Anda di halaman 1dari 55

KAPITA SELEKTA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional

SENGKETA KONFLIK PERKARA PERTANAHAN


TAHUN 2022
Oleh :
Shinta Purwitasari, S.H., S.T., M.H
Kepala Subdirektorat Pencegahan dan Hubungan Kelembagaan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

MANDAT PRESIDEN KEPADA


Badan Pertanahan Nasional

MENTERI ATR/KBPN
1.Percepatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap;
2.Penyelesaian Sengketa dan
Konflik Agraria;
3.Pengembangan Ibukota Negara
(IKN).
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 16 TAHUN 2020 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGRARIA
DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Direktorat Jenderal Penanganan Konflik dan Sengketa Pertanahan, Direktorat Pencegahan dan Penanganan Konflik
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan di Pertanahan, menyelenggarakan fungsi diantaranya :
bidang penanganan dan pencegahan sengketa dan konflik penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan
pertanahan, serta penanganan perkara pertanahan sesuai dengan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; .
1. pelaksanaan identifikasi dan pemetaan pencegahan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
sengketa, konflik dan perkara pertanahan;
(Pasal 440) 2. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan instansi
atau lembaga terkait dalam rangka pencegahan, serta
penanganan dan penyelesaian konflik kelompok
Direktorat Penanganan Sengketa Direktorat Penanganan masyarakat dan tanah ulayat, konflik instansi
Pertanahan, menyelenggarakan Perkara Pertanahan pemerintah/ pemerintah daerah/BUMN/BUMD;
fungsi diantaranya pelaksanaan menyelenggarakan fungsi 3. pelaksanaaan koordinasi dan kerja sama dengan
identifikasi, pengkajian dan instansi atau lembaga terkait untuk pengumpulan data
diantaranya pelaksanaan
informasi strategis dalam rangka pencegahan sengketa,
pemetaan masalah dalam upaya identifikasi, pengkajian, dan
konflik dan perkara pertanahan;
mencari akar masalah sebagai pemetaan masalah dalam 4. pelaksanaaan koordinasi dan kerja sama dengan
bahan penyusunan kebijakan upaya mencari akar masalah instansi atau lembaga terkait dalam upaya melakukan
pencegahan sengketa penetapan sebagai bahan penyusunan langkah-langkah pencegahan sengketa, konflik dan
hak dan pendaftaran tanah, kebijakan pencegahan perkara pertanahan. (PASAL 475)
sengketa batas tanah, sengketa perkara pertanahan;
penguasaan dan pemilikan tanah. (PASAL 465)
(PASAL 455)
1. Tersedia database sengketa, Konflik, Perkara;
SUBYEK KASUS PERTANAHAN 2. Penetapan TO Mudah;
Penerapan Sistem
3. Perencanaan anggaran lebih akurat;
Informasi Sengketa Konflik
4. Monitoring Pelaksanaan Penanganan;
Percepatan Perkara 5. Evaluasi Penyelesaian lebih mudah;
Penanganan Kasus (JUSTISIA) 6. Waktu Penyelesaian dapat terukur;
7. Hasil lebih akurat

Sinergitas dengan Aparat Penegak Hukum,


Penguatan Kelembagaan
Pengadilan, Pemerintah Daerah dan Instansi
Penanganan SKP terkait
Kebijakan
Menurunkan Tercapai Penyelesaian Tuntas, Keadilan
Penguatan Mediator
Jumlah Kasus dan Kepastian Hukum
Pertanahan
Penguatan SDM Profesionalitas, Berintegritas, dan
Diklat Mediator, Diklat Kolaborasi BPN,
Polri, Kejaksaan Agung, Kom Yudisial
Sinergitas

Penerapan Sistem 1. Tersedia Database Sengketa, Konflik


Informasi Kasus Perkara
Pertanahan (Justisia) 2. Tersedia Data Akar Masalah SKP
Pencegahan Kasus 3. Tersedia Kajian Akar Masalah
Pertanahan 4. Rekomendasi Kebijakan
Penguatan Peran Pendukung 5. Peningkatan Kwalitas Produk
Unit Kerja Teknis 6. Jumlah SKP Berkurang
KASUS PERTANAHAN Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

SENGKETA
perselisihan tanah antara orang
perseorangan, badan hukum, atau lembaga
yang tidak berdampak luas
.

KONFLIK
perselisihan tanah antara orang
perseorangan, kelompok, golongan,
organisasi, badan hukum, atau lembaga
R KASUS yang mempunyai kecenderungan atau
sudah berdampak luas

PERKARA
perselisihan tanah yang penanganan dan
penyelesaiannya melalui lembaga peradilan
INVENTARISASI SENGKETA KONFLIK PERKARA
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Validasi Kasus Pertanahan Tahun 2015 - 2021

Sengketa 12.089 kasus Sengketa Selesai 7.956 kasus Sisa Kasus sengketa 4.188 kasus
Konflik 893 Kasus Konflik Selesai 189 kasus Sisa Kasus Konflik 704 kasus
Perkara 13.330 Kasus Perkara Putus 9.945 kasus Sisa Kasus Perkara 3,229 kasus
Total Kasus 26.282 Kasus Total Selesai 18.084 kasus Total Sisa 8.121 kasus

Data Putusan Perkara 2021

PERKARA 927 perkara Prosentase


PUTUS
Menang 764 perkara 82 %
Kalah 163 kasus 18 %
Sebaran Sengketa Perkara Berdasarkan Tipologi Tahhun 2015 - 2021
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

No Tipologi Sengketa % Perkara %


1 Penguasaan Pemilikan Tanah 4.942 56,31 4.544 34,0

2 Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah 1.612 18,3 2.656 19,9

3 Pengukuran dan Pemetaan 1.194 13,6 3.878 29,1


4 Tanah Obyek Landreform 20 0,227 23 0,17
5 Tanah ex Partikelir 13 0,14 66 0,49
6 Tanah Adat Ulayat/Komunal 522 5,9 624 4,69
7 Pengadaan Tanah 29 0,33 233 1,75
8 Tanah Terlantar 101 1,15 80 0,60
9 Pelaksanaan Putusan Pengadilan 342 3,90 554 4,16
TOTAL 8.775 100 13.300 100
SUBYEK KASUS PERTANAHAN

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/


Badan Pertanahan Nasional

1. Perseorangan vs Perseorangan 8. Pokmas vs Instansi


2. Perseorangan vs Badan Hukum 9. Pokmas vs BUMN/BUMD
3. Perseorangan vs Instansi 10. Badan Hukum vs Badan hukum
4. Perseorangan vs BUMN/BUMD 11. Badan Hukum vs Instansi
5. Perseorangan vs Pokmas 12. Badan Hukum vs BUMN/BUMD
6. Pokmas vs Pokmas 13. Instansi vs Instansi
7. Pokmas vs Badan hukum 14. Instansi vs BUMN
BEBERAPA PERSOALAN DALAM PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA
KONFLIK PERTANAHAN SAAT INI
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

1. Persepsi Status tanah (Tanah Negara, Tanah Hak, Tanah Ulayat) yang beragam dengan aturan
yang beragam;
2. Dokumen bukti penguasaan tanah atau alas hak penguasaan tanah beragam;
3. Implementasi prinsip prinsip hukum adat (rechts verwerking, horizontal scheiding);
4. Dinamika perubahan wilayah administrasi pemerintahan
5. Persepsi Hak Keperdataan
6. Pelaksana/Petugas BPN, APH dan Lembaga lain terkait.
7. Peradilan yang memeriksa sengketa pertanahan.
Perlu kajian terhadap sistem hukum. Lawrence M Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegakan hukum/penyelesaian masalah hukum tergantung 3 unsur dalam sistem hukum yakni Legal
Structure, Legal Substance dan Legal Culture. Legal Struktur menyangkut Pelaksana Hukum dalam hal ini;
apparat BPN, apparat Penegak Hukum dan Lembaga yang terkait; Legal Substance ; Peraturan Perundangan
Undangan yang berlaku dan Legal Culture (Budaya Hukum) yang merupakan hukum yang hidup (living law)
yang dianut masyarakat.

Sumber : Bahan Paparan Dirjen Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan


pada Webinar Nasional Penanganan Sengketa Konflik Perkara yang Terindikasi Pidana tanggal 27 Oktober 2022
10
KLASIFIKASI KASUS PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Masalah pertanahan yang bersifat teknis


Ringan administratif, atau bukan merupakan kewenangan
Kementerian ATR/BPN.

Sengketa hak yang dimensi hukumnya sudah jelas


Sedang pola penyelesaian dibutuhkan penerapan
hukumnya.

1. Dimensi hukum yang kompleks (Perdata, TUN,


Pidana);
Berat 2. Melibatkan banyak Pihak (termasuk mafia tanah);
3. Dimensi sosial politik, kemasyarakatan, sehingga
penyelesaiannya tidak semata berdasarkan hukum
positif;
4. Mengandung aspek keamanan dan ketertiban
(berpotensi konflik horizontal)
PENYEBAB / AKAR MASALAH SENGKETA
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

• Pemegang Hak Tidak Menguasai Tanah (Karena Alasan Tertentu).


• Tanahnya Ditelantarkan.
• Penetapan Ahli Waris Yang Belum Disepakati.
• Para Pihak Tidak Menghadap PPAT/Notaris Saat Dibuat Akta.
• Perjanjian Kerjasama/Utang-piutang Yang Dibuat Seolah-olah
Merupakan Perjanjian Jual Beli.
• Wanprestasi.
• Jual Beli Diatasnamakan Pihak Ke Tiga Karena Alasan Tertentu.
PENYEBAB / AKAR MASALAH SENGKETA
SENGKETA BATAS BIDANG TANAH Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

• Hasil Pengukuran Tidak Dilakukan Pemetaan.


• Petugas Ukur Tidak Membawa Dokumen Yang Lengkap Pada Saat
Pelaksanaan Pengukuran (Peta Pendaftaran, Berkas Permohonan Dll.) Atau
Tidak Mencermati Data Tanah Yang Dimohon Pengukuran (Letak, Batas, Para
Pihak Yang Berbatasan, melainkan hanya berdasarkan penunjukan
pemohon).
• Asas Contradiktur Tidak Dilaksanakan Dengan Baik, Para Pihak Yang
Berbasatan Tidak Hadir.
• Tandatangan Tetangga Yang Berbatasan Tidak Dilakukan Di Hadapan Petugas
Ukur.
• Tanda Batas Hilang Atau Berubah Posisi.
PENGADUAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Asal Pengaduan/ Sumber:


1. Perorangan/warga
masyarakat
2.Kelompok Masyarakat
3. Badan Hukum
4.Instansi Pemerintah;atau
5.Unit Teknis Kementerian,
Kanwil, Kantah
Tahapan Penanganan Kasus
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
KASUS BERAT
KASUS SEDANG
• Evaluasi • Evaluasi
• Progres penanganan penanganan
• Rencana TL • Kesesuaian bukti
• Kesesuaian data dgn • Penyempurnaan
KASUS RINGAN fakta lap. berkas
• Kesesuaian • Penentuan Hukum
hkm&UU dan UU yg akan
• Koord. K /L terkait dipakai (Konstatir)
• Kesesuain target
• Konstatering Penyelesaia
PENGADUAN • Putusan n Kasus
penyelesaian (Prob Gelar (Decision
• Srt ke K /L lain Solving) Kasus Making)
• Srt keKanwil /Kantah Rapat Akhir
• Tanggapan ke Koordinasi • K1
pengadu 3 Ekspos • Saran /pendapat phk
14 Hari Kerja
(Pembatalan,
• KK penelitian Hasil terkait Penolakan,
1 Penelitian Penelitian • Penyelesaian kasus Perdamaian)
2 • Data fisik • Data pendukung • K2
• Data yuridis 3 Hari Kerja
Gelar kesimpulan ( Rekomendasi
Pengkajian Kasus • Data Lap. penyelesaian kasus Penyelesaian))
Kasus • Bahan • Penelitian Lanjutan • K3 ( Petunjuk
Awal Keterangan (dlm hal diperlukan)
(Legal Prob Teknis)
Ident) (Prob Solv) • Kosntatering
15 Hari Kerja 11 Hari Kerja
1 Hari Kerja 17 Hari Kerja
B E N T U K DAN TINDAK L A N J U T P E N Y E L E S A I A N

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/


Badan Pertanahan Nasional

Penanganan Kasus dinyatakan selesai dengan kriteria:

a. Kriteria Satu (K1) jika penyelesaian bersifat final, berupa:


1. keputusan pembatalan;
2. perdamaian; atau
3. surat penolakan tidak dapat dikabulkannya permohonan.
b. Kriteria Dua (K2) berupa:
1. surat petunjuk Penyelesaian Kasus atau surat penetapan pihak yang berhak tetapi belum dapat
ditindaklanjuti keputusan penyelesaiannya karena terdapat syarat yang harus dipenuhi yang merupakan
kewenangan instansi lain;
2. surat rekomendasi Penyelesaian Kasus dari Kementerian kepada Kantor Wilayah atau Kantor
Pertanahan sesuai kewenangannya dan Kantor Wilayah kepada kantor pertanahan atau usulan
Penyelesaian dari Kantor Pertanahan kepada Kantor Wilayah dan Kantor Wilayah kepada Menteri;

c. Kriteria Tiga (K3) berupa surat pemberitahuan bukan kewenangan Kementerian.


PEMBATALAN PRODUK HUKUM
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Pembatalan produk hukum dapat dilakukan


karena :

Ø cacat administrasi dan/atau cacat yuridis;

Ø pelaksanaan putusan pengadilan yang telah


mempunyai kekuatan hukum tetap.
PEMBATALAN PRODUK HUKUM
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

PEMBATALAN TIDAK DAPAT DILAKUKAN, APABILA :

Ø Kementerian atau Kantor Wilayah sesuai kewenangannya tidak dapat membatalkan Produk
Hukum baik karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis maupun sebagai pelaksanaan
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam hal:
a. hak atas tanah objek Sengketa/Perkara telah beralih kepada pihak ketiga;
b. pihak ketiga sebagai pemegang hak terakhir tidak menjadi pihak dalam Perkara; dan
c. pihak ketiga memperoleh hak atas tanah tersebut dengan itikad baik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum adanya Perkara.

Pembatalan karena cacat administrasi terhadap produk hukum sudah lewat jangka waktu 5 (lima)
tahun tidak dapat dilakukan, sehingga harus melalui putusan pengadilan, kecuali masalah
tumpang tindih sertipikat
PEMBATALAN PRODUK HUKUM
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

KEWENANGAN PEMBATALAN:

Ø Pembatalan Produk Hukum karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis dalam hal Penanganan
Kasus telah dilakukan Kementerian atau Kantor Wilayah sesuai kewenangannya sesuai tahapan
Penanganan Kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), tidak diperlukan usulan dari
Kepala Kantor Wilayah dan/atau Kepala Kantor Pertanahan.
Ø Permohonan Pembatalan Produk Hukum untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap diajukan oleh pihak pemenang Perkara melalui Kepala Kantor
Pertanahan.
Ø Kepala Kantor Pertanahan mengusulkan permohonan Pembatalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) kepada:
a. Menteri dalam hal Pembatalan merupakan kewenangan Menteri melalui Kepala Kantor
Wilayah;
b. Kepala Kantor Wilayah dalam hal Pembatalan merupakan kewenangan Kepala Kantor
Wilayah dengan tembusan kepada Menteri.
PEMBATALAN PRODUK HUKUM
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

PENYEBAB PEMBATALAN PRODUK HUKUM KARENA CACAT ADMINISTRASI DAN/ATAU CACAT YURIDIS

1. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan hak atas tanah, pendaftaran hak dan proses pemeliharaan data
pendaftaran tanah;
2. Kesalahan dalam proses/prosedur pengukuran;
3. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan sertipikat pengganti;
4. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan sertipikat Hak Tanggungan;
5. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;
6. Kesalahan subjek hak;
7. Kesalahan objek hak;
8. Kesalahan jenis hak;
9. Tumpang tindih hak atas tanah;
10. Tumpang tindih dengan kawasan hutan;
11. Kesalahan penetapan konsolidasi tanah
12. Kesalahan penegasan tanah objek landreform;
13. Kesalahan dalam proses pemberian izin peralihan hak;
14. Kesalahan dalam proses penerbitan surat keputusan Pembatalan;
15. Terdapat putusan pengadilan pidana berkekuatan hukum tetap yang membuktikan adanya tindak pidana pemalsuan,
penipuan, penggelapan dan/atau perbuatan pidana lainnya;
16. Terdapat dokumen atau data yang digunakan dalam proses penerbitan sertipikat bukan produk instansi tersebut
berdasarkan surat keterangan dari instansi yang bersangkutan;
17. Terdapat putusan pengadilan yang dalam pertimbangan hukumnya terbukti terdapat fakta adanya cacat dalam penerbitan
produk hukum Kementerian dan/atau adanya cacat dalam perbuatan hukum dalam peralihan hak tetapi dalam amar
putusannya tidak dinyatakan secara tegas.
PERDAMAIAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

ØMediasi dapat dilaksanakan oleh dan atas inisiatif kementerian,


kanwil, kantah dan/atau atas inisiatif pihak yang bersengketa, serta
perorangan atau lembagan atas inisiatif pihak yang bersengketa

ØPerdamaian Dibuat Dalam Bentuk Akta Perdamaian Dan Didaftarkan


Di Pengadilan Untuk Memperoleh Putusan Perdamaian
PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK OLEH LEMBAGA ADAT

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/


Badan Pertanahan Nasional

ØDalam Hal Tertentu Sengketa Atau Konflik Dapat


Diselesaikan Oleh Lembaga Adat.

ØPenyelesaian Sengketa Atau Konflik Melalui Lembaga Adat


Diformalkan Dalam Bentuk Akta Otentik.
Penyelesaian Konflik
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Dalam menyelesaikan konflik pertanahan, perlu memperhatikan berbagai aspek, namun ada 3 hal yang
sangat penting dalam mempertimbangkan apakah klaim pengadu dapat dipertimbangkan atau tidak,
yaitu :
DASAR KLAIM
Alas hak/bukti penguasaan atau kepemilikan tanah yang
digunakan sebagai dasar klaim oleh pengadu, antara lain
berupa Sertipikat, Girik, SKT, dll (ada atau tidak, ada tetapi tidak
menunjuk pada objek yang diklaim).
PENGUASAN FISIK
Penguasaan fisik tanah (penggunaan/pemanfaatan, berapa
lama telah menguasai tanah, apakah yang menguasai sekarang
adalah masyarakat yang sejak lama tinggal di situ dan
mempunyai hubungan hukum atau masyarakat pendatang).
STATUS TANAH
Status tanah objek sengketa :
§ HGU masih berlaku haknya (diusahakan dengan baik atau
diterlantarkan).
§ HGU sudah berakhir haknya (dimohonkan perpanjangan atau tidak, masih
diusahakan atau tidak)
§ HGU aset pemerintah
Klaim + Klaim +
Penguasaan - Penguasaan -

Klaim - Klaim -
Penguasaan + HGU Penguasaan +
Aktif Tdk
aktif
Klaim + Klaim +
Penguasaan + Penguasaan -
Klaim - Klaim -
Penguasaan - Penguasaan -
Permasalahan Tanah Aset
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Aset tidak dijaga,


Aset tetap belum
seluruhnya didukung
02 dimanfaatkan dan dikelola
dengan bukti kepemilikan 01 sebagaimana
peruntukannya.
(Sertipikat)
.

Bangunan kantor/rumah

Aset tetap dalam sengketa 04 negara yang berdiri di atas


lahan bukan milik
dengan pihak lain dan/atau Kementerian/Lembaga
dikuasai oleh yang tidak
berhak atau digunakan
pihak lain tanpa dokumen 03
perjanjian
SOLUSI PENYELESAIAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Melakukan inventarisasi aset tanah dan identifikasi


permasalahan serta rencana tindak lanjut

Pengecekan sertipikat tanah terhadap fisik di


lapangan

Apabila tanah bersinggungan atau bangunan berada di


pihak lain, perlu dilakukan penelusuran asal-usul tanah
baik dari segi dokumen maupun warkah tanah dengan
berkoordinasi dg instansi terkait
PENCEGAHAN
Timbulnya Konflik PENGAMANAN PENGAMANAN PENGAMANAN
ADMINISTRASI FISIK HUKUM
Tanah Pemerintah Sertipikat, Alas Hak, Bukti Penguasaan, Penyiapan alat bukti
Perolehan Tanah (AJB, Pemanfaatan, Penjagaan, dalam pengadilan,
Pembayaran Ganti Rugi) Pemagaran Penegakan hukum
DAMPAK NEGATIF KONFLIK PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

SECARA SECARA SECARA


EKONOMIS SOSIAL EKOLOGI
o Biaya semakin besar o Kerenggangan
Tanah berada dalam
jika semakin lama hubungan sosial
Status Quo dengan
penyelesaiannya. o Turun/hilangnya
konsekuensi terjadi :
o Pengorbanan waktu kepercayaan publik
o Penelantaran tanah
produktif terhadap pemerintah
o Penurunan kualitas
o Pencurahan tenaga o Tidak berjalannya
Sumberdaya Tanah
dan pikiran yang koordinasi instansi
o Bencana alam
dapat digunakan pemerintah
seperti tanah
untuk kerja produk o Ancaman terhadap
longsor .
keutuhan bangsa
Lebih baik
mencegah dari
pada mengobati

Lebih baik
mencegah dari
pada Konflik
terjadi
Mekanisme Penanganan Perkara

Kementerian Bukan Pihak Kementerian Sebagai Pihak


Peradilan
a.Penerimaan panggilan sidang
Perdata
(relaas);
a. Melakukan b.Pengkajian
Intervensi c.Penyiapan surat tugas dan surat
b. Keterangan Ahli kuasa;
d.Gelar kasus Awal/Kordinasi
e.Gelar Penyiapan bukti;
Peradilan f.Penyiapan saksi dan/atau ahli; a.perlawanan(verzet);
TUN g.Pemeriksaan setempat; b.banding;
h.Kesimpulan; dan c.kasasi; dan/atau
i.Gelar/Kordinasi Upaya hukum. d.peninjauan kembali.

Jika Kementerian sebagai PERDAMAIAN :


tergugat dalam Perkara TUN
a.Tidak menyangkut BMN/BMD, BMBUMD
yang objeknya sertipikat HAT
b.Disetujui oleh seluruh pihak yang berperkara;
atau jika ada perdamaian c.Disetujui oleh pemegang hak atas tanah objek perkara
melibatkan Kementerian yang tidakberkedudukan sebagai pihak dalam perkara;
sebagai tergugat berkaitan d.Tidak merugikan kepentingan Kementerian;
status keabsahan keputusan e.tidak terdapat masalah /perkara lain berkenaan dengan
pejabat TUN, maka pemegang subjek dan/ objek yang sama; atau
hak merupakan pihakdalam f.Mendapat ijin tertulis dari Pejabat yang mengeluarkan
perdamaian tersebut. keputusan yang menjadi objek gugatan sesuai kewenangan
Pembatalan Produk Hukum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Mekanisme Pembatalan Produk Hukum:


Ø Kakantah mengusulkan permohonan pembatalan kepada Kakanwil
dengan tembusan kepada Menteri dalam hal ini pembatalan
merupakan kewenangan Kakanwil

Ø Kementerian dapat merekomendasikan kepada Kanwil untuk


membatalkan produk hukum kementerian dalam hal ini hak atas tanah
/sertipikat karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis maupun
pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap

Ø Kakantah mengusulkan permohonan pembatalan kepada Menteri


melalui Kakanwil dalam hal ini pembatalan merupakan kewenangan
Menteri
Pembatalan Produk Hukum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Pembatalan Hak/Sertifikat Sebagai Tindak Lannjut


Putusan Pengadilan Dapat Dikecualikan Terhadap:
Objek putusan terdapat Amar putusan menyatakan Terhadap obyek Letak bidang tanah obyek
putusan lain sekamar yang gugatan tidak dapat putusan sedang perkara tidak jelas dan tidak
saling bertentangan diterima diletakkan sita adaeksekusi

Letak, luas batas tanah Tanah obyek perkara telah Putusan sama sekali tidak Alasan lain
obyek perkara yang berubah menjadi tanah berhubungan dengan yangsah
disebut dalam amar negara atau haknya telah obyek yang dimohon
putusan dan /atau hapus pembatalan
pertimbangan hukum
berbeda dengan letak,
luas, dan batas bidang
tanah yang dieksekusi
Pembatalan Produk Hukum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Pembatalan Hak Tanah Aset Negara


Pelaksanaan amar putusan PTUN atau PN dalam perkara perdata yang menempatkan
instansi pengguna aset dan instansi pengelola aset sebagai pihak dalam perkara maka
pembatalan hak atas tanah sebagai pelaksanaan putusan pengadilan dapat ditetapkan
tanpa menunggu proses penghapusan aset /aktiva tetap dari instansi yang bersangkutan,
akan tetapi penetapan haknya setelah ada penghapusan aset jika sudah tercatat sebagai
aset atau persetujuan pelepasan aset jika belum tercatat dalam daftar aset.

Pelaksanaan putusan PTUN dan /atau PN menyatakan batal hak atas tanah
atau sertipikat tanah instansi pemerintah tanpa melibatkan pengguna aset
dan pengelola aset sebagai pihak dalam perkara maka pembatalan hak atau
sertipikat tanah dilakukan setelah penghapusan aset dari pengguna dan
/atau persetujuan pengelola aset
Pembatalan Produk Hukum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

Hal – Hal Berkaitan Dengan Pembatalan Hak Tanah Aset Badan Pertanahan Nasional

Negara
Apabila instansi pengguna aset dan instansi pengelola aset sebagai pihak
dalam perkara, Kementerian /Kanwil menyampaikan Keputusan Pembatalan
Hak /Sertipikat

Apabila instansi pengguna aset dan instansi pengelola aset tidak sebagai pihak dalam
perkara, Kementerian Kanwil menyampaikan pemberitahuan putusan pengadilan yang
membatalkan hak/sertipikat kepada pengguna aset dan pengelola aset untuk dapat
ditindaklanjuti dengan penghapusan aset

Pemenang perkara wajib mengajukan permohonan penghapusan aset ke


instansi yang berwenang
Pembatalan Produk Hukum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

Dalam Hal Hak Atas Tanah Dibebani Hak Tanggungan, Maka Hak Badan Pertanahan Nasional

Tanggungan Batal Jika:

Dinyatakan oleh pengadilan dalam Dinyatakan dalam putusan pengadilan


Perkara yang pemegang hak tanggungan dalam Perkara yang tidak menempatkan
sebagai pihak pemegang hak tanggungan sebagai pihak

Sebelum dilakukan pembatalan sebagai pelaksanaan putusan pengadilan yang amarnya


menyatakan batal\/tidak mempunyai kekuatan hukum hak atas tanah atau sertipikat tanah yang
dibebani HT dan HT tidak dinyatakan batal serta pemegang HT tidak ikut sebagai pihak, lakukan :

Pemberitahuan kepada pemegang HT Setelah diberitahu, Pemegang HT tidak


tentang adanya putusan pengadilan yang mengambil langkah-langkah upaya hukum
menyatakan batal/tidak mempunyai untuk mempertahankan kepentingannya, maka
kekuatan hukum hak atas tanah yang laksanakan pembatalan hak atas tanah dan HT-
dibebani hak tanggungan dan nya.
memberikan kesempatan untuk melakukan
upaya hukum
MAFIA TANAH
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Mafia Tanah adalah individu kelompok dan atau badan hukum yang melakukan
tindakan dengan sengaja untuk perbuatan kejahatan yang dapat menimbulkan kasus
pertanahan

KARAKTERISTIK MAFIA TANAH


1. Menerbitkan dan/atau menggunakan lebih dari satu surat atas terhadap satu bidang tanah yang sama;
2. Menerbitkan dan/atau menggunakan dokumen yang terindikasi palsu terkait tanah;
3. Melakukan okupasi atau penguasaan tanah tanpa izin di atas tanah milik orang lain (HM/HGB/HGU/HP/HPL)
baik yang sudah berakhir maupun yang masih berlaku haknya;
4. Merubah/memindahkan/menghilangkan patok tanda batas tanah;
5. Mengajukan permohonan sertipikat pengganti karena hilang, sementara sertipikat tersebut masih ada dan
masih dipegang oleh pemiliknya atau orang lain dengan itikad baik, mengakibatkan terdapat dua sertipikat di
atas satu bidang tanah yang sama.
HISTORIS SATGAS MAFIA TANAH
(SEKARANG KEJAHATAN PERTANAHAN)
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

MoU Kementerian ATR/BPN dgn Pedoman Kementerian Kerja SKB Dirjen VII dan Kabareskrim
POLRI No. 3/SKB/III/2017 dan No. ATR/BPN dan POLRI No. 26/SKB- No. 34/SKB-800/V/2018 dan No.
B/26/III/2017 tgl 17 Mar 2017 ttg 900/VI/2017 dan No. 49/VI/2017 ttg B/01/V/2018/ Bareskrim tgl 8 Mei
Kerjasama di Bid Agraria/ Kerjasama di Bid Agraria/ 2018 ttg Penunjukan Tim Terpadu
Pertanahan dan Tata Ruang Pertanahan dan Tata Ruang

MoU Kementerian ATR/BPN dan SK Menteri ATR/KBPN No.


POLRI No. 17/SKB- 593/SK-SK.05/IV/2022 tgl 26 April
HK.03.01/VIII/2022 dan No. 2022 ttg Pembentukan Tim
NK/24/VIII/2022 tgl 1 Agustus Satuan Tugas Pembinaan
2022 ttg Sinergitas Tugas dan Pencegahan dan Penyelesaian
Fungsi Bidang Agraria/ Kejahatan Pertanahan Tahun
Pertanahan dan Tata Ruang 2022
PENANGANAN KEJAHATAN PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Penanganan Kejahatan Pertanahan dimulai sejak tahun 2018 hingga sampai saat ini. Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah menentukan target operasi yang harus diselesaikan oleh
tim Satgas Pencegahan dan Penyelesaian Kejahatan Pertanahan setiap tahun. Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mengadakan 2 (dua) kali setiap tahun kegiatan rapat koordinasi
Bersama dengan POLRI (sejak tahun 2021 melibatkan Kejaksaan Agung RI sebagai Tim Satgas),
antara lain:

1. Rapat Pra Ops Pencegahan dan Penyelesaian Kejahatan Pertanahan, kegiatan ini bertujuan untuk
menyetujui target operasi yang diusulkan oleh Tim Satgas Wilayah
2. Rapat Koordinasi Pencegahan dan Penyelesaian Kejahatan Pertanahan, kegiatan ini bertujuan untuk
mengevaluasi penanganan terhadap target operasi yang telah disetujui pada kegiatan Pra Ops
TIMELINE PENANGANAN MT/KEJAHATAN PERTANAHAN
Syarat:
1. Penanganan TO ditargetkan selesai dalam 1 tahun dengan target
1. Memperhatikan ketentuan dalam pasal 76,78 dan 79 KUHP tentang Daluwarsa
penyelesaian:
Penuntutan
1. Polri pada tahap p21
2. Terhadap adanya dugaan tindak pidana penyerobotan, agar diperhatikan
2. Bpn penyelesaian K1/k2/k3
waktu penyelesaian (P21) dalam tahun anggaran berjalan apabila tanah
2. Apabila tidak dapat selesai dalam 1 tahun, dilanjutkan pada
tersebut menjadi obyek perkara di pengadilan perdata terkait kepemilikan
tahun berikutnya dengan menggunakan anggaran rutin
3. Mengutamakan obyek permasalahan dengan kepentingan masyarakat
pada masing-masing (Polri dan Kementerian ATR/BPN) dan
(berdampak sosial luas) dan/atau memiliki nilai ekonomis tinggi
hasil akhirnya dilaporkan kepada Ditjen PSKP Kementerian
4. Penyelesaian tidak dengan Restorative Justice
ATR/BPN Cq Dit. PPKP dan Bareskrim Polri Cq Dittipidum

Penentuan TO

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER

Penanganan TO
- Supervisi
- Rapat Koordinasi
- Gelar Perkara
MEKANISME PELAPORAN KEJAHATAN PERTANAHAN (1)

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/


Badan Pertanahan Nasional

S/K/P Ditjen PSKP


Pusat Satgas MT Pusat
Kementerian
Kementerian Rapat
ATR/BPN +
ATR/BPN Koordinasi
Bareskrim Top Down Satgas MT
pusat

Laporan/
pengaduan MT
Masyarakat Kejahatan
Pertanahan

Wilayah Satgas Wilayah Satgas MT


Wilayah
Bottom Up
Rapat
Kanwil Kanwil + Polda Koordinasi

S/K/P Bidang 5
MEKANISME PELAPORAN KEJAHATAN PERTANAHAN (2)

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/


Badan Pertanahan Nasional
K1/K2/K3
S/K/P

Mediasi Pasal 55
Penyertaan
Permufakaatan
Pengaduan/ Kaji oleh Jahat
Laporan Satgas Perdata (Psl 88 KUHP) Pasal 56
Fasilitasi
Kejahatan
Terindikasi
MT
Tindak Pidana Pokok
- 263, 266, 264 KUHP
Pidana - 167, 385 KUHP
- 372, 378 KUHP

Kasus Tanah Tindak Pidana Khusus


Biasa - Tipikor
- TPPU
PRAKTEK-PRAKTEK KEJAHATAN PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

2 3 4
Pemalsuan dokumen terkait Mengajukan permohonan sertipikat
1 tanah seperti kartu eigendom, Merubah/ menggeser/
pengganti karena hilang padahal
Kepala Desa membuat Salinan Kikitir/Girik, Surat Keterangan menghilangkan patok
sertipikat tidak hilang dan masih
girik, membuat surat keterangan Tanah, SK Redistribusi Tanah, tanda batas tanah
dipegang oleh pemiliknya sehingga
tidak sengketa, membuat surat Tanda Tangan SuratUkur, mengakibatkan beredarnya 2 (dua)
keterangan penguasaan fisik sertipikat di batas bidang tanah yg
atau membuat surat keterangan sama
tanah lebih dari satu kepada 5 6
beberapa pihak untuk bidang
Memprovokasi masyarakat Dengan sengaja menggunakan jasa
tanah yg sama
petani/penggarap untuk preman untuk kuasai fisik objek
mengokupasi atau tanah milik orang lain yang sudah
mengusahakan tanah secara bersertipikat, memagarnya dan
illegal di atas perkebunan menggemboknya kemudian
HGU baik yang akan mendirikan bangunan di atasnya,
berakhir maupun yang masih dan ketika ada pengaduan dari masy
berlaku pemilik tanah, mereka berdalih telah
menguasai fisik tanah sejak lama
PRAKTEK-PRAKTEK KEJAHATAN PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

7 28 3 9 4 10
Dilakukan secara terorganisir Pelaku menentukan target Perubahan data yuridis Pelaku yang notabene
1 mulai dari pihak pendana, berupa tanah kosong yang dan data fisik sertipikat dekat dengan korban
pelaku aktor utamanya yang ditinggalkan pemiliknya dan yang telah diterbitkan bekerja sama dengan
melibatkan oknum pejabat mendapatkan informasi tanpa adanya dokumen oknum notaris/PPAT yang
notaris/PPAT serta oknum ASN terkait bidang tanah tersebut permohonan serta telah menyiapkan figur
Pemerintahan dan ada juga dari oknum petugas Kantor lampiran Warkah berperan sebagai korban
hadirnya sosok figur yang ATR/BPN. Selanjutnya Sertipikat bahkan kemudian membuat akta
dimainkan oleh para pelaku. oknum pegawai BPN
Modus yang dilakukan dengan 25 meminta slot sertipikat hasil 6 tersebut telah
isinya seakan-akan benar
telah terjadi peralihan
PTSL yang sudah
disertai pembuatan surat atau melakukan akses atau pemberian kuasa
ditandatangani namun belum
dokumen palsu yang illegal (tanpa ijin) hak untuk mengalihkan
diserahkan kepada.
digunakan untuk mengambil terhadap akun pegawai kepada pelaku sehingga
Kemudian memasukkannya
alih asset berupa tanah dan BPN tanpa diketahui bisa dengan mudah
ke dalam sistem KKP untuk
bangunan milik korbannya oleh si pemilik akun mengambil alih aset
dicatatkan dengan menyalahi
untuk mendapatkan (tanah dan bangunan)
prosedur
keuntungan milik korban menjadi milik
pelaku
PRAKTEK-PRAKTEK KEJAHATAN PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Melakukan gugatan rekayasa di pengadilan untuk Membeli tanah-tanah yang sedang


mendapatkan hak atas tanah, padahal baik penggugat berperkara di pengadilan dan
A maupun tergugat adalah merupakan bagian dari B memberikan suap kepada penegak
kelompok mafia tersebut dan pemilik tanah yang hukum sehingga putusan berpihak
11 sebenarnya tidak dilibatkan sebagai pihak kepada kelompoknya
Menggunakan pengadilan
untuk melegalkan
kepemilikan atas tanah,
dengan cara :
Melakukan gugatan tiada akhir, dan menimbulkan Melakukan gugatan di pengadilan
C banyaknya putusan pengadilan yang telah berkekuatan dengan menggunakan alas hak palsu,
hukum tetap yang isi putusannya bertentangan satu D sehingga data palsu itu menjadi legal
sama lain, sehingga putusan tersebut tidak dapat dengan adanya putusan pengadilan
dijalankan/dieksekusi dan tanah tidak dapat yang telah berkekuatan hukum tetap
dimanfaatkan
CAPAIAN HASIL TARGET OPERASI PENANGANAN KEJAHATAN
PERTANAHAN TAHUN 2022
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Target Operasi Penanganan Kejahatan Pertanahan


(MAFIA TANAH) seluruh Indonesia pada Tahun
2022 sebanyak 60 kasus dengan luas bidang tanah
lebih dari 54 ribu Ha dan Total Kerugian Mencapai
Rp. 2.5 Triliyun, yang melibatkan 412 pelaku mafia
tanah yang bereasal dari berbagai profesi.
Kasus pertanahan melibatkan mafia tanahyang
ditangani Polda Lampung melibatkan juru ukur
BPN, Kepala Desa setempat, PPAT, Camat,
Purnawirawan Polri bahkan Jaksa yang telah
ditetapkan sebagai tersangka
Lebih baik
mencegah dari
pada mengobati

Lebih baik
mencegah dari
pada Konflik
terjadi
PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

TUJUAN:
Agar Sengketa Konflik & Perkara Pertanahan
CARA : Tidak Terjadi/Tidak Berulang
1. Penelitian & Kajian strategis akar masalah
penyebab timbulnyaSKP tanah, untuk
analisis evaluasi dan bahan pengambilan KEGIATAN :
kebijakan yang mencegah terjadinya SKP; 1. Penelitian dan pengkajian penyebab
2. Sosialisasi hukum, aturan, kebijakan PENCEGAHAN timbulnya SKP tanah, analisis evaluasi
pertanahan melibatkan berbagai stake kebijakan yang mencegah terjadinya
SENGKETA KONFLIK
holder membangun kesadaran hukum (law SKP;
PERKARA 2. Penyiapan Regulasi/Kebiijakan
aquintance, law awareness, law attitude ke
dalam dan keluar ) Mencegah Timbulnya SKP berulang.
3. Aktif membangun informasi strategis, 3. Sosialisasi hukum, aturan, kebijakan
bekerjasama dengan instansi terkait hal pertanahan 33 Prov (Pemprov, Kab,
terjadinya konfik untuk penangan awal SASARAN: Camat, Lurah, Desa, Polda, Polres,
lebih cepat 1. Berkurang Terjadinya/Berulangnya Polsek, Babinkamtibnas, BINDA);
Sengketa Konflik & Perkara 3. Rapat koordinasi dengan BIN. BINDA
Pertanahan;
2. Prioritas pada tipologi
sengketa/konflik/perkara yang tren
tertinggi;
SUBYEK KASUS
PENCEGAHAN PERTANAHAN
KASUS PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Pola Obyek

Faktor-faktor yang mempengaruhi


Pre-emtif
Stakeholder lain (Masyarakat, K/L)

Pencegahan SKP

Ditjen 1 Ditjen 4

DITJEN Preventif Ditjen 2 Ditjen 5 Ditjen 7


VII
Ditjen 3 Ditjen 6

Eksternal (sanksi pidana)


Penanganan dan
Represif
Penyelesaian SKP
Internal (ATR/BPN-Itjen)
UPAYA PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

PREEMTIF PREVENTIF REPRESIF


Dengan memberikan konsultasi Dengan meniadakan kesempatan Dengan melaksanakan kegiatan
terhadap kasus dan seluruh melalui kegiatan pengaturan dan pemeriksaan dengan tujuan
permasalahan yang dihadapi oleh pengawasan dari seluruh proses untuk meminimalkan
petugas ATR/BPN. perencanaan, pelaksanaan dan temuan/penyimpangan oleh
evaluasi secara teliti dan pengawasan dan jika ditemukan
a. menanamkan nilai dan norma
luhur sebagai sumber daya
bertanggung jawab dalam penyimpangan yang memiliki
manusia yang melayani, menjalankan fungsi ATR/BPN ; dampak hukum maka
a. Pengawasan dan
profesional dan terpercaya; pengendalian secara ditindaklanjuti sesuai dengan
b. membentuk sumber daya menyeluruh; dan ketentuan hukum yang berlaku. .
manusia dengan kecerdasan: b. Digitalisasi produk a. kepemimpinan tegas tanpa
spiritual, emosional, intelektual, pertanahan; rekayasa;
dan sosial;
c. Layanan elektronik; b. menegakkan sanksi administrasi
c. pembentukkan budaya kerja, maupun pidana;
dengan standar perilaku, d. Percepatan Pendaftaran
moralitas, produktivitas dan Tanah Sistematis Lengkap; c. kerja sama dengan inspektorat,
kualitas; kepolisian dan kejaksaan; dan
e. Penertiban administrasi
d. regenerasi – kaderisasi. pertanahan; d. pemberian efek jera.
KEGIATAN PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Klasifikasi
Pemetaan dan Mencari Pemetaan Masalah dan
Potensi Identifikasi Tren Akar Masalah Kasus
Kasus Kasus 2015- Kasus Pertanahan
Pertanahan 2021

Pengkajian
Akar Masalah

Berkurangnya
Kasus
Pertanahan
Evaluasi Oleh
ØDitjen Teknis Sosialisasi Rekomendasi
Pencegahan Kasus Kebijakan
ØItjen Pencegahan
Regulasi
Kebijakan ØDitjen PSKP Internal & Eksternal Sengketa Konflik dan
Perkara Pertanahan
MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA 50
PENGUATAN REGULASI KEBIJAKAN DI BIDANG PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Layanan Elektronik
1. Permen ATR/KBPN Nomor 3/2019 tentang Tanda Tangan Elektronik;
2. Permen ATR/KBPN Nomor 7/2019 tentang Perubahan Kedua atas PMNA Nomor 3 Tahun 1997;
3. PermenATR/KBPN Nomor 5/2020 tentang HT Elektronik;
4. Juknis Nomor 2/2020 tentang HT Elketronik;
5. PermenATR/KBPN Nomor 19/2020 tentang Layanan Informasi Pelayanan Eletronik;
6. PermenATR/KPBN Nomor 1/2021 tentang Sertipikat Elektronik
7. Juknis Layanan Informasi Pertanahan dan Tata Ruang Secara Elektronik Nomor 5/Juknis-100.HK.02/VIII/2021.

PTSL
Juknis Nomor 1/Juknis-100.HK.02/VIII/2021 tentang PTSL

Kebijakan P3MB/Prk5
PermenATR/KBPN Nomor 3/2020 tentang P3MB/Prk5
PENGUATAN REGULASI KEBIJAKAN DI BIDANG PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Penguatan Kebijakan Turunan UUCK


1. PP Nomor 18/2021 tentang HPL, HAT, Sarusun dan PT
2. PP Nomor 19/2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
3. PP Nomor 20/2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Terlantar;
4. PP Nomor 21/2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
5. PP Nomor 43/2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin dan Hak Atas Tanah;
6. PP Nomor 64/2021 tentang Badan Bank Tanah;
7. PermenATR/KBPN Nomor 16/2021 tentang Perubahan Ketiga atas PMNA 3/1997;
8. PermenATR/KPBN Nomor 17/2021 tentang Tata Cara Penetapan Tanah Musnah;
9. PermenATR/KBPN Nomor 18/2021 tentang Tata Cara Penetapan HPL dan HAT;
10. PermenATR/KPN Nomor 12/2021 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan;
11. PermenATR/KBPN Nomor 19/2021 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19/2021;
12. PermenATR/KPBN Nomor 20/2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasn dan Tanah
Terlantar;
13. PermenATR/KBPN Nomor 18/2021 tentang Tata Cara Penetapan HPL dan HAT;
14. PermenATR/KPN Nomor 12/2021 tentang Pertimbangan Teknis Pertanahan;
SOSIALISASI PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

INTERNAL :
1. Pejabat Tinggi Madya, Pejabat Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, MATERI :
Pejabat Pengawas dan Pejabat Fungsional Umum di Lingkungan
Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan ; Ø PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
2. Pejabat Tinggi Pratama pada Direktorat Jenderal di Lingkungan MELIPUTI PENGKAJIAN AKAR MASALAH DAN
Kementerian ATR/BPN, Staf Khusus, Kepala Pusat Pengembangan dan RENCANA PENCEGAHAN (INTERNAL DAN
Standarisasi Kebijakan, Plt. Kepala Biro Hukum; EKSTERNAL)
PESERTA 3. Para Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi seluruh Indonesia secara Ø PEMBAHASAN DRAFT RAPERMEN
KEGIATAN daring; dan PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
INI 4. Para Kepala Bidang Pengendalian dan Penanganan Sengketa Kantor Ø PENYUSUNAN RENAKSI DAN
BERJUMLAH Wilayah Badan Pertanahan Nasional seluruh Indonesia. PENANDATANGAN BERITA ACARA RENCANA
AKSI PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
126 YANG
TERDIRI EKSTERNAL:
DARI : Ø Pejabat Tinggi Pratama pada Kementerian Dalam Negeri RI,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Kementerian
BUMN RI, Direktur Pembinaan Peran Serta Masyarakat KPK, Direktur
Tindak Pidana Umum Bareskrim POLRI, Ketua Umum Asosiasi HASIL KELUARAN :
Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Ketua IPPAT Pusat dan BERITA ACARA RENCANA AKSI PENCEGAHAN KASUS
Ketua Tim Peneliti Kontrak Swakelola Universitas Indonesia. PERTANAHAN (DITANDATANGANI OELH SELURUH
PESERTA RAPAT)
TINDAK LANJUT SOSIALISASI PENCEGAHAN KASUS
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

DITJEN VII Kanwil Kantah

Sosialisasi Pencegahan kasus Sosialisasi Pencegahan kasus


BA Rencana Aksi pertanahan oleh Kanwil terdiri dari pertanahan oleh Kantah terdiri dari
Tingkat Pusat Internal BPN maupun Eksternal Internal BPN maupun Eksternal
(pihak terkait Pemda, (pihak terkait Pemda,
Kejaksaan/TNI/Polri/, PPAT, Tokoh Kejaksaan/TNI/Polri/, PPAT, Tokoh
Masy., LSM, Akademisi, dll) Masy., LSM, Akademisi, dll)
Penyusunan rekomendasi
pencegahan sengketa, konflik dan
perkara pertanahan tingkat Pusat Output : Output :
BA Renaksi Pencegahan BA Renaksi Pencegahan

Penyusunan rekomendasi pencegahan Penyusunan rekomendasi pencegahan


SKP pertanahan oleh Kanwil kepada SKP pertanahan oleh Kantah kepada
Output : Surat Rekomendasi pihak2 yang berkontribusi terhadap pihak2 yang berkontribusi terhadap
pencegahan kasus pertanahan timbulnya kasus pertanahan timbulnya kasus pertanahan
Output: Surat Rekomendasi Output: Surat Rekomendasi

Evauasi pencegahan SKP pertanahan


Output : Laporan evaluasi pencegahan SKP pertanahan yang disampaikan secara berjenjang kepada Ditjen VII, Itjen, Ditjen Teknis

54
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai