Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI) pada Mteri Peluanga Siswa
Kelas VII semester ganjil
Oleh:
LILAHIL ROHMAH
22201072031
.
Paragraph ahir di sertai
Sejauh ini penelitian tentang……. Masalah terbatas padamasalah….. oleh karena itu
peneliti mengambil topik…(judul)….untuk mengatasi masalah.akan tetapi belum ada pada
materi………
BAB II
Kajian kepustakaan
Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 61) menjelasakan motivasi adalah kekuatan yang menjadi
pendorong kegiatan individu, kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakan
dalam individu untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Sama halnya dengan
motivasi belajar, yaitu dorongan yang ada dalam diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal. Ketika siswa mempunyai motivasi yang tinggi maka mereka akan melakukan
berbagai upaya untuk mencapai hasil yang memuaskan.
Hal ini sependapat dengan Sumadi Suryabrata (2002: 70) yang menjelaskan motivasi adalah
keadaan dalam pribadi orang yang mendorong untuk orang untuk melakukan aktivitas
tertentu untuk mencapai tujuan.
Sardiman (2007: 75) menjelaskan motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non-intelektual dan peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan mutu pembelajaran dan hasil belajar siswa, karena siswa akan serius dalam
belajar apabila ia termotivasi.Motivasi mengacu pada faktor-faktor yang memperkuat
perilaku.Faktor-faktor tersebut berasal dari dalam diri seseorang (intrinsik) dan dari luar
(ekstrinsik).Berdasarkan proses perkembangannya, motivasi yang muncul pada diri seseorang
diperkirakan berasal dari dua jenis motivasi belajar, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
.
Sardiman (2007: 90) menjelaskan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena
adanya rangsangan atau dorongan dari luar. Stimulus tersebut dapat berupa barang atau
dukungan dari lingkungan keluarga atau masyarakat.
Keinginan belajar semakin jelas ketika perlengkapan, perhatian orang tua, dan kondisi
lingkungan sekitar baik selama pembelajaran.
Motivasi intrinsik mengacu pada motivasi yang aktif atau berfungsi tanpa adanya rangsangan
dari luar karena setiap orang sudah mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, motivasi intrinsik juga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk motivasi dalam
kegiatan belajar yang bermula dari dan memerlukan motivasi internal dan mutlak berkaitan
dengan kegiatan belajar tersebut.
Dari teori pengertian motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu
keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorong siswa untuk belajar dan melakukan
kegiatan tertentu guna mencapai hasil dan tujuan belajar yang maksimal. Kelompok
mempunyai tanggung jawab yang sama. Artinya, mempersiapkan anggota kelompok untuk
menghadapi ujia. Guru hanya berperan sebagai pendukung untuk memastikan perkembangan
kemampuan komunikasi matematis siswa dikelola dengan baik.
.
2.2 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin, belajar kooperatif (Cooperative Learning) adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4 sampai 5 orang, dengan struktur kelompok yang heterogen (Slavin, 2004: 8).
Pembelajaran kolaboratif bukanlah suatu gagasan baru dalam dunia pendidikan.
Model ini digunakan oleh sebagian guru hanya untuk tujuan tertentu, seperti tugas atau laporan
untuk kelompok tertentu.Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa model pembelajaran
kolaboratif dapat digunakan secara efektif di tingkat kelas untuk mengajarkan berbagai mata
pelajaran, mulai dari keterampilan dasar hingga pemecahan masalah yang lebih kompleks, termasuk
matematika. Pada saat proses pembelajaran, mungkin akan lebih mudah memahami
penjelasan temanmu dibandingkan penjelasan gurumu.Dengan mengalihkan bahasa kelas dari
bahasa guru ke bahasa sehari-hari teman sekelasnya, siswa sering kali lebih mampu
menyelesaikan soal dan menjelaskan konsep matematika yang sulit kepada siswa lainnya..
Siswa mempelajari ide, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
seperti yang dikutip oleh Sutrisno, mengatakan belajar merupakan konsekuensi otomatis dari
penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
sekaligus.Dengan menggunakan metode pembelajaran kolaboratif, pembelajaran menjadi
efektif dan selaras dengan kodrat siswa sebagai makhluk sosial.Artinya, mereka adalah
makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dan senantiasa perlu berkolaborasi dengan orang lain
untuk mempelajari ide, memecahkan masalah, dan menerapkan pemikirannya mempelajari.
Pembelajaran kooperatif tentunya tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan siswa apa yang
harus dipelajari, tetapi juga memberikan mereka keterampilan sosial, kemampuan bekerja
sama dalam kelompok dan bertanggung jawab terhadap teman-temannya, yaitu kemampuan
bekerja sama satu sama lain.penekanan pada kelompok untuk mencapai tujuan umum
kelompok .
Tabel 2.1. langakah-langkah model pembelajaran koopertif
Pendapat lain menurut Istaran (2014:238) bahwa TAI adalah proses pembelajaran dalam
bentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang, yang tujuannya adalah
mempersiapkan setiap anggota untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan evaluasi. Setiap siswa mempelajari aspek pembelajaran tertentu secara individual.
Anggota kelompok menggunakan lembar tanggung jawab untuk semua jawaban di akhir
kegiatan sebagai tanggung jawab bersama. Diskusi terjadi ketika siswa saling bertanya
tentang jawaban anggota kelompoknya. Dalam penerapan model ini, setiap siswa mengenal
aspek-aspek belajar tertentu secara individual. Anggota kelompok akan menggunakan lembar
jawaban untuk memeriksa jawaban masing-masing secara kelompok, dan setiap orang akan
bertanggung jawab atas total jawaban di akhir kegiatan.Diskusi dimulai ketika siswa saling
bertanya.
(Lagur & Makur, 2018) Secara umum model pembelajaran kooperatif didasarkan pada
filosofi homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan
membutuhkan Kerjasama. Model pembelajaran tipe TAI memiliki cirikhas tersendir karena
menggunakan perpaduan antara pembelajaran individu dengan pembelajaran
berkelompok.Pada model pembelajaran TAI, siswa dibagi menjadi bebrapa kelompok-
kelompok kecil berdasarkanpembagian acak, disertai dengan dukungan motivasi moral,
sosial, dan fungsional individu kepada siswa. (Halih, 2016) Menerapkan model pembelajaran
kooperatif TAI , yaitu model pembelajaran kelompok dimana siswa yang lebih mampu
membantu siswa yang lebih lemah dalam suatu kelompok. Model pembelajaran kolaboratif
TAI merupakan model pembelajaran dimana siswa membentuk kelompok kecil yang acak
dengan latar belakang dan cara berpikir yang berbeda untuk membantu siswa yang
membutuhkan.Dalam model ini, tutor sebaya diterapkan pada siswa yang kuat yang
bertanggung jawab atas siswa yang lemah.Siswa yang cerdas dapat mengembangkan
keterampilan dan kemampuannya, sedangkan siswa yang lemah dapat memecahkan masalah.
. (Aminah Mursalin & Muhsam, 2021) Dalam pembelajaran ini, guru berperan sebagai
fasilitator. Siswa harus mampu bekerja dalam kelompok, memahami konsep dari isi materi
pelajaran, dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah. Tentu saja hal ini sangat
menguntungkan bagi yang lemah. Pembelajaran kooperatif mendorong teman sebaya untuk
berhasil di sekolah. Model pembelajaran TAI juga mencakup pembelajaran mandiri
. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka peneliti menerapkan
model pembelajaran TAI dalam pembelajaran MATEMATIKA untuk meningkatkan hasil
belajar siswa.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan judul “Peningkatan Motivasi belajar Matematika SIswa Pada Materi spldf dengan
mengunkan metode Teams Assisted Individualization (TAI) pada siswa kelas VII SMPN 1
KROMENGAN”.
Menurut (Nurbaiti, 2017) materi SPLDV merupakan salah satu pokok bahasan pelajaran
matematika yang membahas tentang hubungan variabel satu dengan variabel lainnya. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak sekali permasalahan aritmatika yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan SPLDV, antara lain permasalahan yang berkaitan dengan uang, bisnis, umur,
dan lain-lain. Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu dari
bahan ajar matematika yang menyajikan permasalahan sederhana yang sesuai dengan situasi
yang ada (masalah kontekstual), yakni berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Melalui tugas
narasi yang menimbulkan masalah sehari-hari, siswa harus menerjemahkan bahasa sehari-
hari ke dalam bahasa matematika untuk memperoleh solusi dan menginterpretasikan hasil
perhitungan yang dilakukan sesuai dengan setting tugas.
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meizha Istiqomah dan Esti Harini dengan judul “Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar
Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualisation”, diperoleh bahwa setelah aplikasi menggunakan koperasi
Pembelajaran Tim Assisted Individualization 28 (TAI) di kelas SMP N 2 Kalibawang
VIIIC Kulon Progo, motivasi dan pembelajaran matematika meningkatkan pembelajaran
siswa. Ini ditunjukkan oleh persentase peningkatan motivasi belajar rata-rata skor
69,91% pada pra-aksi, sementara meningkatkan pada siklus pertama dengan rata-rata
persentase 71,77%. Peningkatan 77,64% pada siklus kedua. Hasil dari pembelajaran
matematika siswa juga meningkat. Pada tes awal kemampuan 52,71. Di siklus pertama,
hasil rata-rata meningkat menjadi 58,55. Pada siklus kedua rata-rata hasil meningkat
menjadi 76,36. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan pembelajaran
matematika meningkat (Istiqomah dan Esti Harini, 2014: 1)
2. Ida Nurzakiaty dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) Dalam Pembelajaran Integral Di Kelas XII IPA-2 SMA
Negeri 8 Bpeneliti Aceh”, diperoleh bahwa nilai rata-rata siklus I yaitu 77,903 dan siklus
II yaitu 87,032, nilai rata-rata yang didapatkan sudah ≥65 dan mengalami peningkatan
sebesar 9,129. Untuk ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 77,42% dan siklus II yaitu
93,55%, siklus I belum mencapai ketuntasan belajar klasikal sedangkan siklus II sudah
mencapai ketuntasan belajar klasikal (≥85%) dan mengalami peningkatan sebesar
16,13%. Aktivitas belajar siswa sudah efektif dan aktivitas guru juga berada pada
kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) dalam materi integral di SMA 29 Negeri 8
Bpeneliti Aceh kelas XII IPA-2 sudah berhasil mencapai indikator kinerja pada siklus II
(Nurzakiaty, 2015: 1).
3. Ujiati Cahyaningsih dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
(Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Matematika”, diperoleh bahwa nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa
sebelum tindakan adalah 67,75 dengan presentase ketuntasan 42,5% atau 17 siswa yang
tuntas, sedangkan presentase ketuntasan siswa pada siklus I adalah 70% atau 28 siswa
yang tuntas, dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa adalah 70,375, dan pada
siklus II nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa adalah 97,375 sedangkan presentase
siswa yang memperoleh nilai mencapai ketuntasan belajar adalah 95% atau 38 siswa
yang tuntas. Kesimpulan, bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
(Team Assisted Individualization) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika materi kesebangunan dan simetri di kelas V SDN Sukarajakulon I
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka (Cahyaningsih, 2019: 1).
4. Feny Arsinah, dkk dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Turunan Fungsi Aljabar Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 9 Palu”, diperoleh bahwa pada
siklus I banyaknya siswa yang tuntas yakni 17 siswa (68%) dan pada siklus II banyaknya
siswa yang tuntas yakni 20 siswa (80%). Hasil observasi 30 aktivitas guru pada s iklus I
berada pada kategori baik dan mengalami peningkatan pada siklus II berada pada
kategori sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori
baik dan mengalami peningkatan pada siklus II berada pada kategori sangat baik. Subjek
penelitian ini sebanyak 25 siswa dan dipilih tiga sebagai informan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
XI IPA 1 SMA Negeri 9 Palu pada Turunan Fungsi Aljabar, dengan delapan komponen
yaitu : (1) tes penempatan, (2) kelompok, (3) kelompok mengajar, (4) kreativitas siswa,
(5) belajar kelompok, (6) unit keseluruhan, (7) tes fakta, (8) skor dan penghargaan
kelompok (Arsinah, 2018: 1).
5. Rudi Yanto, dkk dengan judul “Peningkatan Motivasi Dan Aktivitas Pembelajaran
Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization”, diperoleh bahwa peningkatan pada lembar pengamatan dari 90,63%
pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Peningkatan motivasi belajar siswa dari
83,13% pada siklus I menjadi 86,44% pada siklus II.Peningkatan aktivitas belajar siswa
dari 75,75% pada siklus I menjadi 78,88% pada siklus II.Serta peningkatan prestasi
belajar siswa dari 77,55 pada siklus I menjadi 79,05 pada silkus II (Yanto, 2014: 1).
Berdasarkan kelima penelitian yang relevan di atas, peneliti berharap dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted 31 Individualization (TAI) dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul
Ulum Bontorea Kab. Gowa. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus pada
pembelajaran matematika siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul Ulum Bontorea Kab. Gowa
pokok bahasan pola bilangan.
Kondisi Awal
Kondisi Awal
Rendahnya motifasi belajar matematika pada siswa
Silkus 1
Tindakan Guru Menerapkan Metode Pembeljaran TAI
Gambar 2.1
BAB III
(Bab 3 mengunakann buku sumber penlitian,satu subab minimal memiliki 3 sampai 4
paragaraf,ptk creswes bab 10 hal 295, mengapa memilih smp karena ada masalah di
dalam tempat tsb,mengunakan taun akademik, font dalam table ukuran 10, untuk tulisan
table di atas dan gambar di bawah,
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian( menjelaskan ptk di creswell bab 10, menyalin awal
baba di traslit di taro kata kata setelah ini adalah tindakan kelas di tambah creswell
paling bawah,tidak mengunakan you mengunalan peneliti, sampai haud dit, gamabar
slaid 581 sertakan sumbernya, gamabar bentuk silkus, samapi step step)
Penelitian ini mengunakan jenis penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas). PTK
merupakan penelitian pendidikan yang lebih spesifik untuk menyelesaikan sebuah
permasalahan di kelas. Creswell (2012: 577) menyebutkan PTK digunakan ketika seorang
guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan pendidikan yang perlu dipecahkan.
Creswell (2012: 577) mendefinisikan PTK sebagai sebuah prosedur yang sistematis yang
dilakukan oleh guru (atau orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan) untuk
mengumpulkan informasi tentang, dan kemudian meningkatkan, cara guru merencanakan,
mengajar, dan cara siswa belajar. PTK memberikan kesempatan kepada guru untuk
merefleksikan dan mengevaluasi apa yang telah mereka Selesai pelajari Oleh karena itu,
salah satu upaya yang tepat dalam pemanfaatan PTK adalah dengan meningkatkan mutu
pendidikan, khususnya mutu pembelajaran di kelas.
Tujuan penelitian perilaku kelas adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses
pembelajaran di kelas melalui intervensi dan perubahan berdasarkan observasi dan refleksi
yang sistematis.
Penelitian ini dilakukan oleh guru atau pelatih dengan tujuan untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan dalam pembelajaran, mengembangkan solusi efektif dan
memperkenalkan perubahan dalam praktik pembelajaran.
Tujuan utama penelitian kegiatan kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran
dan mencapai hasil prestasi siswa yang lebih baik.
d) Tahap Refleksi
Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis, begitu
pula dengan evaluasinya. Hal-hal yang dianggap kurang, masih perlu diperbaiki dan
dikembangkan dengan tetap mempertahankan hasil yang diperoleh pada setiap
pertemuan di siklus I.
Hasil analisis siklus I inilah yamg menjadi acuan penulis untuk merencanakan siklus
II sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan
2. Siklus II
Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini relatif sama
dengan siklus I yang selanjutnya dikembangkan dan dimodifikasi tahapantahapan
yang ada pada siklus I dengan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai kenyataan
yang ditemukan.
3. Siklus III
Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus III ini relatif sama
dengan siklus II yang selanjutnya dikembangkan dan dimodifikasi tahapantahapan
yang ada pada siklus II dengan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai kenyataan
yang ditemukan.
F. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian
tindakan ini adalah sebagai berikut:
1. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006: 150-151). Dalam penelitian ini, metode
angket digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat motivasi belajar
matematika siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul Ulum Bontorea Kab. Gowa, baik
sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI).
2. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengatami dan melakukan
pencatatan terhadap subjek yang diteliti selama proses pembelajaran (Kusnpenelitir,
2012: 143). Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk memperoleh
data tentang aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan aktivitas
siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul Ulum Bontorea Kab. Gowa pada saat pembelajaran
berlangsung.
3. Tes Teknik
tes merupakan instrumen pengumpul data berupa serangkaian pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok (Riduwan, 2008: 76). Dalam
penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika
siswa kelas VIIIB MTs. Bahrul Ulum Bontorea Kab. Gowa, baik sebelum dan setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI).