Anda di halaman 1dari 3

Waqaf Produktif, Pendidikan Gratis dan Negara Sejahtera

oleh: Taufik, Manajer Fundrasing Ibnu Katsir

28 March 2015

Persepsi tentang waqaf?

Waqaf yang merupakan bagian penting dalam sistim ekonomi islam sampai saat ini pengelolaannya
Masih bersifat konsumtif. Umumnya bersifat karitas atau santunan. Untuk sekedar memenuhi
kebutuhan operasional sebuah organisasi sosial, dakwah dan pendidikan. Sifatnya sekali pakai.
Umumnya waqaf juga masih dipersepsikan pada kisaran ibadah mahdhah. Seperti pembangunan masjid,
surau, dan kegiatan pendidikan keagamaan saja.

Cara pandang baru Waqaf Produktif

Dengan latar belakang persepsi di atas maka MUI mengeluarkan Fatwa antara lain latar belakangnya
berbunyi“…Menimbang bahwa bagi mayoritas umat Islam Indonesia, pengertian wakaf yang umum
diketahui, antara lain adalah :
yakni menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya dengan cara tidak melakukan
tindakan hukum terhadap benda tersebut, disalurkan pada sesuatu yang mubah (tidak haram) yang
ada,” (al-Ramli, Nihayah al-Muhroj ila Syarh al-Minhaj, [Beirut: Dar al-Fikr, 1984], juz V, h. 357, Al Khatib
al-Syarbaini, Mughni al-Muhraj, Beirut [Beirut: Dar al-Fikr, t.th],juz II, h.376);
atau “Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari benda miliknya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya
sesuai dengan ajaran Islam” dan “benda wakaf adalah segala benda, baik bergerak atau tidak bergerak
yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam” (kompilasi
Hukum Islam di Indonesia, Bukuk III, Bab I, Pasal 215, (1) dan (4);
sehingga atas dasar pengertian tersebut, bagi mereka bukan wakaf uang ( waqf al-nuqud, cash wakaf)
adalah tidak sah. bahwa wakaf uang memiliki fleksibilitas (keluwesan) dan kemaslahatan besar yang
tidak dimiliki oleh benda lain. bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
memandang perlu menerapkan fatwa tentang hukum wakaf uanga untuk dijadikan pedoman oleh
masyarakat…” Fatwa MUI Tanggal : 28 Shafar 1423 H /11 Mei 2002 M. MUI membolehkan waqaf tunai
atau barang yg bergerak.

Hal ini menunjukan kebolehan waqaf tunai sebagaimana telah dirintis oleh Yayasan Ibnu Katsir dalam
pendirian Mahad Tahfid Quran Ibnu Katsir 4 tahun lalu. Melalui Waqaf tunai pembebasan lahan kampus
I Mahad Tahfidzul Qur’an Ibnu Katsir (MTQ IBKA) di Jl. Wisata rembangan Km 7 Jember.

Namun tidak hanya sampai disitu, konsep pemberdaayakan, dan kemandirikan diupayakan menjadi
ujung dari nilai waqaf itu sendiri. Yang selama ini bersifat sekali pakai, bisa berubah menjadi sekali waqaf
manfaatnya terus berkembang berkali-kali. Sehingga manfaat waqaf tidak hanya bersifat santunan
semata, namun juga memberdayakan dan memandirikan. Mengeluarkan penerima manfaat dari
lingkaran ketergantungan terhadap santunan. Yang akhirnya bisa bebas dari kemiskinan.
Sebagaimana contoh waqaf produktif yang berhasil seperti kebun Usman bin Affan Ra. 1400 tahun yang
lalu. Yang sekarang masih ada kebunnya. Namun produktifitas dari kebun tersebut telah berkali-kali
menghasilkan berbagai manfaat lain. Kebun yang ditumbuhi 1550 pohon kurma itu terus menghasilakan
keuntungan. Separuh hasil panen untuk anak yatim, separuhnya lagi disimpan di rekening atas nama
Ustamn Bin Affan ra. Dan dari rekening usman bin Affan Ra tersebut kini telah dibeli tanah di daerah
esklusif di kawasan Makaziyah dekat masjid nabawi. Di atas tanah tersebut saat ini tengah dibangun
hotel bintang lima dengan dana masih dari rekening Ustman bin Affan Ra. tadi. Dan disewakan kepada
pengelola hotel ternama dengan hasil tahunan kurang lebih 50 juta Riyal atau setara dengan 150 M per
tahun! 150 M bisa untuk menggratiskan semua pendidikan Quran se Jember. (Tarjim: Ust Asep Sobari
Lc/ahmedi/Voa-islam.com)

Ini bisa berarti bila saat ini umat muslim mewaqafkan sebuah lahan pertanian padi misalnya, tentu
sawah tersebut tetap utuh sebagaimana kebun Usman bin Affan dan hasilnya bisa jadi telah
menumbuhkan berbagai sekolah gratis untuk masyarakat. Bisa jadi sawah tersebut adalah kumpulan
waqaf dari banyak muwaqif. Bisa jadi ada yang waqaf modal usaha, waqaf lahan dan perlengkapan
lainnya. Sehingga mampu menghasilkan sebuah sawah waqaf masyarakat Jember yang hasil
keuntungannya untuk pendidikan Quran gratis di Jember tercinta ini.

Mengapa Pendidikan Gratis?

Lemahnya daya saing sebagai bangsa salah satunya karena sebab tertinggalnya bangsa Indonesia dari
bangsa lain dalam hal pendidikan. Misalnya dengan Singapura atau Malasya Indek Pembangunan
Manusia Indonesia kalah bersaing. Indonesia memiliki IPM 0.734 sebagai kelompok Pembangunan
Manusia Menengah dan masuk katagori Negara berkembang, kalah dengan Singapura IPM 0.895 masuk
kelompok Pembangunan Manusia sangat Tinggi dan sebagai Negara Maju, serta Malaysia dengan IPM
0.769 Masuk kelompok Pembngunan Manusia Tinggi termasuk Negara Berkembang. (Wikipedia.org).
Salahsatu dampaknya Indonesia tertinggal secara ekonomi dari dua Negara tetangga ini. Seperti yang
kita rasakan bersama, meski hidup dinegeri kaya raya seperti ‘sepotong tanah surga’, namun yang
dibawah garis kemiskinan masih 28,28 juta orang atau 11,25% (BPS: Maret 2014, Jumlah Penduduk
Miskin Indonesia Capai 28juta/m.beritasatu.com). Karena lemahnya pendidikan Indonesia tertinggal
secara Ekonomi, rendahnya tingkat kesejahteraan bila dibanding kekayaan alam negeri Indonesia.

Masalah ini muncul karena terkendala pemerataan pendidikan, hanya masyarakat mampu yang punya
akses ke pendidikan. Masalah biaya pendidikan yang tinggi menjadi kendala utama pemerataan
pendidikan ini.

Sekolah gratis menjadi solusi bagi pemerataan pendidikan. Masyarakat yang kurang mampu bisa tetap
mengakses pendidikan dengan biaya gratis ini. Salah satu solusi pendidikan gratis ini adalah keterlibatan
masyarakat melalui waqaf produktif. Dengan waqaf produktif yang terkelola baik dan terjaga
sebagaimana kebun Ustman Ra., biaya operasional pendidikan bisa di jamin bahkan sampai tahap gratis.
Negara Sejahtera

Melalui pemerataan pendidikan ini, sdm bangsa Indonesia umumnya dan Jember khususnya bisa
meningkat kualitasnya. Dengan tingkat pendidikan baik, daya saing bisa meningkat dalam era persaingan
global seperti saat ini. Daya saing yang meningkat membuat peluang mendapatkan kesehjateraan juga
meningkat. akhirnya mampu meningkatkan taraf ekonmoni bangsa Indonesia. Terbukti Negara yang
memiliki Indek Pembangunan Manusia yang sangat tinggi umumnya menjadi Negara maju yang
sejahtera. Meski Negara tersebut minim sumberdaya. Unggul dalam pendidikan membuat Negara maju
seperti Jepang (IPM 0.912 peringkat 10), Korea Selatan (0.909 peringkat 12) dan Amerika (IPM 0.937
peringkat 3) menguasai tekhnogi. Membuat Negara-negara ini mampu mengolah bahan mentah yang
ada di Negara berkembang seperti Indonesia, dibeli dengan murah karena masih mentah, menjadi
barang jadi. Dengan teknologi mereka mengubahnya menjadi produk jadi yang nilai jualnya lebih tinggi.
Dan ironinya dijual kembali kepada Negara penghasil sumberdaya mentah tadi seperti Indonesia yang
mengimpor mobil buatan Jepang. Yang bahan bakunya banyak dibeli dari Indonesia.

Negara-negara ini layak memetik buah dari investasi terhadap sumberdaya manusianya. Umumnya
Negara maju ini memiliki pemerintah yang peduli dan memfasilitasi tersedianya pendidikan bagi semua
warga negaranya dengan merata. Yang menghasilkan sdm terdidik dan unggul yang akhirnya kembali
memberikan manfaat bagi Negara itu sendiri.

Syarat keunggulan daya saing tidak dapat dicapai kecuali dengan pendidikan. Indonesia memiliki
hambatan pada akses pendidikan yang kurang merata. Maka waqaf produktif menjadi solusi nyata bagi
tercapainya tujuan mulia tersebut. Tersedianya dana bagi operasional pendidikan dari hasil produktifitas
waqaf masyarakat memungkinkan terealisasinya pendidikan gratis bagi seluruh masyarakat. Saatnya
mengubah pola waqaf kita kearah produktif. Dengan meniatkan waqaf sebagai usaha yang terus
menghasilkan dana bagi kesejahteraan umat. Waqaf sekali manfaat dan pahala setiap hari. Mari
bersama berwaqaf produktif.

Anda mungkin juga menyukai