Anda di halaman 1dari 3

SUMEDANG, KOMPAS.

com - Direktur Direktorat Reserse Narkoba Polda Jawa Barat


Kombes Rudy Ahmad Sudrajat mengatakan, pengungkapan pabrik obat keras ilegal di
Kabupaten Sumedang merupakan yang terbesar di Jawa Barat.
Sepanjang tahun ini, kata Rudy, pihaknya telah mengungkap tiga pabrik produksi obat keras
ilegal di Jawa Barat.
"Pengungkapan pabrik produksi obat keras di Sumedang ini yang terbesar di Jawa Barat dari
empat pengungkapan yang kami lakukan sepanjang tahun (2021) ini," ujar Rudy kepada
sejumlah wartawan saat penyitaan barang bukti di sebuah rumah yang dijadikan pabrik produksi
obat keras ilegal di wilayah Paseh, Sumedang.

Dijalankan 1 keluarga
Rudy menuturkan, pabrik ini dijalankan oleh tiga tersangka yang merupakan satu keluarga, yaitu
MSM alias A, sebagai pemilik home industry, dibantu ayah mertua dan salah seorang anggota
keluarganya. Untuk pemasaran, kata Rudy, dibantu tersangka inisial B yang hingga saat ini
masih buron atau ditetapkan sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO).
"Kami tetapkan empat tersangka dalam kasus ini. Tiga orang sudah kami amankan. Ketiganya
masih ada hubungan keluarga, antara ayah mertua, menantu dan anggota keluarga lainnya yang
bekerja sebagai pembuat obat keras ilegal berlabel LL," tutur Rudy.

Obat didistribusikan ke Surabaya


Rudy menyebutkan, para tersangka mendistribusikan obat keras ilegal ini ke wilayah Surabaya,
Jawa Timur.
"Obat jenis G ini yang diproduksi para tersangka ini dipasarkan melalui jasa pengiriman paket ke
Surabaya," sebut Rudy.

Rudy mengatakan, para tersangka telah memproduksi obat untuk terapi parkinson ini sejak
Febuari 2021, dengan omzet mencapai Rp 400 juta per bulan.
"Dalam penggerebekan ini, kami mengamankan obat keras ilegal siap edar sebanyak 2.150.000
butir obat berlogo LL.

Dengan total nilai Rp 2,1 miliar lebih," ujar Rudy. Rudy menuturkan, dari hasil penggerebekan,
pihaknya juga mengamankan sejumlah barang bukti.
Meliputi mesin dan alat terdiri dari 2 unit mesin cetak tablet, 1 unit mesin oven, 20 kantong
berisi botol kosong warna putih, 6 buah ayakan, 5 buah jolang, 2 buah kompor gas, 2 buah
timbangan digital, 3 unit mesin press plastik, dan 1 buah kipas angin.

Selain itu, kata Rudy, pihaknya juga mengamankan barang bukti berupa bahan baku pembuatan
obat keras ilegal jenis G merek LL.
Terdiri dari, 14 sak tepung tapioka, 2 plastik bahan aktif Trihexyphenidyl, 5 sak lactose, 4
bungkus Magnesium, 4 karung sedang kampil, 10 karung sedang pupuk rhizagold, 2 karung
gelita, 1 karung microcrystalline cellulose, 1 karung sodium starch gelycolate, dan 2 karung
magnesium stearate.

Terancam 15 tahun penjara


Rudy menambahkan, para tersangka dijerat UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal
197 dan Pasal 196 dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara dan denda paling banyak Rp 1.5
miliar.
"Modus para tersangka untuk mengelabui warga sekitar yaitu mereka berjualan kerupuk atau
chiki. Aktivitas mesin tidak terdengar karena mereka menggunakan alat kedap suara di dalam
kamar yang terdapat mesin produksi," kata Rudy.

Anda mungkin juga menyukai