Anda di halaman 1dari 4

Nama : Meinar Maharani, S.K.

M
NIP : 199005072022032005
Jabatan : Penyuluh Kesehatan Masyarakat
Instansi : Puskesmas Senakin

Isu-isu aktual yang dapat ditemukan di Puskesmas Senakin dan relevan dengan
Manajemen ASN dan Smart ASN sebagai berikut :

1. Tingginya angka kasus Tb paru di wilayah kerja Puskesmas Senakin


Kasus Tb Paru di wilayah kerja puskesmas senakin pada tahun 2020 sebanyak 17 kasus pada
tahun 2021 sebanyak 16 Kasus sedangkan pada tahun 2022 terdapat 32 kasus. Hal ini menunjukkan
terjadi peningkatan kasus Tb paru di wilayah kerja puskesmas senakin. Penyakit TB paru merupakan
penyakit infeksi menular yang banyak didapatkan di negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia dan biasanya terjadi pada anak maupun orang dewasa. Penularan penyakit TB yang di
sebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosa dan Penularan TB sangat mudah
menyebar yaitu melalui kontak udara ketika orang dengan TB aktif batuk, bersin, menyebarkan
cairan pernapasan ke udara dan di hirup orang lain.
Adapun faktor yang menyebabkan meningkatnya kasus TB paru di wilayah kerja puskesmas
senakin diantaranya masih rendahnya pengetahuan pasien serta kurangnya dukungan dari keluarga
pasien terhadap ketidakpatuhan tatalaksana pengobatan TB paru yang meliputi keteraturan minum
obat serta bahaya akibat tidak teratur minum obat dan pencegahannya, pemeriksaan dahak ulang
pada akhir pengobatan fase awal dan satu bulan sebelum akhir pengobatan fase lanjutan. Selain itu
adanya efek samping dari pengobatan TB paru yang terjadi pada pasien seperti mual, bahkan
muntah, serta sakit kepala yang membuat pasien malas minum obat yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya kegagalan dalam pengobatan TB paru. Pasien TB paru yang melakukan
pemeriksaan di puskesmas senakin juga masih belum menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
karena masih ada pasien TB paru yang mengkonsumi Alkohol dan Merokok yang mana
menyebabkan berkurangnya efektivitas pengobatan dan terganggunya respon tubuh terhadap
pengobatan yang diberikan. Nutrisi yang buruk juga dapat meningkatkan resiko penularan TB paru.

Data Kasus TB Paru di wilayah Kabupaten Landak


2. Masih Rendahnya Kesadaran Masyarakat tentang Penggunaan Jamban Sehat
Penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, dan pembuangan
sampah merupakan syarat rumah sehat. Pembuangan kotoran/tinja, yang biasa juga di sebut dengan
tempat Buang Air Besar (BAB) merupakan bagian yang penting dalam sanitasi lingkungan.
Pembuangan tinja manusia yang tidak memenuhi syarat sanitasi dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah serta penyediaan air bersih, dan memicu hewan vektor penyakit, misalnya lalat,
tikus atau serangga lain untuk bersarang, berkembang biak serta menyebarkan penyakit. Hal
tersebut juga tidak jarang dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap. Wabah penyakit
pada masyarakat akan meluas jika masih terjadi Buang Air Besar Sembarangan (BABS), misalnya BAB
di kebun, sungai dan tempat lain yang kurang memenuhi syarat jamban sehat.
Keberadaan Jamban sehat di desa binaan puskesmas senakin merupakan permasalahan
yang kompleks. Karena masih ada rumah tangga yang belum memiliki jamban sehat. Berikut grafik
penggunaan jamban sehat tahun 2022.

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa Cakupan Penggunaan Jamban masih sangatlah
rendah dibanding jumlah Kepala Keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas senakin. Sebanyak
1721 Kepala Keluarga hanya 1417 Kepala Keluarga yang menggunakan jamban sehat. Banyak faktor
tidak adanya jamban sehat di wilayah kerja puskesmas senakin diantaranya kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat terkait dalam penggunaan jamban.
Selain itu rendahnya pendapatan merupakan rintangan bagi masyarakat yang tidak mampu untuk
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan serta mahalnya bahan bangunan membuat
masyarakat berfikir kembali agar dapat menyediakan jamban serta septictank.
Program STBM (Sanitasi Berbasis Masyarakat) puskesmas senakin bersama lintas sektor
memberikan solusi bagi KK yang belum memiliki Jamban dengan mengadakan arisan jamban untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terkait dengan kepemilikan jamban beserta septic tank. Bersama
lintas sektor kegiatan STBM ini memberdayakan seluruh aspek masyarakat untuk bergotong royong
membuat jamban bagi kk yang belum memiliki jamban

3. Optimalisasi Peran Kader dalam Pelayanan Meja 4 Posyandu di wilayah Puskesmas Senakin
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan
diselengarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
Keberhasilan Posyandu tergambar dari cakupan SKDN dimana S adalah merupakan seluruh
jumlah balita di Wilayah kerja Posyandu, K adalah jumlah balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat
(KMS), D adalah balita yang ditimbang, N balita yang berat badannya naik. Dari data D/S tergambar
baik atau kurangnya peran serta masyarakat dalam penggunaan Posyandu, pertumbuhan balita yang
balik apabila beratnya naik tiap bulan. Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan
kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat
partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan
(N/S) (Depkes RI, 2012).
Posyandu diwilayah kerja puskesmas senakin pada tahun 2022 sebanyak 37 posyandu dan
pada tahun 2023 ada penambahan posyandu sebanyak 1 posyandu. Jadi total posyandu pada tahun
2023 sebanyak 38 Posyandu. Posyandu dilakukan dengan sistem lima meja. Meja 1 pendaftaran,
meja 2 penimbangan, meja 3 pengisian KMS, meja 4 edukasi perorangan berdasarkan KMS, meja 5
pelayanan kesehatan seperti imunisasi, pemberian vitamin A, dan pengobatan ringan. Petugas yang
berada pada meja 4 adalah kader sedangkan meja 5 merupakan meja pelayanan paramedis.
Manfaat posyandu yang besar akan lebih maksimal apabila kader-kader penggerak posyandu
memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan perannya. Berdasarkan informasi dan
pemantauan kegiatan di posyandu untuk Kegiatan edukasi pada meja 4 tidak pernah dilaksanakan
oleh kader.
Berdasarkan isu-isu yang ditemukan tersebut, penulis menganalisis lebih lanjut
untuk menemukan satu core issue yang menjadi prioritas untuk dipecahkan dengan
menggunakan alat bantu penetapan kriteria isu melalui metode APKL, yaitu skala penilaian yang
berpedoman pada empat kriteria isu yang bersifat Aktual, Problematik,
Khalayak, dan Layak. Penentuan isu prioritas ini dilakukan dengan menggunakan skala Likert, dengan
rentang nilai 1-5, yaitu: (1) sangat kecil, (2) kecil, (3) sedang, (4) besar, dan (5) sangat besar.
1. Aktual : isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di wilayah kerja
Puskesmas Senakin.
2. Problematik : artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehinga perlu dicarikan segera solusinya secara komprehensif.
3. Khalayak : artinya isu diangkat menyangkut orang banyak di wilayah kerja
Puskesmas Senakin.
4. Layak : artinya isu yang diangkat masuk akal, realistis, relevan dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya. Analisis penentuan isu aktual dengan kriteria
APKL sebagai berikut :
Tabel Isu Aktual
No Isu Aktual Kriteria ∑ Rank
A P K L
1 Tingginya angka kasus Tb paru di 4 4 4 4 16 1
wilayah kerja Puskesmas Senakin

2 Masih Rendahnya Kesadaran 3 4 4 3 14 2


Masyarakat tentang Penggunaan
Jamban Sehat
3 Optimalisasi Peran Kader dalam 2 3 3 3 11 3
Pelayanan Meja 4 Posyandu di
wilayah kerja Puskesmas Senakin

Setelah penetapan isu dengan menggunakan APKL, kemudian penulis menarik 3


(tiga) penyebab isu yang dipertimbangkan kembali untuk dijadikan isu prioritas. Adapun
isu yang ditetapkan melalui APKL adalah “Tingginya angka kasus TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Senakin”.

Anda mungkin juga menyukai