Anda di halaman 1dari 5

Nama: Tesalonika Rawis

NIM: 18021107027

Prodi: Teknik Lingkungan

Tugas Kepasifikan

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DIKAWASAN WISATA PANTAI PARANGTRITIS KABUPATEN BANTUL

Kawasan wisata Pantai Parangtritis

Merupakan salah satu objek wisata paling diminati oleh wisatawan yang terletak di Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Di lokasi ini terpusat berbagai aktifitas manusia baik itu penduduk lokal,
pelaku wisata, maupun pengunjung/ wisatawan.Aktifitas yang dilakukan antara wisatawan dengan
pelaku pariwisata setempat secara langsung dan tidak langsung menyebabkan adanya timbulan sampah
pada kawasan tersebut tiap harinya, bila kondisi ini tidak segera diperhatikan maka akan dapat
mengancam kawasan wisata pantai parangtritis. Volume sampah selalu meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah pelaku pariwisata maupun wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata Pantai
Parangtritis. Berdasarkan informasi dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup bahwa setiap orang
menghasilkan sampah, rata-rata 0,8 kilogram per hari, dengan jumlah kunjungan ke kawasan wisata
Pantai Parangtritis yang terbesar yaitu pada tahun 2009, maka asumsi jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan yaitu sebesar 1059,1 ton dan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring tren kenaikan
jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Timbulan sampah yang semakin hari semakin
bertambah dan tidak dapat terangkut setiap harinya, pada kenyataannya akan dibebankan kepada
pengelola yang bertanggung jawab akan kinerja pengelolaan sampah tersebut. Kondisi ini diindikasikan
dengan adanya anggapan bahwa kurang efektif dan efisiennya sistem pengelolaan yang diterapkan oleh
pihak pengelola, telah mengakibatkan kondisi kawasan pantai parangtritis menjadi kotor dan
menimbulkan gangguan lingkungan. Di kawasan wisata pantai Parangtritis sendiri, hanya terdapat satu
Tempat Penampungan sampah yang berlokasi di Pantai Parangtritis. TPS tersebut digunakan sebagai
penampungan sementara sampah yang berasal dari Pantai Parangtritis dan Parangkusumo sebelum
diangkut ke TPA Piyungan. Sedangkan sampah yang berasal dari pantai Depok dibuang ke sisi barat
Pantai Depok yaitu lahan kosong dipinggir muara sungai opak. Pada saat puncak kunjungan wisatawan
ke kawasan wisata pantai parangtritis, timbulan sampah yang diakibatkan oleh wisatawan dan aktifitas
pariwisata sangatlah besar. Volume sampah akan meningkat dengan drastis bila dibandingkan dengan
harihari biasa. Dalam satu hari, timbulan sampah tersebut tidak dapat terangkut secara keseluruhan dari
titik-titik sebaran tempat sampah dikawasan tersebut. Kondisi terburuk terjadi di pantai depok, sampah
limbah ikan dan warung makan serta sampah yang berasal dari wisatawan dibuang di lahan kosong
dekat muara sungai opak. Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang
diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah.
Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari
sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena
dampak juga semakin sedikit. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian dari segala aspek terhadap
pengelolaan sampah yang telah dilakukan selama ini sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang
menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di kawasan wisata Pantai Parangtritis.

Dampak Pariwisata Terhadap Sampah

Kegiatan pariwisata memerlukan ruang sebagai tempat/ wadah kegiatannya, dimana antara kegiatan
dan ruang yang ada terjadi hubungan saling mempengaruhi. Kepariwisataan dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan secara positif maupun negatif, tergantung bagaimana perencanaan dan
pengelolaan pembangunan pariwisata tersebut (Gee, 1989). Menurut Inskeep (1991), dampak yang
umumnya ditimbulkan dari kepariwisataan: (1) dampak positif, kepariwisataan bila memiliki
perencanaan dan pengelolaan yang baik maka dapat menjaga dan memperbaiki kondisi lingkungan
dengan berbagai cara. Dampak positif kepariwisataan yaitu konservasi kawasan lindung, konservasi situs
arkeologi dan sejarah, perbaikan kualitas lingkugan, peningkatan lingkungan, perbaikan infrastruktur,
dan meningkatkan kewaspadaan lingkungan, dan (2) dampak negatif, pembangunan pariwisata yang
tidak memiliki perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan yang baik akan menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif yang ditimbulkan dapat berbeda-beda, tergantung dari
jenis pengembangan wisata dan karakteristik spesifik lingkungan kawasan pariwisata tersebut.
Hubungan Skala pengembangan pariwisata dengan daya dukung lingkungan sangat mempengaruhi
perluasan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dampak negatif kepariwisataan yaitu polusi air, polusi
udara, kebisingan, polusi visual, permasalahan limbah / sampah buangan, gangguan ekologi, kerusakan
situs arkeologi dan bersejarah, dan permasalahan penggunaan lahan.

Deskripsi Umum Daerah Pantai Parangtritis

Daerah penelitian terletak di kawasan wisata Parangtritis yaitu Desa Parangtritis, secara administratif
daerah penelitian terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kecamatan Kretek terletak pada area yang posisi geografisnya berada diantara 7058`33`` LS
sampai dengan 80 2`26`` LS dan diantara 1100 25`15`` BT sampai dengan 1100 28`15`` BT. Luas
keseluruhan wilayah Kecamatan Kretek adalah 2.677 Ha (5,28 % dari luas wilayah kabupaten Bantul),
yang secara administratif terdiri dari 5 Desa. Berdasarkan letak geografisnya, batas administratif Desa
Parangtritis sebelah Utara berbatasan dengan Desa Donotirto, sebelah Selatan berbatasan dengan
Samudera Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tirtoharjo, dan sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Seloharjo dan Desa Girijati. Desa ini mempunyai ketinggian tanah 13 m dari permukaan
laut, dengan curah hujan 110 mm/thn. Desa ini berada pada daerah dataran rendah pantai, suhu udara
rata-rata adalah 300 C. Desa ini berjarak 4 km dari pusat Kecamatan Kretek dan 13 km dari ibukota
kabupaten Bantul.
Sebaran dan Volume Sampah

Sebaran timbulan sampah di kawasan wisata Pantai Parangtritis terakumulasi di ketiga pantai yangpaling
diminati oleh wisatawan, yaitu Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok yang berturut
masuk kedalam administrasi dari tiga dusun yaitu Dusun Mancingan, Dusun Grogol IX, dan Dusun Depok.
Ketiga pantai atau dusun tersebut menjadi lokasi timbulan sampah terbesar. Volume timbulan sampah
yang berasal dari wisatawan dapat diperkirakan besarnya berdasarkan dari data jumlah kunjungan
wisatawan di kawasan wisata Pantai Parangtritis yang kemudian dikalikan dengan jumlah buang rata-
rata manusia yaitu sebesar 0,8 liter/hari, berdasarkan hal tersebut maka jumlah volume timbulan
sampah yang terbuang di kawasan wisata Pantai Parangtritis sebanyak 4.080 liter per minggu atau
sebesar 583 liter per hari, sedangkan untuk jumlah volume sampah terbanyak dalam kurun waktu
seminggu di kawasan wisata Pantai Parangtritis terjadi pada hari minggu, dengan jumlah volume
sampah sebanyak 2.400 liter. Untuk harihari tertentu, misalnya pada hari raya atau tahun baru, jumlah
kunjungan wisatawan dapat membludak hingga diatas 8.000 kunjungan per hari dan volume timbulan
sampah yang dihasilkan yaitu 6.400 liter per hari. Sampah lokal yang berasal dari aktifitas penduduk
setempat merupakan sumber timbulan sampah tetap, dimana volume sampah tersebut besarnya relatif
tetap. Menurut data dari Kecamatan Kretek dalam Angka Tahun 2010, jumlah penduduk Dusun
Mancingan (Pantai Parangtritis) sebesar 1.205 jiwa sehingga volume timbulan sampah tetap yang
dihasilkan yaitu sebesar 964 liter perhari. Jumlah penduduk Dusun Grogol IX (Pantai Parangkusumo)
sebanyak 865 jiwa menghasilkan 692 liter perhari, dan Dusun Depok (Pantai Depok) sebanyak 1.136 jiwa
penduduk menghasilkan volume sampah sebesar 908,8 liter perhari.

Pengelolaan Sampah di Kawasan Pantai Parangtritis

Peran dan Kinerja Pemerintah Daerah Peran serta pemerintah daerah dalam strategi pengelolaan
sampah berupa penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, termasuk di dalamnya adalah
jumlah petugas kebersihan yang setiap hari bertugas sebagai operator (pelaksana) dari strategi yang
telah disusun. Jumlah petugas lapangan yang bertugas mengurus kebersihan sebanyak 32 orang dengan
tugas mengangkut sampah di TPS-TPS yang tersebar di seluruh Kabupaten Bantul, salah satunya di
kawasan Pantai Parangtritis, dengan menggunakan dump truk. Selain UPTD Kebersihan dan
Pertamanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga memiliki UPT Kebersihan dalam struktur
organisasinya. UPT Kebersihan Disbudpar bertugas untuk membersihkan sampah yang berada
disepanjang pantai kemudian dikumpulkan di TPS. Sedangkan UPT Dinas PU bertugas untuk mengangkut
sampah yang berada di TPS untuk selanjutnya dibawa ke TPA Piyungan. Berdasarkan data yang
didapatkan, petugas kebersihan dari UPT Kebersihan Disbudpar yang bertugas menangani kebersihan
kawasan Pantai Parangtritis berjumlah kurang lebih 35 orang dengan distribusi jumlah petugas
kebersihan sebagai berikut, 30 orang bertugas sepanjang Pantai Parangtritis – Parangkusumo dan 5
orang bertugas di Pantai Depok. Tugas dari 35 orang petugas kebersihan tersebut adalah membersihkan
sampah yang berada di sekitar pantai,artinya 35 orang tersebut menangani sampah yang berasal dari
wisatawan,sedangkan untuk sampah lokal ditanggani oleh masyarakat secara swadaya. Fakta di
lapangan juga didapatkan bahwa pengelolaan sampah di daerah penelitian dilakukan oleh dua pihak,
pihak pertama adalah pemerintah melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebersihan Disbudpar Kabupaten
Bantul dan UPTD Kebersihan dan Pertamanan, sedangkan pihak kedua adalah masyarakat sekitar pantai
secara swadaya. Kegiatan membersihkan sampah yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini
adalah UPT Kebersihan Disbudpar, dilakukan pada pagi hari sebelum aktivitas pariwisata dimulai sekitar
jam 06.00-10.00 WIB dengan frekuensi pembersihan sampah dilakukan setiap hari. Sampah yang diambil
kemudian dikumpulkan untuk selanjutnya dibuang ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Sampah
yang berada di TPS akan diangkut menuju TPA Piyungan menggunakan truk sampah oleh UPT
Kebersihan PU yang dilakukan pada sore hari dengan frekuensi pengangkutan satu kali dalam sehari,
kecuali di hari raya atau libur nasional frekuensi pengangkutan bisa dilakukan sebanyak 2-3 kali sehari.

Sarana dan Prasarana

Sebuah strategi pengolahan sampah yang bagus harus didukung oleh sarana dan prasarana yang baik
pula. Sarana dan prasarana dapat berupa tempat sampah, tempat pembuangan akhir, alat transportasi
sampah, dan alat pengolahan sampah itu sendiri. Ketersediaan sarana dan prasarana penanganan
sampah akan berpengaruh terhadap pelaksanaan dari strategi pengelolaan sampah. Sarana dan
prasarana yang tersedia di kawasan wisata pantai Parangtritis berupa tempat sampah (tong sampah)
baik yang tersedia di warung makan, toko, dan hotel atau yang berada dipinggir pantai, serta tempat
pembuangan sementara (TPS). Paradigma lama tentang strategi pengelolaan sampah, yaitu dengan
membuang sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa ada pengolahan sebelumnya, turut
mempengaruhi dari keberadaan sarana dan prasarana yang tersedia. Tong sampah misalnya,
berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tong sampah yang disediakan adalah tong sampah “campur”,
yaitu tong sampah yang mencampur sampah menjadi satu tanpa membedakan mana sampah organik
dan non organik. Dalam strategi pengelolaan sampah yang baik tentunya dalam menyediakan tong
sampah mesti dibedakan antara tong sampah organik dan non organik. Hal ini berfungsi untuk mengolah
sampah, baik itu organik maupun non organik, menjadi bahan yang lebih menguntungkan, seperti
membuat pupuk kompos yang berasal dari sampah organik atau mendaur ulang sampah non organik
menjadi benda seni. Selain menguntungkan dari segi ekonomi, hal tersebut akan mengurangi volume
sampah yang dibuang ke TPA atau akan mengurangi volume sampah itu sendiri. Dengan berkurangnya
volume sampah yang dibuang ke TPA maka akan menghemat lahan yang dibutuhkan untuk dijadikan
TPA. Sehingga dampak lingkungan yang disebabkan oleh sampah akan ikut berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. Materi training untuk tingkat staf teknis proyek PLP sector persampahan. Direktorat
Jenderal Cipta Karya. Jakarta.

Anonim. 1995. Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah
perkotaan (SNI 19- 3964-1995). Badan Standar Nasional. Jakarta.
BPS. 2010. Kecamatan Kretek Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul.

Damanhuri,E. 1999. Pilot Proyek Pengomposan Vermi Sampah Kota. Kerjasama dengan Direktorat
Jendral Cipta Karya - PU dengan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat ITB. Bandung : Tim Lab. Buangan
Padat dan Ba.

Gee, C. Y. 1997. International Tourism: A Global Perspective. Madrid: World Tourism Organization.
Inskeep, E. 1991. Tourism Planning, An Integrated and Sustainable Development Approach. Van
Nostrand Reinhold. New York.

Japan International Cooperation Agency (JICA). (tanpa tahun). Draft Naskah Akademis Rancangan
Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Sampah.

Raharjo, M. 2007. Kerangka Manajemen Lingkungan, Materi Kuliah Manajemen Lingkungan, Magister
Kesehatan Lingkungan UNDIP. Semarang.

Sidik, M. A., Herumartono, D. dan Sutanto, H. B. 1985.Teknologi Pemusnahan Sampah dengan


Incinerator dan Landfill. Direktorat Riset Operasi dan Manajemen. Diputi Bidang Analisa Sistem Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Terry, G.R., et. al. 1982. Principles of Management Eight Edition. Homewood: Richard Irwin, Inc.

Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997.

Undang Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai