Modul
Modul
● Ukuran Font : 12
● Spasi 1,15
● Margin : 3-3-3-3
● Pada bagian atas diberi Nama, NIM, Asal Daerah, serta Foto Diri
(Lampiran 1).
● Foto diri berukuran 5x4 cm (Lampiran 1) dengan wrap text 🡪 in front
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2022 mengatur tentang
penyelenggaraan cadangan pangan pemerintah. Cadangan pangan sendiri didefinisikan
sebagai Pokok Pangan Tertentu yang jumlah dan distribusinya dikendalikan pemerintah
dalam suatu kondisi krisis pangan. Pangan Pokok Tertentu adalah pangan yang
diproduksi dan dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang jika
ketersediaannya terganggu dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Keadaan ini
disebut Masalah Pangan, ketika terjadinya ketidakseimbangan pangan perseorangan
dan/atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Ada juga keadaan Krisis Pangan, dimana kondisi pangan mengalami kelangkaan
pada sebagian besar masyarakat disebabkan oleh antara lain, kesulitan distribusi,
perubahan iklim, bencana alam, konflik sosial, dan lainnya. Keadaan ini adalah dimana
penyaluran Cadangan Pangan diselenggarakan oleh BUMN Pangan. Beberapa tanaman
yang dikategorikan sebagai Pangan Pokok Tertentu untuk Cadangan Pangan adalah
beras (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dan kedelai (Glycine max). Ketiga tumbuhan
tersebut termasuk pangan di penyelenggaraan Cadangan Pangan pertama. Jumlah
Cadangan Pangan yang akan diselenggarakan harus menimbang produksi Pangan Pokok
secara nasional, penanggulangan tingkat darurat pangan, pengendalian dan stabilisasi
harga di tingkat produsen dan konsumen, serta angka kecukupan gizi.
Cadangan Pangan juga bisa dibeli dari luar negeri melalui impor apabila tingkat
darurat pangan sudah tinggi. Masalah ini bisa dipecahkan apabila bahan pangan pokok
untuk pangan nabati sumbernya bisa ditambahkan lagi, tidak hanya terbatas di tiga
tumbuhan pangan saja. Tumbuhan pangan yang bervariasi akan membantu dalam
distribusi jumlah yang lebih merata serta mengenalkan varietas tumbuhan pangan ke
masyarakat luas, seperti singkong, sagu, dan ubi jalar. Masyarakat akan lebih mengenal
pangan pokok lainnya yang akan memperluas kesempatan pasar. Pemerintah juga tidak
perlu mengimpor bahan pangan dari luar negeri dan mengoptimalkan sumber daya yang
sudah ada di Indonesia. Hal ini juga bisa menjadi kesempatan untuk memperlihatkan ke
wisatawan mancanegara mengenai pangan pokok di masing-masing daerah. Masing-
masing daerah bisa menonjolkan kekhasan tumbuhan pangan mereka serta cara
mengelolanya dengan optimal bersamaan dalam menangani krisis darurat pangan.