Anda di halaman 1dari 4

Peran Generasi Z Mengedukasi Selama Pandemi

Sejak pertama kali mengkonfirmasi kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020
Indonesia masih menjadi salah satu dari negara yang terdampak pandemi covid-19.
Bahkan sampai pada bulan Agustus 2021 pemerintah Indonesia masih menerapkan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat(PPKM) level 4. Penyebaran virus
Corona penyebab pandemi Covid-19 di dunia belum juga mereda. Bahkan, di banyak
negara varian Delta merebak dan menyebabkan lonjakan kasus. Berdasarkan data dari
Worldometers, hingga Rabu 14 Juli 2021 pukul 07.00 WIB, tercatat sudah ada
188.563.150 kasus Covid-19 di seluruh dunia.
Kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi ini membawa dampak yang cukup
serius pada tatanan kesehatan, perekonomian, dan sosial di Indonesia. Indonesia
dalam menangani pandemic covid -19 yang sedang marak terjadi. Kebijakan yang ada
tersebut secara langsung berdampak positive namun secara tidak langsung juga dapat
menimbulkan dampak negative, salah satunya yang dapat kita ketahui saat ini
yaitu merosotnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dampak pada sector
ekonomi di Indonesia akibat dari pandemic ini antara lain terjadinya PHK,
terjadinya PMI Manufacturing Indonesia, penurunan impor, peningkatan harga
(inflasi) serta terjadi juga kerugian pada sector pariwisata yang menyebabkan
penurunan okupansi. Pada Berbagai macam kebijakan telah dibuat dibuat oleh
pemerintah
Generasi Z merupakan generasi yang paling muda yang baru memasuki angkatan
kerja. Generasi ini biasanya disebut dengan generasi internet atai Igeneration. Generasi
Z lebih banyak berhubungan sosial lewat dunia maya. Sejak kecil, generasi ini sudah
banyak dikenalkan oleh teknologi dan sangat akrab dengan smartphone dan
dikategorikan sebagai generasi yang kreatif. Ciri/Karakteristik: Lebih menyukai
kegiatan sosial dibandingkan generasi sebelumnya, lebih suka di perusahaan start up,
multi tasking, sangat menyukai teknologi dan ahli dalam mengoperasikan teknologi
tersebut, peduli terhadap lingkungan, mudah terpengaruh terhadap lingkungan
mengenai produk
Perbedaan karakteristik yang paling signifikan antara generasi X, Y dan Z adalah
penguasaan informasi dan teknologi. Bagi generasi Z, informasi dan teknologi adalah
hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena mereka lahir dimana
akses terhadap internet sudah menjadi budaya global, sehingga berpengaruh terhadap
nilai dan pandangan tujuan hidup mereka. Pada tahun ini, rata-rata di dunia
pendidikan, generasi yang paling banyak sedang menempuh jenjang perkuliahan adalah
generasi milenial. Dimana generasi milenial biasanya menyukai sesuatu yang out of the
box, sangat suka tantangan dan penghargaan. Mereka cenderung overconfidence, berani
mengungkapkan pendapat, baik langsung ataupun lewat media sosial. Generasi ini
(milenial) tumbuh seiring dengan munculnya berbagai terobosan baru dalam teknologi
komunikasi, dari mulai SMS, Email, aplikasi Instant Messaging seperti BBM, Whatsapp,
Line, dan berbagai bentuk komunikasi tertulis lainnya. Bentuk komunikasi tertulis
dirasa lebih nyaman dan tepat oleh generasi milenial. Generasi milenial juga cenderung
menciptakan lingkungan kuliah, kerja dan percakapan sehari-hari yang tidak terlalu
formal. Hal ini menunjukkan bahwa milenial lebih menyukai semua bentuk komunikasi
yang lebih bersahabat dan nada bicara yang lebih akrab
Peran generasi Z pada masa pandemi sangatlah vital, karena secara personalitas
Gen Z sendiri lahir di periode krisis ekonomi yang berat dan menyuguhkan tantangan
tersendiri bagi para orang tua untuk membesarkan generasi pasca-milenial ini di masa
sulit. Kecemasan yang dialami orang tua, tanpa disadari, turut berpengaruh terhadap
pembentukan karakter Gen Z. Tumbuh di era resesi, membuat Gen Z diberikan
perhatian lebih, hal ini mengakibatkan generasi Z tumbuh dengan harapan baru di
masa depan. Hal tersebut membuat generasi Z tumbuh menjadi pribadi yang lebih
inovatif

Menurut McKinsey(2018), Gen Z diidentifikasi sebagai “the communaholic”,


generasi yang sangat inklusif dan tertarik untuk terlibat dalam berbagai komunitas
dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi guna memperluas manfaat yang ingin
mereka berikan. Ketiga, Gen Z dikenal sebagai “the dialoguer”, generasi yang percaya
akan pentingnya komunikasi dalam penyelesaian konflik dan perubahan datang melalui
adanya dialog. Selain itu, Gen Z terbuka akan pemikiran tiap individu yang berbeda-
beda dan gemar berinteraksi dengan individu maupun kelompok yang beragam. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa Gen Z memiliki peran yang penting dalam
mengedukasi masyarakat mengenai pandemi covid-19 ini, serta sebagai ujung tombak
dalam mensukseskan program-program yang dilakukan demi memulihkan kondisi
negara pasca wabah pandemi covid-19.

Menurut penelitian, 33% Gen Z menghabiskan lebih dari 6 jam sehari dalam
menggunakan ponsel dan jauh lebih sering menggunakan media sosial dibandingkan
dengan generasi pendahulunya. Bahkan, survei tersebut memaparkan bahwa Gen Z di
Indonesia, khususnya menduduki peringkat tertinggi dalam penggunaan ponsel, yakni
8,5 jam setiap harinya (Kim, et al, 2020). Karena tingginya intensitas generasi Z dalam
menggunakan ponsel dan sosial media tindakan yang efektif dilakukan oleh Generasi Z
dalam mengedukasi masyarakat mengenai covid-19 melalui media sosial karena
Daftar Pustaka
“Ada varian Delta, gelombang keempat Covid-19 bisa terjadi di Perancis akhir bulan
ini”, https://internasional.kontan.co.id/gelombang-keempat-covid-19-bisa-terjadi-di-
perancisakhir-bulan-ini, diakses 7 Juli 2021.

Francis, T., & Hoefel, F. 2018. True Gen: Generation Z and Its Implications for
Companies. McKinsey & Company. https://www.mckinsey.com/industries/consumer-
packaged-goods/our-insights/true-gen-generation-z-and-its-implications-for-
companies

Kim, A., McInerney, P., Smith, T.R., Yamakawa, N. 2020. What Makes Asia-Pasific’s
Generation Z Different? McKinsey & Company.https://www.mckinsey.com/business-
functions/marketing-and-sales/our-insights/what-makes-asia-pacifics-generation-z-
different

Anda mungkin juga menyukai