Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Zero Waste di Kepulauan

Togean, Sulawesi Tengah

Ari Ariangga Orranius Putra Patarru


Magister Teknik Sistem
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
ari.ariangga.o@mail.ugm.ac.id

ABSTRACT
The main problem of ecosystem and natural resources is the existence of waste.
Waste problem in the Togean Islands is a classic problem that has not been resolved
because of the lack of public awareness of environmental damage. The waste mostly
comes from tourism activities, littering either plastic bottle or any plastic waste.
Waste problem is not only the responsibility of the government but also the
responsibility of all levels of society. Waste management community based in the
Togean Islands is not only carried out by the community but is a synergy between
tourists, the community, and also the government. Knowledge sharing from the
tourists, proactive measure and community’s concern, and government intervention
are the main keys of the sustainability of the Togean Islands ecosystem.

Key Words : Waste, Tourist, Community, Government


ABSTRAK
Salah satu ancaman serius terhadap keutuhan sumber daya alam dan ekosistem
adalah keberadaan sampah. Permasalahan sampah di Kepulauan Togean menjadi
masalah klasik yang belum terselesaikan karena kesadaran masyarakat yang masih
kurang terhadap kebersihan lingkungan. Sampah - sampah tersebut umumnya
berasal dari kegiatan pariwisata dimana pengunjung membuang sampah
sembarangan baik berupa botol minuman maupun kotak-kotak plastik makanan.
Permasalahan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah akan tetapi
menjadi tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Pengelolahan sampah berbasis
masyarakat di Kepulauan Togean tidak hanya dijalankan oleh masyarakat itu saja
melainkan sinergi antara wisatawan, masyarakat, dan pemerintah. Edukasi dari
wisatawan, masyarakat yang aktif dan peduli, serta campur tangan pemerintah
menjadi kunci utama keberlanjutan ekosistem Kepulauan Togean.

Kata Kunci : Sampah, Wisatawan, Masyarakat, Pemerintah

PENDAHULUAN
Kepulauan Togean terletak di tengah teluk Tomini, dalam posisi melintang dari barat
ke arah timur. Ke sebelah selatan dan barat, terpisah dengan lautan dalam, kepulauan
Togean berbatasan dengan daratan pulau Sulawesi. Sedangkan ke utara, kepulauan
Togean berbatasan dengan daratan pulau Sulawesi yang menjadi wilayah propinsi
Gorontalo. Luas keseluruhan wilayah daratan kepulauan Togean kurang lebih 755,4
km2 atau sekitar 75.000 ha. Kepulauan ini dikenal kaya akan terumbu karang dan
berbagai biota laut yang langka dan dilindungi. Beberapa aksi wisata yang dapat
dilakukan di Kepulauan Togean antara lain: menyelam dan snorkelling di Pulau
Kadidiri, memancing ,menjelajah alam hutan yang ada di dalam hutan yang ada di
Pulau Malenge, serta mengunjungi gunung Colo di Pulau Una-una.
Berkembangnya pariwisata di kepulauan Togean akan mendatangkan banyak
manfaat bagi masyarakat, yakni secara ekonomis, sosial dan budaya. Namun, jika
pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik, justru akan
menimbulkan berbagai permasalahan yang merugikan masyarakat dan alam. Dari
sudut sosial, kegiatan pariwisata akan memperluas kesempatan kerja baik dari
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai sektor usaha
yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan kepariwisataan. Dari
sudut ekonomi bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbangan terhadap
penerimaan daerah bersumber dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat
mendatangkan devisa dari wisatawan mancanegara yang berkunjung, namun tidak
terlepas dari T = W-D, environmental demage pun akan ada, tapi bagaimana cara
untuk meminimalisasikan hal itu. Konsep pembangunan berkelanjutan, dengan
mengurangi kerusakan lingkungan dan tetap melaksanakan kualitas hidup modern
secara optimal (Kawase, 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengelolaan sampah di Kepulauan
Togean, Sulawesi Tengah. Adapun manfaat penelitian yang didapatkan adalah
penelitian dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi daerah wisata
Kepulauan Togean, agar lebih mengutamakan masyarakat lokal untuk ikut serta
dalam segala aspek mulai dari pengawasan, perencanaan, managing agar masyarakat
memiliki dan peduli tehadap potensi yang dimilikinya.

PEMBAHASAN
Sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang
merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan (Kodoatie, 2003). Sampah merupakan salah satu
permasalahan yang patut untuk diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak
dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada dasarnya semua manusia
pasti menghasilkan sampah. Sampah merupakan suatu buangan yang dihasilkan dari
setiap aktivitas manusia. Volume peningkatan sampah sebanding dengan
meningkatnya tingkat konsumsi manusia. Kepulauan Togean yang merupakan daerah
wisata di Sulawesi Tengah cukup susah untuk dijangkau. Perjalanan dimulai dari Palu
sekitar 10 jam melalui darat ke arah barat, setiba di Ampana perjalanan di lanjutkan
menggunakan kapal cepat krang lebih 2 jam menuju Pulai Wakai yang merupakan
daerah perdagangan kepulauan Togean. Selanjutnya dari Pulau Wakai, berganti
dengan kapal kecil menuju Pulau Togean yang memakan waktu kurang lebih 1 jam.
Akses yang cukup memakan waktu ini membuat para pengunjung menyiapkan banyak
perbekalan yang mayoritas berbahan plastik pada saat berkunjung ke Togean.
Mengingat hal ini meniadakan sama sekali sampah plastik di kawasan kepulauan
Togean adalah sesuatu yang mustahil, maka yang dapat dilakukan adalah dengan
meminimalkan penggunaan plastik, serta mengolah sampah plastik. Tidak dengan
membakarnya, lebih-lebih sekadar menimbunnya ke dalam tanah. Pengelolaan
sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak
ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar,kegiatan
pengelolaan sampah meliputi: pengendalian timbulan sampah, pengumpulan
sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir (Sejati, 2009).
Pengolahan sampah plastik adalah perlakuan terhadap sampah plastik yang bertujuan
memperkecil atau menghilangkan masalah- masalah yang berkaitan dengan
lingkungan (zero waste). Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengolahan
sampah dianggap baik jika sampah yang diolah tidak menjadi tempat berkembang
biaknya bibit penyakit serta tidak menjadi perantara penyebarluasan suatu penyakit
dan tidak mencemari udara, air, atau tanah.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah adalah salah satu faktor teknis
untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari
tahun ke tahun yang semakin kompleks (Yarianto, 2005). Namun dalam hal ini kurang
nya pengetahuan dan akses pendidikan di Kepulauan Togean membuat wawasan
mengenai sampah dan dampak yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah yang
kurang tepat memberikan banyak dampak negatif kepada kelestarian alam di
kepulauan tersebut.
Hal yang bisa dilakukan adalah memberikan pengetahuan dasar mengenai sampah
dan pengelolahan dasar yang dapat dilakukan dengan sumber daya yang ada.
Mengenali jenis-jenis sampah, membedakan jenis-jenis sampah, mengetahui dampak
yang ditimbulkan dari penanganan yang salah terhadap sampah merupakan hal hal
dasar yang wajib masyarakat Togean pahami. Peran wisatawan yang umum nya
berasal dari dunia luar sangat membantu dalam hal berbagai ilmu ini. Warga Togean
umum nya pada malam pertama selalu memberikan briefing kepada wisatawan yang
datang mengenai kekayaan bahari di kepulauan Togean. Disamping menjelaskan hal
ini, warga togean selalu meminta wisatawan untuk membagi ilmu mengenai sampah
serta selalu menjalankan program 5 sampah yang mereka jalankan sejak 2013. 5
sampah adalah program yang mendorong wisatawan untuk mendapatkan 5 sampah
selama menjelajahi kepulauan Togean.
Sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi,
yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola
dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang negatif bagi
kehidupan tidak sampai terjadi (Azwar, 1990). Berdasarkan lokasinya, sampah dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: sampah kota (urban), yaitu sampah yang
terkumpul di kota-kota besar dan sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di
daerah- daerah di luar perkotaan, misalnya di desa, di daerah permukiman dan di
pantai (Hadiwiyoto, 1983). Pemerintah Wakai pun sadar bahwa penting nya menjaga
alam beserta isi nya merupakan langkah berkelanjutan untuk menjaga alam
kepulauan Togean. Salah satu bentuk nyata dari budaya hijau pemerintah Sulawesi
Tengah adalah berupa pendirian Bank Sampah di Wakai. Bank sampah adalah suatu
sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif (gotong royong) yang mendorong
masyarakat untuk ikut berperan aktif di dalamnya. Bank sampah akan menampung,
memilah dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar (pengepul/lapak)
sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi dari menabung sampah.
Sampah yang disetorkan oleh nasabah idealnya sudah terpilah menjadi kategori yang
umum. Semisal kertas, kaca, logam, dan plastik. Pengkategorian sampah harus
disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan masyarakat yang menjadi nasabah.
Jika masyarakat mau bahkan pengkategorian sampah dapat dibuat lebih rinci seperti:
botol plastik, gelas plastik, kertas putih, kertas buram dan lain sebaginya. Setiap
kategori sampah memiliki harga masing-masing. Dengan cara di atas nantinya
masyarakat akan mau memilah sampah dan itu menjadi budaya baru di masyarakat.
Dengan demikian sistem bank sampah bisa dijadikan sebagai alat rekayasa sosial,
sehingga terbentuk suatu tatanan masyarakat yang dapat melakukan pengelolaan
sampah dengan baik. Di Bank Sampah Wakai para nasabah bisa menyetorkan
sampah-sampah plastik dan menggantinya (konversi) menjadi uang. Uang hasil
menyetor sampah itu ditabung dan belum boleh diambil sampai jumlahnya melebihi
Rp50.000. Tata cara pengelolaan Bank Sampah persis seperti di bank biasa pada
umumnya. Yakni menggunakan buku rekening sebagai sarana pencatatan keluar
masuk sampah yang dikonversikan ke dalam bentuk uang. Hal ini sangat mendorong
masyarakat di Kepulauan Togean untuk mengumpulkan sampah yang berguna untuk
membeli bahan bakar untuk nelayan.
Pemerintah pun menyadari bahwa untuk mendukung strategi penanganan sampah
tersebut diperlukan perencanaan dan pengelolaan kebersihan yang matang dan
serius. Kebersihan suatu pulau sangat menunjang peningkatan industri pariwisata di
Kepulauan Togean. Kebersihan menjadi salah satu pertimbangan bagi wisatawan,
misalnya dalam hal kebersihan pantai, lingkungan pemukiman, penginapan,
ekosistem bawah laut. Agar sinergi ini berjalan lancar dan berkelanjutan, Pemerintah
Sulawesi Tengah dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berencana
menyediakan kapal “shuttle” yang hanya dikhusukan untuk mengangkut sampah-
sampah dalam skala besar dari pulau-pulau yang berada di Teluk Tomini. Dengan ada
nya kapal sampah ini diharapkan masyarakat lebih aktif dalam menangani
permasalahan sampah dan juga adanya kapal sampah ini dapat mengurangi konsumsi
bahan bakar (carbon footprint) selama pengiriman sampah ke Wakai.

KESIMPULAN
Kebersihan sama halnya dengan keamanan, harus dipandang sebagai investasi untuk
menarik wisatawan lokal maupun manca negara untuk berkunjung. Hal yang lebih
penting adalah keberlanjutan ekosistem di atas dan di bawah laut dari Kepulauan
Togean. Pengelolaan sampah yang baik sangat penting untuk melindungi kesehatan
masyarakat pulau, menjaga kebersihan kawasan wisata dan ekosistem laut.
Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang dilakukan warga Kepulauan
Togean telah berhasil mengajak wisatawan dan juga pemerintah untuk lebih
berpartisipasi menjaga keberlangsungan Kepulauan Togean, dan juga masyarakat
yang semula menganggap sampah sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat ternyata
masih memiliki manfaat ekonomi. 5 Sampah, bank sampah, dan kapal sampah adalah
hasil dari kepedulian terhadap Kepulauan Togean.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
Bebassari, S. 2004. Pengelolaan Sampah Terpadu Menuju Zero Waste, Pusat
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT, Jakarta.
Cecep Dani Sucipto. 2012. Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah, Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Hikmat Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta:
Yayasan Idayu.
Isu-Isu Mutakhir. Ar-Ruzz Media, Jogyakarta, Cetakan I.
Kodoatie, Robert J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur, Yogyakarta
:Pustaka Pelajar.
Kusumawanto, Arif. 2017. Penerapan Arsitektur Hijau dalam Pembangunan Kawasan
Suharsono, 2002. Sampah di Kepulauan Seribu di dalam : Tata Laut, Tertib Darat,
Panduan Mengurangi Limbah Darat Untuk Melindungi Laut, UNESCO, Jakarta.
Sejati, Kuncoro. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu, Yogyakarta: Kanisius.
Sarudji, D. 2006. Kesehatan Lingkungan. Media Ilmu. Surabaya.
Yurianto dkk. 2005. Perlu Paradigma Baru Pengelolaan Sampah.

Great Big Story Chanel Youtube 2017 Japan’s Town With No Waste
United Nation Chanel Youtube 2017 Plastic Ocean

Anda mungkin juga menyukai