencana persalinan berupa :

– Spontan belakang kepala.

Percepatan kala II.

– SC.

2. Asuhan Pada Kunjungan Berikutnya

2.1. Pada KRR diperiksa pada karnar KRR dan KRT pada

kamar KRT.

2.1.1. Janin : DJJ, ukuran dan perubahannya, jumlah


ketuban, bagian menengah dan penurunannya, serta aktivitas
 janin.

2.1.2. Ibu : Tekanan darah, berat badan dan perubahannya,


tinggu fundus, keluhan‑keluhan.

  ASUHAN ANTENATAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 70/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PROSEDUR  
TETAP

Unit terkait  

1. Unit Rawat Jalan

PEMERIKSAAN DETAK JANTUNG


JANIN DENGAN DOPPLER

No. Dokumen No. Revisi Halaman

  Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Suatu urutan tindakan untuk melakukan pemeriksaan DJJ janin

dengan alat doppler.

Untuk mengetahui Detak Jantung Janin pada Ibu Hamil yang

Tujuan merupakan tanda pasti kehamilan dengan janin hidup.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. Persiapan 

Prosedur 1.1. Alat Doppler

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 71/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

1.2. Jelly

1.3. Lap basah

1.4. Memberi penjelasan pada pasien

2. Pelaksanaan

2.1. Perawat cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan


tindakan

2.2. Mengatur posisi pasien, kemudian menentukan daerah


aufrat.

2.3. Ol eskan jelly pada probe.

2.4. Menghidupkan tombol Volume Doppler.

2.5. Meletakkan probe pada daerah aufrat.

2.6. Menghitung frekuensi DJJ/mendengarkan DJJ.

2.7. Bekas jelly dibersihkan dengan lap.

2.8. Alat‑alat dibereskan

PEMERIKSAAN DETAK JANTUNG JANIN DENGAN


DOPPLER
RSI. Hasanah
No. Dokumen No. Revisi Halaman

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

Unit Terkait   1. Unit Rawat Jalan

2. Unit Rawat Inap

PERTOLONGAN PERSALINAN
KALA II
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 72/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/2

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pertolongan persalinan yang dimulai saat pembukaan servic


lengkap dan
Pengertian
 berakhir saat bayi dilahirkan.

Sebagai pedoman agar setiap persalinan Kala II fisiologis


dikerjakan secara benar.
Tujuan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. Persiapan 

Prosedur 1.1. Satu set partus pak.

1.2. Satu set resusitasi bayi.

1.3. Gelas ukur.

1.4. Bengkok.

1.5. Timba.

1.6. Bahan dekontaminasi (larutan lysol 0,5 %).

1.7. Tempat kotoran.

1.8. Persiapan pasien, posisi litotomi/jonggens.

1.9. Persiapan penolong, cuci tangan, memakai celemek.

2. Pelaksanaan

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 73/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.1. Penolong berada di depan vulva/disamping kanan


pasien.

2.2. Menutup daerah sekitar vulva dengan duk steril.

PERTOLONGAN PERSALINAN KALA II


No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
2 Agustus 2008

2.3. Memberi penjelasan pada pasien proses persalinan dan


langkah yang akan dikerjakan serta cara mengejan yang benar.

2.4. Meminta ibu mengejan waktu ada his.

2.5. Melakukan anestesi lokal infiltrasi pada tempat


eposiotomi menggunakan lidocain 1%.

2.6. Melakukan efisiotomi pada waktu perineum sudah tipis.

2.7. Melahirkan kepala bayi i dengan secara klasik.

2.7.1. Menahan perineum dan menekan ke arah kranial


menggunakan ibu jari dan jari II, III penolong yang tertutup duk
steril.

2.7.2. Menahan defleksi kepala dengan tangan kiri.

2.7.3. Berturut‑turut akan lahir dahi, mata, hidung, mulut dan


dagu.

2.7.4. Membersihkan lendir, mulut, dan hidung.

2.8. Membiarkan kepala bayi melakukan putar paksi luar, bila


perlu membantu putar paksi luar.

2.9. Melahirkan bahu, dengan melnegang kepala secara


 biparietal dan menahan ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
kemudian menari ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 74/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.10. Melahirkan badan dengan memegang kepala secara


 bifarietal, melakukan tarikan ke arah lengkung panggul sampai
lahir seluruh badan bayi.

2.11. Meletakkan badan bayi pada duk steril di atas perut ibu.

2.12. Membersihkan jalan nafas bayi dan menilai APGAR.

2.13. Membersihkan badan bayilmemandikan dan kemudian


membungkusnya.

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap


  PERTOLONGAN PERSALINAN KALA III 

(MELAHIRKAN PLASENTA)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Pertolongan persal.inan yang dimulai saat bayi lahir dan berakhir

pada.kelahiran plasenta dan selaput janin.

Sebagai pedoman agar persalinan Kala III dikerjakan dengan


 benar
Tujuan

   

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. Persiapan 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 75/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Prosedur   1.1. Nelaton atau folley cateter.

1.2. Kapas savlon.

1.3. Bengkok.

1.4. Gelas ukuran.

1.5. Timba.

1.6. Bahan dekontaininasi (larutan lysol 0.5 %).

1.7. Tempat plasenta.

2. Pelaksanaan

2.1. Penolong berada didepan vulva atau sampaing kanan pasien

2.2. Memasang duk steril untuk menutup daerah vulva

2.3. Melakukan vulva hygiene dengan kapas savlon

2.4. Mengosongkan kandung kemih dengan katheter

  PERTOLONGAN PERSALINAN KALA III 

(MELAHIRKAN PLASENTA)

No. Dokume No. Revisi Halaman

2/2

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

2.5. Melakukan observasi tanda pelepasan plasenta dengan


memperhatikan parameter sebagai berikut 2.5.1 Perut ibu
Glubuler/cembung

2.5.2 Tali pusat menjulur sedikit

2.5.3 Keluar darah baru dari vagina

2.6 Melakukan tes separasi dengan cara merenggangkan tali


pusat dengan tangan kanan, menekan fundud uteri dengan tangan
kiri, bila tali pusat tidak tertarik ke dalam artinya plasenta sudah
lepas atau separasi.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 76/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.7. Bila plasenta sudah separasi, lahirlah plasenta dengan


menekan fundus uteri ke arah bawah. Tali pusar ditarik pelan
sampai plasenta lahir.

2.8 Melakukan message uterus sampai terasa ada kontrasi

2.9 Memeriksa plasenta apakah ada yang tertinggal

2.10 Memberikan suntikan oksitosin 10 unit intra maskuler

2.11 Mengukur jumlah darah yang keluar

2.12 Membersikan dan merapikan pasien.

2.13 Melakukan dekontaminasi alat dengan laruran klorin 0,5%

2.14 Mengukur gejala cardinal dan mencatat

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap


  PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP 

PADA PERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1/3

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
 

   

Pengertian Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun

Yang belum inpartu dengan memasukkan Inf. D 5% dan oksitosin.

Sebagai pedoman pelaksanaan oksitosin drip baik untuk induksi


maupun akselerasi persalinan
Tujuan
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 77/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

   

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1 Persiapan 

Prosedur 1.1. Persiapan alat/obat.

1.1.1. Medicuth, infus set.

1.1.2. 2 kolf Dextrose 5%.

1.1.3. Obat oksitosin 5 unit.

1.2. Persiapan pasien.

1.3. Pesiapan penolong.

2. Pelaksanaan

2.1. Oksigen drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi
pemberiannya, dan bila his memang tidak adekuat.

2.2. Dipergunakan 500 cc glukose/dextrose 5 % yang ditambah


dengan 5 U oksitosin.

2.3. Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi


selama 15 menit, bila his belum adekuat tetesan dinaikkan menjadi
4 tetes/menit sampai timbul his yang adekuat

2.4. Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40


tetesan/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis his tetap belum
adekuat maka oksitosin dianggap gagal.

  PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP 

PADA PERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 2/3

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 78/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.5. Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis adalah
his yang mempunyai sifat sebagai berikut:

2.5.1. Interval setiap 3 – 5 menit, dengan fase relaksasi yang


sempurna.

2.5.2. Lamanya: 40 – 60 detik.

2.5.3. lntensitas cukup, yang secara praktis dapat ditentukan


dengan menekan fundus uteri dengan jari‑jari tangan puncak
kontraksi. lntensitas dianggap cukup apabila pada waktu ditekan
uterus tidak menjadi cekung.

2.6. Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada his yang


adekuat.

2.7. Drip dianggap gagal dan dihentikan apabila:

2.7.1. Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf dextrose


habis tidak didapatkan his yang adekuat.

2.7.2. Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang adekuat,


tidak terjadi kemajuan persalinan. Juga tennasuk bila dalam 2 jam
tersebut, his yang semula sudah adekuat menjadi tidak adekuat
lagi.

2.7.3. Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal


distress, tetania uteri, ruptura uteri irroninens dan lain‑lain. Bila
terjadi penyulit‑penyulit seperti di atas, oxytosin drip tidak boleh
diulang kembali.

2.8. Penentuan jumlah tetesan pada ositosin drip harus dilakukart


oleh dokter jaga sendiri.

2.9. Bila ekselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin drip


dilanjutkan dalam kala II dan dihentikan paling sedikit 2 jam post
partum.

PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP

PADA PERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 3/3

Tanggal terbit
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 79/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PROSEDUR  
TETAP

3. Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan ostium uteri


pada persalinan fase aktif setelah dilakukan evaluasi selama 2 jam.
Untuk menilai kemajuan ini seyogyanya dilakukan 1 orang.

4. Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi penyebab


terjadinya hal tersebut. Bila persalinan pervaginam tidak mungkin
atau tidak terjadi kelainan letak, maka dilakukan seksio caesarea.

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap

  EKSTRAKSI CUNAM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01/MED/15 1 1/5

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
 

Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan pada


suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya
Pengertian

  Untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan


 jiwa ibu
Tujuan
maupun janin.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. Indikasi Relatif (Efektif, Profilaktif) 

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 80/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Prosedur   1.1. Ekstraksi cunan yang bila dikerjakan akan menguntungkan


ibu ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan
merugikan, sebab bila dibiarkari, diharapkan janin akan lahir
dalam 15 menit berikutnya.

1.2. Indikasi Relatif dibagi menjadi :

1.2.1. Indikasi De Lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala


sudah di dasar panggul, putaran paksi dalam sudah sempurna,
levator ani sudah terenggang, dan syaratsyarat ekstrasksi cunam
lainnya sudah dipenuhi. Ekstraksi cunam atas indikasi elektif, di
negara‑negara Barat sekarang banyak dikerjakan, karena dinegara‑
negara tersebut banyak dipakai anestesia atau conduction
analgesia guna mengurangi nyeri dalam persalinan. Anestesia atau
conduction analgesia menghilangkan tenaga mengejan, sehingga
persalinan harus diakhiri dengan ekstraksi cunam.

EKSTRAKSI CUNAM 

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 2/5

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

1.2.2. Indikasi Pinard Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat


sama dengan indikasi de lee, hanya di sini Pasien harus sudah
mengejan selama 2 jam.

1.2.3. Keuntungan Indikasi Profilaktik, ialah :

1.2.3.l. Mengurangi ketegangan parineum yang


 berlebihan.

1.2.3.2. Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir.

1.2.3.2. Kala II diperpendek.

1.2.3.4. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.

2. Indikasi Absolut (Mutlak)

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 81/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.1. Indikasi Ibu :

2.1.1. Eklamsia, preklampsia.

2.1.2. Ruptura uteri membakat

2.1.3. Ibu dengan penyakit jantung, paru‑paru dan lain‑lain.

2.2. Indikasi Janin :

2.2.1. Gawat janin.

2.3. Indikasi Waktu :

2.3.1. Kala II memanjang.

3. Indikasi Kontra

3.1. Bila semua syarat dipenuhi, tidak ada indikasi kontra.

4. Syarat

Untuk dapat melahirkan janin dengan ekstraksi cunan, harus


dipenuhi syarat‑syarat sebagai berikut :

4.1. Janin harus dapat lahir pervaginam ( tidak ada disproporsi,


sefalopelvik).

4.2. Pembukaan serviks lengkap.

4.3. Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi


engagement).

4.4. Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam.

4.5. Janin hidup.

4.6. Ketuban pecah / dipecah.

EKSTRAKSI CUNAM 

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 3/5

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 82/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

5. Persiapan 

5.1.Persiapan untuk lbu.

5.1.1. Posisi tidur lithotomi.

5.1.2. Rambut vulva dicukur

5.1.3. Kandung kemih dan rektum dikosongkan

5.1.4. Desinfeksi vulva.

5.1.5. Infus bila diperlukan.

5.1.6. Narkosis bila diperlukan.

5.1.7. Kain penutup pembedahan

5.1.8. Gunting episiotomi.

5.1.9. Alat‑alat untuk menjahit robekan jalan lahir.

5.1.10. Uterotonika.

5.2. Persiapan untuk Janin.

5.2.1. Alat‑alat pertolongan persalinan.

5.2.2. Alat penghisap lendir.

5.2.3. Oksigen.

5.2.4. Alat‑alat untuk resusitasi bayi.

5.3. Persiapan untuk Dokter,

5.3.1. Mencuci tangan.

5.3.2. Sarung tangan suci hama.

5.3.3. Baju operasi suci hama.

Sebelum ektrasi cunain dikcrjaknn, penolong harus meneliti secara

cermat apakah semua persiapan tersebut telah lengkap.

EKSTRAKSI CUNAM

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 83/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 4/5

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

6. Teknik 

6.1. Cara Pcmasangan Cunam.

Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan


panggul ibu pada waktu cunam tersebut dipasang, maka
pemasangan cunam dibagi :

6.1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang


terhadap kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang
cunam sesuai dengan diameter mentooksipitalis kepala janin,
sehingga daun cunam terpasang secara simetrik di kiri kanan
kepala.

6.1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah


pcmasangan cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai
dengan sumbu panggul.

 Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang


 bilateral kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila
kepala janin sudah dipintu bawah panggul dan ubun‑ubun kecil
 berada di depan di bawah simfisis.

Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal)


ialah bila :

6.1.2.l. Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai


cunam

6.1.2.2. Ubun‑ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang


tersebut.

6.1.2.3. Kedua daun cunam teraba simetris disamping


kepala.

6.2. Cara Ekstraksi Cunam.

Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :

6.2.1. Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan


dipasang.
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 84/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

6.2.2. Pemasangan daun cunam pada kepala janin.

6.2.3. Mengisi sendok cunam.

6.2.4. Menilai hasil pemasangan hasil cunarn.

6.2.5. Ekstraksi cunam pcrcobaan.

6.2.6. Ekstraksi cunam definitif.

6.2.7. Membuka dan melepaskan scndok cunam.

  EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 5/5

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap

  EKSTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 ¼

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan


ekstraksi

tenaga negatif (vakum) pada kepalanya.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 85/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

  Bertujuan untuk segera melahirkan janin sehingga dapat


menyelamatkan
Tujuan
 jiwa ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau

ventouse.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

   

Prosedur BENTUK DAN BAGIAN‑BAGIAN EKSTRAKTOR VAKUM

1. Mangkuk (cup)

1.1. Bagian yang dipakai untuk membuat kaput

suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala

diekstraksi. Diameter mangkuk : 3, 4, 5, 6, cm. Pada

dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk

tanda letak denominator.

1.2. Botol

1.2.1. Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada

tutup botol terdapat manometer, saluran menuju

ke pompa penghisap, dan saluran menuju ke

mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.

1.3. Karet penghubung.

1.4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang.

1.5. Pemegang (extraction bandle).

1.6. Pompa penghisap (vakum pomp)

2. Indikasi

2.1. Ibu

2.1.1. Untuk memperpendek kala II, misalnya :


 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 86/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

a. Penyakit jantung kompensata

 b.Penyakit paru‑paru fibrotik.

Waktu : kala II yang mamanjang.

EKSTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/4

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

2.2. Janin.

2.2. 1. Gawat Janin (masih kontroversi)

3. INDIKASI KONTRA

3.1. Ibu

3. l. l. Ruptura uteri membakat.

3.1.2. Pada penyakit‑penyakit dimana ibu secara

mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah

 jantung, Preeklampsia berat.

3.2. Janin

3.2.1. Letak muka.

3.2.2. After coming head.

3.2.3. Janin preterm.

4. SYARAT

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 87/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4.1 Syarat‑syarat ekstraksi vakum sama dengan ekstraksi


cunarn, hanya disini syarat lebih luas, yaitu :

4.1.1 Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pada multigravida)

4.2 Penurunan kepala janin boleh pada hodge II Harus


ada kontraksi rahim dan ada tenaga pengejan.

Teknik

1. Cara Pcmasangan Cunam.

Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan


panggul ibu pada waktu cunam tersebut dipasang, maka
pemasangan cunam dibagi :

1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang


terhadap kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang
cunam sesuai dengan diameter mentooksipitalis kepala janin,
sehingga daun cunam terpasang secara simetrik di kiri kanan
kepala

EKSTRAKSI VAKUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 ¾

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah


pemasangan cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai
dengan sumbu panggul.

 Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang


 bilateral kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila
kepala janin sudah dipintu bawah panggul dan ubun‑ubun kecil
 berada di depan di bawah simfisis.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 88/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal)


ialah bila :

1.2.l. Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai

cunam

1.2.2. Ubun‑ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang tersebut.

1.2.3. Kedua daun cunam teraba simetris disamping kepala.

2. Cara Ekstraksi Cunam.

Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :

2.1. Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan


dipasang.

2.2. Pemasangan daun cunam pada kepala janin.

2.3. Mengisi sendok cunam.

2.4. Menilai hasil pemasangan hasil cunarn.

2.5. Ekstraksi cunam pcrcobaan.

2.6. Ekstraksi cunam definitif.

2.7. Membuka dan melepaskan scndok cunam.

  EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman

4/4

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap


  TINDAKAN OPERATIF 

DALAM KALA URI

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 89/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No. Dokumen No. Revisi Halaman

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Suatu tindakan yang

Pengertian  bertujuan untuk segera melahirkan / mengeluarkan plasenta

dari rongga rahim.

Segera melahirkan/mengeluarkan plasenta dari rongga rahim


sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu.
Tujuan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. PERASAT CREDE’ 

Prosedur 1.1. Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum


lahir secara ekspresi.

2. Syarat

2.1. Uterus berkontraksi balk dan veksika urinaria kosong.

3. Pelaksanaan

3.1. Fundus uteri dipegang oleh tangan kanan sedemikian

rupa, sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan

uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan

permukaan belakang. Bila ibu gemuk hal ini tidak bisa

dilaksanakan dan sebaiknya dilaksanakan secara

manual. Setelah uterus dengan rangsangan tangan

 berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke jalan lahir.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 90/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Gerakkan jari jari seperti rnenreras jeruk. Perasat crede’

tidak boleh dilalukan pada uterus yang tidak

 berkontraksi karena dapat menimbulkan inversio uteri.

TINDAKAN OPERATIF 

DALAM KALA URI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 2/4

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

3.2. Perasat crede’ memang banyak menimbulkan kontroversi.


Ada

 beberapa alili yang berpendapat bahwa perasat ini berbahaya


karena menimbulkan karena menimbulkan tromboplastin atau
fibrinolis okinase yang mengakibatkan koagulopati. Kalangan lain
mengatakan baliwa hal tersebut tidak mengatakan bahwa hal
tersebut tidak terbukti dan menganggap perasat crede’ yang
dilakukan secara artis artinya tanpa paksaan tetap berguna.

3.3. Perasat crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada


pelepasan plasenta secara manual.

4. PELEPASAN PLASENTA SECARA MANUAL

4.1. Indikasi

4.1.1. Retensio plasenta dan pendaralian banyak pada kala uri


yang tidak dapat diberhentikan dengan uterotonika dan masase.

4.2. Pelaksanaan

4.2.1. Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan


dalam narkose, karena relaksasi otot mernudahkan
pelaksanaannya. Sebaiknya juga dipasang infus garam fisiologik
sebelum tindakan dilakukan. Setelah disinfeksi tangan dan vulva,
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 91/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

termasuk daerah sekitarnya maka daerah labia dibeberkan dengan


tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkann secara obsterik
ke dalam vagina.

4.2.2. Tangan kiri sekarang menahan fundus untuk mencegah


kolpaporeksis tangan kanan dengan gerakan mernutar‑rnutar
menuju ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta, tangan dalam ini
menyusuri tali pusat agar tidak terjadi false route.

4.2.3. Supaya tali pusat mudah teraba, dapat diregangkan oleh


asisten. Setelah tangan dalam sampai ke plasenta maka tangan
tersebut pergi ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta
yang sudah lepas untuk menentukan bidang pelepasan yang tetap.
Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking plasenta
dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta yang sudah
terlepas dan dinding ralrim dengan gerakan yang sejajar dengan
dinding

rasSetelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan


dengan perlahan‑lahan ditarik keluar

  TINDAKAN OPERATIF 

DALAM KALA URI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

01/MED/17 1 ¾

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
2 Agustus 2008

Walaupun orang takut bahwa pelepasan plasenta meningkatkan


insidensi infeksi tidak boleh dilupakan bahwa perasat ini justru
 bermaksud menghemat darah dan menangguhkan kejadian
melahirkan plasenta paling lama 30 menit setelah anak lahir.

4.2.4. Kesulitan yang mungkin dijumpai waktu pelepasan


plasenta secara manual ialah adanya lingkaran konstriksi, yang
hanya dapat dilalui dengan diatasi oleh tangan dalam secara
perlahan‑lahan dan dalam narkosis yang dalam. Lokasi plasenta
pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar dilepaskan
daripada lokasi pada dinding belakang. Ada kalanya plasenta
tidak dapat dilepaskan secara manual seperti halnya pada plasenta
akreta.

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 92/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

4.2.5. Plascnta akreta ditanggulangi dengan histerektomi. Setelah


pelepasan plasenta secara manual sebaiknya pasien diberi
antibiotika apalagi kalau kehilangan darah banyak.

4.2.6. Post tindakan dapat dilakukan eksplorasi uterovaginal,


dengan inspeculo dilihat portio uteri, fornix posterior, anterior dan
lateral, kemudian dilihat dinding vagina.

5. EKSPLORASI RONGGA RAHIM

5.1. Indikasi

5.1.1. Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta lahir


tidak lengkap), setelah operasi vaginal yang sulit seperti ekstraksi
cunam yang sulit, dekapitasi, versi, dan ekstraksi, perforasi dan
lain‑lain, untuk menentukan apakah ada ruptura uteri eksplorasi
 juga dilakukan pada pasien yang pernah mengalami seksio sesaria
dan sekarang melahirkan pervaginam.

TINDAKAN OPERATIF 

DALAM KALA URI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

4/4

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

5.2. Penatalaksanaan 

5.2.1. Tangan masuk secara obstetrik seperti pada pelepasan


plasenta secara manual dan mencari sisa plasenta yang seterusnya
dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan dinding uterus.
Untuk menentukan robekan dinding rahim eksplorasi dapat
dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil melepaskan plasenta
secara manual

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap


https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 93/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

  PENCEGAHAN PENDARAHAN 

PADA KALA NIFAS DINI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
  .

  Mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala

Pengertian nifas dini yaitu perdaralran lebilr dari 500 cc setelah plasenta

lahir sampai 24 jam pertarna setelah persalinan.

Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala

Tujuan nifas dini yaitu perdaralran lebih dari 500 cc setelah plasenta lahir

sampai 24 jam pertama setelah persalinan.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. INDIKASI 

Prosedur 1.1. Terjadi perdarahan kala nifas (lebih atau diduga lebih 500 cc
sejak plasenta lahir.

2. Petunjuk :

2.1 Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah


menggumpal atau meresap dalam kain)

2.2 Atau dengan monitoring tanda vital dan menghitung dalam


formula Giesecke
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 94/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3. Penatalaksanaan

3.1. Pemasangan infus ukuran besar apabila belum terpasang,


 bila pendarahan banyak dan syok berat sebaiknya dipasang lebih
dari satu saluran infus.

3.2. Pemberian cairan pengganti (RL/PZ) sesuai dengan formula


Giesecke.

3.3. Pemasangan kateter tetap den mengukur produksi urine


secara berkala.

3.4. Monitor tanda vital secara intensif selarna pertolongan


diberikan.

3.5. Massage uterus atau kompresi bimanual.

PENCEGAHAN PENDARAHAN 

PADA KALA NIFAS DINI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

3.6. Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu melalui


drip, dengan 20 – 30 unit oksitosis dalam 1000 cc cairan kristaloid
dengan kecepatan 200 cc/jam Quilligan menganjurkan pemberian
oksitosin 10 – 20 unit RL 5000 cc/jam disertai massege bimanual
kemudian intermi凒en fundal massege selama 10 – 20 merit
dilakukan selama beberapa jam sampai kontraksi uterus cukup
keras tanpa stimuli.

3.7. Apabila setelah pemberian oksitosis dalam 1000 cc cairan


tidak berhasil dapat diberikan derifat ergot atau prostagladin.

3.8. Penggunaan tampon uterus mungkin berhasil untuk


menghentikan perdarahan karena atonia yang gagal dengan obat‑
obatan: Pernasangan tampon harus secara hati‑hati den secara
padat. Bahaya adalah memberi rasa aman yang semu sehingga

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 95/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

menunda tindakan definitif yang perlu. Tampon yang padat


menyerap darah sampai 1000 cc. Untuk mencegah infeksi
sebaiknya diberikan antibiotika dan diangkat dalam 24 jam.

3.9. Apabila usaha di atas juga gagal maka dapat


dipertimbangkan tindakan operatif yang ligasi arteria
hypogastrika pada wanita yang masih ingin anak atau
histerektomi bila sudah tidak menginginkan.

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap

  PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Memperbaiki robekan perineum dengan jalan menjahir lapis demi


lapis.

Sebagai pedoman agar robekan pada perineum baik, yang terjadi

Tujuan akibat luka episiotomi maupun ruptur perineum spontan dapat

dijahit dengan benar.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. ETIOLOGI 

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 96/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Prosedur   Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan


dimana :

1.1. Kepala janin terlalu cepat lahir

1.2. Persalinan tidak dipimpim sebagaimana mestinya

1.3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut

1.4. Pada persalinan dengan distoksia bahu

2. JENIS/TINGKAT

2.1. Robelan perineum dapat dibagi atas 3 tingkat :

2.1.1. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir


vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.

2.1.2. Tingkat Il : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain


mengenai selanput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei
transversalis, tapi tidak mengenai sphinter ani.

2.1.3. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh


perineum sampai mengenai otot‑otot sphinfer ani.

2.2. Teknik menjahit robekan perineum :

2.2.1 Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat


dilakukan hanya dengan memakai catgut yang dijahit secara
 jelujur (continouse suture) atau dengan cara angka delapan (figure
of eight).

PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM


No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 2/2

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

2.2.2. Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan


perineum tingkat lt maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir
robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang
 bergerigi tersebut yang diratakan terlebih dahulu, kemudian
digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 97/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

luka robekan.

2.2.3. Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput


lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputus‑putus atau
 jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari puncak
robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang sutera
secara terputus‑putus.

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap

  RUPTUR PERINEUM TOTAL

No. Dokume No. Revisi Halaman

1/1

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Sejumlah tindakan untuk merawat ruptur perineum total.

Perawatan Pasien dengan Ruptur perineum total.

Tujuan

   

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  PROSEDUR 

Prosedur 1. Menyiapkan dan memasang dauer catheter (selama 3 hari).

2. Memberikan diet makanan lunak rendah serat (tanpa sayur).

3. Memberikan obat sesuai dengan advis dokter (secara


iv/im/oral)
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 98/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3.1. Antibiotik

3.2. Analgesik

3.3. Roborantia

3.4. Laxantia

4. Merawat luka perineum.

5. Observasi penyuluhan tentang :

5.1. Mobilisasi bertahap

5.2. Diet makanan serat

5.3. Pentingnya menjaga kebersihan genetalila/diri dan


lingkungan.

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap


  POST PARTUM DINI 

(DALAM 24 JAM POST PARTUM)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 ½

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Suatu tindakan untuk merawat Pasien 2 jam pasca persalinan.

Pengertian

  Sebagai pedoman perawatan pasien post partum di ruangan


 bersalin
Tujuan

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 99/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Kebijakan   Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. Memeriksa 

Prosedur 1.1. Tinggi fundus uteri.

1.2. Kontraksi uterus.

1.3. Perdarahan pervaginaan.

1.4. Mengukur gejala kardinal tiap 4 jam.

1.5. Memandikan pasien yang baru melahirkan.

1.6. Merawat jahita.n perineum.

1.7. Memeriksa dan mengawasi keluarnya ASI.

1.8. Membantu ibu meneteki bayinya.

1.9. Observasi keluhan sesudah melahirkan :

1.9.1. Adanya kesulitan BAK.

1.9.2. Adanya keluhan tentang laktasi.

1.9.3. Adanya nyeri karena his postpartum.

1.9.4. Adanya nyeri pada symphisis.

1.10. Memberikan penyuluhan tentang :

` 1.10.1. Gizi ibu nifas.

1.10.2. Perawatan payudara dan laktasi.

6.1.10.3. Kebersihan diri dan lingkungan.

6.1.10.4. KB yang cocok bagi ibu nifas.

6.1.10.5. Perawatan bayi (tali pusat).

6.1.10.6. Perawatan jahitan perineum.

1.11. Untuk partus fisiologis perawatan ibu di ruangan bersalin


maksimal 3 (tiga) hari.

  POST PARTUM DINI 

(DALAM 24 JAM POST PARTUM)

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 100/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap

  MENYUSUI BAYI YANG BENAR

No. Dokumen No. Revisi Halaman

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Suatu urutan tindakan untuk menyusui bayi yang benar.

  Sebagai pedoman untuk pelaksanaan menyusui bayi secara benar.

Tujuan

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. Ibu dalam posisi :

Prosedur 1.1. Duduk

1.2. Berbaring

1.3. Berdiri

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 101/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut


ibu.

3. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut


ibu.

1. Cara memegang payudara dengan ibu jari berada dibagian


payudara bagian atas, 4 jari bagian payudara bawah.

2. Memasukkan pu凒ing susu sampai areola mamae.

3. Memperhatikan posisi pu凒ing susu dalam mulut bayi sehingga


 bayi kelihatan menghisap dengan kuat.

4. Cara melepas pu凒ing susu dengan ujung jari kelingking

dimasukkan ke lidah satu sisi mulut bayi.

5. Menyusui dengan memberikan kedua payudara.

6. Menyusui tidak terjadual.

7.Menyendawakan bayi setelah menyusu dengan cara


menggendong bayi tegak dengan kepala bersandar pada pundak
ibu kemudian menepuk punggungnya perlahan‑lahan.

  MENYUSUI BAYI YANG BENAR


No. Dokumen No. Revisi Halaman

2/2

   

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
 

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap

  PEMERIKSAAN VAGINAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

  Ditetapkan
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 102/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Suatu tindakan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke


dalam

vagina untuk pemeriksaan ginekologi.

  Sebagai pedoman untu.k pemeriksaan vaginal dibidang


Ginekologi, agar
Tujuan
pasien mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

  1. Konseling 

Prosedur 1.1. Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal pada


pasien.

2. Persiapan Tindakan

2.1. Syarat :

2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati‑hati.

2.1.2. Dilakukan dalam keadaan steril.

2.1.3. Dilakukan dengan pendamping tenaga paramedik atau


keluarga pasien.

2.2. Indikasi

2.2.1. Pada perneriksaan kesehatan ginekologik berkala


(check up).

2.2.2. Bila ada keluhan dan atau kelainan yang diduga

 berasal dari organ genitalis.

2.3 Indikasi Kontra

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 103/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

2.3.1. Masih virgin

2.3.2. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan rektal.

 ASUHAN NIFAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Perawatan dan penatalaksanaan setelah persalinan

  Sebagai pedoman untu.k perawatan nifas dibidang , agar

Tujuan pasien mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal tentang

Kelainan yang berhubungan dengan infeksi.

Kelainan yang berhubungan dengan perdarahan.

Kelainan yang berhubungan dengan trombosit.

Kelainan yang berhubungan dengan payudara dan menyusui.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 104/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Prosedur   Diagnosis : – Anamnesis / MMPI tes.

– Pemeriksaan fisik.

– USG dan Doppler.

– CT‑Scan (khusus tersangka Sindroma Sheehan pada HPP


berat)

– Laboratorium.

• Mensuport involusi sempurna.

• Mensuport ASI eksklusif.

• Mensuport system kardio vaskuier GIT, traktus urinarius


kembali ke N

• Mensuport estetik perempuan.

• Kewaspadsan post partum blus.

Manajemen : – Keluhan yang berhubungan dengan infeksi:

• Antibiotik

• Perawatan luka terinfeksi

• Drainase

• Laparotomi

• Perawatan intensif pada keadaan lanjut (sepsis)

– Kelainan yang berhubungan dengan perdarahan

• Preparat Ergometrin / Oksitosin

• Kuretase

• Laparotomi

• Antibiotik

– Kelainan yang berhubungan dengan tromboemboli

• Obat Antikoagulan

• Antibiotik

• Ambulasi dini

1. Konseling

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 105/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

1.1. Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal pada


pasien.

2. Persiapan Tindakan

2.1. Syarat :

2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati‑hati.

2.1.2. Dilakukan dalam keadaan steril.

2.1.3. Dilakukan dengan pendamping tenaga paramedik atau


keluarga pasien.

2.2. Indikasi

2.2.1. Pada perneriksaan kesehatan ginekologik berkala


(check up).

2.2.2. Bila ada keluhan dan atau kelainan yang diduga

 berasal dari organ genitalis.

2.3 Indikasi Kontra

2.3.1. Masih virgin

2.3.2. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan rektal.

PEMERIKSAAN VAGINAL
Halaman No. Revisi Halaman

2/2

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

3.10. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bimanual untuk


mengetahui keadaan rahim. Jika arah uterus antefleksi, uterus
dapat diraba diantara dua tangan, yang satu di dalam vagina pada
forniks anterior dan yang lain menekan uterus ke bawah dari
dinding perut. Ditentukan konsistensi, besar, kontur, mudah
digerakkan atau tidak, apakah nyeri tekan, ada atau tidaknya
tumor. Jika arah uterus retrofleksi, tangan yang berada di vagina
 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 106/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

menekan forniks posterior untuk dapat meraba uterus.

3.11. Pada saat tangan menekan forniks posterior, diraba pula


keadaan ligarnen sakrouterium dan rongga douglas menonjol.

3.12. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menekan adneksa


parametrium kanan dan kiri. Tangan yang berada di vagina
menekan forniks.lateralis dan yang berada diluar menekan
dinding perut. Diraba ovarium: besarnya, nyeri tekan, tumor dan
derajat kebebasannya.

3.13. Untuk meraba lebih jelas bagian belakang rahim dan


rongga douglas, kadangkala dilakukan pula pemeriksaan
rektovaginal. Jari telunjuk dimasukkan vagina dan jari tengah
dimasukkan rectum.

4. Tindak Lanjut

4.1. Menulis hasil pemeriksaan pada status pasien.

4.2. Menetapkan diagnosa.

Unit Terkait   1. Unit Rawat Inap

  INDUKSI PERSALINAN DENGAN


MISOPROSTOL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

    Ditetapkan

PROSEDUR Tanggal terbit Direktur


TETAP
   

Pengertian Suatu tindakan untuk terminasi kehamilan dengan obat


misoprostol dengan cara mematangkan cerviks

.
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 107/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

  Sebagai pedoman untuk pelaksanaan induksi /terminasi


kehamilan dengan misprostol
Tujuan

1. Misoprostol ada 2 kemasan 200 mcg dan 100mcg, oral,


vaginal maupun rectal
Kebijakan
2. Menigkatkan skor pelvic

3. Tidak dianjurkan pemberian misoprostol secara poliklinis

4. Tidak dianjurkan untuk kasus bekas bedah sesar

1. Surat persetujuan tindakan

Prosedur 2. Periksa kondisi skor pelvik

3. Kesejahteraan janin diperiksa dahulu

4. Pasien harus rawat inap (tidak poliklinis)

5. Kontra indikasi bekas sc

6. Dosis 25‑50 mcg tiap 6‑8 jam pervaginal maksimal 4x


pemberian , pemberian oral lebih dianjurkan

7. Jangan manipulasi dengan uterotonika lain ataupun ekspresi


kristeller

Unit terkait   . Unit Rawat Inap

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 108/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

Dikirimkan di obstetri9 Komentar

9 pemikiran pada “Standar Pelayanan Medis (SPM)


dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN”

wahyu berkata:
April 14, 2011 pukul 6:09 am
1. wah bagus sekali.. izin ya mas untuk buat perbandingan dRumah sakit saya.. soalnya masih
menyusun SPM mas..

Balas
aisyatul berkata:
September 20, 2011 pukul 10:44 pm
2. silahkan, mau akreditasi ya. sukses

Balas
Anis berkata:
Desember 24, 2011 pukul 2:17 am
3. Asslmkm,wr,wb mz saya mohon izin untuk di save sebagai perbandingan di RSIA baru
tempat saya bekerja.

Balas
wawan berkata:
Juni 26, 2012 pukul 2:38 am
4. izin ya mas buat perbandingan di pkm rawat inap saya, ini masih dalam penyusunan
SPM…

Balas
dewi berkata:
Oktober 22, 2012 pukul 9:24 am
5. alhamdulillaaahhh…boleh saya copas ya mas bt perbandingan jg di rs saya

Balas
rodekjack berkata:
Maret 5, 2013 pukul 2:58 pm
6. asslamualaikum mbak aisyah…mbak bisa posting beberapa sop untuk rumah sakit, seperti
sop rawat inap, rawat jalan , farmasi dan lain2..

thanks ya mbak..

Balas
ais berkata:
Maret 17, 2013 pukul 2:27 am
1. wa’alaikum salam wr wb, maaf sop yg lain punya rs. sama‑sama tx

Balas

 
https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 109/110
 

11/6/2016 Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) , OBGIN – Aisyatul Mukminah's Weblog

3d Website berkata:
Juli 15, 2013 pukul 4:42 pm
7. What’s up, after reading this amazing paragraph i am also cheerful to share my familiarity
here with colleagues.

Balas
Rosidah Abidin berkata:
September 17, 2013 pukul 3:30 am
8. Assalamu’alaikum. Terima kasih atas posting ini. Alhamdulillah sangat bermanfaat.
Semoga menjadi berkah.

Balas

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema Boardwalk.

https://aisyatul.wordpress.com/2011/03/21/standar-pelayanan-medis-spm-dan-standar-operasional-prosedur-sop-obgin/ 110/110

Anda mungkin juga menyukai