Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang
Pandemi Covid-19 terjadi pada lebih dari 114 negara yang terjadi mulai akhir
tahun 2019. WHO menyatakan bahwa virus Covid-19 merupakan Public Health
Emergencies International Concern (PHEIC). Covid-19 merupakan suatu penyakit yang
timbul akibat corona virus jenis baru dengan masa inkubasi 1-14 hari. Gejala yang timbul
mirip gejala flu biasa seperti demam tinggi, batuk dan pilek. Namun apabila penderita
tidak menghiraukan penyakitnya dan tidak memperbaiki sistem imun maka akan masuk
ke dalam gejala yang lebih parah seperti sesak dan kesulitan bernapas (Sposato &
Scalese, 2020).
Angka kejadian COVID-19 di dunia pada 216 negara dengan terkonfirmasi positif
sebanyak 17.660.523 orang dan meninggal dunia sebanyak 680.894 orang. Pandemik
Covid-19 saat ini telah menyerang 216 negara dengan jumlah kasus 7.805.148 orang
terinfeksi dan 431.192 orang meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia angka kejadian
mencapai 488.000 kasus dengan tingkat kematian 0,03% (Kementerian Kesehatan RI,
2020). Penyebaran Covid-19 di Indonesia telah mencapai 34 provinsi, termasuk
Kalimantan Barat dengan angka kejadian terkonfirmasi positif covid19 mencapai 2221
kasus, suspek 1248, dan kontak erat mencapai 19056 (Dinkes Kalbar, 2020). Sedangkan
di Kayong Utara angka kejadian mencapai 1.265 dengan tingkat kematian 0,9%
(kemkes.go.id)
Instansi sekolah merupakan salah satu bidang aktifitas masyarakat yang harus
menerapkan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan penyebaran covid-19. Oleh
karenanya sekolah harus mempersiapkan segala hal yan berkaitan dengan protokol
kesehatan di sekolah. Kegiatan belajar mengajar yang sudah lama dilakukan secara
daring, kini mulai bersiap untuk menjalani kehidupan normal baru. Ketua Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memutuskan memang anak harus kembali belajar
di sekolah, akan tetapi keputusan tersebut jangan terlalu buru-buru agar mempersiapkan
segala hal yang terkait dengan new normal tersebut (tribunnews.co).
Penerapan new normal bertujuan untuk melindungi seluruh komponen yang ada
di sekolah dari resiko penularan Covid-19 meliputi pendidik dan seluruh siswa di
sekolah. Sekolah Dasar merupakan salah satu tempat yang perlu mendapat perhatian
khusus, mengingat anak-anak merupakan kelompok yang masih rentan terhadap
penularan penyakit karena memiliki daya tahan yang belum kuat dibandingkan orang
dewasa. Kasus Covid-19 pada anak yang dikutip dari rilis IDAI hasil deteksi kasus
Covid19 pada anak yang dilakukan IDAI hingga 18 Mei 2020. Upaya ini membuahkan
hasil data kasus Covid19 pada anak-anak yakni PDP sebanyak 3.324 kasus, 129 anak
berstatus PDP meninggal dunia, 584 kasus anak terkonfirmasi positif Covid-19, dan 14
anak meninggal akibat Covid-19. (Kompas.com).
Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rentan mengalami penularan
Covid-19 mengingat daya tahan tubuhnya yang lebih lemah. Perlindungan bagi anak-
anak dan fasilitas-fasilitas pendidikan sangatlah penting. Diperlukan kewaspadaan untuk
mencegah kemungkinan penyebaran COVID-19 di sekolah; tetapi, hal ini harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi stigma pada pelajar dan staf yang terpapar
virus ini. Pendidikan dapat mendorong para pelajar menjadi pendukung pencegahan dan
pengendalian penyakit di rumah, di sekolah, dan di masyarakatnyadengan cara berbagi
dengan orang lain caracara mencegah penyebaran virus. Tetap menjalankan sekolah
dengan cara yang aman atau membuka kembali sekolah setelah ditutup sementara perlu
banyak dipertimbangkan, tetapi jika dilakukan dengan baik, dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat (WHO, UNICEF).
Cara hidup baru ini juga diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Adaptasi pola pembelajaran di kehidupan New Normal membuat semua pihak bersama-
sama mempersiapkan diri. Semua sekolah mulai mempersiapkan diri untuk penerapan
pendidikan di New Normal. Jika sekiranya diperlukan pembelajaran tatap muka, tentunya
prosedur protokol kesehatan yang ketat harus diikuti. Salah satu sekolah yang
melanjutkan pembelajaran di New Normal adalah SDN 001 Teluk Sebong Kabupaten
Bintan. Sekolah memulai pembelajaran di New Normal dengan siswa tetap datang ke
sekolah untuk belajar. Pembelajaran pun sudah dimulai seperti biasa. Namun yang
berbeda adalah sekolah memfasilitasi sabun dan tempat cuci tangan di sekolah.
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, belum ada edukasi langsung terhadap
siswa maupun civitas lainnya mengenai cuci tangan atau pemakaian masker yang benar.
Sebelumnya sudah ada pihak puskesmas datang untuk memberikan penyuluhan, namun
hanya sekali dan pemaparannya bersifat umum. Hal ini disebabkan jarak sekolah yang
terlalu jauh. Di mana sekolah ini termasuk sekolah di daerah 3T (Tertinggal, Terjauh, dan
Terluar) Lubis et al. (2020).
Alat pelindung pernafasan merupakan alat yang digunakan untuk menutup mulut
dan hidung dengan bahan yang dapat menyaring masuknya debu atau uap
(Harrianto, 2009). Masker untuk melindungi debu atau partikel yang masuk ke
dalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran tertentu. Masker berfungsi
menyaring partikel pada saat udara dihirup melalui mekanisme penangkapan dan
pengendapan partikel oleh serat pembentuk filter. (Budiono, 2002). Meskipun
masker tidak efektif dalam pencegahan Covid 19, tetapi dapat melindungi dari polusi
udara. Penggunaan masker akan maksimal dalam penanganan Covid 19 jika
mengikuti aturan yang sudah diberikan oleh pemerintah yaitu hindari kerumunan
dan ruangan tertutup, jaga jarak aman 1 meter, kebersihan tangan, hindari cegah
pegangmata, mulut dan hidung, melepas masker hanya dengan memegang tali
masker.
Perilaku memakai masker yang benar dengan menutup seluruh bagian mulut
dan hidung, masker harus digunakan sepanjang jam kerja atau ketika berada di luar
rumah. masker juga disampaikan untuk memilih jenis masker yang tepat, masker kain
dianggap dapat mencegah penularan covid-19 untuk digunakan oleh masyarakat umum
dengan catatan tetap menjaga jarak, masker bedah diutamakan bagi tenaga medis.
(KPCPEN, April 2020).

Anda mungkin juga menyukai