Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYULUHAN ISPA DI SMP

Oleh :

TANIA PRADA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes MITRABUNDA PERSADA
BATAM
2023

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Sosialisai ISPA

Sasaran : Klien dan Keluarga klien

Waktu : 45 menit

Tempat : SMP

Hari/Tgl :

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang


melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah yang dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit dari infeksi ringan sampai berat. Penyakit
ini dapat menyerang saluran pernapasan mulai dari hidung sampai alveoli
termasuk andeksanya seperti sinus, rongga telinga, pleura. ISPA termasuk Air
Bone Disease yang penularan penyakitnya melalui udara (Kemenkes RI, 2017).
ISPA dapat menyerang semua golongan umur, tetapi balita paling rentan
terinfeksi penyakit ini karena balita memiliki sistem imun yang belum matur dan
mereka cenderung kontak dengan orang lain yang mungkin sedang sakit maupun
fasilitas dan peralatan yang belum tentu terjamin kebersihannya sehingga balita
cenderung berisiko lebih tinggi terinfeksi suatu penyakit (Wilson Wang and
Meads, 2006). Salah satu penyakit yang mudah menyerang balita terutama apabila
terdapat sumber infeksi baik di dalam maupun di luar rumah adalah ISPA (IDAI,
2016). Penyakit ISPA merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi
perhatian dunia sampai saat ini. Tahun 2016 didapatkan sebanyak 5,6 juta anak
dibawah lima tahun mengalami kematian dan 16% diantaranya diakibatkan oleh
pneumonia yang merupakan salah satu manifestasi dari ISPA isidensi kematian
terbanyak anak usia dibawah lima tahun terletak di sub-Sahara Afrika dimana satu
dari tigabelas anak meninggal sebelum dia ulang tahun yang ke lima (WHO,
2017).
B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien dapat mengetahui dan

paham tentang cara pencegahan ISPA.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien dapat :

a. Menyebutkan pengertian ispa

b. Menerapkan pencegahan ispa

c. Menyebutkan tanda dan gejala ispa

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik kegiatan

Menjelaskan penyakit ISPA dan cara pencegahannya.

2. Sasaran

Anak-anak SMP kelas 7,8,9 dan para guru SMP

D. Metode

 Ceramah

 Tanya jawab

E. Media dan Alat :

 Leaflet

 Flip chart

F. Tempat

Di Sekolah Menengah Pertama


G. Waktu

Hari/tanggal : Senin 2 July 2021

Jam : 09:00-12:00 WIB

H. Struktur

Moderator :

Penyaji :

Fasilitator :

Observer :

I. Setting Tempat

Keterangan :

: Moderator
: Penyaji

: fasilitator

: pembimbing (klinik & akademik)

: observer

: peserta

J. Uraia Tugas

1. Penanggung jawab : Pembimbing klinik dan pembimbing akademik

Tugas : mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan

2. Moderator :

Tugas : Membuka acara, membuat kontrak waktu, menjelaskan tujuan

acara dan mengatur jalannya penyuluhan yang sedang berlangsung.

3. Penyaji/presenter :

Tugas : menyampaikan materi penyuluhan

4. Fasilitator :

Tugas : memotivasi dan memfasilitasi peserta untuk aktif selama

penyuluhan.

5. Observer :
Tugas : mengamati proses pelaksanaan kegiatan penyuluhan dari awal

sampai akhir meliputi waktu, jumlah peserta dan keaktifannya selama

kegiatan berlangsung.

K. Susunan Acara
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Audience Waktu

1 Moderator :
- Menjawab salam
Pembukaan 5 mnt
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Memberi salam
- Menjelaskan kontrak dan
tujuan pertemuan
- Memberi kesempatan pada
presenter untuk menjelaskan
materi

Pelaksanaan
2 Penyaji :

- Menggali pengetahuan - Mengemukakan pendapat


audience tentang pengertian
30 mn
ISPA
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Memberi reinforcement (+)
- Menjelaskan tentang - Mendengarkan dan memperhatikan
pengertian ISPA
- Memberi reinforcement (+)
- Menggali pengetahuan
audience tentang tanda dan
gejala ISPA
- Menjelaskan tentang tanda - Menngemukakan pendapat
dan gejala penyakit ISPA
- Menggali pengetahuan - Mendengarkan dan memperhatikan
audience tentang pencegahan
ISPA - Mendengarkan dan memperhatikan
- Memberi reinforcement (+)
- Menjelaskan tentang - Mengemukakan pendapat
pencegahan ISPA
- Memberi reinforcement (+)
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Memberi kesempatan pada
audience untuk bertanya
- Mendengarkan dan memperhatikan
- Memberi reinforcement (+)
5 mnt
- Memberi kesempatan
audience lain untuk - Mengemukakan pendapat
memberikan pendapat
- Melengkapi atau memberikan - Mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan atas pertanyaan


audience.

Penutup
- Mengemukakan pendapat
Penyaji :

- Menyimpulkan hasil - Mendengarkan dan memperhatikan 2 mnt

penyuluhan - Mengemukakan pendapat


- Mengajukan pertanyaan pada
audience mengenai materi
yang dibahas untuk - Mendengarkan dan memperhatikan
mengevaluasi pemahaman
audience
- mengemukakan pendapat
- Memberi reinforcement (+)
- Mengucapkan salam
3 Moderator :
- Menyimpulkan hasil diskusi
- Mendengar dan memperhatikan 3 mnt
- Menutup dengan salam
- Menjawab salam

L. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi sruktur

 Undangan untuk audience disebarkan minimal 1 Jam sebelum kegiatan

penyuluhan dilakukan

 Liflet telah selesai dicetak 1 hari sebelum kegiatan dilakukan

 Flip chart telah selesaikan 1 hari sebelum acara penyuluhan dilakukan

 Mahasiswa selaku panitia kegiatan melakukan tugas dan peran sesuai

dengan yang telah ditetapkan.

2. Evaluasi Proses

- Kegiatan dilaksanakan tepat pada waktu kegiatan yang telah ditetapkan

- 75% undangan datang tepat waktu

- 75% audience terlibat aktif (mampu mengemukakan pendapatnya, dan

memahami tentang materi yang disampaikan)

- 75% audience mengikuti jalannya kegiatan sampai selesainya penyuluhan

- Panitai kegiatan melaksanakan tugas dan peran yang telah ditetapkan.

- Kegiatan selesai tepat waktu yang telah ditetapkan.

3. Evaluasi Hasil

 50% audience yang hadir mengetahui dan memahami pengertian ISPA

 50% audience yang hadir mengetahui dan memahami cara mencegah ISPA
 50% audience yang hadir mengetahui dan memahami gejala ISPA

MATERI PENYULUHAN

ISPA
1. Pengertian
Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan
atas atau bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit berkisar
dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung
pada patogen penyebabnya, faktor penjamu dan faktor lingkungan. Penyakit
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Penyakit ISPA juga penyebab utama kematian terbesar ketiga di dunia
dan pembunuh utama di Negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Kematian akibat penyakit ISPA sepuluh sampai lima puluh kali di Negara
berkembang dari pada Negara maju. ISPA termasuk golongan Air Borne
Disease yang penularan penyakitnya melalui udara. Patogen yang masuk dan
menginfeksi saluran pernafasan dan menyebabkan inflamasi (Lubis Ira,
dkk.2019). ISPA dapat disebabkan oleh berbagaii macam organisme, namun
yang terbanyak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus
merupakan penyebab terbanyak infeksi saluran nafas atas akut (ISPA) seperti
rhinitis, sinusitis, faringitis, tonsilitis, dan laringitis. Hampir 90% dari infeksi
tersebut disebabkan oleh virus dan hanya sebagian disebabkan oleh bakteri
(Tandi, 2018).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya,
seperti sinus rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada
balita dan anak-anak mulai dari ISPA ringan sampai berat. ISPA yang berat
jika masuk kedalam jaringan paru-paru akan menyebabkan Pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian
terutama pada anak-anak (Jalil, 2018).
1.1 Klasifikasi ISPA :
Menurut Halimah (2019) klasifikasi ISPA dapat dikelompokkan berdasarkan
golongannya dan golongan umur yaitu :

a. ISPA berdasarkan golongannya :

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru


(alveoli).

2) Bukan pneumonia meliputi batuk pilek biasa (common cold), radang


tenggorokan (pharyngitis), tonsilitisi dan infeksi telinga (otomatis media).

b. ISPA dikelompokkan berdasaran golongan umur yaitu :


1) Untuk anak usia 2-59 bulan :

a) Bukan pneumonia bila frekuensi pernapasan kurang dari 50 kali permenit


untuk usia 2-11 bulan dan kurang dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan,
serta tidak ada tarikan pada dinding dada.

b) Pneumonia yaitu ditandai dengan nafas cepat (frekuensi pernafasan sama


atau lebih dari 50 kali permenit untuk usia 2- 11 bulan dan frekuensi pernafasan
sama atau lebih dari 40 kali permenit untuk usia 12-59 bulan), serta tidak ada
tarikan pada dinding dada.

c) Pneumonia berat yaitu adanya batuk dan nafas cepat (fast breathing) dan
tarikan dinding pada bagian bawah ke arah dalam (servere chest indrawing).

2) Untuk anak usia kurang dari dua bulan :

a) Bukan pneumonia yaitu frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali permenit


dan tidak ada tarikan dinding dada.

b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali
permenit (fast breathing) atau adanya tarikan dinding dada tanpa nafas cepat

2. Tujuan
1. Audience mengerti tentang penyakit ISPA
2. Menearapkan pencegahan ISPA
3. Audience mengerti tentang tanda dan gejala ISPA

3. Etiologi (Faktor Penyebab)


Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri,
virus, jamur dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah
Diplococcus Pneumoniea, Pneumococcus, Strepococus Pyogenes
Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenza, dan lain-lain. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah Influenza, Adenovirus, Sitomegagalovirus.
Jamur penyebab ISPA antara lain Aspergilus Sp, Gandida Albicans
Histoplasm, dan lain-lain. Penyakit ISPA selain disebabkan oleh bakteri, virus
dan jamur juga disebabkan oleh aspirasi seperti makanan, asap kendaraan
bermotor, bahan bakar minyak, cairan amnion pada saat lahir, benda asing
(biji-bijian) mainan plastic kecil, dan lain-lain (Kunoli, 2013). Terjadinya
ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kondisi lingkungan (polutan
udara seperti asap rokok dan asap bahan bakar memasak, kepadatan anggoata
keluarga, kondisi ventilasi rumah kelembaban, kebersihan, musim, suhu),
ketersediaan dan efektifitas pelayanan kesehatan serta langkah-langkah
pencegahan infeksi untuk pencegahan penyebaran (vaksin, akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan, kapasitas ruang isolasi), factor penjamu (usia,
kebiasaan merokok, kemampuan penjamu menularkan infeksi, status gizi,
infeksi sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh pathogen lain,
kondisi kesehatan umum) dan karakteristik pathogen (cara penularan, daya
tular, faktor virulensi misalnya gen, jumlah atau dosis mikroba). Kondisi
lingkungan yang berpotensi menjadi faktor firiko ispa adalah lingkungan yang
banyak tercemar oleh asap kendaraan bermotor, bahan bakar minyak, asap
hasil pembakaran serta benda asing seperti mainan plastik kecil (Rosana,
2016).

4. Epidemiologi
ISPA disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan.
Saluran pernapasan yang dapat terserang infeksi bisa saluran pernapasan atas
atau bawah. Meski demikian, ISPA paling sering disebabkan oleh infeksi virus
dan paling sering terjadi di saluran pernapasan bagian atas. Beberapa jenis
virus yang sering menyebabkan ISPA adalah:
 Rhinovirus
 Respiratory syntical viruses (RSVs)
 Adenovirus
 Parainfluenza virus
 Virus influenza
 Virus Corona

Sementara itu, beberapa jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan ISPA
adalah:

 Streptococcus
 Haemophilus
 Staphylococcus aureus
 Klebsiella pneumoniae
 Mycoplasma pneumoniae
 Chlamydia

5. Tanda dan Gejala ISPA


Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa:
batuk, susah bernapas, nyeri tenggorokan, pilek, demam dan sakit telinga. Anak
yang susah bernafas dan batuk kemungkinan menderita infeksi saluran pernapasan
yang berat atau pnemonia. Sedangkan anak batuk yang datang ke puskesmas atau
fasilitas kesehatan hanya menderita infeksi saluran pernafasan yang ringan
(Depkes RI, 2010). Ada 3 gejala ISPA yaitu:

1) Gejala ISPA Ringan


Jika ditemukan ada beberapa gejala seperti batuk, serak yaitu ketika
anak bersuara parau pada saat berbicara atau menangis, pilek, panas atau demam
suhu 37°C atau jika diraba dahinya dengan tangan akan terasa panas, perlu
berhati-hati jika anak menderita ISPA ringan sedangkan suhu badannya lebih dari
39°C dan gizinya kurang maka anak menderita ISPA sedang.

2) Gejala ISPA Sedang

Anak yang menderita ISPA sering ditandai dengan gejalagejala ISPA


ringan atau pernapasan lebih dari 50x/menit pada anak yang berusia dibawah satu
tahun dan lebih dari 40x/menit untuk anak yang berusia satu tahun atau lebih dan
cara menghitng nafas dengan cara menghitung jumlah tarikkan napas dalam satu
menit. Untuk dapat menghitung gunakan arloji, suhu lebih dari 39°C
menggunakan thermometer, timbul bercak bercak menyerupai bercak campak,
telinga sakit dan mengeluarkan nanah dari lubang telinga, pernapasan berbunyi
seperti mengorok (mendengkur) pernapasan berbunyi menciut-ciut.

3) Gejala ISPA Berat

Menurut Utomo (2012), anak yang dinyatakan menderita ISPA berat


ditandai dengan gejala-gejala ISPA ringan dan ISPA sedang atau ditandai dengan
beberapa gejala seperti kulit atau bibir membiru, hidung kembang kempis pada
waktu bernafas, kesadarannya menurun atau tidak sadar, anak tampak gelisah dan
pernafasannya berbunyi seperti ngorok, sela iga tertarik kedalam pada waktu
bernapas, nadi lebih cepat dari 160 kali per menit atau tak teraba, tenggorokan
bewarna merah.

6. Faktor Risiko
Interaksi tiga komponen penyakit, Model segitiga epidemiologi atau
triad epidemiologi menggambarkan yaitu manusia (Host), penyebab (Agent),
dan lingkungan (Environment). Faktor risiko terjadinya ISPA pada anak balita
akan dijabarkan dengan 3 hubungan komponen yang terdapat dalam model
segitiga
epidemiologi (Gunawan,2010):

1) Faktor penyebab (agent) adalah penyakit pneumonia yang disebabkan oleh


bakteri, virus, jamur, dan protozoa.

2) Faktor manusia (host) adalah organisme, biasanya manusia atau pasien.


Faktor risiko infeksi pneumonia pada pasien (host) balita meliputi: usia, jenis
kelamin, riwayat pemberian ASI, berat
badan lahir (BBL), gizi, riwayat imunisasi, riwayat pemberian vitamin A,
status ekonomi, dan riwayat asma.

3) Faktor lingkungan (environment) Faktor lingkungan juga dapat menjadi


salah satu faktor risiko terjadinya ISPA pada balita yaitu meliputi kepadatan
rumah, cuaca, polusi udara, serta kelembaban. Kondisi lingkungan dapat
dimodifikasi dan dapat diperkirakan dampak atau akses buruknya sehingga
dapat dicarikan solusi ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan
anak balita.

7. Pencegahan
Menurut Dinkes (2006) pencegahan kejadian ISPA ini tidak terlepas
dari peran orang tua yang harus mengetahui cara-cara pencegahan ISPA. ISPA
dapat dicegah dengan mengatur pola makan, menciptakan lingkungan yang
nyaman, dan menghindar dari faktor pencetus.

1) Mengetahui penyakit ISPA pada Anak


Mengetahui masalah kesehatan anak merupakan suatu hal yang sangat penting
diketahui oleh orang tua karena dengan mengenal tanda atau gejala dari suatu
gangguan kesehatan bisa memudahkan orang tua dalam melakukan
pencegahan terhadap terjadinya penyakit (Notoatmojo,2011)

2) Mengatur Pola Makan Anak


Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita adalah pola
pemberian makanan. Suatu pola makan yang teratur dan seimbang akan
menyajikan semua makanan yang berasal dari setiap kelompok makanan
dengan jumlahnya sehingga zat gizi yang dikonsumsi seimbang satu sama
lain. (Sumirta, 2006)

3) Menciptakan Kenyamanan Lingkungan Rumah


Faktor lingkungan menjadi peran pertama dalam proses interaksi antara
penjamu dan unsur penyebab dalam proses terjadinya penyakit (Syahril,
2006). Kondisi lingkungan yang kurang sehat juga dapat memengaruhi derajat
kesehatan seseorang. Salah satunya penyakit yang dapat ditimbulkan oleh
lingkungan yang kurang bersih adalah ISPA (Iswarini, 2006).

4) Menghindari Faktor Pencetus (Pencemaran Udara)


Menurut Syahril (2006), Pencemaran udara dalam rumah juga terjadi karena
aktivitas penghuninya, yaitu diantaranya memasak dan untuk memanaskan
ruangan dengan menggunakan bahan bakar biomassa, asap rokok, sumber
penerangan denganmenggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya,
penggunaan insektisida semprot maupun bakar.
5). Anak-anak wajib mendapatkan vaksin pertusis, campak, gondok, dan
rubella yang dikenal sebagai vaksin MMR untuk menurunkan risiko terjangkit
infeksi pernafasan berat.

6). Lebih sering cuci tangan dengan sabun atau pakai hand sanitizer, terutama
setelah selesai beraktivitas di tempat umum.

7). Jangan lupa kenakan masker standar sebagai tindak pencegahan dari
berbagai infeksi virus.

8). Hilangkan kebiasaan menyentuh wajah, mulut, atau mata, apalagi jika
belum cuci tangan dengan sabun. Ini akan mencegah virus, bakteri, atau
parasit lain masuk ke dalam tubuh.

9). Konsumsi makanan sehat dan seimbang, terutama yang banyak


mengandung vitamin C.

10). Terapkan pola hidup sehat dan hindari merokok untuk menjaga kesehatan
tubuh secara keseluruhan.

11). Hindari orang-orang yang sedang sakit infeksi saluran pernafasan karena
dapat menular dengan mudah melalui percikan ludah, dan kontak tangan ke
tangan

9. Penatalaksanaan
Berdasarkan pendoman pengobatan dasar puskesmas, penatalaksanaan
penyakit diare dijelaskan Menurut WHO terdapat 4 unsur dalam
penanggulangan diare akut, yaitu :
1) Pemberian cairan, berupa Upaya Rehidrasi Oral (URO) untuk mencegah
maupun mengobati dehidrasi
2) Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI bila anak
masih menyusui, selama diare dan masa penyembuhan
3) Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik, maupun
antimikroba, hanya untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti
giardiasis atau amubiasis
4) Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya
tentang upaya rehidrasi oral dirumah, tandatanda untuk merujuk dan cara
mencegah diare dimasa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai