Anda di halaman 1dari 5

Meningkatnya Harga Properti yang Berujung pada Sulitnya

Generasi Z untuk Memiliki Hunian

Ditulis oleh
I Made Iwan Karmawan
2020101008

Program Studi Arsitektur


Fakultas Teknologi dan Desain
Universitas Pembangunan Jaya

Hunian merupakan salah satu aset penting yang harus dimiliki oleh setiap
kalangan masyarakat. Hal ini karena hunian merupakan salah satu dari kebutuhan
pokok manusia selain daripada makanan dan juga pakaian. Karena inilah kebutuhan
akan hunian menjadi salah satu hal yang tak bisa terelakkan dari masa ke masa dan
bahkan cenderung meningkat di era modern seperti sekarang ini. Namun, kenyataan
yang terjadi adalah meskipun kebutuhan akan hunian semakin tinggi setiap
waktunya, harga hunian yang ada justru semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini
terjadi salah satunya akibat inflasi yang cukup tinggi seiring berjalannya waktu.
Misalnya saja, perbandingan harga rumah di akhir 90-an atau awal tahun 2000-an
yang mana masih berkisar di angka 50 hingga 100 juta rupiah. Apabila dibandingkan
dengan sekarang, harganya sangat jauh meroket yang mana rata-rata hunian sudah
bernilai 700 juta sampai dengan 3 milyar rupiah atau bahkan lebih tergantung tipe,
luasan, fasilitas, akses, dan juga lokasi.
Peningkatan harga hunian secara signifikan dari tahun ke tahun tanpa
diimbangi dengan peningkatan penghasilan inilah yang merupakan permasalahan
yang dialami hampir oleh hampir setiap generasi, khususnya generasi Z. Mengutip
referensi dari website sampoernauniversity.ac.id (2022), generasi z adalah seluruh
generasi yang lahir mulai tahun 1996 hingga 2012. Artinya, Generasi z adalah
generasi yang ada setelah milenial (1977-1995). Generasi Z menjadi salah satu
generasi yang dikhawatirkan untuk bisa membeli hunian di masa-masa mendatang
dikarenakan gaya hidup serta prioritas yang berbeda ketimbang generasi
sebelumnya.
Menurut Ramadhani et al (2018), setiap generasi memang memiliki
perbedaan masing-masing. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh Generasi
Z, khususnya terkait dengan pola konsumsi mereka. Beberapa diantaranya yakni :
1. Lebih memilih membeli barang yang dianggap keren
2. Mendapatkan uang untuk dihabiskan
3. kewirausahaan tinggi
4. ingin memiliki banyak pengalaman
5. Membeli produk sesuai dengan kebutuhan serta mengharapkan lebih
dari produk yang dipakai
Beberapa karakter dan pola pikir di atas dapat memberikan gambaran bagaimana
kesanggupan dan kesiapan mereka untuk membeli hunian di masa mendatang.
Bukan hanya itu, menurut Malini (2021), Generasi Z banyak menghabiskan uang
mereka untuk membeli makanan, pakaian, serta barang elektronik. Hal ini
menjelaskan bahwa ketiga hal tersebut menjadi prioritas konsumsi dari generasi Z
sekarang ini. Bila melihat secara grafik dan persentase pengeluaran selama satu
minggu menurut Mailini (2021), generasi Z menghabiskan uang paling besar dalam
lima kategori ini. Persentase paling besar yakni untuk makanan (41%), diikuti
pakaian (20%), perangkat elektronik (12%), produk kecantikan (8%), serta
sumbangan (6%). Persentase paling kecil yakni digunakan untuk menabung dengan
persentase dibawah 5%. Adanya persentase pengeluaran ini tentu semakin
memperkuat mengapa generasi Z berada di ambang kesulitan untuk bisa membeli
hunian di masa mendatang.
Melihat angka-angka tersebut memang cukup sesuai dengan realita yang ada
di lapangan. Sekarang ini, banyak sekali anak-anak muda dari kalangan generasi Z
yang lebih sering menghabiskan waktu di kafe, mencicipi makanan dan minuman
yang tengah tren di sosial media, kemudian berbelanja baju atau item fashion yang
sedang populer di pusat perbelanjaan, rutin mengganti smartphone baru agar tidak
tertinggal zaman dan pergaulan, serta masih banyak lagi. Tidak hanya itu, mengutip
dari website indozone.id (2019), hasil survey yang dilakukan oleh situs perjalanan
Booking.com pada 1000 responden di 29 pasar wisata, menunjukkan bahwa 65%
dari responden menjadikan liburan sebagai prioritas penggunaan uang di lima tahun
mendatang. Bahkan, sebesar 60% responden menyatakan menabung untuk liburan
lebih penting ketimbang menabung untuk properti. Dari berbagai data yang
disajikan, terlihat jelas bahwa generasi Z bahkan tidak lagi menjadikan hunian
sebagai prioritas yang harus dimiliki.
Akan tetapi, tidak semua generasi Z memiliki pola konsumsi dan berpikir yang
sama seperti yang dipaparkan sebelumnya. Beberapa dari mereka juga ada yang
mengutamakan ataupun bahkan sudah memiliki kesanggupan untuk membeli
rumah. Hanya saja memang ketika generasi Z ini sudah memiliki niat untuk membeli
properti hunian, mereka memiliki cukup banyak pertimbangan dari berbagai aspek.
Menurut survei kuesioner yang dilakukan oleh Ramadhani et al. (2021) kepada 300
responden dengan usia 19 hingga 24 tahun, generasi Z memiliki beberapa
pertimbangan dalam membeli hunian. Mulai dari cara mencari produk hunian,
kredibilitas dari developer properti, kepemilikan, dan juga tipe hunian.
Pertimbangan pertama yakni cara mencari produk. Meskipun generasi Z ini
lekat dengan smartphone dan juga sosial media, namun terkait dengan mencari
properti generasi Z lebih memilih untuk mencari hunian dengan survey langsung ke
unit atau lokasi. Hal ini cukup bisa dipahami karena karakter generasi Z juga ingin
mendapat pengalaman yang mana hal ini tidak bisa diperoleh hanya melalui
smartphone atau website. Ketika akan membeli rumah dan mengunjungi showing
unit, calon pembeli bisa melihat bagaimana suasana rumahnya kelak, kondisi
interior, kenyamanan, pencahayaan, dan masih banyak lagi. Pengalaman inilah yang
menjadi keutamaan bagi generasi Z apalagi terkait dengan hunian yang mana akan
ditempati dalam jangka panjang.
Pertimbangan kedua yakni kredibilitas dari pengembang atau developer
dimana properti tersebut dibeli. Terkait dengan hal ini, generasi Z tidak terlalu
memandang kredibilitas dari developer. Sederhananya mereka tidak terlalu
memikirkan merek atau label ketika membeli hunian, tetapi lebih pada kenyamanan.
Karena sebagian dari mereka juga beranggapan jika tinggal di cluster yang lebih
luxury, akan ada banyak biaya tambahan. Selain kenyamanan, generasi Z juga lebih
cenderung memilih produk yang menurut mereka keren tanpa peduli siapa
pengembangnya. Inilah salah satu keunikan dari generasi Z ketimbang generasi
pendahulunya yang masih sangat memandang label merek.
Pertimbangan ketiga yakni kepemilikan hunian. Mayoritas generasi Z
menyatakan bahwa lebih baik membeli rumah atas nama sendiri ketimbang dengan
menyewa rumah. Hal ini karena sistem sewa cenderung ‘menghambur-hamburkan
uang’ karena harus membayar sejumlah uang dalam kurun waktu tertentu. Namun
sebenarnya menyewa hunian ini bisa menjadi opsi jalan tengah jika generasi Z ingin
mulai hidup mandiri meskipun belum memiliki dana yang cukup untuk membeli
rumah sendiri. Perimbangan ketiga ini bisa dikatakan memiliki positif dan negatifnya
masing-masing tergantung situasi dan ekonomi dari masing-masing individu.
Pertimbangan keempat yakni mengenai tipe hunian. Generasi Z rata-rata
menyatakan bahwa lebih baik tinggal di rumah tapak ketimbang tinggal di hunian
vertikal seperti apartemen. Sebagian besar dari mereka berpikir bahwa tinggal di
rumah tapak memiliki poin plus tersendiri. Beberapa diantaranya adalah memiliki
akses halaman yang lebih baik serta tetap bisa menjalin sosialisasi dengan tetangga
sekitar. Namun demikian apartemen juga memiliki keunggulan sendiri yakni fasilitas
yang lebih lengkap, akses ke berbagai fasilitas yang jauh lebih strategis, serta biaya
perawatan yang lebih murah ketimbang rumah tapak. Setiap pilihan ini memiliki nilai
positif dan negatifnya yang mana ini kembali berkaitan erat dengan kondisi ekonomi
serta pola pikir setiap individu.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, ada beberapa aspek yang
dapat mempersulit generasi Z untuk bisa memiliki hunian. Aspek tersebut yakni
berkaitan dengan tipe hunian serta kepemilikannya. Berdasarkan pemaparan
sebelumnya, mayoritas generasi Z memilih untuk tinggal di rumah tapak yang mana
secara realita, keberadaan tanah semakin lama akan semakin terbatas dan kian
mahal tentu dapat mempersulit para generasi Z, ditambah lagi secara distribusi
pengeluaran mereka juga tidak menjadikan hunian atau properti sebagai prioritas.
Aspek lainnya yakni kepemilikan. Mayoritas dari mereka memilih untuk langsung
membeli rumah ketimbang menyewa. Padahal membeli rumah bukanlah perkara
mudah, karena setelah membeli rumah ada hal yang masih harus diperhatikan mulai
dari biaya perawatan, furniture, pajak bumi dan bangunan, dan lain-lainnya.
sedangkan sistem sewa hanya perlu membayar sewa dalam jangka waktu bulan
atau tahun ditambah biaya listrik, air, ataupun perawatan apabila diperlukan. Jika
mayoritas dari mereka ingin langsung membeli rumah tentu harus siap dengan biaya
yang harus dikeluarkan setelah rumah itu terbeli dan secara tidak langsung juga
akan semakin membebani finansial mereka.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada banyak sekali faktor yang
melatarbelakangi generasi Z sampai akhirnya sulit untuk membeli hunian. Tidak
hanya disebabkan oleh gaya hidup dan pola konsumsi, tetapi juga karena pola pikir.
Seluruh generasi Z harus mulai menyikapi hal ini dengan serius karena
bagaimanapun juga rumah adalah salah satu kebutuhan mereka di 5 hingga 10
tahun mendatang. Tanpa adanya rumah, segala kegiatan akan terhambat atau
bahkan mustahil dilakukan yang mana akhirnya dapat berujung ke berbagai macam
masalah lainnya seperti masalah finansial-ekonomi maupun sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Malini, Helma. (2021). Gaya Konsumsi dan Perilaku Konsumen Generasi Z di
Warung Kopi. Prosiding Seminar Nasional SATIESP 2021, 34 - 44. diakses
pada 23 Maret 2023 dari
<https://feb.untan.ac.id/wp-content/uploads/2022/03/5.pdf>

Ramadhani et al. (2021). PREFERENSI PILIHAN JENIS HUNIAN BERDASARKAN


PERILAKU BELANJA GENERASI Z. PAWON: Jurnal Arsitektur. 5(2). diakses
pada 23 Maret 2023 dari
<https://media.neliti.com/media/publications/518843-none-dd3fa66e.pdf>

Sampoerna University. (2022). Memahami Pengertian dari Generasi Z Beserta


Karakteristiknya. diakses pada 23 Maret 2023, dari
<https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/generasi-z/>

Nanda. (2019). Survei: Generasi Z Lebih Memilih Liburan Ketimbang Beli Properti.
diakses pada 23 Maret 2023, dari
<https://www.indozone.id/travel/aPs90O/survei-generasi-z-lebih-memilih-libura
n-ketimbang-beli-properti/read-all>

Anda mungkin juga menyukai