Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

IDENTIFIKASI BAKTERI Escherichia coli KADAR AIR DAN

PH PADA PRODUK RONO DANGE DI DESA LERO

KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH

OLEH :

DEA YOLANDA MA’UN

54.444.20.027

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL LAUT

POLITEKNIK PALU

TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Identifikasi Bakteri Escherichia coli, kadar air dan ph

pada produk Rono Dange di Desa Lero kabupaten

Donggala Sulawesi Tengah

Nama : Dea Yolanda Ma’un

Nim : 54.444.20.027

Program Studi : Teknologi Pengolahan Hasil Laut

Diseminarkan : 2023

Palu, 2023

Menyetujui:
Pembimbing utama Pembimbing anggota

Safriyanto S. Maruka, S.,Pi.MP Reinal Putalan, S.Pi.,M.Si


NIDN. 0904109002
NIDN. 0912058601

Mengetahui:
Wakil Direktur I Ketua Program Studi

Dr. Livawanti, SP.,MP Lis Fitramadhan,S.SI.,M.Sc


NIDN. 09280878301 NIDN. 0904058702

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat-Nya yang

telah memberikan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Proposal yang berjudul “Identifikasi Bakteri Escherichia coli, kadar air dan ph

pada produk rono dange di Desa Lero kabupaten Donggala Sulawesi Tengah”.

Proposal ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Diploma III (D3) pada jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Laut di Politeknik

Palu.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Livawanti, SP., MP selaku Direktur Politeknik Palu.

2. Reinal Putalan, S.Pi., M.Si selaku Wakil Direktur Politeknik Palu

3. Lis Fitramadhan,S.SI.,M.Sc M.Si selaku Ketua Program Studi Teknologi

Pengolahan Hasil Laut.

4. Syafriyanto S. Maruka, S.,Pi.MP dosen pembimbing utama dan Reinal

Putalan, S.Pi., M.Si pembimbing anggota yang telah banyak membantu

dalam penyusunan Proposal

5. Kedua orang tua, keluarga, dan teman teman yang sudah memberikan bantuan

kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih belum sempurna akhir kata

semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palu, 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ...i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ..ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ .iii
DAFTAR TABEL................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... ..1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... ..1
1.2 Tujuan penelitian .................................................................................... ..4
1.3 Manfaat penelitian .................................................................................. ..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... ..5
2.1 Dasar Penelitian ..................................................................................... ..5
2.2 Deskripsi dan Klasifikasi Escherichia coli ............................................ ..6
2.3 Sanitasi dan Higinie Pengolahan ........................................................... ..8
2.4 Pengolahan Dengan Suhu Tinggi.............................................................9
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................12
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 12
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................ 12
1. Metode Pengambilan Sampel ........................................................... 12
2. Pengujian Bakteri Escherichia coli ................................................... 14
3. Menilai Tingkat Higinie .................................................................... 18
3.4 Analisis Data Secara Deskriptif..............................................................18
3.5 Kadar Air Dan Ph...................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Lero kabupaten donggala yang terletak di kawasan pesisir pantai.

Desa ini terdiri dari 5 dusun yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian

sebagai Nelayan 125 jiwa, (Alimudin , 2021). Sumber daya perikanan yang cukup

melimpah dapat dimanfaatkan masyarakat Desa Lero untuk meningkatkan

kesejahteraan terutama yang bekerja sebagai nelayan. Pada umumnya masyarakat

berprofesi sebagai nelayan penangkap ikan teri, tak heran mengapa begitu banyak

penjual Rono Dange yang dijumpai di pinggiran jalan Desa Lero ( Rahmat, 2023 )

Di desa Lero ikan Teri lebih dikenal dengan sebutan ‘'ikan rono’'. ‘’Rono’’

dan ‘’Dange’’ adalah dua suku kata dari bahasa Kaili. ‘’Rono’’ artinya ikan Teri

dan ‘’Dange’’ artinya sagu panggang. Disebut Rono Dange karena ikan ini

dibungkus daun pisang dan dipanggang di atas tungku. Ikan ini banyak

dikonsumsi oleh masyarakat karena selain mempunyai rasa yang sedap, juga

mempunyai bau yang khas, dan penampakan yang menarik , produk Rono Dange

merupakan produk olahan masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan

fasilitas yang sederhana, di mana ikan di letakkan di atas besi plat dan di panaskan

dengan menggunakan sabut kelapa dibawahnya, waktu pemanggangan sekitar 30-

45 menit. Proses kemunduran mutu Rono Dange relatif sering terjadi pada

pengolahan yang sifatnya masih tradisional dimana hal ini disebabkan oleh

1
banyak aspek baik pada pencucian ikan dengan menggunakan air yang kurang

bersih, tahapan distribusi dan penyimpanan yang kurang baik.

Setelah proses pengolahannya kemungkinan kontaminasi bakteri patogen

dapat terjadi kehadiran bakteri patogen di dalam produk rono dange atau hasil

metabolismenya dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa keracunan

(intoksikasi) dan infeksi. Kontaminasi semakin meningkat dengan semakin

panjangnya rantai distribusi, penanganan kontaminasi salah satunya adalah

dengan kebersihan, kontaminasi bakteri tergantung dari jumlah awal

mikroorganisme dalam produk pangan pada saat proses pengolahan tersebut

dimulai, semakin kecil jumlah bakteri semakin baik. Kunci untuk mengontrol

pertumbuhan mikroba pada makanan adalah dengan program higinie sanitasi yang

efektif (Winarno, 2004).

Pengawetan ikan dengan cara pemanasan dapat mengurangi pertumbuhan

bakteri, namun selama proses maupun sesudah proses kemungkinan kontaminasi

bakteri dapat terjadi. Penanganan produk rono dange dan lingkungan disekitar

desa Lero yang belum memenuhi standar sehingga berpotensi terjadinya

kontaminasi bakteri pada produk rono dange . Keberadaan bakteri menyebabkan

rendahnya kualitas rono dange dari beberapa hal diatas resiko terjadinya

kontaminasi bakteri sangatlah tinggi karena memungkinkan produk rono dange

terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri yang sering mencemari produk rono dange

adalah bakteri enterobacteriaceae yaitu bakteri yang selalu mengkontaminasi air.

Indikator pencemaran bakteri ditunjukkan dengan adanya bakteri Escherichia coli

didalam air karena sebagian besar pencemaran bakteri berasal dari kotoran hewan

2
dan manusia. Escherichia coli adalah bakteri gram negatif yang termasuk dalam

family entrobacteriaceae, yang ada di dalam tubuh manusia.

Salah satu penyebab terjadinya kemunduran mutu produk rono dange yaitu

kadar air. (Bawinto 2015). menyatakan bahwa kadar air merupakan parameter

yang penting untuk menentukan kualitas rono dange yang dihasilkan. Kadar air

yang terkandung dalam rono dange dapat mempengaruhi daya simpan rono dange.

Karena kadar air merupakan media mikroba untuk berkembang biak. Menurut

(Buckle 1987) bahwa pengaruh kadar air sangat penting sekali dalam menentukan

daya awet suatu bahan pangan karena kadar air mempengaruhi sifat-sifat fisik

(organoleptik), sifat kimia dan kebusukan oleh mikroorganisme.

Nilai pH juga merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

menentukan tingkat kesegaran ikan. Pada proses pembusukan ikan, perubahan pH

sangat besar peranannya karena berpengaruh terhadap proses autolysis dan

penyerangan bakteri. Menurut (Fardiaz 1982) pH yang baik untuk ikan yang

diawetkan antara 2,0–5,5 sedangkan pH antara 6,0–8,0 merupakan media yang

baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Hal lain juga yang menjadi indikator

penentu mutu dari produk rono dange.

Berdasarkan Uraian di atas maka perlu dilakukannya Identifikasi Bakteri

Escherichia coli, kadar air dan ph pada produk rono dange di Desa Lero

kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.

3
1.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keberadaan

bakteri Escherichia coli, kadar air dan ph pada produk rono dange yang di

produksi di desa Lero Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

1.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini bagi beberapa pihak yaitu sebagai

bahan informasi dan pengembangan iptek kepada akademis , masyarakat dan

pemerintah dalam penanganan produk Rono Dange di Desa Lero Kabupaten

Donggala Sulawesi Tengah

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Penelitian

Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan dasar dan

gambaran dalam melakukan penelitian tentang “Identifikasi Bakteri Escherichia

coli, kadar air dan ph pada produk rono dange di Desa Lero kab Donggala Kota

Palu’’ Disajikan pada Tabel 1 Sebagai berikut:

Tabel 1. Dasar Penelitian

No Nama Judul Metode Yang digunakan

1. Firdaus Fahdi , Identifikasi Menggunakan metode MPN.


dkk 2020 cemaran bakteri
Escherichia coli
terhadap ikan
kembung dan ikan
dencis yang di
jual di pasar
Tradisional Deli
2. Nizmawaty, dkk Identifikasi Menggunakan metode
Bakteri
deskriptif dengan pendekatan
Escherichia coli
cross sectional
dan Vibrio sp
pada ikan asap di
kota Ternate

5
6

2.2. Deskripsi dan Klasifikasi Eschericia coli

Escherichia coli adalah bakteri flora normal yang sering dijumpai pada

usus manusia, bersifat unik karena dapat menyebabkan infeksi primer seperti diare

(Karsinah dkk, 2011). Menurut buku yang dikarang oleh Radji (2011),

Escherichia coli adalah bakteri yang ada didalam tubuh manusia. Bergerak

meggunakan flagel dan berbentuk batang pendek atau biasa disebut kokobasil.

Escherichia coli dapat tumbuh berlebih apabila seseorang mengkonsumsi

makanan yang sudah terkontaminasi dengan bakteri tersebut seperti susu,

makanan yang tidak diolah dengan sempurna, ataupun makanan dan minuman

yang tercemar oleh feses (Jawetz, 2005).

Bakteri ini dapat menjadi patogen apabila terdapat banyak sekali didalam

tubuh manusia. Escherichia coli dapat tumbuh pada suhu tinggi maupun rendah,

dengan suhu rendah 70C dengan pH 7-7,5. Hidup di lingkungan lembab dan akan

mati saat terjadi proses pemanasan makanan(Sofiana,2012)

Menurut (Songer dan Post 2005), klarifikasi Escherichia coli adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia Coli


7

Gambar 2.1 Escherichia coli

(Dokumentasi BKIPM Palu)

Escherichia Coli termasuk pada family Enterobacteriaceae. Escherichia

coli merupakan baktei gram negatif yang berbentuk batang pendek atau sering

disebut kokobasil. Bakteri (gambar 2.1) ini mempunyai flagel yang ukuran 0,4-0,7

pm x 1,4 pm dan memiliki simpai (Radji, 2011). Escherichia coli memiliki

panjang sekitar 2 pm diameter 0,7 pm lebar0,4-0,7 pm. Selain itu Escherichia coli

juga bersifat anaerob fakultatif, dan membentuk koloni yang bundar, cembung

dan halus dengan tepi yang nyata ( RP Cahyani 2019 )

Escherichia coli merupakan bakteri yang memiliki 150 tipe antigen O, 50

tipe antigen H, dan 90 tipe antigen K, beberapa antigen O dapat dibawa oleh

mikroorganisme lain, sehingga sama seperti yang dimiliki oleh shigella.

Terkadang penyakit yang spesifik berhubungan dengan antigen O, dapat

ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih dan diare (Karsinah, 2011).

Escherichia coli merupakan bakteri anaerob fakultatif yang dapat hidup

pada keadaan aerob maupun anaerob. Oksigen digunakan untuk sumber karbon

dari luar yang berfungsi sebagai tenaga untuk tumbuh baik secara oksidatif. Hidup

anaerob dengan menggunakan cara fermentasi sebagai penghasilkan energi untuk

kelangsungan hidup (Manning, 2010)


8

2.3 Sanitasi Dan Higinie Pengolahan

Sanitasi merupakan bagian terpenting dalam proses pengolahan yang

harus dilakukan dengan baik, sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha

pencegahan penyakit dengan cara penghilangan dan mengatur faktor-faktor

lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut

(Purnawijayanti, 2000). Lebenski (1994) mendefinisikan sanitasi sebagai

penciptaan atau pemiliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya

kontaminaasi makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan karena

mengkomsumsi makanan sedangkan Tacher (1971) mendefinisikan sanitasi yaitu

pemahaman terdapat semua faktor yang mempengaruhi pencernaan makanan yang

sangat erat hubungannya dengan peralatan dan penanganan produksi bahan

makanan.

Definisi sanitasi secara garis besar adalah merupakan penerapan dari

prinsip-prinsip yang akan membantu memperbaiki, mempertahankan atau

mengembalikan kesehatan yang baik. Huda (2000), Menyatakan bahwa Hygiene

diartikan sebagai ilmu yang bersamaan dengan masalah kesehatan dan berbagai

usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan. Kaitan antara sanitasi

dengan hygiene adalah sangat erat dan berhubungan langsung antara keduanya

yaitu bahwa sanitasi yang baik akan menghasilkan hygiene yang baik (keadaan

higiene) dihasilkan dari penerapan sanitasi yang baik


9

2.4 Pengolahan Dengan Suhu Tinggi

Pengolahan pangan dengan menggunakan suhu tinggi merupakan metode

yang telah lama digunakan masyarakat, dan sudah banyak digunakan dalam

industri makanan. Proses termal (thermal proces) termasuk ke dalam proses

pengawetan yang menggunakan suhu tinggi atau energi panas, dan merupakan

salah satu proses penting dalam pengawetan pangan untuk mendapatkan produk

dengan umur simpan panjang. Proses termal dapat diklasifikasikan antara lain

penguapan menggunakan uap air, air panas (pemasakan, blansing, pasteurisasi,

sterilisasi), penggunaan udara panas (pemanggangan, pengeringan), (Estiasih dan

Ahmadi, 2009).

Pemanggangan merupakan salah satu proses pengolahan pangan yang

menggunakan media panas dalam upaya pemasakan dan pengeringan bahan

pangan, Pemangganan juga memberikan efek pengawetan karena terjadi

penurunan aktivitas air (Muchtadi 2010). Suhu pemanggangan

sangatmempengaruhi tingkat kematangan produk yang dihasilkan, juga

mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh suatu produk untuk menjadi produk

sesuai yang diinginkan (Rahmi, 2004). Pada proses pemanggangan umumnya

semakin tinggi suhu pemanasan dan semakin lama waktu pemanasan, semakin

besar pula tingkat inaktivasi mikroorganisme, namun kerugian yang mungkin

diakibatkan oleh proses pemanasan antara lain adalah adanya kemungkinan

rusaknya beberapa zat gizi dan mutu (umumnya berkaitan dengan mutu

organoleptik seperti warna, tekstur, dan lainnya), terutama jika proses pemanasan

tidak terkontrol dengan baik (Syah, 2012)


10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan april 2023, bertempat

Laboratorium Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan Palu.

3.2 Alat dan Bahan

a) Peralatan yang digunakan dalam pengujian bakteri Escherichia coli

yaitu Waterbath, Inkubator, Stomacher, , Tabung durham, Cawan petri,

Tabung reaksi, Timbangan , Mikroskop, Pipet, Jarum ose, Kaca

preparat, Erlenmeyer dan vortex

b) Bahan yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu plastik

c) Bahan yang digunakan dalam pengujian bakteri Escherichia coli yaitu

BPB Laurye Triptose Broth, EC. Broth, LEMBA, Plate Count agar,

Simmon citrate Agar, MR.VP, ,Trypton Broth

3.3 Prosedur Penelitian

1. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yaitu di desa Lero kabupaten Donggala, dalam

menentukan sampel terdapat teknik dalam pengambilan sampel. Metode yang

digunakan yaitu membeli Rono Dange di pengolah yang berada di desa Lero.

Kemudian dibawa ke Laboratorium untuk di identifikasi, waktu pengambilan

sampel di lakukan 1 kali pada bulan April 2023 di 3 masyarakat pengolah Rono

Dange.
11

Untuk mengukur besaran sampel yang akan diteliti peneliti mengggunakan

rumus Slovin, dimana rumus ini mampu menentukan sampel yang akan diteliti.

Besaran sampel yang akan diteliti sebagai berikut :

𝑁
n=
1+𝑁 (𝑒 )

Keterangan : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Nilai kritis (batas kesalahan) yang diinginkan adalah 1%

Berdasarkan notasi rumus besar sampel penelitian minimal oleh Slovin diatas,

maka ada 30 orang dalam sebuah populasi kita bisa tentukan minimal sampel

yang akan diteliti. Margin of error yang ditetapkan adalah 1% atau 0,01

Perhitungannya adalah:

n = N / (1 + (N x e²))

Sehingga: n = 30 / (1 + (30 x 0,001²))

n = 30 / (1 + (30 x 0,003))

n = 30 / (1 + 0,009)

n = 30 / 1,009

n = 0.03

Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal dari 30 populasi pada margin

of error 1% adalah sebesar 3 sampel. Teknik operasional dalam pengambilan


12

sampel adalah dengan mengambil beberapa sampel dalam jangka waktu 1 hari

dalam 3 sampel.

A. Pengujian Bakteri Escherichia coli

Teknik sebelum melakukan pengujian bakteri Escherichia coli menurut SNI-

2332.1:2015 adalah terlebih dahulu melakukan kegiatan yaitu persiapan ruangan

pengujian, sterilisasi alat dan bahan, setelah itu masuk dalam teknik pengujian

bakteri Escherichia coli. Kegiatan pengujian bakteri Escherichia coli dapat dilihat

pada diagram berikut :

Preparasi contoh

Uji Pendugaan koliform

Uji Pendugaan E.coli

Uji Penegasan E.coli

Uji konfirmasi E.coli ( uji morfologi dan biokimia)

Inteprestasi hasil

Gambar 2.4 : Teknik Pengujian Bakteri Escherichia Coli


13

1. Preparasi atau persiapan sampel

Sampel di potong lalu di timbang sebnyak 25 gr kemudian dimasukkan

kedalam wadah atau plastik steril dan menambahkan 225 ml larutan Butterfield’s

phosphate buffer. Setelah itu divortex atau dikocok agar sampel uji dan larutan

tersebut tercampur. Kemudian dipindahkan ke tabung Erlenmeyer dan diberi label

sesuai nama sampel. Larutan ini selanjutnya sebagai pengenceran 10 -1 . Tujuan

preparasi sampel yaitu untuk meminimalkan adanya pengotor yang akan

mengganggu proses analisis dengan mengeliminasi komponen komponen selain

analit

2. Pendugaan koliform

Homogenat sampel sebagai pengenceran 10-1 selanjutnya dilakukan

pengenceran 10-2 dan 10-3 dengan cara mengambil menggunakan pipet mikropipet

sebanyak 1 ml dari pengenceran 10-1 dan dimasukkan kedalam tabung

pengenceran 10-2 yang berisi 9 ml larutan BPB lalu dihomogenkan menggunakan

vortex. Hasil pengenceran 10-2 selanjutnya diambil 1 ml dan dimasukkan ke

dalam tabung pengenceran 10-3 yang berisi 9 ml larutan BPB dan kemudian

dihomogenkan menggunakan vortex.

Pengenceran dilakukan untuk memperkecil jumlah bakteri. Pada dasarnya

pengenceran dilakukan bertujuan untuk menghindari kesulitan pada isolasi bakteri

tahap awal akibat terlalu bertumpuknya mikroorganisme pada sampel sehingga

mempermudah dalam mengamati koloni yang tumbuh (juwita dkk., 2013). Yunita

dkk. (2015) menyatakan bahwa pengenceran bertingkat yang dilakukan akan

memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi pada cairan


14

sehingga akan menghasilkan mikroba kultur sebanyak 1-10 sel mikroorganisme

dari pengenceran sebelumnya.

Penumbuhan bakteri ini dilakukan dua cara, yaitu menumbuhkan pada

media LTB dan pada media LST mug. Hasil dari masing-masing pengenceran

selanjutnya diambil masing-masing 1 m menggunakan pipet steril dan

dimasukkan kedalam tabung lauryl tryptone broth(LTB) dan LST mug yang berisi

tabung durham dengan 3 seri tabung (3 ulangan). Tabung-tabung tersebut

selanjutnya diinkubasi selama 48 jam dengan dimasukkan kedalam incubator pada

suhu 350C.

Tabung LTB dan LST mug yang sudah diinkubasi selama 24 jam

selanjtnya dilihat dan diamati satu per satu lalu mencatat hasilnya apakah positif

atau negatif. Tabung-tabung LTB yang positif apabila terjadi kekeruhan dan

terbentuknya gas pada tabung durham, sedangkan untuk tabung LST mug yang

positif di tandai dengan kekeruhan dan terbentuk gas pada tabung durham yang

menunjukkan pertumbuhan koliform dan warna kebiruan yang berpendar yang

menunjukkan hasil uji positif untuk pendugaan E.coli. Tabung-tabung yang

negatif dimana tidak terjadi kekeruhan dan tidak terdapat gas pada durham

diinkubasi kembali dan mencatat hasilnya selama 48 jam. Tabung-tabung yang

positif selanjutnya diinokulasikan kedalam media EC broth, sedangkan tabung-

tabung LST mug positif diinokulasikan pada media L-EMBA. Tujuan di

lakukannya uji pendugaan koliform adalah untuk penentuan angka bakteri

coliform bahwa adanya pertumbuhan bakteri koliform yang di tandai dengan ter

bentuknya gas pada tabung durham


15

3. Uji pendugaan Escherichia coli

Tabung-tabung LTB yang teridentifikasi positif diinokulasikan ke tabung-

tabung EC Broth yang berisi durham dengan menggunakan jarum ose steril.

Sedangkan tabung LST mug postif selanjutnya langsung memasuki tahap

penegasan dengan inokulasi pada media LEMBA tanpa menginokulasikannya

pada media EC Broth. Tabung EC broth hasil inokulasi dari media LTB

selanjutnya ditutup menggunakan parafilm pada tutup tabung reaksi dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 450C didalam waterbath. Masing-masing

tabung EC Broth diamati apakah terjadi kekeruhan dan terdapat gas pada durham

yang menandakan bahwa tabung tersebut positif dan kemudian dicatat hasilnya.

Tabung yang negatif selanjutnya diinkubasi kembali sampai pada 48 jam dan

diamati kembali. Uji ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan bakteri coliform

pada media

4. Uji penegasan Escherichia coli

Tabung-tabung EC Broth dan LST mug yang teridentifikasi positif

selanjtnya diinokulasi dengan metode gores pada media LEMBA (levine’s eosin

methylene blue agar). Goresan dilakukan dengan goresan empat kuadran untuk

melihat koloni yang tumbuh pada media tersebut. Setelah itu LEMBA diinkubasi

pada suhu 350C selama 24 jam didalam incubator. Setelah 24 jam selanjutnya

adalah mengamati koloni yang tumbuh pada media LEMBA dimana koloni E.coli

terduga memberikan ciri khas yang terlihat hitam pada bagian tengah, datar dan

dengan tanpa hijau metalik Media LEMBA merupakan media selektif untuk

menumbuhkan bakteri enterobakteri. Maka media ini mengandung laktosa dimana


16

apabila bakteri yang merupakan anggota genus E.coli ditumbuhkan pada media

tersebut, maka asam yang akan dihasilkan dari fermentasi laktosa akan

menghasilkan warna spesifik untuk bakteri genus E.coli yaitu koloni yang

berwarna hijau dengan kilap logam (Sari et al., 2019) . Tujuan di lakukannya uji

penegasan adalah untuk uji lanjutan dari uji pendahuluan unttuk lebih

memastikan lagi adanya bakteri coliform dan colifecal

5. Uji morfologi

Koloni yang tumbuh dari media LEMBA selanjutnya digoreskan

menggunakan jarum ose steril pada media PCA miring. Kemudian tabung PCA

miring tersebit diinkubasi dalam incubator selama 24 jam pada suhu 350C. Setelah

diinkubasi, koloni yang tumbuh pada media PCA tersebut kemudian dilakukan uji

morfologi. Tujuan di lakukannya uji morfologi adalah untuk mengetahui

pengamatan tentang karakteristik morfologi koloni bakteri perlu di lakukan, agar

mempermudah dalam proses identifikasi jenis bakteri.

6. Uji biokimia

a. Produksi indol

Menginokulasikan 1 jarum ose dari PCA miring ke dalam tryptone broth

lalu diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 350C. uji indol ini menambahkan 0,2 -

0,3 ml pereaksi kovacs. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin merah

pada lapisan atas media dan negatif bila terbentuk cincin warna kuning. Tujuan di

lakukannya uji indol ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri memiliki enim

triptophanase sehingga bakteri tersebut mampu mengoksidasi asam amino

triptophan membentuk indol


17

b. Uji Voges Proskauer

Menginokulasikan 1 jarum ose dari PCA miring ke dalam MRVP Broth

lalu diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 350C. sebelumnya dipindahkan 1 ml

dari setiap MRVP broth yang tumbuh ke tabung reaksi dan menambahkan 0,6

larutan alpha naptol dan 0,2 KOH 40% dan didiamkan selama 2 menit. Reaski

positif terbentuknya warna merah muda eosin. Tujuan di lakukannya uji VP

adalah untuk mendeteksi acetoin dalam kultur kaldu bakteri

c. Uji Methyl Red

Uji Methyl Red ini dari MRVP broth yang telah diinkubasi selama 48 jam lalu

menambahkan 5 tetes indicator methyl red pada setiap tabung MRVP Broth.

Reaksi positif terbentuknya warna merah dan negatif terbentuknya warna kuning.

Tujuan di lakukannya uji MR adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri

mengoksidasi glukosa dengan memproduksi asam dengan konsentrasi tinggi

sebagai hasil akhirnya dan hasil asam yang terbentuk berubah menjadi merah

dengan di tambahkannya reagen metil merah

d. Uji Sitrat

Untuk uji sitrat dengan menginokulasikan 1 jarum ose dari PCA miring ke

permukaan simmon citrate agar lalu diinkubasi selama 96 jam dengan suhu

350C. reaksi positif media berubah warna biru dan reaksi negatif media tetap

berwarna kuning. Tujuan di lakukannya uji sitrat adalah untuk melihat

kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat sebagai satu satunya sumber

karbon dan energi


18

3. Menilai Tingkat Higinie

Menilai tingkat higinie pengolah dilakukan dengan observasi langsung di

fasilitas dan lingkungan pembuatan Rono Dange meliputi praktek higinie ,

kebersihan personal , hama dan peralatan yang digunakan

3.3 Analisis Data Secara Deskriptif

Analisis deskriptif adalah teknik analisis data statistik yang digunakan

dengan mendeskripsikan, menyederhanakan serta menyajikan data sampel ke

dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Cara kerja analisis deskriptif yaitu

menggambarkan distribusi data yang meliputi distribusi frekuensi yaitu menyusun

data mentah berdasarkan kategori-kategori tertentu agar lebih mudah dipahami.

Pengukuran variabilitas untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan data dalam

suatu data. Pengukuran tendensi pusat untuk menentukan dimana letak paling

besar dalam distribusi data. Manfaat Analisis Deskriptif teknik analisis data

Seperti pada tahap lainnya, analisis deskriptif juga memiliki peran yang penting

dalam penelitian statistik.

Beberapa manfaatnya yaitu memberikan gambaran informasi apa saja

yang bisa diperoleh dari suatu kumpulan data yang digunakan dalam analisis.

Dengan menyajikannya ke dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram, maka akan

lebih menarik dan juga mudah dipahami. Dapat menjelaskan karakteristik dari

suatu data. Hal ini merupakan aktivitas penting dalam penyajian data karena

sangat berpengaruh dalam analisis yang lebih dalam.


19

3.4 Uji Kadar Air Dan Ph

Kadar air merupakan faktor penentuan produk untuk menentukan apakah

suatu produk dapat bertahan lama dalam penyimpanan. Standar nilai kadar air

menurut SNI adalah maksimal 60 sampai 65% (SNI, 2009).Penetapan kadar kadar

air dengan menggunakan oven, dengan prosedur sebagai berikut (1) Cawan

kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan dalam desikator

selama 20 menit kemudan ditimbang, (2) 5 gr sampel yang sudah homogen dalam

cawan ditimbang, (3) Cawan beserta isinya diletakkan selama 1 malam dalam

oven, (4) Cawan dipindahkan dari desikator dan tutup dengan penutup cawan

kemudian didinginkan dan di timbang kembali, (5) Dikeringkan kembali ke dalam

oven sampai diperoleh berat yang tetap. (Pundoko et al., 2014)

PH adalah derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan, menyatakan

logaritma negative konsentrasi ion H dengan bilangan pokok 10. Larutan netral

mempunyai PH 7, asam lebih kecil dari 7, basa lebih besar dari 7.Di perairan yang

tidak tercemar PH di control oleh ion CO2, Carbonate dan Bicarbonate.

Konsentrasi CO2 dapat berkurang dengan proses ukur dengan udara, photo sintesa

atau penguraian. Perubahan PH dapat disebabkan oleh hujan asam, buangan

industri, drainase pertambangan dan pelapukan mineral. Untuk mengukur tingkat

keasaman larutan asam di dalam air (pH) digunakan alat analisis air yang biasa di

sebut pH meter atau pH pen digital. Kadar asam air merupakan salah satu faktor

penentu utama kelangsungan biota air di dalam kolam/tambak. Sebelum

menggunakan pH meter sebaiknya terlebih dahulu melakukan proses kalibrasi,

yaitu menyesuaikan alat dengan menggunakan buffer pH (larutan dengan nilai


20

keasaman yang sudah diketahui untuk berbagai tingkatakan suhu). Cara

menggunakan ph Meter air digital yaitu,

1. Ambil sampel air yang mau di ukur kadar pHnya (letakkan dalam wadah).

2. Nyalakan dengan menekan tombol on pada pH meter.

3. Masukkan pH meter ke dalam wadah yang berisi air yang akan di uji.

4. Pada saat di celupkan ke dalam air, skala angka akan bergerak acak.

5. Tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah.

6. Hasil akan terlihat di display digital.

Pada dasarnya derajat keasaman air (pH) yang optimal untuk tambak baik

itu ikan ataupun udang adalah 6,5 – 8 (netral). Karena pada kisaran tersebut

menunjukkan imbangan yang optimal antara oksigen dan karbondioksida serta

berbagai mikorooganisme yang merugikan akan sulit berkembang.


DAFTAR PUSTAKA

Redaksi Agrozine December, Syamsuddin, S., & Syatir, A. (2019, September).


‘’Pkm kelompok usaha rono tapa di desa lero tatari keamatan sindue
kabupten donggala’’. In Seminar Nasional Sistem Informasi (SENASIF)
(Vol. 3, pp. 1720-1724).2021

F Firdaus., Pratiwi, D., & Sari, H. (2020). ‘’Identifikasi cemaran bakteri


(Escherichia coli) terhadap ikan kembung dan ikan dencis yang dijual di
Pasar Tradisional Deli Tua’’. Jurnal Penelitian Farmasi & Herbal, 2(2),
31-37

Nizmawaty, dkk Jurnal, (2016). ‘’Identifikasi Bakteri Escherichia Coli (E. Coli)
Dan Vibriosp Pada Ikan Asap Di Kota Ternate’’ : Identifikasi Bakteri
Escherichia Coli (E. Coli) Dan Vibriosp Pada Ikan Asap Di Kota Ternate.
Jurnal Kesehatan, 9(02), 48-53

Bawinto, A. S., Mongi, E. L., & Kaseger, B. E. (2015). Analisa kadar air, pH,
organoleptik, dan kapang pada produk ikan tuna (Thunnus Sp) asap, di
Kelurahan Girian Bawah, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Media Teknologi
Hasil Perikanan, 3(2).

Afrianti, M., Dwiloka, B., & Setiani, B. E. (2013). ‘’Total bakteri, pH, dan kadar
air daging ayam broiler setelah direndam dengan ekstrak daun senduduk
(Melastoma malabathricum L.) selama masa simpan. Jurnal Pangan dan
gizi,’’ 4(1).

Alinti, Z., Timbowo, S. M., & Mentang, F. (2018). ‘’Kadar air, pH, dan kapang
ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L.) asap cair yang dikemas vakum
dan non vakum pada penyimpanan dingin’’. Media Teknologi Hasil
Perikanan, 6(1), 6-13.

Winarno, (2004) Rahmawati, Y. N. (2019) . ‘’Keamanan pangan dalam suatu


pengolahan susu uht di pt ultrajaya ). Analisis pangan steril-uji komersial
menggunakan faktor f0’’ (Doctoral dissertation, Fakultas Teknik
Unpas). Jurnal Sterilisasi Pangan

Karsinah, Lucky., Suharto Mardiastuti, 2011. Buku Ajar Mikrobiolog Kedokteran


Batang Negatif Gram Escherichia coli. Tangerang : Binarupa Aksara 404-
Publisher

Purnawijayanti,dkk (2000) . Jurusan tenologi pegolahan hasil perikanan


“Penerapan saanitasi dan higini pada pengolahan ikan di pt centraljaya
makassar”
Estiasih, T., & Ahmadi, K. (2009). ‘’Teknologi pengolahan pangan.Pengolahan
deangan suhu tinggi. ‘’

Manning, S. D. (2010). ‘’Escherichia coli infections. Infobase Publishing. 2010.,


Escherichia coli Infection’’ Second Edition, Infobase Publishing,New
York.

Songer, J.G., and K.W. Post.2005. ‘’Veterinary Microbiology Bacterial and


Funga Agentof Animal Disease’’. USA: Elsevier Saunders. hlm 86-110

R P Cahyani, (2019) ‘’Pengaruh Rendaman Kulit-PisangKepok (Musa


balbisiana) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli ‘’

Rahayu, Fahira, N., Y. P., Nasution, H. M., & Nasution, M. P. (2023). ‘’Uji
aktivitas antibakteri nanopartikel ekstrak etanol daun matoa terhadap
bakteri Streptococcus mutans’’. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 5(1),
100-119.

Hoetomo et al. 1987 dalam Wahyuni (1999) ‘’Teknologi Pengeringan Ikan


Modern.flora-fauna/ikan-teri-ikan-pelagis-unggulan-indonesia’’-
ik404.405.

Muchtadi, T.R dan Sugiyono.(1989). Jurnal ; ‘’Petunjuk Laboratorium Ilmu


Pengetahuan Bahan Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Komposisi
dan bahan kimia ikan teri’’

Muhson, A. (2006). ‘’Teknik analisis kuantitatif. Ragam Teknik Analisis Data


Deskriptif Kualitatif vs Kuantitatif ‘’ Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta, 183-196.

Anda mungkin juga menyukai