Anda di halaman 1dari 85

PENGARUH KEGIATAN MONTASE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK

HALUS ANAK TK B DI TK ISLAM AN-NIZOMIYAH TAHUN 2021/2022

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

FAUZIAH MUAZ

11170184000032

JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1443 H/2022 M

1
Lembar Pengesahan Sidang Skripsi

Skripsi yang berjudul "Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus
Anak TK B di TK Islam An-Nizomiyah" yang disusun oleh Fauziah Muaz 1 1 170184000032
Program Studi Islam Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk dijadikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang di tetapkan Oleh
fakultas.

Jakarta, 20 Juli 2022


Yang mengesahkan,
Dosen Pembimbing Skripsi

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini

Dr. Siti Khadiiah. M.A


NIP. 197007271997032004

i
Lembar Pengesahan Penguji

ii
ABSTRAK

FAUZIAH MUAZ, 11170184000032, “Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap


Kemampuan Motorik Halus Anak TK B di TK Islam An-Nizomiyah Tahun 2021/2022”,
Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak TK B
melalui kegiatan montase di TK Islam An-Nizomiyah. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Pre-eksperimental dengan desain One Group Pre-test Post-test Design.
Subjek dalam penelitian ini yaitu kelompok B dengan usia 5-6 tahun. Pada penelitian
melibatkan seluruh kelompok B yang terdiri 8 anak. Penelitian ini seluruh anak TK B
mengikuti masa pre-test untuk mengetahui kondisi awal kemampuan motorik halus, lalu
diberikan perlakuan (treatment) menggunakan kegiatan montase, dan post-test dilakukan untuk
mengetahui kondisi akhir anak sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan adala observasi, dokumentasi dan tes. Data yang didapat
yaitu berupa skor dan kemudian diolah menggunakan teknik statisti. Teknik analisis data yang
digunakan pada penleitian ini yaitu uji normalitas dan uji t-test. Terbukti adanya pengaruh dari
kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus anak berdasarkan uji Paired Sample T-
test dengan taraf sig 0,05.

Kata Kunci: Kegitan Montase, Kemampuan Motorik Halus

iii
Abstract

FAUZIAH MUAZ, 11170184000032, “Influence of Fine Motor Skills Montage on


Children Group B in Kindegarten Islam An-Nizomiyah 2021/2022”. Thesis: Islamic
Education Early Childhood Departement. Faculty of Tarbiyah and Teacher Training.
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The purpose of this study was to determine the fine motor skills of group B childern. The
method used in this research is Pre-ekspeimental with One Group Pre-test Post-test Design.
The subjects in this study were group B consisting of 8 childern. Ini this study, all group B
childern took a pre-test period to determine the initial condition of fine motor skills, then wew
given treatment using montage activities, and a post-test was conducted to determine the final
condition of childern before and after being given treatment. The data collection techniques
used are observation, documentation and test. The data obtained is in the form of scores and
then processed using statistical techniques. The data analysis techniques used in this research
are normality test dan T-test. It is proven that there is an effect of montage activities on
childerns fine motor skills based on the paired sample t-test with a sig level of 0,05.

Keywords: activity montage, fine motor skills

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji syukur atas kehadirat Allah Ta’alla, shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi
Wassalam. Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha Allah Ta’alla penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PENGARUH KEGIATAN MONTASE TERHADAP KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS ANAK TK B DI TK ISLAM AN-NIZOMIYAH”.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan
skripsi ini. Namun dengan kerja keras disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag, selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Siti Khadijah, M.A, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD)
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Miratul Hayati, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD)
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Maila Dinia Husni Rahiem, MA, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Dr. Azkia Muharom Albantani, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan fikiran selama membimbing penulis.
7. Dr. Fidrayani, M.Pd., M.Psi dan Ratna Faeruz M.Pd selaku dosen penguji I dan II yang
telah mendedikasikan membantu untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Staff dan karyawan FITK UIN Jakarta, berserta dosen dan staff pengajar PIAUD yang
telah memberi ilmu pengetahuan dan banyak membantu selama perkuliahan.
9. Latifah, S.Pd, selaku Kepala Sekolah TK Islam An-Nizomiyah.
10. Guru dan staff karyawan sekolah TK Islam An-Nizomiyah yang telah membantu
penelitian.
11. Para responden, adik-adik serta ayah dan ibunya yang sangat kooperatif membantu
penulis menyelesaikan penelitian.
12. Terkhusus orang tua penulis, Bapak Syamsuddin dan Ibu Rosita atas segenap cinta dan
kasih sayangnya, juga doa serta dukungan yang tak pernah pupus diberikannya

v
13. Kakak Dina Khairani beserta Suaminya, Abang Zikri Sulthoni beserta Istrinya dan
keponakan-keponakan yang membantu memberikan semangat.
14. Adik Kembar Raybah Irsya yang sama-sama sedang menyelesaikan skripsi dan telah
menyemangati selalu.
15. Teman-teman satu kelas PIAUD, sahabat satu kelas dari semester satu hingga akhir
(lingga, dewi, sri, kamila, vani, sarah, veda, zakiya, maulia) sahabat Aliyah (vira,
lingga, jidun, mada) yang turut membantu dalam perolehan data, terimakasih atas
semangat, canda tawa serta bantuannya.
16. Dan seluruh pihak dalam hidup penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih banyak karena setiap detiknya terlewati dengan penuh syukur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena pada
dasarnya kesempurnaan hanya milik Allah Ta’alla. Semoga dapat bermanfaat bagi yang
membutuhkan. Akhir kata…
Wassalamualaikum, wr. wb

Bojongsari, 30 September 2022

Penulis

Fauziah Muaz

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .............................................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS ............................................................ 7
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................................................... 7
1. Motorik Halus ..................................................................................................................... 7
a. Pengertian Motorik Halus ..................................................................................................... 7
b. Keterampilan-Keterampilan Motorik Halus .......................................................................... 9
c. Faktor-Faktor Kemampuan Motorik Halus ......................................................................... 10
d. Ruang Lingkup Motorik Halus............................................................................................ 11
e. Karakteristik Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun ............................................................. 13
f. Tujuan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun .............................................. 14
g. Fungsi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun .............................................. 15
h. Indikator Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun .......... 15
i. Prinsip dalam Perkembangan Motorik Halus Usia 5-6 Tahun ............................................. 16
2. Montase.................................................................................................................................. 17
a. Pengertian Montase ............................................................................................................. 17
b. Alat dan Bahan Montase ..................................................................................................... 18
c. Langkah-Langkah Pembuatan Seni Montase ...................................................................... 20
d. Teknik-Teknik Montase ...................................................................................................... 21
e. Fungsi Kegiatan Montase .................................................................................................... 21
B. Hasil Penelitian Relevan ....................................................................................................... 22

vii
C. Kerangka Berpikir ................................................................................................................ 22
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................................................ 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................................. 25
B. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................................................. 25
C. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................................................... 27
E. Kontrol Terhadap Validitas Internal .................................................................................. 28
F. Instrumen Penelitian............................................................................................................. 30
G. Teknik Analisis Data ......................................................................................................... 39
H. Hipotesis Statistik .............................................................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................................. 42
A. Gambaran dan Objek Penelitian ......................................................................................... 42
B. Deskripsi Data ....................................................................................................................... 44
C. Temuan Penelitian Analisis Statistik Interferensia ............................................................ 49
D. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ................................................. 50
E. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian .......................................................................... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 58
A. Kesimpulan ............................................................................................................................ 58
B. Saran ...................................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 60

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Alat dan Bahan Kegiatan Montase ......................................................................... 19


Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian .................................................................................................... 25
Tabel 3. 2 Desain Penelitian .................................................................................................... 26
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase ....... 31
Tabel 3. 4 Instrumen Checklist Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase ....... 33
Tabel 3. 5 Rubrik Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan dalam Kegiatan
Menempel Lem Pada Pola Gambar ......................................................................................... 34
Tabel 3. 6 Rubrik Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan dalam Kegiatan
Menggunting Bahan pada Pola Gambar .................................................................................. 35
Tabel 3. 7 Rubrik Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan Kanan dan Kiri dalam
Kegiatan Menyusun Gambar ke dalam Bidang ....................................................................... 36
Tabel 3. 8 Rubrik Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan Kanan dan Kiri dalam
Kegiatan Menulis Tema ........................................................................................................... 37
Tabel 3. 9 Rubrik Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan Kanan dan Kiri dalam
Kegiatan Mewarnai Gambar .................................................................................................... 38
Tabel 4. 1 Jumlah Peserta Didik Kelompok A dan B TK Islam An-Nizomiyah ..................... 43
Tabel 4. 2 Data Pendidik/ Dewan Guru TK Islam An-Nizomiyah .......................................... 44
Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan Pre-test Kelompok Eksperimen ................................................ 46
Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Post-test Kelompok Eksperimen ............................................... 49
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas .................................................................................................. 49
Tabel 4. 6 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................................... 50
Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas ............................................................................................... 51
Tabel 4. 8 Paired Samples Statistics ........................................................................................ 53
Tabel 4. 9 Paired Samples Correlations ................................................................................... 53
Tabel 4. 10 Paired Sample Test ............................................................................................... 54

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Contoh Kegiatan Montase ................................................................................... 20


Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir ............................................................................................... 23
Gambar 4. 1 Normal QQ Plot Kemampuan Motorik Halus (Pre-test) .................................... 52
Gambar 4. 2 Normal QQ Plot Kemampuan Motorik Halus (Post-test) ................................... 52

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia 0-6 tahun merupakan usia keemasan (golden age) masa ini otak
sedang mengalami perkembangan yang pesat, karena itu penting pada masa ini
menyediakan lingkungan yang kondusif harus disiapkan para pendidik, orang tua dan
orang dewasa lainnya yang berada di lingkungan sekitar anak. Hasil penelitian
menyatakan meningkatnya kapabilitas kecerdasan anak umur 4 tahun mencapai 50%
dan usia 8 tahun mencapai 80% dan usia 8 tahun keatas akan mencapai 20%1. Menurut
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan kepada
anak sejak lahir sampai usia 6 tahun untuk memberikan rangsangan pendidikan dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak siap dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut2.

Tujuan pendidikan anak usia dini secara umum yaitu mengembangkan


kemampuan anak untuk persiapan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Selain itu tujuan pendidikan anak usia dini adalah: 1) membentuk anak berkualitas
dengan tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan, 2) membantu
untuk mencapai kesiapan belajar, 3) memberikan rangsangan dengan menumbuhkan
potensi yang tersembunyi seperti (bahasa, sosial emosional, motorik, minat dan bakat,
konsep diri dan intelektual), 4) melakukan deteksi dini untuk mengetahui terjadinya
gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang dimiliki anak3.

Aspek perkembangan anak mulai terbentuk saat di dalam kandungan, beberapa


aspek-aspek perkembangan anak yaitu, kognitif, seni, bahasa, sosial emosional,
motorik, nilai agama dan moral. Salah satu aspek penting yaitu aspek perkembangan
fisik motorik. Depdiknas dalam Anton menjelaskan motorik adalah terjemahan dari
kata “motor” yaitu proses terjadinya suatu gerak. Dalam proses motorik melibatkan
gerakan terkoordinasi seperti otak, syaraf, otot dan rangka. Gerakan tersebut tidak bisa

1
Lukman Hamid, Tahapan Menggunting untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Kelompok Usia 4-6 Tahun, Jurnal Keislaman dan Pendidikan, Vol.1 No.1, 2020. hal:2.
2
Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia hal:37.
3
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT. Indeks, 2012).

1
bekerja sendiri-sendiri harus saling terkoordinasi apabila ada yang mengalami
gangguan maka gerak tersebut akan terganggu, sebab gerak terpengaruh oleh stimulus
dari lingkungan melalui informasi seperti lisan, gambar dan lainnya4.

Perkembangan motorik telah diatur oleh Allah Ta’alla yang dituliskan dalam
Al-Quran serta hadist, anak sejak dalam kandungan sampai menjadi tua akan
berkembang sesuai masanya dan akan terus memanfaatkan kekuatannya untuk
mengasah kemampuan motoriknya. Perkembangan fisik motorik yang dapat diajarkan
kepada anak dan dianjurkan dalam agama islam yaitu belajar berenang, memanah,
berkuda, dan terbiasa dalam kebersihan5.

Aspek perkembangan motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan
motorik halus. Perkembangan motorik kasar adalah gerakan yang dihasilkan dari otot-
otot kasar. Tugas otot-otot kasar seperti, melakukan gerak tubuh secara terkoordinasi
seperti melatih keseimbangan, kelenturan dan kelincahan. Motorik halus adalah
gerakan yang dihasilkan dari otot-otot kecil. Otot-otot kecil bertugas melakukan
gerakan yang spesifik seperti menulis, melipat mengancing baju, menempel,
menggunting dan lainnya. Penelitian ini hanya membahas perkembangan motorik halus
anak usia 5-6 tahun saja, sebab perkembangan motorik halus anak harus dikembangkan
untuk melatih otot-otot tangan serta koordinasi mata6.

Perkembangan kemampuan gerak halus menurut Ahmad Susanto dalam


Munawara yaitu bagian tubuh tertentu yang hanya dilakukan otot-otot kecil saja, karena
itu tidak memerlukan banyak tenaga. Namun pada gerakan halus ini memerlukan
koordinasi antara mata dan tangan dengan cermat. Gerak-gerak hasil yaitu: 1) gerak
untuk mengambil suatu benda dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, 2) gerak
untuk memasukkan benda kecil kedalam lubang, 3) membuat hasil karya, 4) melakukan
kegiatan menggambar, mewarnai, menulis, 5) merobek kertas, meremas dan lainnya 7.

Dalam perkembangan motorik halus sangat penting untuk anak karena anak
belum memiliki keterampilan yang sesuai dengan anak maka perlu bagi anak untuk
mempelajari keterampilan baru yang sesuai dan lebih mudah. Pada saat kecil anak lebih

4
Anton Komaini, Kemampuan Motorik Anak Usia Dini, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2018) hal:16.
5
Hanita, “Fase Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Kajian Al-Quran Dan Hadits,” JEA (Jurnal
Edukasi AUD) 6, no. 1 (2020): 28.
6
Anton Komaini, Kemampuan Motorik Anak Usia Dini. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2018).
7
Roadatul Munawara, “Hubungan Kegiatan Montase Dengan Kemampuan Motorik Halus Anak Di Kelompok
B1 Tk Alkhairaat Tondo Palu,”, Bungamputi, no. 27 (2011): 1–13.

2
percaya diri dan berani untuk mengembangkan motorik halusnya. Naibaho dan Indarto
dalam Yuvi, dkk mengatakan contoh untuk mengambangkan motorik halus adalah
menggunting, menempel, menggambar, menulis, montase dan lainnya, dari pendapat
tersebut menguatkan bahwa montase adalah salah satu cara melatih perkembangan
motorik halus.

Berbagai perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu, a) melakukan
lemparan, b) menangkap bola dengan menggunakan tangan, c) meningkatnya
perkembangan otot kecil; koordinasi antara mata dan tangan yang dapat berkembang
dengan baik, d) meningkatnya penguasaan motorik halus seperti (dapat menggunakan
palu, pensil, gunting dan lainnya), e) menjiplak bentuk-bentuk geometri, f) memotong
garis, g) bermain pasta dan lem, h) keterampilan tangan semakin baik8.

Menurut Permendiknas N0.58 tahun 2009 tentang standar tingkat pencapaian


perkembangan anak usia 5-6 tahun dengan lingkup perkembangan motorik halus yaitu
menggambar sesuai pikiran/ide, meniru suatu bentuk, mengeksplor dengan berbagai
media serta kegiatan, menggenggam alat tulis dengan benar, menggunting pola dengan
sesuai, menempel gambar dengan tepat, mengutarakan perasaan melalui gerak dan
menggambar secara detail.

Montage yang berarti montase berasal dari Bahasa Inggris yang artinya
menempel. Menurut Sumanto montase adalah suatu seni yang diaplikasikan dalam
bentuk tempel atau guntingan gambar, foto dan ditempel pada dasar/bidang gambar
lainnya. Muharrar dan Verayanti dalam Yesi Karela dkk mengatakan montase adalah
suatu karya yang dilakukan dengan cara memotong bentuk-bentuk gambar dari
berbagai sumber dan kemudian ditempel pada suatu bidang dan menjadi sebuah hasil
karya9. Dalam kegiatan bermain montase ini memiliki tujuan untuk mengembangkan
kreativitas anak untuk menciptakan suatu hasil karya dengan menyusun potongan
gambar dari berbagai sumber yang kemudian disusun menjadi gambar yang baru dalam
suatu bidang10.

8
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks, 2013) hal:71.
9
Yesi Karela, Veny Iswantiningtyas, and Epritha Kurniawati, “Rancangan Kegiatan Montase Sebagai Upaya
Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini” 2, no. 2 (2020): 92–97.
10
Mutia Herdana Titi Rachmi, “Optimalisasi Kreativitas Anak Melalui Aktifivitas Montase Pada Usia Taman
Kanak-Kanak,” Jurnal iImiah Indonesia 3, no. 3 (2018): 161–168.

3
Kegiatan montase ini melatih keterampilan anak seperti kegiatan menggunting
dan menempel. Dalam kegiatan tersebut terkadang anak kurang minat dalam
melakukannya, pada kegiatan menempel terkadang anak kurang teliti dalam
memberikan lem bisa kurang atau terlalu banyak yang mengakibatkan kertas mudah
robek, terkadang anak juga enggan meratakan/ memegang lem jika berantakan, atau
terkadang jika menempelkan gambar terbalik, tidak sesuai pada gambar yang ditempel
dan tidak bisa dilepas mengakibatkan kesalahan dalam kegiatan tersebut 11.

Pada kegiatan menggunting juga anak sering kali melakukannya dengan tidak
rapi dan benar, biasa nya anak melakukannya dengan melewati garis gambar yang
dibuat. Hal ini terjadi karena anak kurang berhati-hati, kurang sabar dan kurang
konsentrasi antara mata dan tangan. Menurut Suratno kegiatan menggunting
merupakan proses menggerakan otot-otot tangan dan jari-jari sehingga dapat
memotong sesuai yang diinginkan, seperti menggunting pola, menggunting lipatan
gambar dan lain-lain. Pamadhi mengatakan menggunting dapat melatih dan
membentuk anak untuk menggunakan alat dan keterampilan memotong objek gambar.

Melalui kegiatan menggunting dan menempel ini dapat melatih kekuatan tangan
anak12. Dalam perkembangan motorik halus sangat penting untuk anak karena anak
belum memiliki keterampilan yang sesuai, maka perlu bagi anak untuk mempelajari
keterampilan baru yang sesuai dan lebih mudah. Saat anak masih usia dini anak akan
lebih percaya diri dan berani untuk mengembangkan motorik halusnya. Naibaho dan
Indarto dalam Yuvi, dkk mengatakan contoh untuk mengembangkan motorik halus
adalah menggunting, menempel, menggambar, menulis, montase dan lain-lain.
pendapat tersebut menguatkan montase sebagai salah satu cara untuk melatih
perkembangan motorik halus13.

Dalam kegiatan menggunting dan menempel juga terdapat kegiatan atau istilah
lain dalam teknik karya seni agar dapat membedakan penelitian montase ini dengan
kegiatan menggunting menempel lainnya saat mengajarkan pada anak usia dini yaitu
sebagai berikut, pertama kolase yaitu kegiatan yang dikerjakan dengan menempelkan

11
Irma Oktaviani Ana Sari and Hafidh ’Aziz, “Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak Melalui
Kegiatan 3M (Mewarnai, Menggunting, Menempel) Dengan Metode Demonstrasi,” Golden Age: Jurnal Ilmiah
Tumbuh Kembang Anak Usia Dini 3, no. 3 (2019): 191–204.
12
Endang Rini Sukamti, Perkembangan Motorik, (Yogyakarta: UNY Press, 2018) .
13
Yuvi Erfiana Taznidaturrohmah, Pramono Pramono, and Suryadi Suryadi, “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B Di TK Dharma Wanita Dinoyo
01 Mojokerto,” Jurnal Pendidikan Anak 9, no. 1 (2020): 20–26.

4
benda seperti kerang, daun, batu, ranting, biji-bijian, bunga dan lain-lain ke area yang
disediakan untuk membuat sebuat karya seni. Perbedaan dengan kegiatan montase ini
pada bagian menempel bahan yang digunakan kolase tidak perlu digunting, bahan yang
digunakan kolase juga lebih besar. dikutip pada penelitian Ratna, Miratul dan Huda
kolase juga dapat meningkatkan motorik halus anak pada kelompok A di TK Muslimat
NU Banjarmasin. Pada pratindakan presentase kenaikan hanya 40,45% dan kemudian
meningkat pada siklus I menjadi 51,59% dan pada siklus II menjadi 80,68%14. Kedua
ada mozaik yaitu kegiatan seni yang menempelkan benda yang lebih kecil dan
berbahaya seperti pecahan kaca, keramik dan potongan kayu yang menggunakan satu
bahan saja. Perbedaan kegiatan montase dengan mozaik ini kegiatan ini lebih berbahaya
dan harus memiliki pantau guru15.

Dari pengertian tersebut menjelaskan bahwa montase dapat mengembangkan


kemampuan motorik halus anak. Dalam kegiatan ini peneliti mengambil kegiatan
montase dikarenakan jika hanya kegiatan menggunting lurus saja terkadang anak
merasa bosan dan monoton untuk anak dan kurangnya antusias anak dalam
mengerjakan kegiatan tersebut. Di TK Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan
kemampuan motorik halusnya masih belum berkembang. Pada saat kegiatan bermain
menggunting dan menempel hasilnya masih kurang baik. Terkadang anak masih
meminta bantuan orang tua maupun guru untuk menyelesaikan tugasnya. Dari uraian
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan montase dapat mengembangkan kemampuan
motorik halus anak. Dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai kegiatan montase. Maka dari itu penulis mengambil judul “Pengaruh
Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak TK B di TK Islam
An-Nizomiyah”.

B. Identifikasi Masalah
Beberapa identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut;

1. Kemampuan anak dalam kegiatan montase belum berkembang secara optimal.


2. Minat anak pada kegiatan menggunting dan menempel kurang diminati.

14
Huda, Ratna Faeruz, Miratul Hayati, Permainan Kolase untuk Meningkatkan Motorik Halus pada Kelompok
A TK Muslimat NU Banjarmasin, Journal of Early Childhood Education (JECE) Vol.1, No.2 2019.
15
Chotimatu Rohmaniah dan Ramadhan, Referensi Gambar Mewarnai, Kolase, Montase, Mozaik Dan Aplikasi
(Pontianak: PGRI Prov Kalbar, 2019).

5
3. Media yang digunakan dalam kegiatan menggunting atau menempel lainnya kurang
menarik perhatian anak.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini untuk menghindari adanya
penyimpangan dari masalah agar peneliti lebih terarah dan mudah dalam membahas
sampai tujuan penelitian tercapai. Beberapa pembatasan masalah dalam penelitian ini,
sebagai berikut:

1. Lingkup pembahasan hanya meliputi informasi seputar motorik halus dan


kegiatan montase.
2. Sajian informasi yang ada dalam penelitian ini yaitu; karakteristik motorik halus,
tujuan dan fungsi motorik halus, kegiatan montase.

D. Rumusan Masalah
Pada paparan diatas mengenai identifikasi masalah dan pembatasan masalah
maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh kegiatan
montase terhadap pengaruh kemampuan motorik halus anak TK B di TK Islam An-
Nizomiyah?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan montase terhadap
kemampuan motorik halus anak TK B di TK Islam An-Nizomiyah.

F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini ingin mencapai manfaat sebagai berikut:

1. Guru
Memberikan gambaran kepada para guru untuk menunjukkan kegiatan yang sesuai
dan tepat, sehingga mudah meningkatkan hasil kreativitas anak yang ingin dicapai.
2. Siswa/Anak
Diharapkan kepada anak untuk lebih mudah mempelajari kegiatan menggunting
dan menempel .
3. Peneliti
peneliti dapat menjadi tahu bahwa melakukan kegiatan montase ini sangat penting
dalam peningkatan kegiatan motorik halus anak.

6
BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka
1. Motorik Halus
a. Pengertian Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau
anggota-anggota tubuh tertentu. Motorik halus anak merupakan cara seseorang
mengendalikan gerak tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi melalui saraf,
otot dan otak16. Pengertian Motorik Halus Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 146 tahun 2014 yaitu
gerak tubuh tertentu yang memerlukan koordinasi yang cermat antara otot-otot
kecil/halus dan mata serta tangan. Menurut Magill Richard keterampilan
motorik halus (fine motor skill) adalah keterampilan yang mengontrol otot kecil
dari tubuh untuk mencapai tujuan. Motorik halus anak merupakan koordinasi
gerak yang berkaitan dengan menempatkan atau memegang suatu objek
menggunakan jari-jari tangan. Usia 5-6 tahun koordinasi gerakan mata dan
tangan, lengan dan gerak tubuh bergerak secara bersamaan, seperti pada waktu
anak melakukan suatu kegiatan seperti menulis atau menggambar17.

Definisi keterampilan motorik halus yaitu gerakan otot kecil yang


berkoordinasi antara jari dan mata. Cara mengajarkan keterampilan motorik
halus sama dengan mengajarkan keterampilan lain seperti keterampilan menari
atau lainnya, pendidik/ pengajar harus sabar dalam mengajarkan hal ini.
Keterampilan motorik tidak akan berkembang dalam waktu semalam, tetapi
harus seiring waktu dan selalu dilatih18. Motorik halus adalah gerak otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu yang akan melakukan hal seperti belajar
dan berlatih, contohnya kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan lain-lain19.

16
Khadijah dan Nurul Amelia, Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, pertama. (Jakarta: Kencana, 2020)
hal:32.
17
Nilawati Tadjuddin, Buku Meneropong Perkembangan AUD, (Jakarta: Herya Media, 2014) hal:215.
18
Donnete E Davis, DEVELOPING FINE MOTOR SKILLS (South Africa: St. Aiden’s Homeschool, 2007).
19
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak (Jakarta: Kencana,
2016).

7
Keterampilan motorik halus ini disebut juga dengan keterampilan
manipulasi seperti kegiatan menulis, menggambar, menggunting, menempel,
melempar, menangkap dan lainnya. Pada usia 5 tahun koordinasi antara tangan
dan mata anak semakin meningkat pada bagian tubuh seperti tangan, lengan dan
tubuh bergerak melalui komando dari otak dan mata20. Berlener dalam Ratna,
dkk mengatakan motorik halus adalah keaadan untuk memperlihatkan
kemampuan menggunakan media antara koordinasi mata dan tangan. Gerak-
gerak tangan dengan harus dikembangkan secara optimal sehingga dapat
digunakan untuk membuat garis horizontal, garis vertikal, garis miring kiri dan
kanan, garis lengkung, lingkaran mampu meningkatkan secara optimal21.

Pada aspek perkembangan motorik halus anak usia dini difokuskan pada
koordinasi gerak yang akan berkaitan dengan memegang atau meletakkan objek
pada jari-jari tangan. Usai 5-6 tahun koordinasi gerak motorik halus lebih
matang seperti saat mengkoordinasikan gerak mata dengan tangan, lengan dan
tubuh secara bersamaan, dapat terlihat saat anak melakukan kegiatan
menggambar, menulis, menggunting dan lain-lain22.

Lolita dalam Rohyana menjelaskan perkembangan motorik halus


melibatkan otot-otot kecil dan pada kegiatan motorik halus perlu menggunakan
koordinasi tangan dan mata seperti kegiatan menulis, menggambar,
menggunting dan lainnya. Semakin anak sering melakukan kegiatan motorik
halus dapat mengembangkan motorik halus dan kreativitas seperti menggunting
kertas dengan lurus, menggambar dengan makna yang jelas, mewarnai dengan
rapi, menjahit, menganyam dan lain-lain23.

Dalam keterampilan motorik halus ini adapun masalah yang terjadi pada
anak terkait dengan kemampuan dalam menggambar bentuk dengan tegas atau
masih kurang dimengerti dan belum dapat mewarnai dengan rapi. Jika anak
mulai usia 4-6 tahun belum dapat menggambar bentuk yang tergabung dengan

20
Fitri ayu Fatmawati, Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, (Gersik: Caramedia Communication,
2020).
21
Huda, Ratna Faeruz, Miratul Hayati, Permainan Kolase untuk Meningkatkan Motorik Halus pada Kelompok
A TK Muslimat NU Banjarmasin, Journal of Early Childhood Education (JECE) Vol.1, No.2 2019, hal:2.
22
Nilawati Tadjuddin, Buku Meneropong Perkembangan AUD, (Jakarta: Heyra Media, 2014) hal:216
23
Rohyana Fitriani and Rabihatun Adawiyah, “Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini,” Jurnal Golden
Age 2, no. 01 (2018): 25.

8
baik untuk menjadi suatu bentuk yang lebih tegas dan bermakna perlu
diwaspadai. Sebagai orang tua dan guru perlu meninjau kemampuan anak dalam
mengetahui apa yang ada dalam lingkungannya. Dan jika pada usia menjelang
sekolah dasar pada kegiatan mewarnai belum baik, masih terlihat keluar garis
pada mewarnai, kemungkinan anak bermasalah dengan koordinasi mata dan
tangannya. Masalah ini dapat menjadi acuan untuk orang tua dan guru agar tidak
terjadi pada anak, maka ketahuilah sejak dini dan mencari jalan keluarnya.
Perkembangan ini menjadi tanggung jawab guru maupun orang tua karena jika
perkembangan ini tidak berkembang kemungkinan perkembangan lain dapat
tidak berkembang juga24.

Motorik halus meliputi perkembangan otot-otot halus serta fungsinya,


fungsi otot-otot halus ini ialah untuk menggerakan bagian-bagian tubuh yang
spesifik seperti menulis sesuatu sesuai tahapan umur, melipat suatu bentuk,
merangkai benda, mengancingkan baju, dan menggunting benda.
Kesimpulannya ialah motorik halus adalah gerak-gerak halus yang
membutuhkan koordinasi mata dan tangan25.

b. Keterampilan-Keterampilan Motorik Halus


Santrock dalam Puri dkk menjelaskan bahwa keterampilan motorik
halus meliputi, sebagai berikut26:

1. Motorik halus meliputi gerak-gerak yang lebih halus, seperti ketangkasan


jari jemari.
2. Berguling, pada usia 4-5 bulan bayi akan mulai mencoba membolak-balikan
tubuhnya yang sebelumnya hanya bisa diam saja jika dibaringkan atau
ditengkurapkan.
3. Duduk, pada saat tulang dan otot sudah lebih cukup kuat, bati berusia 6-9
bulan akan berlatih duduk jika sudah piawai dalam berguling.

24
Rohyana Fitriani dan Rabihatun Adawiyah, "Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini," Jurnal Golden
Age 2, no 01 (2018).
25
Syafaruddin, Herdianto, and Ernawati, “Buku Pendidikan Prasekolah, Persepsi Pendidikan Islam Dan
Umum", 2011.
26
Puri Aquarisnawati, Dewi Mustami’ah, dan Windah Riskasari, “Motorik Halus Pada Anak Usia Prasekolah
Ditinjau Dari Bender Gestalt,” Jurnal Insan Media 13, no. 3 (2011): 149–156.

9
4. Merangak, rata-rata usia 9 bulan meski ada bayi usia 6 bulan sudah mulai
menguasainnya. Kemampuan merangkak ini semakin lincah bila sering
bergerak dan menjelajah lingkungannya.
5. Berdiri dan berjalan, kebanyakan anak melakukannya pada usia 11-14 bulan
namun dia ada pada saat usia 9 bulan sudah mulai sedikit demi sedikit
melangkahkan kakinya.
6. Minum dan makan sendiri, usia 8 bulan jari-jari anak mampu memegang
benda kecil yang berada di dekatnya. Saat usia 12 bulan anak dapat
menggenggam cangkir sendiri tanpa bantuan, dan usia 18 bulan anak diberi
kesempatan untuk makan sendiri.
7. Berbicara, usia 9-10 bulan sudah mulai bubbling memanggil
“mama”,”baba” dan lain-lain. ketika mulai usia 2 tahun mulai berbicara 2-3
kata, dan usdia 3 tahun dapat mengucapkan kalimat pendek.
8. Fine motor, motorik halus adalah suatu gerak yang dikoordinasikan oleh
otot-otot kecil misalnya, menulis, menggambar dan lainnya.
9. Gross motor, gerakan yang melibatkan kelompok otot besar, yang
umumnya lebih luas dari fine motor.

c. Faktor-Faktor Kemampuan Motorik Halus


Faktor-faktor kemampuan motorik menurut anton adalah sebagai berikut27:

1. Faktor genetik
Disebut faktor genetik sebab faktor bawaan yang diturunkan oleh kedua
orangtuanya. Keturunan bertanggung jawab atas fisik, postur tubuh,
pertumbuhan gigi, warna rambut, kepribadian serta intelegensi. Sifat dan
karakteristik setiap manusia juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
2. Gizi
Almatsier dalam Anton menjelaskan angka metabolisme bayi dan anak
selain untuk pertumbuhan tetapi untuk bermain. Status gizi merupakan
keadaan tubuh untuk mengkonsumsi makanan dan penggunaan zat-zat pada
tubuh. Jika gizi anak tercukupi anak juga akan terlihat lebih aktif dan
senang.
3. Kegiatan Bermain

27
Anton Komaini, Kemampuan Motorik Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2018) hal: 45.

10
Pada kemampuan motorik anak dapat dilihat apabila anak melakukan
gerakan dalam permainan, maka dari itu fisik anak akan berhubungan
dengan kegiatan bermain. Semakin anak kuat dan terampil anak akan lebih
senang bermain dan tidak gampang lelah untuk bermain.
4. Pola asuh
Orang tua adalah lingkungan pertama yang dikenal anak dan yang paling
dekat dengan anak, orang tua juga akan menjadi figur idola bagi anak, maka
anak sering meniru kebiasaan baik dan buruk orang tuanya. Pola asuh orang
tua untuk mendidik dan membimbing anak adalah proses untuk
pembentukan perkembangan di masa depan.

d. Ruang Lingkup Motorik Halus


Menurut Arifah dalam Tsalitska, dkk ruang lingkup motorik halus
meliputi bagian sebagai berikut: 1) menangkap dan melempar bola, 2) dapat
mengambil benda-benda kecil, 3) menyusun balok, 4) memakai baju dan
melepas baju dan sepatu, 5) mengancing baju, 6)menggunting, 7) melipat
kertas, 8) menggambar berbagai bentuk, 9) menempel dan meremas benda, 10)
meronce, 11) menuangkan air. Menurut Montolalu dalam Tsalitska, dkk ruang
lingkup motorik halus yaitu: a) dapat meniru bentuk +, x, lingkaran, segitiga
dan persegi, b) menjiplak bentuk dan angka, c) menyimpul atau menjahit
sederhana seperti, tali sepatu, benang dan tali tambang, d) memasukkan barang
kecil ke dalam amplop, e) membentuk berbagai macam dengan tanah liat/
plastisin, f) menggunting, g) menganyam28.

Menurut Nariasih dalam Tsalitska, dkk untuk mengembangkan


kemampuan motorik halus halus, anak harus menggunakan jari-jarinya
khususnya ibu jari dan telunjuk. Berikut kemampuan-kemampuan motorik
halus anak untuk melatih jari jemarinya29:

1. Menggenggam (Grasping)
Pada kemampuan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu palmer
grasping dan pincer grasping.

28
Tsalitska Sindi Afifah, Sumardi, dan Sima Mulyadi, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Montase Pada Anak Usia Dini, Jurnal PAUD Agapedia Vol. 4, no. 2 (2020): 360.
29
Tsalitska Sindi Afifah, Sumardi dan Sima Mulyadi, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Montase Pada Anak Usia Dini, Jurnal PAUD Agapedia, Vol.4, No.2, 2020, hal:361.

11
• Palmer grasping, yaitu keadaan saat anak menggenggam
suatu benda dengan menggunakan telapak tangan.
Terkadang anak lebih mudah menggunakan telapak
tangannya daripada jari-jarinya.
• Pincer grasping, keadaan ini saat anak sudah mudah
menggunakan jari-jarinya (menghimpit), karena
perkembangan motorik halus akan semakin baik jika anak
tidak menggunakan telapak tangan lagi.
2. Memegang
Ketika anak sudah dapat memegang benda dari ukuran yang
besar kecil, semakin anak mampu memegang benda-benda kecil
semakin baik juga perkembangan motorik halusnya.
3. Merobek
Pada keterampilan ini anak melakukan dengan kedua tangannya
maupun menggunakan seluruh jari-jemarinya.
4. Menggunting
Kemampuan motorik halus akan semakin meningkat jika banyak
berlatih pada keterampilan menggunting.

Tahapan-tahapan perkembangan dalam kegiatan menulis atau coretan


yang dilakukan anak sebagai berikut30:

a. Tahap mencoret atau membuat goresan (scribbling stage)


Tahap dalam kegiatan ini dimulai dengan membuat tanda
menggunakan alat tulis. Anak akan menyadari goresan-goresan
tersebut sebagai suatu tulisan yang dikerjakan.
b. Tahap pengulangan secara linear (linear repetitive stage)
Tahap ini anak akan membuat tulisan-tulisan horizontal maupun
vertikal. Pikiran anak kata yang menunjukkan suatu benda besar
mempunyai susunan tulisan yang panjang dari kata yang mempunyai
benda yang lebih kecil.
c. Tahap menulis secara random (random letter stage)

30
Fitri Ayu Fatmawati, Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, (Gresik: Caramedia Communication,
2020) hal.103-104.

12
Tahap ini mulai mengenal berbagai macam bentuk tulisan yang
diterima sebagai tulisan dan dapat digunakan untuk mengulang kata
atau kalimat.
d. Tahap menulis tulisan nama (letter-name writing or phonetic
writing)
Tahap ini anak sudah mulai menghubungkan tulisan dengan
bunyi. Mulanya pada tahap ini menggambarkan dengan menulis
tulisan nama anak karena, biasanya anak akan menulis dan
membunyikan nama secara bersamaan.

Menurut Lowenfeld dalam Fitri menguraikan karakteristik-karakteristik


untuk usia 4-7 tahun31:

1) Membuat suatu bentuk-bentuk geometri.


2) Menempatkan ukuran objek-objek yang berbeda dengan subjek.
3) Tidak menghubungkan objek gambar satu sama lain.
4) Seni yaitu komunikasi antara dirinya.
5) Mengetahui objek-objek melalui gambar.
6) Menyalin berbagai bentuk segitiga, segi empat dan segi lima.

e. Karakteristik Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun


Pada anak usia 5 tahun motorik halus anak akan terkoordinasi dan
semakin meningkat seperti tangan, lengan dan tubuh bergerak bersama di
bawah komando dari mata. Anak perempuan lebih banyak melakukan gerakan
tarian yang mengolah tubuhnya menjadi lentur dan anak laki-laki lebih banyak
menggunakan otot-otot besar untuk beraktivitas seperti menangkap, melempar
dan lain-lain. serta anak laki-laki lebih cenderug berperilaku aktif dengan
meningkatkan kekuatan dan kecepatan32.

Menurut uswatun dalam khadijah karakteristik motorik halus juga


merupakan gerakan yang menggunakan otot-otot halus dan anggota tubuh
lainnya yang dipengaruhi oleh kesempatan dalam belajar dan berlatih,
contohnya seperti menulis, menggunting, menyusun balok, mencoret-coret,

31
Fitri Ayu Fatmawati, Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, (Gresik: Caramedia Communication,
2020) hal.105-106.
32
Khadijah dan Nurul Amelia, Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2020) hal:33.

13
memindahkan beda dari tangan ke tangan lainnya. Kemampuan-kemampuan
tersebut penting di kembangkan agar anak dapat berkembang secara optimal
dan perkembangan motorik juga mempengaruhi kerja otak, karena otak dapat
mengatur setiap gerak yang dilakukan anak33.

Kemampuan motorik halus anak dapat di kembangkan dengan cara,


menggali/mengubur pasir dan tanah, menuangkan air kedalam wadah,
mengambil dan mengumpulkan batu-batu, daun-daun atau benda kecil lainnya
dan bermain permainan diluar ruangan seperti bermain kelereng, bekel,
congklak dan lain-lain34.

f. Tujuan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun


Tujuan perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun adalah anak dapat
menunjukkan kemampuan dengan menggerakan anggota tubuhnya dan dapat
mengkoordinasi antara mata dan tangan sebagai persiapan pengenalan menulis.
Tujuan perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun, yaitu:

1. Menggerakkan jari jemari untuk kesiapan menggambar, menulis, dan


manipulasi benda.
2. Mengkoordinasi antara mata dengan tangan.
3. Mengendalikan emosi dalam beraktivitas.
4. Mengembangkan kemampuan motorik halus dengan keterampilan kedua
tangan.

Tujuan pengembangan motorik pada anak usia dini dalam standar


kompetensi kurikulum anak usia dini ialah membangun perkembangan potensi-
potensi anak baik fisik maupun psikis yang dapat meliputi 6 aspek
perkembangan untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Adapun kompetensi
motorik yang diharapkan yaitu:

1. Dapat melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi untuk kesiapan


menulis, keseimbangan, kelincahan dan keberanian.
2. Mengutarakan diri dalam berkreasi dengan imajinasi menggunakan
media/bahan untuk menjadi sebuah karya seni.

33
Khadijah dan Nurul Amelia, Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2020) hal:33.
34
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana,
2016) hal: 38.

14
g. Fungsi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun
Fungsi perkembangan motorik halus adalah mendukung aspek
perkembangan lainnya seperti kognitif, bahasa, emosional, dan seni, karena
pada hakikatnya seluruh aspek perkembangan tidak dapat terpisah. Sumantri
dalam Khadijah menjelaskan fungsi meningkatkan motorik halus usia 4-6
tahun, ialah35:

1. Mampu meningkatkan kemampuan motorik halus yang hubungannya


dengan keterampilan tangan.
2. Mampu menggerakan tubuh yang hubungannya dengan gerak jari-jari
tangan untuk kesiapan menulis, menggambar serta memanipulasi benda.
3. Mampu mengkoordinasi mata dan tangan.
4. Mampu mengatur emosi dalam beraktivitas kegiatan motorik halus seperti
anak umur 4-5 tahun, anak sudah mampu menulis ulang angka dan huruf
abjad.

h. Indikator Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6


Tahun
Menurut standar isi pendidikan anak usia dini aspek perkembangan motorik
halus anak usia 5-6 tahun dengan perkembangan dasar melakukan koordinasi
mata dengan tangan dan indikatornya adalah sebagai berikut:

1) Dapat mengatur/mengurus diri sendiri tanpa bantuan misalnya, kegiatan


makan, mandi, menyisir rambut, memasang kancing, mencuci tangan,
mengelap tangan dan mengikat tali sepatu.
2) Menggunakan/menggenggam pensil dengan benar (antara ibu jari dengan 2
jari lainnya).
3) Membuat macam-macam bentuk menggunakan bahan seerti, plastisin,
playdough, tanah liat, pasir dan lain-lain.
4) Menyalin bentuk garis horizontal, vertikal, miring, lengkung dan lingkaran.
5) Menjahit bervariasi (lurus dan silang) dengan berbagai macam seperti tali
rafia, benang wol dan tali sepatu.

35
Khadijah dan Nurul Amelia, Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2020) hal: 37-
38.

15
6) Menggunting dengan berbagai macam media berdasarkan bentuk dan pola
(lurus, lengkung dan segitiga).
7) Mencocok bentuk-bentuk.
8) Menyusun berbagai bentuk dari balok-balok.
9) Membuat lingkaran dan persegi dengan rapi.
10) Meronce dengan manik-manik sesuai pola meronce dengan berbagai bahan
lain misalnya, bagian-bagian tanaman, bahan bekas, karton, kain perca dan
lain-lain.

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia nomor 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 pendidikan anak usia
dini dengan lingkup perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun dan
sesuai indikator tingkat pencapaian perkembangan yaitu:
a. Menggambar sesuai gagasannya.
b. Meniru bentuk.
c. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan.
d. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar.
e. Menggunting sesuai dengan pola.
f. Menempel gambar dengan tepat.
g. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci.

i. Prinsip dalam Perkembangan Motorik Halus Usia 5-6 Tahun


Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan motorik
halus usia 4-6 tahun yaitu36:

1) memberikan kebebasan untuk anak dalam mengungkapkan ekspresinya.


2) Memberikan waktu, tempat dan bahan/alat untuk merangsang kreativitas
anak.
3) Membimbing anak dalam bermain untuk menemukan cara yang baik dan
membimbing sesuai dengan kemampuan perkembangannya.
4) Menumbuhkan rasa berani dan menghindari petunjuk yang akan merusak
keberanian anak.

36
Dema Yulianto and Titis Awalia, “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase
Pada Anak Kelompok B RA Al-Hidayah Nanggungan Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk Tahun
Pelajaran 2015/2016,” Jurnal PINUS 2, no. 2 (2017): 118–123.

16
5) Memberikan rasa kegembiraan dan menciptakan suasana yang
menyenangkan.
6) Mengawasi pelaksanaan kegiatan anak saat bermain.

2. Montase
a. Pengertian Montase
Montage berasal dari Bahasa Inggris yang artinya menempel. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) montase merupakan komposisi
gambar-gambar yang dihasilkan dari kombinasi berbagai sumber. Montase
secara umum diartikan dengan komposisi hasil campuran unsur dari banyak
sumber. Biasanya montase sering dilakukan pada seni rupa, namun bisa juga
untuk sastra, musik, tari dan lain-lain. untuk seni rupa, montase dapat dilakukan
dengan mengkomposisikan potongan-potongan gambar contohnya, gambar
mobil dari majalah kemudian dipotong lalu digabungkan dengan gambar yang
ada di koran atau sumber lainnya37.

Karya montase biasa disebut juga dengan hasil karya menggunting dan
menempel karena identik dengan gambar yang sudah tercetak seperti foto,
majalah, koran, buku cerita dan lainnya sehingga dapat terlepas dari lembar
aslinya38. Menurut muharrar montase ialah suatu kreasi yang dibuat dengan
menggunting gambar dengan berbagai macam sumber kemudian ditempel pada
alas tertentu dan akan menjadi suatu hasil karya39. Aini juga mengatakan
montase merupakan suatu seni yang diaplikasikan pada gambar yang digunting
dan ditempel pada suatu bidang40.

Ayusari mengatakan bahwa montase adalah gabungan dari gambar yang


akan dihasilkan dari berbagai sumber atau gambar. Hasil karya montase ini
menghasilkan gabungan dari beberapa gambar atau sumber dengan susunan
yang ditempelkan pada bidang tertentu sesuai dengan tema yang diberikan.
Contohnya yaitu tema sekolah, gambar yang digunakan dapat berupa alat-alat
sekolah dan lain-lain41. Media atau alat pada montase dirancang sesuai pada

37
Wayan Jenki Sunarta, “Montase Kumpulan Puisi” (Pustaka Ekspresi, 2016).
38
Ririn Ariyanti, “Pengembangan Buku Pengayaan Montase Bermuatan Nilai - Nilai Karakter Pada
Pembelajaran Seni Budaya Dan Prakarya Siswa Sekolah Dasar Kelas IV” (2020): 1–230.
39
Syakir Muharrar dan Sri Veriyanti R, Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana (Jakarta: Esensi, 2013).
40
Nurul Aini, Montase Dan Pembelajaran (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2018).
41
Ayusari, Keterampilan Montase, (Yogyakarta: INDOPUBLIKA, 2017) hal:1

17
perkembangan anak dengan mencari gambar-gambar yang diberikan kedua
anak akan menggunting beberapa gambar dan akan ditempelkan pada bidang
datar yang disediakan sehingga menjadi sebuah hasil karya42.

Pada kegiatan montase tidak hanya motorik halus anak saja yang
terlatih, melainkan kemampuan bahasa dan kreativitas anak juga terlatih.
Kemampuan bahasa anak terlatih dalam kegiatan ini karena anak dapat terlatih
untuk menjelaskan atau menceritakan hasil karya nya kepada guru, teman
maupun orang tuanya. Pada kreativitas anak berlatih dengan anak berkreasi
sesuai ide pikirannya dan pada kegiatan montase ini kegiatan yang menarik
untuk anak karena dapat mewujudkan teknik menggunting dan menempel
gambar dari berbagai macam media dan dirangkai ke dalam kertas atau wadah43.

Berdasarkan pengertian tokoh ditas, dapat ditarik kesimpulan montase


merupakan suatu hasil karya yang diciptakan dengan cara mengambil gambar
dari berbagai sumber lalu digunting dan ditempel pada suatu bidang datar.
Peneliti memfokuskan kegiatan montase karya dari gabungan gambar yang
diambil dari berbagai macam media seperti majalah, buku cerita dan foto
kemudian ditempel pada bidang datar (kertas).

b. Alat dan Bahan Montase


Menurut Ayusari kegiatan montase membutuh alat dan bahan untuk
melaksanakan kegiatan montase tersebut, ialah44:

Alat dan Bahan Keterangan


Gunting Digunakan untuk memotong
gambar yang telah disediakan.

42
Ghina Fairuz, dkk, Analisis Media Montase Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun,
Jurnal PAUD Agapedia, Vol.5, No.2, Desember 2021. Hal:232.
43
Muhsinin, Penggunaan Media Montase dalam Meningkatkan Kreativitas Anak di Kelompok B RA Miftahul
Ulum II Jatigunting Wonorejo Pasuruan, Jurnal Program Studi PGMI, Vol.7, Nomor 1, Maret 2020. Hal:103.
44
Ayusari N, Keterampilan Montase (Jakarta: Indo Publika, 2017).

18
Lem Digunakan untuk menempelkan
gambar-gambar yang telah di
potong.

Kertas Digunakan sebagai alas, dapat


disesuaikan dengan ukuran dan
tema yang diinginkan.

Koran, Bahan utama yang digunakan


Majalah,
dalam membuat hasil karya
Buku cerita
montase, karena sumber mencari
gambar.

Alat Digunakan untuk menambahkan


Mewarnai
objek pada kegiatan montase.

Tabel 2. 1 Alat dan Bahan Kegiatan Montase

19
Gambar 2. 1 Contoh Kegiatan Montase

c. Langkah-Langkah Pembuatan Seni Montase


Adapun pembuatan seni montase, terdapat langkah-langkah sebagai berikut45:

1. Guru dapat mengguntingkan halaman majalah, koran atau lainnya agar


memudahkan anak dalam memotong gambar yang sesuai dengan tema.
2. Gunting bagian halaman per halaman, gunting gambar pertama yaitu
gambar guru dengan muridnya.
3. Jika menemukan gambar anak sekolah yang sedang mengobrol gunting
sesuai dengan gambar.
4. Kemudian potong gambar guru dan murid sedang berolahraga.
5. Jika menemukan gambar guru-guru lain pada halaman yang berbeda,
gunting lagi sesuai gambar.
6. Setelah itu, gunting gambar gedung sekolah.
7. Gunting background gedung yang dicetak menggunakan printer.
8. Beri lem/perekat pada kertas yang digunting, kemudian ditempelkan pada
kertas.
9. Tempel origami berawarna hijau pada kertas.
10. Tempel background gedung dan langit dengan lem/perekat.
11. Berikan lem/perekat gedung sekolah dan ditempelkan .

45
Ayusari Novidemi, Keterampilan Montase, (Yogyakarta: INDOPUBLIKASI, 2017) hal:64.

20
12. Tempel bagian pohon di kertas gambar dan tempelkan juga gamba semak
pada bagian bawah pohon.
13. Berikan lem/perekat gambar anak sedang berinteraksi.
14. Berikan lem/perekat gambar guru dan anak yang sedang berolahraga di
antara gedung sekolah dan anak-anak yang sedang berinteraksi.
15. Kemudian hasil karya montase telah siap dan nampak seperti pada contoh
gambar.

d. Teknik-Teknik Montase
Muharrar mengatakan teknik montase dibagi menjadi dua kelompok yaitu
teknik foto dan teknik tempel manual, sebagai berikut46:

1. Teknik foto atau disebut (photo montage) adalah gambar yang dibuat dari
tempelan atau berbagai macam gambar lainnya. Bentuk foto berupa foto
sederhana maupun rumit. Di Indonesia teknik foto montase banyak
digunakan oleh para seniman dan desain grafis.
2. Teknik tempel manual adalah menempelkan potongan-potongan gambar
dari berbagai sumber untuk menampilkan hasil karya sesuai pesan/tema.
Teknik ini biasanya digunakan oleh anak-anak TK atau sekolah dasar.

e. Fungsi Kegiatan Montase


Rizki Siddiq dan Ririn Ariyanti mengatakan beberapa fungsi-fungsi
montase, antara lain sebagai berikut47:

1. Fungsi praktis, yang dimana fungsi ini ada pada benda sehari-hari, hasil
karya tersebut dapat digunakan sebagai bahan dekorasi.
2. Fungsi edukatif, fungsi ini membantu meningkatkan daya pikir serta
mengembangkan imajinasi anak.
3. Fungsi psikologis, dapat memberikan imajinasi dan perasaan untuk
menciptakan rasa senang dan puas sehingga dapat mengurangi beban
psikologis.
4. Fungsi ekspresif, dapat meluapkan seni dan karya montase tersebut.

46
Syakir Muharrar dan Sri Verayanti R, Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana, (Jakarta: Esensi, 2013).
47
Ririn Ariyanti,Skripsi: “Pengembangan Buku Pengayaan Montase Bermuatan Nilai - Nilai Karakter Pada
Pembelajaran Seni Budaya Dan Prakarya Siswa Sekolah Dasar Kelas IV, (Semarang: UNS, 2020).”

21
B. Hasil Penelitian Relevan
1. Hasil penelitian oleh M.Amirul Mukminin, Suryana Dadan yang berjudul pengaruh
montase terhadap perkembangan motorik halus anak di taman kanak-kanak
Assyofa Kota Padang. Terlihat perbedaan penggunaan desain penelitian, penelitian
ini menggunakan desain quasi eksperimental. Maka hasil analisis data yag
diperoleh bahwa terdapat perbedaan antar kelas eksperimen dan kontrol, hasil rata-
rata nilai kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok
kontrol48.
2. Hasil penelitian oleh Novika Setya Andini dan Rachma Hasibuan yang berjudul
pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus pada anak
kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Surabaya. Terlihat perbedaan pada
sampel, penelitian ini menggunakan kelompok A dengan jumah 21 anak. Pada hasil
yang di dapatkan penelitian ini ialah terdapat pengaruh pada kegiatan montase
terhadap kemampuan motorik halus anak49.
3. Hasil penelitian oleh Maulia Debria K dan Yaya Nurhayati yang berjudul
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan montase
pada kelompok B. Terlihat perbedaan penggunaan pada metode penelitian,
penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Pada hasil penelitian
tersebut bahwa kegiatan montase dapat mengembangkan kemampuan motorik
halus anak yang sangat baik50.

C. Kerangka Berpikir
Bermain adalah salah satu aktivitas yang menyenangkan. Dengan bermain anak
dapat meningkatkan kemahiran dalam melakukan kegiatan. Dilihat dari segi
perkembangan motorik halus secara tidak langsung dapat berdampak besar untuk anak-
anak. Terlebih untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan. Berdasarkan teori
yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul
“pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus anak TK B. variabel
penelitian ini adalah montase (X1) dan motorik halus (Y1). Dengan rumusan masalah,

48
Suryana Dadan M. Amirul Mukminin, “Pengaruh Montase Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Di
Taman Kanak-Kanak Assyofa Kota Padang,” Jurnal Pendidikan Tambusai 3 (2019): 1619–1626.
49
Novika Setya dan Racchma Hasibuan, Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus
pada Anak Kelompok A, Jurnal PAUD Teratai Vol.05 No.3, Tahun 2016.
50
Maulia Debri K dan Yaya Nurhayati, Meningkatkan Kemamuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui
Kegiatan Montase pada Kelompok , Jurnal Cakrawala Paud Vol.1 No.1, Tahun 2016.

22
bagaimana pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus anak TK
B?

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dilihat dari bagan berikut:
Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir

Anak TK B Aspek Perkembangan Anak Usia Dini


(usia 5-6 tahun)

Nilai Sosial Fisik Bahasa Kognitif Seni


Agama Motorik
Emosion
dan al
Moral

Motorik Motorik
Kasar Halus

Kemampuan motorik halus anak seperti kegiatan (menggunting, menempel) pada


kelompok B di TK Islam An-Nizomiyah masih belum berkembang. Hal ini terlihat pada
saat anak melakukan kegiatan menggunting, selalu guru kelas yang sudah menggunting
medianya.

Peneliti memberikan perlakuan (treatment) dengan menggunakan kegiatan montase


yang dianggap mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B
di TK Islam An-Nizomiyah.

Adanya pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus


anak kelompok B di TK Islam An-Nizomiyah.

23
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang belum terpecahkan, yang dimana rumusan
masalah akan dijadikan kalimat-kalimat pertanyaan. Hipotesis biasa disebut hasil
penelitian sementara, karena jawaban hanya berdasarkan teori yang relevan bukan
berdasarkan fakta yang diperoleh melalui pengumpulan data51. Hipotesis yang diangkat
oleh peneliti adalah mengenai permasalahan diatas yaitu: “Pengaruh Kegiatan Montase
Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak TK B di TK Islam An-Nizomiyah”.
Selanjutnya hipotesis tersebut diuji secara statistik sehingga menjadi:

Ho = Tidak terdapat pengaruh antara kegiatan montase terhadap kemampuan motorik


halus anak.

Ha = Terdapat pengaruh antara kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus


anak.

51
Hardani Ahyar.dkk, Buku Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, (Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu,
2017).

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam An-Nizomiyah yang terletak di jalan
Al-Fajri No.16, RT.12/RW.1, Pejaten Bar., Kec. Ps Minggu, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510. Dekat dengan rumah sakit dan jalan raya
menuju pasar minggu dan makam pahlawan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada 15-26 November 2021 pada semester ganjil tahun ajaran
2021/2022. Pada anak kelas TK B, semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.

Hari/ Tanggal Kegiatan Tempat


Senin 08 November 2021 Observasi Sekolah
Senin 15 November 2021 Pre-test Sekolah
Jumat 19 November 2021 Treatment 1 Sekolah
Senin 22 November 2021 Treatment 2 Sekolah
Rabu 24 November 2021 Treatment 3 Sekolah
Jumat 26 November 2021 Post-test Sekolah
Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian
B. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre-
eksperimen. Dikarenakan desain penelitian ini hanya melibatkan satu kelompok dan
tidak ada kelompok pembanding dan kontrol52. Desain pre-eksperimen ini
merupakan desain yang belum sungguh-sungguh, karena tidak ada variabel kontrol
dan sampel dipilih secara random53.
2. Desain Penelitian

52
Rukminingsih, Gunawan Adnan, dan Mohammad Adnan Latief, Metode Penelitian Pendidikan. Penelitian
Kuantitatif, Penelitian Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Erhaka Utama, 2020) hal:46.
53
Hardani. dkk, Buku Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2017) hal:349.

25
Desain penelitian ini menggunakan One Group Pretest Posttest Design. Pada
desain ini membandingkan keadaan sebelum diberi pelakuan dan sesudah diberi
perlakuan54. Langkah desain one group pretest posttest ini adalah 1) memilih
sampel, 2) melaksanakan pre-test, 3) memberikan perlakuan 1 dan 2, 4)
melaksanakan post-test, 5) mencari distribusi frekuensi, perhitungan statistik untuk
pre-test maupun post-test, 6) menguji rata-rata dengan uji-t55.
Dari penelitian yang diperoleh, hasil tes yang diberikan sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan akan dibandingkan untuk melihat adakah pengaruh yang
signifikan kemampuan motorik halus anak sebelum dan sesudah diberikan kegiatan
montase. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut56:

Pre-test Perlakuan Post-test


Y1 X Y2
Tabel 3. 2 Desain Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah semua individu yang akan diteliti dan digeneralisasi dengan
cara mengambil kesimpulan pada seluruh individu yang jumlahnya luas/banyak dan
berdasarkan data dari individu yang jumlahnya hanya sedikit. Berdasarkan
pengertian diatas target populasi dalam penelitian ini adalah 8 anak TK B1 di TK
Islam An-Nizomiyah.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian individu yang akan dijadikan wakil dalam penelitian
ini. Sampel juga disebut jumlah dan karakteristik yang ada di populasi. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh yaitu suatu teknik
pemilihan sampel jika menggunakan semua populasi57. Hal ini dapat dilakukan
apabila populasi relatit kecil atau sedikit yaitu kurang dari 30 orang58. sampel dalam

54
Hardani Ahyar. dkk, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020) hal:350.
55
Rukminingsih, Gunawan Adnan dan Mohammad Adnan Latief, Metode Penelitian Pendidikan Penelitian
Kuantitatif Penelitian Kualitatif Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Erhaka Utama, 2020) hal: 47.
56
Hardani Ahyar. dkk, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2020) hal:350.
57
Fidrayani dan Aulia, Hubungan Prokrastinasi Akademik dengan Hasil Belajar Perserta Didik Kelas 5 SD A-
Fath Cirendeu, Jurnal Indonesian Psychological Research Vol.03 No.1 2021.
58
Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Literasi Media Publlishing, 2015)
hal:66.

26
penelitian ini yaitu kelompok B1 yang berjumlah 8 anak. Pada tabel berikut terdapat
4 anak perempuan dan 4 laki-laki, usia tersebut sesuai pada penelitian ini.
No Nama Jenis Kelamin Usia
1 RS P 6
2 TH L 5
3 TQ L 6
4 AD P 5
5 PP L 5
6 AZ L 5
7 HL P 6
8 GY P 6

D. Teknik Pengumpulan Data


Adapun peneliti mengumpulkan data-data menggunakan teknik observasi,
dokumentasi dan tes sebagai berikut:

a. Observasi
Observasi adalah suatu pengamatan terhadap aspek yang diukur, observasi
dapat dilakukan dengan cara seperti tes, kuesioner, video, gambar, rekaman
dan suara59. Ciri suatu data hasil observas lebih spesifik dibanding dengan
teknik lain. karena observasi sifatnya tidak terbatas untuk manusia yang
sebagai responden serta objek alam lainnya juga bisa60.
b. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan tentang bermacam-macam aktivitas atau
kejadian pada waktu lalu61. Dokumentasi yaitu mencari informasi tentang
suatu hal atau variabel berbentuk catatan, buku koran, majalah, prasasti,
agenda dan sebagainya62. Kesimpulan dari pengertian diatas dokumentasi
adalah catatan mengenai informasi masa lalu dalam bentuk catatan atau ala-
alat informasi lainnya.
c. Tes

59
Winarno.M.E, Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani (Malang: UM Press, 2013) hal:106.
60
Eri Barlian, Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif , (Padang: SUKABINA PRESS, 2016)hal:54.
61
W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002)hal:83.
62
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015)hal:83.

27
Tes ini berupa pertanyaan, lembar kerja atau lainnya yang digunakan untuk
mengukur suatu pengetahuan, keterampilan, bakat dan kemampuan yang
dipilih oleh subjek penelitian. tes berisi soal-soal yang terdiri atas butir soal.
Setiap butir dapat mewakili satu jenis variabel yang akan diukur63.

E. Kontrol Terhadap Validitas Internal


Untuk memenuhi syarat penelitian perlunya melakukan uji validitas dan
reliabilitas pada instrumen untuk mengukur kemampuan motorik halus anak usia 5-6
tahun.

1. Uji Validitas
Validitas adalah ketelitian suatu instrumen dalam pengujian64. Uji
validitas atau kesalahan yaitu untuk mencari tahu sampai mana kuesioner
yang diajukan dapat mengambil informasi yang diperlukan65. Validitas
terbagi menjadi 2 macam yaitu validitas faktor dan validitas item. Pada
pengukuran validitas item dengan cara menghubungkan skor item dan skor
total. Skor item diarahkan dengan adanya hubungan terhadap skor total.
Menentukkan layak atau tidaknya item, biasan nya menggunkan uji
signifikansi valid jika hubungan signifikan dengan skor total. Uji validitas
sering menggunakan teknik pengujian SPSS yaitu korelasi Bivariate
Pearson (product moment person) dan Corrected item total correlation66:
Rumus korelasi product moment pearson yaitu:
𝑁 ∑ 𝑋𝑌− ∑𝑋∑𝑌
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 (𝑁∑𝑌 2 −(∑𝑌)2 )

Ket:
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
N = Jumlah responden
∑X = Jumlah skor butir soal

63
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yoyakarta: Literasi Media Publishing,
2015)hal:78.
64
Dian Ayunita Nugraheni Nurmala Dewi, Modul Uji Validitas dan Hormonal, Jurnsl Universitas diponegoro,
Vol.3, 2018, hal:1.
65
Ratna wijayanti Daniar. dkk, Metode Penelitian Kuantitatif, Buku Ajar Perkuliahan Metodologi Penelitian
bagi Mahasiswa Akutansi dan Manajemen, Edisi Ketiga, (Jawa Timur: Widya Gama Press, 2021) hal:73.
66
Dian Ayunita Nugraheni Nurmala Dewi, Modul Uji Validitas dan Hormonal, Jurnal Diponoegoro, Vol.3,
2018, hal:1-2.

28
∑Y = Jumlah skor total soal
∑X2 = Jumlah skor kuadrat butir soal
∑Y2 = Jumlah skor total kuadrat butir soal
Nilai r hitung akan cocok dengan r tabel product moment pada taraf
signifikan 5%. Apabila r hitung ≥ r tabel maka butir soal tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yaitu alat ukur untuk mengetahui konsistensi. Pada
pengujian reliabilitas ada beberapa metode yaitu, metode tes ulang, formula
flanagan, Cronbach’s Alpha, metode formula KR (Kuder-Richardson) – 20,
KR (Kuder Richardson) – 21, dan metode Anova Hoyt. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan metode Cronbach’s Alpha metode ini paling sering
digunakan karena metodenya cocok pada skor dikotomi (0 dan 1)67. Uji
reliabilitas atau keandalan yaitu untuk mencari tahu sampai mana kuesioner
yang diajukan dapat menilaikan hasil yang tidak berbeda, jika melakukan
penilaian kembali dengan subjek dan waktu yang berbeda68. Untuk
mengukur reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha adalah
sebagai berikut:

𝐾 ∑𝛿 2
𝑟𝑡𝑡 = [𝐾−1] [1 − [∑𝛿𝑏2 ]]
𝑡

Ket:

𝑟𝑡𝑡 = Reliabilitas tes

k = Banyaknya butir soal yang salah

∑𝛿𝑏2 = Jumlah varian butir soal

∑𝛿𝑡2 = Varian skor total

Pada perhitungan uji reliabilitas akan diterima jika r hitung ≥ r tabel 5%.

67
Dian Ayunita, Modul Uji Validitas dan Hormonal, Jurnal Universitas Diponegoro, Vol.3, 2018, hal:2
68
Ratna Wijayanti Daniar. dkk, Metode Penelitian Kuantitatif, Buku Ajar Perkuliahan Metodologi Penelitian
bagi Mahasiswa Akuntansi dan Manajemen, Edisi Ketiga, (Jawa Timur: Widya Gama Press, 2021) hal:73.

29
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah pedoman tentang pengamatan yang dipersiapkan
untuk mendapatkan suatu informasi dari responden. Data instrumen yang digunakan
terkait dengan teknik pengumpulan data yang dipilih.

1. Definisi Konseptual Kegiatan Montase


a. Kegiatan Montase
Kegiatan montase merupakan kegiatan yang dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak, kegiatan montase ini
bisa dibuat dengan cara mengumpulkan berbagai media cetak seperti
foto, majalah, buku cerita, koran dan yang lainnya yang dapat terlepas
dari gambar aslinya. Kemudian digunting dan ditempel pada bidang
tertentu jika kurang dalam mediannya anak bisa mengembangkan
kreativitas dengan cara menggambar lalu diwarnai. Fungsi kegiatan
montase ini untuk melatih motorik halus anak dan jari jemarinya agar
siap untuk melaksanakan kegiatan motorik halus lainnya seperti
menulis, mewarnai dan lainnya.
b. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun pada Kelompok B
Kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun sudah mampu
melakukan kegiatan menggunting, menulis, menggambar, mewarnai,
dan memanipulasi benda serta dapat mengatur emosi anak dalam
beraktivitas. Pada kegiatan tersebut anak sudah siap dalam
menggunakan palu, gunting, crayon dan benda lainnya. Kemampuan
motorik halus ini juga penting untuk mengkoordinasikan antara mata
dengan tangan, lengan dan tubuh yang bergerak.
2. Definisi Operasional
a. Kemampuan Motorik Halus Usia 5-6 Tahun Melalui Kegiatan Montase
Salah satu kemampuan motorik halus adalah montase yaitu
kegiatan menggunting media cetak dan menempel pada bidang tertentu,
pada kegiatan montase ini anak diajak untuk lebih kreatif karena, apabila
jika hanya menggunting menempel saja anak bisa merasa bosan. Jadi
anak dapat menggambar dan mewarnai untuk mempercantik hasil karya
montase tersebut. Indikator pada kemampuan motorik halus melalui
kegiatan montase ini adalah: 1) Anak terampil menggunakan jari-jari

30
tangan dalam kegiatan menempel lem pada pola gambar, 2) anak
terampil menggunakan jari-jari tangan dalam kegiatan menggunting
bahan pada pola gambar, 3) anak terampil menggunakan jari-jari tangan
kanan dan kiri dalam kegiatan menyusun gambar kedalam bidang, 4)
anak terampil menggunakan jari-jari tangan kanan dalam kegiatan
menulis tema, 5) anak terampil menggunakan jari tangan kanan dan kiri
dalam kegiatan mewarnai gambar.
Pengukuran dalam kemampuan motorik halus ini yaitu
menggunakan rating scale pada skor 1-4 pada kemampuan motorik
halus anak. Skor pada penilaian ini yaitu: skor 1 Belum Berkembang
(BB), skor 2 Mulai Berkembang (MB), skor 3 Berkembang Sesuai
Harapan, Skor 4 Berkembang Sangat Baik.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu
dengan instrumen tes. Yang akan di uji cobakan pada anak TK Islam
An-Nizomiyah pada kelompok B1. Adapun kisi-kisi instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari Permendikbud 146,
sebagai berikut:

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Kemampuan Motorik Halus


Melalui Kegiatan Montase

Variabel Sub Variabel Indikator


Kemampuan Motorik Terampil Anak terampil
Halus Menggunakan tangan menggunakan jari-
kanan dan kiri dalam jari tangan dalam
berbagai aktivitas kegiatan menempel
(menempel, lem pada pola
menggunting, gambar.
menyusun, menulis Anak terampil
dan mewarnai) menggunakan jari-
jari tangan kanan
dan kiri dalam
kegiatan
menggunting bahan
pada pola gambar.

31
Anak terampil
menggunakan jari-
jari tangan kanan
dan kiri dalam
kegiatan menyusun
gambar ke dalam
bidang.
Anak terampil
menggunakan jari-
jari tangan kanan
dalam kegiatan
menulis tema.
Anak terampil
menggunakan jari-
jari tangan kanan
dan kiri dalam
kegiatan mewarnai.

32
Tabel 3. 4 Instrumen Checklist Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase

No Nama Indikator Skor Ket


Anak
menempel Menggunting menyusun menulis mewarnai
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan:

1 = Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 = Mulai Berkembang (MB)

2 = Berkembang Sangat Baik (BSH) 4 = Belum Berkembang (BB)

33
Tabel 3. 5 Instrumen Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan dalam Kegiatan
Menempel Lem Pada Pola Gambar

No. Kriteria Deskripsi Skor


1 Anak sangat terampil Jika anak sangat terampil menggunakan jari-jari 1
menggunakan jari-jari tangan tangan kanan/kiri dalam memberikan lem pada
dalam kegiatan menempel pola gambar dengan rapi, tidak
lem pada pola gambar. kekurangan/kelebihan dalam pemberian lem ke
pola gambar, tidak berantakan dan tidak perlu
bantuan guru.
2 Anak terampil menggunakan Jika anak mampu terampil menggunakan jari-jari 2
jari-jari tangan dalam kegiatan tangan kanan/ kiri dalam memberikan lem pada
menempel lem pada pola pola gambar dengan rapi, tidak
gambar. kekurangan/kelebihan dalam pemberian lem ke
pola gambar dan tidak berantakan.
3 Anak kurang terampil Jika anak dapat menggunakan jari-jari tangan 3
menggunakan jari-jari tangan kanan/kiri dalam memberikan lem pada pola
dalam kegiatan menempel lem gambar masih terlalu banyak/sedikit, kurang rapi
pada pola gambar. dalam memberikan lem.
4 Anak tidak terampil Jika anak masih terlihat kaku dalam 4
menggunakan jari-jari tangan menggunakan jari-jari tangan kanan/kiri dalam
dalam kegiatan menempel lem memberikan lem pada pola, mengambil lem
pada pola gambar. terlalu banyak/sedikit, tidak merata dalam
pemberian lem dan tidak rapi.

34
Tabel 3. 6 Instrumen Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan dalam Kegiatan
Menggunting Bahan pada Pola Gambar

No. Kriteria Deskripsi Skor


1 Anak sangat terampil Jika anak sangat terampil menggunakan 3 jari 1
menggunakan jari-jari tangan (telunjuk,ibu jari dan tengah) untuk menggunting
dalam kegiatan menggunting permukaan pola yang sesuai dengan rapi, berhati-
bahan pada pola gambar. hati dan tidak melewati garis bentuk pola serta
tidak memerlukan bantuan guru.
2 Anak terampil menggunakan Jika anak mampu menggunakan 3 jari (telunjuk, 2
jari-jari tangan dalam kegiatan ibu jari dan tengah) untuk menggunting
menggunting bahan pada pola permukaan pola dengan rapi dan tidak melewati
gambar. garis bentuk pola.
3 Anak kurang terampil Jika anak dapat menggunakan 3 jari (telunjuk, ibu 3
menggunakan jari-jari tangan jari dan tengah) untuk menggunting permukaan
dalam kegiatan menggunting pola dengan arahan guru dan melewati garis
bahan pada pola gambar. bentuk pola.
4 Anak tidak terampil Jika anak masih terlihat tidak menggunakan 3 jari 4
menggunakan jari-jari tangan melainkan 5 jari untuk permukaan pola, tidak
dalam kegiatan menggunting berhati-hati, terburu-buru dan kurang rapi dalam
bahan pada pola gambar. menggunting.

35
Tabel 3. 7 Instrumen Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan Kanan dan Kiri dalam
Kegiatan Menyusun Gambar ke dalam Bidang

No. Kriteria Deskripsi Skor


1 Anak sangat terampil Jika anak sangat terampil menggunakan tangan 1
menggunakan jari-jari tangan kanan/kiri untuk menyusun gambar-gambar ke
kanan dan kiri dalam kegiatan dalam bidang (karton/hvs) dengan rapi, teratur,
menyusun gambar kedalam tidak miring dan tidak perlu bantuan guru.
bidang.
2 Anak terampil menggunakan Jika anak terampil menggunakan tangan 2
jari-jari tangan kanan dan kiri kanan/kiri untuk menyusun gambar-gambar ke
dalam kegiatan menyusun dalam bidang (karton/hvs) dengan rapi dan
gambar kedalam bidang. teratur.
3 Anak kurang terampil Jika anak dapat menggunakan tangan kanan/kiri 3
menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun gambar-gambar ke dalam bidang
kanan dan kiri dalam kegiatan (karton/hvs) dengan kurang rapi dan perlu
menyusun gambar kedalam bantuan guru.
bidang.
4 Anak tidak terampil Jika anak masih terlihat tidak mau menggunakan 4
menggunakan jari-jari tangan tangan kanan/kiri untuk menyusun gambar-
kanan dan kiri dalam kegiatan gambar ke dalam bidang (karton/hvs).
menyusun gambar kedalam
bidang.

36
Tabel 3. 8 Instrumen Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan Kanan dalam Kegiatan
Menulis Tema

No. Kriteria Deskripsi Skor


1 Anak sangat terampil Jika anak sangat terampil menggunakan jari-jari 1
menggunakan jari-jari tangan tangan kanan dalam kegiatan menulis huruf-huruf
kanan dalam kegiatan tema dengan jelas dan benar.
menulis tema.
2 Anak terampil menggunakan Jika anak terampil menggunakan jari-jari tangan 2
jari-jari tangan kanan dalam kanan dalam kegiatan menulis huruf-huruf tema
kegiatan menulis tema. dengan benar.
3 Anak kurang terampil Jika anak dapat menggunakan jari-jari tangan 3
menggunakan jari-jari tangan kanan dalam kegiatan menulis huruf-huruf tema
kanan dalam kegiatan menulis dengan baik dan bantuan guru.
tema.
4 Anak tidak terampil Jika anak masih terlihat tidak mau menggunakan 4
menggunakan jari-jari tangan jari-jari tangan kanan dalam kegiatan menulis
kanan dalam kegiatan menulis huruf-huruf tema.
tema.

37
Tabel 3. 9 Instrumen Penilaian Terampil Menggunakan Jari-Jari Tangan Kanan dan Kiri dalam
Kegiatan Mewarnai Gambar

No. Kriteria Deskripsi Skor


1 Anak sangat terampil Jika anak sangat terampil menggunakan 4
menggunakan tangan kanan menggunakan tangan kanan/kiri nya untuk
dan kiri dalam kegiatan menggambar, tidak perlu bantuan guru, memilih
menggambar. warna yang sesuai tema.
2 Anak terampil menggunakan Jika anak terampil menggunakan tangan 3
tangan kanan dan kiri dalam kanan/kirinya untuk menggambar, memilih
kegiatan menggambar. warna sesuai tema.
3 Anak kurang terampil Jika anak dapat menggunakan tangan 2
menggunakan tangan kanan kanan/kirinya untuk menggambar, terburu-buru
dan kiri dalam kegiatan dan kurang dalam memilih warna.
menggambar.
4 Anak tidak terampil Jika anak mampu menggambar sesuai tema 1
menggunakan tangan kanan dengan kurang rapi, perlu bantuan guru, salah
dan kiri dalam kegiatan dalam memilih warna.
menggambar.

38
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dikumpulkan seluruhnya untuk menuju langkah selanjutnya yang
akan dilakukan peneliti, yaitu mengolah dan menganalisis data untuk menjawab rumusan
masalah atau menguji hipotesis yang dirumuskan. Data tersebut akan diolah dan dianalisis
untuk mengetahui makna terhadap penelitian ini.

Perolehan data melalui pre-test dan post-test merupakan hasil ukur aspek
pemahaman yang berupa skor. Langkah-langkah analisis kuantitatif tersebut adalah:

1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu asumsi data yang diperoleh dari sampel berkala
interval-ratio dan akan diujikan menggunakan statistik parametrik. Dasar uji
normalitas ini untuk mengetahui suatu data yang diperoleh berasal dari populasi
yang distribusinya normal atau tidak69.
Uji normalitas ini dilakukan untuk data pre-test dan post-test. Uji ini
dimaksudkan untuk menentukkan uji statistik yang digunakan selanjutnya.
Penelitian ini menggunakan teknik Kolmolgrov Smirnov. Teknik ini digunakan
untuk data tunggal bukan data kelompok70. Perhitungan diawali dengan
penetapan nilai signifikan (α) = 0,05. Hipotesis yang akan diuji ialah71:
Ho = data berdistribusi normal
H1 = data berdistribusi tidak normal
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: tolak H0 jika nilai peluang
signifikannya lebih besar dari 0,05 dan terima H0 jika peluang signifikannya
kurang dari 0,05. Jika nilai peluang signifikannya ≥ 0,05 disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal atau sebaliknya jika nilai peluang signifikannya ≤ 0,05
maka kesimpulannya bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal.
Perhitungan akan dibantu dengan program komputer SPSS 25
Adanya pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus
anak dapat benar apabila rata-rata skor post-test lebih besar dari rata-rata skor

69
Lucky Herawati, Uji Normalitas Data Kesehatan Menggunakan SPSS Edisi 1, (Yogyakarta: Poltekkes Jogja
Press, 2016) hal:3.
70
Supriadi, Aplikasi Statistika dalam Penelitian: Konsep Statistik yang Lebih Komperhensif, (Jakarta: Change
Publication, 2013) hal:134.
71
Nuryadi. dkk, Dasar-Dasar Statistika Penelitian, (Yogyakarta: Sibuku Media, 2017)hal:80.

39
post-test. Pernyataan kegiatan montase dan kemampuan motorik halus dapat
dinyatakan sebagai berikut:
H0 = µ1 ≥ µ2 H1 = µ1 ≤ µ2.
Keterangan:
µ1= rata-rata nilai skor pre-test
µ2 = rata-rata nilai skor post-test

2. Uji T-test
Uji paired t-test adalah metode pengujian hipotesis yang datanya
digunakan tidak bebas/berpasangan. Cirinya yaitu dua individu (objek
penelitian) yang mendapat perlakuan yang berbeda, walaupun sama akan tetap
beda dalam dua sampel72. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis statistik ini
menggunakan uji statistik paired t-test. Tujuan dari pengujian ini untuk
membandingkan kemampuan motorik halus anak sebelum diberikan treatment
dan setelah diberikan. Nilai signifikan uji ini yaitu p ≤ 0,05 yang menunjukkan
adanya pengaruh dari kegiatan montase. Dalam uji ini dapat diketahui bahwa
adanya pengaruh dari treatment yang diberikan, dengan rumus sebagai
berikut73:

𝐷
𝑡ℎ𝑖𝑡 = 𝑆𝐷
√𝑛

SD = √𝑣𝑎𝑟
1
var (s2) = 𝑛−1 ∑ (𝑥𝑖 - x̅)2

Keterangan:
t = nilai t hitung
D̅ = rata-rata selisih pengukuran 1 dan 2

72
Chriestie Montolalu dan Yohanes Langi, Pengaruh Pelatihan Dasar Komputer dan Teknologi Informasi bagi
Guru-Guru dengan Uji-T Berpasangan (Paired Sample T-Test), Jurnal Matematika dan Aplikasi, Vol.7, No.1, 2018
hal:45.
73
Chriestie Montolalu dan Yohanes Langi, Pengaruh Pelatihan Dasar Komputer dan Teknologi Informasi bagi
Guru-Guru dengan Uji- T Berpasangan (Paired Sample T-Test), Jurnal Matematika dan Aplikasi, Vol.7, No.1,
2018, hal:45.

40
SD = standar deviasi selisih pengukuran 1 dan 2
n = jumlah sampel

H. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik adalah nilai atau pernyataan status saat ini dan biasanya tidak
ditolak kecuali data sampel menanggapi bahwa hipotesis ini salah. Dasar pengujian pada
hipotesis ini ialah hipotesis nol 74. Hipotesis statistik adalah suatu langkah untuk menguji
kevalidan hipotesis tersebut dari populasi yang menggunakan data dari sampel. Fungsi
hipotesis statistik ini adalah: a) Untuk menguji kebenaran teori, b) Memberikan pendapat
baru untuk mengembangkan teori, c) Memperluas pengetahuan gejala yang sedang
terjadi75.
Perumusan hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
H0 = p ≤ 0
Ha = p ≥ 0

74
Nuryadi. dkk, Dasar-Dasar Statistika Penelitian, (Yogyakarta: Sibuku Media, 2017) hal:75.
75
Nuryadi. dkk, Dasar-Dasar Statistika Penelitian, (Yogyakarta: Sibuku Media, 2017) hal:74.

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran dan Objek Penelitian


Peneliti menjelaskan tentang gambaran dan objek penelitian yang berlokasi di TK
Islam An-Nizomiyah, Jakarta Selatan.

1. Sejarah Berdirinya TK Islam An-Nizomiyah


Berdirinya bagunan Taman Kanak-Kanak Islam An-Nizomiyah ini
sebelumnya hanya berupa gedung Yayasan An-Nizomiyah, pada tahun 1985
jama’ah haji An-Nizomiyah merasakan getaran dan panggilan hati untuk
mewujudkan kemabruran hajinya dengan maksud mempererat tali silaturahmi dan
menambah pengetahuan agama serta mewujudkan keinginan lain dengan
menambah pendidikan, sosial, kemasyarakatan, dakwah dan kegiatan lainnya yang
membantu usaha pemerintah yang berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat.

Bangunan Yayasan An-Nizomiyah ini berdiri berkat bantuan dari berbagai


kalangan masyarakat luas yang diberi Yayasan Jam’iyyatul Hujjaj An-Nizomiyah
dengan pengesahan oleh notaris Muhani Salim, S.H bernomor 10 pada tanggal 26
maret 1986. Selain digunakan untuk kegiatan pengajian bulanan dimanfaatkan juga
dalam pendirian TK. Latar belakang dalam pembuatan TK tersebut untuk
mewujudkan manusia muslim indonesia seutuhnya serta bertaqwa dan berakhlak
mulia yang mampu untuk berdiri sendiri dan mampu untuk bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa serta dalam rangka mengabdi kepada Allah Ta’alla.

Pertinmbangan-pertimbangan Yayasan Jam’iyyatul Hujjaj An-Nizomiyah


terpanggil untuk mendirikan Taman Kanak-Kanak islam, yang berdiri pada tahun
pelajaran 1988-1989, tepatnya pada tanggal 18 Juli 1988 dengan para pendidik
yang profesional di bidangnya. Sampai dengan detik ini TK Islam An-Nizomiyah
tetap eksis di dunia pendidikan dengan berbagai macam pasang surutnya dan
mampu melewati perkembangan zaman.

42
2. Visi Misi dan Tujuan TK Islam An-Nizomiyah
a. Visi TK Islam An-Nizomiyah
Membentuk pribadi anak agar berakhlak mulia dan menanamkan rasa cinta islam
sejak dini serta mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang sekolah dasar.
b. Misi TK Islam An-Nizomiyah
1) Meningkatkan manusia-manusia yang berkualitas, berakhlak dan bertaqwa
serta memiliki moral dan nilai agama yang baik.
2) Menanamkan tingkat sosial emosional dan kemandirian.
3) Meningkatkan kemampuan berbahasa, kognitif, motorik serta seni.
4) Menjalin kerjasama dan memiliki peran masyarakat/lingkungan sekitar.
c. Tujuan TK Islam An-Nizomiyah
Mengacu pada visi dan misi TK serta tujuan umum pendidikan anak usia dini, untuk
mengembangkan seluruh komponen yang ada di kurikulum untuk mencapai tujuan
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan dasar iman dan taqwa.
2. Membentuk kepribadian yang mantap dan berperilaku baik.
3. Memberikan pengetahuan dan skill life untuk hidup dalam masyarakat.
4. Mengembangkan berbagai kegiatan dalam proses belajar di kelas berbasis
pendidikan kebudayaan dan karakter bangsa.
5. Menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial.
3. Jumlah Peserta Didik Kelompok A dan B TK Islam An-Nizomiyah
Suatu lembaga pendidikan pasti ada sasaran utama yang menjadi proses utama
pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga yaitu peserta didik. Berikut jumlah peserta
didik pada lembaga TK Islam An-Nizomiyah:

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 12

2 Perempuan 12

Jumlah 24

Tabel 4. 1 Jumlah Peserta Didik Kelompok A dan B TK Islam An-Nizomiyah

43
4. Data Pendidik/ Dewa Guru TK Islam An-Nizomiyah
Guru TK Islam An-Nizomiyah terdiri dari 6 orang, yang mempunyai banyak fungsi
dalam proses pembelajaran anak, sehingga guru akan menjadi sosok yang sangat dekat
dengan anak. Guru akan memberikan pendekatan, perhatian, kasih sayang,
perlindungan serta sabar dalam mengajarkan atau mendidik. Sehingga anak akan
merasa senang dan nyaman dekat dengan guru seperti menjadi orang tua mereka.

No Nama L/P Tempat,Tgl Lahir Ijazah Jabatan


Terakhir
1 Latifah, S.Pd P Jakarta, 18/12/73 S1 Kepala
Sekolah
2 Neneng P Jakarta, 21/04/65 S1 Wakil
Mulyanah, S.Pd Kepala
Sekolah/
Guru Kelas
3 Zikro, S.Pd P Jakarta, 21/06/79 S1 Guru Kelas
4 Luthfianah, S.Pd P Jakarta, 18/11/78 S1 Guru Kelas
5 Nurhayati, S.Pd P Jakarta, 2/10/78 S1 Guru Kelas
6 Zahriyati, S.Pd P Jakarta, 20/09/84 S1 Guru Kelas
7 Mardiana P Jakarta, 07/03/74 D1 Guru Kelas
Tabel 4. 2 Data Pendidik/ Dewan Guru TK Islam An-Nizomiyah

B. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan pada semester
ganjil tahun ajaran 2021/2022. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu
pretest yang dilakukan pada tanggal 15 November 2021, melakukan treatment sebanyak 3
kali pada tanggal 19, 22, 24 November 2021, dan melaksanakan posttest pada tanggal 26
November 2021. Penelitian ini menggunakan subjek satu kelas yang berjumlah 8 anak pada
kelompok B1. Sampel yang dilakukan sudah di uji sebelum diberi perlakuan (pretest) dan
sesudah diberikan perlakuan (posttest). Sampel juga diberikan perlakuan sebanyak tiga kali

44
sehingga data yang diberikan oleh peneliti adalah data umum dari TK Islam An-Nizomiyah
Jakarta Selatan. Berikut adalah proses penelitian yang dilaksanakan peneliti.

1. Deskripsi Hasil Belajar Kelas Eksperimen


a. Hasil pre-test Eksperimen
Proses awal dalam observasi ini biasa disebut juga pre-test atau sebelum
diberikannya perlakuan oleh peneliti selama satu hari, pada hari senin tanggal
15 November 2021. Pre-test ini dilaksanakan untuk mengetahui keadaan awal
dari sampel tentang kemampuan motorik halusnya. Hal ini, dinilai dari segi
aspek kemampuan motorik halus anak sebelum diberikan perlakuan
(treatment).
Kegiatan pre-test ini dibantu juga oleh guru kelas dengan melakukan tanya
jawab terkait macam-macam tanaman. Guru juga memberikan gambar-gambar
mengenai struktur pohon dan anak diminta untuk menyebutkan kembali apa
yang telah diucapkan oleh guru kemudian guru memberikan semacam tes
mengenai huruf-huruf yang hilang pada bagian struktur pohon tersebut. Setelah
tanya jawab selesai pada kegiatan inti anak diminta peneliti untuk menggunting
dan merangkai bunga mulai dari pot, batang, bunga dan daun, kemudian
ditempel pada kertas yang telah disediakan. Hasil pengamatan peneliti masih
adanya anak yang meminta bantuan guru dan peneliti pada kegiatan
menggunting dan menempel. Akan tetapi pada sebagian anak bisa melakukan
sendiri.
Hal imi terlihat pada temuan lain bahwa pretest kemampuan motorik halus
anak sebelum diberikan kegiatan montase yaitu memberikan tugas maju
kedepan kelas bernyanyi dan peneliti melihat kemampuan motorik halus anak
ada banyak anak yang tidak semangat dalam kegiatan belajar mengajar. Masih
banyak anak yang tidak menyelesaikan tugas motorik halusnya. 76

76
Dity Elvika, Zulkifli Zulkifli, and Hukmi Hukmi, Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik
Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Bestari Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi, Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau 3, no. 2, 2016, hal:6.

45
Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan Pre-test Kelompok Eksperimen

Statistik Kelompok Eksperimen


Mean 17.25
Median 17.00
Modus 16
Standar Deviasi 1.669
Maksimum 15
Minimum 19

b. Kegiatan Observasi Perlakuan (Treatment)


Treatment adalah suatu perlakuan terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini
kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan montase untuk diberikan kepada
subjek. Peneliti melakukan treatment ini untuk mengetahui adakah pengaruh
kegiatan montase ini terhadap kemampuan motorik halus anak kelompok B1 di
TK Islam An-Nizomiyah Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan selama 3 hari
pada tanggal 19, 22, 24 November 2021. Penjelasan treatment dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:

1. Treatment Pertama
Treatment pertama ini dilaksanakan pada tanggal 19 November
2021. Kegiatan yang dilakukan ialah guru memberikan kegiatan awal
dan penutup lalu di kegiatan inti peneliti yang akan masuk. Setelah
semua anak masuk ke dalam kelas anak langsung membaca bacalah dan
iqro nya, kemudian jika guru sudah memanggil semua berarti tandanya
sudah mulai untuk membuat lingkaran dengan jarak. Kemudian guru
memberikan salam, bertanya hari ini dan menyapa anak-anak. Setelah
itu dimulai untuk tanya jawab mengenai tema hari ini. Setelah kegiatan
awal telah diberikan guru, guru memberikan kepercayaan penuh kepada
peneliti untuk memberikan kegiatan pada hari ini.
Pada kegiatan inti ini anak-anak terlihat sumringah dan senang
ketika peneliti membawa buku dan majalah, setelah itu peneliti

46
menjelaskan kegiatan hari ini adalah kegiatan montase dengan tema
binatang yang dimana kita akan menggunting, menempel, mewarnai
dan lainnya. Saat mulai kegiatan beberapa anak sudah mulai kesulitan
saat menggunting buku/majalah nya karena mereka bingung harus
mulai dari mana. Selanjutnya pada kegiatan menempel masih ada anak
yang kelebihan atau kekurangan dalam memberikan lem di kertas yang
mengakibatkan kertas menjadi basah karena lem jika, lemnya kurang
gambar akan terbuka. Dan pada saat kegiatan menggambar dan
mewarnai anak terlihat sangat bingung untuk melakukannya.
Terlihat dalam hal ini, treatment pertama ini, respon anak-anak
masih terlihat bingung, guru kelas berasumsi bahwa pada tahap ini
masih proses pengenalan. Pada proses pertama ini anak-anak masih
berusaha mengenali kegiatan ini, karena biasanya guru kelas jarang
menggunakan gunting dalam kegiatan.
2. Treatment Kedua
Treatment kedua ini dilaksanakan pada tanggal 22 November 2021.
Treatment kedua ini tidak jauh berbeda dengan treatment sebelumnya.
Dimana anak masih melaksanakan kegiatan montase akan tetapi,
berbeda pada tema sebelumnya tema treatment kedua ini adalah buah.
Dalam treatment ini sengaja peneliti berikan lebih mudah dari
sebelumnya supaya anak dapat lebih konsentrasi dan kreatif lagi. Disaat
kegiatan anak sudah mulai santai dan bisa mengerjakan dengan mandiri
walau masih ada anak yang menggunting tidak sesuai dan menempel
dengan berlebih atau kurang. Pada treatment ini anak-anak mulai paham
akan kegiatannya dan lebih tidak terlihat lagi kebingungannya. Hal ini
dapat dikatakan oleh guru kelas sebagai sebuah kemajuan dalam
kegiatan belajar mengajar. Meskipun masih ada kertasnya yang kotor.
3. Treatment Ketiga
Treatment ketiga ini dilaksanakan pada tanggal 24 November 2021.
Treatment ini masih sama dengan pertama dan kedua hanya saja selalu
berbeda di temanya. Dalam treatment ketiga ini, keberhasilan dari

47
kegiatan montase ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah anak yang
sudah mulai rapi adalah menggunting, menempel dan mewarnainya,
tetapi masih ada 1 anak yang masih lumayan bosan karena kegiatan ini
terus. Treatment ini sudah dikatakan berhasil oleh guru kelas karena,
anak saat sebelum melakukan kegiatan (posttest) anak masih terlihat
kebingungan. Akan tetapi setelah dilakukannya perlakuan anak yang
sebelumnya terlihat kaku menggunakan gunting jadi terlihat lebih luwes
dalam menggunakannya dan saat menaruh lem ke dalam kertas anak
sudah stabil menggunakannya.
c. Hasil post-test Eksperimen
Kegiatan post-test dilaksanakan pada tanggal 26 November 2021, tujuannya
adalah untuk mengukur keadaan akhir setelah diberikan perlakuan (treatment).
Post-test ini dilaksanakan hanya pada kegiatan inti saja yang berdurasi selama
30 menit. Pada awal kegiatan seperti biasa guru tanya jawab tentang tema hari
ini setelah itu akan berlangsung kegiatan inti dengan anak awalnya akan diberi
tahu peneliti untuk memilih buku cerita dan menyiapkan alat-alat untuk
kegiatan.Pengambilan nilai post-test ini dibantu oleh teman peneliti yang
sedang melakukan penelitian juga, lalu mengamati kegiatan yang dilakukan
anak dan sesuai oleh kriteria instrumen pengamatan. Hal tersebut dilakukan
agar tetap menjaga keobjektifan hasil pengukuran.
Pada temuan lain memberikan kegiatan montase yang dilakukan oleh
seluruh anak B dan setelah mengikuti permainan, peneliti memberikan tugas
kepada anak tentang kemampuan motorik halus dengan menggunakan lembar
observasi yang sama dengan pre-test. Pada hasil sebelumnya pre-test diketahui
kemampuan motorik halus anak sebelum menggunakan kegiatan montase
berada pada tingkat rendah. Kemudian, setelah diberikan kegiatan montase,
kemampuan motorik halus lebih dari setengah sampel berada pada kategori
tinggi77.

77
Dity Elvika, zulkifli, Hukmi, Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6
Tahun di TK Bestari Kecamatan Cerenti Kuantan Singingi, Jurnal Online Mahasiswa, Vol.3, No.2, 2016 hal:6

48
Tabel 4. 4 Hasil Perhitungan Post-test Kelompok Eksperimen

Statistik Kelompok Eksperimen


Mean 21.88
Median 22.00
Modus 20
Standar Deviasi 1.458
Maksimum 20
Minimum 24

C. Temuan Penelitian Analisis Statistik Interferensia


1. Uji Validitas
Pada pengujian instrumen validitas menggunakan Analyst Correlate Bivariate
untuk mencari product moment pearson dengan SPSS 25 kemudian dibandingkan
dengan r tabel untuk α = 0,05 dengan rumus derajat kebebasan yaitu (dk= n-2) sehingga
mendapatkan r tabel. Untuk butir pernyataan dengan nilai r hitung ≥ r tabel maka data
tersebut dinyatakan valid78. Pada penelitian ini peneliti menggunakan sekolah RA.
Nurul Badar Jakarta Selatan untuk uji coba validitas dengan banyak sampel 16 anak
usia 5-6 tahun, maka nilai peluang yang dihasilkan yaitu ( dk= 16 – 2 = 14) dan item
tabel product moment yaitu dk = 14 yaitu 0,05 untuk mendapatkan hasil 0,497. Hasil
uji validitas tersebut adalah sebagai berikut:
No r hitung r tabel Keterangan
1 0,244 0,497 Tidak Valid
2 0,706 0,497 Valid
3 0,734 0,497 Valid
4 0,737 0,497 Valid
5 0,568 0,497 Valid
6 0,822 0,497 Valid
7 0 0,497 Tidak Valid
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas

78
Halin H, Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan Semen Baturaja di Palembang pada PT
Semen Baturaja (Persero) Tbk, Jurnal EcoMent Global, Vol.3 No.2, 2018, hal:174-175.

49
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 7 item pernyataan mengenai motorik
halus melalui kegiatan motorik 5 dinyatakan valid dan 2 dinyatakan tidak valid.
Sehingga 5 item saja yang dapat dijadikan sebagai alat mengumpulkan data dan 2 item
yang akan dihapus. Berdasarkan klasifikasi validitas, apabila r hitung ≤ 0,497 artinya
tidak valid, maka 2 item 1 dan 7 dibuang dan tidak diguanakan dalam penelitian. oleh
karena itu penelitian ini hanya membutuhkan 5 item.

2. Uji Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas, selanjutnya akan diuji yaitu reliabilitas.


Realibilitas ini item-item yang tidak valid dalam uji validitas tidak akan dimasukkan
ke dalam uji reliabilitas.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.751 5

Tabel 4. 6 Hasil Uji Reliabilitas

Berdasarkan tabel diatas, hasil uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach Alpha
sebesar 0,751. Menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus reliabel, karena 0,751
≥ 0,6.

D. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis


1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah cara yang digunakan untuk mengetahui data dari populasi
yang berdistribusi normal. Distribusi normal adalah distribusi yang simetris dengan
mean, median, modus yang berada pada titik pusat79. Peneliti menggunakan metode
Kmolgrov Smirnov data yang sesuai akan berdistribusi normal jika data memenuhi uji
normalitas 0,05.

Peneliti menguji hasil normalitas dengan bantuan program SPSS (Statistical


Product and Service Solution) versi 25. Hasil hitung uji normalitas pada pre-test dan

79
Nuryadi. dkk., Dasar-Dasar Statistika Penelitian, (Yogyakarta: Sibuku Media,2017).

50
post-test sampel penelitian dengan Kolmolgrov Smirnov dan Shapiro Wilk sebagai
berikut:

Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas

Variabel Komolgrov Smirnov Ket Shapiro Wilk Ket

Statistic Sig Statistic Sig

Pre-test 0,273 0,081 Normal 0,824 0,051 Normal

Post-test 0,159 0,200 Normal 0,930 0,516 Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 25 dengan


Kolmolgrov Smirnov dan Shapiro Wilk dari hasil skor pre-test dan post test pada
kemampuan motorik halus anak terdistribusi dengan normal.

Tabel diatas menunjukkan nilai sig Kolmogorov Smirnov pada pre-test


mendapatkan skor 0,081 > 0,05 sedangkan pada nilai sig post-test dengan nilai 0,200
> 0,05 sehingga keduanya berdistribusi normal. Pada nilai Shapiro Wilk nilai pre-test
terdapat skor sig 0,051 > 0,05 yang artinya berdistribusi normal, sedangkan pada hasil
post-test mendapatkan skor 0,516 > 0,05 dengan hasil post-test berdistribusi normal.

Kesimpulan hasil normalitas diatas dan hasil pemahaman konsep yang dibuat untuk
lebih memperkuat maka dibentuk diagram normal QQ pada kelompok B1, sebagai
berikut:

51
Gambar 4. 1 Normal QQ Plot Kemampuan Motorik Halus (Pre-test)

Gambar 4. 2 Normal QQ Plot Kemampuan Motorik Halus (Post-test)

Pada gambar diatas normal QQ plot kemampuan motorik halus pre-test dan
post test dilihat bahwa kedua gambar tersebut memiliki data yang menyebar di
sepnjang garis diagonal, beratri data tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan
kesimpulan gambar normal QQ plot kemampuan motorik halus pre-test dan post-test
dapat terlihat bahwa kedua tabel diatas memiliki data sebaran disepanjang garis
diagonal yang berarti berdistribusi normal.

52
2. Uji T-test
Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis apakah data terdapat berpasangan atau
berhubungan. Tujuan uji t ini untuk mengetahui variabel bebas (X) berpengerahun
terhadap variabel terikat (Y). Keputusan dalam uji ini adalah uji paired t-test yang
berdasarkan nilai signifikan dengan perhitungan yang dilakukan80. Uji hipotesis dalam
penelitian ini adalah:

Ho = Tidak ada pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus anak
TK B usia 5-6 tahun.

Ha = Terdapat pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik halus anak


TK B usia 5-6 tahun.

Untuk menguji hipotesis tersebut berikut paparan hasil analisis uji paired sample t-
test. Hasil uji hipotesis tersebut menggunakan program software SPSS 25 yang terdapat
paired samples statistics, paired samples correlations, dan paired samples test:

Tabel 4. 8 Paired Samples Statistics

Hasil uji paired sample statistics diatas menujukkan bahwa nilai rata-rata pre-test
12,25 dan rata-rata nilai post-test 16,88, dengan demikian nilai rata-rata sesudah
memberikan kegiatan montase lebih besar dibandingkan sebelum. Hal ini berarti ada
peningkatan pada kegiatan montase terhadap motorik halus anak.
Tabel 4. 9 Paired Samples Correlations

80
Nuryadi. dkk, Dasar-Dasar Statiska Penelitian, (Yogyakarta: Sibuku Media, 2017).

53
Pada hasil uji paired samples correlations diatas diketahui bahwa nilai korelasi
tersebut adalah 0,543 dengan tingkat hubungan sedang. nilai signifikansi sebesar 0,164
≥ 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antar variabel pre-test
dengan post-test.

Tabel 4. 10 Paired Sample Test

Hasil uji paired sample test diatas menunjukkan bahwa nilai sig (2-tailed) sebesar
0.000 berarti kurang dari 0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima. dan dapat dekatahui
rata-rata pre-test dan post-test yaitu 21,88-17,25 = 4,63. Dan selisih perbedaan tersebut
antara 5,884 sampai dengan 3,366. Pada nilai t hitung sebesar 8.687 ≤ ttabel 2.446. dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kegiatan montase terhadap kemampuan motorik
halus anak TK B usia 5-6 tahun.

E. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimen One Group Pretest Posttest
bertujuan untuk mengetahui ada dan tiadanya pengaruh kegiatan montase terhadap
kemampuan motorik halus anak, apakah kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus anak, seperti kegiatan meronce, kolase, melukis, dan kegiatan lainnya.

Dunia anak adalah bermain, sambil bermain anak juga dapat belajar dari dunia
permainannya, dapat melakukan dengan menyenangkan, melakukannya tanpa paksaan,
tidak memikirkan resiko dan anak memiliki kepuasan tersendiri. Itulah tujuan dalam
kegiatan montase, dalam kegiatan montase ini dapat memberikan kesan positif dan
menambah daya kreatifitas anak dalam bermain sekaligus memberikan pelajaran dalam
menciptakan warna, hewan, buah, bentuk-bentuk dan lainnya81.

81
Sitti Ayu Wahida, Skripsi: Pengaruh Kegiatan Bermain Kreasi Melangkah Terhadap Kemampuan Kinestetik
Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Kartini Lembang, (Makassar: UMM, 2020) hal:52.

54
Kegiatan montase ini membantu anak untuk menggunakan kedua tangannya dan
mengajarkan anak sabar dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam penelitian ini peneliti
memberikan kegiatan montase bertujuan untuk mengembangkan motorik halus anak di TK
Islam An-Nizomiyah. Pada kegiatan ini anak melibatkan kemampuan motorik halusnya
untuk melatih tangan dan mata, dalam kegiatan yang dimulai dengan memilih buku cerita,
lalu menuliskan nama dan judul tema pada hari tersebut, kemudian mulai menggunting
buku cerita dan menempelkannya ke dalam kertas hvs setelah itu digambar dan diberikan
warna, dari kegiatan tersebut anak dapat melatih kesabarannya.

Pada kegiatan montase ini merupakan kegiatan yang bersifat aktif karena
melibatkan anak langsung agar anak serta mengerjakannya sendiri. Memberikan
kesempatan untuk anak berkreativitas dalam melatih motorik halus. Dalam melatih
kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan montase ini memiliki manfaat yaitu
melatih meningkatkan emosional anak untuk bersabar dalam kegiatan menggunting dan
menempel, mengembangkan kreativitas dalam memberikan warna sesuai tema yang
diberikan.

Dalam kegiatan ini peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan kegiatan


yaitu kegiatan pra bermain diantaranya menyiapkan anak untuk melaksanakan kegiatan,
mengkomunikasikan tujuan kegiatan, langkah-langkahnya, batasan apa yang harus
dilakukan anak kemudian mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan82.

Kegiatan montase meliputi langkah-langkah sebagai berikut, yaitu semua anak


berkumpul dalam bulatan yang diberi jarak yang dibuka oleh guru untuk melakukan
pembukaan seperti berdoa, menanyakan hari, bernyanyi setelah itu anak akan diambil oleh
peneliti untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan yang dilakukan. Dalam penelitian
ini guru sangat membantu dalam mengarahkan anak untuk pelan-pelan dalam kegiatan ini.
Kemudian diberikan pertanyaan kepada anak yang berkaitan tentang kegiatan tersebut.

82
Sitti Ayu Wahida, Skripsi: Pengaruh Kegiatan Bermain Kreasi Melangkah Terhadap Kemampuan Kinestetik
Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Kartini Lembang, (Makassar: UMM, 2020) hal:53..

55
Sebelum diberikan perlakuan, kelompok eksperimen diberikan pre-test dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pada masing-masing anak. Hasil penelitian
tersebut didapatkan hasil kemampuan awal rata-rata anak kelompok B1 adalah sebesar
17.25. Setelah diberikan pre-test, di hari berikutnya anak diberikan treatment atau
perlakuan yaitu kegiatan montase. Pada penelitian lain berdasarkan hasil pre-test
kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun di TK Kemala Bhayangkari I dikategorikan
mulai berkembang (MB). Pada penelitian tersebut peneliti melakukan pre-test hingga 4
kali yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan motorik halus anak sebelum
diberikan kegiatan montase83.

Setelah diberikannya perlakuan, anak kelompok B1 diberikan post-test bertujuan


untuk mengetahui kemampuan akhir anak setelah diberikan perlakuan. Berdasarkan hasil
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan montase dapat hal ini ditunjukkan dari
hasil perhitungan uji paired sample t-test, hasil yang didapat yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 8,687 ≤
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2,446 dan sig. (2-tailed) sebesar 0,000 yang artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata nilai sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Berdasarkan
perbandingan selisih nilai pre-test dan post-test. Kesimpulan pada penelitian lain terdapat
pengaruh kemampuan berbicara yang sangat signifikan setelah menggunakan kegiatan
montase dalam belajar mengajar. Dilihat pada nilai t hitung = 8,687 ≤ t tabel = 2,446 berarti
Ho ditolak dan Ha diterima84.

Setelah melakukan penelitian dapat memperoleh hasil rata-rata untuk pre-test


sebesar 17,25 dan post-test sebesar 21.88. Gambaran ini menunjukkan bahwa ada
perubahan pada kemampuan motorik halus anak kelompok B1 sebelum dan sesudah
diberikan perlakuan.

Sebelum dilakukannya kegiatan montase ini anak masih terlihat kaku dalam
memegang gunting dan menempelkan lem ke dalam kertas, terlihat saat anak memegang
gunting anak masih ragu untuk menggunakan jari dengan jari, bingung untuk memulai dari
mana saat menggunting, dan kegiatan menempel anak masih banyak yang kelebihan dan

83
Ade Riska Muthiakanza, dkk. Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6
Tahun di TK Kemala Bhayangkari I PekanBaru, JOM FKIP-UR Vol.5 Edisi 2, 2018. hal:5.
84
Ade Riska Muthiakanza, dkk. Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6
Tahun di TK Kemala Bhayangkari I PekanBaru, JOM FKIP-UR Vol.5 Edisi 2, 2018. hal:11.

56
kekurangan dalam memberikannya. Setelah dilakukan kegiatan montase ini kemajuan anak
sangat baik dalam menggunting dan menempel. Saat awal terlihat kaku kemudian anak
sudah dapat memegang gunting dengan ketiga jarinya dan memberikan lem secukupnya.

Kegiatan montase ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat membantu anak
mengembangkan kemampuan motorik halus yang setidaknya dapat membantu anak dalam
meningkatkan kemampuan motorik halusnya dan banyak aspek lainnya seperti kognitif,
emosional, seni dan tentu motoriknya. Dari hasil analisis dan pengujian data serta
penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan montase ini
berpengaruh terhadap meningkatkan kemampuan motorik halus TK B1 di TK Islam An-
Nizomiyah. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan, kegiatan montase ini
berdampak positif terhadap peningkatan motorik halus, karena kegiatan montase ini dapat
melatih kesabaran anak untuk melakukan kegiatan menggunting dengan berbagai bentuk
lain yang dicontohkan, dan anak lebih kreatif dalam memberikan gambar yang dia
inginkan.

57
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti selama dua minggu dan
analisis data, dapat disimpulkan bahwa kegiatan montase berpengaruh terhadap
kemampuan motorik halus anak TK B di TK Islam An-Nizomiyah. Dapat diartikan bahwa
pada eksperimen yang telah dilakukan terdapat pengaruh pada kemampuan motorik halus
anak sebelum dan sesudah diberikannya kegiatan montase. Kemampuan motorik halus
anak sebelum diberikan perlakuan memperoleh hasil pre-test hasil nilai rata-rata sebesar
17,25 dan setelah diberikannya perlakuan hasil nilai post-test sebesar 21,88. Selisih antara
sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan sebesar 4,63. Pada hasil uji paired sample t-
test, hasil sig.(2-tailed) sebesar 0.00 < 0,005 yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh hasil bahwa hasil uji normalitas nilai hasil
pretest dan posttest pada kemampuan motorik halus anak memiliki nilai signifikan 0,081
dan 0,200. Nilai signifikan pada hasil data pretest dan posttest > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data hasil pretest dan posttest berdistibusi normal.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis memberikan saran atau masukan
yang mungkin berguna dan dapat dipertimbangkan bagi TK yang menjadi tempat
penelitian yaitu TK Islam An-Nizomiyah. Maka ada beberapa saran yang dapat
disampaikan yaitu:

1. Bagi Guru, kegiatan montase dapat diterapkan dalam pembelajaran khususnya


untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Diharapkan guru agar dapat
mengembangkan kegiatan lain yang menyenangkan dan bervariasi dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
2. Bagi Anak, mempelajari kembali yang telah di laksanakan disekolah dan melatih
dirumah untuk melatih koordinasi mata dengan tangan.
3. Bagi Pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait
dengan kegiatan montase untuk anak usia 5-6 tahun.

58
4. Bagi Peneliti Selanjutnya, diharapkan lebih mempersiapkan diri dalam mencari
bahan dan alat dengan matang, sehingga penelitiannya dapat dilaksanakan dengan
lebih baik.

59
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Tsalitska Sindi, Sumardi, dan Sima Mulyadi. 2020. Meningkatkan Kemampuan Motorik
Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Usia Dini. Jurnal PAUD Agapedia Vol. 4, No.
2.
Aini, Nurul. 2018. Montase Dan Pembelajaran. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Ana Sari, Irma Oktaviani, and Hafidh ’Aziz. 2019. Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus
Anak Melalui Kegiatan 3M (Mewarnai, Menggunting, Menempel) Dengan Metode
Demonstrasi. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Vol. 3, No. 3.
Anton Komaini. 2018. Kemampuan Motorik Anak Usia Dini, Depok: Rajawali Pers.
Ariyanti Ririn. 2020. pengembangan Buku Pengayaan Monase Bermuatan Nilai-Nilai Karakter
pada Pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya Siswa Sekolah Dasar Kelas IV. Skripsi.
Semarang: Universitas Negri Semarang.

Aquarisnawati, Puri, Dewi Mustami’ah, dan Windah Riskasari. 2011. Motorik Halus Pada Anak
Usia Prasekolah Ditinjau Dari Bender Gestalt. Jurnal Insan Media Vol.13, No. 3.
Barlian, Eri. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Padang: Sukabina Press.

Dadan Suryana. 2016. Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak.
Jakarta: Kencana.
Daniar, Ratna Wijayanti. dkk. 2021. Metode Penelitian Kuantitatif, Buku Ajar Pekuliahan
Metodologi Penelitian bagi Mahasiswa Akutans dan Manajemen, Edisi Ketiga, Jawa Timur:
Widya Gama Press.
Dewi, Dian Ayunita Nugraheni Nurmala. 2018. Modul Uji Validitas Dan Hormonal. Universitas
Diponegoro. Vol.3 Oktober.
Donnete E Davis. 2007. Developing Fine Motor Skills. South Africa: St. Aiden’s Homeschool.
Elvika, Dity, Zulkifli Zulkifli, dan Hukmi Hukmi. 2016. Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Bestari Kecamatan Cerenti
Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau Vol.3, No. 2.

Fatmawati dan Fitri Ayu. 2020. Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Gersik: Caramedia
Communication.

Fairuz, Ghina. dkk. 2021. Analisis Media Montase Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak
Usia 4-5 Tahun, Jurnal PAUD Agapedia, Vol.5, No.2.
Fitriani, Rohyana dan Rabihatun Adawiyah.2018. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini.

60
Jurnal Golden Age Vol.2, No. 01 .
Halin. H. 2018. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan Semen Baturaja Di
Palembang Pada PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Jurnal EcoMent Global JEMG. Vol:3
No.2.
Hanita. 2020. Fase Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Dalam Kajian Al-Quran Dan Hadits.
JEA (Jurnal Edukasi AUD) Vol.6, No. 1.
Hamid Lukman. 2020. Tahapan Menggunting untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus
Anak Usia Dini Kelompok Usia 4-6 Tahun, Jurnal Keislaman dan Pendidikan, Vol.1, No.1.

Hardani. dkk. 2017. Buku Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Ilmu.
Herawati, Lucky. 2016. Uji Normalitas Data Kesehatan Menggunakan SPSS. Jurusan Kesehatan
Lingkungan. Yogyakarta: Poltekkes Jogja Press.
Huda, Ratna Faeruz. Miratul Hayati. 2019. Permainan Kolase untuk Meningkatkan Motorik Halus
pada Kelompok A TK Muslimat NU Banjarmasin, Journal of Early Childhood Education
(JECE) Vol.1 No.2.
Karela Yesi, Veny Iswantiningtyas dan Epritha Kurniawati. 2020. Rancangan Kegiatan Montase
Sebagai Upaya Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Child
Education Journal. Vol. 2 No. 2 .
Khadijah dan Nurul Amelia. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana,
2020.
M. Amirul Mukminin, Suryana Dadan. 2019. Pengaruh Montase Terhadap Perkembangan
Motorik Halus Anak Di Taman Kanak-Kanak Assyofa Kota Padang. Jurnal Pendidikan
Tambusai. Vol.3, No.6.
Montolalu, Chriestie, dan Yohanes Langi. 2018. Pengaruh Pelatihan Dasar Komputer Dan
Teknologi Informasi Bagi Guru-Guru Dengan Uji-T Berpasangan (Paired Sample T-Test).
Jurnal Matematika dan Aplikasi. Vol.7, No.1.
Muhsinin. 2020. Penggunaan Media Montase dalam Meningkatkan Kreativitas Anak di Kelompok
B RA Miftahul Ulum II Jatigunting Onorejo Pasuruan, Jurnal Program Studi PGMI. Vol.7,
No.1.
Munawara Roadatul. 2011. Hubungan Kegiatan Montase Dengan Kemampuan Motorik Halus
Anak Di Kelompok B1 TK Alkhairaat Tondo Palu. Universitas Tadulako, Jurusuan FKIP, No.
Stambuk A411 11 034.
Muthiakanza, Ade Riska. 2018. Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan Motorik
Halus Anak Usia 5-6 Tahun di TK Kemala Bhayangkari I Pekan Baru. JOM FKIP-UR Vol.5

61
Edisi 2.
Novidewi Ayusari. 2017. Keterampilan Montase. Yogyakarta: Indo Publika.

Naibaho Santha dan Wusono Indarto. 2018. Pengaruh Kegiatan Montase Terhadap Kemampuan
Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Tunas Melati Kandis Kabupaten Siak.”
Pendidikan Anak Usia Dini.Jurnal Online Mahasiswa. Vol. 3, No. 1.

Nilawati Tadjuddin. 2014. Meneropong Perkembangan Anak Usia Dini Persepektif Al-Quran.
Depok: Herya Media.
Nuryadi, Tutut Dewi Astuti, Endang Sri Utami, dan Martinus Budiantara. 2017. Dasar-Dasar
Statistika Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media.
Ramadhan, Chotimatu Rohmaniah. 2019. Referensi Gambar Mewarnai, Kolase, Montase, Mozaik
Dan Aplikasi. Pontianak: PGRI Prov Kalbar.

Rukminingsih, Gunawan Adnan, dan Mohammad Adnan Latief. 2020. Metode Penelitian
Pendidikan. Penelitian Kuantitatif, Penelitian Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas. Journal
of Chemical Information and Modeling. Vol. 53.
Sodik, Sandu Siyoto dan M. Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.

Sukamti Endang Rini. 2018. Perkembangan Motorik. Yogyakarta: UNY Press.


Sunarta Wayan Jenki. 2016. Montase Kumpulan Puisi. Bali: Pustaka Ekspresi.

Supriadi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian: Konsep Statistik yang Lebih Komperhensif.
Jakarta: Change Publication.
Syafaruddin, Herdianto, dan Ernawati. 2011. Buku Pendidikan Prasekolah Persepsi Pendidikan
Islam Dan Umum. Medan: Perdana Publishing.
Syakir Muharrar dan Sri Veriyanti. 2013. Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana. Jakarta:
Esensi.

Syofian Siregar. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.


Taznidaturrohmah, Yuvi Erfiana, Pramono Pramono, and Suryadi Suryadi. “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B Di TK
Dharma Wanita Dinoyo 01 Mojokerto.” Jurnal Pendidikan Anak 9, no. 1 (2020): 20–26.
Titi Rachmi dan Mutia Herdana. 2018. Optimalisasi Kreativitas Anak Melalui Aktifivitas Montase
Pada Usia Taman Kanak-Kanak. Jurnal iImiah Indonesia Vol.3, No. 3.
Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

62
W. Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Winarno. M. E. 2013. Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani. Malang: UM Press.

Yulianto, Dema, dan Titis Awalia. 2017. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Montase Pada Anak Kelompok B RA Al-Hidayah Nanggungan Kecamatan
Prambon Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal PINUS Vol.2, No. 2.

Wahida, Sitti Ayu. 2020. Pengaruh Kegiatan Bermain Kreasi Melangkah Terhadap Kemampuan
Kinestetik Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Kartini Lembang. Makassar: UMM.

63
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian

64
Lampiran 2 : Surat Permohonan Expert Judgment

65
66
Lampiran 3: Uji Normalitas pre-test menggunakan SPSS 25

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre-test 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Pre-test .202 8 .200 .933 8 .542
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

67
Descriptives
Std.
Statistic Error
Pre-test Mean 12.2500 .72580
95% Confidence Lower 10.5338
Interval for Mean Bound
Upper 13.9662
Bound
5% Trimmed Mean 12.2778
Median 12.0000
Variance 4.214
Std. Deviation 2.05287
Minimum 9.00
Maximum 15.00
Range 6.00
Interquartile Range 3.50
Skewness -.314 .752
Kurtosis -.785 1.481

68
Lampiran 4: Uji Normalitas post-test menggunakan SPSS 25

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Post- 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0%
test

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Post- .144 8 .200* .905 8 .319
test
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

69
Descriptives
Std.
Statistic Error
Post- Mean 15.0000 .56695
test 95% Confidence Lower 13.6594
Interval for Mean Bound
Upper 16.3406
Bound
5% Trimmed Mean 15.0000
Median 15.0000
Variance 2.571
Std. Deviation 1.60357
Minimum 13.00
Maximum 17.00
Range 4.00
Interquartile Range 3.50
Skewness .000 .752
Kurtosis -1.478 1.481

70
Lampiran 5: Uji t-test menggunakan excel
Minimum 9 13
Mean 12,71429 15,28571
Variance 2,904762 2,238095
Observations 7 7
Pooled Variance 2,571429
Hypothesized Mean
Difference 0
df 12
t Stat -3 t hitung
P(T<=t) one-tail 0,005533
t Critical one-tail 1,782288
P(T<=t) two-tail 0,011067
t Critical two-tail 2,178813 t tabel

71
Lampiran 6: Dokumentasi Kegiatan

Gambar Lampiran.1 Anak sedang Melakukan Kegiatan (Pre-test)

Gambar Lampiran.2 Anak sedang Melakukan Kegiatan Montase (treatment 1)

72
Gambar Lampiran.3 Anak sedang Melakukan Kegiatan Montase (Treatment 2 dan 3)

73
Gambar Lampiran.4 Anak Sedang Melakukan Kegiaran Montase (Post-test)

74

Anda mungkin juga menyukai