Anda di halaman 1dari 32

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PERMAINAN BOLA

VOLLY DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMK 3 TASIKMALAYA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Oleh,
HILMAN FAJAR MAULANA
222191036
22 A

PENDIDIKAN JASMANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan jasmani pada hakikat nya adalah proses pendidikan
yang memmampaat kan fisik untuk menghasilkan perubahan holistik
dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional.Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai
seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Salah satu olahraga yang di pelajari di pendidikan jasmani yaitu
bola voli. Bola voli adalah permainan tim atau beregu untuk yang
bertujuan untuk memasukan bola ke daerah lawan melewati suatu
rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan
dengan mematikan bola itu di daerah lawan (Yunus,1992 : 1). Peranan
bolavoli tidak lagi hanya sebagai olahraga rekreasi, namun telah
berkembang menjadi bagian dari olahraga pendidikan dan olahraga
prestasi atau olahraga pertandingan. Menurut Djoko Pudjihidajat (2008).
Bola voli adalah olahraga tim (Olimpiade) dimana dua tim terdiri
dari 6 pemain aktif, tiap tim dipisahkan oleh net. Setiap tim mencoba
untuk membuat poin dengan cara menjatuhkan bola ke lapangan lawan
yang diselenggarakan di bawah aturan. Tata cara permainannyasebagai
berikut: pemain di salah satu tim mencoba untuk servis bola (melempar
atau melepaskannya dan kemudian memukul dengan tangan atau lengan),
dari belakang bagian belakang garis batas dari lapangan pertandingan,
melewati atas net dan ke dalam lapangan lawan. Tim lawan tidak boleh
membiarkan bola tersebut menyentuh lapangan. Perkembangan tersebut
mengakibatkan karakteristik permainan bola voli sebagai olahraga prestasi
semakin menonjol.
Pembelajaran koomperatf jigsaw pertama kali di kembangkan dan
di uji coba kan oleh Eliot Aronson dan kawan kawan di universitas Texas,
dan kemudian di adaptasi oleh Slavin di universitas jhon
hopkins(Arens,1997). Tipe mngajar jigsawdi kembangkan, sebagi metode
coopratif learning. Tipe cocok untuk semua kelas.
Jigsaw adalah suatu struktur multi fungsi struktur kerjasama
belajar. Jigsaw dapt di gunakan dalam beberapa hal untuk mencapai
beberapa tujuan tetapi terutama di gunakan untuk presentasi dan
mendapatkan materi baru, struktur ini menciptakan saling
ketergantungan.pembelajaran koopratif tipe jigsaw adalah suatu metode
pembeljaran yang di dasarkan pada bentuk struktur multi fungsi kelompok
belajar yang dapat di gunakan pada semua pokok bahasan dan semua
tingkatan untuk mengembangkan ke ahlian dan ke terampilan setaip
kelompok. Menurut Isjoni (2009:77) pembelajaran kooperatif type jigsaw
salah satu tipe pembelajaran koopratif yang mendorong siswa aktif dan
saling membangtu dalam menguasai materi pembelajarn untuk mencapai
prestasi yang maksimal.
Agar memperkuat asumsi bahwa permainan bolavoli merupakan
salah satu wahana mendidik, maka penulis melakukan penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran tipe Jigsaw ke dalam permaianan bola
voli pada siswa kelas 11 di smk 3 tasikmalaya.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telai diuraikan di atasa dapat di susun
Rumusan maslah sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan motivasi proses pembelajaran bola voli siswa
kelas XI smk 3 tasikmalaya melalui model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw.
2. Bagaimana peningkatan kemampuan bola voli siswa kelas XI smk 3
tasikmalaya melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penelitian sebagai berikut.
1. Meningkatkan proses motivasi pembelajaran bola voli siswa kelas XI
smk 3 tasikmalaya melalui model pembeljaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Meningkatkan kemampuan bola voli siswa smk 3 tasikmlaya melalui
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
D. Mamfaat penelitian
Dengan adaya penelitian peningkatan pembelajaran bola voli siswa kelas
XI amk 3 tasikmalaya melalui metode kooperatif tipe jigsaw meliki
manfaat sebagai berikut:
1. Siswa dapat lebih mehami materi bola voli dengan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Menciptakan peningkatan belajar pada pembelajaran bola voli.
3. Guru dapat memberikan satu alternatif pemecahan dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
4. Siswa dapat lebih menyukai cabang olahraga bola voli.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Motivasi
a. Pengertian Motivasi
(Menurut Usman, 2013 : 276) Motivasi ialah dorongan yang
dimiliki seseorang untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah
kebutuhan(need), keinginan(wish), dorongan(desire) atau impuls.
Motivasi merupakan dorongan yang dimiliki seorang individu yang dapat
merangsang untuk dapat melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang
menjadi dasar atau alasan seseorang untuk berperilaku atau melakukan
sesuatu. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai dorongan yang terdapat
pada diri seseorang sehingga ia terdorong untuk melakukan suatu kegiatan
yang berkaitan dengan suatu pekerjaan.
Motivasi belajar dalam suatu pembelajaran adanya motivasi sangat
diperlukan oleh setiap siswa. Pembelajaran tidak akan berjalan dengan
baik apabila siswa tidak memiliki motivasi belajar. Motivasi belajar sangat
memegang peran penting dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai suatu
hal yang dapat menumbuhkan semangat untuk belajar, rasa senang dalam
mengikuti pelajaran, rasa tertarik terhadap suatu mata pelajaran, dan rasa
igin tahu yang tinggi terhadap suatu hal yang belum dipahami oleh siswa.
Siswa yang belajar dengan motivasi yang tinggi, akan melaksanakan
kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh dan semangat. Begitu pula
sebaliknya, apabila siswa belajar dengan motivasi yang rendah maka siswa
tersebut akan malas dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Motivasi
itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang dimiliki oleh
seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu agar mencapai sebuah
tujuan. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Motivasi memiliki peran penting
dalam pembelajaran. Motivasi ini memiliki pengaruh yang besar terhadap
proses belajar siswa
Sardiman mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar. Motivasi akan dapat
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan dapat memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dihendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor pesikis bersifat non-
intelektual.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar adalah semua hal yang menunjukkan pada proses gerak
dan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan proses perubahan
tingkah laku yang menyangkut kegiatan belajar sehingga tujuan subjek
belajar tercapai. Dikaitkan dengan kegiatan belajar, motivasi menjadi
pendorong bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Adanya motivasi
belajar akan membuat siswa melakukan tindakan yang mengarah kepada
tujuan belajar.
b. Ciri-ciri atau Indicator Motivasi
Siswa yang telah termotivasi dalam belajar dapat dilihat dari ciri-
ciri siswa tersebut. Menurut Sardiman motivasi yang ada pada diri setiap
orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas.
Siswa rajin dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan
setiap mendapat tugas siswa mengerjakan tugas tersebut sampai selesai
maka siswa tersebut telah memenuhi salah satu ciri dari siswa yang
termotivasi dalam belajar
2) Ulet menghadapi kesulitan.
Siswa yang termotivasi dalam belajar salah satunya dapat
ditunjukan saat siswa tersebut menemui kesulitan dalam mengerjakan
tugas, soal, maupun belajar kemudian permasalahan tersebut
dipecahkan sampai menemukan solusinya dan siswa tersebut
memahaminya.
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
Siswa senang dengan permasalahan atau isu-isu yang ada di
lingkungan sekitar maupun di lingkungan global yang berasal dari
media massa maupun media lainnya dan mencoba menganalisis untuk
mencari solusi pemecahan masalah.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
Siswa yang termotivasi dalam belajarnya juga dapat ditunjukkan
apabila siswa terebut lebih senang belajar secara individual maupun
secara kelompok tanpa ketergantungan dengan guru. Sehingga siswa
dapat mengembangkan kreativitas berfikirnya.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
Siswa yang termotivasi dalam belajar maka akan cepat bosan pada
tugas-tugas rutin dan materi-materi yang sama setiap pertemuannya.
Karena siswa yang termotivasi dalam belajar maka akan senang
dengan hal-hal baru yang setiap dijumpainya dan rasa ingin tahu
dengan hal-hal yang belum diketahuinya.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya.
Siswa dapat mempertahankan pendapatnya dan yakin bahwa
pendapatnya itu benar sehingga tidak akan melepaskannya maka siswa
tersebut termasuk siswa yang percaya diri dan sangat termotivasi
dalam belajar. Siswa yang yakin dengan pendapatnya merupakan bukti
bahwa siswa tersebut telah banyak belajar dan membaca.
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.
Suatu hal yang telah diyakini tidak akan dilepaskan oleh siswa hal
tersebut biasanya telah dikuasai atau dipahaminya. Penguasaan atau
pemahaman itu diperoleh dari banyak membaca dan belajar, hal
tersebut karena siswa telah termotivasi dalam belajar.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Siswa yang termotivasi dapat terlihat apabila siswa tersebut senang
mencari dan memecahkan soal-soal sendiri bukan hanya karena
permintaan dari guru. Siswa yang termotivasi dalam belajar senang
akan hal-hal baru dan tertarik dengan permasalahanpermasalahan yang
ada untuk dipecahkan.
c. Fungsi Motivasi Dalam Pembelajaran
Motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, karena
dengan tingginya motivasi siswa dapat memberikan banyak manfaat.
Berikut fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik, yaitu: 1) Mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan
timbul suatu perbuatan seperti belajar; 2) Motivasi berfungsi sebagai
pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang
diinginkan; 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak seperti mesin bagi
mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan.
Sardiman mengemukakan bahwa fungsi motivasi ada tiga, yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di
capai. Motivasi memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuan.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang
akan dikerjakan dan menyisihkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak
bermanfaat.
Menurut Hamzah peranan penting motivasi dalam belajar dan
pembelajaran antara lain: 1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan
penguat belajar; 2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; 3)
Menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar; dan 4)
Menentukan ketekunan belajar
Berdasarkan fungsi atau peranan motivasi di atas dapat
disimpulkan bahwa fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Adanya motivasi yang baik dalam
belajar akan menunjukkan hasil yang memuaskan. Dengan kata lain,
adanya usaha yang tekun terutama di dasari adanya motivasi, akan
membuat seseorang yang belajar akan mendapatkan hasil belajar yang
maksimal.
e. Macam-macam Motivasi
Menurut Sardiman jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya yaitu:
a. Motif-motif bawaan
Motif-motif bawaan adalah motivasi yang dibawa sejak
lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Motif-motif ini
seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis.
b. Motif-motif yang dipelajari
Motif-motif yang dipelajari merupakan motvasi yang
timbul katena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar,
dorongan untuk mengajar, dan lain-lain.
Kemudian bentuk motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Menurut Hamzah motivasi intrinsik timbulnya dari tidak
memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri
individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.
Oemar Hamalik berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah
motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan
dan tujuan-tujuan belajar. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang
timbul sendiri dari siswa sendiri, misalkan keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan
pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan lain-lain.
Menurut Elida Prayitno motivasi intrinsik adalah keinginan
bertindak yang disebabkan oeh faktor pendorong yang murni berasal
dari dalam individu dan tujuan tindakan itu terlibat di dalam tindakan
itu, bukan di luar tindakan tersebut. Kemudian Akyas Azhari
menjelaskan faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi instrinsik
antara lain: 1) Adanya kebutuhan; 2) Adanya pengetahuan tentang
kemajuan dirinya sendiri; 3) Adanya cita-cita atau aspirasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik
adalah motivasi yang hidup dan timbul dari dalam diri siswa dan
berguanadalam situasi belajar yang fungsional. Oleh karena itu,
pendidikan harus berusaha menimbulkan motivasi intrinsik kepada
siswa agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan minat siswa
terhadap bidang-bidang studi yang relevan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Menurut Hamzah motivasi ekstinsik timbul karena ada rangsangan
dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat
yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat
manfaatnya.
Menurut Oemar Hamalik motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Senada seperti
yang dikemukakan oleh Elida Prayitno motivasi ekstrinsik merupakan
keinginan bertingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsangan dari
luar atau karena adanya kekuasan dari luar. Motivasi ekstrinsik meliputi
aspek sarana belajar, lingkungan sekitar, dan guru.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpukan bahwa
motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang timbul karena faktor-
faktor dari luar. Motivasi ekstrinsik pada siswa ditunjukkan dengan
siswa yang belajar karena ingin mendapat perhatian, pujian, dan ingin
mendapat penghargaan atau hadiah. Setiap siswa tidak memiliki tingkat
motivasi yang sama, maka motivasi ekstrinsik diperlukan dan dapat
diberikan secara tepat.
2. Hakikat Kemampuam Permainan
a. Pengertian Kemampuan
Suharno, dkk (2000: 17) mengartikan kemampuan sebagai
keterampilan proses. Keterampilan proses, yaitu keterampilan yang
diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial
yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih
tinggi. Dengan berbekal keterampilan proses itu, siswa mampu mengikuti
interaksi dalam kegiatan berbahasa secara penuh.
Menurut Ubaidillah (2003) kemampuan adalah keterampilan untuk
mengeluarkan semua sumber daya internal, keunggulan, dan bakat agar
bisa mendatangkan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dari
pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa dengan adanya keterampilan
yang berkualitas tinggi dapat meningkatkan kemampuan seseorang.
Akhmad Sudrajad (2008) menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan. Setiap individu memiiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam
melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini memengaruhi potensi yang ada
dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan siswa
mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki agar mendapatkan hasil
belajar yang berkualitas tinggi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
merupakan motif yang terdapat dalam diri individu yang berwujud
keterampilan untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara
mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
b. Pengertian Permainan
Menurut Scott Kretchmar (1994: 208) definisi dari permainan yang
untuk terlibat dalam kegiatan diarahkan tentang sebuah spesifik keadaan
permainan. Dalam hal ini permainan juga memiliki aturan yang telah
ditentukan sebagai contoh aturan permainan yang akan dilakukan dan tata
cara permainannya. Filosofi bermain dalam pembelajaran pendidikan
jasmani di sekolah harus dipertimbangkan sebagai salah satu bagian dari
program untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Batasan mengenai permainan sangat luas dan sulit untuk
menemukan pengertian permainan secara nyata dan tepat dalam arti satu
batasan dapat mencakup seluruh pengertian permainan. Filosofi permainan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah harus dipertimbangkan
sebagai salah satu bagian dari program untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Filosofi permainan didefnisikan sebagai hasil dari sejarah
manusia yang turun temurun tentunya tanpa membedakan ras, kultur,
sosial, agama. Bercirikan aktifitas jasmani yang mengandung nilai-nilai
filosofis dalam setiap gerakannya.
Sukintaka (1998: 10) menyatakan bahwa dengan aktivitas
permainan akan terjadi sebabakibat, dan membandingkan arti permainan
dari berbagai bahasa di dunia menemukan unsurunsur bermain yaitu gerak,
sukarela, senang, dan sunggu-sungguh. Bermain merupakan aktivitas
jasmani yang dilakukan dengan sukarela dan bersungguh-sungguh untuk
memperoleh rasa senang dari melakukan aktivitas tersebut. Aktivitas
jasmani adalah gerak manusia itu sendiri yang berarti salah satu tanda
adanya bermain adalah adanya gerak/aktivitas jasmani seperti: jalan, lari,
lempar, lompat, berguling, memanjat, merangkak, menendang, memukul,
dan lainnya. Anak dapat beraktivitas jasmani dipastikan sudah melalui
aktivitas rohani. Sukarela mempunyai arti bahwa dalam permainan anak
melakukan aktivitasnya dengan menaati peraturan tanpa adanya paksaan
dari siapapun, karena aturan yang digunakan dalam permainan adalah
merupakan kesepakatan bersama. Sedangkan sungguh-sungguh berarti
dalam melakukan aktivitas permainan tersebut anak menggunakan segala
kemampuannya (fisik, teknik, taktik, dan psikis) untuk mengatasi segala
tantangan dan hambatan dalam situasi permainan tersebut.
3. Hakikat Permainan Bola Voli
a. Pengertian Bola Voli
Menurut Suharno yang dikutip Ariyani Lynda (2009: 22)
menyatakan bahwa bolavoli adalah olahraga beregu yang dimainkan oleh
dua regu yang masing-masing regu terdiri dari enam (6) orang, bermain di
lapangan dengan ukuran 18 x 9 meter, permainan dilakukan dengan cara
memantulkan bola ke udara hilir mudik dengan syarat pemain bersih dan
setiap pemain berusaha menjatuhkan bola ke lapangan lawan.
Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga
berbentuk memvoli bola di udara bolak-balik di atas jaring/net, dengan
maksud menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari
kemenangan. Memantulkan bola ke udara dapat menggunakan bagian
tubuh mana saja, asalkan perkenaannya harus sempurna. Permainan
bolavoli dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu terdiri dari
enam orang pemain.
Permainan bolavoli biasanya terdapat 4 peran penting pemain
yaitu,  tosser (setter), spiker (smash), libero dan defender (pemain
bertahan). Tosser atau pengumpan adalah orang yang bertugas untuk
mengumpankan bola kepada rekan-rekannya dan mengatur jalannya
permainan. Spiker bertugas untuk memukul bola agar jatuh di daerah
pertahanan lawan. Libero adalah pemain bertahan yang bisa bebas keluar
masuk tetapi tidak boleh men-smash bola ke seberang
net. Defender adalah pemain yang bertahan untuk menerima serangan dari
lawan. Dengan asas gotong-royong, kesenangan, dan kemampuan fisik,
permainan bola voli merupakan suatu alat untuk meningkatkan kesegaran
jasmani, kesehatan statis, dinamis dan prestasi bagi para pemain. Dengan
bermain bola voli akan berkembang unsur-unsur daya fikir, kemampuan,
dan perasaan. Disamping itu, kepribadian berkembang dengan baik
termasuk self control, disiplin, rasa kerja sama, dan rasa tanggung jawab
terhadap apa yang diperbuatnya.
Permainan bola di udara (reli) berlangsung secara teratur sampai
bola menyentuh lantai, “bola keluar” atau salah satu regu mengembalikan
bola secara sempurna. Dalam permainan bolavoli siapa saja yang
memenangkan reli mendapat angka (reli point scoring). Apabila regu
penerima servis memenangkan reli, ia mendapat angka dan berhak untuk
melakukan servis dan setiap pemain melakukan pergeseran satu posisi
menurut arah jarum jam.
b. teknik teknik dasar permainan bola voli
1) Servis
Menurut M. Yunus (1992: 69), servis merupakan pukulan
pembukaan untuk memulai suatu permainan sesuai dengan kemajuan
permainan, teknik saat ini hanya sebagai permukaan permainan, tapi
jika ditinjau dari sudut taktik sudah merupakan suatu serangan awal
untuk mendapat nilai agar suatu regu berhasil meraih kemenangan
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 20), servis adalah pukulan pertama yang
dilakukan dari belakang garis akhir lapangan permainan melampaui
net ke daerah lawan. Pukulan servis dilakukan pada permulaan dan
setiap terjadinya kesalahan. Pukulan servis sangat berperan besar
untuk memperoleh poin, maka pukulan servis harus meyakinkan,
terarah, keras dan menyulitkan lawan. 14 Menurut beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan servis adalah pukulan pertama ke daerah
lawan yang dilakukan dari belakang garis untuk memulai sesuatu
permainan bola voli.
2) Passing
Passing adalah upaya seorang pemain dengan menggunakan suatu
teknik tertentu untuk mengoperkan bola yang dimainkannya kepada
teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri (Nuril Ahmadi,
2007: 22).
Passing adalah mengoperkan bola kepada teman sendiri dalam satu
regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal untuk
menyusun pola serangan kepada regu lawan (M. Yunus, 1992: 79).
Teknik passing dibedakan lagi menjadi dua yaitu teknik passing atas
dan teknik passing bawah.
a. Passing atas
Cara melakukan teknik passing atas adalah jari-jari tangan
terbuka lebar dan kedua tangan membentuk mangkuk hampir
saling berhadapan. Sebelum menyentuh bola, lutut sedikit
ditekuk hingga berada di muka setinggi hidung. Sudut antara
sikut dan badan kurang lebih 45 derajat.
Bola disentuhkan dengan cara meluruskan kedua kaki
dengan lengan. Menurut Nuril Ahmadi (2007: 26-27)
memainkan bola dengan teknik passing atas dapat dilakukan
dengan berbagai variasi yaitu antara lain: a) passing atas ke arah
belakang lewat atas kepala, b) passing atas ke arah samping
pemain, c) passing atas sambil melompat ke atas, d) passing
sambil menjatuhkan diri kesamping, e) passing atas sambil
menjatuhkan diri ke belakang
b. Passing bawah
Passing bawah ini merupakan teknik dalam permainan
bolavoli yang mempunyai banyak fungsi dan kegunaan. Passing
bawah merupakan teknik dasar permainan bolavoli. Teknik ini
bisa digunakan untuk memulai penyerangan, mengantisipasi bola
datang tidak terduga, dan usaha- usaha penyelamatan di luar
lapangan bola voli.
3) Smash
Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam
usaha mencapai kemenangan (M. Yunus, 1992: 108). Sedangkan
menurut Nuril Ahmadi (2007: 31) smash atau spike adalah pukulan
bola yang keras dari atas kebawah, jalannya menukik. Gerakan smash
terdiri dari gerak awalan, tolakan untuk meloncat, 19 memukul bola
saat melayang di udara, dan mendarat kembali setelah melakukan
pukulan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
smash merupakan bentuk serangan kepada tim lawan yang paling
banyak digunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh suatu tim.
4) Blok
Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis
serangan lawan (M. Yunus, 1992: 119). Dalam permainan bolavoli
block merupakan alat pertahanan yang paling efektif. Block dapat
dilakukan oleh satu orang pemain, dua orang pemain, bahkan tiga
orang pemain dari posisi depan.
Presentase keberhasilan suatu block relatif kecil karena arah bola
smash yang akan di block, dikendalikan oleh lawan. Keberhasilan
melakukan block sangat ditentukan oleh 20 ketinggian loncatan dan
jangkauan tangan pada bola yang sedang di pukul lawan. Block dapat
dilakukan dengan pergerakan tangan aktif (saat melakukan block
tangan digerakkan ke kanan atau ke kiri) atau juga pasif, tangan hanya
dijulurkan ke atas tanpa di gerakkan (Nuril Ahmadi, 2007: 30).
4. Hakikat model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
a. Pengertian model pembelajaran
Menurut Aunurrahman (2009: 146) menyatakan bahwa “Model
pembelajaran dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang
dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain
yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.
Sedangkan menurut Brady (1985: 7) masih dalam Aunurrrahman
(2009: 146) mengemukakan bahwa “Model pembelajaran dapat diartikan
sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di
dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh oleh guru
dalam pencapaian tujuan pengajaran sehingga konsep yang disajikan
bisa beradaptasi dengan siswa.
b. model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan
dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan di Universitas
Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin di Universitas John Hopkins
(Arends, 1997). Tipe mengajar jigsaw dikembangkan, sebagai metode
cooperatif learning. Tipe ini bisa digunakan dalam beberapa mata
pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
matematika, agama, bahasa dan lain-lain. Tipe ini cocok untuk semua
kelas.
Jigsaw adalah suatu struktur multifungsi struktur kerjasama belajar.
Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai berbagai
tujuan tetapi terutama digunakan untuk persentasi dan mendapatkan
materi baru, struktur ini menciptakan saling ketergantungan.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu metode pembelajaran
yang didasarkan pada bentuk struktur multi fungsi kelompok belajar yang
dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua tingkatan untuk
mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap kelompok. Menurut
Isjoni (2009:77) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal.
Lie (2004:41) menyatakan jigsaw didesain untuk meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan
materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,
siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para
anggota dari tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk
diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswasiswa itu
kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya
pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa
yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, jenis kelamin dan latar
belakang keluarga yang beragam. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa
yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugastugas
yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal. Kelompok ahli merupakan gabungan dari
beberapa ahli yang berasal dari kelompok asal. Kunci keberhasilan
jigsaw adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung
kepada anggota timnya untuk dapat memberikan informasi yang
diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian (Slavin,
2008:237).
Menurut Elliot Aronson pelaksanaan kelas jigsaw, meliputi 10 tahap
yaitu:
1) membagi siswa kedalam kelompok Jigsaw dengan jumlah 5-6 orang;
2) menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok sebagai
pemimpin, umumnya siswa yang dewasa dalam kelompok itu;
3) membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6 segmen;
4) menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan untuk
menguasai segmen mereka sendiri.
5) memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca
secepatnya segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka terbiasa
dan tidak ada waktu untuk menghafal,
6) membentuk kelompok ahli dengan satu orang dari masing-masing
kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang memiliki
segmen yang sama untuk mendiskusikan poin-poin yang utama dari
segmen mereka dan berlatih presentasi kepada kelompok jigsaw
mereka.
7) setiap siswa dari kelompok ahli kembali kekelompok jigsaw mereka.
8) meminta masing-masing siswa untuk menyampaikan segmen yang
dipelajari-nya kepada kelompoknya, dan memberi kesempatan
kepada siswa-siswa yang lain untuk bertanya.
9) guru berkeliling dari kelompok satu kekelompok yang lainnya,
mengamati proses itu. Bila ada siswa yang mengganggu segera dibuat
intervensi yang sesuai oleh pemimpin kelompokyangdi tugaskan.
10) pada akhir bagian beri ujian atas materi sehingga siswa tahu bahwa
pada bagian ini bukan hanya game tapi benar-benar menghitung.
B. Kerangka Berpikir
Selama ini proses pembelajaran masih konvesional yang bersifat monoton
yang hanya menggunakan metode ceramah sehingga minat dan ketertarikan
siswa untuk belajar materi sejarah menjadi rendah. Oleh karena itu
menimbulkan kencenderungan siswa mengalami kebosanan dan rasa jenuh.
Hal ini menyebabkan tidak adanya aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar
secara maksimal. Oleh karena itu, peneliti mencoba menerapkan tindakan
berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tpe jigsaw.
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini siswa dapat lebih
mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Peran
guru dalam hal ini hanya mengkoordinasi 27 kegiatan belajar mengajar,
menciptakan suasana yang kondusif dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat
meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran sejarah. Kerangka pikir
penerapan model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa,
dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Model Pembelajaran
Kemampuan permainan
bola voli
Motivasi Belajar

C. Hipotesis Tindakan/Hipotesis Penelitian


Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
kemampuan permainan bola voli siswa kelas XI smk 3 tasikmalaya lebih
meningkat daripada menggunakan model pembelajaran langsung.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini di laksankan di SMK 3Tasikmalaya, Kecamatan
Tamansari, Kota Tasikmalaya. Pada penelitian ini peneliti memilih
siswa kelas XI SMK 3 Tasikmalaya dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan oktber 2022 sampai dengan
desember 2022, berikut rincian dalam bentuk tabel.

Bulan
Kegiatan Penelitian
Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

a. Pembuatan Proposal x x
Penelitian

b. Revisi proposal x x
1. Pelaksanaan
Tindakan
a. Siklus I x x
- Perencanaan
- Pelaksanaan
tindakan
- Observasi
- Refleksi
b. Siklus II x x
- Perencanaan
- Pelaksanaan
tindakan
- Observasi
- Refleksi
2. Analisis Data dan
Pelaporan

a. Analisis data x

b. Menyusun laporan x
penelitian
c. Penggandaan dan x x
pengumpulan
laporan

B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan
untuk mengetahui peningkatan pembelajaran passing bawah dalam
permainan bola voli dengan metode pembelajaran kooperatif siswa kelas V
SD Seropan Dlingo Bantul Tahun Ajaran 2017/2018. Metode penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Menurut Rochiati (2009: 13), penelitian tindakan kelas adalah
bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi kondisi praktik
pembelajaran dan belajar dari pengalaman, dengan mencobakan suatu
gagasan perbaikan dari praktik pembelajaran dan melihat pengaruh nyata
dari upaya itu. Menurut Pardjono, dkk. (2007: 12) mengatakan penelitian
tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya, misi tindakan ini adalah
pemberdayaan guru dan sekaligus siswa. Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 14) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
siswa menjadi meningkat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan penelitian tindakan
kelas adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yang
melibatkan kolaborator dan siswa yang diteliti untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Rancangan penelitian menurut Masnur Muslich (2010: 144), rencana
dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti
akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Proses
pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai penelitian ini
berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan evaluasi serta (4) analisis dan
refleksi.
Suharsimi Arikunto (2006: 98-99) berpendapat bahwa, penelitian
tindakan kelas dapat dilaksanakan melalui empat langkah utama, yaitu: (1)
Perencanaan atau planning, yang dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, (2)
Tindakan atau acting, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di
dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas, (3) Pengamatan atau
observasing, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat, (4) Refleksi
atau reflecting, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah terjadi.
Hubungan antara ke empat komponen tersebut menunjukkan sebuah
siklus atau kegiatan berulang. Siklus inilah yang sebenarnya menjadi salah
satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan
harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi
saja.
Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan
kelas yang terdiri atas pengamatan, pendahuluan/perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan terdiri atas beberapa siklus,
setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan tindakan, pemberian tindakan,
observasi, dan refleksi. Tahap-tahap penelitian dalam masing- masing
tindakan terjadi
secara berulang yang akhirnya menghasilkan beberapa tindakan dalam
penelitian tindakan kelas. Tahap-tahap tersebut membentuk spiral.
Tindakan penelitian yang bersifai spiral itu dapat digambarkan sebagai
berikut:

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar


bola voli dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw pada siswa XI SMK 3 Tasikmalaya. Sesuai dengan tujuan,
rancangan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah rancangan
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Issac
(1971) dalam Masnur Muslich (2010: 144), penelitian tindakan kelas ini
didesain untuk memecahkan masalah-masalah yang diaplikasikan secara
langsung di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara
kolaboratif oleh peneliti dan kolaborator dengan mengambil tempat di
SMK 3 Tasikmalaya.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Peneliti menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
skenario tindakan. Untuk kelengkapan RPP peneliti menyiapkan
berbagai alat dan perlengkapan yang diperlukan, lapangan bola voli, bola
voli, serta lembar observasi.
b. Pelaksanaan
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal dimulai dengan mengabsen siswa, memotivasi,
dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian
mengorganisasikan siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan prosedur kerja, atau langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
(1) Memimpin pemanasan.
(2) Menjelaskan materi pembelajaran.
(3) Mendemonstrasikan materi pembelajaran.
b) Kegiatan Inti

Pembelajaran berjalan berjalan secara kelompok. Pertama-tama


siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing- masing kelompok
terdiri dari 5 siswa. Tiap kelompok memiliki anggota yang
heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan
(tinggi, sedang, rendah). Tindakan yang dilakukan pada siklus I ini
adalah melaksanakan aktivitas pembelajaran passing bawah
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif, yang terdiri
dari:
(1) Latihan teknik passing bawah bola voli tanpa bola. Pertama
latihan genggaman tangan yang benar kemudian dilanjut dengan
posisi tubuh pada awalan, bada saat perkenaan bola dan gerakan
akhir dalam gerakan passing bawah bola voli yang benar.
(2) Latihan dengan memantulkan bola secara bergiliran. Pertama
bola dilempar keatas sampai memantul ke tanah kemudian
passing bola tersebut mengarah ke teman. Begitu seterusnya.
(3) Latihan dengan memantulkan bola dengan menyebut
nama.
Pertama bola dilempar keatas sampai memantul ke tanah
kemudian passing bola tersebut mengarah ke teman Yang
terlebih dahulu disebutkan namanya, sehingga masing-masing
siswa harus dalam kondisi siap menerima. Begitu seterusnya.
(4) Latihan dengan memantulkan bola berotasi ke belakang. Satu
kelompok dibagi menjadi 2 banjar saling berhadapan. Kemudian
lakukan teknik latihan dengan memantulkan bola terlebih
dahulu kemudian passing diarahkan ke teman di seberangnya.
Setelah melakukan kemudian berpindah ke berisan paling
belakang, begitu seterusnya.

(5) Latihan dengan memantulkan bola berotasi ke seberang. Satu


kelompok dibagi menjadi dua banjar saling berhadapan.
Kemudian lakukan teknik latihan dengan memantulkan bola
terlebih dahulu kemudian passing diarahkan ke teman di
seberangnya. Setelah melakukan kemudian berpindah ke
seberang erisan paling belakang, begitu seterusnya.
c) Kegiatan Akhir
Selesai kegiatan dilanjutkan dengan evaluasi kemudian
pendinginan. Usai pendinginan siswa dibariskan, berhitung,
dipimpin berdo’a, dan dibubarkan.
c. Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung observer melakukan
pengamatan secara teliti dan seksama terhadap kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan.
d. Refleksi
Pada langkah ini, guru dan observer berdiskusi untuk menemukan
kelemahan dan kelebihan yang terjadi pada siklus pertama. Juga
menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
yang dapat dicapai oleh siswa. Setelah kelemahan, kelebihan dan hasil
teridentifikasi, kemudian mencari jalan keluar yang akan dilaksanakan
di siklus kedua

2. Siklus 2
a. Perencanaan
Peneliti merevisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
beserta skenario tindakannya, menyesuaikan dengan hasil refleksi pada
siklus pertama. Terkait dengan revisi RPP tersebut, peneliti juga
menyiapkan berbagai sarana dan prasarana yang diperlukan seperti:
lembar tes dan lembar observasi.
b. Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal peneliti menyiapkan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan seperti: lapangan bola voli, bola voli, serta lembar
observasi. Menjelaskan meteri dan memberikan motivasi serta
mengecek kesiapan siswa.
2) Kegiatan Inti
Pembelajaran berjalan secara berkelompok. Tindakan yang
dilakukan pada siklus II ini adalah melaksanakan aktivitas
pembelajaran permainan bola voli dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang merupakan kelajutan dari
siklus 1, yang terdiri dari:
(a) Latihan dengan cara melambungkan bola. Satu anak berada di
tengah yang lainnya berada di samping membentuk lingkaran
atau persegi, kemudian tugas siswa yang berada di tengah yaitu
melambungkan bola menuju siswa lain kemudian passing ke arah
siswa yang di tengah kembali, begitu seterusnya dan
bergantian dengan siswa yang berada di tengah.
(b) Latihan sama dengan point (a) hanya saja ditambahkan variasi
dengan menyebutkan nama secara cepat agar semua siswa siap
untuk melakukan gerakan passing bawah bola voli.
(c) Latihan passing atas dengan teman yang sudah di bagi kelompok
nya dengan guru ulangi terus menerus
(d) Latihan dengan cara melambungkan bola terlebih dahulu
kemudian passing 1 kali sentuhan lalu berotasi ke seberang. Satu
kelompok dibagi menjadi dua bjar berhadapan.
(e) Latihan dengan cara melambungkan bola terlebih dahulu
kemudian passing 2 kali sentuhan (ke atas lalu ke depan) lalu
berotasi ke seberang. Satu kelompok dibagi menjadi dua banjar
berhadapan.
3) Kegiatan Akhir
Peneliti memberikan penjelasan tentang kekurangan-
kekurangan yang perlu diperbaiki, serta menyarankan untuk
melakukan belajar permainan bola voli yang benar.
c)
Observasi
Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan
pengamatan secara teliti dan seksama terhadap kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan.
d)
Refleksi
Pada langkah ini, guru dan observer berdiskusi untuk menemukan
kelemahan dan kelebihan yang terjadi pada siklus kedua. Juga
menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
yang dapat dicapai oleh siswa. Pada siklus kedua dapat mencapai target
pembelajaran yang telah ditentukan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah: tempat dan peristiwa atau
kejadian, serta arsip, dan dokumen.
1. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa ini meliputi tempat penyelenggaraan
kegiatan penelitian di sekolah, yakni Sekolah SMK 3 Tasikmalaya,
tepatnya di kelas XI, sedangkan peristiwa yang diteliti adalah proses
pembelajaran Penjasorkes pada permainan bola voli.
2. Arsip dan Dokumen
Arsip dan dokumen yang diteliti adalah arsip dan dokumen
mengenai perangkat pembelajaran guru meliputi silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, dan perangkat-perangkat lainya, seperti
buku pedoman, silabus, dan hasil evaluasi kondisi awal.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengumpulan data
adalah teknik tes dan observasi. Secara operasional pengertian tes menurut
Masnur Muslich (2010: 146), adalah sejumlah tugas yang harus dikerjakan
oleh yang di tes. Teknik tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar.
Observasi digunakan untuk mengetahui kekurangan atau kesulitan siswa
dengan media yang digunakan pada proses pembelajaran. Observasi juga
digunakan untuk mengetahui peningkatan dan keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
Penelitian tentang upaya peningkatan pembelajaran permainan bola
voli siswa kelas XI SMK 3 Tasikmalaya dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, Data diperoleh melalui proses pengamatan, dan
untuk memperoleh data dengan menggunakan:
1. Lembar penilaian keberhasilan permainan bola voli siswa.
2. Lembar observasi untuk siswa.
3. Lembar observasi untuk guru
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat atau fasilitas digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006: 160). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitia tindakan kelas (Classroom Action
Research), dan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data ada
3 yaitu :

1. Pedoman Observasi Untuk Guru


Pedoman observasi untuk guru berisi tentang penampilan atau
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat melakukan
pembelajaran permainan bola voli. Hasil akhir dari observasi untuk
guru berupa nilai yang dapat dikualifikasikan sebagai kualifikasi kinerja
guru, dan catatan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru.
2. Pedoman Observasi Untuk Siswa
Pedoman observasi untuk siswa ini berisi tentang kegiatan
pembelajaran permaionan bola voli dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan oleh siswa.
Pengamatan terhadap siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran
permainan bola voli meliputi, partisipasi anak, keterlibatan anak,
motivasi/keinginan, perhatian/fokus, aktif/banyak bergerak, hambatan-
hambatan selama proses pembelajaran berlangsung, serta penemuan
hal-hal baru pada saat pembelajaran

3. Pedoman Observasi Keberhasilan Permainan Bola voli.


Pedoman observasi keberhasilan permainan bola voli merupakan
suatu lembar penelitian yang berisi pedoman penilaian hasil atau
prestasi belajar dari semua siswa yang akan diselidiki. Dengan pedoman
penilaian ini dapat diperoleh data-data tentang keberhasilan prestasi
belajae permainan bola voli yang berupa nilai. Nilai diperoleh dari hasil
evaluasi penilaian sikap awal, gerakan pelaksanaan, dan perkenaan bola
pada penilain permainan.
F. Teknis Analisis Data
Data berupa angka akan dianalisis dengan analisis deskriptif
komparatif, yakni membandingkan antara kondisi awal dengan perubahan
yang terjadi pada setiap tindakan. Peningkatan yang terjadi akan
ditampilkan dalam bentuk tabel sederhana untuk mendukung deskripsi
verbal. Data kualitatif hasil pengamatan akan dianalisis dengan analisis
deskripsi kritis dengan cara menampilkan data, menghubungkan dan
menganalisis secara sebab akibat (Suwandi, 2008: 70).
G. Indikator Keberhasilan Tindakan
Keberhasilan suatu tindakan ditandai dengan terjadinya perubahan dan
peningkatan hasil belajar. Indikator keberhasilan tindakan dalam
penelitian ini meliputi:
a) Perubahan dalam proses pembelajaran yaitu terjadinya peningkatan
sikap siswa terhadap pembelajaran permainan bola voli.

b) Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan peningkatan


keterampilan permainan siswa kelas XI SMK 3 Tasikmalaya dari
sebelum dilakukan tindakan dan mencapai KKM 75 yang ditetapkan
sekolah. Dengan kata lain kriteria keberhasilan pembelajaran permainan
bola voli diajukan dari proses pembelajaran dan hasil yang dicapaii dari
proses pembelajaran tersebut. Dengan kriteria tersebut pembelajaran ini
tidak hanya mengejar hasil yang setinggi-tingginya tetapi juga proses
pembelajarannya harus berjalan dengan baik dan benar. Jika masih
ditemukan kekurangan- kekurangan dalam proses pembelajaran, maka
siklus dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas ini mencakup langkah-langkah:
1). Persiapan.
2). studi/survei awal.
3) pelaksanaan siklus.
4) penyusunan laporan.
Pelaksanaan siklus meliputi :
a) perencanaan tindakan (planning).
b) pelaksanaan tindakan (acting).
c) pengamatan (observing).
d) refleksi (reflecting).
Peneliti dan guru secara bersama-sama menganalisis segala kelemahan
yang muncul kemudian mencari solusi tersebut dalam analisis berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ragam Penjas, 2017, hakikat bola voli, blogspot
________.Maulidawati, (2007). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw untuk meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa. UPI. Bandung.
________.Nur Aini Lubis, 2016, Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, Aceh,
STAIN Gajah Putih Takengon
________ .Nugroho Susanto,2017, HAKIKAT DAN SIGNIFIKANSI
PERMAINAN, Surabaya, UNESA
_________.Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009, h. 3.
_________.Hamzah B Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, Jakarta:Bumi
Aksara,2009, h. 23
Masnur Muslich, (2010). Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu
Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nuril, Ahmadi. (2007). Panduan Olahraga Bola Voli.Surakarta: Era Pustaka
utama
Oemar Hamalik. (1995). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Pardjono, dkk. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta : UNY

Anda mungkin juga menyukai