MENTERI ATR/KBPN
1.Percepatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap;
2.Penyelesaian Sengketa dan
Konflik Agraria;
3.Pengembangan Ibukota Negara
(IKN).
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 16 TAHUN 2020 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGRARIA
DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Direktorat Jenderal Penanganan Konflik dan Sengketa Pertanahan, Direktorat Pencegahan dan Penanganan Konflik
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan di Pertanahan, menyelenggarakan fungsi diantaranya :
bidang penanganan dan pencegahan sengketa dan konflik penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan
pertanahan, serta penanganan perkara pertanahan sesuai dengan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; .
1. pelaksanaan identifikasi dan pemetaan pencegahan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
sengketa, konflik dan perkara pertanahan;
(Pasal 440) 2. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan instansi
atau lembaga terkait dalam rangka pencegahan, serta
penanganan dan penyelesaian konflik kelompok
Direktorat Penanganan Sengketa Direktorat Penanganan masyarakat dan tanah ulayat, konflik instansi
Pertanahan, menyelenggarakan Perkara Pertanahan pemerintah/ pemerintah daerah/BUMN/BUMD;
fungsi diantaranya pelaksanaan menyelenggarakan fungsi 3. pelaksanaaan koordinasi dan kerja sama dengan
identifikasi, pengkajian dan instansi atau lembaga terkait untuk pengumpulan data
diantaranya pelaksanaan
informasi strategis dalam rangka pencegahan sengketa,
pemetaan masalah dalam upaya identifikasi, pengkajian, dan
konflik dan perkara pertanahan;
mencari akar masalah sebagai pemetaan masalah dalam 4. pelaksanaaan koordinasi dan kerja sama dengan
bahan penyusunan kebijakan upaya mencari akar masalah instansi atau lembaga terkait dalam upaya melakukan
pencegahan sengketa penetapan sebagai bahan penyusunan langkah-langkah pencegahan sengketa, konflik dan
hak dan pendaftaran tanah, kebijakan pencegahan perkara pertanahan. (PASAL 475)
sengketa batas tanah, sengketa perkara pertanahan;
penguasaan dan pemilikan tanah. (PASAL 465)
(PASAL 455)
1. Tersedia database sengketa, Konflik, Perkara;
SUBYEK KASUS PERTANAHAN 2. Penetapan TO Mudah;
Penerapan Sistem
3. Perencanaan anggaran lebih akurat;
Informasi Sengketa Konflik
4. Monitoring Pelaksanaan Penanganan;
Percepatan Perkara 5. Evaluasi Penyelesaian lebih mudah;
Penanganan Kasus (JUSTISIA) 6. Waktu Penyelesaian dapat terukur;
7. Hasil lebih akurat
SENGKETA
perselisihan tanah antara orang
perseorangan, badan hukum, atau lembaga
yang tidak berdampak luas
.
KONFLIK
perselisihan tanah antara orang
perseorangan, kelompok, golongan,
organisasi, badan hukum, atau lembaga
R KASUS yang mempunyai kecenderungan atau
sudah berdampak luas
PERKARA
perselisihan tanah yang penanganan dan
penyelesaiannya melalui lembaga peradilan
INVENTARISASI SENGKETA KONFLIK PERKARA
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Sengketa 12.089 kasus Sengketa Selesai 7.956 kasus Sisa Kasus sengketa 4.188 kasus
Konflik 893 Kasus Konflik Selesai 189 kasus Sisa Kasus Konflik 704 kasus
Perkara 13.330 Kasus Perkara Putus 9.945 kasus Sisa Kasus Perkara 3,229 kasus
Total Kasus 26.282 Kasus Total Selesai 18.084 kasus Total Sisa 8.121 kasus
1. Persepsi Status tanah (Tanah Negara, Tanah Hak, Tanah Ulayat) yang beragam dengan aturan
yang beragam;
2. Dokumen bukti penguasaan tanah atau alas hak penguasaan tanah beragam;
3. Implementasi prinsip prinsip hukum adat (rechts verwerking, horizontal scheiding);
4. Dinamika perubahan wilayah administrasi pemerintahan
5. Persepsi Hak Keperdataan
6. Pelaksana/Petugas BPN, APH dan Lembaga lain terkait.
7. Peradilan yang memeriksa sengketa pertanahan.
Perlu kajian terhadap sistem hukum. Lawrence M Friedman mengemukakan bahwa efektif dan berhasil
tidaknya penegakan hukum/penyelesaian masalah hukum tergantung 3 unsur dalam sistem hukum yakni Legal
Structure, Legal Substance dan Legal Culture. Legal Struktur menyangkut Pelaksana Hukum dalam hal ini;
apparat BPN, apparat Penegak Hukum dan Lembaga yang terkait; Legal Substance ; Peraturan Perundangan
Undangan yang berlaku dan Legal Culture (Budaya Hukum) yang merupakan hukum yang hidup (living law)
yang dianut masyarakat.
Ø Kementerian atau Kantor Wilayah sesuai kewenangannya tidak dapat membatalkan Produk
Hukum baik karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis maupun sebagai pelaksanaan
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam hal:
a. hak atas tanah objek Sengketa/Perkara telah beralih kepada pihak ketiga;
b. pihak ketiga sebagai pemegang hak terakhir tidak menjadi pihak dalam Perkara; dan
c. pihak ketiga memperoleh hak atas tanah tersebut dengan itikad baik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum adanya Perkara.
Pembatalan karena cacat administrasi terhadap produk hukum sudah lewat jangka waktu 5 (lima)
tahun tidak dapat dilakukan, sehingga harus melalui putusan pengadilan, kecuali masalah
tumpang tindih sertipikat
PEMBATALAN PRODUK HUKUM
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
KEWENANGAN PEMBATALAN:
Ø Pembatalan Produk Hukum karena cacat administrasi dan/atau cacat yuridis dalam hal Penanganan
Kasus telah dilakukan Kementerian atau Kantor Wilayah sesuai kewenangannya sesuai tahapan
Penanganan Kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), tidak diperlukan usulan dari
Kepala Kantor Wilayah dan/atau Kepala Kantor Pertanahan.
Ø Permohonan Pembatalan Produk Hukum untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap diajukan oleh pihak pemenang Perkara melalui Kepala Kantor
Pertanahan.
Ø Kepala Kantor Pertanahan mengusulkan permohonan Pembatalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) kepada:
a. Menteri dalam hal Pembatalan merupakan kewenangan Menteri melalui Kepala Kantor
Wilayah;
b. Kepala Kantor Wilayah dalam hal Pembatalan merupakan kewenangan Kepala Kantor
Wilayah dengan tembusan kepada Menteri.
PEMBATALAN PRODUK HUKUM
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
PENYEBAB PEMBATALAN PRODUK HUKUM KARENA CACAT ADMINISTRASI DAN/ATAU CACAT YURIDIS
1. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan hak atas tanah, pendaftaran hak dan proses pemeliharaan data
pendaftaran tanah;
2. Kesalahan dalam proses/prosedur pengukuran;
3. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan sertipikat pengganti;
4. Kesalahan dalam proses/prosedur penerbitan sertipikat Hak Tanggungan;
5. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;
6. Kesalahan subjek hak;
7. Kesalahan objek hak;
8. Kesalahan jenis hak;
9. Tumpang tindih hak atas tanah;
10. Tumpang tindih dengan kawasan hutan;
11. Kesalahan penetapan konsolidasi tanah
12. Kesalahan penegasan tanah objek landreform;
13. Kesalahan dalam proses pemberian izin peralihan hak;
14. Kesalahan dalam proses penerbitan surat keputusan Pembatalan;
15. Terdapat putusan pengadilan pidana berkekuatan hukum tetap yang membuktikan adanya tindak pidana pemalsuan,
penipuan, penggelapan dan/atau perbuatan pidana lainnya;
16. Terdapat dokumen atau data yang digunakan dalam proses penerbitan sertipikat bukan produk instansi tersebut
berdasarkan surat keterangan dari instansi yang bersangkutan;
17. Terdapat putusan pengadilan yang dalam pertimbangan hukumnya terbukti terdapat fakta adanya cacat dalam penerbitan
produk hukum Kementerian dan/atau adanya cacat dalam perbuatan hukum dalam peralihan hak tetapi dalam amar
putusannya tidak dinyatakan secara tegas.
PERDAMAIAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Dalam menyelesaikan konflik pertanahan, perlu memperhatikan berbagai aspek, namun ada 3 hal yang
sangat penting dalam mempertimbangkan apakah klaim pengadu dapat dipertimbangkan atau tidak,
yaitu :
DASAR KLAIM
Alas hak/bukti penguasaan atau kepemilikan tanah yang
digunakan sebagai dasar klaim oleh pengadu, antara lain
berupa Sertipikat, Girik, SKT, dll (ada atau tidak, ada tetapi tidak
menunjuk pada objek yang diklaim).
PENGUASAN FISIK
Penguasaan fisik tanah (penggunaan/pemanfaatan, berapa
lama telah menguasai tanah, apakah yang menguasai sekarang
adalah masyarakat yang sejak lama tinggal di situ dan
mempunyai hubungan hukum atau masyarakat pendatang).
STATUS TANAH
Status tanah objek sengketa :
§ HGU masih berlaku haknya (diusahakan dengan baik atau
diterlantarkan).
§ HGU sudah berakhir haknya (dimohonkan perpanjangan atau tidak, masih
diusahakan atau tidak)
§ HGU aset pemerintah
Klaim + Klaim +
Penguasaan - Penguasaan -
Klaim - Klaim -
Penguasaan + HGU Penguasaan +
Aktif Tdk
aktif
Klaim + Klaim +
Penguasaan + Penguasaan -
Klaim - Klaim -
Penguasaan - Penguasaan -
Permasalahan Tanah Aset
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Bangunan kantor/rumah
Lebih baik
mencegah dari
pada Konflik
terjadi
Mekanisme Penanganan Perkara
Letak, luas batas tanah Tanah obyek perkara telah Putusan sama sekali tidak Alasan lain
obyek perkara yang berubah menjadi tanah berhubungan dengan yangsah
disebut dalam amar negara atau haknya telah obyek yang dimohon
putusan dan /atau hapus pembatalan
pertimbangan hukum
berbeda dengan letak,
luas, dan batas bidang
tanah yang dieksekusi
Pembatalan Produk Hukum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Pelaksanaan putusan PTUN dan /atau PN menyatakan batal hak atas tanah
atau sertipikat tanah instansi pemerintah tanpa melibatkan pengguna aset
dan pengelola aset sebagai pihak dalam perkara maka pembatalan hak atau
sertipikat tanah dilakukan setelah penghapusan aset dari pengguna dan
/atau persetujuan pengelola aset
Pembatalan Produk Hukum
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Hal – Hal Berkaitan Dengan Pembatalan Hak Tanah Aset Badan Pertanahan Nasional
Negara
Apabila instansi pengguna aset dan instansi pengelola aset sebagai pihak
dalam perkara, Kementerian /Kanwil menyampaikan Keputusan Pembatalan
Hak /Sertipikat
Apabila instansi pengguna aset dan instansi pengelola aset tidak sebagai pihak dalam
perkara, Kementerian Kanwil menyampaikan pemberitahuan putusan pengadilan yang
membatalkan hak/sertipikat kepada pengguna aset dan pengelola aset untuk dapat
ditindaklanjuti dengan penghapusan aset
Dalam Hal Hak Atas Tanah Dibebani Hak Tanggungan, Maka Hak Badan Pertanahan Nasional
Mafia Tanah adalah individu kelompok dan atau badan hukum yang melakukan
tindakan dengan sengaja untuk perbuatan kejahatan yang dapat menimbulkan kasus
pertanahan
MoU Kementerian ATR/BPN dgn Pedoman Kementerian Kerja SKB Dirjen VII dan Kabareskrim
POLRI No. 3/SKB/III/2017 dan No. ATR/BPN dan POLRI No. 26/SKB- No. 34/SKB-800/V/2018 dan No.
B/26/III/2017 tgl 17 Mar 2017 ttg 900/VI/2017 dan No. 49/VI/2017 ttg B/01/V/2018/ Bareskrim tgl 8 Mei
Kerjasama di Bid Agraria/ Kerjasama di Bid Agraria/ 2018 ttg Penunjukan Tim Terpadu
Pertanahan dan Tata Ruang Pertanahan dan Tata Ruang
Penanganan Kejahatan Pertanahan dimulai sejak tahun 2018 hingga sampai saat ini. Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah menentukan target operasi yang harus diselesaikan oleh
tim Satgas Pencegahan dan Penyelesaian Kejahatan Pertanahan setiap tahun. Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mengadakan 2 (dua) kali setiap tahun kegiatan rapat koordinasi
Bersama dengan POLRI (sejak tahun 2021 melibatkan Kejaksaan Agung RI sebagai Tim Satgas),
antara lain:
1. Rapat Pra Ops Pencegahan dan Penyelesaian Kejahatan Pertanahan, kegiatan ini bertujuan untuk
menyetujui target operasi yang diusulkan oleh Tim Satgas Wilayah
2. Rapat Koordinasi Pencegahan dan Penyelesaian Kejahatan Pertanahan, kegiatan ini bertujuan untuk
mengevaluasi penanganan terhadap target operasi yang telah disetujui pada kegiatan Pra Ops
TIMELINE PENANGANAN MT/KEJAHATAN PERTANAHAN
Syarat:
1. Penanganan TO ditargetkan selesai dalam 1 tahun dengan target
1. Memperhatikan ketentuan dalam pasal 76,78 dan 79 KUHP tentang Daluwarsa
penyelesaian:
Penuntutan
1. Polri pada tahap p21
2. Terhadap adanya dugaan tindak pidana penyerobotan, agar diperhatikan
2. Bpn penyelesaian K1/k2/k3
waktu penyelesaian (P21) dalam tahun anggaran berjalan apabila tanah
2. Apabila tidak dapat selesai dalam 1 tahun, dilanjutkan pada
tersebut menjadi obyek perkara di pengadilan perdata terkait kepemilikan
tahun berikutnya dengan menggunakan anggaran rutin
3. Mengutamakan obyek permasalahan dengan kepentingan masyarakat
pada masing-masing (Polri dan Kementerian ATR/BPN) dan
(berdampak sosial luas) dan/atau memiliki nilai ekonomis tinggi
hasil akhirnya dilaporkan kepada Ditjen PSKP Kementerian
4. Penyelesaian tidak dengan Restorative Justice
ATR/BPN Cq Dit. PPKP dan Bareskrim Polri Cq Dittipidum
Penentuan TO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
Penanganan TO
- Supervisi
- Rapat Koordinasi
- Gelar Perkara
MEKANISME PELAPORAN KEJAHATAN PERTANAHAN (1)
Laporan/
pengaduan MT
Masyarakat Kejahatan
Pertanahan
S/K/P Bidang 5
MEKANISME PELAPORAN KEJAHATAN PERTANAHAN (2)
Mediasi Pasal 55
Penyertaan
Permufakaatan
Pengaduan/ Kaji oleh Jahat
Laporan Satgas Perdata (Psl 88 KUHP) Pasal 56
Fasilitasi
Kejahatan
Terindikasi
MT
Tindak Pidana Pokok
- 263, 266, 264 KUHP
Pidana - 167, 385 KUHP
- 372, 378 KUHP
2 3 4
Pemalsuan dokumen terkait Mengajukan permohonan sertipikat
1 tanah seperti kartu eigendom, Merubah/ menggeser/
pengganti karena hilang padahal
Kepala Desa membuat Salinan Kikitir/Girik, Surat Keterangan menghilangkan patok
sertipikat tidak hilang dan masih
girik, membuat surat keterangan Tanah, SK Redistribusi Tanah, tanda batas tanah
dipegang oleh pemiliknya sehingga
tidak sengketa, membuat surat Tanda Tangan SuratUkur, mengakibatkan beredarnya 2 (dua)
keterangan penguasaan fisik sertipikat di batas bidang tanah yg
atau membuat surat keterangan sama
tanah lebih dari satu kepada 5 6
beberapa pihak untuk bidang
Memprovokasi masyarakat Dengan sengaja menggunakan jasa
tanah yg sama
petani/penggarap untuk preman untuk kuasai fisik objek
mengokupasi atau tanah milik orang lain yang sudah
mengusahakan tanah secara bersertipikat, memagarnya dan
illegal di atas perkebunan menggemboknya kemudian
HGU baik yang akan mendirikan bangunan di atasnya,
berakhir maupun yang masih dan ketika ada pengaduan dari masy
berlaku pemilik tanah, mereka berdalih telah
menguasai fisik tanah sejak lama
PRAKTEK-PRAKTEK KEJAHATAN PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
7 28 3 9 4 10
Dilakukan secara terorganisir Pelaku menentukan target Perubahan data yuridis Pelaku yang notabene
1 mulai dari pihak pendana, berupa tanah kosong yang dan data fisik sertipikat dekat dengan korban
pelaku aktor utamanya yang ditinggalkan pemiliknya dan yang telah diterbitkan bekerja sama dengan
melibatkan oknum pejabat mendapatkan informasi tanpa adanya dokumen oknum notaris/PPAT yang
notaris/PPAT serta oknum ASN terkait bidang tanah tersebut permohonan serta telah menyiapkan figur
Pemerintahan dan ada juga dari oknum petugas Kantor lampiran Warkah berperan sebagai korban
hadirnya sosok figur yang ATR/BPN. Selanjutnya Sertipikat bahkan kemudian membuat akta
dimainkan oleh para pelaku. oknum pegawai BPN
Modus yang dilakukan dengan 25 meminta slot sertipikat hasil 6 tersebut telah
isinya seakan-akan benar
telah terjadi peralihan
PTSL yang sudah
disertai pembuatan surat atau melakukan akses atau pemberian kuasa
ditandatangani namun belum
dokumen palsu yang illegal (tanpa ijin) hak untuk mengalihkan
diserahkan kepada.
digunakan untuk mengambil terhadap akun pegawai kepada pelaku sehingga
Kemudian memasukkannya
alih asset berupa tanah dan BPN tanpa diketahui bisa dengan mudah
ke dalam sistem KKP untuk
bangunan milik korbannya oleh si pemilik akun mengambil alih aset
dicatatkan dengan menyalahi
untuk mendapatkan (tanah dan bangunan)
prosedur
keuntungan milik korban menjadi milik
pelaku
PRAKTEK-PRAKTEK KEJAHATAN PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Lebih baik
mencegah dari
pada Konflik
terjadi
PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
TUJUAN:
Agar Sengketa Konflik & Perkara Pertanahan
CARA : Tidak Terjadi/Tidak Berulang
1. Penelitian & Kajian strategis akar masalah
penyebab timbulnyaSKP tanah, untuk
analisis evaluasi dan bahan pengambilan KEGIATAN :
kebijakan yang mencegah terjadinya SKP; 1. Penelitian dan pengkajian penyebab
2. Sosialisasi hukum, aturan, kebijakan PENCEGAHAN timbulnya SKP tanah, analisis evaluasi
pertanahan melibatkan berbagai stake kebijakan yang mencegah terjadinya
SENGKETA KONFLIK
holder membangun kesadaran hukum (law SKP;
PERKARA 2. Penyiapan Regulasi/Kebiijakan
aquintance, law awareness, law attitude ke
dalam dan keluar ) Mencegah Timbulnya SKP berulang.
3. Aktif membangun informasi strategis, 3. Sosialisasi hukum, aturan, kebijakan
bekerjasama dengan instansi terkait hal pertanahan 33 Prov (Pemprov, Kab,
terjadinya konfik untuk penangan awal SASARAN: Camat, Lurah, Desa, Polda, Polres,
lebih cepat 1. Berkurang Terjadinya/Berulangnya Polsek, Babinkamtibnas, BINDA);
Sengketa Konflik & Perkara 3. Rapat koordinasi dengan BIN. BINDA
Pertanahan;
2. Prioritas pada tipologi
sengketa/konflik/perkara yang tren
tertinggi;
SUBYEK KASUS
PENCEGAHAN PERTANAHAN
KASUS PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Pola Obyek
Pencegahan SKP
Ditjen 1 Ditjen 4
Pengkajian
Akar Masalah
Berkurangnya
Kasus
Pertanahan
Evaluasi Oleh
ØDitjen Teknis Sosialisasi Rekomendasi
Pencegahan Kasus Kebijakan
ØItjen Pencegahan
Regulasi
Kebijakan ØDitjen PSKP Internal & Eksternal Sengketa Konflik dan
Perkara Pertanahan
MELAYANI, PROFESIONAL, TERPERCAYA 50
PENGUATAN REGULASI KEBIJAKAN DI BIDANG PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
Layanan Elektronik
1. Permen ATR/KBPN Nomor 3/2019 tentang Tanda Tangan Elektronik;
2. Permen ATR/KBPN Nomor 7/2019 tentang Perubahan Kedua atas PMNA Nomor 3 Tahun 1997;
3. PermenATR/KBPN Nomor 5/2020 tentang HT Elektronik;
4. Juknis Nomor 2/2020 tentang HT Elketronik;
5. PermenATR/KBPN Nomor 19/2020 tentang Layanan Informasi Pelayanan Eletronik;
6. PermenATR/KPBN Nomor 1/2021 tentang Sertipikat Elektronik
7. Juknis Layanan Informasi Pertanahan dan Tata Ruang Secara Elektronik Nomor 5/Juknis-100.HK.02/VIII/2021.
PTSL
Juknis Nomor 1/Juknis-100.HK.02/VIII/2021 tentang PTSL
Kebijakan P3MB/Prk5
PermenATR/KBPN Nomor 3/2020 tentang P3MB/Prk5
PENGUATAN REGULASI KEBIJAKAN DI BIDANG PERTANAHAN
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
INTERNAL :
1. Pejabat Tinggi Madya, Pejabat Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, MATERI :
Pejabat Pengawas dan Pejabat Fungsional Umum di Lingkungan
Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan ; Ø PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
2. Pejabat Tinggi Pratama pada Direktorat Jenderal di Lingkungan MELIPUTI PENGKAJIAN AKAR MASALAH DAN
Kementerian ATR/BPN, Staf Khusus, Kepala Pusat Pengembangan dan RENCANA PENCEGAHAN (INTERNAL DAN
Standarisasi Kebijakan, Plt. Kepala Biro Hukum; EKSTERNAL)
PESERTA 3. Para Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi seluruh Indonesia secara Ø PEMBAHASAN DRAFT RAPERMEN
KEGIATAN daring; dan PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
INI 4. Para Kepala Bidang Pengendalian dan Penanganan Sengketa Kantor Ø PENYUSUNAN RENAKSI DAN
BERJUMLAH Wilayah Badan Pertanahan Nasional seluruh Indonesia. PENANDATANGAN BERITA ACARA RENCANA
AKSI PENCEGAHAN KASUS PERTANAHAN
126 YANG
TERDIRI EKSTERNAL:
DARI : Ø Pejabat Tinggi Pratama pada Kementerian Dalam Negeri RI,
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Kementerian
BUMN RI, Direktur Pembinaan Peran Serta Masyarakat KPK, Direktur
Tindak Pidana Umum Bareskrim POLRI, Ketua Umum Asosiasi HASIL KELUARAN :
Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Ketua IPPAT Pusat dan BERITA ACARA RENCANA AKSI PENCEGAHAN KASUS
Ketua Tim Peneliti Kontrak Swakelola Universitas Indonesia. PERTANAHAN (DITANDATANGANI OELH SELURUH
PESERTA RAPAT)
TINDAK LANJUT SOSIALISASI PENCEGAHAN KASUS
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
54
TERIMA KASIH