Anda di halaman 1dari 2

2.

Aku adalah seorang lulusan SMA yang tidak melanjutkan kuliah karena
keterbatasan biaya masuk perguruan tinggi. Ayahku sudah meninggal dan ibuku hanyalah
seorang penjual sayur keliling.
Masih dipusingkan dalam mencari pekerjaan dan tidak ada modal karena memang
untuk makan saja pas-pasan. Suatu saat, aku berani meminjam uang kepada paman untuk
modal membuka usaha jualan bakso. Suatu saat karena terjadi konsleting toko kebakaran
dan harus kehilangan mata pencaharian.
Harus mengembalikan uang pinjaman dari paman karena semua modal memang
dari dia. Namun dengan berjuang keras merintis usaha lagi, banyak pelanggan yang
percaya jika masakanku enak dan bernilai jual.
Dengan pinjaman dari bank, merintis usaha lagi dengan sabar dan percaya jika
dagangan akan laris kembali. Alhasil selama enam bulan modal kembali dan bisa
menabung. Uang pinjaman paman bisa dikembalikan, dan cicilan bank bisa dibayar rutin.
Setahun berjalan dagangan bakso semakin ramai dan membuka cabang
dibeberapa tempat. Memiliki 20 karyawan dan 5 cabang. Cicilan bank lunas dan sudah
memiliki tabungan sendiri. Aku bisa merenovasi rumah orang tua dan membuatkan ibu
lapak sayur didepan rumah.
Kerja kerasku selama ini membuahkan hasil. Gagal adalah sukses yang tertunda.
Selagi ada kemauan pasti aka nada jalan terbaik dalam kehidupan. Aku sukses karena
yakin dan percaya rezeki itu selalu ada.
3. Namaku Ari, aku seorang disabilitas kehilangan kaki karena kecelakaan. Sejak
kecil aku suka sekali menggambar, bahkan sering kali juara lomba menggambar dan
melukis. Sayang sekali setelah cacat, cita-citaku menjadi polisi harus kandas
mengenaskan.
Setelah lulus, aku dibuat kebingungan. Sangat tidak percaya diri harus pergi ke
kampus dengan diantar orang tua setiap hari. Apalagi harus bersosial dengan banyak
orang normal disana. Akhirnya aku putuskan untuk tetap dirumah sambil menuangkan
inspirasiku dalam lukisan.
Tahun berikutnya ayahku meninggal. Sedangkan ibuku yang sudah pensiun pun
harus kerepotan membiayai sekolah adikku yang semakin mahal kebutuhannya. Uang
tabungan pun kini juga semakin menipis. Kini ide apalagi yang harus aku perbuat dengan
kondisiku yang cacat ini.
Akhirnya aku putuskan untuk banyak belajar bisnis dengan masuk ke sejumlah
website. Akhirnya menemukan ide jika gambar-gambar bagus bisa dijual secara online.
Dengan sisa tabungan kemudian akun membeli Tab untuk menggambar. Setiap hari kini
aku mulai rajin menggambar dan mengunggah di situs jual beli gambar.
Dalam beberapa waktu hasil karyaku banyak dibeli. Bahkan orderan juga banyak
datang. Kini tabunganku semakin banyak, bahkan untuk kebutuhan keluarga pun kini aku
bisa membantu ibu. Sekarang kamar sudah saya anggap sebagai kantor untuk bekerja.
Cacat bukan sebuah masalah ataupun beban yang membuat diri kita berjalan
mudur. Semua sudah ada yang mengatur, tidak akan ada rejeki yang datang sendiri
karena kitalah yang harus menjemputnya sendiri
4. Di tengah pandemi virus corona sekarang ini, ada banyak hal yang bisa dilakukan
supaya bisa tetap produktif. Baik itu dengan bekerja dari rumah, menjadi relawan, bahkan
melakukan aksi sosial.
Hal ini dilakukan untuk bisa membantu memenuhi kebutuhan sesama, khususnya
kepada mereka yang terpaksa berhenti bekerja.
Dengan bertambahnya kasus orang yang terjangkit virus corona, membuat
masyarakat mulai tergerak hatinya. Masyarakat mencoba untuk membantu para tenaga
medis berjuang melawan virus corona dengan cara membuat APD atau Alat Pelindung
Diri.
Kisah ini menceritakan tentang seorang relawan difabel bernama Nora yang
sedang hangat menjadi perbincangan media. Kisah ini viral setelah videonya yang sedang
menjahit Alat Pelindung Diri dengan memakai mesin jahit diunggah ke laman media
sosial.
Apa yang membuat netizen terharu adalah ia menjahitnya tidak memakai tangan
melainkan dengan kaki. Nora adalah seorang penjahit yang berkebutuhan khusus sebab
tidak memiliki tangan. Baginya, menjadi relawan itu mampu membuat dia gembira.
Nora dan relawan lainnya telah menjahit kain kurang lebih 400 meter. Kain ini
telah dibentuk ke dalam sebuah pola sebelumnya oleh salah satu perguruan tinggi
setempat.
Kemudian dijahit dengan menggunakan mesin jahit untuk bisa mendapatkan
hazmat yang merupakan alat pelindung diri para tenaga medis.
Tentunya ada banyak warganet yang penasaran, seperti apa Nora yang memiliki
keterbatasan fisik mampu menjahit APD. Videonya yang sedang menjahit sudah
diunggah di berbagai media sosial.
Dalam video itu, terlihat ia begitu piawai saat menggunakan mesin jahit mulai
dari menjahit, menggunting, bahkan sampai Alat Pelindung Diri (APD). Bahkan, ia selalu
semangat saat akan menjalani hidupnya dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.
Menurutnya, hidup di dunia ini memang harus bermanfaat bagi orang lain. Saat
menjadi relawan Covid-19, ia bahkan merasa hidupnya semakin berharga dan
membuatnya begitu bahagia.
5. Perjuangan dalam hidup ini tentunya akan mengembangkan kekuatan setiap
orang. Tentunya tanpa perjuangan, tidak pernah tumbuh apalagi bisa menjadi lebih kuat.
Sangat penting bagi setiap orang untuk mengatasi tantangan sendiri dan tidak bergantung
pada bantuan dari orang lain.
Suatu hari ada seorang ayah yang menghukum putrinya berusia 3 tahun karena
membuang gulungan kertas pembungkus emas.
Uang itu begitu sensitif dan ia menjadi geram karena si anak mencoba menghiasi
sebuah kotak untuk diletakkan di bawah pohon. Meskipun demikian, keesokan harinya si
anak itu pun membawa hadiah itu kepada ayahnya dan berkata, "Ayah, ini hadiah
untukmu."
Pria itu pun akhirnya merasa malu dengan reaksi berlebihan sebelumnya, namun
kemarahannya terus berlanjut pada saat dia melihat bahwa kotak itu kosong. Dia marah
dan berkata, "Apa kamu tidak tahu, saat kamu akan memberi seseorang hadiah,
seharusnya ada sesuatu di dalam?
Gadis kecil itu melihat ayahnya sambil menangis, "Ayah, itu sama sekali tidak
kosong. Saya meniup ciuman ke dalam kotak. Semuanya untuk, Ayah". Sang ayah
hancur.
Akhirnya dia memeluk gadis kecilnya dan dia memohon maaf padanya. Lalu
setelah beberapa saat setelah itu, sebuah kecelakaan mengambil nyawa anak itu.

Anda mungkin juga menyukai