Anda di halaman 1dari 20

Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI) pada Mteri Peluanga Siswa
Kelas VII semester ganjil

Tugas metodologi penelitian


Ibu Dr. Surya Sari Faradiba, S.Si., M.Pd

Oleh:
LILAHIL ROHMAH
22201072031

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2023/2024
Pendahuluan
1.1 latar belakang setiap

Menurut Mc Donald dalam Kompri (2016:229) motivasi merupakan suatu perubahan


energi di dalam pribadi seseorang yang ditpenelitii dengan timbulnya afektif (perasaan)
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang
dilpenelitisi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.Kurang nya motivasi yang diberikan
kepada siswa dapat mempengaruhi minat belajar pada siswa. Motivasi belajar dapat di
sebut aspek yang sangat pentig dalam kegiatan belajar siswa. Ada tidaknya motivasi
belajar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa (Emda, 2017). Sehingga
keberhasilan belajar akan tercapai apabila pada diri adanya kemauan dan dorongan untuk
belajar.
Motivasi belajar siswa tidak hanya tercipta dari siswa sendiri banyak faktor yang
mendorong motivasi siswa. Motivasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu
motivasi instrinsik (keadaan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar) dan motivasi ekstrinsik (keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar).Namun dorongan paling besar untuk melakukan motiofasi belajar berasal dari diri
siswa itu sendiri. Belajar adalah semua upaya manusia atau individu memobilisasikan
(menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan semua sumber daya manusia yang
dimilikinya (fisik, mental, Intelektual, Emosional dan Sosial) untuk memberikan jawaban
(respons) yang tepat terhadap problema yang dihadapinya (Idzhar, 2006). Dalam
pembelajaran matematika kali ini peneliti mengunaka pendektan koomperatif dengan
pembelajaran Teams Assisted Individualization.(TAI).
Menurut (Ali, 2021) pembelajaran komperatif merupakan metode pembelajaran yang
didasarkan atas kerja kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus.
Pembelajaran komperatif merupakan pembelajaran secara bersama-sama sebagai satu
kelompok untuk saling membantu.pembentukan kelompok kecil yang terdiri dari 4-6
siswa. Tujuan pembuatan kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan
belajar.Wagita (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
menjadi salah satu alternatif karena banyak pendapat yang menyatakan bahwa
pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran, Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat mengubah
peran guru dari yang berpusat pada guru menjadi memimpin siswa dalam kelompok
kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan ateri yang
kompleks dan yang terpenting dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran yang
berdimensi sosial dan interpersonal.Pembelajaran koompertif memiliki manfaat atau
keuntungan yang sangat besar karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
mengembangkan keterampilan mereka. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran bersama
siswa harus aktif belajar melalui kegiatan bersama dalam kelompok
Pembentukan kelompok dalam kelas agar siswa dapat berbagi ilmu kepda sesma serta
siwa yang kurang memahami meteri dalam pelajaran siswa dapat bertnya kepada teman.
pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individulaization) adalah salah satu
tipe metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kemampuan individu,
dimana individu-individu tersebut memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan
dijadikan dalam suatu kelompok kecil (ANDRIYANI, 2016). Pada pembelajaran
kooperatif tipe (TAI), siswa saling membantu dan saling memiliki ketergantungan secara
positif, dan akhirnya membentuk sikap gotong-royong dalam mencapai tujuan
pembelajaran dan kemandirian belajar. Penelitian ini akan diterapkan model kooperatif
TAI yaitu menerapkan bimbingan antar teman antar siswa yang ppenelitii bertanggung
jawab memberikan pembelajaran terhadap siswa yang lemah dengan maksud agar siswa
yang lemah dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dengan baik dan benar.
Melalui pembelajaran seperti ini siswa dapat bengajarkan siswa tanggung jawab,kerja
kelompok dalam satu kelompok

Pengajaran Teams Assisted Individualization (TAI) memotivasi siswa untuk


membantu anggota kelompoknya sehingga terciptanya semangat dalam sistem
kompetensi dengan sedikit menonjolkan peran individu tanpa mengorbankan aspek
kooperatif (Slavin, 2008). Menurut Bruner dalam Dian Mahsunah, dkk (2017) dalam
teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses
pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam
pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antar konsep-konsep
dan struktur-struktur, dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan
yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya.

.
Paragraph ahir di sertai

Sejauh ini penelitian tentang……. Masalah terbatas padamasalah….. oleh karena itu
peneliti mengambil topik…(judul)….untuk mengatasi masalah.akan tetapi belum ada pada
materi………

1.2 faktor penelitian


berdasarkan masalah-masalah yang telah di paparkan pada lara belakang ,maka focus
penelitian ini ialah cara menerpkan Teams Assisted Individualization (TAI) pada siswa
kelas VII SMPN 1 KROMEGNA dengan pendekatan koompertaif untuk penigkatan
motivasi belajar siswa

1.3 Rumusan masalah


a. Apakah model pembelajaran koompertif dengan metode Teams Assisted
Individualization (TAI) efektif untuk menigkatkan motivesi belajar kepada siswa ?
b. Apakah pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dapat menigkatkan hasil
belajar matematiak kepada siswa kelas VII SMPN 1 KROMRNGAN?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk :
a. Menigkatkan hasil belajar matematika siswa melalui pembelajaran Teams Assisted
Individualization (TAI) pada siswa kelas VII SMP N 1 KROMENGAN.
b. Menigkatakn motivasi belajar matemtika siswa melalui pembelajaran Teams Assisted
Individualization (TAI) pada siswa kelas VII SMP N 1 KROMENGAN
c. Mengetahui penerapan pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) dalam
menigkatkan hasil belajar siswa
1.5 manfaat penelitian
a. Bagi siswa
sebagai acuan agar siswa dengan benar sehingga memiliki motivasi belajar dalam
menigkatkan dan memaksimalkan hasil belajar matematika menigkat,
b. Bagi guru
Mengembangka keterampilan mengajar melalui kegiatan pembelajran kegiatan
pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) terhadap penigkatan motivasi
pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa.
c. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman kepada peneliti untuk siap menagni permasalahn di
lapangan ketika sudah terjun di masyarakat.
1.6 definisi istilah
Agar pengertian pada pembelajaran ini tidak menimbulkan makna yang berbeda dan
memberikan definisi yang lebih jelas ,maka pengertian pada judul tersebuut di jelaskan
sebagai berikut:
a. penigkatan motivasi
dorongan dari diri siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya pemahaman materi
atau pengembangan belajar. Dengan adanya motivasi, siswa akan senantiasa semangat
untuk terus belajar tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
b. Pembelajaran kooperatif
metode pembelajaran yang menggunakan bantuan teman sebaya dalam proses belajar.
Biasanya guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda ataupun berpasangan
c. Teams Assisted Individualization (TAI)
model pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar
belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan.

BAB II

Kajian kepustakaan

( berisi tentang penjelasan materi lebih lanjut )

2.1 Motivasi belajar


Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, menggarahkan dan
menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu (Ali,
2021)sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Hamdu dan Agustina, 2011: 3). Motivasi
merupakan dorongan, hasrat, kebutuhan seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu
(Cleopatra, 2015: 5). Sehingga motivasi dapat juga didefinisikan sebagai kekuatan yang
mendorong arah dan ketetapan tindakan menuju suatu tujuan. Motivasi dirumuskan sebagai
dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan
tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan (Darkasyi, 2014: 3). Dalam
konteks pembelajaran, kebutuhan tersebut berkaitan dengan kebutuhan belajar. Berdasarkan
pengertian beberapa ahli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa motivasi adalah ketika
seseorang didorong secara internal atau eksternal untuk melakukan sesuatu guna mencapai
tujuan tertentu.Motivasi belajar, sebaliknya, mengacu pada dorongan internal atau eksternal
seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan belajar. Siswa yang termotivasi
belajar dengan giat untuk mencapai tujuannya dalam mata pelajaran apa pun, terutama
matematika.
Menurut Bruner dalam Dian Mahsunah, dkk (2017) dalam teorinya menyatakan bahwa
belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-
konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping
hubungan yang terkait antar konsep-konsep dan struktur-struktur, dengan mengenal
konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan
memahami materi yang harus dikuasainya itu

Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 61) menjelasakan motivasi adalah kekuatan yang menjadi
pendorong kegiatan individu, kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakan
dalam individu untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Sama halnya dengan
motivasi belajar, yaitu dorongan yang ada dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal. Ketika siswa mempunyai motivasi yang tinggi maka mereka akan melakukan
berbagai upaya untuk mencapai hasil yang memuaskan.

Hal ini sependapat dengan Sumadi Suryabrata (2002: 70) yang menjelaskan motivasi adalah
keadaan dalam pribadi orang yang mendorong untuk orang untuk melakukan aktivitas
tertentu untuk mencapai tujuan.
Sardiman (2007: 75) menjelaskan motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non-intelektual dan peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa, karena siswa akan serius dalam
belajar apabila ia termotivasi.Motivasi mengacu pada faktor-faktor yang memperkuat
perilaku.Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan dari luar
(ekstrinsik).Berdasarkan proses perkembangannya, motivasi yang muncul pada diri seseorang
diperkirakan berasal dari dua jenis motivasi belajar, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.

.
Sardiman (2007: 90) menjelaskan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena
adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Stimulus tersebut dapat berupa barang atau
dukungan dari lingkungan keluarga atau masyarakat.
Keinginan belajar semakin jelas ketika perlengkapan, perhatian orang tua, dan kondisi
lingkungan sekitar baik selama pembelajaran.
Motivasi intrinsik mengacu pada motivasi yang aktif atau berfungsi tanpa adanya rangsangan
dari luar karena setiap orang sudah mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, motivasi intrinsik juga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk motivasi dalam
kegiatan belajar yang bermula dari dan memerlukan motivasi internal dan mutlak berkaitan
dengan kegiatan belajar tersebut.

Dari teori pengertian motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu
keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorong siswa untuk belajar dan melakukan
kegiatan tertentu guna mencapai hasil dan tujuan belajar yang maksimal. Kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama. Artinya, mempersiapkan anggota kelompok untuk
menghadapi ujia. Guru hanya berperan sebagai pendukung untuk memastikan perkembangan
kemampuan komunikasi matematis siswa dikelola dengan baik.

.
2.2 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin, belajar kooperatif (Cooperative Learning) adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4 sampai 5 orang, dengan struktur kelompok yang heterogen (Slavin, 2004: 8).
Pembelajaran kolaboratif bukanlah suatu gagasan baru dalam dunia pendidikan.

Model ini digunakan oleh sebagian guru hanya untuk tujuan tertentu, seperti tugas atau laporan
untuk kelompok tertentu.Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa model pembelajaran
kolaboratif dapat digunakan secara efektif di tingkat kelas untuk mengajarkan berbagai mata
pelajaran, mulai dari keterampilan dasar hingga pemecahan masalah yang lebih kompleks, termasuk

matematika. Pada saat proses pembelajaran, mungkin akan lebih mudah memahami
penjelasan temanmu dibandingkan penjelasan gurumu.Dengan mengalihkan bahasa kelas dari
bahasa guru ke bahasa sehari-hari teman sekelasnya, siswa sering kali lebih mampu
menyelesaikan soal dan menjelaskan konsep matematika yang sulit kepada siswa lainnya..
Siswa mempelajari ide, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
seperti yang dikutip oleh Sutrisno, mengatakan belajar merupakan konsekuensi otomatis dari
penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
sekaligus.Dengan menggunakan metode pembelajaran kolaboratif, pembelajaran menjadi
efektif dan selaras dengan kodrat siswa sebagai makhluk sosial.Artinya, mereka adalah
makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dan senantiasa perlu berkolaborasi dengan orang lain
untuk mempelajari ide, memecahkan masalah, dan menerapkan pemikirannya mempelajari.
Pembelajaran kooperatif tentunya tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan siswa apa yang
harus dipelajari, tetapi juga memberikan mereka keterampilan sosial, kemampuan bekerja
sama dalam kelompok dan bertanggung jawab terhadap teman-temannya, yaitu kemampuan
bekerja sama satu sama lain.penekanan pada kelompok untuk mencapai tujuan umum
kelompok .
Tabel 2.1. langakah-langkah model pembelajaran koopertif

Langkah langkah indikator Tingka laku Guru


Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan
memotivasi siswa pembelajaran dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan
dicapai serta memotivasi siswa
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi
kepada siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menginformasikan
dalam kelompok-kelompok pengelompokan siswa.
belaja
Langkah 4 Membimbing kelompok Guru memotivasi serta
belajar. memfasilitasi kerja siswa
dalam kelompokkelompok
belajar.
Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi
pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Langkah 6 Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan
hasil belajar individual dan
kelompok
Sumber: Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta, 2009

2.3 Tipe Team Assisted Individualization (TAI)


(Susanti & Jatmiko, 2016) Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team-Assisted
Individualization) adalah suatu bentuk pembelajaran kelompok dimana siswa bekerja dalam
kelompok pembelajaran kooperatif dan bertanggung jawab atas pembentukan dan
pengulangan secara teratur, saling membantu untuk memecahkan masalah, dan saling
mendorong untuk berhasil. Model ini merupakan kolaborasi pembelajaran individu dan
kelompok.Metode pembelajaran kooperatif TAI memadukan pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran individual, dimana beberapa siswa lebih mampu berperan sebagai asisten untuk
membantu siswa lain yang lebih lemah dalam kelompoknya. Kelompok mempunyai
tanggung jawab yang sama. Artinya, mempersiapkan anggota kelompok untuk menghadapi
ujian.Guru hanya berperan sebagai pendukung untuk memastikan perkembangan kemampuan
komunikasi matematis siswa dikelola dengan baik.

Pendapat lain menurut Istaran (2014:238) bahwa TAI adalah proses pembelajaran dalam
bentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang, yang tujuannya adalah
mempersiapkan setiap anggota untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan evaluasi. Setiap siswa mempelajari aspek pembelajaran tertentu secara individual.
Anggota kelompok menggunakan lembar tanggung jawab untuk semua jawaban di akhir
kegiatan sebagai tanggung jawab bersama. Diskusi terjadi ketika siswa saling bertanya
tentang jawaban anggota kelompoknya. Dalam penerapan model ini, setiap siswa mengenal
aspek-aspek belajar tertentu secara individual. Anggota kelompok akan menggunakan lembar
jawaban untuk memeriksa jawaban masing-masing secara kelompok, dan setiap orang akan
bertanggung jawab atas total jawaban di akhir kegiatan.Diskusi dimulai ketika siswa saling
bertanya.
(Lagur & Makur, 2018) Secara umum model pembelajaran kooperatif didasarkan pada
filosofi homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan
membutuhkan Kerjasama. Model pembelajaran tipe TAI memiliki cirikhas tersendir karena
menggunakan perpaduan antara pembelajaran individu dengan pembelajaran
berkelompok.Pada model pembelajaran TAI, siswa dibagi menjadi bebrapa kelompok-
kelompok kecil berdasarkanpembagian acak, disertai dengan dukungan motivasi moral,
sosial, dan fungsional individu kepada siswa. (Halih, 2016) Menerapkan model pembelajaran
kooperatif TAI , yaitu model pembelajaran kelompok dimana siswa yang lebih mampu
membantu siswa yang lebih lemah dalam suatu kelompok. Model pembelajaran kolaboratif
TAI merupakan model pembelajaran dimana siswa membentuk kelompok kecil yang acak
dengan latar belakang dan cara berpikir yang berbeda untuk membantu siswa yang
membutuhkan.Dalam model ini, tutor sebaya diterapkan pada siswa yang kuat yang
bertanggung jawab atas siswa yang lemah.Siswa yang cerdas dapat mengembangkan
keterampilan dan kemampuannya, sedangkan siswa yang lemah dapat memecahkan masalah.

(Setiawan, 2020) Pada saat menerapkan model pembelajaran team-supported


individualization (TAI), siswa dibagi ke dalam kelompok belajar yang siswanya memiliki
kemampuan heterogen. Siswa saling membantu dalam kelompoknya. Semua siswa
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.Siswa secara aktif berusaha memahami materi.Siswa
dengan ketidakmampuan belajar mendapat perhatian individu dari anggota kelompok dan
guru.Kegiatan pembelajaran berdasarkan model TAI memastikan seluruh siswa memahami
topik secara utuh.Penerapan model TAI diharapkan dapat memberikan dampak positif dan
meningkatkan motivasi belajar siswa.

. (Aminah Mursalin & Muhsam, 2021) Dalam pembelajaran ini, guru berperan sebagai
fasilitator. Siswa harus mampu bekerja dalam kelompok, memahami konsep dari isi materi
pelajaran, dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah. Tentu saja hal ini sangat
menguntungkan bagi yang lemah. Pembelajaran kooperatif mendorong teman sebaya untuk
berhasil di sekolah. Model pembelajaran TAI juga mencakup pembelajaran mandiri

. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti menerapkan
model pembelajaran TAI dalam pembelajaran MATEMATIKA untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul “Peningkatan Motivasi belajar Matematika SIswa Pada Materi spldf dengan
mengunkan metode Teams Assisted Individualization (TAI) pada siswa kelas VII SMPN 1
KROMENGAN”.

langkah Langkah yang di gunakan dalam pemembeljaran metote TAI

 Guru menugaskan siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang diberikan


guru secara mandiri.
 Guru melaksanakan tes individu kepada siswa untuk memperoleh nilai dasar atau
awal.
 Guru membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
keterampilan berbeda, sebaiknya kedua tingkat keterampilan (tinggi, sedang,
rendah). Anggota Kelompok berasal dari berbagai ras, budaya, etnis , perbedaan,
dan kesetaraan gender.
 Hasil belajar individu siswa dibahas dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap
anggota kelompok saling mengecek jawaban teman yang ada di kelompok tersebut.
 Guru membantu siswa membuat ringkasan, memberikan bimbingan, dan
memberikan konfirmasi terhadap materi pembelajaran yang dipelajari.
 Guru memberikan kuis individu kepada siswa.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan nilai peningkatan
hasil belajar individu dari skor baseline ke skor kuis.

2.3 materi SPLDF

Menurut (Nurbaiti, 2017) materi SPLDV merupakan salah satu pokok bahasan pelajaran
matematika yang membahas tentang hubungan variabel satu dengan variabel lainnya. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak sekali permasalahan aritmatika yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan SPLDV, antara lain permasalahan yang berkaitan dengan uang, bisnis, umur,
dan lain-lain. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu dari
bahan ajar matematika yang menyajikan permasalahan sederhana yang sesuai dengan situasi
yang ada (masalah kontekstual), yakni berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Melalui tugas
narasi yang menimbulkan masalah sehari-hari, siswa harus menerjemahkan bahasa sehari-
hari ke dalam bahasa matematika untuk memperoleh solusi dan menginterpretasikan hasil
perhitungan yang dilakukan sesuai dengan setting tugas.

Menurut Juliana (2017), kesulitan siswa yaitu siswa belum mampu


mengungkapkan pengertian persamaan dan SPLDV secara tepat baik melalui bahasa verbal
maupun tulisan, serta siswa belum mampu mengidentifikasi dan menjelaskan semua
komponen yang dimiliki oleh konsep SPLDV sebagai latar belakang dari konsep tersebut.
SPLDV merupakan materi aljabar yang memuat soal cerita pemodelan matematika.Namun
sebagian besar siswa masih kesulitan menerjemahkan konsep matematika ke dalam soal
berbentuk cerita dan narasi. Alternatif untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan
menggunakan soal cerita yang berasal dari budaya karena lebih dekat dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Oleh karena itu, diharapkan siswa menjadi lebih mengenal permasalahan
matematika disekitarnya dan meningkatkan pemahamannya terhadap pembelajaran
matematika.

2.6 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meizha Istiqomah dan Esti Harini dengan judul “Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar
Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualisation”, diperoleh bahwa setelah aplikasi menggunakan koperasi
Pembelajaran Tim Assisted Individualization 28 (TAI) di kelas SMP N 2 Kalibawang
VIIIC Kulon Progo, motivasi dan pembelajaran matematika meningkatkan pembelajaran
siswa. Ini ditunjukkan oleh persentase peningkatan motivasi belajar rata-rata skor
69,91% pada pra-aksi, sementara meningkatkan pada siklus pertama dengan rata-rata
persentase 71,77%. Peningkatan 77,64% pada siklus kedua. Hasil dari pembelajaran
matematika siswa juga meningkat. Pada tes awal kemampuan 52,71. Di siklus pertama,
hasil rata-rata meningkat menjadi 58,55. Pada siklus kedua rata-rata hasil meningkat
menjadi 76,36. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan pembelajaran
matematika meningkat (Istiqomah dan Esti Harini, 2014: 1)
2. Ida Nurzakiaty dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) Dalam Pembelajaran Integral Di Kelas XII IPA-2 SMA
Negeri 8 Bpeneliti Aceh”, diperoleh bahwa nilai rata-rata siklus I yaitu 77,903 dan siklus
II yaitu 87,032, nilai rata-rata yang didapatkan sudah ≥65 dan mengalami peningkatan
sebesar 9,129. Untuk ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 77,42% dan siklus II yaitu
93,55%, siklus I belum mencapai ketuntasan belajar klasikal sedangkan siklus II sudah
mencapai ketuntasan belajar klasikal (≥85%) dan mengalami peningkatan sebesar
16,13%. Aktivitas belajar siswa sudah efektif dan aktivitas guru juga berada pada
kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam materi integral di SMA 29 Negeri 8
Bpeneliti Aceh kelas XII IPA-2 sudah berhasil mencapai indikator kinerja pada siklus II
(Nurzakiaty, 2015: 1).
3. Ujiati Cahyaningsih dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
(Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Matematika”, diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa
sebelum tindakan adalah 67,75 dengan presentase ketuntasan 42,5% atau 17 siswa yang
tuntas, sedangkan presentase ketuntasan siswa pada siklus I adalah 70% atau 28 siswa
yang tuntas, dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa adalah 70,375, dan pada
siklus II nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa adalah 97,375 sedangkan presentase
siswa yang memperoleh nilai mencapai ketuntasan belajar adalah 95% atau 38 siswa
yang tuntas. Kesimpulan, bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
(Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika materi kesebangunan dan simetri di kelas V SDN Sukarajakulon I
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka (Cahyaningsih, 2019: 1).
4. Feny Arsinah, dkk dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Turunan Fungsi Aljabar Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Palu”, diperoleh bahwa pada
siklus I banyaknya siswa yang tuntas yakni 17 siswa (68%) dan pada siklus II banyaknya
siswa yang tuntas yakni 20 siswa (80%). Hasil observasi 30 aktivitas guru pada s iklus I
berada pada kategori baik dan mengalami peningkatan pada siklus II berada pada
kategori sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori
baik dan mengalami peningkatan pada siklus II berada pada kategori sangat baik. Subjek
penelitian ini sebanyak 25 siswa dan dipilih tiga sebagai informan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
XI IPA 1 SMA Negeri 9 Palu pada Turunan Fungsi Aljabar, dengan delapan komponen
yaitu : (1) tes penempatan, (2) kelompok, (3) kelompok mengajar, (4) kreativitas siswa,
(5) belajar kelompok, (6) unit keseluruhan, (7) tes fakta, (8) skor dan penghargaan
kelompok (Arsinah, 2018: 1).
5. Rudi Yanto, dkk dengan judul “Peningkatan Motivasi Dan Aktivitas Pembelajaran
Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization”, diperoleh bahwa peningkatan pada lembar pengamatan dari 90,63%
pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Peningkatan motivasi belajar siswa dari
83,13% pada siklus I menjadi 86,44% pada siklus II.Peningkatan aktivitas belajar siswa
dari 75,75% pada siklus I menjadi 78,88% pada siklus II.Serta peningkatan prestasi
belajar siswa dari 77,55 pada siklus I menjadi 79,05 pada silkus II (Yanto, 2014: 1).
Berdasarkan kelima penelitian yang relevan di atas, peneliti berharap dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted 31 Individualization (TAI) dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul
Ulum Bontorea Kab. Gowa. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus pada
pembelajaran matematika siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul Ulum Bontorea Kab. Gowa
pokok bahasan pola bilangan.

2.7 kerangka berfikir

Kerangka berpikir pembelajaran Matematika hendaknya dirancang untuk memberikan


kesempatan kepada seluruh siswa untuk mengembangkan keterampilannya secara
maksimal.Semakin banyak media dan sumber belajar yang tersedia bagi siswa ketika belajar
matematika, maka semakin sedikit pula yang dapat mereka harapkan dari
gurunya .Penggunaan berbagai sumber belajar memungkinkan siswa memperoleh otonomi
dalam belajarnya.Oleh karena itu pembelajaran matematika memerlukan keaktifan siswa,
namun guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam belajar.
Di SMP N 1 KROMENGAN terlalu rendahnya motivasi siswa serta buruknya hasil
belajar matematika menjadi permasalahan, salah satunya disebabkan oleh proses
pembelajaran yang kurang inovatif sehingga pembelajaran lebih berorientasi pada guru. Oleh
karena itu, pemilihan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar matematika siswa. Salah satu model pembelajaran yang bisa Anda
gunakan adalah model pembelajaran kolaboratif TAI (Team Assisted Individualization).
Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang
heterogen, mempunyai saling ketergantungan yang positif (saling membutuhkan), dan mampu
saling membantu dan memotivasi.Ketika pembelajaran kooperatif terjadi, guru
mempertahankan supervisi melalui observasi dan memfokuskan pembelajaran tidak hanya
pada penyelesaian tugas tetapi juga pada hubungan interpersonal.Oleh karena itu
pembelajaran kolaboratif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang saling
berinteraksi.Model pembelajaran (TAI) termasuk dalam pembelajaran kolaboratif.
Dalam model pembelajaran TAI, setiap anggota kelompok mempunyai peranan yang
setara. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen (4-5 siswa) dan
menyelesaikan tugas kelompok yang disiapkan oleh guru, dilanjutkan dengan dukungan
siswa secara individual.membutuhkan. Siswa yang melakukan penelitian juga bertanggung
jawab membantu teman yang lebih lemah dalam kelompoknya. Dalam proses belajar
mengajar matematika digunakan alat peraga yang melambangkan benda-benda abstrak
pembelajaran matematika, misalnya melalui Lembar Kerja Siswa (LKS), untuk memudahkan
partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.

Kondisi Awal

Kondisi Awal
Rendahnya motifasi belajar matematika pada siswa

Silkus 2Meningkatkan motivasi Siswa Belajar Mat

Silkus 1
Tindakan Guru Menerapkan Metode Pembeljaran TAI

Gambar 2.1
BAB III
(Bab 3 mengunakann buku sumber penlitian,satu subab minimal memiliki 3 sampai 4
paragaraf,ptk creswes bab 10 hal 295, mengapa memilih smp karena ada masalah di
dalam tempat tsb,mengunakan taun akademik, font dalam table ukuran 10, untuk tulisan
table di atas dan gambar di bawah,
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian( menjelaskan ptk di creswell bab 10, menyalin awal
baba di traslit di taro kata kata setelah ini adalah tindakan kelas di tambah creswell
paling bawah,tidak mengunakan you mengunalan peneliti, sampai haud dit, gamabar
slaid 581 sertakan sumbernya, gamabar bentuk silkus, samapi step step)
Penelitian ini mengunakan jenis penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas). PTK
merupakan penelitian pendidikan yang lebih spesifik untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan di kelas. Creswell (2012: 577) menyebutkan PTK digunakan ketika seorang
guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan pendidikan yang perlu dipecahkan.
Creswell (2012: 577) mendefinisikan PTK sebagai sebuah prosedur yang sistematis yang
dilakukan oleh guru (atau orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan) untuk
mengumpulkan informasi tentang, dan kemudian meningkatkan, cara guru merencanakan,
mengajar, dan cara siswa belajar. PTK memberikan kesempatan kepada guru untuk
merefleksikan dan mengevaluasi apa yang telah mereka Selesai pelajari Oleh karena itu,
salah satu upaya yang tepat dalam pemanfaatan PTK adalah dengan meningkatkan mutu
pendidikan, khususnya mutu pembelajaran di kelas.
Tujuan penelitian perilaku kelas adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses
pembelajaran di kelas melalui intervensi dan perubahan berdasarkan observasi dan refleksi
yang sistematis.
Penelitian ini dilakukan oleh guru atau pelatih dengan tujuan untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan dalam pembelajaran, mengembangkan solusi efektif dan
memperkenalkan perubahan dalam praktik pembelajaran.
Tujuan utama penelitian kegiatan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran
dan mencapai hasil prestasi siswa yang lebih baik.

A. Fokus Penelitian (kurang paragraph 3 sampai 4).


Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang
dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit untuk memudahkan
peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian juga merupakan garis dari
pengamatan penelitian sehingga observasi dan analisa hasil penelitian lebih terarah.
Adapun fokus penelitian dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: 1.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI). 36 2. Motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIB SMP N 1
KROMENGAN.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian (kurang paragrafnya 3 sampai 4 paragaraf)
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 KROMENGAN dengan subjek penelitian
adalah siswa kelas VIIB dengan jumlah siswa 25 orang siswa.
C. Faktor yang Diselidiki (
Dalam penelitian tindakan ini, faktor-faktor yang diselidiki adalah sebagai berikut:
1. Faktor input, yaitu melihat kemampuan awal siswa yang diperoleh dari pemberian
placement test sebelum diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
2. Faktor proses, yaitu untuk melihat keterlaksanaan proses belajar mengajar yang
antara lain kehadiran siswa, perubahan sikap siswa dan keaktifan siswa dalam proses
belajar mengajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) serta interaksi antara guru dan siswa, dan interaksi antara
siswa dan siswa.
3. Faktor hasil, yaitu untuk melihat motivasi dan hasil belajar matematika siswa yang
diperoleh dari tes akhir pada setiap siklus setelah diterapkan pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI).
F. Desain dan Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dari penelitan tindakan kelas ini dirancang atas tiga siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Setiap akhir 37 siklus
diberikan tes hasil belajar sebagai tes untuk mengetahui kemampuan siswa. Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) model John Elliot yang akan
dilakukan meliputi tahapan-tahapan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi (pengamatan), dan refleksi.
(step step penelitian mengunakan creswell)
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas dijelaskan sebagai berikut:
Siklus I
a) Tahap Perencanaan Tindakan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan ini adalah: 1) Menelaah kurikulum SMP kelas VIII semester I dan
mempersiapkan materi-materi pelajaran.
2) Membuat skenario pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI).
3) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di dalam kelas.
4) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan, dalam hal ini LKS.
5) Mendesain alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal matematika berdasarkan kompetensi yang ditentukan.
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disiapkan
yaitu mengikuti langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
2) Memantau dan mengobservasi tindakan yang dilaksanakan dengan menggunakan
lembar observasi.

c) Tahap Observasi dan Evaluasi


1) Observasi Observasi dilaksanakan ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Halhal yang dicatat dalam observasi yaitu:
(a) Kehadiran siswa tiap pertemuan.
(b) Siswa yang memperhatikan pembahasan materi pelajaran.
(c) Interaksi siswa dengan guru dan interaksi siswa dengan siswa.
(d) Keaktifan siswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan baik guru maupun
teman sendiri.
(e) Siswa yang menyelesaikan soal-soal di papan tulis.
2) Evaluasi Sedangkan informasi (data evaluasi) diperoleh pada akhir siklus I dengan
memberikan tes hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

d) Tahap Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis, begitu
pula dengan evaluasinya. Hal-hal yang dianggap kurang, masih perlu diperbaiki dan
dikembangkan dengan tetap mempertahankan hasil yang diperoleh pada setiap
pertemuan di siklus I.
Hasil analisis siklus I inilah yamg menjadi acuan penulis untuk merencanakan siklus
II sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan
2. Siklus II
Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini relatif sama
dengan siklus I yang selanjutnya dikembangkan dan dimodifikasi tahapantahapan
yang ada pada siklus I dengan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai kenyataan
yang ditemukan.
3. Siklus III
Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus III ini relatif sama
dengan siklus II yang selanjutnya dikembangkan dan dimodifikasi tahapantahapan
yang ada pada siklus II dengan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai kenyataan
yang ditemukan.
F. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian
tindakan ini adalah sebagai berikut:
1. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 150-151). Dalam penelitian ini, metode
angket digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat motivasi belajar
matematika siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul Ulum Bontorea Kab. Gowa, baik
sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
2. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengatami dan melakukan
pencatatan terhadap subjek yang diteliti selama proses pembelajaran (Kusnpenelitir,
2012: 143). Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk memperoleh
data tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan aktivitas
siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul Ulum Bontorea Kab. Gowa pada saat pembelajaran
berlangsung.
3. Tes Teknik
tes merupakan instrumen pengumpul data berupa serangkaian pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok (Riduwan, 2008: 76). Dalam
penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika
siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul Ulum Bontorea Kab. Gowa, baik sebelum dan setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI).

Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif


Tipe Teams Assisted Individualization (TAI) pada Mteri Peluanga

Anda mungkin juga menyukai