Anda di halaman 1dari 3

STORYLINE OPENING

Disclaimer : Storyline untuk opening sebenarnya tidak bisa disebut sebagai storyline secara
utuh sebagaimana mestinya. Namun, untuk mendeskripsikan dan menggambarkan secara jelas,
storyline ini dibuat untuk mempagari konteks yang akan dibangun baik itu lewat urusan
konsep, kemediaan, dll.

Kebutuhan Character :
3 Pemeran utama = 2 pemeran berkelompok dan 1 pemeran tunggal
• 1 regu tari tradisional yang terdiri dari 7-10 orang + 1 penyanyi pengiring tradisional
tunggal
• 1 regu tari modern yang terdiri dari 7-10 orang + 1 penyanyi pengiring modern tunggal
• 1 orang narrator

Nilai yang ingin disampaikan :


Budaya = Sebagai bangsa yang memiliki budaya dan kebiasaan baik turun temurun dari leluhur
dan perlahan mulai dilupakan seiring berkembangnya zaman. Nilai ini tercipta beriringan
dengan poin acara yang mengangkat hari kelahiran Semarang.
Moral = Makna dibalik pengemasan budaya yang sesungguhnya, ditanamkan secara tersirat
melalui plot tarian, dan secara tersurat melalui narasi yang diciptakan. Nilai ini tercipta akibat
anak muda yang mulai kehilangan attitude, social ethics, dan melupakan rasa hormatnya
terhadap sesama, sesepuh, bahkan bangsanya sendiri. (contoh kasus klitih, fenomena anak yang
menyuruh orang tuanya mandi lumpur, dsb).
Fight = Nilai perjuangan bangsa melawan penjajahan, yang penjajahan tersebut kini diartikan
berbeda, lebih ke arah penjajahan karakter, hati, jiwa, moral dan etika manusia. Fight dalam
artian memperjuangkan kebenaran yang nyata, ber-empati dengan bobroknya zaman yang
hanya bisa dikalahkan dengan sebuah perlawanan.

Character Introduction :
1. Regu tari tradisional dan penyanyi pengiring (Protagonist)
Memiliki peran protagonist, dalam artian sebagai karakter yang menguatkan nilai yang
akan ditanamkan pada acara, dan nilai yang seharusnya tertanam pada diri setiap
individu. Memiliki fungsi untuk menyampaikan nilai melalui budaya yang seharusnya
diilhami oleh manusia terkhususnya audience.
2. Regu tari modern dan penyanyi pengiring (Antagonist)
Memiliki peran antagonist, karakter yang tertampil bertolak belakang dengan peran
protagonist. Tidak mendukung nilai yang akan ditanamkan pada setiap individu, tetapi
diciptakan sebagai pemeran yang lebih disukai oleh mereka.
3. Narator (Netral)
Berperan sebagai penengah, translator dari plot yang dimainkan oleh kedua karakter.
Berfungsi sebagai ‘penampar’ audience untuk menanamkan kesan dan pesan yang
ditargetkan.

Character Colour:
(Prioritas warna berdasarkan urutan nomor)
Protagonist :
1. Emas kecoklatan
2. Coklat
3. Ijo
Antagonist :
1. Ungu/donker
2. Merah
3. Item
Netral :
1. Putih

Plot Cerita :
(Cerita terbentuk tidak sebagai sebuah kesatuan, melainkan terbagi menjadi beberapa plot yang
terpisah dan akan disatukan oleh narator)

Plot 1. *Solo vocal tradisional masuk menyanyikan lagu tradisional. Regu tari tradisional
masuk sesaat setelah solo vocal selesai.
Diceritakan tersirat melalui gerakan tarian yang menampilkan sebuah kekuatan budaya
Jawa yang elegan tetapi mulai usang dan tidak diminati rakyatnya sendiri. Kepudaran budaya
tersebut semakin terkubur dan terdampak kepada penggiat budayanya (penari) sehingga
emosinya berubah dari senang, senyum, bahagia, berenergi menjadi sedih, tidak bersemangat.

Plot 2. *Interlude menuju penyanyi modern yang dilanjutkan dengan masuknya regu tari
modern sesaat setelah solo vocal selesai.
Diceritakan tersirat melalui gerakan tarian yang menampilkan sebuah kekuatan budaya
modern yang disukai banyak orang seakan merebut masa kejayaan budaya aslinya. Kesedihan
dari budaya asli yang seakan ditampis dan tidak dipedulikan lagi karena kemunculan budaya
yang lebih menyenangkan, dan cocok dengan selera kalangan muda saat ini. Penjajahan
kebudayaan tanpa adanya sopan santun oleh karakter ini dipertahankan dan semakin meninggi
hingga akhir plot.

Plot 3. *Narator masuk dengan transisi dari vibes menyenangkan menuju vibes yang serius
Diceritakan sebagai tokoh yang telah melihat kedua plot sebelumnya sebagai dua
perspektif yang dibandingkan berdasarkan nilai, budaya, dan jati diri bangsa sesungguhnya.
Berisi narasi sarkasme dan satire untuk menerjemahkan kedua plot sebelumnya menjadi sebuah
keburukan yang sedang terjadi, dan menyampaikan nilai yang seharusnya diilhami.

Plot 4. *Vibes dipecahkan dan diperkuat dengan battle dance


Pertarungan antara kedua belah pihak yang ingin menunjukkan siapa yang paling kuat
diantara keduanya, mempertarungkan elegansi, memperebutkan pengakuan. Battle dance
dilakukan tanpa adanya alur cerita, hanya bergantian adu tari dengan waktu yang sudah
ditentukan.

Plot 5. *Vocal collaboration dengan lagu yang menunjukkan kesatuan antar keduanya, tidak
ada pemenang melainkan respect, diikuti oleh tari kolaborasi pada 30% akhir lagunya.
Menampilkan kesan fun, happy ending yang dikemas oleh nyanyian dan tarian.

Demikian penjelasan plot dan karakter untuk keperluan opening, penerjemahan visual
khusus kemediaan dipasrahkan kepada saudara Fardhis dengan segala kreatifitasnya.

Anda mungkin juga menyukai