Anda di halaman 1dari 18

Mohammad Belvananda Athaya Syah Putra

11000121130344
E/2021
RP Bab 5 Beberapa Konsep Hukum

(Minggu Ke-6,7, & 9) (Pertemuan Ke-11&12, 13&14, 15) (27&28/09 & 04,05&18/10/21)
PPT Dosen Bab 5 Beberapa Konsep Hukum
- Konsep Hukum
1. Untuk mempelajari tentang Ilmu Hukum, terlebih dahulu harus mengetahui tentang berbagai definisi tentang
Ilmu Hukum itu sendiri.
2. Definisi ini berkaitan dengan bagaimana seseorang mengonsepkan hukum.
3. Ada banyak definisi tentang hukum, berarti banyaknya hakikat hukum (karena banyaknya aliran filsafat hukum),
dan juga ada banyak konsep tentang hukum.

- Beberapa Pengertian
1. Mochtar Kusumaatmadja: Pengertian hukum yang memadai, tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu
perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula mecakup
lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.
2. John Austin, Hans Kelsen, dan Hart: Mendefinisikan hukum sebagai perintah pihak yang berdaulat.
3. Sudikno Mertokusumo: Mendefinisikan hukum sebagai keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-
kaidah dalam suatu kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannnya dengan sanksi.

- Menurut Soetandyo Wignjosoebroto (1992)


Terdapat 5 konsep hukum:
1. Hukum adalah asas-asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal.
2. Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional.
3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim (in concreto), tersistematisasi sebagai judge made law.
4. Hukum adalah pola perilaku sosial yang terlembaga eksis sebagai variabel sosial yang empiris.
5. Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar
mereka.
- Beberapa Aliran Filsafat Hukum, Konsep, Ciri, dan Ranah Hukum Menurut Erlyn Indarti
1. Legal Philosophy atau Theologhy
A. Konsep Hukum:
~ Law as what ought to be in moral or ideal precepts.
~ Ius Constituendum.
B. Ciri Hukum:
~ Asas moralitas yang bernilai universal dan menjadi bagian inheren sistem hukum alam.
~ Keadilan yang masih harus diwujudkan.
C. Ranah:
~ Normatif Normologik (Norma Moral).

2. Legal Positivism atau Post-Positivism


A. Konsep Hukum:
~ Law as what it is written in the books.
~ Ius Constitutum.
B. Ciri Hukum:
~ Kaidah-kaidah positif yang berlaku umum (in abstracto) di suatu waktu atau tempat tertentu.
~ Terbit sebagai produk eksplisit suatu sumber kekuasaan politik tertentu yang berlegitimasi.
~ Hukum perundang-undangan nasional atau negara.
~ Perintah-perintah eksplisit yang secara positif telah terumus jelas guna menjamin kepastiannya.
C. Ranah:
~ Normatif Positif (Norma Positif Legislatif).

3. Legal Realism atau Behavioralism, Sociological Jurisprudence


A. Konsep Hukum:
~ Law as it’s made by the judge in the court of law or judge-made by law.
~ Ius Constitutum.
B. Ciri Hukum:
~ Keputusan yang diciptakan hakim (in concreto) dalam proses peradilan.
~ Hasil cipta penuh pertimbangan (judgement) dari hakim pengadil.
C. Ranah:
~ Normatif Behavioral (Norma Positif Yudisial).
4. Legal Structuralism atau Functionalism atau Structuro Functionalism, Law and Society
A. Konsep Hukum:
~ Law as it is in society.
~ Law as regularities.
B. Ciri Hukum:
~ Pola perilaku sosial.
~ Institusi sosial yang nyata dan fungsional di dalam sistem kehidupan masyarakat, baik dalam proses pemulihan
ketertiban dan penyelesaian sengketa, maupun dalam proses pengarahan dan pembentukan pola perilaku yang baru.
C. Ranah:
~ Empirik Nomologik.

5. Critical Legal Theory, Critical Legal Studies


A. Konsep Hukum:
~ Law as historical atau virtual realities.
~ Law as historically atau virtually understood or believed.
~ Law as false consciousness or as falsely realised.
B. Ciri Hukum:
~ Serangkaian struktur, sebagai suatu realitas virtual atau historis, yang merupakan hasil proses panjang kristalisasi
nilai-nilai politik, ekonomi, sosial, budaya, etnik, gender, dan agama.
~ Sebagai instrumen hegemoni yang cenderung dominan, diskriminatif, dan eksploitatif.
~ Setiap saat terbuka bagi kritik, revisi, dan transformasi, guna menuju emansipasi.
C. Ranah:
~ Empirik Kritis.

6. Legal Interpretivism atau Symbolic Interationism


A. Konsep Hukum:
~ Law as it is in human actions and interactions.
~ Law as interpretations or process of interpreting.
B. Ciri Hukum:
~ Makna-makna simbolik hasil interpretasi (individual atau kreatif) sebagaimana dalam dari aksi serta interaksi
masyarakat.
C. Ranah:
~ Simbolik Interaksional atau Interpretatif.
7. Legal Constructivism
A. Konsep Hukum:
~ Law as relative and contextual consensus (hukum sebagai kesepakatan, baik tertulis maupun tidak).
~ Law as mental construction.
~ Law as experiential realities.
B. Ciri Hukum:
~ Konstruksi mental yang bersifat relatif, majemuk, beragam, intangible, lokal, dan spesifik (walaupun elemen-
elemen serupa dapat saja dijumpai pada individu, kelompok masyarakat, maupun budaya yang berbeda), berbasis
sosial atau eksperiential.
~ Rekonstruksi atau revisi atau perubahan terjadi berkesinambungan, sejalan dengan pengayaan informasi dan
sofistikasi atau olah cipta rasa.
~ Yang ada setiap saat adalah konsensus atau kesepakatan relatif berkenaan dengan konstruksi tersebut, sesuai
dengan konteks ruang dan waktu.
C. Ranah:
~ Relatif Konstruktivis.

- Lapisan Ilmu Hukum


J. Gijssels dan Marck van Hoecke mengemukakan lapisan Ilmu Hukum sebagai berikut:
1. Filsafat Hukum
2. Teori Hukum
3. Dogmatik Hukum
4. Praktik Hukum
Dan semakin keatas abstraksinya semakin tinggi, atau sulit diubah. Dan semakin kebawah abstraksinya
semakin rendah atau konkrit dan tidak sulit diubah.
Secara kronologis, perkembangan Ilmu Hukum diawali oleh filsafat dan disusul oleh dogmatik hukum
(Ilmu Hukum Positif). 2 disiplin ini memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Filsafat Hukum sangat spekulatif,
sedangkan hukum positif sangat teknis.
Oleh karenanya, perlu disiplin lain yang menjembatani keduanya di tengah-tengah. Disiplin itu mula-mula
berbentuk ajaran hukum (algemene rechtsleer) yang berisi ciri-ciri umum seperti asas-asas hukum dari berbagai
sistem hukum. Disiplin ini kemudian berkembang menjadi teori hukum.
Dogmatik Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum pada akhirnya harus diarahkan kepada praktik
hukum. Praktik Hukum ini menyangkut 2 aspek utama, yakni pembentukan hukum dan penerapan hukum.
Permasalahan penerapan hukum diantaranya mengenai interpretasi hukum, kekosongan hukum (leemten in
het recht), antinomi, dan norma yang kabur (vage normen).
Tiap lapisan Ilmu Hukum memiliki karakteristik khusus mengenai konsep, eksplanasi, dan sifat atau
hakikat keilmuannya.
- Karakteristik Lapisan Ilmu Hukum
1. Filsafat Hukum
A. Konsep: Grondbegrippen
B. Eksplanasi: Reflektif
C. Sifat: Spekuatif

2. Teori Hukum
A. Konsep: Algemene Begrippen
B. Eksplanasi: Analitis
C. Sifat: Normatif Empiris

3. Dogmatik Hukum
A. Konsep: Technischjuridisch Begrippen
B. Eksplanasi: Teknis Yuridis
C. Sifat: Normatif
Rangkuman Buku Satjipto
- Hak dan Kewajiban
Kehadiran hukum dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan mengontrol kepentingan
masyarakat yang dapat bertentangan satu sama lain. Oleh karena itu, hukum diintegrasikan agar gesekan-gesekan
tersebut dapat diminimalisasi.

- Hak
Hak adalah pemberian kekuasaan kepada individu yang dilakukan secara terukur dan sistematis namun
dibatasi keluasannya.

- Ciri yang Melekat pada Hak Menurut Hukum (Fitzgerald,1966:21)


1. Hak diberikan kepada seseorang: Artinya Manusia sebagai pemilik atau subjek dari sebuah hak.
2. Hak tertuju kepada orang lain: Artinya antara individu dengan individu lainnya memiliki hubungan korelasi
dalam pemenuhan sebuah tuntutan sehingga saling berkaitan.
3. Hak yang ada pada seseorang mewajibkan orang lain untuk melakukan (commision) atau tidak melakukan
(ommision) suatu tindakan.
4. Commision atau ommision: Menyangkut objek dari hak.
5. Hak memiliki titel: Artinya suatu peristiwa dapat menjadi alasan seseorang mendapatkan hak.

- Pengelompokan Hak Menurut Ahli Hukum


1. Curzon
A. Hak yang sempurna dan tidak sempurna
Hak sempurna artinya dapat dilaksanakan melalui hukum dan pemaksaan. Sedangkan hak tidak sempurna
adalah hak yang diakui oleh hukum tetapi tidak selalu dilaksanakan melalui jalur persidangan.
B. Hak utama dan tambahan
Hak utama adalah hak yang diperluas karena hak-hak lain. Sedangkan hak tambahan adalah hak yang
melengkapi hak utama.

C. Hak publik dan perdata


Hak publik menyangkut kepentingan umum sedangkan perdata menyangkut kepentingan individu
(perorangan).
D. Hak positif dan negatif
Hak positif menuntut dilakukan perbuatan positif dari pihak tempat kewajiban korelatifnya berada. Hak
negatif memiliki kewajiban yang setara kepada orang lain untuk tidak melakukan sesuatu.
E. Hak milik dan hak pribadi
Hak milik merupakan sesuatu yang melekat dan menjadi kepunyaan individu sedangkan hak pribadi
merupakan kebebasan untuk tidak dan melakukan sesuatu.

2. Salmond
A. Hak dalam arti sempit.
B. Hak kemerdekaan.
C. Hak kekuasaan.
D. Hak imunitas.

- Pengelompokkan Kewajiban Menurut Curzon


1. Kewajiban mutlak dan nisbi
Kewajiban mutlak artinya kewajiban yang tidak memiliki pasangan hak, sedangkan kewajiban nisbi
melibatkan hak di lain pihak.
2. Kewajiban publik dan perdata
Kewajiban publik berhubungan dengan hak-hak publik, sedangkan kewajiban perdata berhubungan dengan
hak perdata.
3. Kewajiban positif dan negatif
Kewajiban positif menghendaki dilakukan perbuatan positif, sedangkan kewajiban negatif menghendaki
suatu pihak tidak melakukan sesuatu.
4. Kewajiban universal, umum, dan khusus
Universal ditujukan untuk seluruh masyarakat; kewajiban umum untuk suatu golongan tertentu; dan
kewajiban khusus merupakan kewajiban yang timbul di bidang tertentu.
5. Kewajiban primer dan yang memberi sanksi
Kewajiban primer adalah kewajiban yang tidak timbul dari perbuatan yang melanggar hukum, dan yang
memberi sanksi adalah sesuatu yang tercipta dari perbuatan melanggar hukum.

- Penguasaan
Hubungan antara seseorang dengan barang yang ada dan mengandung kekuasaan. Suatu barang tidak
memerlukan legitimasi lain kecuali karena hanya dengan barang yang ada di genggaman maka dapat dikatakan
dengan sebuah penguasaan.

- Unsur-Unsur
1. Corpus Possession: Merupakan kepemilikan yang mutlak antara sebuah barang dengan pemiliknya.
2. Animus Possidendi: Merupakan sebuah niat untuk memiliki. Sebagai contoh ketika anda melihat koper maka
anda berniat untuk memiliki isinya, meskipun tidak tau apa yang ada di dalamnya.

- Cara Memperoleh Penguasaan


1. Melalui pengambilan
Pengambilan dilakukan tanpa melalui persetujuan dari pemilik sebelumnya.
2. Melalui penyerahan
Penyerahan dilakukan dengan persetujuan dan atas izin pemilik sebelumnya.
Oleh karena itu kepemilikan tidak dapat diabaikan oleh hukum. Hukum dituntut untuk memberikan
jaminan, memutuskan dan mengatur tentang masalah tersebut. Dalam penguasaan hukum selalu mengambil
keputusan yang bersifat faktual. Karena pertimbangan didasarkan pada tujuan dan kepentingan hukum.

- Perbedaan Pemilikan dan Penguasaan


1. Pemilikan
Memiliki sosok hukum yang lebih jelas dan pasti yang menunjukkan hubungan antara seseorang dengan
objek yang menjadi sasaran pemilikan.

2. Penguasaan
Penguasaan lebih bersifat faktual, maka pemilikan terdiri dari suatu kompleks hak-hak, yang kesemuanya
dapat digolongkan ke dalam ius in rem, karena ia berlaku terhadap semua orang, berbeda dengan ius personam
yang hanya berlaku terhadap orang-orang tertentu.

- Ciri dan Hak yang Termasuk Pemilikan (Fitzgerald,1966:21)


1. Pemilik mempunyai hak untuk memiliki barangnya.
2. Pemilik biasanya mempunyai hak untuk menggunakan dan menikmati barang yang dimilikinya.
3. Pemilik mempunyai hak untuk menghabiskan, merusak atau mengalihkan barangnya. Pada orang yang
menguasai suatu barang, hak untuk mengalihkan itu tidak ada padanya karena adanya asas memo dai quod
nonhabet.
4. Pemilikan mempunyai ciri tidak mengenal jangka waktu.
5. Pemilikan mempunyai ciri yang bersifat sisa.

- Fungsi Sosial Pemilikan


Pemilikan mempunyai artinya tersendiri dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat tempat ia
diterima sebagai konsep hukum. Maka, itu membicarakan pemilikan dalam kajian sosial, tidak lagi sebagai suatu
kategori yuridis. Dalam konteks yang demikian itu, maka pemilikan bisa merupakan indeks, tidak hanya bagi
tingkat kesejahteraan dari pemiliknya, tetapi juga bagi kedudukan sosialnya (Dias,1976 :406).
Fungsi sosial pemilikan juga terlihat dalam hubungan dengan penggunaannya untuk menyampaikan ide-ide
politik dan sosial zamannya. Pada suatu saat pemilikan itu menjadi pendekar dari pikiran-pikiran yang
individualistis yang terlihat pada pensifatannya sebagai hak yang memberikan kemerdekaan besar kepada
pemiliknya untuk melakukan apa saja dengan miliknya itu (indefinite, unrestricted, unlimited).

- Tentang Orang
Dalam hukum, konsep orang ialah sentral. Orang menjadi pusat dari beberapa konsep yang ada di
sekelilingnya, semisal hak, kewajiban, pemilikan, penguasaan, subjek hukum, dan lainnya.
Tanpa adanya orang, semua konsep-konsep tersebut tidak akan ada. Sebaliknya, karena adanya keberadaan
dan eksistensi dari orang terciptalah berbagai konsep tersebut.
Keseluruhan bangunan hukum disusun atas hak-hak dan kewajiban. Dalam hukum terdapat 2 stereotip
tingkah laku yakni menuntut behubungan dengan hak dan berhutang berhubungan dengan kewajiban.
Hak merupakan potensi yang pada suatu saat bisa dimintakan perwujudannya oleh pemegang hak. Oleh
karena itu penyandang hak tentunya hanyalah mereka yang mampu menentukan pilihan antara mewujudkan atau
tidak mewujudkan hak dan kemampuan ini hanya ada pada manusia (Fitzgerald, 1996:298).
Dalam sisi lain ada kalanya hukum yang menentukan siapa saja manusia yang dapat kedudukan sebagai
pemegang hak dan kewajiban. Hukum memberikan pengecualian kepada manusia atau segolongan manusia
tertentu sebagai makhluk hukum. Ketika itu terjadi, tertutup sudah kesempatan bagi orang-orang itu untuk menjadi
pembawa hak dan kewajiban.

- Subjek Perlindungan Hukum


1. Orang yang Masih Hidup
2. Orang yang Sudah Meninggal
Mendapat perlakuan yang baik terhadap jenazah nya juga dapat mendapat perlindungan hukum atas nama
baiknya. Tentu ini semua diurus sebelum yang bersangkutan meninggal dunia. Misalnya, surat wasiat. Walau
sudah tiada orangnya, tetapi tetap mempunyai kekuatan untuk mengatur harta kekayaan yang ditinggalkannya.
3, Bayi dalam kandungan
Sesuai dengan maksim nasciturus pro jam nato habetur. Perlindungan tentang harta kekayaan, apakah bayi
tersebut mendapat harta tersebut atau untuk diperhitungkan sebagai kehidupan yang ingin dilindungi oleh hukum.
Syaratnya adalah bayi tersebut hidup pada waktu dilahirkan dari kandungan ibunya.
Hukum masih membuat konstruksi fiktif karena memikirkan manusia dan bukan orang sebagai subjek
hukum. Konstruksi demikian disebut badan hukum. Hukum mempunyai kebebasan untuk memutuskan apa yang
ingin diciptakannya, hal tersebut tentu dimaksudkan untuk suatu tujuan. Badan yang tercipta terdiri dari corpus dan
ke dalamnya hukum memasukan unsur animus yang menimbulkan kepribadian dalam badan itu.
Rangkuman Buku Soedikno
- Hukum
1. “Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama.
Keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dalam suatu sanksi. Hukum dapat pula dikatakan sebagai kumpulan peraturan-peraturan.”
2. Hukum bukanlah merupakan tujuan, tetapi sarana atau alat untuk mencapai tujuan yang sifatnya non-yuridis dan
berkembang karena rangsangan dari luar hukum. Faktor-faktor diluar hukum itulah yang membuat hukum itu
dinamis.
3. Hukum mengatur hubungan hukum. Hubungan hukum terdiri dari ikatan-ikatan antar individu dan masyarakat
atau antara individu sendiri yang tercermin pada hak dan kewajiban.
4. Hukum menyesuaikan kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Hukum
sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif.
5. Dalam literatur Belanda, hukum disebut objectief recht. Disebut Objektif karena sifatnya yang umum dan
mengikat kepada setiap orang. Kemudian recht dalam hukum Belanda dibagi menjadi 2 lagi yaitu Objectief recht
(Hukum) dan Subjectief recht (Hak dan Kewajiban).

- Hak dan Kewajiban


1. “Hukum harus dibedakan antara hak dan kewajiban, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan. Tidak ada hak tanpa
kewajiban dan tidak ada kewajiban tanpa hak.”
2. “Subjectief Recht” berarti hak (pada umumnya), hak mempunyai arti memberi kenikmatan dan keleluasaan
kepada individu dalam melaksanakannya. Kewajiban merupakan pembatasan dan beban, sehingga yang menonjol
ialah segi aktif dalam hubungan hukum yaitu hak. Hak dan kewajiban merupakan perimbangan kekuasaan dalam
bentuk hak individual disatu pihak yang tercermin pada kewajiban pada pihak lawan.
3. P. Scholten: Hak melekat pada setiap individu dari ia dilahirkan sampai mati. Hak adalah kepentingan yang
dilindungi hukum sedangkan kepentingan adalah tuntutan perorangan atas kelompok yang diharapkan untuk
dipenuhi, mengandung kekuasaan dan pelaksanaannya dlindungi oleh hukum.

- Kepentingan Umum
Kepentingan Umum dikenal dengan “publieke orde” (ketertiban umum), ”goede zeden” (kebiasaan baik),
dan ”algemeen belang” (kepentingan umum S 1906 No.348)
Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kepentingan Umum:
1. Pasal 49 UU No. 9 Tahun 2004 tentang peradilan Tata Usaha Negara: Kepentingan umum adalah kepentingan
bangsa dan negara dan atau kepentingan masyarakat bersama dan atau kepentingan pembangunan.

2. UU No. 16 Tahun 2004: Kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan negara dan atau kepentingan
masyarakat luas.
3. UU No. 2 Tahun 2012 Pasal 1 ayat 6: Kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, negara dan masyarakat.
Harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.

Dari berbagai peraturan perundang-undangan tersebut kepentingan umum memiliki beberapa kriteria yaitu
bersifat sosial, bertujuan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum dan tidak bertujuan mencari
keuntungan atau laba. Kepentingan umum menyangkut kepentingan bangsa, negara, pelayanan umum dalam
masyarakat luas rakyat banyak dan atau pembangunan.
Kriteria kepentingan umum bukan saja tidak bertujuan mencari laba tetapi yang bertujuan mencari laba juga
bisa menjadi kriteria kepentingan umum. Contohnya pengusaha pemilik angkutan umum di daerah terpencil yang
belum ada angkutan umum.

- Kepentingan Pemerintah (Bersifat 1 Arah)


Hal itu disebabkan karena tindakan pemerintah seharusnya ditujukan kepada pelayanan umum dengan
memperhatikan dan melindungi kepentingan umum.
Cara pemerintah menentukan kepentingan yang utama:
1. Kepentingan-kepentingan itu harus berdasarkan hukum (rechtmatig)
2. Mengenai sasaran atau bermanfaat (doelmatig)
3. Telah dipertimbangkan keabsahannya (rechtmatigheid)
4. Dipertimbangkan manfaatnya (doelmatigheid)

- Kepentingan Umum Menurut pengertiannya


1. Secara Filosofis: Secara umum pengertian kepentingan umum tersirat dalam Pembukaan UUD.
2. Secara Teoritis: Kepentingan umum merupakan kepentingan masyarakat yang harus didahulukan dari
kepentingan yang lain dengan tetap memperhatikan proporsi pentingnya dan tetap menghormati kepentingan yang
lain.
3. Secara Praktis dan Konkrit: Kepentingan umum diserahkan kepada hakim untuk dipertimbangkan secara
proporsional dengan tetap menghormati semua kepentingan dan dengan mengacu kepada rumusan umum dalam
undang-undang.

- Unsur dalam Hak


Subjek Hukum, Objek Hukum, Hubungan Hukum (mengikat pihak lain dengan kewajiban), dan
Perlindungan Hukum.
1. Hak, pada hakikatnya merupakan hubungan antara subjek hukum atau objek hukum dengan subjek hukum lain
yang dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban.
2. Kewajiban, adalah suatu beban yang bersifat kontraktual, sedangkan Tanggung jawab merupakan beban moral.
3. Hukum adalah sekumpulan peraturan yang bersifat abstrak, artinya tatanan yang diciptakan oleh hukum hanya
akan menjadi kenyataan apabila subjek diberi hak dan dibebani kewajiban.
Hukum bersifat pasif apabila tidak dapat diterapkan terhadap peristiwa konkret. Konkretisasi hukum
menjadi hak dan kewajiban terjadi dengan perantara peristiwa hukum.
Peristiwa yang mempunyai akibat hukum adalah peristiwa hukum. Hukum bersifat pasif sehingga tidak
mungkin mempunyai akibat hukum yang artinya membutuhkan peristiwa hukum untuk adanya akibat hukum.
Seperti "barangsiapa membunuh, dihukum" tidak mempunyai akibat hukum jika tidak terjadi pembunuhan.
Peristiwa Hukum pada hakikatnya adalah kejadian, keadaan, atau perbuatan orang yang oleh hukum
dihubungkan dengan akibat hukum. Termasuk kejadian kelahiran atau kematian, sedangkan yang merupakan
keadaan misalnya umur yang menyebabkan kedewasaan. Kejadian ini bukan karena subjek hukum tapi kejadian
alamiah.

- Perbuatan Subjek Hukum


1. Perbuatan Hukum: Perbuatan subjek hukum yang ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum yang sengaja
dikehendaki oleh subjek hukum.
2. Perbuatan (subjek hukum) yang merupakan perbuatan nyata bukan perbuatan hukum: Tidak ada kehendak dan
pernyataan kehendak untuk menimbulkan akibat hukum.

Perbuatan hukum bersifat aktif maupun pasif. Jika perbuatan pasif mengandung pernyataan kehendak untuk
menimbulkan akibat hukum maka disebut perbuatan hukum.
Perbuatan hukum sepihak yaitu hanya memerlukan kehendak dan pernyataan kehendak untuk menimbulkan
akibat hukum dari satu subjek hukum saja. Contohnya hibah dan wasiat.
Perbuatan hukum ganda yaitu memerlukan kehendak dan pernyataan kehendak dari sekurang-kurangnya
dua subjek hukum yang ditujukan kepada akibat hukum yang sama. Contohnya pendirian perseroan terbatas.

- Perbuatan Melawan Hukum


Dihubungkan oleh hukum dengan akibat hukum yang tidak dikehendaki oleh si pelaku, yaitu membayar
ganti Rugi (Pasal 1365 BW). Banyak sekali peristiwa peristiwa yang bukan hukum yang tidak kurang pentingnya.
banyak peristiwa peristiwa bukan hukum yang relevan bagi hukum karena menentukan isi hubungan hubungan
hukum, tetapi bukanlah merupakan syarat untuk terjadinya hubungan hukum. Contohnya adalah merokok di tempat
umum, penjaga malam yang tertidur saat waktu menjaga, mengendarai motor tidak membawa SIM, itu merupakan
contoh bukan peristiwa Hukum, tetapi peristiwa tersebut sangat relevan bagi hukum, karena ikut menetapkan isi
serta luas kewajiban hukum dan hubungan hukum.
Terdapat 2 macam hak yaitu:
1. Hak Absolut
Merupakan hubungan antara subjek hukum dengan objek hukum yang menimbulkan kewajiban pada setiap
orang lain untuk menghormati hubungan hukum itu. Hak absolut memberi wewenang bagi pemegangnya untuk
berbuat atau tidak berbuat dan melibatkan setiap orang.
Isi hak absolut ditentukan oleh kewenangan pemegang hak. Kalau ada hak absolut terhadap seseorang, ada
kewajiban bagi setiap orang untuk menghormati dan tidak mengganggunya. Pada hak absolut, pihak ketiga
berkepentingan untuk mengetahui eksistensinya sehingga memerlukan publisitas.
Hak absolut terdiri dari hak absolut yang bersifat kebendaan dan hak absolut yang tidak bersifat kebendaan.
Hak absolut yang bersifat kebendaan meliputi hak kenikmatan (hak milik, hak guna bangunan, dan sebagainya) dan
hak jaminan.
Hak absolut yang tidak bersifat kebendaan adalah hak milik perindustrian dan hak milik intelektual yang
sekarang dikenal dengan hak atas kekayaan intelektual atau Haki. Yang menjadi objek disini adalah pemikiran
manusia, suatu pendapat, tanda atau merek, atau juga penemuan. Yang dimaksud hak milik intelektual lazimnya
berupa hak cipta, sedangkan selebihnya, yaitu hak paten dan hak atas merek termasuk dalam hak milik
perindustrian.

2. Hak Relatif
Merupakan hubungan subjek hukum dengan subjek hukum tertentu dengan perantara benda. Yang
menimbulkan kewajiban pada subjek hukum lain tersebut.
Isi hak relatif ialah wewenang untuk menuntut hak yang dimiliki seseorang terhadap orang orang tertentu.
Jadi, hanya berlaku bagi orang-orang tertentu, kreditur tertentu, dan debitur tertentu. Dalam hak relatif tidak ada
pihak ketiga yang terlibat. Hak ini tidak berlaku bagi mereka yang tidak terlibat dalam perikatan tertentu, jadi
hanya berlaku bagi mereka yang mengadakan perjanjian.

- Hak Cipta
1. Pada tanggal 9 September 1886 ditandatangani suatu konvensi tentang Hak Cipta di Bern. Kemudian konvensi
bern tersebut disempurnakan berturut-turut di Paris pada tahun 1896, di Berlin pada tahun 1908, di Bern pada
tahum 1914, di Roma pada tahun 1928, di Brusel pada tahun 1948, di Stockholm pada tahun 1967 dan di Paris
pada tahun 1971.
2. Keanekaragaman etnik atau suku bangsa dan budaya indonesia serta kekayaan di bidang seni dan sastranya
memerlukan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan intelektual yang lahir dari keanekaragaman tersebut.
Disamping itu, Indonesia telah menjadi anggota berbagai konvensi atau perjanjian internasional di bidang hak atas
kekayaan intelektual pada umumnya dan hak cipta pada khususnya yang memerlukan pengejawantahan lebih lanjut
dalam sistem hukum nasionalnya.
3. Hak Cipta terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Adapun yang dimaksud hak ekonomi yaitu hak untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Sedangkan hak moral adalah hak yang melekat
pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun telah
dialihkan.
4. Perlindungan Hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan, karena karya cipta harus memiliki bentuk dan
khas, bersifat pribadi, dan menunjukan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas,
atau keahlian sehongga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, dan didengar.
5. Hak Cipta merupakan benda bergerak yang dapat dialihkan beralih secara tertulis, baik seluruhnya atau sebagian.
Hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui dipegang oleh negara.
6. Ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang meliputi semua
hasil karya tulis seperti buku, program komputer, pamflet, perwajahan, ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan sejenis,
alat peraga untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau musik dengan atau tanpa teks, drama
atau drama musikal, tari kereografi, pewayangan dan pantomim, seni rupa dalam segala bentuknya, srsitektur, seni
batik, peta, fotografi, sinematografi, dan lain-lain.
7. Atas kebijakan lembaga-lembaga negara, peraturan perundangundangan, pidato kenegaraan atau pidato
pemerintah, putusan hakim dan arbitase tidak ada hak ciptanya. Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta
adalah pengumuman dan atau perbanyakan lambang negara dan lagu kebangsaan, pengumuman perbanyakan
segala sesuatu yang diumumkan atau diperbanyak segala sesuatu yang diumumkan yang diumumkan atau
diperbanyak oleh atas nama pemerintah serta pengambilan berita aktual dari kantor berita, Lembaga Penyiaran dan
surat kabar atau sejenis, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
8. Pada dasarnya Masa berlaku hak cipta adalah selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 70 tahun
setelah pencipta meninggal dunia atau untuk ciptaan tertentu selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
9. Gugatan atas pelanggaran hak cipta diajukan kepada pengadilan niaga dan putusannya hanya dapat dimintakan
kasasi. Akan tetapi, para pihak dapat menyelesaikan perselisihan melalui arbitase atau alternatif penyelesaian
sengketa.
10. Pengadilan dapat mengeluarkan surat penetapan sementara atas permintaan pihak yang merasa dirugikan untuk
mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta atau untuk menyimpan bukti yang berhubungan dengan pelanggaran
hak cipta. Disamping itu bahwa barang siapa yang melanggar beberapa pasal dari UU No. 28 Tahun 2014 ini
dijatuhi pidana atau denda (Pasal 112 UU No. 28 Tahun 2014).

- Paten (UU No. 13 Tahun 2016)


1. Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada investor atas hasil invensinya di bidang teknologi,
yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuan kepada
pihak lain untuk melaksanakannya.
2. Jangka waktu yang diberikan untuk paten adalah selama 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan, dan
jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang (Pasal 22 UU No.13 Tahun 2016).
3. Paten dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian. (Pasal 74 UU No.13 Tahun 2016).
Penyelesaian sengketa paten diajukan ke Pengadilan Niaga, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan surat berharga
yang segera dan efektif.

- Hak Atas Merek (Pasal 1 Ayat 5 UU No. 20 Tahun 2016)


1. Hak Atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemiliki merek yang terdaftar dalam
Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan
izin kepada pihak lain untuk menggunakan.
2. Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak tanggal penerimaan dan
jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang. (Pasal 35 UU No. 20 Tahun 2016).
3. Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan (Pasal 41 UU No. 20 Tahun 2016). Gugatan ganti rugi
dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga melalui arbitrasi atau alternatif penyelesaian sengketa. (Pasal 93 UU No.
20 Tahun 2016).

- Rahasia Dagang
Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan atau bisnis yang
mempunyai nilai ekonomi, karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaan oleh pemilik hak.
Pemilik rahasia dagang memiliki hak untuk:
1. Menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimiliki
2. Memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan rahasia dagang atau mengungkapkan
rahasia dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial.

Hak rahasia dagang dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, tertulis,
atau sebab-sebab lain yang diberikan oleh undang-undang.
Pemegang hak rahasia dagang dapat mengajukan gugatan ganti rugi dan atau penghentian semua perbuatan
ke Pengadilan Negeri terhadap siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan sendiri atau
memberikan lisensi kepada orang lain.

- Desain Industri
1. Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan daya saing sektor industri dan meningkatkan daya saing
dilakukan dengan memanfaatkan peranan desain industri.
2. Alasan diperlukannya pengaturan tentang desain industri untuk menjamin hak pendesain adalah Indonesia yang
telah meratifikasi Perjanjian WTO dengan UU no. 7 tahun 1994, konvensi paris dengan keputusan presiden No. 15
Tahun 1997 dan keikut sertaan Indonesia dalam London Act.
3. UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri diatur dibuat pada 20 Desember 2002. Desain Industri ialah suatu
kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis dan warna atau gabungan, daripadanya yang berbentuk
tiga atau dua dimensi yang memiliki kesan estetis serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk (pasal 1
butir 1).
4. Hak desain Industri sendiri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pendesain atas hasil
kreasinya dalam waktu tertentu (pasal 1 butir 5).

- Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (UU No. 32 Tahun 2000)


1. Sirkuit terpadu sendiri adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang didalamnya terdapat
berbagai elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif untuk menghasilkan fungsi
elektronik (Pasal 1 butir 1).
2. (Pasal 1 Butir 2) menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan desain tata letak.
3. (Pasal 1 Butir 6) menjelaskan tentang hak desain tata letak terpadu.
4. “the rights of man” diubah menjadi “human rights” oleh Ny. Eleanor Roosevelt.
5. Gagasan HAM dikembangkan oleh John Locke yang memberikan kelahiran pada peraturan seperti HAM,
Magna carta, Bill of Rights, dan Declaration des droit de l’homme et du citoyen.

6. Pada tanggal 10 Desember 1948, diumumkannya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) oleh PBB
dan ditetapkan sebagai suatu norma dalam tingkat internasional dalam menjamin hak-hak kebebasan 2 Treaty
UDHR, yaitu ICCPR yang memusatkan pada kebebasan berbicara, beragama, dan voting. Sedangkan ICESCR
yang memusatkannya pada kebebasan pangan, pendidikan, kesehatan dan papan.

- Hukum Positif Hak Asasi Manusia


Diatur dalam Tap MPR No. II/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UUD dan UU No. 39 Tahun 1999.

- Jenis Hak Asasi Manusia


1. Pasal 27
(1): Tentang warga negara yang sama kedudukannya di mata hukum dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan.
(2): Warga negara yang berhak atas pekerjaan yang layak.
(3): Semua warga negara yang berhak ikut serta dalam pembelaan negara.

2. Pasal 28: Kemerdekaan berserikat dan berkumpul dan mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan.
3. Pasal 28A (amandemen kedua UUD): Setiap orang yang berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
4. Pasal 28B (amandemen kedua UUD):
(1) Hak untuk membentuk keluarga dan keturunan.
(2) Hak anak untuk mendapat kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang.

5. Pasal 28C (amandemen kedua UUD):


(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya.

6. Pasal 28D (amandemen kedua UUD):


(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan dan kepastian hukum yang sama.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja.
(3) Semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

7. Pasal 28E (amandemen kedua UUD):


(1) Setiap orang bebas memeluk agama.
(2) Setiap orang bebas meyakini kepercayaan.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat.
8. Pasal 28F (amandemen kedua UUD): Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan menerima informasi.

9. Pasal 28G (amandemen kedua UUD):


(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan.

10. Pasal 28H (amandemen kedua UUD):


(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin.
(2) berhak mendapat perlakuan khusus.
(3) berhak atas jaminan sosial.
(4) berhak atas hak milik.

11. Pasal 28I (amandemen kedua UUD):


(1) Hak untuk hidup.
(2) Hak untuk bebas dari tindakan diskriminatif.
(3) Hak budaya masing-masing untuk dihormati.

12. Pasal 28J (amandemen kedua UUD):


(1) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.
(2) Dalam menjalankan kebebasannya, manusia tetap harus patuh pada undang-undang.

- Subjek Hukum
1. Hukum adalah kaidah-kaidah yang berisi perintah, larangan dan perkenaan yang ditujukan kepada anggota-
anggota masyarakat untuk mengatur hubungan tiap anggotanya sebagai subjek hukum. Subjek hukum adalah
segala sesuatu yang mendapat hak dan kewajiban oleh hukum yang mana dalam hal ini dapat diperoleh oleh
manusia sebagai subjek hukum atau sebagai orang.
2. Selama manusia hidup, dalam hukum Indonesia menetapkan bahwa manusia adalah subjek hukum yang mana
memiliki hak dan kewajiban, dan hanya akan beralih jika orang itu meninggal kepada ahli warisnya. Setiap
manusia di Indonesia, merujuk dari Pasal 3 BW (Pasal 15 UUDS) bahwa “tidak suatu hukuman pun
mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan hak kewargaaan”.
3. Selama perkembangan sejarah dunia, dikenal adanya Manusia yang tidak mempunyai hak dan kewajiban dan
bukan merupakan subjek hukum yaitu budak belian. Dalam kasus ini bahkan dikenal juga kematian perdata (mort
civile) sebagai hukuman.

- Kewenangan Hukum dan Kecakapan Bertindak


Kewenangan untuk menyandang hak dan kewajiban disebut kewenangan hukum. Orang dan badan hukum
pada umumnya memiliki hak dan kewenangan dengan pengecualian hukum orang dan hukum keluarga yang
melekat pada manusia dan tidak dapat dimiliki oleh badan hukum. Selain itu, tidak semua orang diberikan
kewenagan penuh. Ini merupakan pengecualian insidentil, seperti Hak untuk memilih dalam pemilu, kawin, bekerja
dan lainnya yang mempersyaratkan batas umur tertentu.
Memiliki atau menyandang hak dan kewajiban bukan berarti mampu atau cakap melaksanakan hak dan
kewajiban. Ada beberapa golongan orang yang di anggap tidak cakap dalam melaksanakan beberapa hak dan
kewajiban yang kemudian disebut personae miserabile. Orang yang tidak cakap ini dibagi menjadi 3 golongan
yaitu yang belum cukup umur, diletakkan dibawah pengampuan atau pengawasan, dan istri yang tunduk pada BW.
Istilah “belum cukup umur” merujuk pada orang yang belum berumur 21 tahun dan belum kawin (S 1931
No. 54 jo. Pasal 330 BW) yang kemudian dianggap tidak cakap dalam melaksanakan hak dan kewajiban sendiri.
Selanjutnya, pembatasan umur dalam melaksanakan tindakan hukum lainnya diatur dalam undang-undang yang
berbeda seperti;
1. UU Ketenagakerjaan (Pasal 1 Ayat 26 UU No. 13 Tahun 2003) mensyaratkan umur 18 tahun untuk bekerja.
2. (Pasal 1 Ayat 21 UU No.13 Tahun 2003) tentang pemilihan umum mensyaratkan umur 17 tahun untuk bisa
memilih.
3. (Pasal 145 Ayat 1 No. 3, 145 Ayat 4 HIR, 172 Ayat (1) No. 4 jo 173 Rbg, 1912BW) mensyaratkan umur 15
tahun untuk bersaksi di pengadilan.
4. UU No. 1 Tahun 1974 mensyaratkan umur 19 tahun bagi laki-laki untuk kawin dan (Pasal 7 UU No. 1 tahun
1974) mensyaratkan umur 16 tahun bagi wanita untuk kawin.
5. Menurut Pasal 47 Ayat 1 UU No. Tahun 1974, anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orangtuanya.
6. Orang yang berada dibawah pengampuan dan dianggap tidak cakap untuk bertindak melaksanakan hak dan
kewajibannya (Pasal 446, 452 BW) karena sakit ingatan. Sedangkan untuk pemabuk dan pemboros diletakkan
dibawah pengampuan terbatas pada perbuatan-perbuatan tertentu.
7. Istri yang tunduk pada BW dianggap tidak cakap untuk melaksanakan hak dan kewajibannya, (Pasal 10 BW),
namun dalam praktik saat ini, istri yang tunduk pada BW dianggap cakap.
8. Orang-orang yang dianggap tidak cakap untuk menjalankan hak dan kewajibannya maka mereka akan diwakili
oleh wakil yang ditentukan oleh undang-undang atau ditunjuk oleh hakim yang selanjutnya akan mengurus
kepentingan orang yang diwakilinya.
9. Kecakapan bertindak merupakan syarat terjadinya perikatan yang berarti jika orang tersebut tidak cakap, maka
perbuatan hukum yang dilakukan dapat dibatalkan, namun ketidakcakapan seseorang tidak mempengaruhi timbul
atau tidaknya akibat hukum dalam perbuatan melawan hukum. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang yang
belum cukup umur dan tanpa persetujuan walinya pada umumnya dapat dibatalkan. Pada dasarnya perbuatan
hukum itu tidak sah, tapi tidak berlaku dan dapat dibatalkan pula oleh hakim atas tuntutan wakil atau walinya.

Anda mungkin juga menyukai