Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH ADANYA GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli L )

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADI DI DESA


MATA AIR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi Pada Program Studi


Pendidikan Biologi

OLEH
SINDARI LESTARI HERE
NIM : 1701040006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
OKTOBER 2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH ADANYA GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli L )
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADI DI DESA
MATA AIR

Proposal ini akan diseminarkan pada tanggal Oktober 2019

OLEH:
SINDARI LESTARI HERE
NIM : 1701040006

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

................................................ ................................................
NIP. ......................................... NIP. .........................................

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Dra. Angela G. Lika, M.Si


NIP. 19640228 198902 3 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas segala berkat dan kasih karunia Tuhan Yang Maha Esa
karena peneliti dapat menyelasaikan proposal penelitian dengan judul “PENGARUH
ADANYA GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crus-galli L ) TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADI DI DESA MATA AIR” dengan
baik.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan ini tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Karena
itu dengan penuh kerendahan hati peneliti mengucapkan limpah terima kasih yang tulus
kepada :
1. Ketua Program Studi Pendidikan yang telah membantu memperlancar urusan
kelengkapan administrasi peneliti.
2. Bapak Dr. Moses Tokan, M.Si sebagai pembimbing I dan Ibu Dra. Angela G.
Lika, M.Si sebagai pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, ilmu
dan dengan penuh kesabaran membimbing peneliti dalam proses penyelesaian
proposal penelitian ini.
3. Dra.Sri sumiyati, M.si selaku Dosen Pembimbing Akademik
4. Orang tua, saudara dan Keluarga Serta semua teman yang telah memberikan doa
dan dukungan secara langsung kepada peneliti.
5. Semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah membantu peneliti
dalam menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.

Kupang, Oktober 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... vi
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1. Latar belakang ....................................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3.Tujuan dan Kegunaan ............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………...........3
BAB II .............................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 4
2.1.Tanaman Padi ......................................................................................................... 4
2.1.1.Tinjauan Umum ............................................................................................... 4
2.1.2.Klasifikasi dan Morfologi tanaman Padi ......................................................... 8
2.1.3.Umur Bibit………………………………………………….........................................8
2.2.Gulma Jajagoan ( Echinochloa cruss-galli) …………………………………………….....8

2.2.1.Tinjauan Umum…………………………………………………………………….....8

2.2.2.Botani dan Ekologi Gulma jajagoan ( Echinochloa cruss-galli)……………………..9

2.3.Pengaruh Gulma terhadap pertumbuhan dan Produksi Padi……………………………...14

2.4.Prinsip-prinsip Pengolaan Gulma…………………………………………………………15

BAB III ........................................................................................................................... 21


METODE PENELITIAN ............................................................................................... 21
3.1.Jenis Penelitian…………………………………………………………………...21
3.2.Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................................... 21
3.3.Alat Dan Bahan ..................................................................................................... 21
3.4.Prosedur Kerja ...................................................................................................... 22
3.5.Analisis Dan Interpretasi Data .............................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24

iv
DAFTAR GAMBAR

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini, Indonesia dihadapkan pada persoalan pemenuhan
pangan. Permasalahan yang masih muncul dimana angka kelaparan masih tetap tinggi.
Pemenuhan kebutuhan pangan diperhadapkan pada berbagai masalah yaitu tingkat
produktivitas pangan yang masih belum optimal sedangkan tingkat konsumsi pangan
semakin tinggi seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Beras merupakan bahan
pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Kebutuhan akan beras akan semakin
tinggi, dilihat dari pertambahan jumlah penduduk Indonesia sebesar 3 juta jiwa/tahun,
yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat . Selain itu, bergesernya pola
konsumsi masyarakat yang beralih dari jagung ke beras menyebabkan posisi beras
menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat. Hal ini menyebabkan permintaan
kebutuhan beras nasional terus meningkat sedangkan pertumbuhan produksi padi
nasional mulai menunjukkan gejala stagnan. Pada era tahun 2000-an, produksi padi
hanya meningkat rata-rata kurang dari 1% per tahun. Lebih rendah dibandingkan pada
dasawarsa 90-an yang rata-rata meningkat 1.47% per tahun dan jauh lebih rendah
dibandingkan dengan periode tahun 80-an, dimana pertumbuhan produksi ratarata
mencapai 4.34% per tahun. Pelambanan laju peningkatan produksi padi nasional
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu tidak bertambahnya luas lahan budidaya padi
selama periode tahun 2000-an, sehingga upaya intensifikasi maupun ekstensifikasi
hanya mampu meningkatkan produksi sebesar 0.1% selama periode 2001 sampai 2006.
Di samping itu, peningkatan produktivitas masih menghadapi berbagai kendala, baik
teknis-agronomis maupun sosial-ekonomi-budaya.

Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian penduduk Indonesia, konsumsi


beras nasional akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, namun
produksi beras nasional dari tahun ke tahun terus menurun. Penurunan tersebut
disebabkan oleh berbagai hal, salah satu diantaranya adalah gulma. Gulma merupakan
kendala agronomis dalam peningkatan produksi padi, dimana gulma bersifat lebih rakus
dibandingkatan tanaman padi dalam memperebutkan sarana. Gulma disamping sebagai
inang beberapa hama dan penyakit, juga menyebabkan persaingan untuk mendapatkan

1
unsur hara, air, ruang tempat tumbuh dan sinar matahari. Tingkat masalah yang
ditimbulkan oleh gulma cukup beragam, tergantung pada jenis tanah, suhu, letak
lintang, ketinggian tempat, cara budidaya, cara tanam, pengelolaan air, tingkat
kesuburan, dan teknologi pengendalian gulma. Tingkat persaingan gulma dengan
tanaman juga tergantung kerapatan gulma, lamanya gulma bersama tanaman, serta umur
tanaman saat gulma mulai bersaing.

E. crus-galli merupakan salah satu gulma penting dan terganas di dunia dalam
budidaya padi. Gulma E. crus-galli lebih kompetitif dibandingkan dengan tanaman
padi. Gulma ini mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman padi.
Gulma E. crus-galli dapat menyebabkan penurunan produksi padi dalam bentuk bobot
gabah kering sebesar 48% dan menurunkan gabah isi sebesar 46.2%. Tanaman padi
tidak perlu bersih gulma selama siklus hidupnya. Untuk menghilangkan kuantitas dan
kualitas komoditas, gulma perlu dikendalikan pada saat periode kritis. Periode kritis
merupakan periode dimana tanaman sangat sensitif terhadap kompetisi dan berpengaruh
pada pertumbuhan dan hasil akhir tanaman budidaya. Berdasarakan uraian diatas maka
peneliti tertarik un untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh adanya
Gulma jajagoan (Echinochloa crus-galli L ) terhadap Pertumbuhan dan
Perkembangan padi di Desa Mata Air.”

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penenlitian ini yaitu :

1. Bagaimana pengaruh Gulma Jajagoan ( Echinochloa crus-galli L ) terhadap


pertumbuhan dan produksi padi ?
2. Bagaimana cara penanggulangan Gulma jajagoan (Echinochloa crus-galli L ) yang
efektif ?

1.3.Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :

1. Pengaruh Gulma Jajagoan (Echinochloa crus-galli L ) terhadap pertumbuhan


dan produksi padi.

2
2. Cara untuk menanggulangi Gulma jajagoan (Echinochloa crus-galli L ) yang
efektif.

1.4.Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pengaruh
Gulma jajagoan (Echinochloa crus-galli L ) terhadap Pertumbuhan dan Produksi padi
guna untuk membantu para petani Sawah Baru di Desa Mata air dalam menanggulangi
salah satu masalah penyebab terganggunya Pertumbuhan dan Produksi padi ini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tanaman Padi
2.1.1.Tinjauan umum

Tanaman padi mampu tumbuh dan hidup dengan suhu rata-rata berkisar 68 – 100
0 C. Budidaya tanaman padi, pengaruh suhu harus diperhatikan karena suhu yang
rendah dalam budidaya padi akan memperlambat perkecambahan benih sehingga dapat
memperlambat proses pemindahan bibit kelapangan. Curah hujan untuk tanaman padi
yaitu 200 mm/ bulan. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif
dan generatif. Suhu yang baik untuk tanaman padi adalah 33 0 C keatas, adapun
pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu terjadinya kehampaan pada biji padi.

2.1.2.Klasifikasi dan Morfologi tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman jenis rumput-rumputan. Tanaman padi dalam


sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Padi (Oryza sativa L )

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Famili : Graminae

Genus : Oryza Linn

4
Species : Oryza sativa L.

Tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek, umurnya kurang dari
setahun dan berproduksi sekali. Tanaman yang telah tumbuh dan menghasilkan buah
padi tidak dapat tumbuh seperti semula lagi, tetapi tanaman padi akan mati. Tanaman
padi dikelompokan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatf dan bagian generatif.

Bagian vegetatif yaitu akar tanaman padi berfungsi sebagai penyerap makanan dan
air dari dalam tanah, sebagai proses respirasi dan sebagai penopang tegaknya batang.
Akar padi mempunyai dua macam yaitu akar primer dan akar seminal. Akar primer
merupakan akar yang tumbuh dari kecambah biji dan akar seminal merupakan akar
yang tumbuh di dekat buku-buku.

Perakaran tanaman padi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: (1) Akar tunggang yaitu
akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah, (2) Akar serabut yaitu akar yang
tumbuh setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk akar tunggang dan menjadi akar
serabut, (3) Akar rumput yaitu akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut dan
akar ini berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dan (4) Alkar tajuk yaitu akar
yang tumbuh dari tunas batang terendah. Akar yang telah dewasa berwarna coklat
sedangkan akar yang masih muda atau akar yang baru tumbuh berwarna putih. Tanaman
padi ini semakin bertambah umurnya semua organ tanaman akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dan termasuk juga akarnya. Akar mulai tumbuh
melalui proses perkecambahan benih. Akar yang berasal dari benih yang berkecambah
berupa akar pokok. Kemudian setelah berumur 5-6 hari akan tumbuh akar serabut.

Batang tanaman padi berfungsi sama dengan batang tanaman yang lainnya di mana
batang tanaman padi ini akan menopang tanaman secara keseluruhan dan sebagai
penghubung untuk mengalirkan zat makanan keseluruh bagian tanaman. Tanaman padi
ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu batang tanaman padi memiliki rongga dan ruas.
Rangkaian ruas memiliki panjang yang berbeda- beda. Ruas batang bawah pada
tanaman padi memiliki ruas yang pendek, sedangkan semakin ke atas maka ruasnya
akan semakin panjang. Batang tanaman padi baru, akan muncul pada ketiak daun,pada
mulanya akan tumbuh kuncup dan setelah itu akan berkembang menjadi batang baru .
Pertumbuhan tanaman padi, batangnya merumpun, terdapat satu batang tunggal atau

5
batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma. Sukma 1, 3, 5 disebelah kanan dan
sukma 2, 4 dan 6 di sebelah kiri. Disetiap[ sukma ini timbul tunas yang disebut tunas
orde pertama. Tunas tersebut tumbuhnya didahului tunas yang tumbuh dari sukma
pertama, kemudian sukma ke dua, disusul oleh tunas yang tumbuh dari sukma ke tiga
dan seterusnya sampai tunas terakhir yang tumbuh yaitu tunas ke enam pada batang
tunggal. Tunas yang tumbuh dari orde pertama ini yang menghasilkan tunas orde ke dua
yaitu orde pertama yang paling bawah pada batang utama. Pembentukan tunas dari orde
ke tiga biasanya tidak terjadi karena tidak mempunyai ruang hidup dalam kesesakan
dihimpit oleh tunas orde pertama dan orde ke dua (Herawati, 2012).

Anakan tanaman padi akan tumbuh secara merumpun dan tumbuh di dasar batang.
Pembentukan anakan terjadi secara tersusun, yaitu anakan pertama, ke dua, ke tiga dan
seterusnya. Daun tanaman padi akan tumbuh dan berkembang pada buku masing-
masing satu buah dengan susunan berselang-seling. Tanaman padi yang unggul pada
umumnya memiliki 14-18 helai daun pada setiap tanaman. Tiga fase pertumbuhan
tanaman padi berdasarkan literatur (Arafah, 2009), diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan malai);

2. Reproduktif (pembentukan malai sampai pembungaan); dan

3. Pematangan (pembungaan sampai gabah matang) 13 Keseluruhan organ tanaman


padi terdiri dari dua kelompok, yakni organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif).
Bagian-bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif
terdiri dari malai, gabah dan bunga.

Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan, yang
seluruhnya terdiri dari dua stadia pertumbuhan, yakni vegetatif dan generatif. Fase
reproduktif selanjutnya terdiri dari dua, pra berbunga dan pasca berbunga, periode
pasca-berbunga disebut juga sebagai periode pemasakan. Yoshida membagi
pertumbuhan padi menjadi 3 bagian yakni fase vegetatif, reproduktif, dan pemasakan.
Fase vegetatif meliputi pertumbuhan tanaman dari mulai berkecambah sampai dengan
inisiasi primordia malai: fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai
berbunga (heading) dan pemasakan dimulai dari berbunga sampai masak panen. Untuk

6
suatu varietas berumur 120 hari yang ditanam di daerah tropik, maka vase vegetatif
memerlukan 60 hari, fase reproduktif 30 hari, dan fase pemasakan 30 hari.

Stadia reproduktif ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada batang, yang
sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Di samping itu, stadia reproduktif
juga ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting
dan pembungaan (heading). Inisiasi primordia malai bisaanya dimulai 30 hari sebelum
heading. Stadia inisiasi ini hampir bersamaan dengan memanjangnya ruas-ruas yang
terus berlanjut sampai berbunga. Stadia reproduktif disebut juga stadia pemanjangan
ruas-ruas. Pembungaan (heading) adalah stadia keluarnya malai, sedangkan antesis
segera mulai setelah heading. Maka, heading diartikan sama dengan antesis ditinjau dari
segi hari kalender. Dalam suatu komunitas tanaman, fase pembungaan memerlukan
waktu selama 10-14 hari, 14 karena terdapat pebedaan laju perkembangan antar
tanaman maupun antar anakan. Apabila 50% bunga telah keluar maka pertanaman
tersebut dianggap dalam fase pembungaan.

Daun tanaman padi memiliki ciri khas tersendiri yaitu mempunyai sisik dan daun
telinga, dengan demikian tanaman padi dibedakan menjadi tanaman jenis rumput yang
lain. Tanaman yang termasuk jenis rerumputan memiliki daun yang berbeda beda, baik
bentuk, susunan maupun bagian lainnya. Hal inilah yang menyebabkan daun padi
dibedakan menjadi jenis rumput lain.Adapun bagian- bagian daun padi meliputi:

1. Helaian daun, terletak pada batang padi serta bentuknya memanjang seperti pita.
2. Ukuran panjang dan lebarnya tergantung pada varietas tanaman padi yang ditanam.
Pelepah daun, merupakan bagian daun yang menyelubungi batang dan berfungsi
untuk memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak.
3. Lidah daun, terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Panjang lidah daun
berbeda-beda tergantung pada varietasnya. Fungsi lidah daun yaitu mencegah
masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun. Selain itu juga lidah daun
dapat mencegah infeksi penyakit sebab media air memudahkan penyebaran penyakit
(Herawati.2012).

Bagian generatif yaitu malai adalah bunga padi (spikelet) dan keluar dari buku yang
paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan ke dua serta sumbu

7
utamanya adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada
varietas yang ditanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu malai
pendek kurang dari 20 cm,malai sedang 20-30 cm dan malai panjang lebih dari 30 cm
Jumlah cabang berkisar 15-20 buah yang terendah 7 buah cabang dan yang terbanyak
mencpai 30 buah cbang.

Bunga padi merupakan jenis golongan bunga berkelamin dua, setiap bunga
mempunyai enam buah benng sari yang bertangkai pendek dan dua tangkai putik
dengan dua buah kepala putik. Proses penyerbukan pada tanaman padi dimulai dengan
menempelnya serbuk sari pada kepala putik dan setelah itu maka tanaman padi akan
menghasilkan buah padi (gabah) yang disebut dengan kariopsis. Sedangkan beras
merupakan bagian dari kariopsis yang terdiri dari lembaga (embrio) dan endosperm.

Buah padi adalah buah telanjang yaitu yang mempunyai perhiasan bunga dan
mempunyai jenois kelamin dengan bakal buah yang di atas mempunyai benang sari 6
buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, tangkai sari besar dan mempunyai dua kandung
serbuk . Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang
berbentuk malai dan berwarna putih atau ungu (Herawati,2012)

2.1.3. Umur Bibit

Budidaya tanaman padi sangat perlu memperhatikan pengadaan perbandingan umur


bibit semai. Umur bibit semai padi dapat mempengaruhi banyak tidaknya anakan
setelah padi ditanam. Semakin tua umur bibit semai maka semakin sedikit jumlah
anakan yang produktif, namun dalam tinggi tanaman padi tidak begitu berpengaruh.
Pengadaan umur bibit semai juga dapat mempengaruhi sedikit banyaknya produksi dan
hasil dari tanaman padi. Semakin lama umur bibit semai maka produksi padi tetrsebut
akan menurun. Umur bibit yang baik untuk penanaman padi tersebut adalah 15-20 hari
setelah semai, di mana umur bibit ini mampu menghasilkan produksi padi yang paling
tinggi dibandingkan dengan umur bibit padi yang berumur 25 hari setelah semai. Umur
bibit yang lebih dari 25 hari setelah semai tidak mampu menghasilkan banyak anakan
yang produktif, sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal. Bibit yang berumur 25-
40hari dapat segera dipindahkan dari pesemaian ke lahan yang akan ditanami padi.
Syarat yang harus diperhatikan sebelum memindahkan bibit ke areal tanam yaitu bibit

8
padi telah berumur 25-40 hari, bibit berdaun 5-7 helai, batang bagian bawah besar dan
kuat, pertumbuhan bibit seragam dan bibit tidak terserang hama dan penyakit.

2.2.Gulma jajagoan (Echinochloa crus-galli)


2.2.1.Tinjauan umum

Ketika mata pencaharian diusahakan dengan pola bercocok tamam, munculah masalah
tumbuhan pengganggu (gulma) yang menjadi salah satu faktor pembatas peningkatan
kuantitas dan kualitas produksi pertanian. Definisi gulma cukup banyak, diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Tumbuhan yang tidak pada tempatnya.


2. Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif.
3. Tumbuhan yang tidak dikehendaki.
4. Tumbuhan yang mengganggu usaha manusia dalam mencapai kesejahtraannya.
5. Setiap tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki, terutama di tempat
manusia bermaksud mengusahakan tumbuhan atau tanaman lain.
6. Setiap tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan ,sehingga manusia
berusaha memberantasnya,
7. Tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia.
8. Tumbuhan yang tumbuh sendiri di antatra tanaman yang diusahakan.
9. Tumbuhan yang kompetitif dan agresif.
10. Tumbuhan liar dan tumbuh berlebihan.
11. Tumbuhan yang kukuh (gigih) dan tahan terhadap pengendalian atau
pemberantasan.
12. Tumbuhan yang tidak enak dipandang dan merusak pemandangan.

Selanjutnya gulma dapat disimpulkan adalah tumbuhan yang tidak pada


tempatnya dan memiliki pengaruh negatif sehingga kehadirannya tidak dikehendaki
oleh manusia. Gulma dapat memperluas daya adaptasi dan daya saing (kompetisi)
hingga merugikan tanaman budidaya. Sifat-sifat umum yang dimiliki gulma antara lain:

1. Cepat berkembang biak.


2. Periode pembungaan cukup lama.
3. Pembentukan biji berlainan umur.

9
4. Bunga umumnya majemuk.
5. Berbiji banyak.
6. Sifat dormansi yang lama.
7. Daya adaptasi luas.
8. Tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan.
2.2.2.Botani dan Ekologi Echinochloa crus-galli

Rumput E. crus-galli merupakan tumbuhan kelas annual kelas Monokotyledon,


famili Poaceae dan mempunyai nama lain Panicum crus-galli. Taksonomi E. crus-galli
adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Gulma Jajagoan (Echinochloa crus-galli )

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Graminales

Famili : Gramineae

Genus : Echinochloa

Spesies : Echinochloa crus-galli.

E. crus-galli memiliki penyebaran yang cukup luas (+ 500 garis LU dan LS) bersifat
kosmopolit yang berasosiasi dengan tanaman padi, tebu, kopi, teh, tembakau, dan jeruk.
E. crus-galli merupakan tumbuhan setahun, perakaran dangkal, tumbuh berumpun, dan
tingginya sekitar 50-150 cm.

10
E. crus-galli tumbuh dengan baik pada tanah basah dan akan tumbuh bila sebagian
batangnya terendam air. Gulma ini paling baik tumbuh dalam tanah berat dengan
kandungan nitrogen tinggi. E. crus-galli tumbuh baik dalam kondisi yang
menguntungkan pertumbuhan tanaman padi. Gulma ini mirip dengan bibit padi
sehingga sering ditanam tanpa disengaja.

Rumput E. crus-galli tumbuh optimal pada suhu 20-30 0 C, sedangkan untuk


perkecambahan biji antara 13-30 0 C. Pada kapasitas lapang, biji gulma ini
berkecambah 70-90%, berkecambah dengan baik pada genangan air setinggi 10 cm.
Rumput ini banyak terdapat di daerah tropis dan sedikit di daerah subtropis. Reproduksi
E. crus-galli pada umumnya melalui biji. Tiap tanaman E. crus-galli dapat
menghasilkan sebanyak 50.000 butir biji. E. crus-galli merupakan jenis tumbuhan yang
mampu menghasilkan biji sebelum tanaman padi sawah dipanen. Oleh karena itu, gulma
ini menyebabkan penurunan dalam hasil yang dapat dipanen dan penurunan kualitas
panen.

Tanah pertanian merupakan tempat simpanan biji yang memungkinkan pemasukan


dan pengeluaran biji dapat terjadi. Biji E. crusgalli yang tersimpan dalam tanah dalam
keadaan dorman. Sehingga dapat diduga bahwa biji yang tersimpan dalam tanah dapat
berkecambah pada waktu tertentu sesuai sifat dormansi yang dimiliki gulma tersebut.
Biji gulma ini memiliki tingkatan masa dorman yang berbeda-beda, dan perkecambahan
tidak terjadi secara serentak.

E. crus-galli merupakan tumbuhan C4. Kompetisi tumbuhan C4 jauh lebih besar


jika dibandingkan dengan gulma berdaun lebar. Hal ini dapat dijelaskan sebagai akibat
dari pertumbuhannya yang menyebar luas dengan daun yang tumbuh horizontal yang
membuatnya semakin kompetitif akan cahaya. Gulma golongan ini memiliki efisiensi
jauh lebih tinggi dibandingkan gulma berdaun lebar dalam menggunakan air, suhu, dan
unsur hara dalam menyelesaikan siklus hidupnya. E. crus-galli menyerap nitrogen 60
sampai 80 kali jauh lebih banyak dari pada padi. Oleh karena itu, pemupukan pada saat
fase vegetatif justru meningkatkan daya kompetisi terhadap tanaman budidaya.

11
E. crus-galli yang tumbuh pada daerah dengan penyinaran penuh. Gulma ini
memiliki bobot kering empat kali lebih besar serta jumlah malai dan anakan dua kali
lebih banyak dibandingkan pada daerah tumbuh dengan naungan lebih dari 50%.

Gulma dapat dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu.

A. Berdasarkan morfologinya, gulma dapat dibedakan sebagai berikut:


1. Golongan rerumputan (grasses)

Golongan rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk ke dalam famili


gramineae. Gulma ini memiliki daya adaptasi cukup tinggi, distribusi cukup tinggi dan
mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang. Ciri umum dari gulma
rerumputan adalah sebagai berikut:

1. Bentuk batangnya umumnya silindris, ada pula yang agak pipih atau persegi.
2. Batang biasanya berongga, beberapa diantaranya berisi.
3. Daunnya tunggal (soliter) terdapat pada buku dan berbentuk garis (linear)
4. Duduk daun berselang seling, membentuk barisan kanan dan kiri.
5. Tulang daun sejajardan ditengah helaiannya terdapat ibu tulang daun.
6. Daun terdiri dari pelepah dan helaian daun yang tepinya rata.
7. Lidah daun kerap tampak jelas pada batas antara pelepah dan helai daun.
8. Bunga tersusun dalam bulir.
9. Bulir tersusun dari anak bulir(spikelet) yang bertangkai, meskipun ada pula yang tak
bertangkai.
10. Setiap anak bulir tersusun dari satu atau lebih bunga kecil (floret).
11. Biasanya setiap bunga kecil dikelilingi oleh sepasang daun pelindung(bratea) yang
besarnya tidak sama.Bratea yang besar disebut lema dan bratea yang kecil disebut
palea.
12. Bakal buah beruang satu dan berbiji satu.
13. Buahnya sering disebut caryopsis atau grain.
14. Bentuk buah ada yang bulat memanjang (oblong), seperti perahu, bulat telur atau
datar cembung (planoconvex)_. Contoh gulma rerumputan, antara lain alang-alang
(Imperata cylindrica L,), Rumput pahit (Ax0n0pus cmpressus Swartz.Beauv.)
2. Golongan Teki (Sedges)

12
Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam famili
Cyperaceae. Ciri-ciri gulma golongan teki adalah sebagai berikut:

1. Batang pada umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat, pipih dan berisi.
2. Daun berjejal pada pangkal batang dan tersusun dalam tiga deret.
3. Daun duduk dan berbentuk pita dengan urat daun membujur.
4. Pelepah daun berbentuk buluh, meskipun ada pula yang tidak berpelepah.
5. Tanaman tidak memiliki lidah daun.
6. Bunga tersusun dalam bulir atau anak bulir dan biasanya disungkupi oleh satu daun
pelindung.
7. Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku.
8. Buah tidak membuka, bijinya lepas dari dinding buah.
9. Organ perbanyakan utamanya ada yang terletak dalam tanah, ada yang
mempergunakan biji. Contoh gulma golongan teki antara lain: Teki (Cyperus
rotundus L) dan Rumput sendayan (Rhynchospora corymbosa L )
3. Golongan Berdaun Lebar (Broadleaf weeds)

Golongan gulma berdaun lebar meliputi semua jenis gulma selain famili gramineae
dan Cyperaceae. Gulma berdaun lebar umumnya terdiri dari golongan diocotyledoneae
dan paku-pakuan (pteridophyta). Ciri –ciri umum gulma berdaun lebar adalah sebagai
berikut:

1. Ukuran daunnya lebar.


2. Tulang daun berbentuk jaringan
3. Terdapat tunas-tunas tambahan pada setiap ketiak daun, kadang-kadang juga pada
akar. Contoh gulma berdaun lebar adalah: Bayam duri (Amaranthus spinosus ) dan
Babadotan atau wedusan ( Ageratum conyzoides L.)

B. Berdasarkan habitat umum gulma dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Gulma Darat (Terrestrial weeds)

Gulma darat tumbuh pada lahan kering dan bila tergenang air akan mati. Contoh gulma
darat antara lain: teki (Cyperus rotundus L.), alang-alang (Imperata cylindrica L.) dan
rumput setawar (Borreria latifolia (Aubl.) K.Sch).

13
2.Gulma Air (Aquatic weeds)

Gulma air adalah gulma yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di air. Contoh
gulma air antara lain: eceng lembut (Monochoria vaginalis ), eceng gondok (Eichornia
crasipes ) dan genjer (Limnocharis flava L)

C. Berdasarkan bentuk daun, maka gulma dapat digolongkan menjadi:

1. Gulma berdaun lebar.

Tumbuhan inimempunyai bentuk daun lebar, dari jenis dikotil dan pada umumnya
mempunyai lintasan C3.

2.Gulma berdaun sempit.

Tumbuhan inimempunyai bentuk daun sempit panjang, dari jenis monokotil dan pada
umumnya mempunyai lintasan C4.

D. Berdasarkan lama hidupnya maka gulma digolongkan menjadi:

1. Gulma semusim atau setahun (annual).

Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya dari biji, tumbuh sampai mati selama
semusim atau setahun.Karena banyaknya biji yang terbentuk maka persisten.

2.Gulma dua tahunan(biennial).

Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama satu sampai dua tahun. Bunga
dibentuk pada tahun kedua.

3. Gulma tahunan (perennial).

Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama lebih dari dua tahun. Kebanyakan
dari gulma ini membentuk biji yang banyak untuk penyebaran dan dapat pula menyebar
secara vegetatif.

E. Berdasarkan dari sudut pentingnya interaksi terhadap tanaman yang dibudidayakan,


maka gulma dapat digolongkan kedalam:

14
1.Golongan gulma ganas terdiri dari 18 spesies, yang antara lain adalah: Cyperus
rotundus, Cynodon daktylon, Echinochloa crusgalli, Echinochloa colona , Eleusin
indica dan Imperata silindrica.

2.Golongan gulma agak ganas yang terdiri dari 57 spesies antara lain : Ageratum
conyzoides, Anagalis arvensis, Argemone mexicana, Axoopus compressus dan Bidens
pilosa.

2.3.Pengaruh Gulma terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi


Gulma pada pertanaman padi, terutama padi sawah menimbulkan kerugian terhadap
pertumbuhan dan produksi padi. Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi
tanaman padi. Gulma lebih kompetitif dibandingkan dengan tanaman padi (Verdha,
2010). Gulma menyerap hara, air, dan cahaya lebih cepat dibanding tanaman pokok dan
membutuhkan biaya pengendalian sangat besar.

Gulma memiliki efek serius yang melibatkan banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kompetisi terhadap tanaman adalah varietas, jarak, kesehatan
tanaman, kerapatan populasi dan berjangkitnya gulma, kesuburan tanah, iklim dan lama
persaingan. Gulma yang rapat, tapi umurnya pendek maka kemungkinan perusakan
yang diakibatkan akan kecil. Namun jika gulma rapat, dan lebih tinggi dibandingkan
tanaman budidaya akan menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman budidaya.
Gulma mempengaruhi fase pengusahaan padi yang menyebabkan kerusakan saat
pertumbuhan vegetatif, maupun saat pembentukan primordia bunga dan pengisian bulir.
Gulma mengintensifkan masalah penyakit-penyakit serangga dan hama yang lain yang
berperan sebagai inang.

Gulma golongan rumput dapat menyebabkan peningkatan kutu busuk padi. Gulma
juga mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman
budidaya, seperti halnya gulma E. crus-galli. Selain itu, gulma dapat merusak kualitas
biji yang dihasilkan tanaman padi, karena terganggunya saat pembungaan dan pengisian
bulir padi. Gulma E.crus-galli pada fase vegetatif dapat menunda pembentukan
primordia bunga selama 6 hari. Tertundanya primordia berpengaruh terhadap panjang
malai, dan panjang pendeknya malai berpengaruh terhadap produksi. Pada umumnya,
gulma yang sering menimbulkan masalah dan kerugian paling besar biasanya
merupakan gulma rumput.

15
Gulma golongan rumput umumnya merupakan penyaing berat bagi pertanaman padi
terutama dalam mendapatkan unsur nitrogen dan air. Gulma E. crus-galli merupakan
gulma terganas di dunia yang mempunyai daya saing yang tinggi. Gulma E. crus-galli
sangat mirip dengan tanaman padi, terutama bila masih muda sukar dibedakan dengan
tanaman padi. Gulma E. crus-galli diantara 3 tanaman padi dapat mengurangi hasil
sebesar 57%. Frauke (2007) melaporkan bahwa gulma E. crus-galli dapat menyebabkan
penurunan produksi padi dalam bentuk bobot gabah kering sebesar 48% dan
menurunkan gabah isi sebesar 46.2%. Selain itu, Verdha (2010) melaporkan bahwa
gulma E. crus-galli mampu menurunkan biomassa padi sebesar 87%.

2.4.Prinsip- prinsip pengelolaan Gulma


Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma lebih kurang setara, bahkan kadangkadang
lebih besar dari pada kerugian yang diakibatkan olehh jasad pengganggu lain atau
pengaruh lingkungan. Gulma yang selalu tumbuh di sekitar tanaman budidaya
mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut
membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman budidaya dan dapat
menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman. Usaha manusia untuk mengatasi
hal tersebut dapat berupa pengelolaan gulma yang efektif dan efisien.Budidaya pada
tanaman dan pengelolaan gulma merupakan usaha yang cukup memadai dalam 18
pertanian. Pemberantasan gulma dilaksanakan bila gulma itu benar- benar jahat, tumbuh
di suatu tempat tertentu dalam lintasan yang cukup sempit dan dapat membahayakan
lingkungan seperti terbakarnya gudang, tumbuh disepanjang jalan raya, tepi sungai
,waduk dan lain-lain.
Sedangkan pengendalian gulma dilaksanakan, bila gulma tumbuh pada area tertentu
di sekitar pertanaman, dan tidak seluruh waktu tumbuh gulma akan mempengaruhi
pertumbuhan pertanaman seluruhnya. Pengendalian gulma hendaknya dilaksanakan
,jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu. Bagaimana gulma itu dibiakan,
disebarkan, bagaimana bereaksi dengan perubahan lingkungan dan bagaimana dapat
beradaptasi dengan lingkungan tersebut, ataupun bagaimana tanggapan terhadap zat
kimia, serta panjang siklus hidupnya.
Ada tiga metode untuk mengelola atau mengurangi populasi gulma yaitu:
1.Pencegahan (Ekslusif)

16
Gulma tersebar lewat biji dan bagian-bagian vegetatifnya. Oleh sebab itu tindakan
pencegahan membutuhkan kerja sama antar daerah dan atau negara.Metode pencegahan
dapat dilakukan dengan mengadakan program pencegahan di antara batas-batas daerah
atau negara. Misalnya dibuat peraturan –peraturan untuk mencegah masuknya
ttttttgulma yang tidak diinginkan ke suatu ddaerah atau negara.
2. Pengendalian Gulma (Weed Control)
Pengendalian gulma adalah usaha mematikan gulma dalam jumlah yang cukup,
sehingga sisa gulma yang masih ada tidak dapat menyaingi tanaman pokok atau
merugikan manusia.
3. Eradikasi
Eradikasi adalah pengeliminisasi secara total (pemberantasan) terhaddap gulma di
atas dan di dalam tanah serta bagian-bagian vegetatif yang ada..Pengendalian gulma
dengan cara eradikasi membutuhkan biaya sangat mahal, sehingga jarang dilakukan.
Berdasarkan pengalaman pengetahuan di atas, pengendalian gulma dapat dibagi
menjadi beberapa golongan yaitu secara:
1.Pengendalian gulma secara preventif (pencegahan)
Pencegahan lebih baik daripada perawatan, karena itu kita harus menjaga benih yang
akan ditanamn sebersih mungkin dan bebas kontaminasi dengan biji gulma,
penggunaan alat pertanian yang bersih, pembuatan kompos yang sempurna dan
menyaring air pengairan agar tidak membawa biji gulma ke petak pertanaman atau
tidak membawa biji gulma ketempat penampungan air pengairan.
2.Pengendalian secara mekanik
Pengendalian gulma dengan cara ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau
mekanik, baik dengan tangan biasa , alat sederhana maupun alat berat. Pengendalian
gulma secara mekanik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1) Pencabutan dengan tangan atau disebut dengan tangan. Cara ini sangat praktis,
efisien dan murah jika diterapkan pada suatu areal yng tidak luas, seperti di halaman
rumah, dalam barisan dan guludan di mana alat berat sulit untuk mencapainya.
2) Bajak tangan (most satisfactorily meets the weed). Alat semacam ini sangat berguna
pada halaman dan sebagai alat tambahan mengolah tanah dalam penyiangan di segala
jenis barisan pertanaman.

17
3) Pengolahan tanah. Suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual,
biennual dan perennial.
4) Penggenangan. Pelaksanaan penggenangan pada umumna berhasil untuk gulma
perennial. Penggenangan dibatasi dengan galangan, dengan tinggi 15-25 cm selama
2-8 minggu. Sebelumnya dibajak terlebih dahulu dan tak dibenarkann ada tumbuhan
yang mencuat di atas permukaan air. Penggenangan dapat berhasil dengan
memuaskan bila ketinggian air tidak menyebabkan pertumbuhan baru.
5) Panas. Suhu tinggi menyebabkan panas, sehingga dapat mengkoagulasikan
protoplasma dan mengurangi kerja enzim. Titik mati kebanyakan sel tanaman karena
panas terletak antara 45-55 0 C. Api atau uap panas sehubungan dengan
pengemndalian gulma mempunyai tujuan untuk:
a. Menghancurkan bagian atas gulma yang telah tua atau terpotong oleh alat lain.
b. Pada tempat berbatu atau jalan kereta api, uap panas atau api dapat dilakukan l kali
lebih baik.
c. Pada barisan tanaman kapas biji gulma yang berkecambah dapat dibasmi oleh
hembusan api yang dikerjakan berulang kali.
3.Pengendalian secara kultur teknis.
Pengendalian gulma secara kulktur teknois da[pat dilakukan dengan cara:
1) Pengolahan tanah yaitu pada pengolahan tanah pertama, gulma dibenamkan
kedalam tanah,sedangkan pengolahan tanah yang kedua untuk merusak dan
mematikan gulma yang masih tumbuh.
2) Penggunaan benih tanaman budidaya yang bebas gulma yaitu dengan melakukan
seleksi benih tanaman budidaya dari biji-biji gulma yang terbawa dengan cara
merendam dalam air.Biji gulma yang kecil akan terapung untuk segera dipisahkan
dari benih tanaman budidaya
3) Pemupukan yaitu dengan memberi pupuk berimbang kepada tanaman pokok
sehingga tanaman tumbuh subur dan mampu bersaing dengan gulma.
4) Pergiliran (rotasi ) tanaman dengan tujuan agar gulma tertentu untuk tidak
mengganggu perkembangan pertanaman berikutnya. Pesaing kuat bagi suatu
pertanaman memberi banyak keuntungan. Misalnya pertanaman itu cepat tumbuh
berkanopi lebih lebat sehingga cepat memberi naungan pada daerah di ba.wahnya,
cepat masak untuk dipanen.

18
5) Pengendalian gulma secara ekologis yaitu dengan memodifikasi lingkungan yang
mengakibatkan tumbuhan tanaman menjadinlebih baik dan pertumbuhan gulma
menjadi lebih buruk. Misalnya mengubah kedudukan air dan nutrisi pada saat
tertentu.
6) Penggunaan jenis alat pengolah tanah memberikan pengaruh pada timbulnya gulma
selanjutnya pada lahan pertanaman. Contoh penggunaan alat sederhana dari manusia
atau hewan dinadingkan dengan menggunakanalat berat yang menggunakan mesin
akan memberikan dampak yang berbeda pada timbulnya gulma pada pertanaman.

4.Pengendalian gulma secara biologis


Pengendalian biologis yaitu dengan menggunakan insekta dan jamur untuk
mengendalikan gulma. Contoh penggunaan penggerek Argentine (Cactoblastis
cactorum ) di Queensland yang memakan kaktus (opuntia) selama 12 tahun dapat
menekan sampai 95 %. Ada pula hewan ternak yang memakan rerumputan secara
teratur dapat menekan sejenis gulma.. Pengendalian dengan azolla pinata sebagai mulsa
hidup yang mengapung dipermukaan air. Keberadaan azolla yang mmenutupi
permukaan dapat menghambat pertumbuhan gulma yang tumbuh dari biji. Selain itu
azolla dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau untuk mmenyuburkan .
5.Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau mematikan gulma. Bahan kimia
yang dipakai disebut herbisida. Pengendalian dengan cara ini membutuhkan alat
penyebar herbisida serta pengetahuan khusus tentang herbisida itu sendiri. Secara garis
besarnya herbisida dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu golongan herbisida
selektif dan golongan herbisida non selektif. Kebanyakan herbisida akan lebih efeftif
pada gulma daun lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang digunakan tepat dan tepat
pula saat pemberiannya. Sesuai waktu pemberian maka herbisida dapat diberikan
secara:
a. Pra pengolahan, sebelum pengolahan tanah, gulma yang ada di atas lahan diberi
herbisida untuk memudahkan pengolahan.
b. Pra tanaman, setelah pengolahan tanah dan sebelum tanam, herbisida diberikan
untuk menghambat pertumbuhan gulma dan memudahkan menanam.

19
c. Pra tumbuh, setelah tanam, herbisida diberikan sebelum tanaman maupun gulma
muncul.
d. Pasca tumbuh, herbisida diberikan setelah tanamanmaupun gulma muncul atau
tumbuh.
Tentang arah penggunaan herbisida dengan alat penyemprotan dapat diberikan
secara:
1) langsung pada gulmanya
2) langsung pada gulma yang tumbuh terpencar.
3) langsung pada gulma dalam larikan.
4) Diberikan di atas pertanaman.
5) Diberikan pada keseluruhan tanaman dan gulma.
6. Pengendalian secara terpadu Akibat parahnya penekanan gulma pada pertumbuhan
tanaman membuat para petani berusaha dengan sungguh-sungguh dalam
menanggulaninya. Penentuan keputusan pelaksanaan pengendalian secara terpadu
sangat penting dalam keberhasilannya. Apakah perpaduan pengendalian itu
menguntungkan atau tidak. Kombinasi dalam perpaduan yang tepat akan memberikan
hasil yang maksimal dalam pengendalian gulma. Perpaduan beberapa cara
pengendaliaan gulma dapat diharapkan mengatasi permasalahan gulma. Misalnya
perpaduan antara pengendalian secara mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida
pasca tumbuh, penggunaan herbisida pra tumbuh diteruskan dengan herbisida pasca
tumbuh dan lain-lain. Dapat menekan infestasi gulma yang sulit untuk dibasmi.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak
(RKLT) dengan 3 ulangan. Terdapat 14 taraf perlakuan periode kompetisi, yaitu periode
bersih gulma E. crus-galli (BG) 0-2 MST, BG 0-4 MST, BG 0-6 MST, BG 0-8 MST,
BG 0-10 MST, BG 0-12 MST, dan BG 0-14 MST dan periode bergulma E. crus-galli
(G) 0-2 MST, G 0-4 MST, G 0-6 MST, G 0-8 MST, G 0- 10 MST, G 0-12 MST, dan G
0-14 MST. Dengan demikian, terdapat 42 satuan percobaan. Satuan percobaan berupa
petak berukuran 4 m x 5 m. Jarak antar petak 0.5 m, jarak antar ulangan 2 m dengan
perbedaan tinggi 0.5 m, dan jarak tanam adalah 25 cm x 25 cm.

Model percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ + αi + βj + εij

Yij : Pengamatan pada blok ke i, perlakuan bergulma dan bersih gulma ke j

µ : Rataan umum

αi : Pengaruh blok ke i ; i: 1,2,3

βj : Pengaruh perlakuan cara ke j ; j: 1,2,3,…

εij : Galat pada blok ke i, perlakuan bergulma dan bebas gulma ke j.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Petani di Desa Mata Air, Kabupaten
Kupang, Kecamatan Kupang Tengah Provinsi NTT. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Februari 2019.

3.3 Alat Dan Bahan


3.3.1.Alat

Alat yang digunakan antara lain kuadran 0.5 m x 0.5 m, oven, dan alat budidaya
umum, alat ukur seperti meteran, penggaris, serta alat-alat lainya yang menunjang
pelaksanaan penelitian.

3.3.2.Bahan

21
Bahan yang digunakan adalah benih padi hibrida Arize, biji E. crus-galli, pupuk
(Urea, SP-18, KCl), insektisida, dan molusida.

3.4 Prosedur Kerja


Pelaksanaan percobaan dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

1. Persiapan lahan

Lahan sawah diolah dalam dua kali pengolahan lahan. Tahap pertama tanah diolah
dengan pembajakan secara membujur dan melintang 5 minggu sebelum tanam,
kemudian pembuatan petakan dengan ukuran 4 m x 5 m sebanyak 42 petak satuan
percobaan. Tahap kedua adalah pengolahan dan perataan lahan per petak percobaan
dengan cangkul 1 minggu sebelum tanam.

2. Persemaian padi

Benih disemaikan pada lahan semai basah dengan ukuran lahan semai 1.2 m x 5 m
dengan 3 kg benih padi hibrida.

3. Penanaman padi

Bibit padi hasil penyemaian ditanam secara berlajur dengan 2-3 batang bibit
perlubang tanam. Penanaman padi di lahan dilakukan setelah 14 hari penebaran biji E.
crus-galli dengan umur padi 14 hari setelah semai.

4. Penanaman E. crus-galli

Biji E. crus-galli direndam selama 24 jam, kemudian ditiriskan dan dibiarkan dalam
kondisi lembab hingga biji berkecambah. Pengecambahan biji E. crusgalli ini dilakukan
di laboratorium ekofisiologi tanaman IPB. Biji tersebut disebarkan sebanyak 15 g/petak
ke petak percobaan berdasarkan prosedur penelitian. Penyemaian E. crus-galli
dilakukan sebagai bahan tanam untuk perlakuan periode kompetisi setelah periode
bersih E. crus-galli. Penyebaran dan penyemaian biji E. crus-galli berkecambah
dilakukan pada waktu yang bersamaan.

5. Pemeliharaan

22
Pemeliharaan tanaman padi meliputi pengendalian gulma, pengairan, pemupukan,
dan pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian gulma yang dilakukan adalah
penyiangan gulma pada setiap petak perlakuan untuk gulma selain E. crus-galli yaitu
setiap minggu selama fase pertumbuhan vegetatif. Pengendalian gulma jenis E. crus-
galli dilakukan secara manual sesuai dengan perlakuan. Pemupukan pertama pada 0
MST yaitu dengan dosis 100 kg Urea/ha, 100 kg SP-18/ha, dan 80 kg KCl/ha.
Pemupukan kedua pada umur 4 MST dengan dosis 90 kg Urea/ha. Sedangkan
pemupukan ketiga pada saat terbentuknya primordial bunga atau pada umur 8 MST
yaitu dengan dosis 90 kg Urea/ha, dan 20 kg KCl/ha. Pengairan dilakukan dengan
intensif sekitar 1- 10 cm. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan
kimiawi. Pengendalian keong mas dilakukan secara manual dan dengan penebaran
molusida Sapponen pada 0 MST. Pengendalian belalang dilakukan dengan
penyemprotan insektisida Sidametrin dengan konsentrasi 1.5 cc/l pada 5, 7, 9, dan 10
MST. Pengendalian walang sangit dilakukan dengan penyemprotan insektisida bulkok
80 EC dengan konsentrasi 1 cc/l pada 11 dan 12 MST.

6. Pemanenan

Kriteria padi yang dipanen adalah padi yang telah matang penuh dengan ciri-ciri
90% padi telah menguning. Tanaman padi dipotong dengan menggunakan sabit dan
selanjutnya malai dirontokkan dengan mesin perontok bulir padi. Pemanenan
dikelompokkan berdasarkan panen per rumpun dan per ubinan untuk setiap satuan
percobaan. Panen per rumpun dilakukan dengan pemanenan rumpun tanaman contoh
yaitu sebanyak 10 rumpun contoh, sedangkan panen per ubinan yaitu dengan
pemanenan petak perlakuan dengan luas 2.5 m x 2.5 m.

3.5 Analisis Dan Interpretasi Data


Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F). Apabila
hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., Wahyunto, dan R. Shofiyati. 2004. Gagasan pengendalian konversi lahan
sawah dalam rangka peningkatan ketahanan pangan nasional. Prosiding Seminar
Multifungsi Pertanian dan Konservasi Sumberdaya Lahan. Bogor.

Antralina, M. 2012. karakteristik gulma dan komponen hasil tanaman padi sawah (Oryza sativa
L.) sistem sri pada waktu keberadaan gulma yang berbeda. Jurnal Agribisnis dan
Pengembangan Wilayah Vol. 3 No. 2 .

Cara Mudah Mengendalikan Gulma Padi di Lahan Sawah. Mitalon.com/2016. Diakses tanggal
29 juli 2019.

Chauhan, B.S., D.E. Johnson. 2010. Implications of narrow crop row spacing and delayed
Echinochloa colona and Echinochloa crus-galli emergence for weed growth and crop
yield loss in aerobic rice. Field Crops Res. 117:177-182.

Dasar Pertanian. Blogspot.co.id/2016/klasiikasi dan jenis gulma. Diakses tanggal 29 Juli 2019.

Depkominfo. 2010. Kebutuhan Beras Di Asia Naik 50 Persen pada Tahun 2030.
http://www.depkominfo.go.id/beri-ta/bipnewsroom/kebutuhan-beras-diasia-naik-50-
persen-pada-tahun-2030/. [19 Juni 2011].

Frauke, R. 2007 . Studi Kompetisi beberapa ekotipe gulma E. crus-galli terhadap tanaman padi.
Skripsi Faperta IPB . Bogor.

Herawati, W.D 2012. Budidaya Padi. Jogyakarta: Javalitera.

Juliana, C. 2010. Persaingan antar Tanaman dan Gulma. http:// christinejulianahakim. blogspot.
com/ 2010/ 02/persaingan-antara-tanaman dan-gulma.html.

Verdha, F. S. 2010. Studi Kompetisi antara Gulma Echinochloa crus-galli dan Tanaman Padi
(Oriza sativa L.) dengan Pendekatan Replacement Series. Skripsi Faperta IPB. Bogor.

24

Anda mungkin juga menyukai