Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tikar adalah salah satu media efektif yang digunakan sebagai alas benda. Dari
dulu sampai saat ini proses produksi, material dan kualitas tikar mengalami
kemajuan seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia akan barang
yang efektif, berkualitas, ternilai dan memiliki jangka waktu pakai yang panjang
(tahan lama). Produksi tikar yang sudah mengandalkan tenaga mesin dalam
melakukan proses produksi massal dan material tahan lama seperti karet dan
plastik, mengindikasikan bahwa lambat laun teknologi akan mengambil alih
segala aspek produksi yang berperan penting dalam kehidupan manusia demi
tercapainya barang yang berkualitas dengan mutu yang sama. Namun, hal ini
tidak serta merta menjadi tolok ukur produksi tikar tradisional dengan
mengandalkan teknik anyam akan mati. Mungkin akan menyatakan sebaliknya.
Teknik anyam dengan bahan material tradisional akan menjadi suatu daya tarik di
tengah situasi mainstream dengan sentuhan kreativitas pengerajinnya. Dari
fenomena ini timbullah persaingan antara jenis tikar tradisional dengan modern.
Peranan tikar tradisional yang masih memiliki fungsi dalam beberapa
kegiatan adat dan budaya tradisional tidaklah dapat digantikan dengan tikar
modern. Dari faktor adat, kebutuhan akan produk didorong oleh faktor spesifik
yang menjadikan tikar tradisional sebagai sarana wajib sebagai syarat
berlangsungnya suatu upacara atau kegiatan adat baik sebagai sarana simbolis
maupun fungsional. Sementara dari faktor budaya, kebutuhan produk didorong
oleh adanya motif untuk menjadikan tikar tradisional sebagai bentuk warisan
leluhur yang harus tetap dijaga sebagai ikon budaya yang masih dan tetap
berkembang di era modern. Pernyataan tersebut didukung oleh fakta dari beberapa
kegiatan adat dan budaya yang berlangsung, seperti tikar adat

1
lage hambian yang digunakan dalam adat masyarakat Batak-Angkola sebagai
bentuk simbolis status sosial masyarakatnya dan juga dipergunakan dalam
upacara perkawinan, tikar adat ambahi sorume bagi masyarakat Tolaki yang
dipergunakan dalam upacara perkawinan, ritual adat, musyawarah, dan
penyambutan tamu kehormatan, serta tikeh dadakan yang digunakan oleh
masyarakat Bali sebagai bentuk simbolisme kesuburan dalam upacara perkawinan.
Selama adat-istiadat tradisional tetap menjadi warisan budaya, maka permintaan
terhadap produk akan selalu ada.
Dari sisi lain, produksi tikar modern didorong oleh adanya kebutuhan akan
produk yang memiliki nilai praktis, efisien dan tahan lama serta adanya gengsi
dari beberapa individu yang menjadi pemicu perubahan pola pikir individu lain.
Gengsi tersebut timbul karena adanya rasa ingin mengoleksi produk berkelas,
bermutu dan berkualitas yang masih memiliki kesan modern. Apabila hal tersebut
tidak terpenuhi maka mereka merasa status sosial mereka akan turun. Karena itu,
barang yang memiliki kesan modern dan menjadi topik perbincangan akan lebih
mudah trending daripada barang yang masih memiliki kesan tradisional.
Pada nyatanya, tikar tradisional yang menggunakan teknik anyam dan
berbahan dasar daun masih banyak diminati oleh kalangan konsumen. Sebagai
seorang konsumen, penulis memberi tanggapan pribadi bahwa tikar tradisional
memiliki ciri khas yang menjadi keunggulan apabila dibandingkan dengan jenis
tikar modern. Tikar tradisional memiliki kesan yang alami dan sejuk apabila
menjadi alas duduk atau tidur serta materialnya yang membuat nyaman dan tidak
menimbulkan alergi atau iritasi pada kulit seperti kebanyakan jenis tikar modern.
Namun memang dalam perkembangannya tikar tradisional haruslah memiliki
sarana promosi yang memadai.
Maka dari itu penulis menilai perlu adanya media promosi dalam bentuk
media komunikasi visual guna membantu dalam mengembangkan lebih jauh
usaha tikar pandan yang menjadi dasar penelitian penulis.
1.2 Pengertian Judul
Judul yang penulis angkat adalah “Perancangan Media Komunikasi Visual
Sebagai Sarana Promosi Tikar Pandan Bu Ngari Di Gianyar” yang memiliki

2
pengertian media komunikasi visual sebagai jembatan promosi untuk memberi
informasi kepada publik mengenai usaha tikar pandan Bu Ngari yang berada di
Gianyar. Dengan harapan melalui media komunikasi visual jangkauan informasi
yang tersampaikan lebih luas dan meningkatkan potensi konsumen untuk melihat
usaha yang dikembangkan, sehingga dengan media komunikasi visual yang tepat
dan dapat menarik minat konsumen, usaha yang dijalankan dapat lebih
berkembang.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian di atas, maka permasalahan yang timbul adalah
sebagai berikut :
1. Apa peran media komunikasi visual dalam pengembangan usaha?
2. Media komunikasi visual seperti apa yang dapat menjangkau dan menarik
konsumen secara luas?
3. Seberapa efektif kah media komunikasi visual sebagai media promosi suatu
.usaha?
1.4 Batasan Masalah
- Perancangan media komunikasi visual melalui proses digital.
- Bentuk media komunikasi visual sebagai sarana promosi berupa logo, brosur
dan iklan yang akan diunggah di media sosial secara berkala.
- Metode wawancara akan membahas mengenai kegiatan usaha mulai dari awal
mula berkembang sampai sekarang, omzet rata-rata yang didapat, penjualan
tertinggi, dan tingkat minat konsumen terhadap produk.
1.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan
1.5.1 Tujuan Perancangan
Tujuan dalam perancangan media komunikasi visual ini adalah :
1. Dapat mengetahui media komunikasi visual yang baik dan tepat
sehingga dapat menarik minat konsumen.
2. Dapat mengetahui tingkat efektivitas media komunikasi visual dalam
pengembangan suatu usaha.
3. Sebagai bentuk eksploratif untuk menemukan pengetahuan baru yang
belum pernah ada.

3
1.5.2 Manfaat Perancangan
Manfaat yang diperoleh dari perancangan media komunikasi visual ini
adalah :
1. Menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang desain komunikasi
.visual dan bidang lain yang berkaitan.
2. Memberikan sumbangan ilmiah dari data-data hasil penelitian, sehingga
3. dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.
1.6 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Metode Primer :
1. Metode Observasi
“Observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus
dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara
langsung ke tempat yang akan diselidiki” (Arikunto, 2006:124).
Melalui metode observasi, penulis akan meneliti secara langsung
dengan mengunjungi produsen tikar pandan, yaitu Bu Ngari yang
berlokasi di Jl. Udayana, Gianyar.
2. Metode Wawancara
“Wawancara dilakukan sebagai bagian dari metode penelitian untuk
mendapatkan informaasi secara lisan” (Lexi J Moleong, 1991:135).
Melalui metode wawancara, penulis akan memperoleh informasi
langsung dengan cara melakukan interaksi dengan produsen secara
lisan terkait dengan kegiatan produksi dan perkembangan usaha.
b. Metode Sekunder :
1. Metode Kepustakaan
Selain dengan menggunakan metode wawancara dalam memperoleh
informasi secara langsung, penulis juga mengumpulkan data-data
yang diperoleh melalui media cetak berupa buku-buku ilmiah
maupun non ilmiah yang masih berhubungan dengan penelitian.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan sebagai bentuk upaya dalam

4
mengabadikan proses kegiatan produksi. Sehingga penulis
mendapatkan gambaran langsung perihal media komunikasi visual
yang sekiranya cocok untuk diaplikasikan dalam usaha ini.
3. Kajian Internet
Kajian internet dilakukan guna memperoleh informasi melalui media
online dari situs-situs resmi yang masih memiliki kaitan dengan
penelitian.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan penelitian ini dibagi menjadi 5 (lima) bab umum dengan
sistematika penyampaian sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, merupakan garis besar atau pokok pikiran yang menjadi
dasar landasan penelitian yang disajikan dalam konteks yang jelas dan padat.
Dalam bab ini mengandung latar belakang, pengertian judul, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat perancangan, metode pengumpulan data dan
sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, merupakan bab yang mengandung teori dan hasil
penelitian yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Sub bab dari
landasan teori adalah data teoritis dan data faktual.
Bab III Metode Desain, yaitu bab yang menguraikan sistem/proses kerja
dalam perancangan media desain komunikasi visual yang dilakukan melalui
tahapan analisis, sintesis, perencanaan media, perencanaan kreatif dan konseptual
desain.
Bab IV Visualisasi Desain, yaitu proses memvisualisasikan dan menyatukan
ide-ide yang didapat dari data hasil penelitian secara terstruktur dan sistematis.
Pada bab ini memaparkan tentang proses desain, brainstorming, desain prototype
dan media desain.
Bab V Penutup, bab yang mengandung kesimpulan dan saran terkait hasil
penelitian yang telah dilakukan dan daftar pustaka yang menjadi sumber informasi
yang diperoleh selama penelitian.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Data Teoritis


2.1.1 .Pengertian Kasus
Tikar adalah salah satu media efektif yang digunakan sebagai alas benda.
Dari dulu sampai saat ini proses produksi, material dan kualitas tikar
mengalami kemajuan seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan
manusia akan barang yang efektif, berkualitas, ternilai dan memiliki jangka
waktu pakai yang panjang (tahan lama). Produksi tikar yang sudah
mengandalkan tenaga mesin dalam melakukan proses produksi massal dan
material tahan lama seperti karet dan plastik, mengindikasikan bahwa lambat
laun teknologi akan mengambil alih segala aspek produksi yang berperan
penting dalam kehidupan manusia demi tercapainya barang yang berkualitas
dengan mutu yang sama. Namun, hal ini tidak serta merta menjadi tolok ukur
produksi tikar tradisional dengan mengandalkan teknik anyam akan mati.
Mungkin akan menyatakan sebaliknya. Teknik anyam dengan bahan material
tradisional akan menjadi suatu daya tarik di tengah situasi mainstream dengan
sentuhan kreativitas pengerajinnya. Dari fenomena ini timbullah persaingan
antara jenis tikar tradisional dengan modern.
Peranan tikar tradisional yang masih memiliki fungsi dalam beberapa
kegiatan adat dan budaya tradisional tidaklah dapat digantikan dengan tikar
modern. Dari faktor adat, kebutuhan akan produk didorong oleh faktor
spesifik yang menjadikan tikar tradisional sebagai sarana wajib sebagai syarat
berlangsungnya suatu upacara atau kegiatan adat baik sebagai sarana simbolis
maupun fungsional. Sementara dari faktor budaya, kebutuhan produk
didorong oleh adanya motif untuk menjadikan tikar tradisional sebagai bentuk
warisan leluhur yang harus tetap dijaga sebagai ikon budaya yang masih dan
tetap berkembang di era modern. Pernyataan tersebut didukung oleh fakta
dari beberapa kegiatan adat dan budaya yang berlangsung, seperti tikar adat

6
lage hambian yang digunakan dalam adat masyarakat Batak-Angkola sebagai
bentuk simbolis status sosial masyarakatnya dan juga dipergunakan dalam
upacara perkawinan, tikar adat ambahi sorume bagi masyarakat Tolaki yang
dipergunakan dalam upacara perkawinan, ritual adat, musyawarah, dan
penyambutan tamu kehormatan, serta tikeh dadakan yang digunakan oleh
masyarakat Bali sebagai bentuk simbolisme kesuburan dalam upacara
perkawinan. Selama adat-istiadat tradisional tetap menjadi warisan budaya,
maka permintaan terhadap produk akan selalu ada.
Dari sisi lain, produksi tikar modern didorong oleh adanya kebutuhan
akan produk yang memiliki nilai praktis, efisien dan tahan lama serta adanya
gengsi dari beberapa individu yang menjadi pemicu perubahan pola pikir
individu lain. Gengsi tersebut timbul karena adanya rasa ingin mengoleksi
produk berkelas, bermutu dan berkualitas yang masih memiliki kesan modern.
Apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka mereka merasa status sosial mereka
akan turun. Karena itu, barang yang memiliki kesan modern dan menjadi
topik perbincangan akan lebih mudah trending daripada barang yang masih
memiliki kesan tradisional.
Pada nyatanya, tikar tradisional yang menggunakan teknik anyam dan
berbahan dasar daun masih banyak diminati oleh kalangan konsumen.
Sebagai seorang konsumen, penulis memberi tanggapan pribadi bahwa tikar
tradisional memiliki ciri khas yang menjadi keunggulan apabila dibandingkan
dengan jenis tikar modern. Tikar tradisional memiliki kesan yang alami dan
sejuk apabila menjadi alas duduk atau tidur serta materialnya yang membuat
nyaman dan tidak menimbulkan alergi atau iritasi pada kulit seperti
kebanyakan jenis tikar modern. Namun memang fungsi tikar tradisional
tidaklah lebih variatif daripada tikar modern yang digunakan dalam keperluan
berbeda.
Tikar tradisional sendiri masih memiliki mutu dan kualitas yang
bergantung pada skill pengerajinnya. Namun, dalam proses distribusinya
masih mengalami hambatan dan belum maksimal, sehingga penyebaran
informasi belum terjangkau secara luas. Oleh karena itu, dalam

7
mempromosikan tikar tradisional, penulis mengangkat suatu usaha kerajinan
tikar pandan yang berlokasi di Jl. Udayana, Gianyar.
2.1.2 .Teori Desain yang Bisa Digunakan
2.1.2.1 Teori Desain Komunikasi Visual
Kusrianto (2007,2) menyatakan :
DKV adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari
konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui
berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara
visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa
bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna dan
layout (tata letak/perwajahan).
2.1.2.1.1 Elemen-Elemen Grafis Desain Komunikasi Visual
1. Titik
Titik adalah elemen terkecil yang menjadi penghubung
antar garis sehingga membentuk suatu bidang. Pada
dasarnya rangkaian titik dapat membentuk suatu pola ilusi
apabila disusun secara taratur dan terstruktur.

Gambar 2.1 Contoh Titik


.2. Garis
Garis adalah elemen yang menjadi pembentuk suatu
bidang. Seperti halnya titik, garis yang memiliki pola
teratur dapat membentuk ilusi kedalaman suatu bidang.

8
Gambar 2.2 Contoh Garis
i. 3. Bidang
Bidang adalah ruang visual yang dihubungkan oleh
garis. Bidang dapat berbentuk 2 dimensi atau 3 dimensi.
Bidang dapat berbentuk 3 dimensi apabila saling terhubung
sehingga membentuk ilusi ruang.

Gambar 2.3 Contoh Bidang 2D Dan 3D


4. Warna
Secara ilmiah warna adalah spectrum cahaya yang
dihasilkan melalui pembiasan. Warna dalam elemen visual
sendiri sangat berpengaruh dalam membuat suatu desain
terlihat menarik dan mudah dipahami.

Gambar 2.4 Lingkaran Warna

9
2.1.2.2 Teori Periklanan
Iklan merupakan sebuah strategi yang dilakukan oleh produsen untuk
memperkenalkan produk atau jasanya kepada konsumen dan publik
secara luas sebagai suatu usaha untuk menanamkan atau mengubah pola
pikir dan perilaku publik sesuai dengan konten yang terkandung di dalam
suatu iklan.
2.1.2.2.1 Prinsip Dasar Iklan
1. Adanya pesan tertentu
2. Dilakukan oleh komunikator (sponsor)
3. Dilakukan cara non personal
4. Ditujukan untuk khalayak tertentu
2.1.2.3 Teori Tipografi
Tipografi adalah suatu seni dalam menata, mengombinasikan, dan
menciptakan huruf yang dipergunakan dalam penyampaian pesan dalam
media komunikasi visual dengan tujuan mempermudah tingkat
keterbacaan, menciptakan kesan estetis dan kesatuan dalam desain.
Pemilihan tipografi akan mempengaruhi kualitas suatu desain.
2.1.2.3.1 Tipe Font
1. Serif
Tipe huruf serif adalah tipe huruf yang memiliki tangkai
atau kaki. Menurut sejarahnya, asal-usul tipe font ini
mengikuti bentuk pilar-pilar bangunan di Yunani Kuno.
Jenis font ini menggambarkan bentuk yang tegas dan kokoh.
2. Sans Serif
Tipe huruf sans-serif adalah tipe huruf yang tidak
memiliki tangkai atau kaki. Tipe huruf ini memiliki kesan
yang polos dan santai.

10
Gambar 2.5 Perbedaan Serif dan Sans-Serif
3. Script
Tipe huruf script adalah tipe huruf yang lebih
bergelombang dengan lebih mengutamakan unsur estetis
daripada tingkat keterbacaan. Jenis huruf ini biasanya
difungsikan sebagai unsur dekoratif yang mendukung nilai
estetika suatu desain.

Gambar 2.6 Contoh Font Script


2.1.2.4 Teori Warna
Salah satu elemen visual yang berperan penting dalam proses
penyampaian informasi adalah warna. Warna adalah spektrum cahaya
yang tercipta melalui proses pembiasan cahaya. Peranan warna sangat
dominan pada karya seni rupa dan visual dimana warna dapat
menyatakan gerak, jarak, kedalaman, ruang, bentuk, ekspresi atau makna
simbolik lainnya.
2.1.2.4.1 Fungsi Warna Dalam Desain
1. Menarik perhatian
2. Menimbulkan pengaruh psikologis
3. Sebagai unsur dekoratif

11
4. Meningkatkan nilai estetis
2.1.2.4.2 Tingkatan Warna
1. Warna Primer
Warna primer adalah warna pokok yang tidak dapat
diciptakan melalui pencampuran warna lain. Warna primer
antara lain, merah, biru, dan kuning.
2. Warna Sekunder
Warna sekunder adalah warna yang diperoleh melalui
pencampuran antara warna-warna primer. Warna sekunder
antara lain, hijau (pencampuran kuning dengan biru), ungu
(pencampuran merah dengan biru) dan jingga (pencampuran
kuning dengan merah).
3. Warna Tersier
Warna tersier adalah warna yang tercipta dari
pencampuran warna primer dengan warna sekunder. Warna
tersier antara lain, violet, aquamarine, magenta, vermilion,
marigold, dan chartreuse.
2.1.2.5 Teori Semiotika
Secara etimologi, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani
dengan kata dasar semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri sebagai
dasar landasan idealisme kuno dianggap dapat mewakili hal lain yang
bersifat nyata maupun semu. Secara terminologi semotika memiliki
pengertian studi yang memiliki fokus tentang tanda-tanda dan proses
tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kesamaan, analogi, metafora,
simbolisme, makna dan komunikasi.
2.1.2.5.1 Elemen Dasar Semiotika
1. Komponen Tanda
Tanda sebagai kesatuan yang tak dapat dipisahkan dari
dua bidang. Bidang yang dimaksud, yaitu bidang penanda
yang menjelaskan bentuk atau ekspresi dan bidang petanda
yang menjelaskan konsep atau makna.

12
2. Aksis Tanda
Analisis tanda dalam strukturalisme bahasa melibatkan
aturan pengombinasian yang terdiri dari dua aksis, yaitu
aksis pradigmatik (pembendaharaan tanda) dan aksis
sintagmatik (cara pemilihan dan pengombinasian
tanda-tanda).
2. Tingkatan Tanda
Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan
pertandaan,yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi yaitu
tingkatan yang menghasilkan makna yang eksplisit,
langsung dan pasti. Konotasi yaitu tingkatan yang
menghasilkan makna implisit dan tersembunyi.
3. Relasi Tanda
Ada dua bentuk interaksi utama, yaitu metafora dan
metonimi. Metafora adalah sebuah model interaksi tanda,
dimana sebuah tanda di dalam suatu sistem digunakan untuk
menjelaskan makna dalam sistem yang lain. Metonimi
adalah interaksi tanda, dimana sebuah tanda diasosiasikan
dengan tanda lain yang didalamnya terdapat hubungan
antar bagian atau keseluruhan.
2.2 Data Faktual
2.2.1 Awal Mula Produksi
Dari riset yang telah dilakukan, data-data yang diperoleh di lapangan
terhadap usaha tikar pandan Bu Ngari melalui metode observasi dan
wawancara adalah bahwa usaha tikar pandan ini sudah berjalan sejak 19
tahun lalu, tepatnya tahun 2001 saat Bu Ngari menikah dan berstatus menjadi
penduduk Kota Gianyar. Pada awal mulanya kegiatan menganyam tikar ini
dilakukan oleh Bu Ngari sebagai pemenuh kebutuhan adat. Namun beliau
sadar bahwa di tempat beliau tinggal tidak ada usaha serupa. Lambat laun,
hasil olahan pandan Bu Ngari ini menjadi perhatian tetangga sekitar.
Timbullah rasa ketertarikan dan minat dari tetangga sekitar untuk memesan

13
tikar pandan hasil olahan beliau. Dari sini muncul niatan Bu Ngari untuk
melakukan produksi tikar pandan jika ada permintaan. Sebagai catatan bahwa
kerajinan tikar pandan ini sudah digeluti beliau sejak kecil. Tumbuh di
lingkungan pengerajin tikar di Desa Pecatu, Badung, menjadikan kerajinan
tikar pandan sebagai mata pencaharian beliau sejak kecil.
Seiring berjalannya waktu, usaha tikar pandan Bu Ngari menyebar dari
mulut ke mulut, namun masih belum menjangkau konsumen secara luas,
masih dalam lingkup tetangga, kerabat, dan kenalan. Namun, hal ini tidaklah
menghambat produksi tikar Bu Ngari. Setiap ada upacara adat yang
membutuhkan produksi tikar, pasti ada konsumen yang melakukan
pemesanan. Ukuran yang dipesan pun beragam, mulai dari ukuran kecil (1m x
1m), sedang (2m x 3m), hingga ukuran besar (3m x 4m). Selain tikar pandan
beliau juga memproduksi tikar dadakan sebagai sarana wajib dalam upacara
pernikahan adat Bali.
2.2.2 Data Hasil Penjualan
Penulis mendapat informasi statistik data hasil penjualan tikar pandan Bu
Ngari tahun 2019 sebagai berikut :

Tabel 2.1 Statistik Penjualan Tikar Pandan Bu Ngari

14

Anda mungkin juga menyukai