Anda di halaman 1dari 124

Buku Penyusunan REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

04 ANALISIS PENGEMBANGAN
WILAYAH KABUPATEN

4.1. ANALISIS KEDUDUKAN DAN PERAN KABUPATEN


DALAM WILAYAH YANG LEBIH LUAS

4.1.1. Analisis Kedudukan dan Peran dalam Jaringan


Konektivitas
Secara umum sektor pertambangan memberikan kontribusi yang sangat
kecil pada pembentukan PDRB Kabupaten Labuhanbatu. Pada tahun 2021,
kontribusinya sebesar 0,67%. Sementara itu, sektor sekunder (sektor industri,
pengolahan, sektor listrik, gas, air bersih dan sektor bangunan), peranannya
dlaam perekonomian cenderung stabil.

Jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Labuhanbatu meningkat dari


tahun 2017 hingga 2018, namun terjadi penurunan yang cukup signifikan di
tahun 2021. Terdapat 124.271 pelanggan di tahun 2020 tetapi pada tahun 2021
hanya 117.041 pelanggan. Meskipun jumlah pelanggan cenderung menurun,
namun daya yang terpasang dan didistribusikan oleh PT.PLN di Kbaupaten
Labuhanbatu meningkat.

Tabel 4.1. Jumlah Pelanggan Listrik di Kabupaten Labuhanbatu Tahun


2017-2021
No Tahun Jumlah Pelanggan
1 2017 107.853
2 2018 113.979
3 2019 120.756
4 2020 124.271
5 2021 117.041

Sumber: BPS Daerah Kabupaten Labuhanbatu 2022

4-1
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

300.000 270.014
245.480
250.000
182.025
200.000
150.812

150.000

100.000

50.000

Daya Terpasang Listrik Terjual

Gambar 4. 1 Daya Terpasang (Ribu KW) dan Listrik Terjual (KWh) pada UP3 PLN di Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2020-2021
Sumber: BPS Daerah Kabupaten Labuhanbatu 2022

Pada tahun 2021, PDAM Tirta Bina telah menyalurkan air bersih khusus
ke wilayah Kabupaten Labuhanbatu sebanyak 2,6 Juta meter kubik dengan nilai
13,31 miliar rupiah. Jumlah pelanggan air bersih sebnayak 16.581 pelanggan.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 87,91% pelanggan merupakan rumah tangga.

4.2. ANALISIS FISIK WILAYAH

4.2.1. Potensi Sumber Daya Alam


Posisi wilayah yang terletak pada pertemuan lempeng Euroasia di dan
lempeng Australia menghasilkan lelehan batuan di bawah permukaan bumi dan
merupakan sumber utama proses mineralisasi yang di permukaan bumi
ditemukan endapan – endapan (deposit) mineral logam, non logam dan panas
bumi. Proses erosi batuan yang diikuti pengendapan (deposisi) material hasil erosi
di bagian timur wilayah Sumatera Utara menghasilkan lapisan lapisan batuan
sedimen yang mengandung minyak dan gas bumi serta air bawah tanah. Bahan
tambang terdiri dari bahan tambang minyak bumi, panas bumi, pertambangan
mineral dan batu bara.

3-2
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

A. Gambut
Gambut merupakan salah satu sumber energi yang banyak terdapat di
Kabupaten Labuhanbatu. Selain sebagai sumber energi, juga dapat
digunakan sebagai media semai. Sebaran lahan gambut terdapat di
Kabupaten Labuhanbatu pada berikut.

Tabel 4. 2 Sebaran Potensi Gambut di Kabupaten Labuhanbatu

Lokasi Koordinat Status Cadangan


Desa Panaitengah Eksplorasi 370.000.000 m³
Kecamatan Bilah Hilir Pendahuluan
Kabupaten Labuhan Batu
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara, 2009

B. Batu Bara
Potensi keberadaan batubara, seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 3 Sebaran Potensi Batubara
Lokasi Koordinat Status Cadangan
Desa Tanjungberingin Penyelidikan 1.000.000 ton
Kecamatan Kualuhhulu Pendahuluan
Kabupaten Labuhan Batu
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara, 2009

C. Mineral
Bahan tambang mineral di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari bahan
tambang mineral radio aktif, mineral logam, mineral bukan logam dan
pertambangan batuan.

1) Mineral Logam
Bahan tambang mineral logam di Kabupaten Labuhanbatu Sumatera Utara
terdiri dari 4 (Empat) jenis dengan sebaran lokasi yang dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 4. 4 Sebaran Potensi Bahan Tambang Mineral Logam


Bahan
No Sebaran Lokasi
Galian
Arsen • Gunung Marisi, Siayu, Batangasih, Batanglubuk, Kab. Mandailing natal
1. • Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu
• Kecamatan Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan
2. Bauksit • Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu
3. Florit • Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu
Wolfram • Aekhabil Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah
4.
• Desa hatapang Kecamatan Na IX-X Kabupaten Labuhanbatu
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara, 2009

3-3
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

2) Bahan Tambang Mineral Bukan Logam dan Batuan


Bahan tambang mineral bukan logam dan batuan yang tersebar adalah
bentonit, batu gamping/batu kapur, zeolit, dolomit, marmer, travertin,
diatomea, trass, andesit, granit, felspar, kaolin, batu mulia, batu apung,
perlit, kalsit, kuarsa, phospat, pasir kuarsa, kuarsit, grafit, mika, oker, talk,
serpentinit, lempung, pasir dan batu (sirtu), pasir laut, arahan lokasi
kegiatan pertambangan tersebar di seluruh kabupaten di Sumatera Utara.

D. Cekungan Air Tanah

Menurut Permen ESDM tentang Cekungan Air Tanah di Indonesia, CAT


dibagi menjadi CAT dalam wilayah provinsi, CAT lintas provinsi, dan CAT lintas
negara. CAT di Kabupaten Labuhanbatu merupakan CAT dalam provinsi
berupa CAT Medan, luas 19.786 Km² dan merupakan CAT lintas Provinsi
berupa CAT Pekanbaru luas 21.799 Km² dengan cakupan seluruh wilayah
kabupaten/kota.

E. Daerah Aliran Sungai

Penetapan Daerah Aliran Sungai (DAS) ditetapkan melalui Keputusan


Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
304/MenLHK/PDASHL/DAS.0/7/2018. Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)
sungai besar/utama di Kabupaten Labuhanbatu tersebut yaitu.

Tabel 4. 5 DAS di Kabupaten Labuhanbatu

NO DAS LUAS HA
1 BARUMUN BILAH 255.176,08
2 KUALUH 10.534,74
3 PANIPAHAN 9.326,60
4 SIAKAP 253,34
5 ULAR 1.884,08
6 WONOSARI 1 1,25
7 WONOSARI 2 0,41
Jumlah 277.176,51

4.2.2. Kemampuan Lahan


Menurut UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup
lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Adapun daya tampung lingkungan hidup

3-4
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau


komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Berbeda dengan hal
tersebut, daya dukung dan daya tampung lahan yang dimaksud dalam Permen
ATR/Ka BPN Nomor 11 Tahun 2021 adalah analisis Satuan Kemampuan Lahan
(SKL), analisis neraca sumber daya alam ekosistem esensial, kebutuhan ruang
dalam bumi, laut, serta udara. Analisis SKL mengacu kepada Permen PU Nomor
20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

Menurut Permen PU No. 20 Tahun 2007, analisis fisik dan lingkungan


wilayah atau kawasan merupakan analisis untuk mengenali karakteristik sumber
daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar
penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/atau kawasan dapat
dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem.
Analisis fisik dan lingkungan wialyah sesuai Permen PU No. 20 Tahun 2007, akan
menghasilkan dua peta terdiri atas peta rekomendasi kemampuan lahan dan peta
rekomendasi kesesuaian lahan. Untuk penyusunan RTRW Kabupaten
Labuhanbatu ini, peta kemampuan lahan akan menggunakan metode
sebagaimana dimaksud dalam Permen PU No. 20 Tahun 2007, sedangkan peta
kesesuaian lahan akan menggunakan metode analisis kesesuaian lahan
pertanian, karena arahan yang sama dari Permen PU No. 20 Tahun 2007.
Pembahasan tentang analisis kemampuan lahan dan kesesuaian lahan diuraikan
pada bagian berikut.

4.2.3. Kesesuaian Lahan


Permen PU No. 20 Tahun 2007 menyebutkan analisis kemampuan lahan
sebagai analisis untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai perkotaan. Sementara itu, Peraturan Menteri Negara
(Permeneg) LH No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung
Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah menyebutkan kemampuan
lahan sebagai karakteristik lahan yang mencakup sifat-sifat tanah, topografi,
drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain untuk mendukung kehidupan atau
kegiatan pada suatu hamparan lahan. Pengertian dari Permen PU No. 20 Tahun
2007 kurang tegas, sedangkan pengertian Permeneg LH No. 17 Tahun 2009 lebih

3-5
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

jelas tentang kemampuan lahan karena menyebutkan karakteristik lahan. Metode


analisis kemampuan lahan dari Permen PU No. 20 Tahun 2007 menggunakan
berbagai peta tematik, sedangkan metode dari Permeneg LH No. 17 Tahun 2009
hanya menggunakan peta lereng, peta jenis tanah, peta erosi, dan peta drainase.
Oleh karena itu, akan digunakan metode kemampuan lahan dari Permen PU No.
20 Tahun 2007.

Peta rekomendasi kemampuan lahan diperoleh dari beberapa analisis


tumpang tindih peta untuk menghasilkan beberapa peta satuan kemampuan
lahan (SKL). Peta tematik yang digunakan terdiri atas 1) peta curah hujan, 2) peta
topografi dan kemiringan lahan, 3) peta geologi dan jenis tanah, 4) peta hidrologi
dan hidrogeologi, 5) peta penutupan lahan, dan 6) peta kerawanan bencana. Peta
tematik tersebut akan mempunyai kriteria, indikator, dan paramater sesuai
dengan karakteristik setiap peta. Peta tematik akan dianalisis untuk
menghasilkan 1) peta SKL morfologi, 2) peta SKL kemudahan dikerjakan, 3) peta
SKL kestabilan lereng, 4) peta SKL kestabilan pondasi, 5) peta SKL ketersediaan
air, 6) peta SKL drainase, 7) peta SKL erosi, 8) peta SKL pembuangan limbah, dan
9) peta SKL bencana alam. Gambaran berikut ini memberikan ilustrasi proses
penyusunan peta kemampuan lahan.

Gambar 4. 2 Proses Penyusunan Peta Kemampuan Lahan

1. SKL Morfologi
Analisis SKL Morfologi bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan lahan dari aspek bentang alam sehingga mengetahui potensi dan

3-6
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

kendala bentang alam yang dapat dikembangkan sesuai dengan fungsinya.


Analisis SKL Morfologi dilakukan dengan tumpang tindih peta topografi, peta
kemiringan lereng, dan peta bentuk lahan, yang kemudian dilanjutkan dengan
penilaian melalui pembobotan sehingga diketahui SKL Morfologi tinggi, cukup,
sedang, kurang, dan rendah.

SKL morfologi cukup masih dimungkinkan untuk pengembangan kawasan


dan lahan, Sedangkan lahan yang memiliki SKL morfologi rendah sampai dengan
morfologi sangat rendah merupakan lahan yang ideal untuk pengembangan
kawasan. Berdasarkan hasil analisis tumpang tindih peta topografi, peta
kemiringan lereng, dan peta bentuk lahan diperoleh Peta SKL Morfologi.
Kemampuan morfologi kurang merupakan yang terluas sekitar 46,94% diikuti
morfologi rendah 23,78%, Morfologi sedang 18,81% dan Morfologi tinggi 1,57%.
Morfologi yang dikembangkan berada di Kawasan Budidaya dengan presentase
tertinggi kemampuan lahan dari morfologi cukup sebesar 52,43%.

Tabel 4. 6 Satuan Kemampuan Lahan Morfologi Kabupaten Labuhanbatu

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1 Morfologi Tinggi 4420,639259 1,59

2 Morfologi Cukup 24594,46317 8,87

3 Morfologi Sedang 52159,84438 18,81

4 Morfologi Kurang 130178,0536 46,94

5 Morfologi Rendah 65947,61832 23,78

Sumber: Hasil Analisis, 2022

2. SKL Kemudahan Dikerjakan

Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan bertujuan untuk mengetahui tingkat


kemudahan lahan untuk pengolahan/pembukaan lahan dalam proses
pembangunan/pengembangan kawasan, sehingga mengetahui potensi dan
kendala lahan atau lahan yang mudah dikerjakan dalam pelaksanaan
pembangunan, baik dari kemudahan digali dan ketersediaan lahan kosong.
Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan dilakukan dengan tumpang tindih peta
topografi, peta kemiringan lereng, peta bentuk lahan, peta penutupan lahan, dan
peta jenis tanah, yang kemudian dilanjutkan dengan penilaian melalui

3-7
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

pembobotan sehingga diketahui SKL Kemudahan Dikerjakan tinggi, sedang,


kurang, dan rendah.

Tingkat kemudahan dikerjakan cukup di Kabupaten Labuhanbatu sebesar


81,91% cenderung mudah dikerjakan. Artinya tingkat kemudahan lahan dapat
digali atau dimatangkan dalam pengembangan Kawasan.

Tabel 4. 7 Satuan Kemampuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan


Kabupaten Labuhanbatu

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1 Kemudahan Dikerjakan Tinggi 10127,57755 3,65

2 Kemudahan Dikerjakan Cukup 227139,215 81,91

3 Kemudahan Dikerjakan Sedang 39491,24407 14,24

4 Kemudahan Dikerjakan Kurang 542,5821274 0,20

Sumber: Hasil Analisis, 2022

3-8
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 3 Peta Satuan Gambar 4…. Peta


Kemampuan LahanSKL Morfologi
Morfologi

3-9
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

GambarKemampuan
Gambar 4. 4 Peta Satuan 4…… Peta SKL Kemudahan
Lahan Dikerjakan
Kemudahan Dikerjakam

3-10
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

3. SKL Kestabilan Lereng

Analisis SKL Kestabilan Lereng bertujuan untuk mengetahui tingkat


kekuatan atau kemantapan lereng dalam menerima beban untuk
pembangunan/pengembangan di atasnya. Analisis SKL Kestabilan Lereng
dilakukan dengan tumpang tindih peta topografi, peta kemiringan lereng, dan peta
bentuk lahan, yang kemudian dilanjutkan dengan penilaian melalui pembobotan
sehingga diketahui SKL Kestabilan Lereng tinggi, sedang, kurang, dan rendah.

Berdasarkan hasil analisis tumpang tindih peta topografi, peta kemiringan


lereng, dan peta bentuk lahan diperoleh Peta SKL Kestabilan Lereng. Kabupaten
Labuhanbatu memiliki SKL kestabilan lereng tinggi (57,42%) dengan luas
159.214,53 Ha, artinya kawasan ini sangat ideal untuk dikembangkan.

Tabel 4. 8 Satuan Kemampuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1 Kestabilan Lereng Tinggi 159214,5391 57,42

3 Kestabilan Lereng Sedang 118057,1462 42,57

4 Kestabilan Lereng Kurang 28,93340906 0,01

Sumber: Hasil Analisis, 2022

4. SKL Kestabilan Pondasi


Analisis SKL Kestabilan Pondasi bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan tingkat kemampuan lahan dalam mendukung bangunan berat
di pengembangan wilayah. Analisis SKL Kestabilan Pondasi dilakukan dengan
tumpang tindih peta topografi, peta kemiringan lereng, peta bentuk lahan, dan
peta jenis tanah, yang kemudian dilanjutkan dengan penilaian melalui
pembobotan sehingga diketahui SKL Kestabilan Pondasi tinggi, cukup, sedang,
kurang, dan rendah.

Berdasarkan hasil analisis tumpang tindih peta topografi, peta kemiringan


lereng, peta bentuk lahan, dan peta jenis tanah diperoleh Peta SKL Kestabilan
Pondasi. SKL Kestabilan Pondasi merupakan SKL yang menggambarkan tingkat
kemampuan lahan dalam mendukung bangunan berat di pengembangan wilayah.

3-11
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tingkat kestabilan pondasi tinggi mencapai 62,65% sehingga dapat


dikembangkan lahan terbangun yang efektif.

Tabel 4. 9 Satuan Kemampuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1 Kestabilan Pondasi Tinggi 173715,394 62,65

2 Kestabilan Pondasi Kurang 103585,2247 37,35

Sumber: Hasil Analisis, 2022

5. SKL Ketersediaan Air


Analisis SKL Ketersediaan Air bertujuan untuk mengetahui tingkat tingkat
ketersediaan air untuk pengembangan wilayah dan kemampuan penyediaan air.
Analisis SKL Ketersediaan Air dilakukan dengan tumpang tindih peta jenis tanah,
peta hidrologi produktivitas akuifer, dan peta hidrogeologi litologi, yang kemudian
dilanjutkan dengan penilaian melalui pembobotan sehingga diketahui SKL
Ketersediaan Air tinggi, sedang, kurang, dan rendah.

Berdasarkan hasil analisis dari tumpang tindih peta jenis tanah, peta
hidrologi produktivitas akuifer, dan peta hidrologi litologi diperoleh Peta SKL
Ketersediaan Air. SKL Ketersediaan Air merupakan SKL yang menggambarkan
tingkat ketersediaan air untuk pengembangan wilayah dan kemampuan
penyediaan air. Tingkat ketersediaan air di Kabupaten Labuhanbatu sebesar
92,09% tinggi, artinya tingkat ketersediaan kapasitas air mencukupi untuk
dimanfaatkan.

Tabel 4. 10 Satuan Kemampuan Kemampuan Lahan Keseterdiaan Air

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1. Ketersediaan Air Sedang 21946,63365 7,91

2. Ketersediaan Air Tinggi 255353,9851 92,09

Sumber: Hasil Analisis, 2022

6. SKL Drainase
Analisis SKL Drainase bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga dapat dihindari

3-12
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

kemungkinan genangan dalam pengembangan wilayah. Analisis SKL Drainase


dilakukan dengan tumpang tindih peta topografi, peta kemiringan lereng, peta
bentuk lahan, dan peta jenis tanah, yang kemudian dilanjutkan dengan penilaian
melalui pembobotan sehingga diketahui SKL Drainase tinggi, sedang, kurang, dan
rendah.

Berdasarkan hasil analisis, Kabupaten Labuhanbatu memiliki SKL


Drainase dengan nilai 63,50% atau masuk kategori kurang sehingga untuk
mengalirkan air hujan/buangan agak lambat.

Tabel 4. 11 Satuan Kemampuan Kemampuan Lahan Drainase

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1 Drainase Cukup 94.073,90 33,92

2 Drainase Kurang 176.083,71 63,50

3 Drainase Tinggi 7.143,01 2,58

Sumber: Hasil Analisis, 2022

3-13
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 5 Peta SatuanGambar 4…. Peta


Kemampuan SKL Kestabilan
Lahan Kestabilan Lereng
Lereng

3-14
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar
Gambar 4. 6 Peta Satuan 4….. Peta
Kemampuan SKL Kestabilan
Lahan Pondasi
Kestabilan Pondasi

3-15
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar
Gambar 4. 7 Peta Satuan 4….. Peta
Kemampuan SKL Kestabilan
Lahan Pondasi
Ketersediaan Air

3-16
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 8 Peta Satuan Kemampuan Lahan Drainase

3-17
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

7. SKL Erosi
Analisis SKL Erosi bertujuan untuk mengetahui tingkat tingkat
keterkikisan tanah suatu wilayah, yang mengakibatkan sedimentasi material
tanah. Analisis SKL Erosi dilakukan dengan tumpang tindih peta topografi, peta
kemiringan lereng, peta bentuk lahan, peta jenis tanah, dan peta penutupan
lahan, yang kemudian dilanjutkan dengan penilaian melalui pembobotan
sehingga diketahui SKL Erosi tinggi, kurang, dan rendah.

Berdasarkan hasil analisis Kabupaten Labuhanbatu SKL Erosi sedang


(73,38 %) dengan luas 72.913,11 Ha, artinya lahan ini bisa direkomendasikan
untuk pengembangan kawasan karena lahan ini cukup dapat menahan erosi
tanah.
Tabel 4. 12 Satuan Kemampuan Kemampuan Lahan Erosi

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1 Erosi Cukup Tinggi 913,08 0,33

2 Erosi Rendah 72913,11 35,83

3 Erosi Sedang 203474,43 73,38

Sumber: Hasil Analisis, 2022

8. SKL Pembuangan Limbah


SKL Pembuangan Limbah bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan suatu wilayah dalam penampungan dan pengolahan limbah, baik
limbah padat maupun limbah cair. Analisis Pembuangan Limbah dilakukan
dengan tumpang tindih peta topografi, peta kemiringan lereng, peta bentuk lahan,
peta jenis tanah, dan peta penutupan lahan, yang kemudian dilanjutkan dengan
penilaian melalui pembobotan.

Berdasarkan hasil analisis, Kabupaten Labuhanbatu memiliki SKL


pembuangan limbah 80.24 sedang dengan luas 163.259,24 Ha, artinya lahan ini
selain memiliki kelerengan yang rendah, juga mampu untuk melakukan proses
pengolahan limbah di tempat. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil analisis SKL
Pembuangan limbah di Kabupaten Labuhanbatu dapat dilihat pada tabel dan
gambar di bawah.

3-18
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 13 Satuan Kemampuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1 Pembuangan Limbah Cukup 33.767,32 16,60

2 Pembuangan Limbah Kurang 6.447,86 3,17

3 Pembuangan Limbah Sedang 163.259,24 80,24

Sumber: Hasil Analisis, 2022

9. SKL Bencana Alam


Analisis SKL Potensi Bencana Alam bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam, khususnya dari aspek geologi,
sehingga dapat mengurangi risiko bencana alam. Analisis SKL Potensi Bencana
Alam dilakukan dengan tumpang tindih seluruh peta kerawanan bencana, yang
kemudian dilanjutkan dengan penilaian melalui pembobotan sehingga diketahui
SKL Potensi Bencana Alam tinggi, sedang, kurang, dan rendah.

Berdasarkan hasil analisis, Kabupaten Labuhanbatu memiliki SKL


bencana alam Kurang (62,84%), artinya kawasan ini tidak memiliki potensi
bencana alam dan layak direkomendasikan untuk pengembangan kawasan.

Tabel 4. 14 Satuan Kemampuan Kemampuan Lahan Bencana Alam

NO KEMAMPUAN LAHAN LUAS HA (%)

1 Bencana Alam Cukup 60.660,13 37,16

2 Bencana Alam Kurang 102.599,11 62,84

Sumber: Hasil Analisis, 2022

3-19
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4…..
Gambar 4. 9 Peta Satuan Kemampuan PetaErosi
Lahan SKL Erosi

3-20
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 10 Peta Satuan Kemampuan Lahan Erosi

3-21
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 11 Peta Satuan Kemampuan Lahan Bencana Alam

3-22
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.2.3.1. Kawasan Peruntukan Industri


Kegiatan industri di Kabupaten Labuhanbatu terdiri atas industri kecil,
menengah, dan besar. Industri kecil dan menengah dilakukan oleh masyarakat di
rumanya masing-masing. Sementara itu, industri besar sudah melakukan
kegiatannya di kavling industri setiap perusahaan, belum terbentuk kawasan
industri terpadu. Kavling industri meliputi 16 pabrik kelapa sawit (PKS) dan 2
pabrik karet.

Peraturan bidang perindustrian mengamanatkan agar kegiatan industri


berlokasi di dalam kawasan industri terpadu. Pasal 7 Peraturan Pemerintah
Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri menyebutkan bahwa:
1. Kawasan Industri dibangun dengan luas lahan paling sedikit 50 (lima puluh)
hektar dalam satu hamparan.
2. Dalam hal Kawasan Industri diperuntukkan bagi Industri Kecil dan Industri
Menengah dapat dibangun dengan luas lahan paling sedikit 5 (lima) hektar
dalam satu hamparan.

Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan


Industri menyebutkan bahwa, perusahaan industri yang akan menjalankan
industri wajib berlokasi di kawasan industri. Kewajiban berlokasi di kawasan
industri dikecualikan bagi:
1. perusahaan industri yang akan menjalankan industri dan berlokasi di daerah
kabupaten/kota yang:
a. belum memiliki kawasan industri; atau
b. telah memiliki kawasan industri tetapi seluruh kaveling industri dalam
kawasan industrinya telah habis.
2. industri kecil dan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup yang berdampak luas; atau
3. industri yang menggunakan bahan baku khusus dan/atau proses
produksinya memerlukan lokasi khusus.

Tindak lanjut untuk merencanakan kawasan peruntukan industri (KPI),


Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30 Tahun 2020 tentang Kriteria Teknis
Kawasan Peruntukan Industri menjelaskan kriteria KPI. Secara jelas, kriteria KPI
dijabarkan pada tabel berikut.

3-23
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 15 Kriteria Kawasan Peruntukan Industri

NO KRITERIA TEKNIS KETERANGAN


1. Kondisi Lahan
1.1. Daya dukung lahan dan daya Peta kemampuan lahan kelas I sampai IV
tampung lahan Peta jasa ekosistem pengaturan rendah hingga sedang
D3TLH pangan dan air rendah hingga sedang
1.2. Tidak berada pada kawasan rawan Peta bencana longsor, banjir, gerakan tanah, gempa bumi,
bencana risiko tinggi tsunami, gunung berapi, dan lainnya
1.3. Topografi/kemiringan tanah ideal Peta morfometri bentang lahan:
paling banyak 15% 0-3%, 3-8%, dan 8-15%
2. Status dan Pola Guna Lahan
2.1. tidak berada pada lahan penguasaan hak ulayat.
adat Tidak ada di Kab. Labuhanbatu
2.2. Tidak berada pada Lahan Pertanian Peta Lahan Baku Sawah > rencana Lahan Sawah
Pangan Berkelanjutan Dilindungi.
2.3. Tidak berada pada kawasan lindung a. Kawasan hutan
b. Sempadan pantai, sungai, danau, mata air
c. Kawasan hutan adat
d. Kawasan konservasi
e. Kawasan lindung geologi (kawasan cagar alam geologi
dan kawasan imbuhan air tanah)
f. Kawasan cagar budaya
g. Kawasan ekosistem mangrove
3. Luas Lahan KPI untuk menjadi lokasi kawasan industri, luas paling
sedikit 50 hektar dalam satu hamparan
KPI untuk menjadi lokasi industri kecil dan industri
menengah, luas paling sedikit 5 hektar dalam satu
hamparan
4. Aksesibilitas
4.1. Jalur transportasi darat yang berupa a. Jalan arteri primer eksisting dan rencana
jalur regional, jalan tol atau stasiun b. Dekat pintu tol eksisting dan rencana
kereta api c. Dekat stasiun kereta api eksisting dan rencana
4.2. Jalur transportasi sungai untuk daerah Dekat pelabuhan eksisting dan rencana
dengan sungai sebagai jalur
transportasi utama
4.3. Jalur transportasi laut yang dekat Dekat pelabuhan eksisting dan rencana
dengan pelabuhan untuk daerah
pesisir
4.4. Jalur transportasi udara Dekat bandar udara eksisting dan rencana
5. Sumber Air Baku
5.1. Air permukaan Dekat dengan sungai, danau, waduk
5.2. Air bersih yang dikelola oleh Peta SPAM jaringan perpipaan atau peta RISPAM
perusahaan daerah air minum
(PDAM)
5.3. Olahan air limbah Industri -
6. Tempat Pembuangan Air Limbah
6.1. Laut
6.2. Air permukaan
6.3. Aplikasi ke tanah
7. Ketersediaan Jaringan Energi dan
Kelistrikan

3-24
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

NO KRITERIA TEKNIS KETERANGAN


7.1. Dekat jaringan distribusi gas
7.2. Dekat jaringan transmisi atau Gardu Peta jaringan transmisi dan Gardu Induk
Induk
8. Ketersediaan Jaringan
Telekomunikasi
8.1. Dekat jaringan serat optik Peta jaringan serat optik
8.2. Dekat jaringan BTS Peta BTS
9. Kepadatan Permukiman
Kepadatan permukiman/perumahan
rendah hingga sedang
10. Kesesuaian dengan Rencana
Pembangunan Industri Daerah
10.1. Perwilayah industri di Rencana a. industri unggulan Kabupaten LabuhanBatu meliputi:
Pembangunan Industri Provinsi 1) industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka berupa
(RPIP) industri pengolahan karet dan barang dari karet;
2) industri hulu agro meliputi industri karet, industri
olefood, industri kimia, dan industri kemurgi
b. Kawasan Industri Panai Hulu (sudah ada)
c. sentra IKM
10.2. Perwilayah industri di Rencana
Pembangunan Industri
Kabupaten/Kota (RPIK)
Sumber: Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30 Tahun 2020

Sebelum mengidentifikasi lokasi KPI, perlu dilakukan evaluasi terhadap


lokasi KPI yang sudah ada di Perda No. 3 Tahun 2016 tentang RTRW Kabupaten
Labuhanbatu Tahun 2015-2035. RTRW Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-
2035 merencanakan KPI terdiri atas:
1. pengolahan hasil perkebunan (industri menengah dan besar sekitar 175
hektar;
2. pengolahan hasil perikanan tangkap industri menengah.

Berdasarkan peta digital RTRW Kabupaten Labuhanbatu tahun 2016, ada


2 (dua) lokasi KPI. Kedua lokasi tersebut, dikaji berdasarkan kriteria permenperin
di atas dan penampakannya menggunakan citra satelit Google Earth terbaru.
Secara jelas, evaluasi kesesuaian KPI di RTRW tahun 2016 diuraikan pada tabel
berikut.

Tabel 4.16. Evaluasi KPI di RTRW Tahun 2016

3-25
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

NO KPI di RTRW Tahun 2016


1.

Kesesuaian lokasi KPI:


a. Lokasi KPI di Kecamatan Bilah Hulu memiliki luas 141 hektar.
b. Lokasi KPI tidak berada di kawasan rawan bencana tinggi.
c. Kemiringan lereng dominan 3-8% dan sianya 15-25%. KPI di kemiringan lereng15-25%
tidak layak menurut peraturan bidang perindustrian.
d. Lokasi KPI berada di sekitar sawah yang direncanakan sebagai Lahan Sawah Dilindungi.
e. Lokasi KPI tidak berada di kawasan hutan dan kawasan lindung lainnya. Lokasi KPI berada
di kawasan perkebunan kelapa sawit yang sudah mempunyai Hak Guna Usaha.
f. Luas lokasi KPI sekitar 141 ha, yang sudah sesuai peraturan bidang perindustrian untuk
industri besar.
g. Lokasi KPI sekitar 500 meter dari jalan arteri primer dan jalan kolektor primer. Lokasi KPI
jauh dari transportasi sungai, laut, dan udara.
h. Sumber air baku tersedia, karena lokasi KPI berada dekat dengan Sungai Aek Kudur.
i. Tempat pembuangan air limbah bisa di sungai atau membuat sistem pengolahan air limbah
mandiri.
j. Jaringan transmisi listrik SUTT atau gardu induk berada jauh dari lokasi KPI.
k. Jaringan BTS tersedia di sekitar lokasi KPI.
l. Kepadatan permukiman/perumahan masih sedang.
m. Lokasi KPI belum disebutktan dalam perwilayahan industri di Rencana Pembangunan
Industri Provinsi.
Sebaiknya lokasi KPI diganti dengan lokasi lain yang lebih sesuai dengan kriteria peraturan
bidang perindustrian.

3-26
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

NO KPI di RTRW Tahun 2016


2.

Kesesuaian lokasi KPI:


a. Lokasi KPI di Kecamatan Panai Hilir memiliki luas 34 hektar.
b. Lokasi KPI berada di kawasan rawan bencana banjir tinggi.
c. Kemiringan lereng dominan di bawah 3% dan layak menurut peraturan bidang perindustrian.
d. Lokasi KPI berada di sekitar sawah yang direncanakan sebagai Lahan Sawah Dilindungi.
e. Lokasi KPI berbatasan dengan Hutan Lindung dan kawasan lindung lainnya.
f. Luas lokasi KPI sekitar 34 ha, yang sudah sesuai peraturan bidang perindustrian untuk
industri kecil dan menengah.
g. Lokasi KPI tidak berada di jalan arteri primer dan jalan kolektor primer dan belum layak
menurut peraturan bidang perindustrian. Lokasi KPI berada dekat dengan sungai dan sudah
tersedia transportasi laut berupa pelabuhan pengumpan regional.
h. Sumber air baku tersedia, karena lokasi KPI berada dekat dengan sungai besar Kualuh Panai.
i. Tempat pembuangan air limbah bisa di sungai atau membuat sistem pengolahan air limbah
oleh pemerintah kabupaten.
j. Jaringan transmisi listrik SUTT atau gardu induk berada jauh dari lokasi KPI.
k. Jaringan BTS tersedia di sekitar lokasi KPI.
l. Kepadatan permukiman/perumahan masih rendah.
m. Lokasi KPI sesuai perwilayahan industri di Rencana Pembangunan Industri Provinsi.
Sebaiknya lokasi KPI diganti dengan lokasi lain yang lebih sesuai dengan kriteria peraturan
bidang perindustrian.
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022

Kriteria di atas, dianalisis melalui peta tematik terkait. Hasilnya, diperoleh


beberapa usulan lokasi KPI baru. Beberapa lokasi tersebut, dipilih sehingga lokasi
KPI terpilih terdiri atas:
1. lokasi KPI skala besar meliputi:
a. Kecamatan Bilah Hulu di Desa Perbangungan, Desa Pematang Seleng,
Desa Gunung Selamat;
b. Kecamatan Pangkatan di Desa Kampung Padang;
2. lokasi KPI skala kecil dan menengah meliputi:
a. Kecamatan Panai Hilir di Desa Sei Baru;

3-27
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

b. Kecamatan Pangkatan di Desa Kampung Padang.


Jenis industri yang dapat dikembangkan terdiri atas:
1. industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka berupa industri pengolahan karet
dan barang dari karet meliputi:
a. karet untuk keperluan umum;
b. karet untuk keperluan khusus antara lain untuk kesehatan, otomotif, dan
elektronik;
2. industri barang modal, komponen, bahan penolong, dan jasa industri berupa
industri komponen dari karet meliputi
a. pengolahan karet dan barang dari karet antara lain ban pnumatic, ban
luar, dan ban dalam;
b. ban vulkanisir;
c. barang karet untuk keperluan industri dan komponen otomotif;
3. industri hulu agro meliputi
a. industri karet;
b. industri oleofood meliputi Olein, Stearin, Gliserol, Palm Fatty Acid Distillate
(PFAD), coco butter substitute, margarin, shortening, other specialty fats,
specialty fats (coco butter substitute), Tocopherol, Betacaroten, Asam
organik dan alkohol dari limbah industri sawit, dan specialty fats bahan
tambahan pangan;
c. industri oleokimia meliputi asam lemak nabati, fatty alcohols, fatty amine,
methyl ester sulfonat (biosurfactant), biolubricant (rolling oils), gliserin yang
berbasis kimia (glycerine based chemicals), minyak atsiri, Isopropil
Palmitat (IPP), Isopropil Miristat (IPM), asam stearat (stearic acid), methyl
esters, plastik bio berbasis limbah industri sawit, dan polimer uturnan
minyak sawit;
d. industri kemurgi meliputi biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester/FAME),
bioetanol, biogas dari palm oil mill effluent (POME), biomaterial untuk
peralatan medis, aromatic building blocks berbasis lignin untuk sintesis
obat/farmasi, dan bioetanol berbahan baku lignoselulosa dan limbah
biomassa.

3-28
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 12 Peta Kesesuaian Kawasan Peruntukan Industri

3-29
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.2.3.2. Kawasan Permukiman

Struktur dan formasi geologi mempunyai banyak pengaruh langsung/tidak


langsung pada penggunaan lahan. Relief/topografi sangat berhubungan erat
dengan keadaan geologinya. Formasi geologi sangat mempengaruhi struktur
wilayah dan merupakan bahan dasar dari bahan induk tanah. Oleh karena itu,
adanya informasi tentang geologi sangat memudahkan dalam mengevaluasi
potensi (kemampuan dan kesesuaian lahan) untuk suatu penggunaan tertentu.
Keadaan geologi suatu wilayah/ kawasan mempunyai keterkaitan dengan proses
kegiatan pemanfaatan ruang. Keadaan geologi dimaksud terdiri atas:
1. sifat fisik tanah dan batuan, menentukan kestabilan lahan untuk keperluan
pendirian struktur bangunan, kesuburan tanah, dan cadangan air tanah;
2. kestabilan lereng, untuk memperkirakan kemungkinan potensi terjadinya
longsoran, rayapan, dan robohan;
3. kehadiran sesar aktif atau yang mungkin aktif dan pusat episentrum yang
ada dengan skala magnitude dan intensitas;
4. kontur muka air tanah atau kedalaman muka air tanah dan potensi air
permukaan;
5. ketebalan tanah atau kedalaman hingga mencapai batuan;
6. penyebaran luas setiap wilayah banjir yang ada dan yang mungkin ada,
penyebaran wilayah bencana geologi lainnya seperti longsoran dan
amblesan, gunung api dengan penyebaran produk dan batas-batas
penyebaran banjir gelombang pasang.
Hubungan antara keadaan geologi dengan pemanfaatan ruang
(penggunaan lahan) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 17 Hubungan Antara Keadaan Geologi Dengan Penggunaan Lahan


PENGGUNAAN LAHAN
Bangunan

Bangunan

Pertanian
Penggalia
Sampah
Ringan

Bahan

Jalan
Berat

Baku

Sifat Fisik Tanah & Batuan + + + + + + +


Kestabilan lereng + + - - + + -
KEADAAN
GEOLOGI

Kehadiran sesar aktif - + - - - + -


Kedalaman air tanah + + + + - - +
Potensi air permukaan - - - - - - +
Ketebalan tanah + + - + - - +
Bencana alam + + + + + + +

3-30
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Sumber: Sampurno, Kumpulan Edaran Kuliah Geologi Teknik, Jurusan Teknik Geologi-ITB
Keterangan: (+) banyak berpengaruh, (-) kurang berpengaruh

Kemiringan lahan suatu kawasan akan ikut berpengaruh terhadap


peruntukan lahan, seperti jaringan jalan, jaringan drainase, peletakan bangunan-
bangunan, dan aspek visual. Semakin tinggi topografi/ morfologi bentang
alamnya menunjukkan semakin keras batuan/ litologi yang menyusunnya,
sehingga semakin sulit untuk mengolah tanahnya. Hubungan antara kemiringan
lahan dengan pemanfaatan ruang (penggunaan lahan) dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4. 18 Hubungan Antara Kemiringan Lahan Dengan Penggunaan Lahan

KEMIRINGAN LAHAN/ LERENG (%)


NO PENGGUNAAN LAHAN
0-3 3-5 5-10 10-15 15- 20 20-30 30-40 > 40
1 Rekreasi Umum ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
2 Padang Rumput ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
3 Pertanian ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
4 Bangunan Terhitung ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
5 Perumahan Konvesional ✓ ✓ ✓ ✓
6 Trotoar ✓ ✓ ✓ ✓
7 Sistem Septictank ✓ ✓ ✓ ✓
8 Jalan Kota ✓ ✓ ✓ ✓
9 Pusat Perdagangan ✓ ✓
10 Industri/ Pabrik ✓ ✓
11 Drainase ✓ ✓
12 Jalan Raya ✓ ✓
13 Gudang ✓
14 Parkir ✓
15 Taman Bermain ✓

Sumber: Sampurno, Kumpulan Edaran Kuliah Geologi Teknik, Jurusan Teknik Geologi, ITB

Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya erosi


dan longsor. Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar dengan makin
curamnya lereng. Makin curam lereng makin besar pula volume dan kecepatan
aliran permukaan yang berpotensi menyebabkan erosi. Selain kecuraman,
panjang lereng juga menentukan besarnya longsor dan erosi. Makin panjang
lereng, erosi yang terjadi makin besar. Pada kemiringan lahan >40% longsor sering
terjadi, terutama disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi. Dari uraian di atas,
kriteria kesesuaian lahan permukiman diuraikan pada tabel berikut.

3-31
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 19 Kriteria Kesesuaian Kawasan Permukiman

KRITERIA KESESUAIAN
SUMBER KESIMPULAN
KAWASAN PERMUKIMAN
Memiliki akses menuju pusat PP tentang RTRWN 1. Memiliki akses menuju
kegiatan masyarakat di luar pusat kegiatan masyarakat
kawasan
Memiliki kelengkapan PP tentang RTRWN 2. Memiliki kelengkapan
prasarana, sarana, dan utilitas prasarana, sarana, dan
pendukung utilitas pendukung
Berada di luar kawasan yang PP tentang RTRWN dan
ditetapkan sebagai kawasan Permen PU No. 41 Tahun 2007
rawan bencana
Topografi datar sampai Permen PU No. 41 Tahun 2007 3. Topografi datar sampai
bergelombang (kelerengan tentang Pedoman Kriteria bergelombang (kelerengan
lahan 0 - 25%) Kawasan Budi Daya lahan 0 - 25%)
Tersedia sumber air Permen PU No. 41 Tahun 2007 4. Tersedia sumber air
Drainase baik sampai sedang Permen PU No. 41 Tahun 2007 5. Drainase baik sampai
sedang
Tidak berada pada wilayah Permen PU No. 41 Tahun 2007 6. Tidak berada pada wilayah
sempadan sungai/ pantai/ sempadan sungai/ pantai/
danau/ waduk/ mata air/ danau/ waduk/ mata air/
saluran saluran pengairan/ rel
pengairan/ rel kereta api kereta api
Tidak berada pada kawasan Permen PU No. 41 Tahun 2007 7. Tidak berada pada
lindung kawasan lindung
Tidak terletak pada kawasan Permen PU No. 41 Tahun 2007
budi daya
pertanian/penyangga
Menghindari sawah irigasi Permen PU No. 41 Tahun 2007 8. Menghindari sawah irigasi
teknis teknis
Lereng (baik <8%, sedang 8- Buku Ajar Klasifikasi Tanah
15%, buruk >15%) dan Kesesuaian Lahan, 2010
Banjir (baik dan sedang, tanpa Buku Ajar Klasifikasi Tanah 9. Banjir (baik dan sedang,
banjir, buruk: banjir sering) dan Kesesuaian Lahan, 2010 tanpa banjir, buruk: banjir
sering)

Sumber: Olahan dari berbagai sumber, 2022

Dari kriteria di atas, kesesuaian lahan permukiman di Kabupaten


Labuhanbatu berada di lokasi ibu kota kabupaten dan sekitarnya, ibu kota
kecamatan saat ini dan sekitarnya, pusat desa saat ini dan sekitarnya, dan
permukiman-permukiman yang berada di sekitar kawasan pertanian tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan kawasan fungsional lainnya.

4.2.4. Geologi Tata Lingkungan


Analisis geologi tata lingkungan memberikan informasi tentang
karakteristik lingkungan geologi suatu lokasi/wilayah berdasarkan keterpaduan
dari aspek sumber daya geologi sebagai faktor pendukung dan aspek bencana
geologi sebagai faktor kendala. Aspek geologi sebagai kendala pembangunan

3-32
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

terkait dengan bahaya geologi seperti gempa bumi, tsunami, likuifaksi, gerakan
tanah, dan gunung api; sedangkan geologi sebagai pendukung pembangunan
terkait dengan sumber daya geologi mencakup keberadaan air tanah, bentuk
morfologi, serta daya dukung tanah/ batuan untuk pondasi bangunan. Kedua
kom-ponen geologi tersebut perlu disajikan secara menyeluruh dengan tujuan
untuk mengurangi dan menyelesaikan masalah lingkungan dan penataan ruang
dapat tercapai. Informasi geologi tata lingkungan dapat membantu mengatasi
permasalahan lingkungan dan upaya pengelolaannya melalui rekomendasi
penggunaan lahan dan juga menyediakan alternatif pemecahan
permasalahannya. lahan dan juga menyediakan alternatif pemecahan
permasalahannya. Analisis geologi tata lingkungan mencakup komponen terdiri
atas:
1. komponen sumber daya geologi meliputi:
a. produktifitas akuifer untuk memenuhi kebutuhan air bersih, dengan
menggunakan peta hidrogeologi produktifitas akuifer skala 1:50.000;
b. morfologi untuk kemudahan konstruksi dan aksesibilitas, dengan
menggunakan peta morfologi atau kelerengan lahan skala 1:5.000;
c. sifat fisik tanah/batuan untuk kemudahan fondasi, dengan
menggunakan peta hidrogeologi litologi akuifer skala 1:50.000;
2. komponen bahaya geologi meliputi:
a. gempa bumi menggangu stabilitas konstruksi, dengan menggunakan
peta kawasan rawan bencana gempa bumi skala 1:50.000;
b. tsunami potensi landaan terkait dengan kerusakan lahan, bangunan,
dan konstruksi, dengan menggunakan peta kerentanana tsunami skala
1:50.000;
c. kerentanan gerakan tanah terkait dengan kemantapan konstruksi,
dengan menggunakan peta kerentanan gerakan tanah skala 1:50.000;
d. letusan gunungapi terkait dengan kerusakan lahan dan bangunan,
dengan menggunakan peta kawasan rawan letusan gunungapi skala
1:50.000;
3. komponen penyisih geologi meliputi:
a. zona sesar aktif;
b. bahaya gunungapi;
c. kerentanan gerakan tanah;
4. komponen penyisih nongeologi meliputi:

3-33
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

a. kawasan lindung;
b. lokasi lapangan terbang;
c. banjir dengan tinggi genangan ≥3 m;
d. sungai utama;
e. jalur rel kereta api.

Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara memberi nilai (bobot) pada


setiap parameter bahaya geologi dan sumber daya geologi. Besarnya nilai
ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan suatu parameter terhadap
pembangunan perkotaaan. Dalam hal ini kepentingan untuk alokasi kegiatan
dengan jenis penggunaan lahan pemukiman, industri, perdagangan, dan jasa.
Semakin penting suatu parameter untuk pembangunan perkotaan maka
bobotnya akan semakin besar, sebaliknya semakin kurang penting suatu
parameter dalam pembangunan maka bobot¬nya semakin kecil. Dalam
mengintegrasikan informasi bahaya geologi dan sumber daya geologi dilakukan
melalui analisis kuantita¬tif dan tumpang susun dengan menggunakan Sistem
Informasi Geografis (SIG).

Nilai bobot setiap komponen satuan kelas geologi tata lingkungan


perkotaan ditentukan sesuai tingkat kepentingan pengembangan wilayah yang
dimaksud. Dalam hal ini untuk kepentingan pengembangan kawasan perkotaan.
Penentuan nilai bobot dilakukan secara judgment yang melibatkan 10 ahli geologi
tata lingkungan yang bekerja di Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi pada
tahun 2006. Adapun masing-masing besarnya nilai (bobot) setiap parameter dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 20 Komponen Sumber Daya Geologi

No. Komponen Bobot Kisaran Kelas Nilai Skor


1 Produktifitas 14 Tinggi (>10 lt/dt) Baik 3 42
akuifer (untuk Sedang (5 - 10 lt/dt) Sedang 2 28
memenuhi
Rendah (<5 lt/dt) Buruk 1 14
kebutuhan air
bersih)
2 Morfologi (untuk 8 Datar (0 – 5%) Baik 3 24
kemudahan Landai (5 – 15%) Sedang 2 16
konstruksi dan
Terjal (>15%) Buruk 1 8
aksesibilitas)
3 Sifat Fisik 2 N-SPT kg/cm2 ton/m2 Jenis material
Tanah/batuan (Pembor- (Son- (Qall) permukaan
(untuk an) dir)
kemudahan
fondasi)

3-34
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

No. Komponen Bobot Kisaran Kelas Nilai Skor


Keras >50 > 150 > 21,6 Batuan Baik 3 6
(tanah
pelapukan
<1,5m)

Ketebalan hingga 5 m
Sedang 30– 50 60-150 7,2- Tanah residu 2 4
21,6 (>1,5m) Sedang
Pasir
&kerikil(<5m)
Lunak < 30 < 60 <7,2 Lanau, pasir, Buruk 1 2
dan kerikil
(<5m),
Lempung,
Lumpur,
lempung
organik dan
gambut.

Sumber: Badan Geologi, Kemen ESDM, 2006


Catatan: parameter di atas merupakan aspek pendukung karena suplai air, kemudahan akses suatu tempat
serta dasar tumpuan konstruksi bangunan diperlukan dimanapun dalam pembangunan sehingga bobotnya
harus positif (+).

Tabel 4. 21 Komponen Bahaya Geologi

No Komponen Bobot Kisaran Kelas Nilai Skor


1. Gempabumi -4  Richter MMI
(menggangu <0,05 g <5 I–V Baik 0 0
stabilitas <V
konstruksi)
0,05-0,15g 5-6 VI,VII Sedang 1 -4
VII – VIII
>0,15g >6 VIII – XII Buruk 2 -8
> VII
2. Tsunami -3 Tinggi Ketinggian
(Potensi landaan tempat
Landaan) Tidak Tidak Baik 0 0
(terkait dengan Berpotensi Berpotensi Rendah
kerusakan
lahan, 0 –1,5 m 5 – 15 m Sedang 1 -3
bangunan, dan <1m Rendah
konstruksi) 1–3m Menengah
>1,5 m <5m Buruk 2 -6
>3m Tinggi
3. Kerentanan -2 Sangat rendah Baik 0 0
gerakan tanah Rendah Sedang 1 -2
(terkait dengan
Menengah Buruk 2 -4
kemantapan
konstruksi)
4. Gunungapi -1 Aman Baik 0 0
(terkait dengan Kawasan Rawan I Sedang 1 -1
kerusakan
Kawasan Rawan II Buruk 2 -2
lahan dan
bangunan)

Sumber: Badan Geologi, Kemen ESDM, 2006

3-35
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 22 Komponen Penyisih Geologi

No Komponen Kriteria Kelas Keterangan


1. Zona sesar aktif Jarak< 100 meter Tidak Layak Berkaitan dengan faktor
2. Bahaya gunungapi Kawasan Rawan III Tidak Layak keamanan
3. Kerentanan gerakan Kerentanan Tinggi Tidak Layak
tanah

Sumber: Badan Geologi, Kemen ESDM, 2006

Tabel 4. 23 Komponen Penyisih Nongeologi

No Komponen Kriteria Kelas Keterangan


1 Kawasan lindung Dalam Kawasan Tidak Layak Berkaitan dengan peraturan dan
Lindung perundang-Undangan
2 Lokasi lapangan Jarak< 100 meter Tidak Layak Menghindari polusi suara resonansi
terbang dan gangguan penerbangan
3 Banjir dengan Dalam Daerah Tidak Layak Gangguan mobilitas dan
tinggi genangan ≥ GenanganBanjir kenyamanan, pencemaran, wabah
3m penyakit dan lain-lain.
4 Sungai Utama Jarak < 100 m Tidak Layak
5 Jalur Rel Kereta Jarak < 15 m Tidak Layak
Api

Sumber: Badan Geologi, Kemen ESDM, 2006

Zonasi pengembangan kawasan perkotaan merupakan hasil analisis


komponen geologi tata lingkungan yang ditentukan berdasarkan penjumlahan
nilai. Berdasarkan penjumlahan seluruh nilai parameter geologi tata lingkungan
akan diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah. Berdasarkan kisaran nilai
tertinggi dan nilai terendah ditentukan 5 zonasi pengembangan kawasan
perkotaan/tingkat keleluasaan untuk pengembangan perkotaan, meliputi leluasa,
cukup leluasa, agak leluasa, kurang leluasa, dan tidak leluasa. Adapun klasifikasi
zona pengembangan wilayah Kabupaten berdasarkan penjumlahan skor
komponen geologi tata lingkungan dapat dilihat pada gambar berikut.

Tabel 4. 24 Kelas Zona Kesesuaian Lahan

Kesesuaian Lahan Tinggi Kesesuaian Lahan sedang Kesesuaian Lahan rendah


(50-72) (26-49) (2-25)

1. Kesesuaian tinggi mempunyai faktor pendukung tinggi, faktor kendala


rendah, mudah dillaksanakan dan biaya rendah;
2. Kesesuaian Sedang mempunyai faktor pendukung berimbang dengan faktor
kendala, pengerjaan sedang, biaya sedang; dan
3. Kesesuaian Rendah mempunyai faktor pendukung rendah, faktor kendala
tinggi, pengerjaan sulit, biaya tinggi.

3-36
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Berdasarkan hasil analisis komponen geologi tata lingkungan di Kabupaten


Labuhanbatu, diperoleh hasil zona kesesuaian lahan sebagai berikut:

Tabel 4. 25 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Aspek Geologi Lingkungan


Kabupaten Labuhanbatu

Tingkat Kesesuaian Lahan (Ha)


Kecamatan
Tinggi Sedang Rendah
Bilah Barat 3073,89 23.869,12 2.146,51
Bilah Hilir 24.364,07 22.839,09 -
Bilah Hulu 2.365,80 35.572,13 49,34
Panai Hilir 22.893,39 16.245,06 0,00
Panai Hulu 12.383,32 10.205,60 -
Panai Tengah 49.750,07 8.687,84 -
Pangkatan 19.219,02 7.868,66 12,33
Rantau Selatan 847,38 4.711,40 956,86
Rantau Utara 3.458,76 5.233,96 433,50
Total Luas 138.355,70 135.232,85 3.598,53

Sumber: Hasil Analisis, 2022

3-37
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 13 Peta Geologi Lingkungan

3-38
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.2.5. Kawasan yang Masih Memiliki Potensi Ekonomi dan Lestari


4.2.5.1. Kehutanan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.579/Menhut-


II/2014 tentang Peta Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara juncto Peta
Lampiran Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
6609/MENLHKPKTL/KUH/PLA.2/11/2021 tanggal 27 Oktober 2021 tentang
Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara Sampai
Dengan Tahun 2020.

Tabel 4. 26 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Labuhanbatu

No Kawasan Hutan Luas (Ha)


1 Hutan Lindung 18.119,99
2 Hutan Produksi Tetap 14.595,42
3 Hutan Produksi Terbatas 2.488,61
4 APL 232.434,21
5 AIR 7.615,90
Jumlah 275.254,14
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.2.5.2. Kelautan dan Perikanan

Statistik perikanan dibedakan atas atas data Perikanan Tangkap dan


Perikanan Budidaya. Perikanan Tangkap diklasifikasikan atas penangkapan ikan
di laut dan penangkapan ikan di perairan umum. Perikanan Budidaya
diklasifikasikan atas jenis budidaya yaitu budidaya laut, tambak, kolam,
karamba, jaring apung, dan sawah. Produksi perikanan di Kabupaten
Labuhanbatu pada tahun 2021 sebesar 8.346,58 ton yang berasal dari produksi
perikanan tangkap sebesar 7.167,81 ton dan budidaya sebesar 1.178,77 ton.

Tabel 4. 27 Komoditas Produksi Perikanan Kabupaten Labuhanbatu


Produksi Perikanan (Ton) Produksi Perikanan (Ton)
Tahun 2021 Tahun 2043
No Komoditas Prov Prov
Kab Kab
Sumatera LQ Ket Sumatera LQ Ket
Labuhanbatu Labuhanbatu
Utara Utara
Perikanan 424.876, NON NON
1 7.167,81 0.97 10.034,93 594.826,40 0.98
Tangkap 00 BASIS BASIS
Perikanan 55.393,0
2 1.178,77 1.22 BASIS 1.650,28 77.550,20 1.24 BASIS
Budidaya 0

Sumber: Hasil Analisis, 2022

3-39
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Berdasarkan hasil analisis LQ komoditas perikanan di Kabupaten


Labuhanbatu, pada tahun 2021 komoditas perikanan tangkap merupakan
komoditas non basis. Sedangkan pada tahun 2043 perikanan budidaya memiliki
potensi sebagai komoditas basis di Kabupaten Labuhanbatu.

4.2.5.3. Pertambangan

Secara umum sektor pertambangan memberikan kontribusi yang sangat


kecil pada pembentukan PDRB Kabupaten Labuhanbatu. Kontribusinya pada
tahun 2021 hanya sebesar 0,67 Persen. Sementara itu, sektor sekunder (sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas, air bersih dan sektor bangunan),
peranannya dalam perekonomian cenderung stabil. Sektor ini digerakkan oleh
beberapa kegiatan penambangan batuan dan pasir yang tersebar di beberapa
kecamatan. Kegiatan pertambangan batuan dan pasir merupakan salah satu bahan
baku dalam kegiatan konstruksi, namun memiliki dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan. Dengan demikian pengembangan sektor pertambangan
dalam waktu mendatang perlu dilakukan secara selektif. wilayah kabupaten
labuhanbatu terdapat potensi pertambangan non logam yang berada di Kecamatan
Bilah Barat, Bilah Hulu dan Rantau Selatan.

4.2.5.4. Pariwisata

Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK) adalah suatu


ruang pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan
dengan komponen kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema produk
wisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan
kawasan tersebut. Klaster pengembangan pariwisata ini dibagi menjadi tiga
yaitu kawasan Bahari, kawasan sejarah, dan kawasan perkotaan dan tirta.
Dengan pertimbangan karakter kawasan maka KPPK di Kabupaten Labuhanbatu
terdiri dari tiga area yaitu KPPK 1 Pesisir/Pantai, dan sekitarnya, KPPK 2 Kota
Tua Labuhan Bilik dan sekitarnya dan KPPK 3 Kota Rantauprapat dan sekitarnya.
Masing-masing DPK, KPPK, dan KSPK tercantum dalam penjelasan berikut ini.

3-40
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 28 Rencana Pengembangan Kawasan Pariwisata Kab. Labuhanbatu

No DPK KPPK KSPK


1. DPK Pesisir KPPK Pesisir/Pantai, KSPK 1 Pesisir Pantai
Pantai dan Kota dan sekitarnya Daya tarik wisata unggulan
Tua Labuhan Bilik KSPK 1:
Pantai Alam Lestari Kahona
Tema: rekreasi pantai

2. DPK KPPK Kota Tua KSPK 2 Labuhan Bilik dan


Rantauprapat dan Labuhan Bilik dan sekitarnya
sekitarnya sekitarnya
Tema: Eksplorasi kota tua
peninggalan sejarah
Daya tarik wisata unggulan KSPK:
Kota Tua Labuhan Bilik

KPPK Kota KSPK 3 Rantauprapat


Rantauprapat dan Tema: Wisata kota dan wisata tirta
sekitarnya Daya tarik unggulan: Air Terjun
Linggahara, Permandian Alam
Markusasak, dan Susur Sungai

Sumber: Puspar, 2019

Pertimbangan untuk penetapan Kawasan Strategis Pariwisata


Kabupaten (KSPK) adalah:
1. memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan
pariwisata;
2. memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya
Tarik Wisata unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal secara
luas;
3. memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun
khususnya internasional;
4. memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;
5. memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup;
6. memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
7. memiliki kekhususan dari wilayah;
8. berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan
pasar wisatawan potensial nasional maupun regional; dan
9. memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.

3-41
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Berdasarkan pertimbangan diatas, maka di kawasan yang menjadi


kawasan strategis pariwisata adalah kawasan Pantai Alam Lestari, Labuhan
Bilik dan Rantauprapat dan sekitarnya. Pengembangan wisata di Kabupaten
Labuhanbatu bisa dilakukan dengan mengembangkan paket-paket wisata
yang menarik. Pengembangan wisata suatu daerah harus pula
mengembangkan aspek 3A (aksesibilitas, amenitas dan atraksi).
a. Aksesibilitas → Pengembangan jalan akses menuju destinasi wisata harus
didukung dengan moda transportasi yang murah dan memadai.
b. Amenitas → kenyamanan wisatawan harus didukung dengan fasilitas
sanitasi yang bersih, lingkungan di sekitar destinasi wisata harus bersih
juga.
c. Atraksi → menambahkan atraksi di destinasi-destinasi wisata utama untuk
menarik minat wisatawan berkunjung. Atraksi budaya lokal bisa dikemas
dengan baik.

Sosialisasi kepada masyarakat untuk bisa memberikan keramahan


(hospitality) menerima tamu atau wisatawan asing. Dukungan masyarakat ini
sangat penting bagi pengembangan destinasi wisata yang ada di Kabupaten
Labuhanbatu. Semenjak adanya pandemi Covid-19 yang berakibat terhadap
pembatasan pergerakan di Indonesia dan seluruh dunia, sektor pariwisata sangat
terpengaruh baik dari industri wisata hulu hingga hilir, tidak terkecuali dengan
Kabupaten Labuhanbatu yang ikut terimbas akibat adanya pembatasan
pergerakan selama pandemi terhadap sektor pariwisata. Dengan adanya
kelonggaran pembatasan pergerakan oleh pemerintah, diharapkan dapat kembali
meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke Kabupaten Labuhanbatu. Untuk
memulihkan kegiatan di sektor pariwisata penerapan protokol sertifikasi CHSE
(Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental Sustainability) serta digital
tourism menjadi kunci pengembangan pariwisata di Tanah Air pada masa pandemi
COVID-19. Digital tourism sebagai salah satu strategi yang efektif dalam
mempromosikan berbagai destinasi dan potensi pariwisata Indonesia melalui
berbagai platform. Digital tourism tidak hanya sekadar mengenalkan namun juga
menyebar keindahan pariwisata secara luas untuk meningkatkan jumlah
wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia. Saat ini semua dilakukan
melalui internet, mulai merencanakan perjalanan, pre-on-post journey, hampir
seluruhnya dilakukan secara digital. Membangun spot-spot wisata Instagramable,

3-42
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

dapat menjadi salah satu strategi mempromosikan tempat wisata secara gratis
agar dapat meningkatkan wisatawan.

4.3. ANALISIS EKONOMI WILAYAH


Analisis perekonomian wilayah menjelaskan struktur ekonomi, laju
pertumbuhan ekonomi, penentuan lapangan usaha unggulan yang di dalamnya
menjelaskan emnegnai basis ekonomi, struktur ekonomi, klasifikasi lapangan
usaha hingga kesimpulan dari hasil analisis tersebut.

A. Analisis Ekonomi Regional Persektor PDRB


Analisis ini dilakukan dalam kurun waktu 2017-2021, hal ini bertujuan
untuk melihat tingkat sektor yang memiliki potensi unggulan berdasarkan
tingkat analisis tersebut.
PDRB Regional → PDRB Perkabupaten Labuhanbatu di Provinsi Sumatera Utara
a = Regional share
PS = Proportional Shift / Pergeseran Proporsional (PP)
DS = Differensial Shift / Pergeseran Differensial/ Pergeseran Pangsa
Wilayah (PPW)
SSA = Shift Share Analysist / Hasil Analisis Shift Share
PB = Pergeseran Bersih
Analisis LQ → bertujuan untuk melihat sektor basis pada kawasan
LQ = Sektor Basis (LQ > 1)
Sektor Non Basis (LQ < 1)
PB = Progresif / cepat (PB ≥ 0)
Mundur / Lambat (PB ≤ 0)
Analisis Tipologi Klassen → bertujuan melihat sektor unggulan
Unggulan = (LQ > 1 & PB > 0)
Potensial = (LQ < 1 & PB > 0)
Berkembang = (LQ > 1 & PB < 0)
Terbelakang = (LQ < 1 & PB < 0)

4.3.1. Struktur Ekonomi


Berdasarkan besar kontribusi/peranan/sumbangan dari masing-masing
sektor terhadap jumlah PDRB/pendapatan secara keseluruhan dari suatu

3-43
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

daerah dapat ditentukan karakteristiknya, apakah termasuk daerah


berkarakteristik pertanian, industri atau kegiatan lainnya.

Tabel 4. 29 Struktur Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017-2021


Peranan
NO Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 24,28 23,64 23,55 24,43 25,86
B Pertambangan dan Penggalian 0,68 0,67 0,66 0,65 0,67
C Industri Pengolahan 35,37 35,56 34,79 34,73 34,70
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Limbah, dan Daur Ulang
F Konstruksi 9,01 8,88 9,07 8,60 8,32
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
G 16,63 17,31 18,01 17,81 17,50
Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 1,78 1,78 1,82 1,79 1,68
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,57 1,54 1,51 1,43 1,32
J Informasi dan Komunikasi 0,66 0,68 0,68 0,70 0,69
K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,27 1,23 1,18 1,16 1,12
L Real Estate 2,88 2,89 2,85 2,81 2,67
M,N Jasa Perusahaan 0,18 0,18 0,18 0,18 0,17
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan,
O 3,31 3,23 3,24 3,22 2,98
dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 1,74 1,76 1,79 1,83 1,71
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,45 0,45 0,47 1,05 0,43
R,S,T,
Jasa Lainnya 0,11 0,11 0,11 0,11 0,10
U
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017-2021, Hasil Analisis, 2022

Kabupaten Labuhanbatu memiliki sektor dengan perhitungan hasil struktur


ekonomi tertinggi pada industri pengolahan selanjutnnya sektor terbesar kedua
adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dan sektor tertinggi ketiga
adalah perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor.

3-44
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Struktur Ekonomi (%)


40,00

35,00

30,00
2017
25,00
2018
20,00 2019
15,00 2020
10,00 2021

5,00

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Gambar 4.14. Struktur Ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017-2021


Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017-2021, Hasil Analisis, 2022

4.3.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi


Laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana kinerja berbagai
sektor ekonomi dalam menghasilkan nilai tambah atau pendapatan masyarakat
dalam satu periode. Untuk mengetahui fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut
secara riil dari tahun ke tahun, digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
(ADHK 2010). Pertumbuhan yang positif menunjukkan terjadinya peningkatan
kinerja perekonomian dan sebilknya bila negatif menunjukkan terjadinya
penurunan kinerja perekonomian yang dilaksanakan dibanding periode
sebelumnya.

Tabel 4. 30 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2010


Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Labuhanbatu 2017-2021
(Persentase)

Tahun
NO Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,38 5,78 7,02 3,20 6,30
B Pertambangan dan Penggalian 5,02 5,31 4,41 -1,23 8,99
C Industri Pengolahan 4,42 4,80 2,79 -0,61 3,21
D Pengadaan Listrik dan Gas 3,94 1,41 4,30 5,35 3,09
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah,
6,67 5,18 6,55 2,21 2,26
dan Daur Ulang
F Konstruksi 6,79 1,19 6,35 -5,72 2,99
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil
5,96 6,41 6,47 -1,40 3,28
dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 8,56 6,50 6,97 -2,10 -0,97
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,60 4,21 4,45 -3,44 -0,16
J Informasi dan Komunikasi 8,57 8,99 3,89 4,74 4,46

3-45
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tahun
NO Lapangan Usaha
2017 2018 2019 2020 2021
K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,83 2,22 1,40 1,73 2,56
L Real Estate 7,56 3,35 0,27 1,49 0,25
M,N Jasa Perusahaan 7,46 4,19 2,36 0,76 -0,62
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
2,52 4,77 5,65 -0,03 0,39
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 4,93 6,55 5,01 2,96 1,29
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,24 4,46 4,13 -1,37 -1,30
R,S,T,U Jasa Lainnya 4,96 4,26 7,51 -3,61 3,33
PDRB 5,00 5,06 5,07 0,09 3,85

Sumber: BPS Labuhanbatu, Hasil Analisis 2022

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhanbatu setiap sektornya


ditahun 2017-2021 mengalami perubahan yang naik turun. Melihat dari table laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2017-2021 rata-rata laju
pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dan kenaikan disetiap sektornya.
Pada tahun 2021, laju pertumbuhan tertinggi di Kabupaten Labuhanbatu dengan
pertumbuhan sebesar 3,85% sedangkan pertumbuhan ekonomi terkecil pada
tahun 2020, yaitu 0,09%. Dengan dilakukan berbagai upaya pemerintah dalam
memulihkan stabilitas perekonomian yang pada akhirnya berhasil mengalami
peningkatan di tahun 2020.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)


7,00

6,00 6,09 5,97


5,71
5,00 5,23 5,04 5,06 5,06 5,07
5,00

4,00 3,85
3,00

2,00

1,00

0,00 0,09
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

PDRB ADHK

Gambar 4. 15 Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2010


Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Labuhanbatu 2017-2021 (Persentase)
Sumber: BPS Labuhanbatu, Hasil Analisis 2022

3-46
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Pada tahun 2020, terjadi perlambatan laju pertumbuhan ekonomi


dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Dengan adanya pandemi global ini
mengakibatkan berbagai aktivitas masyarakat mulai dibatasi untuk menekan
laju penyebaran pandemi ini. Adanya pemberlakukan pembatasan kegiatan
masyarakat (PPKM) menyebabkan sebagian kegiatan masyarakat terhenti dan
berdampak pada melemahnya perputaran roda perekonomian. Sehingga laju
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Labuhanbatu melambat dari 5,07% di
tahun 2019 menjadi 0,09% di tahun 2020.

4.3.3. Penentuan Lapangan Usaha Unggulan


Untuk menentukan sektor pada Lapangan Usaha unggulan dengan
mengacu kepada tiga analisis yang telah dilakukan yaitu dari hasil perhitungan
LQ, Shift Share, dan Tipology Klassen maka dapat di lakukan dengan gabungan
ketiga analisis tersebut.

Penentuan ini menjadi hal penting sebagai dasar perencanaan


pembangunan daerah saat ini, dimana daerah memiliki kesempatan serta
kewenangan untuk membuat kebijakan sesuai dengan potensi daerah demi
mempercepat pembangunan ekonomi daerah.
Dalam penentuan sektor di dalam usaha unggulan ini perlunya ukuran
sektor menuut Usya (2006) yaitu: pertama sektor unggulan emmiliki laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kedua sektor unggulan memiliki angka
penyerapan tenaga kerja yang relatif besar, ketiga sektor unggulan memiliki
keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang, dan
keempat sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

4.3.3.1. Basis Ekonomi

Besarnya laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah ditentukan oleh


besarnay ekspor yang dilakukan oleh wilayah tersebut. Sektor ekonomi yang
mampu melakukan ekspor ke daerah lain berarti produktifitas sektor tersebut
dapat memenuhi permintaan dari wilayah tersebut dan masih dapat
mengekspornya ke wilayah lain, dengan kata lain sektor ini tidka hanya
bergantung dari permintaan yang ada di daerah sendiri.

3-47
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Perbedaan kondisi geografis dan sumber daya antara satu daerah dengan
daerah yang lain membuat setiap daerah emmiliki keuntungan dalam beberapa
sektor kegiatan ekonomi. Keuntunga tersebut dapat dijadikan suatu kegiatan
basis ekspor oleh suatu daerah. Apabila kegiatan sektor perekonomian yang
menjadi keunggulan ini dapat dioptimalkan sehingga terjadi pertumbuhan yang
baik, maka sektor tersebut dapat dijadikan sebagai sektor kunci yang
mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah tersbeut.

Berdasarkan hasil analisis, sektor lapangan usaha yang merupakan


tergolong Basis adalah Pertanian, Kahutanan dan Perikanan dan Industri
Pengolahan. Hal ini dikarenakan nilai LQ sektor tersebut lebih dari 1. Sektor
tersebut berarti memenuhi komoditasnya ke luar wilayah. Sedangkan untuk
sektor tergolong Non-Basis adalah pertambangan dan penggalian; pengadaan
listrik dan gas; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang;
kontruksi; perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor;
transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum;
informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan suransi; real estate; jasa
perusahaan; administrasi pemerinyahan, pertahananm dan jaminan sosial wajib;
jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; jasa lainnya. Sektor tersebut
tergolong Non-Basis dikarenakan nilai LQ yang kurang dari 1. Komoditas Non-
Basis ini dalam memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri masih kurang sehingga
membutuhkan impor.

3-48
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 31 Analisis LQ PDRB Kabupaten Labuhanbatu


PDRB ADHB (Miliar Rupiah) Kab Labuhanbatu LQ Lapangan Usaha Lapangan Usaha Basis/Non Basis
Lapangan Usaha
NO 2017 2021 2033 2044 2017 2021 2033 2044 2017 2021 2033 2044
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.047,77 9.724,26 21.056,60 42.752,24 1,14 1,17 1,27 1,36 BASIS BASIS BASIS BASIS
B Pertambangan dan Penggalian 197,85 250,46 441,066373 740,9502618 0,52 0,53 0,56 0,59 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
C Industri Pengolahan 10.269,39 13.049,57 23.191,02 39.285,60 1,74 1,78 1,86 1,94 BASIS BASIS BASIS BASIS
D Pengadaan Listrik dan Gas 16,39 20,63 35,8350394 59,4473487 0,49 0,48 0,45 0,43 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E Limbah, dan Daur Ulang 9,48 11,30 17,2237097 25,34667124 0,31 0,30 0,28 0,26 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
F Konstruksi 2.616,56 3.129,58 4.809,49 7.131,17 0,66 0,62 0,53 0,46 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
G Mobil dan Sepeda Motor 4.827,05 6.581,07 13.847,51 27.385,72 0,95 0,93 0,87 0,83 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
H Transportasi dan Pergudangan 516,35 630,70 1019,36939 1582,940604 0,35 0,40 0,54 0,72 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
Penyediaan Akomodasi dan Makan
I Minum 455,9 495,14 603,654192 723,8969468 0,66 0,64 0,59 0,55 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
J Informasi dan Komunikasi 191,26 260,98 550,258307 1090,258229 0,33 0,30 0,24 0,19 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
K Jasa Keuangan dan Asuransi 369,26 422,92 585,707147 789,4372795 0,40 0,38 0,33 0,29 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
L Real Estate 836,99 1.002,92 1548,02064 2304,506814 0,58 0,52 0,41 0,32 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
M,N Jasa Perusahaan 51,36 63,23 104,145086 164,5488111 0,17 0,16 0,14 0,13 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan,
O dan Jaminan Sosial Wajib 959,52 1.118,88 1.617,84 2.268,50 0,89 0,84 0,73 0,64 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
P Jasa Pendidikan 504,55 644,04 1157,00052 1979,486495 0,95 0,92 0,84 0,77 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 130,49 162,32 274,081398 443,024891 0,47 0,44 0,37 0,32 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
R,S,T,U Jasa Lainnya 31,38 38,90 65,1420753 104,4995083 0,19 0,19 0,19 0,20 NON BASIS NON BASIS NON BASIS NON BASIS
PDRB 29.031,57 37.606,18 69.982,93 123.665,12 1,00 1,00 1,00 1,00

Sumber: BPS Labuhanbatu , Hasil Analisis 2022

3-49
Buku Penyusunan REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.3.3.2. Struktur dan Pergeseran Ekonomi

Pergeseran struktur ekonomi yang terjadi merupakan dampak yang terjadi


akibat proses pertumbuhan ekonomi. Wiwekananda (2016) menyebutkan bahwa
tingkat perubahan struktural dan sektoral yang tinggi, berkaitan dengan proses
pertumbuhan ekonomi. Sektor ekonomi tidak hanya berpengaruh terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
tingkat penyerapan kerja, tetapi juga berperan penting terhadap laju
pertumbuhan ekonomi. Metode shift share adalah analisis daerah dengan
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar.

Penyebab pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dapat diuraikan menjadi


komponen shift dan komponen national share. Dimana komponen shift dapat
dipecah lagi menjadi komponen proportional shift dan komponen differential
shift. Nilai dari komponen proportional shift disebut juga nilau pengaruh bauran
industri, sedangkan nilai dari komponen differential shift disebut juga nilai
komponen lokasional/regional (Tarigan, 2005). Persamaan yang digunakan pada
analisis shift share adalah sebagai berikut.

𝑋 (𝑡1) Xi (t1) X (t1) 𝑋𝑖𝑗 (𝑡1) 𝑋𝑖(𝑡1)


SSA = ( − 1) + ( − )+( − )
𝑋(𝑡0) 𝑋𝑖 (𝑡0) 𝑋 (𝑡0) 𝑋𝑖𝑗 (𝑡0) 𝑋𝑖𝑗 (𝑡0)
(a) (b) (c)

a = Komponen regional share


b = Komponen proportional shift
c = Komponen differential shift
X = Nilai total aktivitas dalam total wilayah
Xi = Nilai total aktivitas tertentu dalam total wilayah
=
Proportional Shift
PP > 0 = Sektor terspesialisasi tumbuh cepat
PP < 0 = Sektor terspesialisasi tumbuh lambat

Differential Shift
PPW > 0 = Sektor unggul komparatif, dapat bersaing di luar wilayah,
kompetitif
PPW < 0 = Sektor tidak unggul komparatif, tidak dapat bersaing di luar
wilayah kompetitif

PBB
PP + PPW = PB > 0 Sektor Progresif
PP + PPW = PB < 0 Sektor Tidak Progresif

4-50
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4.32. Analisis Shift and Share


PDRB ADHK (Miliar Rupiah) Regional Pergeseran
Proportional Differential Proportional Differential
NO Lapangan Usaha Kab. Labuhanbatu Prov Sumatera Utara Share Struktur
Shift (P) Shift (D) Shift (P) Shift (D)
2017 2021 2017 2021 (R) Ekonomi
E r,i,t-n E r,i,t E N,i,t-n E N,i,t
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5992,49 7441,51 121.300,04 141.601,18 738,97 263,95 446,10 1449,02 1 1
B Pertambangan dan Penggalian 151,05 178,78 6.440,54 7.069,09 18,63 -3,89 12,99 27,73 0 1
C Industri Pengolahan 6947,28 7676,76 92.777,25 97.928,00 856,71 -471,02 343,79 729,48 0 1
D Pengadaan Listrik dan Gas 16,42 18,86 677,08 788,92 2,02 0,69 -0,27 2,44 1 0
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
6,91 8,09 475,82 555,17 0,85 0,30 0,03 1,18 1 1
E Limbah, dan Daur Ulang
F Konstruksi 1761,88 1841,07 61.175,99 68.300,49 217,27 -12,08 -126,00 79,19 0 0
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
3422,13 3948,19 85.436,75 98.560,07 422,00 103,64 0,41 526,06 1 1
G Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 367,88 406,28 22.961,90 21.676,36 45,37 -65,96 59,00 38,40 0 1
Penyediaan Akomodasi dan Makan
305,11 320,16 11.282,16 11.888,96 37,63 -21,22 -1,36 15,05 0 0
I Minum
J Informasi dan Komunikasi 181,55 224,92 12.933,95 17.386,19 22,39 40,11 -19,12 43,37 1 0
K Jasa Keuangan dan Asuransi 253,29 273,91 14.601,55 16.017,94 31,23 -6,67 -3,95 20,62 0 0
L Real Estate 537,43 566,58 20.637,93 23.728,14 66,27 14,20 -51,32 29,15 1 0
M,N Jasa Perusahaan 33,84 36,14 4.368,69 4.711,10 4,17 -1,52 -0,35 2,30 0 0
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan,
579,96 644,36 15.463,27 18.174,36 71,52 30,16 -37,28 64,40 1 0
O dan Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 378,73 441,95 9.802,14 11.429,92 46,70 16,19 0,33 63,22 1 1
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 92,01 97,42 4.699,93 5.092,08 11,35 -3,67 -2,27 5,41 0 0
R,S,T,U Jasa Lainnya 20,21 22,57 2.496,24 2.743,87 2,49 -0,49 0,36 2,36 0 1
PDRB 21048,17 24147,55 487.531,23 547.651,84 2595,59 -117,27 621,06 3099,38
Sumber: BPS Kabupaten Labuhanbatu, BPS Provinsi Sumatera Utara, Hasil Analisis 2022

3-51
Buku Penyusunan REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Berdasarkan hasil analisis,dapat diketahui bahwa terdapat sektor yang cepat dan
komperatif adalah sektor : pertanian, kehutanan, dan perikanan; Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; dan Jasa Pendidikan. Selanjutnya, untuk
sektor terspesialisasi tumbuh cepat yakni sektor : Pengadaan Listrik dan Gas; dan
Informasi dan Komunikasi.Terakhir, terdapat sektor yang komperatif yaitu :
pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; transportasi dan
pergudangan; dan jasa lainnya.

4.3.3.3. Klasifikasi Lapangan Usaha


A. Analisis Tipologi Klassen
Analisis tipologi klassen dapat digunakan untuk menggambarkan pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. Pola dan struktur
beruparata-rata PDRB perkapita dan rata-rata laju PDRB. Hasil analisis tipologi
Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektorm
usaha atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah.

Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat diperluas tidak


hanya di tingkat sektor tetapi juga subsektor, usaha ataupun komoditi)
menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda berupa:
a) Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I). Kuadran ini
merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih
besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (g) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih besar
dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi
acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi
lebih besar dari g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kuadran I dapat pula
diartikan sebagai sektor yang potensial karena memiliki kinerja laju
pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar daripada daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional.
b) Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II). Sektor yang berada pada kuadran ini
memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g),
tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (si) yang lebih besar
dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang

4-52
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan
dengan gi lebih kecil dari g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kategori ini
juga dapat dikatakan sebagai sector yang telah jenuh.
c) Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III).
Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai
pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah
yang menjadi acuan atau secara nasional (g), tetapi kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB (si) lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (s).
Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan si lebih
kecil dari s. Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang
sedang booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih kecil
dibandingkan rata-rata nasional.
d) Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh sektor yang
memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara nasional (g) dan
sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB (si) yang lebih kecil
dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (s).

Pertumbuhan Sektoral
No Kontribusi Sektoral
gi>=g gi<g
Sektor maju dan sektor maju tapi
1 si>=s
tumbuh pesat tertekan
sektor potensial/masih sektor relative
2 si<s
dapat berkembang tertinggal

Tabel 4. 33 Analisis Tipologi Klassen


Kab. Prov. Sumatera
Labuhanbatu Utara KUADR
NO Lapangan Usaha
Kontrib LPE Kontribu LPE AN
usi (%) (%) si (%) (%)
(si) (gi) (s) (g)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 25,86 6,30 22,04 3,87 1
B Pertambangan dan Penggalian 0,67 8,99 1,25 1,92 3
C Industri Pengolahan 34,70 3,21 19,52 1,43 1
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 3,06 0,11 4,93 4
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan
E 0,03 2,28 0,10 3,62 4
Daur Ulang

3-53
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

F Konstruksi 8,32 2,99 13,46 2,18 3

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan


G 17,50 3,28 18,91 3,62 4
Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 1,68 -0,97 4,17 -3,63 3
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,32 -0,17 2,05 -0,81 3
J Informasi dan Komunikasi 0,69 4,46 2,34 6,51 4
K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,12 2,56 2,97 4,46 4
L Real Estate 2,67 0,25 5,11 2,50 4
M,N Jasa Perusahaan 0,17 -0,63 1,03 -0,14 4
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
O 2,98 0,39 3,54 2,08 4
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 1,71 1,29 1,86 3,05 4
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,43 -1,30 0,99 0,25 4
R,S,T,
Jasa Lainnya 0,10 3,34 0,54 1,43 3
U
Sumber: BPS Labuhanbatu, BPS Sumatera Utara, Hasil Analisis, 2022

Dari hasil tabel diatas, menunjukkan posisi sektor lapangan usaha. Sektor
yang termasuk daerah maju dan cepat tumbuh adalah sektor petanian,
kehutanan, dan perikanan dan industri pengelola berada pada kuadran I.
Sedangkan sektor pengadaan listrik dan gas; Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan
Asuransi; Real Estate; Jasa Perusahaan; Jasa Pendidikan dan Jasa Kesehatan
dan Kegiatan Sosial berada di kuadran IV yang merupakan daerah maju tapi
tertekan.

4.3.3.4. Kesimpulan
Hasil Kesimpulan akhir dari analisis ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Perekonomian Provinsi Sumatera Utara memberikan kontribusi sebesar
Rp.858,89 trilium terhadap perekonomian Nasional pada kategori Pertanian,
kehutanan dan perikanan.
2. Sektor dominan PDRB Provinsi Sumatera Utara berupa Pertanian, kehutanan
dan Perikanan sebesar 22,04 %
3. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2044 terdapat pada Kabupaten
LabuEkonomi Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2021 tumbuh sebesar 2,6 persen,

mengalami pemulihan meskipun belum normal seperti sebelum pandemi covid19.

3-54
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Pada tahun 2021, Kabupaten Labuhan Batu tumbuh 3,85 persen yang merupakan

pertumbuhan tertinggi di Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Kota Pematangsiantar

mengalami pertumbuhan terkecil yaitubsebesar 1,25 persen.hanbatu (11,11%)


dengan sektor informasi dan komunikasi Location Quotient (LQ) Index pada
data PDRB sektoral antar daerah dalam provinsi merupakan salah satu cara
untuk mengetahui sektorsektor basis di masing-masing daerah secara relatif
dibandingkan dengan ktivitas sektor-sektor tersebut pada level provinsi.
4.

4.4. ANALISIS JARINGAN TRNASPORTASI DAN SISTEM


PERGERAKAN

4.4.1. Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Transportasi Darat


Jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu terdiri atas jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa. Jalan nasional yang ada berupa Jalan
Arteri Primer (JAP), berjumlah 6 ruas jalan nasional dengan panjang 121,19 Km.
Jalan provinsi terdapat 5 ruas jalan dengan panjang 141,5 Km. Jaringan jalan
dengan status jalan kabupaten berjumlah 364 ruas dengan panjang 1.107,17 km.
Penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat diutamakan untuk
memenuhi kebutuhan jaringan jalan yang sudah ada (eksisting) sesuai dengan
kewenangan penyelenggaraan jalan berdasarkan status jalan
(provinsi/kabupaten/kota). Sasaran penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan
masyarakat untuk:

1. Meningkatnya kualitas layanan jalan provinsi/kabupaten/kota;


2. Tersedianya konektivitas wilayah provinsi/kabupaten/kota.

Indikator penyediaan jalan untuk melayani kebutuhan masyarakat terdiri


atas:

1. Persentase tingkat kondisi jalan provinsi/kabupaten/kota baik dan sedang,


2. Persentase terhubungnya pusat-pusat kegiatan dan pusat produksi
(konektivitas) di wilayah provinsi/kabupaten/kota.

Sasaran RPJMN untuk jalan adalah meningkatnya kemantapan jalan


nasional. Persentase target capaian standar pelayanan minimal penyediaan jalan
untuk melayani kebutuhan masyarakat melalui peningkatan kualitas layanan

3-55
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

jalan provinsi/kabupaten/kota adalah tingkat kondisi jalan (baik dan sedang).


Kondisi jalan baik dan sedang merupakan jalan mantap, sedangkan kondisi jalan
rusak ringan dan rusak berat merupakan jalan tidak mantap. Tingkat
kemantapan jalan merupakan hasil pembagian panjang jalan baik dan sedang
dengan total panjang jalan. Sementara itu, jalan tidak mantap merupakan hasil
pembagian panjang jalan rusak ringan dan rusak berat dengan total panjang
jalan.

Ruas jalan utama yang menjadi penunjang dalam sektor transportasi


adalah ruas jalan sepanjang Rantau Prapat - Bilah Hulu, Rantau Prapat - Panal
Hilir, dan Rantau Prapat - Kota Pinang (Kabupaten Labuhanbatu Selatan). Dari
data jalan yang ada, dapat dihitung tingkat kemantapan jalan di Kabupaten
Labuhanbatu. Secara jelas, tingkat kemantapan jalan disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 4. 34 Tingkat Kemantapan Jalan Tahun 2022

TIDAK
KONDISI JALAN (KM) MANTAP
MANTAP
NO. KECAMATAN
SEDAN RUSAK RUSAK
BAIK KM % KM %
G RINGAN BERAT
1. Bilah Hulu 51,51 31,28 7,66 22,87 82,79 13,68 30,53 7,93
12,1
2. Pangkatan 42,99 14,69 2,17 44,68 57,68 9,53 46,85
7
15,3
3. Bilah Barat 83,32 27,39 9,15 49,99 110,71 18,30 59,14
6
17,3
4. Bilah Hilir 56,93 9,14 4,8 61,84 66,07 10,92 66,64
1
5. Panai Hulu 18,48 15,72 2,08 27,13 34,20 5,65 29,21 7,59
12,4
6. Panai Tengah 6,00 42,99 0,53 47,42 48,99 8,10 47,95
5
14,9
7. Panai Hilir 3,12 10,49 0,6 57,12 13,61 2,25 57,72
9
8. Rantau Selatan 45,54 40,62 8,25 10,59 86,16 14,24 18,84 4,89
9. Rantau Utara 69,68 35,22 6,9 21,27 104,90 17,34 28,17 7,32
Total Panjang Jalan 385,0 100,
377,57 227,54 42,14 342,91 605,11 100,00
(Km) 5 00

Sumber: Hasil Analisis, 2022

Aksesibilitas jalan menghubungkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah


kabupaten/kota. Kriteria aksesibilitas adalah bahwa setiap pusat kegiatan (PK)
dalam suatu wilayah terhubungkan oleh jaringan jalan sesuai statusnya sehingga

3-56
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

tidak ada satupun PK yang belum terhubungkan (terisolasi). Jika masih ada PK
yang belum terhubungkan, maka perlu diketahui tentang rencana pembangunan
jalan penghubung yang menghubungkan PK yang terisolasi tersebut. Nilai
aksesibilitas adalah panjang jalan yang menghubungkan seluruh PK, dinyatakan
dalam presentase panjang jalan yang terbangun pada tahun akhir pencapaian
SPM terhadap panjang total jalan yang menghubungkan seluruh PK dalam
wilayah sesuai statusnya.

Sementara untuk sarana transportasi darat, terminal yang tersedia masih


terbatas prasarana dan tingkat pelayanannya. Pasal 60 PP No. 79 Tahun 2013
menyebutkan bahwa, terminal penumpang menurut pelayanannya
dikelompokkan dalam tipe yang terdiri atas:

1. Terminal penumpang tipe A merupakan terminal yang fungsi utamanya


melayani kendaraan umum untuk angkutan lintas batas negara dan/atau
angkutan antarkota antarprovinsi. Terminal) dipadukan dengan pelayanan
angkutan antarkota dalam provinsi, angkutan perkotaan, dan/atau angkutan
perdesaan.

2. Terminal penumpang tipe B merupakan terminal yang fungsi utamanya


melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi.
Terminal dipadukan dengan pelayanan angkutan perkotaan dan/atau
angkutan perdesaan.

3. Terminal penumpang tipe C merupakan terminal yang fungsi utamanya


melayani kendaraan umum untuk angkutan perkotaan atau perdesaan.

Lebih rinci, Pasal 67 PP No. 79 Tahun 2013, Peraturan Menteri


Perhubungan Nomor PM 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal
Penumpang Angkutan Jalan dan Rapermenhub tentang Tata Cara dan Kriteria
Penetapan Simpul dan Lokasi Terminal Penumpang serta Lokasi Fasilitas
Perpindahan Moda menyebutkan bahwa, penetapan lokasi terminal penumpang
ditetapkan dengan memperhatikan:

1. Tingkat aksesibilitas pengguna jasa angkutan, dengan kriteria:


a. Tersedia pelayanan angkutan umum yang memadai dan memenuhi
standar pelayanan minimal;

3-57
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

b. Berada pada pusat kegiatan dan/atau pusat bangkitan perjalanan


angkutan orang; dan/atau
c. Berada pada lokasi yang memungkinkan perpindahan moda
transportasi.
2. Kesesuaian lahan dengan RTRWN (untuk terminal tipe A), RTRW Provinsi
(untuk terminal tipe A dan tipe B), dan RTRW Kabupaten/Kota (untuk
terminal tipe A, tipe B, dan tipe C);
3. Kesesuaian lahan dengan rencana pengembangan dan/atau kinerja
jaringan jalan dan jaringan trayek, dengan kriteria:
a. Untuk Lokasi Terminal Tipe A:
1) Terhubung dengan jalan arteri atau rencana jalan arteri; dan
2) Terletak dalam jaringan trayek antarkota antarprovinsi dan/atau
angkutan lintas batas negara atau rencana pengembangan jaringan
trayek antarkota antarprovinsi dan/atau angkutan lintas batas
Negara.
b. Untuk Lokasi Terminal Tipe B:
1) terhubung dengan jalan arteri atau kolektor; dan
2) terletak dalam jaringan trayek antarkota dalam provinsi.
c. Untuk Lokasi Terminal Tipe C:
1) terhubung dengan jalan kolektor atau lokal; dan
2) terletak dalam jaringan trayek perkotaan/pedesaan.
4. Kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat kegiatan;
5. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain;
6. Permintaan angkutan, berdasarkan atas kebutuhan angkutan yang
dimungkinkan mengakibatkan bangkitan perjalanan, yang meliputi
perkiraan jumlah penumpang dan trayek yang melayani;
7. Kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi;
8. Keamanan dan keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
9. Kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 109


Tahun 2019 Tentang Penetapan Lokasi Terminal Penumpang Tipe A Diseluruh
Wilayah Indonesia. Menetapkan Lokasi Terminal Penumpang Tipe A (Terminal
Padang Bulan) berlokasi di Jl. H. Adam Malik, Padang Bulan, Rantau Utara,
Kabupaten Labuhan Batu. Sementara untuk Terminal Tipe C yang merupakan

3-58
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

kewenangan Kabupaten melalui Dishub Labuhanbatu, direncanakan akan


dibangun di Kawasan Pasar Glugur, Rantauprapat Sehingga, penataan arus lalu
lintas Angkutan Desa (Angdes) akan lebih optimal. Karena, tak jarang Mobil
Penumpang (Mopen) berhenti disembarang tempat saat akan menaikkan dan
menurunkan penumpang. Jika terminal tipe C berdiri, maka akan mengaktifkan
kembali rute dan trayek angkutan desa yang selama ini tidak efektif. Untuk
mendukung rencana itu, perlu dilakukan rekayasa lalu lintas di Kawasan Pasar
Glugur. yakni dengan menerapkan jalan satu arah di Jalan Siringo-Ringo dan
Jalan Sirandorung.

Selain jaringan jalan, Kabupaten labuhanbatu juga dilayani oleh jaringan


jalan baja (Rel Kereta Api) yang menghubungkan ke daerah-daerah di sekitar
provinsi Sumatera Utara. Kondisi jaringan jalan rel kereta api di Kabupaten
labuhanbatu relative baik. Kereta api yang beroperasi setiap hari adalah kereta
api penumpang dan barang. Stasiun kereta api untuk angkutan penumpang dan
barang di Kabupaten labuhanbatu terdapat di Rantau Prapat. Kereta api
penumpang melayani rute/trayek Medan - Rantau prapat, Tebing Tinggi - Rantau
Prapat dan Kisaran - Rantau Prapat.

Sementara jumlah penumpang kereta api selama Tahun 2020 yang


berangkat dari Stasiun Rantauprapat sebanyak 59.433 orang yang terdiri dari
26.421 penumpang kelas eksekutif, 22.573 penumpang kelas bisnis, dan 10.439
penumpang kelas ekonomi. Sampai dengan tahun 2030 direncanakan akan
dibangun secara bertahap prasarana perkeretaapian meliputi jalur dan fasilitas
operasi kereta api, diantaranya pengembangan jaringan dan layanan kereta api
antarkota pada lintas utama. Rencana Pengembangan dan Pembangunan Jalur
Kereta Api menuju dan dari Bandar Udara/Pelabuhan/Kawasan Industri :
▪ Ruas Medan - Pelabuhan Belawan - Gabion
▪ Bandar Tinggi - Pelabuhan Kuala Tanjung
▪ Spoor Simpang - KEK Sei Mangkei
▪ Kisaran - Pelabuhan Tanjung Tiram
▪ Rantauprapat - Aek Nabara - Negari Lama - Labuhan Bilik
▪ Pelanaan - Gunung Bayu
▪ Pengembangan Jalur Ganda Kereta Api Medan - Aras Kabu
▪ Aras Kabu - Bandara Kuala Namu.

3-59
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.4.2. Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Transportasi


Laut
Prasarana transportasi di Kabupaten Labuhanbatu terdapat di Pelabuhan
Tanjung Sarang Elang, Pelabuhan Tanjung Sarang Elang berfungsi sebagai
Pelabuhan Regional yang merupakan pintu masuk/keluar angkutan penumpang
dan barang antar Kabupaten yaitu dari dan ke Kabupaten Labuhanbatu. Selain
Pelabuhan Tanjung Sarang Elang di Kecamatan Panai Hulu terdapat juga
Pelabuhan Sei Berombang di Kecamatan Panai Hilir. Pada Tahun 2020 arus
bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Sarang Elang dan Sei Berombang sebagai
berikut:
Tabel 4. 35 Arus Lalulintas Kapal Penumpang dan Barang

Penumpang Penumpang Barang Barang


Banyak
No. Pelabuhan Berangkat Tiba Bongkar Muat
Kapal
(orang) (Orang) (Ton) (Ton)
1. Tanjung Sarang Elang - - 9 0 2.407
2. Sei Berombang 33 42 194 2.173 1.262
Sumber Kantor UPT Tanjung Sarang Elang

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 432 Tahun 2017


tentang Rencana Induk Pelabuhan Nasional, Rencana Pelabuhan di Kabupaten
Labuhan batu diarahkan menjadi Pelabuhan Pengumpan Lokal yang memiliki
fungsi pokok melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan
laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi Pelabuhan
Utama dan Pelabuhan Pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
dalam kabupaten/kota. Adapun Rencana Lokasi Pelabuhan sebagai berikut.

Tabel 4. 36 Rencana Lokasi Pelabuhan

RENCANA LOKASI DAN HIERARKI PELABUHAN


No. Hirarki Pelabuhan KET
Kabupaten/Kota No. Pelabuhan
2017 2022 2027 2037
1. Labuhan Batu 9. Ajamu PL PL PL PL
2. Labuhan Batu 10. Gajah Mati PL PL PL PL
3. Labuhan Batu 11. Pantai Pukat PL PL PL PL
4. Labuhan Batu 12. Sei Kubung PL PL PL PL

Sumber : RIPN KP. 432 Tahun 2017

3-60
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.4.3. Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Transportasi Udara


Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 39 Tahun 2019
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, kriteria cakupan pelayanan udara
di Pulau Sumatera meliputi radius pelayanan 75 km (jarak lurus 2 bandara 150
km) atau waktu tempuh moda transportasi lain minimal 4 jam. Lokasi bandar
udara baru di desa Aek Nabara Kecamatan Bilah Hulu di kabupaten
Labuhanbatu, berada di Provinsi Sumatera Utara dengan referensi pada titik
ujung landasan pacu 12 pada koordinat geografis 020 02’15,51’ Lintang Utara;
990 56’ 23,500 Bujur Timur. Bandara Udara Labuhanbatu direncanakan
mempunyai landas pacu rencana pada tahap akhir sepanjang 1800 m dengan
lebar 30 m kategori Instrumen Non Persisi dengan nomor ujung landas pacu 12
dan 30. Pengembangan taxiway hingga tahap II/akhir adalah 135 m x 18 m dan
dimensi apron akhir adalah 220 m x 70 m dengan 4 parkir pesawat. Untuk luasan
terminal di tahap akhir/ultimate direncanakan sebesar 11.869 m2. Perkiraan
kebutuhan lahan yang perlu dibebaskan dari PT. Perkebunan Nusantara III untuk
rencana pembangunan Bandar Udara baru di Labuhanbatu sampai tahap akhir
sesuai dengan pertimbangan untuk masa yang akan datang adalah ± 158,66 Ha.
Rencana pembangunan bandar udara baru di Desa Aek Nabara Kecamatan Bilah
Hulu Kabupaten Labuhanbatu telah sesuai dengan RTRW dan Tatrawil Provinsi
Sumatera Utara serta RTRW dan Tatralok Kab. Labuhanbatu. Selanjutnya,
kesesuaian ini perlu dituangkan dalam rekomendasi Gubernur Sumatera Utara
dan Bupati Labuhanbatu sebagai kelengkapan administrasi dalam usulan
Rencana Induk kepada Menteri Perhubungan.

4.5. ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN


JARINGAN PRASARANA

4.5.1.Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Energi dan


Listrik
Jaringan energi terdiri atas jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi
dan jaringan infrastruktur ketenagalistrikan. Jaringan infrastruktur minyak dan
gas bumi ada di kabupaten Labuhanbatu dan ada rencana pengembangan.
Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan yang sudah ada terdiri atas pembangkit
tenaga listrik gardu induk, jaringan transmisi tenaga listrik, dan jaringan

3-61
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

distribusi tenaga listrik. Jaringan energi listrik merupakan salah satu kebutuhan
dalam menunjang kesejahteraan hidup masyarakat. Pemakaian energi listrik
akan semakin terasa pentingnya dari waktu ke waktu, seiring dengan
perkembangan teknologi yang umumnya menggunakan energi listrik sebagai
sumber tenaga. Di kabupaten Labuhanbatu terdapat beberapa jenis jaringan
prasarana dan utilitas jaringan energi. Berdasarkan kebutuhan listrik domestik
pada tahun 2042 mencapai 158.133,60 KW, sementara kebutuhan listrik non
domestik pada tahun 2042 mencapai 63.253,44 KW, total keseluruhan untuk
kebutuhan listrik tahun 2042 yaitu 221.387,03 KW.

Perhitungan kebutuhan listrik berdasarkan jumlah rumah, kegiatan sosial,


dan penetangan jalan. Kebutuhan listrik untuk rumah kecil 900 watt, rumah
sedang 1.300 wat, dan rumah besar 2.200 watt. Untuk kebutuhan pelayanan
sosial sebesar 60% dari jumlah kebutuhan listrik rumah, kebutuhan penerangan
jalan 40% dari dari jumlah kebutuhan listrik rumah, kebutuhan listrik diuraikan
pada tabel berikut.

Tabel 4. 37 Kebutuhan Tenaga Listrik Kabupaten Labuhan Batu

TAHUN
NO URAIAN
2023 2028 2033 2038 2043
62.044 67.159 72.274 77.389 82.504
Rumah Unit
Kecil Jumlah 55.840 60.443 65.047 69.650 74.254
(KW)
31.022 33.580 36.137 38.695 41.252
Kebutuhan Rumah Unit
1 Listrik Sedang Jumlah 40.329 43.653 46.978 50.303 53.628
Perumahan (KW)
10.341 11.193 12.046 12.898 13.751
Rumah Unit
Besar Jumlah 22.749 24.625 26.501 28.376 30.252
(KW)
Jumlah (KW) 118.918 128.721 138.526 148.329 158.134
Kebutuhan
Listrik 29.729 19.308 34.631 37.082 39.533
2 Jumlah (KW)
Pelayanan
Sosial
Kebutuhan
Listrik 17.837 32.180 20.778 22.249 23.720
3 Jumlah (KW)
Penerangan
Jalan
Total Kebutuhan Listrik (KW) 166.484 180.209 193.935 207.660 221.387

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2022

Rencana Pengembangan SUTM & SUTR di Kabupaten Labuhanbatu bisa


dilihat pada tabel berikut.

3-62
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 38 Tabel Rencana Pengembangan SUTM & SUTR di Kabupaten


Labuhanbatu

SUTM DAN SUTR Kecamatan Panjang (Km)


Bilah Barat 50,78
Bilah Hulu 184,24
Panai Hulu 15,93
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Panai Tengah 5,02
Rantau Selatan 21,33
JUMLAH 277,31
Bilah Barat 126,77
Bilah Hilir 237,35
Bilah Hulu 217,84
Panai Hilir 39,25
Panai Hulu 133,45
Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
Panai Tengah 237,05
Pangkatan 72,71
Rantau Selatan 52,54
Rantau Utara 54,61
JUMLAH 1171,55
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2022

Rencana Ketenagalistrikan berdasarkan Kepmen ESDM No. 188/2012


Pengesahan RUPTL PT. PLN Tahun 2021 s/d 2030 adalah:
1. GI Rantau Prapat
2. GI Labuhan Bilik
3. Rencana PLTS EBT Lisdes
4. Rencana PLTS Dedieselisasi
5. Rencana Jaringan transmisi Galang-Rantau Prapat
6. Rencana Jaringan transmisi Sarulla-Rantau Prapat
7. Rencana GITET Rantau Prapat 500/275 KV
8. Rencana GITET Rantau Prapat 275/150 KV
9. Rencana GITET Rantau Prapat 275 KV

Menurut RUPTL PLN 2019-2028, terdapat beberapa pengembangan jaringan


listrik di Kabupaten Labuhanbatu yang dapat dilihat pada tabel berikut.

3-63
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 39 Rincian Rencana Pembangunan Jaringan Transmisi

Tegangan Panjang Target


No Dari Ke Konduktor Status
(kV) (kms) COD
1 Galang Rantau Prapat 500 2 cct, 4 Zebra 440 2025 Pengadaa
5 Sarulla Rantau Prapat 275 2 cct, 4 Zebra 240 2025 nRencana
TOTAL 680
Sumber : RUPTL PT. PLN (Persero) 2001-2030.
Tabel 4. 40 Rincian Rencana Pembangunan Gardu Induk di Labuhanbatu

Tegangan Baru/Ext. Kapasitas


No Gardu Induk Target COD Status
(kV) /Uprate (MVA)/LB
1 Rantau Prapat 500/275 New 1x500 2025 Rencana
10 Rantau Prapat 275/150 New 1x250 2025 Rencana
11 Rantau Prapat 275 Ext 2 LB 2025 Rencana
TOTAL 752

Sumber : RUPTL PT. PLN (Persero) 2001-2030.

4.5.2. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi


Analisis kebutuhan jaringan telekomunikasi bertujuan untuk mengetahui
pelayanan serta jangkauan jeringan telekomunikasi yang ada di Kabupaten
Labuhanbatu serta memperhitungkan kebutuhan selama 20 tahun mendatang
untuk mengembangkan jaringan telekomunikasi yang telah ada. Jaringan
Telekomunikasi terbagi terdiri dari jaringan telekomunikasi kabel dan jaringan
telekomunikasi non kabel. Jaringan telekomunikasi kabel menggunakan telepon
saluran tetap, sedangkan jaringan telekomunikasi non kabel terdiri dari
perangkat elektronik yang menggunakan sinyal seperti, telepon seluler, radio, dan
TV. Sinyal telepon seluler telah melayani hampir seluruh kelurahan/desa.

Pengembangan jaringan telekomunikasi bertujuan untuk mewujudkan


tingkat pelayanan telekomunikasi dalam mendukung pengembangan seluruh
wilayah Kabupaten Labuhanbatu. Secara jelas, kebutuhan pengembangan
jaringan telekomunikasi disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4. 41 Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi Kabupaten Labuhanbatu


Tahun 2022-2042

N TAHUN
URAIAN
O 2023 2028 2033 2038 2043
517.03 559.65 602.28 644.91 687.53
1. Jumlah Penduduk (jiwa)
2 9 5 1 7
2. Kebutuhan telekomunikasi tetap

3-64
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

N TAHUN
URAIAN
O 2023 2028 2033 2038 2043
Jumlah sambungan telepon
21668 23457 25250 27033 28821
(0,13/jiwa)
Jumlah STO (3.000 22 25 25 27 30
sambungan telepon/STO)
Kebutuhan STO 22 25 25 27 30
Kebutuhan menara BTS
Jumlah pelanggan telepon
seluler (70,85% dari 366317 396518 426719 456919 487120
3. penduduk)
Jumlah BTS (1.500 pelanggan
oleh 1 operator) 244 264 284 305 325
Jumlah BTS Eksisting 161 161 161 161 161
Kebutuhan BTS 83 103 123 144 164
Jumlah estimasi Menara BTS
bersama (1 menara BTS 4 61 66 71 76 81
operator)
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2022

Meski seluruh kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu sudah memiliki


Menara telekomunikasi (BTS), namun masih ada beberapa lokasi yang tidak
terjangkau dengan baik oleh sinyal komunikasi/menjadi blankspot area seperti
yang tertera pada tabel berikut.

Tabel 4. 42 Blankspot Area dan Kebutuhan Peningkatan Jangkauan


Telekomunikasi Kabupaten Labuhanbatu

LOKASI KECAMATAN KEBUTUHAN


Sibargot Bilah Hulu Penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Aek Nabara Bilah Hulu Penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Tanjung Sarang Elang Bilah Hilir Penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Sei Tampang Bilah Hilir Penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Sei Kasih Bilah Hilir Penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Tanjung haloban Bilah Hilir Penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Sebagian wilayah blankspot area, perlu
Sei Penggantungan Panai Hilir
penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Sidorukun Bilah Barat Penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Perkebunan Pangkatan Pangkatan Penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Sebagian wilayah blankspot area, perlu
Sei Siarti Panai Tengah
penguatan sinyal & perluasan jangkauan BTS
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Labuhanbatu

Berdasarkan analisis kebutuhan prasarana telekomunikasi di atas, dapat


disimpulkan bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus
bertambah tiap tahunnya, prasarana telekomunikasi di Kabupaten Labuhanbatu

3-65
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

juga harus memperhatikan area-area yang masih belum terjangkau jaringan


telekomunikasi dengan baik. Pengembangan jaringan serat optik dibutuhkan
untuk peningkatan pelayanan telekomunikasi, baik telepon tetap maun telepon
seluer. Pengembangan jaringan serat optik akan meningkatkan pengembangan
menara BTS di lokasi blank spot.

4.5.3. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Sumber Daya Air


Jaringan sumber daya air di Kabupaten Labuhanbatu terdiri atas sistem
jaringan irigasi, sistem pengendalian banjir, dan bangunan sumber daya air.
Berdasarkan kondisi eksisting, luas daerah irigasi di Kabupaten Labuhanbatu
yakni 13.301,2 Ha. Kebutuhan air irigasi didasarkan pada luas daerah irigasi yang
diasumsikan sebagai luas area panen padi sawah, jumlah penduduk dan
konsumsi beras per kapita. Prediksi kebutuhan air irigasi hingga tahun 2042
adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 43 Prediksi Kebutuhan Air untuk Irigasi Kabupaten Labuhanbatu

Luas Area Air


Air irigasi Prediksi Kebutuhan Air untuk irigasi
Panen Asumsi
Irigasi (lt/dt/ (lt/dt/ha)
No Kec Padi Pertum
(lt/dt/ ha)
Sawah buhan
ha)
(ha) 2021 2021 2022 2023 2028 2033 2038 2043
1 Bilah Hulu 25,0 28,8 32 33 42 45 47 49
2 Pangkatan 0 0,0 0 0 0 0 0 0
3 Bilah Barat 333,3 383,3 423 444 566 595 624 656
4 Bilah Hilir 1.052,9 1.210,8 1.335 1.402 1.789 1.878 1.972 2.071
5 Panai Hulu 1.250,4 1.438,0 1.585 16.65 2.125 2.231 2.342 2.459
1,15 5%
Panai
6 4.326,2 4.975,1 5.485 5.759 7.351 7.718 8.104 8.509
Tengah
7 Panai Hilir 5.923,3 6.811,8 7.510 7.886 10.064 10.567 11.096 11.650
Rantau
8 270,7 311,3 343 360 460 483 507 532
Selatan
Rantau
9 119,4 137,3 151 159 203 213 224 235
Utara
Jumlah 13.301,2 15.296,4 16.864 17.707 22.600 23.730 24.916 26.162

Asumsi Kebutuhan Air Irigasi 1,15 lt/dt/ha


Sumber : Hasil Analisis, 2022

Sementara untuk pengendalian banjir, berdasarkan hasil analisis kawasan


risiko bencana banjir, diketahui bahwa seluruh kecamatan di Kabupaten
Labuhanbatu memiliki kawasan dengan tingkat risiko bencana banjir/genagan
terdapat pada kawasan Sei Tali Horan. Aek Tapa, Aek Kundur, Sei Bilah dan Sei

3-66
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tawar. Banjir di Kabupaten Labuhanbatu disebabkan oleh beberapa faktor yakni


faktor alam dan non alam. Faktor alam yaitu berkaitan dengan curah hujan
ekstrem. Faktor non alam yaitu akibat adanya perubahan tutupan lahan dan
kegiatan pertambangan yang menyebabkan sedimentasi sungai dan saluran
drainase. Oleh karena itu, butuh pengembangan jaringan pengendalian banjir
berbentuk tanggul sungai atau kanal banjir, naturalisasi sungai atau normalisasi,
dan sebagainya.

Bangunan pengendali banjir dapat berupa:

a. Bendung;
b. Kolam retensi/penampungan;
c. Check dam (penangkap sedimen);
d. Bangunan pengurang kemiringan sungai yakni groundsill dan drop structure;
e. Retarding Basin; dan
f. Polder.

Kabupaten Labuhanbatu telah memiliki beberapa jenis struktur bangunan


pengendali banjir yakni bendung, embung, dan danau/kolong. Selain struktur
yang sudah ada, perlu adanya upaya lebih lanjut baik secara struktural maupun
non struktural untuk menanggulangi banjir di Kabupaten Labuhanbatu. Salah
satu upaya struktural yang dapat dilakukan yakni pembangunan check dam
untuk menanggulangi sedimentasi pada sungai, dimana hal tersebut menjadi
penyebab banjir yang cukup parah di Kabupaten Labuhanbatu.

Bangunan sumber daya air lainnya yakni pelindung pantai diperlukan


untuk melindungi kawasan pesisir Kabupaten Labuhanbatu dari abrasi. Daerah
risiko tinggi abrasi adalah kawasan pesisir di Kecamatan Panai Hilir sehingga
pembangunan struktur pelindung pantai di kawasan tersebut sangat diperlukan.
Berikut Rencana Pengembangan Bendung di Kabupaten Labuhanbatu.

Tabel 4. 44 Rencana Pengembangan Bendung di Kabupaten Labuhanbatu

JUMLAH
NO DAERAH IRIGASI LOKASI BENDUNG
(BUAH)
1. DI.Sinar Toba(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
2. DI.Sikopi-kopi(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
3. DI.Bandar Lama(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
4. DI.Gunting Saga(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
5. DI.Aek Palia(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1

3-67
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

JUMLAH
NO DAERAH IRIGASI LOKASI BENDUNG
(BUAH)
6. DI.Kp.Lalang(I – IV/A/1) Labuhan Batu 2
7. DI.Siamporik(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
8. DI.Sei Tualang(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
9. DI.Sinar Harapan(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
10. DI.Bulung Ihit(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
11. DI.Aek Riung/A.Tapa(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
12. DI.Aek Paing(I – IV/A/1) Labuhan Batu 3
13. DI.Bangun Sari(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
14. DI.Parmerahan(I – IV/A/1) Labuhan Batu 1
Keterangan :
I – IV : Tahapan Pengembangan
A : Rehabilitasi, peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana jaringan irigasi rawa
A/1 : Rehabilitasi, peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana jaringan irigasi rawa
Sumber : Perda No. 2 Tahun 2017 RTRW Provinsi Sumut 2017-2037

4.5.4. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Sistem Penyediaan


Air Minum
Dasar pertimbangan perhitungan SPAM terdiri atas:
1. Ketersediaan dan kebutuhan pengembangan SPAM di Kabupaten
Labuhanbatu di masa mendatang;
2. Strategi penataan ruang wilayah kota;
3. Rencana SPAM mengacu pada:
a. Peraturan Menteri PUPR Nomor 27 Tahun 2017 tentang Penyelenggaran
SPAM;
b. Review Rencana Induk SPAM Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2013; dan
c. Proyeksi kebutuhan air minum berdasarkan proyeksi jumlah penduduk.

Proyeksi kebutuhan air minum Kabupaten Labuhanbatu didasarkan pada


proyeksi jumlah penduduk. Proyeksi kebutuhan air minum tersebut berdasarkan
tingkat kebutuhan air Domestik, Non Domestik, dan Kehilangan Air.
1) Kebutuhan Air Domestik
Proyeksi dari kebutuhan air domestik ini dihitung berdasarkan proyeksi
jumlah penduduk, skenario penduduk terlayani, dan konsumsi air harian.
Konsumsi air harian untuk setiap rumah tangga diasumsikan sebesar 160
l/orang/h mengikuti kriteria perencanaan pada laporan rispam tahun 2013.
Persentase pelayanan untuk pdam kabupaten Labuhanbatu direncanakan

3-68
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

pada akhir tahun perencanaan mencapai 100%.


2) Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik ini biasanya digunakan untuk sarana
pendidikan, peribadatan, kesehatan, industri, perdagangan, perkantoran
dan lain-lain. Dapat diperkirakan sebesar 20% dari kebutuhan air domestik
sesuai dengan SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Plambing
atau disesuaikan kebutuhan spesifik lokasi/ daerah. Kebutuhan air non
domestik adalah kebutuhan air bersih untuk fasilitas perkotaan. Penentuan
kebutuhan air bersih non domestik ini didasarkan pada faktor jumlah
penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas
perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, fasilitas peribadatan, perkantoran, perdagangan, rekreasi dan
budaya, olahraga dan taman terbuka, industri, penginapan dan rumah
makan, dan fasilitas terminal.
3) Tingkat Kehilangan Air
Tingkat kebocoran atau kehilangan air disebabkan oleh aspek teknis dan
non teknis. Tingkat kehilangan air yang tercatat pada PUDAM di dalam
laporan RISPAM untuk tahun 2013 adalah sebesar 51%. Untuk mengurangi
tingkat kebocoran yang terjadi di PUDAM Tirta Bina Kabupaten Labuhanbatu
menjadi 20% di akhir tahun perencanaan, PUDAM harus meningkatkan
efisiensi dari sistem manajemen yang ada, dan secara teknis harus
dilakukan rehabilitasi dan revitalisasi terhadap sejumlah besar pipa jaringan
distribusi. Mengikuti rencana penurunan kehilangan air pada laporan
Review RISPAM, maka direncanakan pada akhir tahun perencanaan tingkat
kebocoran menurun hingga 20%. Asumsi-asumsi lain yang digunakan
adalah tingkat pemakaian SR dan HU sebesar 130 lt/jiwa/hr, faktor
pemakaian maksimum 1,2 dan puncak 1,75, dan asumsi untuk jumlah
penduduk persambungan yakni SR adalah sebanyak 5 jiwa/sambungan
(RISPAM, 2013). Proyeksi kebutuhan air bersih dapat dilihat pada tabel
berikut.

3-69
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 45 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Labuhanbatu

SATUA PROYEKSI TAHUN


DESKRIPSI
N
2023 2028 2033 2038 2043
1. Kependudukan
a Jumlah Penduduk Jiwa 517.032 559.659 602.285 644.911 687.537
b Penduduk Terlayani Jiwa 372.263 402.954 43.645 464.336 495.027
2. Pelayanan SR
a Kebutuhan Air (SR) Lt/dtk 646,29 699,57 752,86 806,14 859,42
b Kebutuhan Air (HU) Lt/dtk 12,93 13,99 15,06 16,12 17,19
3. Kebutuhan Air Domestik
a Pemakaian Air Lt/dtk 659,22 713,56 767,91 822,26 876,61
4. Kebutuhan Air Non Domestik
a Pemakaian Air Lt/dtk 197,76 214,07 230,37 246,68 262,98
5. Kebutuhan Air PDAM
a Total Kebutuhan Air Lt/dtk 1071,23 1159,54 1247,86 1336,18 1424,49
b Kehilangan Air Lt/dtk 214,25 231,91 249,57 267,24 284,90
c Kebutuhan Air PDAM
- Rata-rata Lt/dtk 856,98 927,63 998,28 1.068,94 1.139,59
m3/hari 74.043,07 80.147,23 86.251,39 92.356,42 98.460,58
- Maksimum Lt/dtk 1.028,38 1.113,16 1.197,94 1.282,73 1.367,51
m3/hari 88.851,69 96.176,68 103.501,67 110.827,70 118.152,69
- Jam Puncak Lt/dtk 1.499,72 1.623,35 1.746,99 1.870,65 1.994,28
129.575,3
m3/hari 140.257,66 150.939,94 161.623,73 172.306,01
8
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2022

Pengembangan yang dilakukan di Kabupaten Labuhanbatu adalah


menjadikan seluruh Kecamatan dapat terlayani oleh sistem perpipaan pada akhir
tahun perencanaan. Penyediaan air minum hingga tahun 2043, khusus wilayah
perkotaan rantauprapat akan dilayani oleh sistem penyediaan air minum (spam)
Kabupaten. Ibu Kota Kecamatan lainnya akan dilayani oleh SPAM Ibu Kota
Kecamatan (IKK), sedangkan di tingkat Kelurahan/Desa akan dilayani oleh SPAM
Kelurahan/perdesaan.

4.5.5. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Sistem Pengelolaan


Air Limbah
Perhitungan kebutuhan prasarana air limbah domestik dilakukan dengan
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem

3-70
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Pengelolaan Air Limbah Domestik, Pedoman Perencanaan Teknik Terinci Sistem


Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T), Direktorat Jenderal Cipta
Karya Tahun 2018, dan Pedoman Perencanaan Teknik Terinci Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2017.
Perhitungan debit air limbah domestik yang bersumber dari permukiman dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan populasi terhadap pemakaian air
minum yang menjadi air limbah domestik pada setiap blok pelayanan. Adapun
persentase timbulan air limbah domestik yakni sebesar 80% dari pemakaian air
minum.

Tabel 4. 46 Ketersediaan Air Limbah

TAHUN PERENCANAAN
NO URAIAN
2023 2028 2033 2038 2043
1. Laju Pertumbuhan Penduduk 1,65% 1,65% 1,65% 1,65% 1,65%
Jumlah Penduduk (Jiwa) 517.032 559.659 602.285 644.911 687.537
Jumlah Penduduk (KK) 103.406 111.932 120.457 128.982 137.507
2. Sasaran 20% 30% 50% 80% 100%
Jumlah Penduduk terlayani (jiwa) 103.406 167.898 301.143 515.929 687.537
Jumlah Penduduk terlayani (KK) 20.681 33.580 60.229 103.186 137.507
Timbulan Limbah Cair (L/Org/hr) 1365,81 1478,42 1591,02 1703,62 1816,23
Timbulan Lumpur Tinja (65 gr/org/hr)-ton 6,72 10,91 19,57 33,54 45
Jumlah Truk 0,56 0,91 1,63 2,79 3,72
Total Kebutuhan Truk Tinja (Dibulatkan)-unit 1 1 1 2 3
Pengadaan Truk Tinja (unit) - - - 1 1
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Tabel 4. 47 Kebutuhan Prasarana Pengolahan Air Limbah dan Tinja


Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2023-2043

TAHUN PERENCANAAN
NO JENIS PENGOLAHAN LIMBAH
2023 2028 2033 2038 2043
1. Tangki Septik Komunal 5.170 5.592 6.018 6.444 6.871
2. MCK Kombinasi IPAL Komunal 512 560 602 645 688
3. SPALD-S 34.464 37.311 40.152 42.994 45.836
Sumber: Hasil Analisis, 2022

4.5.6. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Pengelolaan


Persampahan
Proyeksi timbulan sampah digunakan untuk menghitung jumlah
kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pengelolaan

3-71
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

persampahan Kabupaten Labuhanbatu untuk jangka waktu 20 tahun yang akan


datang. Sebagai upaya untuk mengurangi jumlah sampah yang akan dibuang ke
TPA, maka direncanakan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah (TPS)
sebagai upaya pengurangan sampah dengan pengolahan pola 3R (Reduce, Reuse,
Recycle). Target pengurangan dan penanganan sampah 2023-2043 mengikuti
target yang ditetapkan PermenLHK No.P.10/Menlhk/Setjen/PLB.0/4/2018.
Rencana pengelolaan sampah Kabupaten Labuhanbatu selama 20 (dua puluh)
tahun ke depan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. 48 Proyeksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Prasarana Sampah


Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2023 - 2043
BASELINE
TAHUN PERENCANAAN
NO URAIAN DATA
2021 2023 2028 2033 2038 2043
1 Jumlah Penduduk (jiwa) 499.982 517.032 559.659 602.285 644.911 687.537
2 Jumlah KK 124.996 129.258 139.915 150.571 161.228 171.884
Jumlah Timbulan
3 Sampah Domestik 305.525,01 315.943,79 341.991,96 368.039,52 394.087,07 420.134,63
(kg/hari)
Jumlah Timbulan
4 Sampah Non Domestik 45.828,75 47.391,57 51.298,79 55.205,93 59.113,06 63.020,19
(kg/hari)
Total Timbulan Sampah
351.353,77 363.335,36 393.290,75 423.245,44 453.200,13 483.154,82
(kg/hari)
Total Timbulan Sampah
5 351,35 363,34 393,29 423,25 453,20 483,15
(ton/hari)
Total Timbulan Sampah
1.563,94 1.617,28 1.750,61 1.883,95 2.017,28 2.150,62
(m3/hari)
Total Timbulan Sampah
langsung ke TPA 308,58 265,23 275,30 296,27 317,24 338,21
(ton/hari)
6
Total Timbulan Sampah
langsung ke TPA 1.373,56 1.180,61 1.225,43 1.318,76 1.412,10 1.505,43
(m3/hari)
Total Timbulan Sampah
33,54 98,10 117,99 126,97 135,96 144,95
ke TPS 3R (ton/hari)
7
Total Timbulan Sampah
149,29 436,66 525,18 565,18 605,18 645,18
ke TPS 3R (m3/hari)

Sampah Residu (indirect)


4,54 61,77 70,79 63,49 54,38 48,32
dari TPS 3R (ton/hari)
8
Sampah Residu (indirect)
20,23 274,94 315,11 282,59 242,07 215,06
dari TPS 3R (m3/hari)

Total Timbulan Sampah


9 1393,79 1455,55 1540,54 1601,36 1654,17 1720,49
ke TPA (m3/hari)

10 Kebutuhan TPS 3R 30 17 20 21 22 22
11 Kontainer Arm Roll 6 m3 116 121 128 133 138 143
Kebutuhan Motor
12 304 314 340 366 392 418
Sampah (unit)
Kebutuhan Gerobak
13 195 202 219 235 252 269
(unit)
Kebutuhan Arm Roll
14 36 38 40 42 43 45
(unit)
Kebutuhan Dump Truck
15 73 76 80 83 86 90
(unit)

3-72
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Sumber : Hasil Analisis, 2022

4.5.7. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Drainase


Sistem Kabupaten
Secara umum sistem drainase di Kabupaten Labuhanbatu relatif banyak
telah tertangani secara fisik, baik pada saluran primer, sekunder maupun tersier.
Namun dengan adanya perkembangan wilayah dan terbukanya jalan-jalan baru
serta terbangunnya beberapa kawasan permukiman menyebabkan kantong-
kantong air sebagai tangkapan hujan telah banyak beralih fungsi sehingga
menyebabkan volume air yang mengalir ke dalam saluran semakin besar, selain
itu adanya endapan lumpur (sedimen) akibat bawaan air hujan mengakibatkan
volume saluran semakin terbatas untuk mengalirkan air. Hal ini mengakibatkan
rawan banjir dan genangan pada daerah Sei Tali Horan. Aek Tapa, Aek Kundur,
Sei Bilah dan Sei Tawar.

Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, secara umum rencana


pengembangan sistem drainase yang akan dikembangkan di Kabupaten
Labuhanbatu terdiri atas:
1. Pengembangan jaringan drainase primer berupa sungai dan drainase
pasangan yang berada di Sungai dan di sepanjang jalan utama (JKP);
2. Pengembangan jaringan drainase sekunder berupa drainase pasangan yang
berada di sepanjang ruas jalan lainnya dan menerima masukan aliran dari
jaringan drainase tersier;
3. Pengembangan jaringan drainase tersier yang berada di kawasan
permukiman, tepatnya di sebelah kanan dan kiri jalan perumahan, dimana
saluran ini menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan
rumah-rumah; dan
4. Pengembangan kolam retensi di wilayah genangan serta pemeliharaan
saluran drainase di seluruh Kecamatan.

4.6. ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN


KAWASAN PERMUKIMAN
Berdasarkan Dokumen Laporan Tabulasi Badan Kependudukan Dan
Keluarga Berencana Nasional Tahun 2021, secara teknis ketersediaan rumah di
seluruh kecamatan Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2021 adalah sebanyak

3-73
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

sebanyak 101.050 unit, perhitungan jumlah rumah sebagaimana dijelaskan pada


tabel berikut:

Tabel 4.49. Total Ketersediaan Rumah Kabupaten Labuhanbatu

NO Kecamatan Ketersediaan Rumah (Unit)

1 Bilah Hulu 13.722


2 Pangkatan 8.085
3 Bilah Barat 7.759
4 Bilah Hilir 12.304
5 Panai Hulu 8.740
6 Panai Tengah 8.120
7 Panai Hilir 6.208
8 Rantau Selatan 19.349
99 Rantau Utara 16.763
Labuhanbatu 101.050
Sumber: Laporan Tabulasi BKKBN Tahun 2021

Analisis Backlog 20 Tahun Perencanaan

Backlog Rumah dapat diartikan sebagai kesenjangan anatra jumlah rumah


yanh dibutukah rakyat/Backlog Rumah dapat diartikan sebagai kesenjangan
antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat.
Backlog Rumah menjadi salah satu indikator yang digunakan oleh Pemerintah
sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) maupun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) pada bidang perumahan untuk
mengukur jumlah kebutuhan rumah di Indonesia. Proyeksi jumlah kekurangan
rumah (backlog) untuk masa perencanaan 20 (dua puluh) tahun ke depan (tahun
2023 -2043) berdasarkan pertumbuhan penduduk dapat dihitung dari awal tahun
perencanaan (2022) dengan kebutuhan rumah karena pertumbuhan penduduk
sebagaimana telah dihitung melalui analisis proyeksi penduduk. Hasil jumlah
perhitungan terhadap backlog total di Kabupaten Labuhanbatu menggunakan
metode perhitungan melalui perspektif kememilikan rumah dengan penjelasan:

Backlog memiliki dihitung berdasarkan angka home ownership rate


/persentase rumah tangga (ruta) yang menempati rumah milik sendiri.
• Rumus backlog rumah dari perspektif kepemilikan:
• Backlog = Jumlah Rumah Tangga - Jumlah Rumah Milik

3-74
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

• Kebutuhan Rumah Total = Kebutuhan Rumah Akibat Pertumbuhan


Penduduk + Backlog

Hasil jumlah perhitungan terhadap backlog total di Kabupaten


Labuhanbatu diproyeksikan hingga tahun 2043 sebanyak 135.207 rumah, untuk
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.50.1 Proyeksi Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Labuhanbatu (2023


– 2043)
2022 Proyeksi Jumlah Rumah Tangga (2023 - 2043)
(Proyeksi
NO Kecamatan Tahun Proyeksi
Akhir
Tahun) 2023 2028 2033 2038 2043
1 Bilah Hulu 15.866 15.929 16.244 16.558 16.873 17.188
2 Pangkatan 8.274 8.306 8.471 8.635 8.799 8.963
3 Bilah Barat 8.273 8.314 8.519 8.723 8.928 9.133
4 Bilah Hilir 12.652 12.703 12.954 13.205 13.456 13.707
5 Panai Hulu 8.259 8.300 8.504 8.709 8.913 9.117
6 Panai Tengah 7.769 7.807 8.000 8.192 8.384 8.577
7 Panai Hilir 7.817 7.856 8.050 8.243 8.437 8.630
8 Rantau Selatan 20.159 20.239 20.639 21.039 21.439 21.839
9 Rantau Utara 24.858 24.957 25.450 25.943 26.437 26.930
Labuhanbatu 113.927 114.411 116.829 119.247 121.666 124.084

Sumber: Kompilasi Data dan Hasil Analisis, 2022

Tabel 4.51. Proyeksi Jumlah Kebutuhan Unit Rumah Kabupaten


Labuhanbatu (2023 – 2043)
2022 Tambahan Kebutuhan Unit Rumah Kebutuhan
Total
(Proyeksi Unit
NO Kecamatan Tahun Proyeksi Backlog
Akhir Rumah Per
(2043)
Tahun) 2023 2028 2033 2038 2043 Tahun
1 Bilah Hulu 126 189 504 818 1.133 1.448 18.636 63
2 Pangkatan 66 98 263 427 591 755 9.718 33
3 Bilah Barat 82 123 328 532 737 942 10.075 41
4 Bilah Hilir 100 151 402 653 904 1.155 14.862 50
5 Panai Hulu 82 123 327 532 736 940 10.058 41
6 Panai Tengah 77 115 308 500 692 885 9.461 38
7 Panai Hilir 77 116 310 503 697 890 9.520 39
8 Rantau Selatan 160 240 640 1.040 1.440 1.840 23.679 80
9 Rantau Utara 197 296 789 1.282 1.776 2.269 29.199 99
Labuhanbatu 967 1.451 3.869 6.287 8.706 11.124 135.207 484

Sumber: Kompilasi Data dan Hasil Analisis, 2022

3-75
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Analisis Jumlah Kebutuhan Rumah Dalam Kebijakan Hunian Berimbang


Kabupaten Labuhanbatu

Analisis dan perhitungan ini mengacu pada arahan dan peraturan hunian
berimbang Permenpera No. 07 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Permenpera
No 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman dengan Hunian Berimbang yang mengatur komposisi
penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) melalui komposisi
Jumlah Rumah dengan proporsi perbandingan 1:2:3, yaitu dengan Perbandingan
jumlah rumah sekurang-kurangnya 1 (satu) rumah mewah berbanding 2 (dua)
rumah menengah berbanding 3 (tiga) atau lebih rumah sederhana. Dalam hal
tidak dapat dibangun rumah sederhana dalam bentuk rumah tunggal atau rumah
deret dapat dibangun dalam bentuk rumah susun umum dengan jumlah rumah
sederhana sekurang- kurangnya sama dengan jumlah rumah mewah ditambah
jumlah rumah menengah.

Tabel 4.52.3 Proyeksi Jumlah Kebutuhan Unit Rumah Hunian Berimbang


Kabupaten Labuhanbatu (2023 – 2043)
2022 (Proyeksi Akhir Tahun) 2023
No Kecamatan
Mewah Menengah Sederhana Jumlah Mewah Menengah Sederhana Jumlah
1 Bilah Hulu 21 42 63 126 31 63 94 189
2 Pangkatan 11 22 33 66 16 33 49 98
3 Bilah Barat 14 27 41 82 20 41 61 123
4 Bilah Hilir 17 33 50 100 25 50 75 151
5 Panai Hulu 14 27 41 82 20 41 61 123
6 Panai Tengah 13 26 38 77 19 38 58 115
7 Panai Hilir 13 26 39 77 19 39 58 116
8 Rantau Selatan 27 53 80 160 40 80 120 240
9 Rantau Utara 33 66 99 197 49 99 148 296
Labuhanbatu 161 322 484 967 242 484 725 1.451

Lanjutan
2028 2033
No Kecamatan
Mewah Menengah Sederhana Jumlah Mewah Menengah Sederhana Jumlah
1 Bilah Hulu 84 168 252 504 136 273 409 818
2 Pangkatan 44 88 131 263 71 142 213 427
3 Bilah Barat 55 109 164 328 89 177 266 532
4 Bilah Hilir 67 134 201 402 109 218 326 653
5 Panai Hulu 55 109 164 327 89 177 266 532
6 Panai Tengah 51 103 154 308 83 167 250 500
7 Panai Hilir 52 103 155 310 84 168 252 503
8 Rantau Selatan 107 213 320 640 173 347 520 1.040
9 Rantau Utara 132 263 395 789 214 427 641 1.282
Labuhanbatu 645 1.290 1.935 3.869 1.048 2.096 3.144 6.287

Lanjutan

3-76
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

2038 2043
No Kecamatan
Mewah Menengah Sederhana Jumlah Mewah Menengah Sederhana Jumlah

1 Bilah Hulu 189 378 567 1.133 241 483 724 1.448

2 Pangkatan 98 197 295 591 126 252 378 755

3 Bilah Barat 123 246 369 737 157 314 471 942

4 Bilah Hilir 151 301 452 904 192 385 577 1.155

5 Panai Hulu 123 245 368 736 157 313 470 940

6 Panai Tengah 115 231 346 692 147 295 442 885

7 Panai Hilir 116 232 348 697 148 297 445 890

8 Rantau Selatan 240 480 720 1.440 307 613 920 1.840

9 Rantau Utara 296 592 888 1.776 378 756 1.134 2.269

Labuhanbatu 1.451 2.902 4.353 8.706 1.854 3.708 5.562 11.124

Sumber: Kompilasi Data dan Hasil Analisis, 2022

4.7. ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN


KAWASAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Labuhanbatu adalah
Kawasan Peruntukan Pertahanan. Kawasan peruntukan pertahanan ini meliputi:
a. Komando Distrik Milliter (Kodim) 0209/Labuhanbatu;
b. Komando Rayon Militer (Koramil) yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten;
c. Polisi Sektor (Polsek) yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten;
d. Kipan B Yonif - 126/Kala Cakti; dan
e. Kipan C Yoni f - 126/Kala Cakti.
Pemanfaatan kawasan untuk pemerintah terkait bidang pertahanan
meliputi pertahanan darat, laut dan/atau udara yang diperuntukkan sebagai
basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan dan/atau kawasan industri sistem pertahanan

4.8. ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DYA TAMPUNG


LINGKUNGAN HIDUP
Daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam KLHS ini mengacu pada
SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:297/MenLHK/Setjen/2019
tentang Penetapan Daya Dukung dan Daya Tampung Air Nasional yang
merupakan salah satu amanat Pasal 12 UU No.32/2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).

3-77
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Analisis daya dukung dan daya tampung dimanfaatkan sebagai pembatas


dalam pemanfaatan sumber daya alam agar tidak merusak lingkungan dan
kelestariannya tetap terjaga. Sedemikian besar upaya tersebut diharapkan
menjadi langkah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Selanjutnya,
dengan adaptasi pembangunan yang berpusat pada keseimbangan batasan
alamiah diharapkan mampu berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca
sebagaimana komitmen Indonesia untuk pengurangan emisi karbon sebesar 29%-
41% sampai tahun 2030 dituangkan dalam dokumen INDC sebagai bagian dari
perjanjian Paris (Kementerian LHK, 2019).

A. Daya Tampung Lahan

Daya dukung lahan merupakan kemampuan suatu wilayah untuk


mendukung perikehidupan makhluk hidup terutama manusia. Analisis ini
berguna untuk memahami kemampuan wilayah dalam menyediakan lahan
pemukiman untuk bertempat tinggal. Mengidentifikasi layak tidaknya suatu
lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pemukiman yaitu dengan cara
menghitung luasan lahan yang layak dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
LPm = ( LWP x 60 % )
Keterangan :
LPm = Luas lahan yang dapat dikembangkan untuk permukiman ( Ha )
LWP = Luas wilayah potensial
60 % = Rasio tutupan lahan

Tahap selanjutnya ialah menganalisis daya dukung wilayah untuk


permukiman yaitu dengan menghitung nilai indeks dari luas wilayah potensial
dengan memperhatikan standar kebutuhan ruang perkapita berdasarkan lokasi
geografis serta jumlah penduduk tahun terakhir. Adanya analisis ini
dipertuntukan untuk mengetahui kemampuan dari wilayah potensial dalam
menampung penduduk optimal.

Tabel 4. 53 Standar Koefesien Kebutuhan Ruang

Lokasi Geografis Kebutuhan Ruang (Ha/Kapita)


No
(Perdesaan-Perkotaan)
1 Zona Perdesaan 0,0133
2 Zona Pinggiran Kota 0,0080
3 Zona Perkotaan 0,0026
4 Zona Pusat Kota 0,0016
5 Zona Pusat Kota Metropolitan 0,0006
Sumber: Permen PU No 11/PERMEN/M/2008 dalam Luthfi Muta’ali, 2021.

3-78
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Untuk mengetahui daya dukung permukiman maka digunakan rumus sebagai


berikut:
𝑳𝑷𝒎/𝑱𝑷
𝑫𝑫𝑷𝒎 =
𝒂
Keterangan :
DDPm = Daya Dukung Permukiman
LPm = Luas Lahan yang dapat dikembangkan untuk permukiman (ha)
JP = Jumlah Penduduk (jiwa)
a = Koefisien luas kebutuhan ruang (ha/kapita)

Nilai indeks daya dukung permukiman sebagai berikut :


• Nilai DDPm >1, artinya bahwa daya dukung permukiman tinggi, masih mampu
menampung penduduk untuk bermukim dalam wilayah tersebut.
• Nilai DDPm =1, artinya bahwa daya dukung permukiman optimal, terjadi
keseimbangan antara penduduk yang bermukim dengan luas wilayah.
• Nilai DDPm <1, artinya bahwa daya dukung permukiman rendah, tidak
mampu lagi menampung penduduk untuk bermukim dalam wilayah tersebut.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan


pendekatan tata ruang dan rumus-rumus perhitungan tersebut, diperoleh hasil
daya dukung wilayah untuk permukiman di Kabupaten Labuhanbatu yaitu
sebagai berikut:

Tabel 4. 54 Daya Tampung Permukiman di Kabupaten Labuhanbatu


Luas
Koefisie
Lahan
n
N Yang Populas Populas DDPm DDPm
Kecamatan Permen Ket
o Layak i (2023) i (2043) (2023) (2043)
PU
Pemukima
11/2018
n (Ha)
118,2 106,3
1 Bilah Hulu 23.090,11 75.081 83.524 0,0026 Mampu
8 3
2 Pangkatan 1.427,35 46.028 52.527 0,0026 11,93 10,45 Mampu
3 Bilah Barat 11.070,82 48.426 55.095 0,008 28,58 25,12 Mampu
4 Bilah Hilir 1.174,88 72.281 82.437 0,0133 1,22 1,07 Mampu
5 Panai Hulu 2.214,16 44.527 49.667 0,0133 3,74 3,35 Mampu
Tidak
6 Panai Tengah 51,14 51.741 60.053 0,0133 0,07 0,06
Mampu
7 Panai Hilir 5.952,48 52.289 59.780 0,0133 8,56 7,49 Mampu
Rantau 115.03
8 1.964,12 97.018 0,008 2,53 2,13 Mampu
Selatan 8
114.89 129.41
9 Rantau Utara 2.673,76 0,0026 8,95 7,95 Mampu
4 7
Sumber : Hasil Analisis, 2022

3-79
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Daya tampung adalah kemampuan dari suatu wilayah untuk menerima


dan menampung jumlah penduduk optimal. Analisis daya tampung ini diperlukan
sebagai bentuk responsif terhadap dinamika pertumbuhan penduduk yang saat
ini tidak terhindarkan. Konsekuensi pertumbuhan dan perkembangan penduduk
yang menempati lahan, menyebabkan kepadatan hunian menjadi bertambah.
Untuk melakukan analisis daya tampung diperlukan hasil analisis daya dukung
permukiman (DDPm) dan data mengenai jumlah penduduk tahun terakhir.
Sehingga daya tampung penduduk optimal dapat diketahui dengan menggunakan
rumus perhitungan sebagai berikut :

DT = DDPm x JP
Keterangan :
DT = Daya Tampung (jiwa)
DDPm = Daya Dukung Permukiman
JP = Jumlah Penduduk

Berdasarkan rumus perhitungan diatas, maka daya tampung penduduk di


Kabupaten Labuhanbatu adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 55 Daya Tampung Penduduk di Kabupaten Labuhanbatu

Luas Lahan Kesfisien Daya


Yang Layak Populasi Permen DDPm Tampung
No Kecamatan Ket
Pemukiman (2043) PU (2043) Penduduk
(Ha) 11/2018 (2043)

1 Bilah Hulu 23.090,11 29.444 0,0026 301,62 8.880.812 Mampu


2 Pangkatan 1.427,35 20.400 0,0026 26,91 548.981 Mampu
3 Bilah Barat 11.070,82 16.403 0,0080 84,37 1.383.852 Mampu
4 Bilah Hilir 1.174,88 106.014 0,0133 0,83 88.337 Tidak Mampu
5 Panai Hulu 2.214,16 43.121 0,0133 3,86 166.478 Mampu
6 Panai Tengah 51,14 34.545 0,0133 0,11 3.845 Tidak Mampu
7 Panai Hilir 5.952,48 72.214 0,0133 6,20 447.555 Mampu
8 Rantau Selatan 1.964,12 50.321 0,0080 4,88 245.515 Mampu
9 Rantau Utara 2.673,76 171.129 0,0026 6,01 1.028.368 Mampu

Sumber : Hasil Analisis, 2022

B. Daya Dukung Air

Analisis ambang batas dan status DDLH penyedia air secara kuantitatif
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (i) perhitungan ketersedian air, (ii)
perhitungan kebutuhan air untuk lahan dan domestik, (iii) perhitungan ambang

3-80
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

batas penduduk, dan (iv) penentuan status DDLH penyedia air di setiap grid.
Empat tahapan tersebut dilakukan pada sistem grid dengan resolusi 30”x30”
(±900 m x 900 m). Diagram alir dari tahapan tersebut dapat dilihat pada diagram
berikut.

Gambar 4. 16 Bagan Daya Dukung Air

(i) Perhitungan ketersediaan air


Ketersediaan air di setiap grid dihitung dengan mendistribusikan
ketersediaan air di setiap wilayah distrik (WD) sungai dengan menggunakan
indeks jasa ekosistem penyedia air (IJEPA) sebagai bobot pendistribusian. Data
ketersediaan air di setiap wilayah distrik (WD) sungai diperoleh dari Neraca Air
yang disusun oleh Kementerian PUPR. Persamaan matematis yang digunakan
yaitu:
𝐼𝐽𝐸𝑃𝐴𝑖
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 = 𝐴𝑖𝑟𝑊𝐷 ×
𝐼𝐽𝐸𝑃𝐴𝑊𝐷
Dimana :
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 : ketersediaan air di setiap grid (m3/tahun),
𝐴𝑖𝑟𝑊𝐷 : ketersediaan air di setiap wilayah distrik (WD) sungai
(m3/tahun),
𝐼𝐽𝐸𝑃𝐴𝑖 : indeks jasa ekosistem penyedia air di grid-i, dan
𝐼𝐽𝐸𝑃𝐴_𝑊𝐷 : jumlah indeks jasa ekosistem penyedia air di wilayah sungai.
Hasil perhitungan ketersediaan air melalui Program Arc GIS dapat dilihat
pada peta dibawah ini.

3-81
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

(ii) Perhitungan kebutuhan air

Perhitungan kebutuhan air terbagi dua jenis, yaitu kebutuhan air untuk
lahan dan kebutuhan air domestik. Kebutuhan air lahan dihitung berdasarkan
jenis penutup lahan. Penutup lahan yang diperhitungkan kebutuhan airnya
adalah sawah, pertanian lahan kering, perkebunan, dan tambak. Perhitungan
kebutuhan air lahan pertanian (selain tambak) dihitung menggunakan
persamaan:
𝑄𝑖 = 𝐴𝑖 × 𝐼 × 𝑞
dengan:
𝑄𝑖 : kebutuhan air untuk penutup lahan dalam setahun untuk grid ke-i
(m3/tahun),
𝐴𝑖 : luas lahan grid ke-i (Ha),
𝐼 : intensitas tanam dalam persen (%) musim per tahun, dan
𝑞 : standar penggunaan air (1 liter/detik/Ha)
: 0,001 m3/detik/Ha x 3600 x 24 x 120 hari per musim

Untuk tanaman padi, intensitas tanam diasumsikan 200%, yaitu dua


musim per tahun. Tanaman padi ini mewakili penggunaan air pada lahan sawah.
Kemudian, untuk menghitung kebutuhan air tebu dan palawija, digunakan angka
perbandingan umum padi : tebu : palawija, yaitu 4 : 1,5 : 1 (Siswanto, 2014).
Dengan menggunakan asumsi umum, lahan penanaman tebu di perkebunan dan
palawija di pertanian lahan kering, maka untuk setiap kelas lahan diperoleh
perbandingan penggunaan air untuk sawah : perkebunan : pertanian lahan kering
= 4 : 1,5 : 1. Untuk tambak, nilai q (pada Error! Reference source not found.6)
memiliki nilai yang berbeda karena standar penggunaan airnya 0,00491
m3/detik/ha dan per musim nya terdiri dari 150 hari.

Sementara itu, kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan kebutuhan


air untuk hidup layak per kapita, yaitu sebesar 43,3 m3/tahun. Dalam
perhitungan kebutuhan air domestik, kebutuhan per kapita dikali 2 sebagai
safety factor. Persamaan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air
domestik adalah:
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑜𝑚𝑒𝑠𝑡𝑖𝑘 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 × 43,2 × 2 𝑚3/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

3-82
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Hasil perhitungan kebutuhan air melalui Program Arc GIS dapat dilihat
pada peta dibawah ini. Pada table berikut ini dapat dilihat hasil perhitungan
Ketersediaan air serta kebutuhan air dengan menggunakan Program Arc-Gis
Tabel 4. 56 Ketersediaan dan Kebutuhan Air di Kabupaten Labuhanbatu

Ketersediaan Kebutuhan Selisih


Kecamatan
(Ribu M3/Tahun) (Ribu M3/Tahun) (Ribu M3/Tahun)
Bilah Barat 1.555.832,45 313.348,76 1.242.483,69
Bilah Hilir 784.041,95 553.659,12 230.382,83
Bilah Hulu 1.021.960,86 430.275,85 591.685,01
Panai Hilir 3.707.221,09 330.514,00 3.376.707,09
Panai Hulu 634.729,56 263.302,46 371.427,10
Panai Tengah 2.099.027,89 633.363,65 1.465.664,23
Pangkatan 437.671,31 322.492,75 115.178,56
Rantau Selatan 683.546,93 57.869,74 625.677,19
Rantau Utara 509.741,75 98.937,04 410.804,71
Grand Total 11.433.773,78 3.003.763,37 8.430.010,42

Sumber : Hasil Analisis, 2022

Dari hasil perhitungan kebutuhan air secara umum untuk Kabupaten


Labuhanbatu masih memenuhi ketersediaan airnya. Selisih kebutuhan air dapat
dilihat pada peta selisih kebutuhan air di Kabupaten Labuhanbatu dibawah ini.

3-83
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Peta 4.xx Ketersediaan Air Di Kabupaten Labuhanbatu

Gambar 4. 17 Peta Ketersediaan Air

3-84
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Peta 4.xx Kebutuhan Air Di Kabupaten Labuhanbatu

Gambar 4. 18 Peta Kebutuhan Air

3-85
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Peta 4.xx Selisih Kebutuhan Air Di Kabupaten Labuhanbatu

Gambar 4. 19 Peta Selisih Ketersediaan dan Kebutuhan Air

3-86
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

C. Daya Dukung Pangan

Daya dukung lingkungan hidup (DDLH) berbanding lurus terhadap jumlah


sumber daya lingkungan dan berbanding terbalik dengan jumlah konsumsi
penduduk. Hal ini dinyatakan oleh Cloud (dalam Soerjani dkk., 1987), bahwa daya
dukung lingkungan hidup (DDLH) digambarkan melalui perbandingan jumlah
sumber daya yang dapat dikelola terhadap jumlah konsumsi penduduk.
Perhitungan DDLH penyedia pangan dengan pendekatan kuantitatif dilakukan
melalui perhitungan selisih dan perbandingan antara ketersediaan dan
kebutuhan untuk masing-masing jasa ekosistem (Norvyani, 2016). Perhitungan
DDLH penyedia pangan dilakukan pada peta dengan resolusi 30”x30” (≈ 900 m x
900 m) dalam bentuk grid, sehingga pada setiap luasan area tersebut, dapat
diketahui jumlah kebutuhan pangan, ketersediaan pangan, ambang batas
penduduk, dan status DDLH-nya. Alur pemodelan DDLH penyedia pangan dengan
pendekatan kuantitatif dapat dilihat pada diagram berikut.

(i) Perhitungan ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan dihitung berdasarkan jumlah produksi pangan setiap


kabupaten, yang kemudian dikonversi ke satuan kilo-kalori (kkal). Ketersediaan
pangan tersebut selanjutnya didistribusikan ke setiap grid, dengan menggunakan
indeks jasa ekosistem penyedia bahan pangan (IJEPBP) sebagai bobot
pendistribusian. Perhitungan ketersediaan pangan di setiap grid menggunakan
persamaan:

3-87
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

𝐼𝐽𝐸𝑃𝐵𝑃𝑖
𝐾𝐻𝑖 = × 𝐾𝐻𝑘𝑎𝑏
𝐼𝐽𝐸𝑃𝐵𝑃𝑘𝑎𝑏
Dimana :
𝐾𝐻𝑖 : ketersediaan bahan pangan pada grid i dalam satu tahun (kkal),
𝐼𝐽𝐸𝑃𝐵𝑃𝑖 : IJE penyedia bahan pangan pada grid i,
𝐼𝐽𝐸𝑃𝐵𝑃𝑘𝑎𝑏 : total IJE penyedia bahan pangan di setiap kabupaten, dan
𝐾𝐻𝑘𝑎𝑏 : ketersediaan bahan pangan di setiap kabupaten dalam satu tahun
(kkal).
Hasil perhitungan ketersediaan pangan melalui Program Arc GIS dapat
dilihat pada peta dibawah ini.

(ii) Perhitungan kebutuhan pangan

Kebutuhan pangan dihitung berdasarkan jumlah penduduk di setiap grid


yang dikalikan dengan Angka Kecukupan Energi (AKE). AKE adalah besarnya
kebutuhan energi bahan pangan individu untuk melakukan pekerjaan atau
aktivitas harian, yaitu sebesar 2.150 kkal/orang/hari (Kementerian Kesehatan,
2013). Barirotuttaqiyah (2015) menggunakan persamaan berikut untuk
menghitung kebutuhan pangan di setiap grid.

𝐾𝐵𝑖 = 𝑃𝑖 × 𝐴𝐾𝐸 × 365

dengan, 𝐾𝐵𝑖 adalah kebutuhan pangan di grid ke-i selama setahun (kkal); 𝑃𝑖
adalah jumlah penduduk grid ke-i (orang); dan 𝐴𝐾𝐸 adalah angka kecukupan
energi per kapita (kkal/orang/hari).

Hasil perhitungan kebutuhan pangan melalui Program Arc GIS dapat


dilihat pada peta dibawah ini. Pada table berikut ini dapat dilihat hasil
perhitungan Ketersediaan pangan serta kebutuhan pangan dengan menggunakan
Program Arc-Gis.

Tabel 4. 57 Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan di Kabupaten Labuhanbatu


Ketersediaan Pangan Kebutuhan Pangan Selisih
Kecamatan
(Jt. Kkal/Tahun) (Jt. Kkal/Tahun) (Jt. Kkal/Tahun)
Bilah Barat 186,88 30.661,75 - 30.474,88
Bilah Hilir 5.793,18 20.897,11 - 15.103,92
Bilah Hulu - 27.747,19 - 27.747,19
Panai Hilir 210.547,95 194.302,53 16.245,42
Panai Hulu 7.412,78 20.897,11 - 13.484,32
Panai Tengah 38.558,93 40.608,46 - 2.049,53
Pangkatan - 21.903,94 - 21.903,94

3-88
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Ketersediaan Pangan Kebutuhan Pangan Selisih


Kecamatan
(Jt. Kkal/Tahun) (Jt. Kkal/Tahun) (Jt. Kkal/Tahun)
Rantau Selatan 249,17 21.472,33 - 21.223,16
Rantau Utara 249,17 26.117,26 - 25.868,10
Grand Total 262.998,07 404.607,68 - 141.609,62

Sumber : Hasil Analisis, 2022

Dari table ketersediaan dan kebutuhan pangan di Kabupaten Labuhanbatu


dapat terlihat jika Kabupaten Labuhanbatu tidak bisa memenuhi secara mandiri
untuk kebutuhan pangannya dalam arti kebutuhan pangannya didatangkan dari
daerah lain.

3-89
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Peta 4.xx Ketersediaan Pangan Kabupaten Labuhanbatu

Gambar 4. 20 Peta Ketersediaan Pangan

3-90
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Peta 4.xx Kebutuhan Pangan Kabupaten Labuhanbatu

Gambar 4. 21 Peta Kebutuhan Pangan

3-91
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Peta 4.xx Selisih Kebutuhan Pangan Di Kabupaten Labuhanbatu

Gambar 4. 22 Peta Selisih Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan

3-92
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.9. ANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN


IKLIM HIDUP
Tren perubahan iklim di masa depan dan potensi ancaman terkait
berdasarkan model perubahan iklim, dan dalam beberapa kasus, berdasarkan
pada rekam pola meteorologi (meteorological pattern). Eksposure atau
keterpaparan terhadap bencana perubahan iklim dialami di setiap daerah
berbeda-beda. Kerentanan dalam kajian ini meliputi kerentanan yang diakibatkan
oleh kekeringan, gempa bumi, longsor, dan abrasi.

Kekeringan dapat mengurangi luas tanam dan luas panen, menurunkan


hasil produksi utamanya pada tanaman padi yang membutuhkan banyak air.
Ketersediaan air di wilayah delineasi erat kaitannya dengan jumlah dan distribusi
curah hujan serta efektifnya saluran irigasi yang sudah dibangun. Curah hujan
rendah serta distribusi hujan yang tidak merata dalam jangka waktu tertentu,
juga saluran irigasi yang minim debit dapat menyebabkan defisitnya air pada area
pertanian dan terjadinya kekeringan fisiologis yang kurang baik bagi
pertumbuhan tanaman.

Tingkat kerentanan terhadap perubahan iklim ditentukan oleh indikator-


indikator yang mempengaruhi keterpaparan, sensivitas, dan kapasitas adaptasi
suatu sistem. Ketiga faktor tersebut berubah menurut waktu sejalan dengan
dilaksanakannya kegiatan pembangunan dan upaya-upaya adaptasi. Tingkat
keterpaparan dan tingkat sensivitas dapat dicerminkan oleh kondisi bio fisik dan
lingkungan, serta kondisi sosial-ekonomi. Untuk mendukung upaya pengurangan
resiko dan dampak perubahan iklim tersebut, Direktorat Jenderal Pengendalian
Perubahan Iklim melalui Direktorat Adaptasi perubahan iklim mengembangkan
Sistem Informasi Indeks dan Data Kerentanan Perubahan Iklim yang menyajikan
data dan informasi kerentanan perubahan iklim dengan satuan unit desa di
seluruh Indonesia. Saat ini SIDIK memanfaatkan data sosial ekonomi, demografi,
geografi, dan lingkungan infrastruktur dari PODES. Tujuannya adalah untuk
menyajikan informasi kerentanan perubahan iklim untuk mendukung kebijakan
pembangunan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya perencanaan
adaptasi serta pengurangan resiko dan dampak perubahan iklim. Untuk melihat
kondisi kerentanan Iklim di Kabupaten Labuhanbatu, maka tim merujuk dari

3-93
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

data serta peta yang ada didalam Aplikasi SIDIK – KLHS. Berikut adalah tabel
serta peta kerentanan iklim di Kabupaten Labuhanbatu.

Tabel 4. 58 Kondisi Kerentanan Iklim Di Kabupaten Labuhanbatu

Nilai
Kecamatan Desa / Kelurahan Keterangan
Kerentanan

Bilah Barat Aek Buru Selatan 3 1 : Sangat Rendah


2 : Rendah
Afdeling I Rantauprapat 3 3 : Sedang
Afdeling Ii Rantauprapat 3 4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi
Bandar Kumbul 3
Janji 3
Kampung Baru 3
Sibargot 3
Tanjung Medan 3
Tebing Linggahara 3
Tebing Linggahara Baru 3
Bilah Hilir Kampung Bilah 3
Negeri Baru 3
Negeri Lama 3
Negeri Lama Seberang 3
Perkebunan Bilah 3
Perkebunan Negeri Lama 3
Perkebunan Sennah 3
Sei Kasih 3
Sei Tampang 3
Sei Tarolat 3
Selat Besar 3
Sidomulyo 3
Tanjung Haloban 3
Bilah Hulu Bandar Tinggi 3
Emplasmen Aek Nabara 3
Gunung Selamat 3
Kampung Dalam 3
Lingga Tiga 3
Meranti 3
N Delapan Aek Nabara 3
N Dua Aek Nabara 3
N Empat Aek Nabara 4
N Enam Aek Nabara 3
N Lima Aek Nabara 3
N Satu Aek Nabara 3
N Tiga Aek Nabara 3

3-94
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Nilai
Kecamatan Desa / Kelurahan Keterangan
Kerentanan

N Tujuh Aek Nabara 3


Pematang Seleng 3
Perbaungan 3
Pondok Batu 3
S Dua Aek Nabara 3
S Empat Aek Nabara 3
S Enam Aek Nabara 3
S Lima Aek Nabara 3
S Satu Aek Nabara 3
S Tiga Aek Nabara 3
Tanjung Siram 3
Panai Hilir Sei Baru 3
Sei Berombang 3
Sei Lumut 3
Sei Penggantungan 3
Sei Sakat 4
Sei Sanggul 3
Sei Tawar 3
Wonosari 3
Panai Hulu Ajamu 3
Cinta Makmur 3
Meranti Paham 3
Sei Jawi Jawi 3
Sei Sentosa 3
Tanjung Sarang Elang 3
Teluk Sentosa 3
Panai Tengah Bagan Bilah 3
Labuhan Bilik 3
Pasar Tiga 3
Sei Merdeka 3
Sei Nahodaris 3
Sei Pelancang 3
Sei Rakyat 3
Sei Siarti 3
Selat Beting 3
Telaga Suka 3
Pangkatan Kampung Padang 3
Pangkatan 3
Perkebunan Pangkatan 3
Sennah 3

3-95
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Nilai
Kecamatan Desa / Kelurahan Keterangan
Kerentanan

Sidorukun 3
Tanjung Harapan 3
Tebing Tinggi Pangkatan 3
Rantau Selatan Bakaran Batu 3
Danobale 3
Lobusona 3
Perdamean 3
Sidorejo 3
Sigambal 3
Sioldengan 3
Ujung Bandar 3
Urung Kompas 3
Rantau Utara Aek Paing 3
Bina Raga 3
Cendana 3
Kartini 3
Padang Bulan 3
Padang Matinggi 3
Pulo Padang 3
Rantauprapat 3
Sirandorung 3
Siringo-Ringo 3

Sumber : SIDIK – KLHK, 2022

Kondisi kerentanan iklim di Kabupaten Labuhanbatu berada dalam kondisi


sedang tetapi ada 2 (dua) desa yang berada pada kondisi kerntanan tinggi yaitu
Desa N Empat Aek Nabara Kecamatan Bilah Hulu dan desa Sei Sakat Kecamatan
Panai Hilir berdasarkan data SIDIK dari Kementerian KLHK, untuk sebaran
kondisi kerentanan iklimnya dapat dilihat pada peta berikut ini.

3-96
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4.xx Peta Kerentanan Iklim Kabupaten Labuhanbatu

Gambar 4. 23 Peta Kerentanan Iklim

3-97
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.10. ANALISIS NERACA PENATAGUNAAN SUMBER


DAYA AIR
Kondisi ketersediaan air ini pasti akan mengalami tekanan dari
pengembangan rencana pola ruang di wilayah delineasi tersebut, utamanya akibat
kegiatan pembangunan Kawasan permukiman, Perkebunan dan industri. Hal ini
bermakna bahwa area-area tersebut perlu dicarikan potensi sumber air agar lebih
memadai dan menyediakan air secara mandiri. Oleh karenanya, perlu disusun
strategi peningkatan tangkapan dan distribusi air untuk mengantisipasinya.
Beberapa upaya tambahan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
ketersediaan yang mencukupi antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan penangkapan air melalui revitalisasi dan fungsionalisasi area
tangkapan air baru.
2. Peningkatan kualitas air agar layak dimanfaatkan sebagai sumber air baku
dengan mengurangi beban cemar pada air dari kegiatan industri, rumah
tangga, dan pertanian.
3. Penambahan jumlah jaringan distribusi air
4. Penerapan sistem produksi bersih pada kegiatan industri agar dapat
menghemat penggunaan air
5. Penerapan insentif bagi kegiatan produksi baik pada aktivitas hulu (seperti
pertanian) maupun industri yang dapat menekan atau menghemat
penggunaan air
6. Peningkatan pendidikan lingkungan untuk masyarakat seperti cinta
lingkungan, hemat energi dan air.
7. Kapasitas prasarana air baku perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga, perkotaan dan industri
8. Menegakkan regulasi untuk kepastian perlindungan sumber air.
Gambar 4. 24 Bagan Ketersediaan Air

Koefisien Koefisien
Limpasan Untuk Limpasan Untuk
Setiap Jenis Setiap Jenis
Penggunaan Penggunaan

Ketersediaan Ketersediaan
Air Air

Luas Setiap Luas Setiap


Penggunaan Penggunaan
Lahan Lahan

3-98
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Analisis ketersediaan air didasarkan pada koefisien limpasan air setiap


wilayah, semakin kecil koefisien limpasan dan semakin luas sub zona tersebut,
maka semakin besar pula potensi wilayah tersebut untuk menyimpan air. Selain
itu, melalui analisis ini dapat diketahui pula besaran ketersediaan air di
Kabupaten Labuhanbatu berdasarkan rencana pola ruang. Di bawah ini
merupakan hasil analisis ketersediaan air dengan metoda limpasan di Kabupaten
Labuhanbatu.

Tabel 4. 59 Kajian Ketersediaan Air Dengan Metoda Limpasan Pada Setiap


Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu

No TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


Kecamatan Bilah Barat
1 Danau 7,61 0,30 2,28
2 Hutan Rimba 2.577,12 0,30 773,14
3 Kebun Campuran 1.520,89 0,30 456,27
4 Kolam 62,62 0,30 18,79
5 Perkebunan/Kebun 24.861,21 0,30 2543,4 7.458,36 0,30 222.286.983,51
Permukiman dan Tempat
6 26,78 0,60 16,07
Kegiatan
7 Sawah 6,75 0,30 2,03
8 Semak Belukar 0,00 0,30 0,00
9 Tegalan/Ladang 42,77 0,30 12,83
29.105,75 8.739,76

No TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


Kecamatan Bilah Hilir
1 Kolam 159,98 0,30 47,99
2 Perkebunan/Kebun 46.547,49 0,30 13.964,25
Permukiman dan Tempat
3 70,94 0,60 42,57
Kegiatan 2543,4 0,30 360.870.926,18
4 Sawah 209,08 0,30 62,72
5 Semak Belukar 88,27 0,30 26,48
6 Sungai 148,38 0,30 44,51
47.224,14 14.188,52

TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


No
Kecamatan Bilah Hulu
1 Hutan Rimba 1.388,26 0,30 416,48
2 Kebun Campuran 49,53 0,30 2543,4 14,86 0,30 291.200.564,79
3 Kolam 122,01 0,30 36,60

3-99
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4 Perkebunan/Kebun 36.124,48 0,30 10.837,34


Permukiman & Tempat
5 157,84 0,60 94,70
Kegiatan
6 Rawa 11,26 0,30 3,38
7 Semak Belukar 153,01 0,30 45,90
38.006,37 11.449,26

TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


No
Kecamatan Panai Hilir
1 Perkebunan/Kebun 22.926,27 0,30 6.877,88
Permukiman dan Tempat
2 240,85 0,60 144,51
Kegiatan
3 Sawah 7.502,28 0,30 2.250,68
2543,4 0,30 300.586.876,83
4 Semak Belukar 4.041,68 0,30 1.212,50
5 Sungai 4.433,43 0,30 1.330,03
6 Tambak 9,00 0,30 2,70
39.153,51 11.818,31

TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


No
Kecamatan Panai Hulu
1 Kolam 9,44 0,30 2,83
2 Perkebunan/Kebun 21.445,91 0,30 6.433,77
Permukaan/Lapangan
3 9,00 0,70 6,30
Diperkeras
Permukiman & Tempat 2543,4 0,30 173.214.215,51
4 91,12 0,60 54,67
Kegiatan
5 Sawah 253,88 0,30 76,16
6 Semak Belukar 1,75 0,30 0,52
7 Sungai 786,91 0,30 236,07
22.598,01 6.810,34

TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


No
Kecamatan Panai Tengah
1 Kolam 49,55 0,30 14,86
2 Perkebunan/Kebun 52.780,21 0,30 15.834,06
Permukiman & Tempat
3 67,52 0,60 40,51
Kegiatan 2543,4 0,30 446.551.807,40
4 Sawah 1.378,43 0,30 413,53
5 Semak Belukar 3.117,59 0,30 935,28
6 Sungai 1.063,43 0,30 319,03
58.456,74 17.557,28

TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


No
Kecamatan Pangkatan
1 Kolam 129,95 0,30 2543,4 38,98 0,30 207.410.470,79

3-100
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

2 Perkebunan/Kebun 26.844,30 0,30 8.053,29


Permukiman & Tempat
3 69,79 0,60 41,87
Kegiatan
4 Semak Belukar 69,01 0,30 20,70
27.113,05 8.154,85

TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


No Kecamatan Rantau
Selatan
1 Danau 4,50 0,30 1,35
2 Hutan Rimba 1.577,65 0,30 473,30
3 Kolam 55,84 0,30 16,75
2543,4 0,32 53.214.093,68
4 Perkebunan/Kebun 4.415,62 0,30 1.324,69
Permukiman & Tempat
5 455,76 0,60 273,46
Kegiatan
6 Sawah 9,01 0,30 2,70
6.518,38 2.092,24

TUTUPAN LAHAN Ai Ci R Ci x Ai C SA (m3/thn)


No Kecamatan Rantau
Utara
1 Danau 12,65 0,30 3,80
2 Hutan Rimba 703,10 0,30 210,93
3 Kolam 58,95 0,30 17,69
Lapangan Tidak
4 9,01 0,70 2543,4 6,30 0,32 74.375.097,85
Diperkeras
5 Perkebunan/Kebun 7.721,01 0,30 2.316,30
Permukiman dan Tempat
6 610,87 0,60 366,52
Kegiatan
7 Sawah 9,01 0,30 2,70
9.124,59 2.924,24

Sumber : Hasil Analisis, 2022

Keterangan :
Ai : Luas Sub Zona I (Ha) R : Curah Hujan Tahunan (mm/Tahun)
Ci : Koefisien Limpasan SA : Daya Dukung Air (m3/Tahun)

Berdasarkan perhitungan diatas, Kecamatan Panai Tengah memiliki


potensi ketersediaan air tertinggi yaitu 446.551.807,40 m 3/thn, sedangkan
Kecamatan Rantau Selatan memiliki ketersediaan air terendah yaitu
53.214.093,68 m3/thn. Secara keseluruhan potensi ketersediaan air di Kabupaten
Labuhanbatu adalah 2.129.711.036,54 m3/thn.

Kebutuhan Air :

3-101
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Sementara itu, kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan kebutuhan


air untuk hidup layak per kapita, yaitu sebesar 43,3 m3 /tahun. Dalam
perhitungan kebutuhan air domestik, kebutuhan per kapita dikali 2 sebagai
safety factor. Kebutuhan air penduduk dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 4. 60 Kebutuhan Air Penduduk


No
Kecamatan Penduduk KHL (m3/thn) Keb. Air Domestik (M3/thn)
1 Bilah Hulu 64.949 43,2 5.611.594
2 Pangkatan 38.229 43,2 3.302.986
3 Bilah Barat 40.422 43,2 3.492.461
4 Bilah Hilir 60.094 43,2 5.192.122
5 Panai Hulu 38.359 43,2 3.314.218
6 Panai Tengah 41.767 43,2 3.608.669
7 Panai Hilir 43.300 43,2 3.741.120
8 Rantau Selatan 75.395 43,2 6.514.128
9 Rantau Utara 97.467 43,2 8.421.149
Total 499.982 43.198.445

Sumber : Hasil Analisis, 2022

Penggunaan air untuk kegiatan ekonomi berbasis lahan dihitung dengan


pendekatan perhitungan luasan penutupan lahan yang terdiri dari :
✓ Sawah;
✓ Perkebunan / kebun;
✓ Tegalan / pertanian lahan kering; dan
✓ Tambak / perikanan air tawar

Tipe penutupan lahan yang dihitung kebutuhan airnya mengacu pada


kelas penutupan lahan skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000 sebagaimana termuat
dalam Lampiran C SNI 7645:2010 dan hanya kelas penutupan lahan yang
berkaitan dengan kegiatan ekonomi (produksi). Berikut adalah kebutuhan air
sector pertanian yang muncul.

Tabel 4. 61 Kebutuhan Air Lahan Pertanian Kabupaten Labuhanbatu


Keb. Air
Penggunaan Lahan Luas Lahan Keb. Air
No Kecamatan Pertanian
Pertanian (Ha) (m3/thn)
(M3/thn/Ha)
1
2 Bilah Hulu Sawah Pengairan Teknis 25 10.368 259.200
Sawah Tadah Hujan 5 5.184 25.920
3 Pangkatan -

3-102
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Keb. Air
Penggunaan Lahan Luas Lahan Keb. Air
No Kecamatan Pertanian
Pertanian (Ha) (m3/thn)
(M3/thn/Ha)
Pengairan Setengah
4 Bilah Barat 183 5.184 948.672
Teknis
5 Bilah Hilir Tadah Hujan 1.419 5.184 7.356.096
Pasang Surut 155 5.184 803.520
6 Panai Hulu Tadah Hujan 993 5.184 5.147.712
Pasang Surut 519 5.184 2.690.496
7 Panai Tengah Tadah Hujan 3.167 5.184 16.417.728
Pasang Surut 1.385 5.184 7.179.840
8 Panai Hilir Tadah Hujan 9.309 5.184 48.257.856
Pasang Surut 705 5.184 3.654.720
Pengairan Setengah
9 Rantau Selatan 110 5.184 570.240
Teknis
Tadah Hujan 34 5.184 176.256
Pengairan Setengah
10 Rantau Utara 62 5.184 321.408
Teknis
Total - 18.041 93.809.664

Sumber : Hasil Analisis, 2022


Sumber Data : Kabupaten Labuhan Batu Dalam Angka 2022, BPS Kabupaten Labuhan Batu

Total Kebutuhan Air di Kabupaten Labuhanbatu adalah sebagai berikut.


Tabel 4. 62 Total Kebutuhan Air Kabupaten Labuhanbatu

Kebutuhan Air Keb. Air Keb. Air


No Kecamatan Penduduk Pertanian Perkebunan TOTAL
(m3/thn) (M3/thn/Ha) (M3/thn/Ha)

1 Bilah Hulu 5.611.594 285.120 142.067.520 147.964.234


2 Pangkatan 3.302.986 - 100.811.952 104.114.938
3 Bilah Barat 3.492.461 948.672 177.631.056 182.072.189
4 Bilah Hilir 5.192.122 8.159.616 91.550.736 104.902.474
5 Panai Hulu 3.314.218 7.838.208 48.732.192 59.884.618
6 Panai Tengah 3.608.669 23.597.568 54.715.824 81.922.061
7 Panai Hilir 3.741.120 51.912.576 39.389.328 95.043.024
8 Rantau Selatan 6.514.128 746.496 33.860.592 41.121.216
9 Rantau Utara 8.421.149 321.408 51.391.584 60.134.141
Total 43.198.445 93.809.664 740.150.784 877.158.893

Sumber : Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan perhitungan Ketersediaan serta kebutuhan air di Kabupaten


Labuhanbatu, maka neraca ketersediaan air dikabupaten Labuhanbatu dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

3-103
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 63 Neraca Keterediaan Air Kabupaten Labuhanbatu

Total Keb. Air


Ketersediaan Air
Kecamatan Kab. Labuhanbatu Neraca Air Keterangan
(M3/thn/Ha) (SA)
(M3/thn/Ha) (DA)

Bilah Hulu 147.964.234 291.200.565 SA > DA Surplus


Pangkatan 104.114.938 207.410.471 SA > DA Surplus
Bilah Barat 182.072.189 222.286.984 SA > DA Surplus
Bilah Hilir 104.902.474 360.870.926 SA > DA Surplus
Panai Hulu 59.884.618 173.214.216 SA > DA Surplus
Panai Tengah 81.922.061 446.551.807 SA > DA Surplus
Panai Hilir 95.043.024 360.870.926 SA > DA Surplus
Rantau Selatan 41.121.216 53.214.094 SA > DA Surplus
Rantau Utara 60.134.141 74.375.098 SA > DA Surplus
Total 877.158.893 2.189.995.086

Sumber : Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan perhitungan ketersediaan air serta kebutuhan air, saat ini


Kabupaten Labuhanbatu disemua Kecamatan masih dalam keadaan surplus
dalam hal sumber daya airnya.

4.11. ANALISIS PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG


EKONOMI WILAYAH

4.11.1. Indikatif Tumpang Tindih Informasi Geospasial Tematik


Lahan di Kabupaten Labuhanbatu yang terindikasi terjadi tumpang tindih
informasi geospasial dituangkan dalam Peta Indikatif Tumpang Tindih Informasi
(PITTI) Geospasial Tematik Kabupaten Labuhanbatu yang terbagi menjadi 3
tipologi yaitu Tidak Bermasalah, Tidak Bermasalah dalam Kondisi Tertentu dan
Terindikasi Bermasalah. Lahan di Kabupaten Labuhanbatu yang termasuk ke
dalam tipologi Terindikasi Bermasalah dalam kondisi tertentu sebesar 48,27 Ha.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

3-104
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4. 64 Indikatif Tumpang Tindih di Kabupaten Labuhanbatu


Tidak Bermasalah dalam Kondisi
Kecamatan Tidak terdapat IUP Luas (Ha)
Tertentu
Bilah Barat 42,44 29.063,30 29.105,75
Bilah Hilir 47.224,14 47.224,14
Bilah Hulu 4,11 38.002,27 38.006,38
Panai Hilir 39.075,33 39.075,33
Panai Hulu 22.598,01 22.598,01
Panai Tengah 58.456,82 58.456,82
Pangkatan 0,08 27.112,97 27.113,05
Rantau Selatan 1,63 6.516,75 6.518,38
Rantau Utara 9.124,59 9.124,59
Luas (Ha) 48,27 277.174,18 277.222,45

3-105
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4.Tabel 4.1.Tumoang


25 Peta IndikatifTindih
Tumpang Tindih Geospasial
Informasi di Kabupaten Labuhanbatu
Tematik

3-106
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Untuk penyelesaian tipologi Terindikasi Bermasalah mengacu kepada pedoman


penyelesaian yaitu :

• PP No. 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang,


Kawasan Hutan, lzin, dan/atau Hak Atas Tanah.
• Permen ATR/KaBPN No. 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan,
Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi RTRW
Provinsi, Kabupaten, Kota, dan RDTR.
• Permen ATR/KaBPN No. 14 Tahun 2021.

3-107
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

3-108
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

3-109
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Berdasarkan pedoman penyelesaian ketidaksesuaian tata ruang yang telah


disebutkan diatas, penyelesaian ketidaksesuaian tata ruang di Kabupaten
Labuhanbatu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. 65 Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang di Kabupaten


Labuhanbatu
PENYELESAIAN DAN ARAHAN RENCANA
NO TIPOLOGI DAN PITTI
POLA RUANG
A Kawasan hutan dengan RTRW Kabupaten
1 Kawasan Hutan ditetapkan lebih'awal dari Mengacu pada Kawasan Hutan yang
RTRW Kabupaten ditetapkan terakhir
2 RTRWK ditetapkan lebih awal dari Kawasan Dilakukan tata batas dan pengukuhan
Hutan Kawasan Hutan sedangkan revisi RTRW
Kabupaten tetap mengacu pada Kawasan
Hutan yang ditetapkan terakhir
B RTRWP dengan RTRW Kabupaten 1. Revisi RTRWP dilakukan dan ditetapkan
paling lama 18 (delapan belas) bulan sejak
Ketidaksesuaian antara RTRWP dengan
RTRWK ditetapkan
2. Revisi RTRWK dilakukan secara serentak
untuk seluruh kabupaten/kota dalam satu
provinsi yang ditetapkan paling lama 1
(satu) tahun terhitung sejak revisi RTRWP
ditetapkan
3. Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten
mempertimbangkan tutupan lahan
eksisting, guna lahan eksisting dan
kebutuhan pengembangan kawasan hasil
analisis
C Izin, Konsesi, Hak Atas Tanah dan/atau Hak
Pengelolaan di Dalam Kawasan Hutan dalam
Keterlanjuran
1 Izin atau Konsesi dalam Keterlanjuran yang perubahan peruntukan Kawasan Hutan,
telah dikuasai dan dimanfaatkan di dalam perubahan fungsi Kawasan Hutan, dan/atau
Kawasan Hutan sebelum kawasan tersebut penggunaan Kawasan Hutan, dan terhadap
ditunjuk sebagai Kawasan Hutan lzin atau Konsesi tetap berlaku hingga jangka
waktunya berakhir sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2 Hak Atas Tanah dan/atau Hak Pengelolaan mengeluarkan bidang tanah dari Kawasan
yang telah dikuasai dan dimanfaatkan di Hutan melalui perubahan batas Kawasan
dalam Kawasan Hutan sebelum ditunjuknya Hutan
atau ditetapkannya kawasan tersebut sebagai
Kawasan Hutan
3 penguasaan tanah berupa permukiman, penguasaan tanah dimaksud tidak
fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan garapan, dipermasalahkan oleh pihak lainnya, dan
kebun rakyat, lahan transmigrasi, hutan adat, dibuktikan dengan historis penguasaan dan
atau tanah ulayat yang telah dikuasai dan pemanfaatannya, diselesaikan oleh menteri
dimanfaatkan secara fisik dengan iktikad baik yang menyelenggarakan urusan
oleh Masyarakat di dalam Kawasan Hutan pemerintahan di bidang kehutanan.
selama jangka waktu paling singkat 20 (dua Sedangkan arahan rencana pola ruangnya
puluh) tahun secara terus menerus tetap mengacu pada Kawasan Hutan yang
ditetapkan terakhir
D Izin, Konsesi, dan/atau Hak Atas Tanah
dengan RTRW Kabupaten dalam Keterlanjuran
1 Instansi Pemerintah, Badan Usaha, dan/atau Dilakukan pengurangan, penciutan, atau
Masyarakat belum mengusahakan, pencabutan wilayah kerja lzin atau Konsesi
menggunakan, atau memanfaatkan Izin, yang tidak sesuai RTRWK, dan terhadap Hak
Konsesi, dan/atau Hak Atas Tanah secara Atas Tanah dilakukan penyesuaian
efektif pemanfaatan tanah dengan RTRWK

3-110
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

PENYELESAIAN DAN ARAHAN RENCANA


NO TIPOLOGI DAN PITTI
POLA RUANG
2 Instansi Pemerintah, Badan Usaha, dan/atau lzin, Konsesi, dan/atau Hak Atas Tanah tetap
Masyarakat telah mengusahakan, berlaku hingga jangka waktu berlakunya
menggunakan, atau memanfaatkan Izin, berakhir dan dapat diperpanjang sesuai
Konsesi, dan/atau Hak Atas Tanah secara dengan ketentuan peraturan perundang-
efektif dan tidak melampaui daya dukung dan undangan
daya tampung lingkungan hidup
3 Instansi Pemerintah, Badan Usaha, dan/atau terhadap lzin atau Konsesi dilakukan
Masyarakat telah mengusahakan, pengurangan atau penciutan wilayah kerja
menggunakan, atau memanfaatkan Izin, Izin atau Konsesi yang tidak sesuai RTRWK;
Konsesi, dan/atau Hak Atas Tanah secara dan/ atau terhadap Hak Atas Tanah,
efektif, namun aktivitas Instansi Pemerintah, dilakukan penyesuaian pemanfaatan tanah
Badan Usaha, dan/atau Masyarakat dengan RTRWK
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.11.2. Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha


Berdasarkan hasil analisis, Penghentian Pemberian Izin Berusaha di
Kabupaten Labuhanbatu, untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut:

3-111
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 26 Peta Tumpang Tindih PIPPIB Dengan Kawasan Hutan

3-112
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 27 Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Mangrove

3-113
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4.. Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Mangrove dan Lahan

Gambar 4. 28 Peta Tumpang Tindih PIPIB dengan Lahan Gambut

3-114
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4. 29 Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Gupt

3-115
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4.. Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Gambaran Umum


Gambar 4. 30 Peta Tumpang Tindih PIPPIB Dengan Hak Guna Usaha

3-116
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Isi
4.1. ANALISIS RENCANA PEMBANGUNAN ............Error! Bookmark not defined.
4.1.1. Analisis Rencana Tata Ruang...........................Error! Bookmark not defined.
4.1.2. Analisis Rencana Pembangunan Umum.........Error! Bookmark not defined.
4.1.3. Analisis Rencana Sektoral .................................Error! Bookmark not defined.
4.2. ANALISIS KEDUDUKAN DAN PERAN KABUPATEN DALAM WILAYAH
YANG LEBIH LUAS............................................................................................................ 1
4.2.1. Analisis Kedudukan dan Peran dalam Sistem Perkotaan Nasional dan
Provinsi Error! Bookmark not defined.
4.2.2. Analisis Kedudukan dan Peran dalam Perekonomian Nasional dan Provinsi
Error! Bookmark not defined.
4.2.3. Analisis Kedudukan dan Peran dalam RTR Pulau dan RTR KSN, RTRW
Provinsi Error! Bookmark not defined.
4.2.4. Analisis Kedudukan dan Peran dalam Jaringan Konektiivtas ....................... 1
4.2.5. Analisis Potensi dan Permasalahan Regional dan GlobalError! Bookmark
not defined.
4.3. ANALISIS FISIK WILAYAH .................................................................................... 2
4.3.1. Karakteristik Umum Fisik Wilayah ....................Error! Bookmark not defined.
4.3.2. Potensi Rawan Bencana Alam .........................Error! Bookmark not defined.
4.3.3. Potensi Sumber Daya Alam ............................................................................... 2
4.3.4. Kemampuan Lahan.............................................................................................. 4
4.3.5. Kesesuaian Lahan ............................................................................................... 5
4.3.5.1. Kesesuaian Lahan ...........................................Error! Bookmark not defined.
4.3.5.2. Pertambangan, termasuk KBAK ...................Error! Bookmark not defined.
4.3.5.3. Kawasan Peruntukan Industri....................................................................... 23
4.3.5.4. Kawasan Permukiman ................................................................................... 30
4.3.6. Geologi Tata Lingkungan .................................................................................. 32
4.3.7. Kawasan yang Masih Memiliki Potensi Ekonomi dan Lestari ..................... 39
4.3.7.1. Kehutanan ....................................................................................................... 39
4.3.7.2. Pertanian ...........................................................Error! Bookmark not defined.
4.3.7.3. Kelautan dan Perikanan ................................................................................ 39
4.3.7.4. Pertambangan................................................................................................. 40
4.3.7.5. Industri ...............................................................Error! Bookmark not defined.
4.3.7.6. Pariwisata ........................................................................................................ 40
4.4. ANALISIS KEPENDUDUKAN ...............................Error! Bookmark not defined.
4.4.1. Laju Pertumbuhan Penduduk ............................Error! Bookmark not defined.
4.4.2. Perkiraan Jumlah dan Kepadatan Penduduk .Error! Bookmark not defined.

3-117
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.4.3. Perkiraan Jumlah Penduduk Perkotaan dan PerdesaanError! Bookmark


not defined.
4.4.4. Analisis Kualitas Sumber Daya Manusia.........Error! Bookmark not defined.
4.4.4.1. Angka Tenaga Kerja dan Pengangguran ....Error! Bookmark not defined.
4.4.4.2. Tingkat Pendidikan Penduduk .......................Error! Bookmark not defined.
4.4.4.3. Kesejahteraan Penduduk (Garis Kemiskinan (GK), Persentase
Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan)
Error! Bookmark not defined.
4.4.4.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ..........Error! Bookmark not defined.
4.4.5. Kondisi Sosial Budaya ........................................Error! Bookmark not defined.
4.5. ANALISIS EKONOMI WILAYAH ..........................Error! Bookmark not defined.
4.5.1. Struktur Ekonomi ................................................................................................ 43
4.5.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi ............................................................................. 45
4.5.3. Penentuan Lapangan Usaha Unggulan ......................................................... 47
4.5.3.1. Basis Ekonomi ................................................................................................ 47
4.5.3.2. Struktur dan Pergeseran Ekonomi............................................................... 50
4.5.3.3. Klasifikasi Lapangan Usaha ......................................................................... 52
4.5.3.4. Kesimpulan ...................................................................................................... 54
4.5.4. Pengembangan Sektor Penggerak Ekonomi .Error! Bookmark not defined.
4.5.5. Peluang Investasi ................................................Error! Bookmark not defined.
4.5.6. Analisis Kemampuan Keuangan Pembangunan DaerahError! Bookmark
not defined.
4.6. ANALISIS JARINGAN TRANSPORTASI DAN SISTEM PERGERAKAN
Error! Bookmark not defined.
4.6.1. Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Transportasi Darat ........................ 55
4.6.2. Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Transportasi Laut .......................... 60
4.6.3. Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Transportasi Udara ....................... 61
4.7. ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN JARINGAN PRASARANA
Error! Bookmark not defined.
4.7.1. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Energi dan Listrik ........... 61
4.7.2. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Telekomunikasi .............. 64
4.7.3. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Sumber Daya Air ............................ 66
4.7.4. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum ..... 68
4.7.5. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Sistem Pengelolaan Air Limbah ... 69
4.7.6. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Sistem Pengelolaan Limbah B3
Error! Bookmark not defined.
4.7.7. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Pengelolaan Persampahan .......... 71

3-118
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

4.7.8. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Jaringan Drainase Sistem


Kabupaten .......................................................................................................................... 73
4.8. ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN ............................................................................................. 73
4.9. ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN KAWASAN PERTAHANAN
DAN KEAMANAN ..............................................................Error! Bookmark not defined.
4.10. ANALISIS PERTANAHAN .................................Error! Bookmark not defined.
4.10.1. Analisis Penguasaan Tanah ..........................Error! Bookmark not defined.
4.10.2. Analisis terhadap Neraca Penatagunaan TanahError! Bookmark not
defined.
4.10.3. Analisis Perubahan Penggunaan Tanah .....Error! Bookmark not defined.
4.10.4. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW sebelumnya ........ Error!
Bookmark not defined.
4.10.5. Ketersediaan Tanah untuk Kebutuhan PembangunanError! Bookmark
not defined.
4.11. ANALISIS SISTEM PUSAT PERMUKIMAN ...Error! Bookmark not defined.
4.12. ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP
77
4.13. ANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM HIDUP . Error!
Bookmark not defined.
4.14. PENGURANGAN RISIKO BENCANA HIDUPError! Bookmark not defined.
4.14.1. Umum ................................................................Error! Bookmark not defined.
4.14.2. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Jalur Evakuasi Bencana ..... Error!
Bookmark not defined.
4.14.3. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Tempat Evakuasi Bencana Error!
Bookmark not defined.
4.14.4. Analisis Ketentuan Khusus Kawasan Rawan BencanaError! Bookmark
not defined.
4.15. ANALISIS NERACA PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR ........... Error!
Bookmark not defined.
4.16. ANALISIS PEMANFATAN RUANG DARAT, RUANG LAUT, DAN UDARA
Error! Bookmark not defined.
4.17. ANALISIS PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG ..................................... 104
4.17.1. Izin Pemanfaatan Ruang ................................Error! Bookmark not defined.
4.17.2. Indikatif Tumpang Tindih Informasi Geospasial Tematik ....................... 104
4.17.3. Indikatif Penghentian Pemberian Perizinan Berusaha ........................... 111
4.18. POTENSI, MASALAH, PELUANG, DAN TANTANGAN PENATAAN
RUANG Error! Bookmark not defined.
4.19. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN ......... Error!
Bookmark not defined.

3-119
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4.1. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.


Tabel 4.2. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.3. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.4. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.5. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.6. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.7. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.8. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.9. ,,,…. ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.10. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.11. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.12. ,,,…. ........................................................................................................... 25
Tabel 4.13. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.14. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.15. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.16. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.17. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.18. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.19. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.20. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.21. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.22. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.23. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.24. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.25. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.26. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.27. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.28. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.29. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.30. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.31. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.32. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.33. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.34. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.35. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.36. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.37. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.38. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.39. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.40. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.41. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.42. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.43. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.44. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.45. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.46. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.

3-120
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Tabel 4.47. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.


Tabel 4.48. ,,,…. ........................................................................................................... 73
Tabel 4.49. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.50. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.51. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.52. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.53. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.54. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.55. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.56. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.57. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.58. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.59. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.60. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.61. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.62. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.63. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.64. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.65. ,,,…. ............................................................Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1. ……… .......................................................Error! Bookmark not defined.


Gambar 4.2. Peta Analisis Kedudukan dan Peran dalam Sistem
Perkotaan Nasional dan Provinsi ...........................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3. ……… .......................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4. ……… .......................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.5. Peta Analisis Kedudukan dan Peran dalam Jaringan
Konektiivtas Regional ................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.6. Peta Risiko Bencana Gempa BumiError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.7. Peta Risiko Bencana Tanah LongosrError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.8. Peta Risiko Bencana Banjir ...........Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.9. Peta Risiko Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi . Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.10. Peta Risiko Bencana Tsunami ...Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.11. Peta Risiko Bencana KekeringanError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.12. Peta Risiko Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan.. Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.13. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.14. Peta Kemampuan Lahan ..............Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.15. Peta Kesesuaian Lahan Tanaman PanganError! Bookmark
not defined.
Gambar 4.16. Peta Kesesuaian Lahan HortikulturanError! Bookmark not
defined.

3-121
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4.17. Peta Kesesuaian Lahan PerkebunanError! Bookmark not


defined.
Gambar 4.18. Peta Kesesuaian Lahan Peternakan (Padang
Pengembalaan) ...............................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.19. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.20. Peta Analisis Kesesuaian Kawasan Peruntukan Industri
..............................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.21. Peta Evakuasi Kawasan Peruntukan Industri ............ Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.22. Proses Penyusunan Peta Kemampuan Lahan ............. Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.23. Peta Satuan Kemampuan Lahan Morfologi ................. Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.24. Peta Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan
..............................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.25. Peta Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
..............................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.26. Peta Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Air .. Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.27. Peta Satuan Kemampuan Lahan DrainaseError! Bookmark
not defined.
Gambar 4.28. Peta Satuan Kemampuan Lahan ErosiError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.29. Peta Satuan Kemampuan Lahan Pembuangan Limbah
..............................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.30. Peta Satuan Kemampuan Lahan Bencana Alam........ Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.31. Peta Satuan Kemampuan LahanError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.32. Peta Geologi Tata Lingkungan ..Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.33. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.34. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.35. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.36. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.37. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.38. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.39. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.40. Gambar 3.25. Peta Kepadatan Penduduk Tahun 2042
..............................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.41. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.42. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.43. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.44. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.45. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.46. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.47. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.48. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.49. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.50. Peta Analisis Jaringan Transportasi ...................................... 61

3-122
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4.51. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.


Gambar 4.52. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.53. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.54. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.55. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.56. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.57. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.58. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.59. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.60. ……… .....................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.61. Peta Analisis Gambaran Umum Penguasaan Tanah . Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.62. Peta Neraca Penatagunaan TanahError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.63. Peta Perubahan Penggunaan TanahError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.64. Peta Analisis Ketersediaan TanahError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.65. Peta Skala Jangkauan Pelayanan Sarana Pelayanan
Umum.................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.66. Peta Analisis Sistem Pusat-Pusat Permukiman......... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.67. Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Pangan ......... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.68. Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Air .................. Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.69. Peta Kerentanan Iklim..................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.70. Peta Analisis Jalur dan Tempat Evakuasi Bencana . Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.71. Peta ........................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.72. Peta ........................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.73. Peta Tumpang Tindih Pertimbangan Teknis
Pertanahan/Izin Lokasi dengan Kawasan HutanError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.74. Peta Tumpang Tindih Pertimbangan Teknis
Pertanahan/Izin Lokasi dengan Mangrove dan Lahan Gambut ....... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 4.75. Peta Tumpang Tindih Pertimbangan Teknis
Pertanahan/Izin Lokasi dengan Gambaran Umum Penguasaan Tanah
..............................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.76. Peta Tumpang Tindih Pertimbangan Teknis
Pertanahan/Izin Lokasi demgam Hak Guna UsahaError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.77. Peta Tumpang Tindih Pertimbangan Teknis
Pertanahan/Izin Lokasi … ........................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.78. Peta Tumpang Tindih Tatakan..Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.79. Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Kawasan Hutan 111
Gambar 4.80. Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Mangrove dan
Lahan Gambut ............................................................................................................. 114

3-123
Buku REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
Fakta dan Analisis Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2015-2035

Gambar 4.81. Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Gambaran Umum


Penguasaan Tanah..................................................................................................... 116
Gambar 4.82. Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Hak Guna Usaha
..............................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.83. Peta Tumpang Tindih PIPPIB dengan Izin Pemanfaatan
Ruang .................................................................................Error! Bookmark not defined.

3-124

Anda mungkin juga menyukai