Anda di halaman 1dari 3

Mencintai Kedua Orangtua Karena Allah

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahilladzii hadz-dzaronaa min daaril-ghuruur


Wa amaronaa bil-isti'dadi liyaumil-ba'tsi wan-nusyuur
Ahmaduhu wa huwal-ghafuurus-syakuur
Amaro bibirril-waalidain, wa hadz-dzara 'anil-'uquuq,
Asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah, wa asyhadu anna
muhammadan 'abduhu wa rasuuluhu. Allahumma Sholi Ala Sayyidina Muhammad,
wa ala ali sayyidina Muhammad. Amma Ba’du.

Bapak Ibu Dewan Juri yang saya hormati, Bapak Ibu dewan guru yang saya
hormati, serta teman-teman seperjuangan yang Insya Allah senantiasa dirahmati
oleh Allah Subhana Wa Taala.
Segala puji hanya milik Allah yang memperingatkan kita akan dunia yang penuh
dengan fitnah, serta memerintahkan kita untuk mempersiapkan diri menyambut hari
kebangkitan; aku memuji-Nya dan Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Terpuji,
memerintahkan berbakti kepada kedua orangtua, dan melarang dari durhaka.
Segala puji kehadirat Allah yang telah memberikan bergunung-gunung nikmat
kepada kita selaku hamba.
Kita diberikan mata yang sehat sehingga bisa melihat indahnya tugu kopi
kepahiang. Kita diberikan telinga yang baik sehingga bisa mendengar Ayah dan Ibu
mengucapkan sayang. Begitu pula dengan nikmat-nikmat lain yang takbisa kita
sebut mulai dari bangun pagi, gosong gigi, sampai tidur lagi di atas ranjang.
Shalawat berbingkaikan salam mari sama-sama kita hadiahkan kepada Nabiyullah
Muhammad Shalallahu alaihi wasaalam. Mudah-mudahan dengan seringnya kita
bershalawat, kita akan mendapat syafaat beliau di hari Kiamat nanti. Aamiin Ya
Rabbal Aalamiin.
Yok, kita hadiahkan Sholawat...
Shalallahu ala Muhammad.... Shalallahu alaih wasallam.... (2x)
Hadirin, jamaah rahimakumullah...
Saya Mau tanya nih:
Siapa yang tadi pagi bangun tidak ngompol di kasur? (saya...)
Siapa yang tadi pagi bangun lalu langsung nurut sama Ibu pas disuruh mandi air
sumur? (saya...)
Siapa yang tadi bangunnya sangat susah hingga harus digelitik mama? (bukan saya)
Nah, bersyukurlah kita bila setiap hari selalu mengalami itu semua. Berbahagialah
kita karena setiap hari selalu ditemani oleh kedua orangtua. Bergembiralah kita
karena setiap detik selalu dicintai papa dan mama. Mari ucapkan... Alhamdulillah.
Tapi, sekarang, saat ini juga, saat kita membayangkan wajah Ibu dan Ayah, maka
sebenarnya sudah sebanyak apa kita membalas cinta mereka?
Ibu, mamak, emak, bunda, ummi, mother, sudah melahirkan kita setelah dulu
bersusah payah mengandung hingga 9 bulan, kadang lebih, sekarang semakin tua,
semakin renta, semakin keriput, dan begitu ingin untuk kita cintai dengan sepenuh
hati setulus jiwa.

Sedangkan Ayah... tiap hari mencari nafkah, berjemur di bawah terik matahari yang
begitu panas. Demi menanti bibit padi bertunas, demi menunggu panen kopi yang
bernas, demi menyekolahkan kita agar menjadi orang yang cerdas.
Lalu,, mengapa Ibu dan Ayah harus dicintai? Mengapa harus berbakti? Karena hal
itu adalah perintah Allah, sebagaimana yang tertuang dalam Kalam-Nya:
Bismillahirrohmanirrohiim.
‫ض ٰى َرب َُّك َأاَّل تَ ْعبُ ُدوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإحْ َسانًا‬
َ َ‫َوق‬
(Waqodoo rubbuka allaa takbuduu illaa iyyaahu wabilwaalidaini ihsaanaa.)
“Allah mewajibkan tidak boleh kalian beribadah melainkan hanya kepada Allah dan
berbuat baik kepada orang tua.” (Quran Suroh Al-Isro ayat 23)
Bersandar pada firman Allah, berarti birrul waalidain alias berbakti kepada orangtua
adalah wajib, kan?
Bahkan Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menegaskan bahwa kita
sebagai anak mesti mau mendengar ucapan kedua orangtua dengan baik, ikut
berdiri ketika mereka berdiri, menuruti perintah mereka,, tidak berjalan mendahului
mereka, tidak bersuara lebih keras daripada suara mereka, tidak boleh bermuka
masam layaknya rasa belimbing muda yang kecut, serta selalu berusaha
menyenangkan hati mereka.
Lebih dari itu, Fala takulla huma Uffin, Kita juga dilarang berkata “ah, uh,”
kepada Ibu maupun ayah. Mengapa? Karena perkataan tersebut bisa menyakiti hati
kedua orangtua.

“Nak, tolong Ibu cuci piring Nak!” Ah. Nantilah Mak, aku mau rebahan.
“Nak, tolong urutkan pundak ayah Nak!” Aih lah. Ayah nih, orang lagi asyik
nonton Upin Ipin episode terbaru.
“Sherly, ini ada uang 20 Ribu, tolong belikan Emak garam dapur. Kembaliannya
untukmu.” Oke siap laksanakan Mak! Lah, lah, lah, giliran ada duit saja kita
semangat membantu.

Hadirin wal hadirat, Jamaah yang senantiasa dirahmati oleh Allah.


Sekarang, coba kita renungkan kembali:
Apakah kita selama ini selalu membantu Ibu sambil merengut?
Apakah selama ini kita menolong ayah biar bisa beli dua ekor ikan badut?
Apakah selama ini kita membantu keduanya menjemur kopi basah demi bisa jajan
es rumput laut?
Nah, jika begitu, berarti kita mencintai Ibu bukan karena....Allah!
Berarti kita menyayangi ayah bukan karena....Allah!
Berarti kita berbakti kepada kedua orangtua bukan karena... Allah!
Lalu, bagaimanakah caranya berbakti kepada Ibu dan Ayah karena Allah?
Apakah tiap hari kita harus ajak Abah dan Emak ke kebun teh Kabawetan?
Apakah tiap hari kita harus memberi keduanya sekarung rambutan? Atau
membelikan mereka durian?
Ternyata, tidak!
Cara mencintai kedua orangtua karena Allah adalah dengan bertulus hati menolong
Ibu, ikhlas sepenuh jiwa membantu ayah demi menggapai Ridho Allah Azza Wa
Jalla, Ridho Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
“Ridholloh fi Ridho Walidain...Wa Sukhtullohi fi Sukhtil Walidain”.
Ridho Allah terletak pada keridhoan kedua orangtua, dan kemurkaan Allah terletak
pada kemurkaan kedua orangtua. Hadis Riwayat Al-Tirmidzi.
Hadirin, Jamaah rohimakumullah.
Sekali lagi, marilah kita bersama-sama meninggikan bakti kepada kedua orangtua.
Senangi mereka, bertulus hati membantu mereka, serta berdoalah terbaik untuk
keduanya.
Sebelum berdoa, mari kita tenangkan hati, mari kita berzikir memohon ampun
kepada Allah.

“Astagfirullah, robbal baroya...Astagfirullah, minal hotoya” 2x

“Allahumma Fighfirlii Wa Liwaa Lidhayya Warham Humaa Kamaa


Rabbayaa Nii
Shaghiroo”
“Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, serta
berbelaskasihlah kepada mereka berdua seperti mereka berbelas kasih kepada diriku
di waktu aku kecil.” Aamiin ya robbal aalamiin.

Demikianlah secarik dakwah yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi
diri dan umat.

Makan jambu jangan langsung ditelan tapi dikunyah. Pelan-pelan jalan di


Kepahiang Mountain Valley nanti Jatuh.
Akhir kata, Wabillahit-taufiq wal hidayah, Wassalamualaiku Warahmatullah
Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai