net/publication/354661967
CITATIONS READS
0 453
3 authors, including:
Fachrurazi Fachrurazi
State Islamic Institute of Pontianak - AIN Pontianak
46 PUBLICATIONS 43 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Entrepreneurship - kewirausahaan marketing management economic and finance accounting halal industry Bussines Public Policy View project
All content following this page was uploaded by Fachrurazi Fachrurazi on 17 September 2021.
PARADIGMA
AKUNTANSI
SYARI’AH
PARADIGMA AKUNTANSI SYARI’AH
All rights reserved @ 2021, Indonesia: Pontianak
Editor:
Ema Elisa
ISBN ; 978-602-5720-85-7
Ketentuan Pidana
Pasal 72
1. Barangsiapa dengan sengaja ataau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2), dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
KATA PENGANTAR
Assalamumu’alaikum. Wr. Wb.
S
egala puji syukur kehadiran Allah SWT, bahwa dengan
ridho dan perkenan nya juga buku yang berjudul
“Paradigma Akuntansi Syari’ah” Edisi revisi berhasil
diterbitkan.
Buku ini disajikan secara garis besar berisi tentang keislaman
dalam beberapa Bab diantaranya terkait dengan hukum transaksi,
kemudian sejarah perkembangan akuntansi syari’ah, mengenai
akuntansi syari’ah, produk-produk syar’ah, akuntansi produk-produk
bank syariah, standar akuntansi syar’iah
Kita ketahui bersama bagaimanapun bervariasinya mereka
tetap tidak terlepas dari segala kaidah dan proses yang memandu hal
tersebut. Dari bagaimana hukumnya,asal usul akuntansi syari’ah,
produk yg digunakan,sampai standar yang mengikatnya.
Berawal dari masalah di atas, penulis rasakan perlu adanya
suatu pembahasan yang menyeluruh lengkap untuk menggambarkan
masalah tersebut untuk melengkapi referensi lain yang telah terbit
lebih dulu oleh penulis-penulis lainnya.
Buku ini hadir tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak
iii
dengan sumbangan pemikirannya dan penulis lainnya yang dijadikan
sumber guna memperkaya tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa dengan pengetahuan yang sangat
terbatas ini belum apa-apa karya kecil ini, tanpa adanya dukungan
semua. Hanya kepada Allah Swt. Penulis sandarkan semua asa dan
cita, memohon ampunan agar penulis dapat mengisi sisi kehidupan
yang ada melalui hal-hal yang bermakna baik bagi penulis maupun
sesama civitas akademik dan pecinta ilmu pengetahuan.
Wabillahit taufiq wal hidayah,
Wassalaamu’alaikum Wr. Wb
PENULIS
iv
Paradigma Akuntansi Syari’ah
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
BAB I. Pendahuluan 1
A. Sasaran Hukum Islam 2
B. Akad/Kontrak/Transaksi 16
C. Transaksi Yang Dilarang 21
D. Pengaruh Riba Dalam Kehidupan Manusia 23
( v )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( vi )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
BAB 1
PENDAHULUAN
H
ukum Islam disebut juga dengan hukum syara’
adalah hukum Allah yang mengatur perbuatan
manusia, didalamnya mengandung tuntutan untuk
dikerjakan atau ditinggalkan atau pilihan untuk dikerjakan atau
ditinggalkan oleh para mukalaf. Hukum syara’ ini bersumber dari Al-
Qur’an, As-sunah, Ijma’, Qiyas. Hukum atau norma perbuatan yang
tidak diambil dari sumber-sumber tadi tidak disebut sebagai hukum
syara’. Misalnya kaidah-kaidah (norma) adat-istiadat, undang-
undang atau hukum selain Islam.1
Berdasarkan ketentuan tersebut, al-Qur’an dijadikan sebagai
sumber hukum yang utama, karena Al-Qur’an berasal dari Allah SWT
yang mana mengetahui apa yang terbaik bagi manusia dalam menata
kehidupannya sehingga selamat di dunia dan akhirat. Al-Qur’an
memuat seluruh Aspek hukum terkait dengan aqidah, syari’ah (baik
Mahdah maupun Muamalah) dan akhlak serta terjaga keaslian dan
keotentikannya.2
1 . Sri Nurhayati, 2013, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, hlm 20
2 . Ibid hlm 23-29
( 1 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 2 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 3 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 4 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 5 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 6 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 7 )
Sikap muslim dalam hal ini adalah tidak boleh memaksa, membujuk,
memberi Syari’ah
Paradigma Akuntansi materi agar seseorang mau masuk Islam. Rasulullah hanya
menganjurkan agar setiap muslim menyampaikan firman Allah walaupun
satu tidak
ayat. melakukan peribadatan tersebut maka di mata Allah
iaUntuk
akanmemelihara agamanya,
mendapatkan Allah
dosa mewajibkan
karena tidakmanusia untuk shalat,apa
menjalankan
zakat, puasa, haji. Apabila manusia tidak melakukan peribadatan tersebut
yang diperintahkannya. Seperti pada gambar 1.1 berikut
maka di mata Allah ia akan mendapatkan dosa karena tidak menjalankan apa
ini:
yang diperintahkannya. Seperti pada gambar 1.1 berikut ini:
Muqasihudus
syari’ah
( 8 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 9 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 10 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 11 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 12 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 13 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 14 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 15 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
B. Aqad/Kontrak/Transaksi
Aqad dalam bahasa arab ‘al-aqd, jamaknya al-‘uqud,
berarti ikatan atau mengikat (al-rabth). Menurut terminologi
hukum Islam, aqad adalah pertalian antara penyerahan (ijab)
dan penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syari’ah, yang
menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.4 Menurut
Abdul razak Al-Sanhuri dalam Nadhariyatul’aqdi, aqad adalah
kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan
kewajiban hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang
mengikat pihak-pihak yang terkaitlangsung maupun tidak
4 . Ghufron dan Mas’adi 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Edisi ke-1. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
( 16 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
5 . Ibid hlm 56
( 17 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 18 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Gambar 1.2
Gambar 1.2
diperbolehkan
Tijarah Tabarru
’
tidak diperbolehkan
( 19 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 20 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 21 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 22 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
10. Taalluq
11. Bai al inah
12. Talaqqi al-rukban
( 23 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 24 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 25 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
7 . Karim, Adiwarman. Bank Islam: Fiqih dan analisa keuangan. Rajagrafindo Persada,
Edisi 3. Jakarta. 2006. Hal 38
( 26 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
BAB II
SEJARAH
PERKEMBANGAN
AKUNTANSI SYARI’AH
A
A. PERKEMBANGAN AWAL AKUNTANSI
kuntansi merupakan salah satu profesi tertua di
dunia. Dari sejak zaman prasejarah, keluarga
memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat
makanan dan pakaian yang harus mereka persiapkan dan mereka
gunakan pada saat musim dingin. Ketika masyarakat mulai
mengenal adanya “perdagangan” maka pada saat yang sama
mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal
sistem moneter (monetery system). Bukti tentang pencatatan
(bookkeeping) tersebut dapat ditemukan dari mulai kerajaan
Babilonia (4500 SM), Firaun Mesir dan kode- kode Hammurabi
(2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan
akuntansi di Elba, Syria Utara.
Walaupun akuntansi telah dimulai zaman prasejarah,
( 27 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 28 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 29 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 30 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 31 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 32 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 33 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 34 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 35 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 36 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 37 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 38 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 39 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 40 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 41 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 42 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 43 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 44 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 45 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 46 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 47 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Ditambah
a. Sisa dari periode yang
Xxxx
lalu
b. Penjualan Xxxx
c. Rekonsiliasi dan denda Xxxx
d. Pijnaman Xxxx
e. Pemindahan dana Xxxx
f. Tagihan yang tidak dapat
Xxxx
tertagih
Al Fadalakah (Total) Xxxx
( 48 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Penggunaan dana
a. Transfer ke diwan lain Xxxx
b. Pembelian yang dilaku-
Xxxx
kan diwan
c. Beban lain (xxxx)
Al Haseel (Saldo) Xxxx
( 49 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 50 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 51 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 52 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
3 Sri Nurhayati, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, Salemba IV, Jakarta, 2013, hal. 80-81
( 53 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 54 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
BAB III
MENGENAL
AKUNTANSI SYARI’AH
S
A. Pengertian Akuntansi
ebelum membahas akuntansi syari’ah lebih
lanjut, pada bagian ini akan diuraikan pengertian
akuntansi syari’ah. Secara sederhana akuntansi
syari’ah dapat dijelaskan melalui akar kata yang dimilikinya,
yaitu akuntansi dan syari’ah. Definisi umum akuntansi adalah
identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan
pencatatan, penggolongan, seerta pengikhtisaran transaksi,
sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan
untuk mengambil keputusan. Sedangkan syari’ah adalah aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah Swt untuk dipatuhi oleh manusia
dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya di dunia. Jadi
akuntansi syari’ah merupakan proses akuntansi atas transaksi-
transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah
Swt.
Namun terdapat pula beberapa definisi dari beberapa
( 55 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
1 Sofyan, Syafri, harahap, Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997 hlm. 27-28
( 56 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 57 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 58 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 59 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
2 . Mohammad akhyar Adnan dan Michael Grafikin, The Syari’ah., hlm 126
3 . Husein Syahatah, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Ushul FikrinAl-Muhasabi Al-
Islami), alih bahasa khusnul Fatarib. Cet.1 (Jakarta:Akbar Media Eka Sarana,2001),hlm
45-48
4 . Abdur Razzak Lubis, “kemandirian moneter, dalam Muhammad Ismail Yusanto
dkk.(ed).), Dinar Emas, solusi Krisis Moneter, cet.1 (Jakarta:PIRAC, SEM Institute,
Infid,2001), hlm 113
5 . Sigit Purnawan Jati, : “Seputar Dinar dan Dirham, Dalam Muhammad Ismail Yusanto
dkk (ed.), Dinar Emas, solusi Krisis Moneter, cet.1 (Jakarta:PIRAC, SEM Institute,
Infid,2001), hlm 140
( 60 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 61 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 62 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
periode-periode selanjutnya.
3. Prinsip dasar akrual (accrual basis principle)
Akrual (accrual) diartikan sebagai proses pengakuan
non-kas dan keadaannya pada saat terjadinya. Akrual
mengakibatkan pengakuan pendapatan berarti peningkatan
aset dan beban berarti peningkatan kewajiban sebesar
jumlah tertentu yang diterima atau dibayar biasanya dalam
bemtuk cash di masa depan.13 Penentuan hasil usaha periodik
dan posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh metode
pengakuan dan pengukuran atas sumber-sumber ekonomi dan
kewajiban perusahaan, serta seluruh perubahannya pada saat
transaksi itu terjadi (accrual basis), bukan pada saat realisasi
penerimaan atau pengeluaran uang (cash basis).14dasar akrual
ini berhubunga erat dengan postulat periode akuntansi.
Dengan kata lain, pengaplikasian dasar akrual merupakan
konsekuensi pada postulat periode akuntansi.15
Sejalan dengan tujuan akuntansi syari’ah sebagai
sarana penentuan zakat, Syahatah mengatakan, “adapun
untuk penghitungan zakat mal, tidak perlu untuk menunggu
pencairan (cash) harta itu. Memang, hakikat laba akan lebih
jelas dengan adanya jual beli, tetapi yang menjadipatokan
penghitungan zakat itu ialah pada penentuan nilai atau harga
bukan dengan nyatanya laba dengan jual beli.16 Namun prinsip
13 Zaidah Kusumawati, menghitung laba perusahaan aplikasi akuntansi syari’ah, magistra
insania press yogyakarta, hal 22
14 . Rosjidi, teori akuntansi:tinjauan, konsep, dan struktur, Ed. 1, (Jakarta:Lembaga
Penerbitan FE-UI, 1999) hal 124
15 . Mohamad Akhyar Adnan dan Michael Gaffikin, the syari’ah, islamic banks ang
accounting Concepts and practices dalam proceedings of International Conference
I: accounting, Commerce, and Finance: the islamic Persfektive, (sydney:Faculity of
Business and Technologi University of Western Sydney Macarthur,1997)hal 132
16 . Husein Syahatan, pokok-pokok pikiran akuntansi islam, (Ushul al-fikri Al-Muhasabi
( 63 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
al-islami), alih bahasa khusnul Fatarinb. Cet.1 (jakarta:Akbar Media Eka Sarana, 2001),
hal 83
17 . Ibid hal 132
18 . Ibid hal 84
( 64 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 65 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
21. Ahmed R. Belkaoui, teori akuntansi, terjemahan oleh dukat dkk. Dari accounting theory
jakarta, Erlangga hal 182.
22. Ibid hal 158
( 66 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
dapat diterima.23
2. Prinsip biaya historis (historical cost principle)
Menyatakan bahwa aset, kewajiban, beban, keuntungan,
kerugian, dinilai sebesar perolehan. Metode pengukuran
beban dan kerugian konvensional adalah dalam pengertian
biaya historis bagi perusahaan.24 Prinsip ini tidak mungkin
dipakai untuk menentukan besarnya zakat karena penentuan
zakat menggunakan nilai sekarang, sebagaimana firman
Allah:
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berjunjung dan tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-
tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima
yang serupa (bentuk dan warnanya), dan yang tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam
itu) bila ia berubah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik
hasilny(dengan keluarkan zakatnya); dan janganlah kamu
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang berlebih-lebihan.25
Perintah mengeluarkan zakat dengan ungkapan “...dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya. Menegaskan
bahwa zakat berdasarkan harta yang dihitung dengan nilai
sekarang. Prinsip biaya historis juga tidak sejalan dengan
konsep dasar stabilitas daya beli unit moneter.
3. Prinsip obyektivitas (objectivity principle). Kegunaan
informasi keuangan tergantung pada tingkat reliabilitas
prosedur pengukuran yang digunakan. Karena menjamin
reliabilitas maksimum sangat sulit, akuntansi konvensional
23. Ibid 130
24. Ibid hal 394
25. Ibid hal 184
( 67 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 68 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 69 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 70 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 71 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 72 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
BAB IV
PRODUK-PRODUK
SYARI’AH
S
A. Simpanan/Tabungan Syari’ah
eperti Lembaga Keuangan konvensional, Lembaga
Keuangan syari’ah memiliki produk tabungan,
giro, dan deposito berjangka. Perbedaannya,
produk-produk itu didistribusikan untuk mematuhi prinsip-
prinsip syari’ah. Simpanan konvensional diharamkan oleh
syari’ah karena termasuk dalam kategori riba. Misalnya,
saat satu Lembaga Keuangan konvensional menghimpun
dana lewat simpanan, nasabah kerap berhak atas imbal hasil
berdasarkan tingkat suku bunga tetap yang ditentukan Lembaga
Keuangan. Dengan tingkat suku bunga yang dikaitkan dengan
satu pembanding atau patokan (bench-mark), seperti Singapore
Inter Lembaga Keuangan Offered Rate (SIBOR). Manapun
situasinya, tingkat imbal hasil tidak pernah negatif dan jumlah
awal simpanan dijamin akan dikembalikan plus bunga.
Simpanan semacam itu, yang membayar dan menjamin bunga,
( 73 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 74 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
2. Simpanan Mudharabah
Pengaturan umum mudharabah terdiri dari investor
(atau rabb al-mal) yang memasok modal, dan seorang
wirausahawan (atau mudharabin) yang memberikan keahlian
berinvestasi.
Dalam deposito mudharabah, anda sebagai nasabah
yang menyimpan uang adalah investor, sementara Lembaga
Keuangan adalah wirausahawannya. Dengan uang simpanan
anda, anda menjadi penyedia modal bagi Lembaga Keuangan,
yang kemudian mengambil peranan pengelola dana. Lembaga
( 75 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 76 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 77 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
B. Tabungan Syari’ah
1. Tabungan Berdasrkan WYD
Bentuk paling umum dari rekening tabungan syari’ah
didasarkan pada wadiah yad dhamanah (WYD), dimana
Lembaga Keuangan menjamin imbal hasil uang yang
disimpan berdasarkan permintaan. Sejumlah nasabah
menyukai rekening-rekening semacam itu karena menawarkan
penyimpanan uang mereka secara aman dan kemungkinan
laba dalam bentuk hibah. Karena nasabah tdak ambil bagian
dalam segala jenis resiko bisnis apapun (Lembaga Keuangan
menyerap semua kerugian), mereka jadinya berhak hanya
( 78 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
C. Giro Syari’ah
Rekening koran berdasarkan pada tiga metode syari’ah yang
sudah kita bahas di atas:
1. Rekening koran wadiah menjamin pengembalian penuh
uang, tapi tidak ada imbal hasil.
2. Rekening koran mudharabah kurang populer dibandingkan
rekening koran wadiah, terutama karena nasabah
bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi dan
nasabah mungkin mendapatkan kurang dari yang ia setorkan.
3. Rekening koran qard hasan memungkinkan Lembaga
Keuangan menggunakan dana tanpa perlu memberikan
imbal hasil apapun.
Inilah secara garis besar bagaimana skema dari penghimpunan
dana persfektif syari’ah dan diaplikasikan dalam dunia
keuangan syari’ah
( 79 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 80 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 81 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
b. Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau
penyimpan bertindak sebagai shahibul ma1 dan Lembaga
Keuangan sebagai mudharib. Dana ini digunakan Lembaga
Keuangan untuk melakukan pembiayaan akad jual beli
maupun syirkah. Jika terjadi kerugian maka Lembaga
Keuangan bertanggungjawab atas kerugian yang terjadi.
Rukun Mudharobah:
• Ada pemilik dana
• Ada usaha yang akan dibagihasilkan
• Ada nisbah
• Ada ijab kabul
Aplikasi prinsip mudhoraboh:
( 82 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
• Tabungan berjangka
• Deposito berjangka
( 83 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 84 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 85 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
pemilik dana.
e. Lembaga Keuangan menerima komisi atas jasa
mempertemokan kedua pihak.
f. Antara pemilik dana clan pelaksana usaha berlaku
nisbah bagi hasil.
Prinsip mudharabah dalam produk Lembaga Keuangan
syari’ah dapat dikembangkan untuk jenis produk
giro, tabungan maupun deposito. Gambaran singkat
mekanisme produk Lembaga Keuangan syari’ah dengan
prinsip mudharabah digambarkan dalam Gambar 5.3
berikut:
Skema Kerja Giro dengan Prinsip al-Mudharabah
( 86 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 87 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 88 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 89 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 90 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Gambar 5.8
Skema Kerja Prinsip ijiarah Muntahia Bithamlik
( 91 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 92 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Gambar 5.9
Skema Kerja Prinsip al-Musyarakah
( 93 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 94 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 95 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 96 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 97 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
3. Jasa Perbankan
Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries
(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit
unit) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus unit),
Bank syariah dapat,pula melakukan berbagai pelayanan
jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan
berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut
( 98 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
4 . Adi Warman Karim, 2004 BankIslam Analisi Fiqih dan Keuangan, Jakarta PT. Raja
Grafindo Persada,hlm 102
( 99 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 100 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
BAB V
AKUNTANSI PRODUK-
PRODUK PERBANKAN
SYARI’AH
( 101 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 102 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Kredit
tanggal Keterangan Debet (Rp)
(Rp)
7/6/18 Tab. Mudharabah- 1.000.000
Wahidah kas 1.000.000
11/6/18 Tab mudharabah-Wahidah
300.000
RAK cabang Yogyakarta 300.000
Tab mudharabah-Wahidah
14/6/18
Giro pada Bank 350.000
350.000
Indonesia
Tab. Mudharabah –
Wahidah Pendapatan
administrasi tab 3.000
31/6/18 mudharabah 3.000
Tab mudharabah – 6.000
Wahidah 6.000
Titipan kas negara – pajak
tabungan
b) Akuntansi wadi’ah
Pada tanggal 5 maret 2018, Habibah nasabah wadiah Bank
peduli syariah (BPS) menerima bonus wadiah sebesar Rp 30.000.
maka jurnalnya adalah sebagaiberikut:
( 103 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 104 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
RAK cabang
5/3/XA yogyakarta 6.000.000
Giro wadiah – 6.000.000
Yusuf
Giro pada Bank
10/3/XA Indonesia 10.000.000
( 105 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 106 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 107 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
1/9/18 Kas
Deposito mudharabah – 5.000.000 5.000.000
Bunda Dolly
30/9/18 Hak pihak ke-3 atas bagi
hasil – deposito mudharabah 15.000.000
Bagi hasil belum dibagikan – 15.000.000
deposito
4/9/18 Bagi hasil belum dibagikan –
deposito 40.000 32.000
Tabungan mudharabah – 8.000
Bunda Dolly
Titipan kas negara – pajak
deposito
5/9/18 Deposito mudharabah – 5.000.000
Bunda Dolly 5.000.000
Kas
2. AKUNTANSI TRANSAKSI INVESTASI
a) MUDHARABAH
Tanggal 1 Agustus 2018 Bank Murni Syari’ah (BMS)
menyetujui pemberian fasilitas mudharabah Mutlaqah PT. NU Persis
Muhammadiyah (NPM) yang bergerak di bidang SPBU dengan
kesepakatan sebagai berikut:
Plafond : Rp 1,2 Milyar
Obyek bagi hasil : Pendapatan (Gross profit sharing)
Nisbah : 40% PT NPM dan 60% BMS
Jangka Waktu : 10 bulan (jatuh tempo tanggal 10 Juni 2019)
Biaya Administrasi : 12 juta
Pelunasan : pengembalian pokok di akhir periode
Keterangan : tahap I disepakati untuk pembelian dan
( 108 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 109 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
750.000.000.
Jurnal yang dibuat tanggal 25 Agustus 2018 adalah (1)
pembelian aset mudharabah (2) pengakuan pembiayaan
Mudaharabah (3) penutupan rekening komitmen mudahrabah.
( 110 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
b) MUSYARAKAH
Akuntansi mitra aktif
1. Pada saat mitra aktif menerima uang tunai kepada
musyarakah
(Db) Kas xx
(Kr) Investasi musyarakah xx
2. Pada saat mitra aktif menerima aktiva non-kas kepada
( 111 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
musyarakah
a.Jika nilai wajar aktiva yang diterima lebih rendah
atas nilai buku:
(Db) Aktiva non-kas (sebasar nilai buku) xx
(Kr) Kerugian penerimaan aktiva xx
(Kr) Investasi musyarakah (sebesar nilai buku)
xx
3. Jika nilai wajar aktiva yang diterima lebih tinggi atas
nilai buku:
(Db) Aktiva non kas (sebesar nilai buku) xx
(Db) Keuntungan penerimaan aktiva xx
(Kr) Investasi musyarakah (sebesar nilai buku) xx
4. Pengakuan biaya akad musyarakah
a) Pada saat biaya di keluarkan
(Db) Beban akad musyarakah xx
(Kr) Kas xx
b) Jika biaya akad diakui sebagai beban
Tidak ada jurnal
5. Jika berdasarkan kesepakatan dapat di akui sebagai
bagian dari investasi musyarakah
(Db) Beban akad musyarakah xx
(Kr) Investasi musyarakah xx
6. Pembayaran keuntungan musyarakah
(Db) Keuntungan bagi hasil musyarakah xx
(Kr) Kas xx
7. Pengakuan kerugian musyarakah tanpa ada kelalaian
(Db) Investasi musyarakah xx
(Kr) Kerugian bagi hasil musyarakah xx
8. Pengakuan kerugian yang disebabkan oleh kelalaian
( 112 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
manajemen
(Db) Investasi musyarakah xx
(Kr) Hutang kepada mitra pasif xx
9. Penurunan/pelunasan modal musyarakah dengan
mengalihkan kepada mitra musyarakah lainya
(Db) Investasi musyarakah xx
(Kr) Kas xx
10. Pengembalian modal musyarakah non kas dengan nilai
wajar lebih rendah dari nilai historis
(Db) Investasi musyarakah xx
(Kr) Kerugian penyelesaian pembiayaan xx
(Db) musyarakah (sebesar nilai buku) xx
(Kr) Aktiva non kas (sebesar nilai wajar) xx
11. Pengembalian modal musyarakah nonkas dengan nilai
wajar lebih tinggi dari nilai historis
(Db) Investasi musyarakah xx
(Db)Keuntungan penyelesaian pembiayaan
Musyarakah (sebesar nilai buku) xx
(Kr) Aktiva non kas (sebesar nilai wajar) xx
12. Pada saat akad musyarakah diakhiri sebelum jatuh tempo
atau pada saat jatuh tempo dan investasi musyarakah
sebelum dibayarkan kepada mitra pasif
(Db) Investasi musyarakah xx
(Kr) Hutang kepada mitra pasif xx
Akuntansi Mitra Pasif
1. Pada saat mitra pasif membayarkan uang tunai kepada
musyarakah
(Db) Pembiayaan musyarakah xx
(Kr) Kas xx
( 113 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 114 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 115 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 116 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 117 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
sedangkan modal non kas yang diberikan adalah 100 unit komputer
server dan 100 unit paket perangkat pheriperal untuk mendukung
sistem informasi akuntansi yang akan diimplementasikan. Adapun
sppesifikasi harga perolehan dan harga pasar untuk masing-masing
unit yang diberikan kepada PT.JIT sebagai modal non kas adalah
sebagai berikut:
Keuntungan
Nama
Harga Perolehan Harga Pasar Penyerahan Ak-
Barang
tiva
100 unit
Rp Rp
komputer Rp 50.000.000,-
200.000.000,- 250.000.000,-
server
100 paket
Rp Rp
pheriper- Rp 75.000.000,-
150.000.000,- 225.000.000,-
al SIA
Rp Rp Rp
TOTAL
350.000.000.- 475.000.000,- 125.000.000,-
( 118 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 119 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 120 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 121 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 122 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 123 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 124 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 125 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
50.000.000,00 -
Dibayar oleh Bank Rp100.000.000,00
Margin Laba Bank = 2 X 10% X Rp100.000.000,00
= Rp20.000.000,00
Harga Jual Bank = Rp100.000.000,00 +
RP20.000.000,00
= Rp120.000.000,00
Perhitungan Angsuran :
Harga pokok = Rp150.000.000,00
Margin Murabahah = Rp 20.000.000,00
Harga jual Bank = Rp170.000.000,00
Pembayaran pertama = Rp 50.000.000,00
Sisa angsuran = Rp120.000.000,00
Angsuran perbulan =
= Rp5.000.000,00 per bulan
Cara kedua
Harga Pokok Mobil = Rp150.000.000,00
Dibayar nasabah (uang muka) = RP 50.000.000,00
Dibayar oleh Bank = Rp 100.000.000,00
( 126 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Perhitungan angsuran :
Harga Pokok = Rp150.000.000,00
Laba dan Inflasi = Rp 20.000.000,00
Harga Jual Bank = Rp170.000.000,00
Pembayaran pertama = Rp 50.000.000,00
Sisa angsuran = Rp120.000.000,00
Angsuran perbulan =
= Rp5.000.000,00 per bulan
Cara ketiga
Hitung dulu cost recovery
Cost recovery = X
estimasi biaya operasi
= X Rp200.000.000,00
= Rp4.000.000,00
Hitung markup = 10% X pembiayaan (Rp100.000.000,00)
= RP10.000.000,00
Harga jual Bank = pembiayaan + cost recovery + markup
= Rp100.000.000,00 +
(2 X cost recovery
Rp4.000.000.00 = Rp8.000.000,00)
+ Rp10.000.000,00
= Rp118.000.000,00
( 127 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 128 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 129 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 130 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 131 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 132 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 133 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 134 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 135 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 136 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 137 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
c. Istishna’
Teknis Perhitungan Transaksi Istishna’
Ilustrasi Kasus Akad Istishna’
a. Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan Pembayaran secara
Tunai
Sebelum melakukan akad, dikeluarkan biaya sebesar Rp 250
untuk melakukan survei.
Jurnal untuk penjual adalah sbb:
(Db) Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp. 250
(Kr) Kas Rp. 250
Jika ternyata kemudian hari dilakukan akad Jika tidak terjadi
akad
(Db) Beban Istishna’ Rp. 250
(Kr) Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp. 250
(Db) Beban Pra Akad Rp. 250
(Kr) Beban Pra Akad Ditangguhkan Rp. 250
Dilakukan akad dengan informasi sebagai berikut:
- Biaya Perolehan (produksi) Rp 1.000
- Margin Keuntungan Rp. 200
- Nilai Tunai saat Penyerahaan Rp. 1.200
Mengeluarkan biaya perolehan istishna’.
Pada akhir periode tahun buku, pengakuan pendapatan
(tergantung persentase penyelesaian yang telah diakui).
Kalau pada metode akad selesai dilakukan pada akhir masa
akad. Pada saat penagihan dan
penyerahan aset istishna’ kepada pembeli. Termin istishna’
sebagai contra account dari aset istishna’ dalam penyelesaian.
Pada saat kas diterima.
Jurnal untuk penjual adalah sbb:
( 138 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 139 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 140 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 141 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 142 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 143 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 144 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 145 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 146 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 147 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 148 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 149 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Jurnal:
(Db) Aset Non Kas (Eks Ijarah) xxx
(Kr) Kas xxx
d. Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka
penyewa mengakui aset sebesar biaya perolehan
objek ijarah yang diterima.
(Db) Aset Non Kas (Eks Ijarah) xxx
(Kr) Kas xxx
(Kr) Utang xxx
e. Jika penyewa menyewakan kembali aset
ijarah lebih lanjut pada pihak lain atas aset
yang sebelumnya disewa, maka ia harus
menerapkan perlakuan akuntansi untuk
pemilik dan penyewa sesuai PSAK ini.
f. Pengungkapan
Penyewa mengungkapkan dalam laporan
keuangan terkait transaksi ijarah dan Ijarah Muntahiya
Bit Tamlik, tetapi tidak terbatas pada:
1) Penjelasan umum isi akad yang signifikan, yang
meliputi tetapi tidak terbatas pada:
1. Total pembayaran
2. Keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan
kepemilikan dan mekanisme yang digunakan
(jika ada wa’ad pemilik untuk pengalihan
kepemilikan)
3. Pembatasan-pembatasan, misalnya dalam
jurnal lanjut
4. Agunan yang digunakan (jika ada)
2) Keberadaaan transaksi jual dan ijarah dan
( 150 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
2 Hery, S.E., M.Si., CRP., RSA., CFRM. Akuntansi syari’ah, PT. Grasindo, Anggota
IKAPI, jakarta 2018
3 .....
( 151 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 152 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
4 Ibid hery
( 153 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 154 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 155 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Jurnal:
(Db) Beban xxx
(Kr) Kas xxx
5. Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai
dikembalikan dengan membuat tanda serah terima
barang.
Jurnal:
(Db) Kas xxx
(Kr) Piutang xxx
6. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi
dan kemudian barang gadai di jual oleh pihak yang
menggadaikan.
Penjualan barang gadai, jika nilainya sama dengan
piutang
Jurnal:
(Db) Kas xxx
(Kr) Piutang xxx
Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa sebesar
selisih antara nilai penjualan dengan saldo piutang.
Bagi pihak yang menggadaikan
1. Pada saat menyerahkan aset tidak dijurnal, tetapi
menerima tanda terima atas penyerahan aset serta
membuat penjelasan berupa catatan akuntansi
atas barang yang digadaikan.
2. Pada saat menerima uang pinjaman
(Db) Kas xxx
(Kr) Utang xxx
3. Pada saat membayar uang untuk biaya
pemeliharaan dan penyimpanan
( 156 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Jurnal:
(Db) Beban xxx
(Kr) Kas xxx
4. Pada saat melakukan pelunasan utang
Jurnal:
(Db) Utang xxx
(Kr) Kas xxx
5. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat
dilunasi dan kemudian barang gadai dijual oleh
pihak yang menggadaikan.
Pada saat penjualan barang gadai
Jurnal:
(Db) Kas xxx
(Db) Akumulasi Penyusutan (apabila aset tetap) xxx
(Db) kerugian ( apabila rugi) xxx
(Kr) Aset xxx
(Kr) Keuntungan (apabila untung) xxx
Pada saat pelunasan utang atas barang yang
dijual oleh pihak yang menggadaikan.
Jurnal:
(Db) Utang xxx
(Kr) Kas xxx
Jika masih terdapat kekurangan pembayaran
utang setelah penjualan barang gadai tersebut,
maka berarti pihak yang menggadaikan masih
memiliki saldo utang kepada pihak yang
menerima gadai.
( 157 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 158 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
BAB VI
SAK 2017
G
A. Generally Accepted Sharia Accounting Principles
enerally Accepted Sharia Accounting Principles
(GASAP) atau bisa disebut Prinsip Akuntansi
Syariah yang Berterima Umum adalah urutan atau
hirarki landasan yang mengatur perlakuan akuntansi syariah yang
dijadikan acuan pencatatan transaksi syariah.
GASAP hampir sama dengan GAAP yang mengatur akuntansi
konvensional, perbedaan mendasar ada pada landasan dasar,
dimana landasan dasar Generally Accepted Sharia Accounting
Principles adalah syariah yang bersumber pada sumber hukum
agama Islam, yaitu Al Quran, Al Hadist, Ijama, Qiyas, dan Fatwa
Ulama.
Prinsip-prinsip Generally Accepted Sharia Accounting
Principles digambarkan dalam bentuk bagan yang menyerupai
bangunan. Berikut ini akan dibahas GASAP atau Rerangka Prinsip
Akuntansi Syariah yang Berlaku Umum, yang dikembangkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan – IAI di Indonesia.
Landasan Syariah, merupakan landasan dasar semua
( 159 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 160 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 161 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
seperti AAOIFI dan IFRS atau dapat mengacu pada standar akuntansi
negara lain. Selain itu dapat juga mengacu pada buletin teknis yang
dikeluarkan IAI, Regulasi terkait seperti peraturan pemerintah,
peraturan menteri, peraturan OJK, dan peraturan BI, atau mengacu
pada pedoman akuntansi entitas terkait seperti PAPSI (Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia).
Tingkat 3 mengacu pada praktek akuntansi yang berlaku
umum atau buku teks, hasil riset, pendapat ahli selama tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Bangunan GASAP dibaca
dari bawah, landasan syariah menjadi dasar landasan berikutnya,
landasan yang diatasnya dapat digunakan selama tidak bertentangan
dengan landasan syariah. Jika terdapat pertentangan antar landasan,
maka landasan syariah yang dijadikan acuan.1
Originally posted 2016-09-16 04:40:09.
Al-Qur’an memberikan landasan kokoh yaitu : ”Hai orang-
orang beriman, apabila kamu melakukan transaksi utang piutang
untuk jangka waktu yang telah ditentukan, maka tuliskanlah”.
Aplikasi akuntansi dapat menggunakan actual basis untuk seluruh
pencatatan biaya. Sedangkan pendapatan dengan system bagi hasil
menggunakan cash basis. Pendapatan bagi hasil berdasarkan cash
basis karena sifat bagi hasil berbeda dengan bunga yang bersifat
tetap (fixed). Karakteristik pendapatan bagi hasil sangat fluktuatif
bergantung pada tingkat revenue / profit usaha. Berarti, tidak ada yang
mengetahui secara pasti atas hasil usaha tersebut. Hal ini didasarkan
pada al-Qur’an surat an-Nur ayat 34, “….tiada seorangpun yang
dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakan nya esok
hari…”
Pada bank konvensional, pendapatan bunga debitur diakui
1 http://akuntansikeuangan.com/generally-accepted-sharia-accounting-principles-
gasap/
( 162 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 163 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
B. STANDAR PSAK
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 59
AKUNTANSI PERBANKAN SYARI’AH
Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring
adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks
dengan paragraf-paragraf penjelasan. Pernyataan ini tidak wajib
diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi
(pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan)
transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank
syari’ah.
Ruang lingkup
02. Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syari’ah bank
perkreditan rakyat syari’ah, dan kantor cabang syari’ah bank
konvensional yang beroperasi di Indonesia.
03. Hal-hal umum yang tidak diatur dalam pernyataan ini
mengacu pada PSAK yang lain dan/atau prinsip akuntansi
yang berlaku umum sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syari’ah.
04. Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian
( 164 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 165 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 166 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 167 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 168 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Karakteristik
147. kegiatan-kegiatan yang menghasilkan ujrah (imbalan,
antara lain, wakalah, hiwalah, dan kafalah.
148. wakalah adalah akad pemberian kuasa dari muwakil
(pemberi kuasa/nasabah) kepada wakil (penerima kuasa/
bank) untuk melaksanakan suatu taukil (tugas) atas nama
pemberi kuasa. Akad wakalah tersebut dapat digunakan,
antara lain, dalam pengiriman transfer, penagihan utang
baik melalui kliring maupun inkaso, dan realisasi L/C.
149. kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh
kaafil (penjamin/bank) kepada makul (penerima jaminan)
dan penjamin bertanggung jawab atas pemenuhan kembali
suatu kewajiban yang menjadi hak penerima jaminan.
Kafalah dapat digunakan untuk pemberi jasa bank, antara
lain, garansi bank, standby L/C. Pembukuan L/C impor,
ekseptasi, endosemen, dan aval.
150. hiwalah adalah pemindahan atau tagihan atau pengalihan
hak dan kewajiban, baik dalam bentuk pengalihan piutang
maupun utang, dan jasa pemindahan/pengalihan dana dari
satu entitas kepada entitas lain.
Imbalan Dari Kegiatan Bank Syari’ah Berbasis Imbalan
151. pendapatan dan beban yang berkaitan dengan jangka waktu
diakui selama jangka waktu tersebut. Pendapatan dan beban
yang tidak berkaitan dengan jangka waktu diakui pada saat
terjadinya transaksi dalam periode yang bersangkutan.
PENYAJIAN
152-182 dicabut
PENGUNGKAPAN
183-200 dicabut
( 169 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
TANGGAL EFEKTIF
201. penyajian ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian
laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang
dimulai pada atau setelah 1 januari 2003. Penerapan lebih
dini dianjurkan.
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.
101
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH
Pernyataan standar akuntansi keuangan 101: penyajian laporan
keuangan syari’ah terdiri atas paragraf 1-156 dan lampiran A,B,
dan C. Seluruh paragraf dalam pernyataan ini memiliki kekuatan
mengatur yang sama. Paragraf yang di cetak dengan huruf tebal
dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. Pernyataan ini harus
dibaca dalam konteks kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan syari’ah. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan
pada unsur-unsur yang tidak material.
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini menetapkan dasar penyajian laporan keuangan
bertujuan umum untuk entitas syari’ah yang selanjutnya
disebut “laporan keuangan” supaya dapat dibandingkan
baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun
dengan laporan keuangan, struktur laporan keuangan dan
persyaratan minimal isi laporan keuangan.
Ruang Lingkup
02. Entitas syari’ah menerapkan pernyataan ini dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan
umum sesuai dengan SAK.
03. Entitas syariah yang dimaksud dalam pernyataan ini adalah
( 170 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 171 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 172 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 173 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 174 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
b) kewajiban:
c) dana syariah temporer:
d) ekuitas:
e) pendapatan dan behan termasuk keuntungan dan kerugian
f) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik;
g) arus kas;
h) dana zakat; dan
i) dana kebajikan.
Informasi tersebut di atas beserta inforrnasi lainnya yang
terdapat dalam catatan alas laporan keuangan membantu
pengguna laporan dalam memprediksi arus kas pada
masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian
diperolehnya kas dan: setara kas.
Komponen laporan keuangan
09. Laporan keuangan yang lengkap terdiri alas komponen-
komponen berikut ini
(a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;
(b) laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
selama periode;
(c) laporan perubahan ekuitas selama periode;
(d) Laporan arus kas selama periode;
(e) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat selama
periode;
(f) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan selama
periode;
(g) Catatan atas laporan keuangan. Berisi ringkasan
kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan
lain; dan
( 175 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 176 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 177 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 178 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 179 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 180 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 181 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 182 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 183 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 184 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 185 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 186 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 187 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 188 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 189 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 190 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 191 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 192 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 193 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 194 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Aset Lancar
( 195 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
aset untuk pemrosesan dan realisasinya dalam bentuk kas atau setara
kas. Jika siklus operasi normal tidak dapat diidentifikasikan secara
jelas, maka siklus diasumsikan selama dua belas bulan. Aset lancar
mencakup aset (seperti persediaan dan piutang usaha) yang dijual,
dikonsumsi atau direalisasikan sebagai bagian siklus operasi normal
meskipun aset tersebut tidak diperkirakan untuk direalisasikan dalam
jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan. Aset lancar
juga mencakup aset yang dimiliki untuk diperdagangkan dan bagian
lancar dari aset keuangan tidak lancar.
( 196 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 197 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 198 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 199 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
(a) pos aset tetap dipisahkan sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap;
(b) piutang dipisahkan menjadi jumlah piutang usaha, piutang dari
pihak-pihak berelasi, pembayaran di muka dan jumlah lain;
(c) persediaan dipisahkan sesuai dengan PSAK 14: Persediaan
menjadi barang dagangan, barang produksi, barang baku, barang
dalam proses, dan barang jadi;
(d) provisi dipisahkan menjadi provisi untuk imbalan kerja dan
provisi lain; dan
(e) ekuitas dan cadangan dipisahkan menjadi berbagai kelompok
seperti modal disetor, tambahan modal disetor, dan cadangan.
( 200 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
(b) deskripsi mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam
ekuitas.
( 201 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 202 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 203 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
kebajikan.
Laba Rugi
94. Entitas syariah mengakui seluruh pos penghasilan dan
beban pada suatu periode dalam laba rugi kecuali suatu PSAK
mensyaratkan atau memperkenankan lain.
( 204 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
komprehensif lain:
(a) secara neto dari dampak pajak terkait; atau
(b) sebelum dampak pajak terkait disertai dengan total pajak
penghasilan yang terkait dengan pos tersebut.
Jika entitas syariah memilih alternatif (b), maka entitas syariah
mengalokasikan pajak pada pos-pos yang mungkin direklasifikasi
selanjutnya ke bagian laba rugi dan yang tidak akan direklasifikasikan
selanjutnya ke bagian laba rugi.
( 205 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 206 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 207 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Pendapatan xxx
Pendapatan lain xxx
Perubahan atas persediaan barang jadi
dan barang dalam proses xxx
Bahan baku yang digunakan xxx
Beban imbalan kerja xxx
Beban penyusutan dan amortisasi xxx
Beban lain xxx
Total beban (xxx)
Laba sebelum pajak xxx
Pendapatan xxx
Beban penjualan (xxx)
Laba bruto xxx
( 208 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 209 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 210 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 211 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 212 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 213 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
(i) infak;
(ii) sedekah;
(iii) hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku;
(iv) pengambilan dana kebajikan produktif;
(v) denda; dan
(vi) penerimaan nonhalal.
(b) penggunaan dana kebajikan untuk;
(i) dana kebajikan produktif;
(ii) sumbangan; dan
(iii) penggunaan lain untuk kepentingan umum.
(c) kenaikan atau oenurunan sumber dana kebajikan;
(d) saldo awal dana kebajikan; dan
(e) saldo akhir dana kebajikan.
( 214 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank
konvensional.
Struktur
( 215 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 216 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 217 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 218 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 219 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 220 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 221 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 222 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Modal
( 223 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Pengungkapan Lain
( 224 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
TANGGAL EFEKTIF
PENARIKAN
( 225 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
murabahah.
Ruang Lingkup
( 226 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Definisi
( 227 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Karakteristik
( 228 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 229 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 230 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
telah disepakati.
( 231 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 232 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
(b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk
merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh
lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini digunakan, dan
dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya
transaksi murabahah-nya:
(i) Keuntungan diakui saat penyerahan
aset murabahah. Metode ini terapan
untuk murabahah tangguh dimana risiko
penagihan kas dari piutang murabahah
dan beban pengelolaan piutang serta
penagihannya relatif kecil.
(ii) Keuntungan diakui proporsional dengan
besaran kas yang berhasil ditagih dari
piutang murabahah. Metode ini terapan
untuk transaksi murabahah tangguh
dimana risiko piutang tidak tertagih relatif
besar dan/atau beban untuk mengelola dan
menagih piutang tersebut relatif besar juga.
(iii)Keuntungan dakui saat seluruh piutang
murabahah berhasil ditagih. Metode
ini terapan untuk transaksi murabahah
tangguh dimana risiko piutang tidak
tertagih dan beban pengelolaaan piutang
serta penagihannya cukup besar. Dalam
praktik, metode ini jarang dipakai, karena
transaksi murabahah tangguh mungkin
tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang
memadai akan penagihan kasnya.
( 233 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 234 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 235 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENYAJIAN
( 236 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENGUNGKAPAN
ACUAN ALTERNATIF
( 237 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
KETENTUAN TRANSISI
( 238 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 239 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
TANGGAL EFEKTIF
43A. Paragraf 41A, 41B, dan 42A berlaku untuk periode tahun
buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2014. Penerapan dini
diperkenankan.
PENARIKAN
( 240 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
AKUNTANSI SALAM
PENDAHULUAN
Tujuan
Ruang Lingkup
( 241 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Definisi
Karakteristik
05. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual
dalam suatu transaksi salam. Jika entitas bertindak sebagai penjual
kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara salam, maka hal ini disebut dengan salam
paralel.
( 242 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
akhir; dan
(b) kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq).
( 243 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
12. Modal usaha saham dapat berupa kas dan aset nonkas.
Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
dibayarakn, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas
diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai
modal usahha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut.
( 244 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 245 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Apabila nilai bersih yang dpaat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
18. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aset
nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
yang diterima, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset
nonkas diukur sebesar nilai wajar.
PENYAJIAN
21. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat
memenuhi kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara
terpisah dari piutang salam.
( 246 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENGUNGKAPAN
KETENTUAN TRANSAKSI
( 247 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENARIKAN
( 248 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
AKUNTANSI ISTISHNA’
PENDAHULUAN
Tujuan
Ruang Lingkup
( 249 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Definisi
( 250 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Karakteristik
( 251 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 252 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 253 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
istishna’ awal.
( 254 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 255 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 256 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 257 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Penyelesaian Awal
( 258 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 259 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 260 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENYAJIAN
PENGUNGKAPAN
( 261 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
kualitas piutang.
(d) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
KETENTUAN TRANSISI
TANGGAL EFEKTIF
PENARIKAN
( 262 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 263 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENDAHULUAN
Tujuan
Ruang Lingkup
( 264 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Definisi
Karakteristik
( 265 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 266 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Contoh
Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil
Penjualan 100
Harga Pokok Penjualan 65
Laba Bruto 35 Gross Profit Margin
Beban 25
Laba Rugi Neto 10 Profit Sharing
( 267 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
yang dibayarkan;
(b) investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar
nilai wajar aset pada saat penyerahan:
(i) jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya diakui,
maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan
diamortisasi sesuai dengan jangka waktu akad mudharabah.
(ii) jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
( 268 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
19. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau pada saat akad
jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, makak investasi
mudharabah diakui sebagai piutang.
Penghasilan Usaha
( 269 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
24. Bagian hasi usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana
dicatat sebagai piutang.
29. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang
sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana
( 270 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
diakui sebagai liabilitas sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak
pemilik dana.
Mudharabah Musytarakah
( 271 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENYAJIAN
36. Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam
laporan keuangan sebesar nilai tercatat.
PENGUNGKAPAN
( 272 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
KETENTUAN TRANSISI
( 273 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
TANGGAL EFEKTIF
PENARIKAN
42. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah yang berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan mudharabah.
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
musyarakah.
( 274 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Ruang Lingkup
Definisi
Musyarakah adalah akad kerjasam antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau aset nonkas yang
diperkenankan oleh syariah.
( 275 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Mitra pasif adalah mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah.
Karakteristik
07. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya,
maka setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan
jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal
yang menunjukkan adanya kesalahan yang disengaja adalah:
(a) pelanggaran terhadap akad, antara lain penylahgunaan invesatsi,
manipulasi biaya dan pendapatan opersional; atau
(b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
( 276 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
10. Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih
dari mitra lainnya dalam akad musyarakah maka mitra tersebut dapat
memperoleh keuntungan lebih besar dari dirinya. Bentuk keuntungan
lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi keuntungan yang lebih
besar dari porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnya.
( 277 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 278 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Selama Akad
Akhir Akad
( 279 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 280 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 281 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENYAJIAN
35. Mitra aktif menyajikan hal-hal sebagai berikut yang terkait
dengan usaha musyarakah dalam laporan keuangan:
(a) kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mira aktif dan yang
diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah;
(b) asetm usyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai
unsur dana syirkah temporer untuk;
(c) selisih penilaian aset msuyarakah bila ada disajikan sebagai
unsur ekuitas.
PENGUNGKAPAN
( 282 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
KETENTUAN TRANSISI
TANGGAL EFEKTIF
PENARIKAN
( 283 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENDAHULUAN
Tujuan
Ruang Lingkup
( 284 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Definisi
( 285 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Wa’d adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk
melaksanakan sesuatu.
Karakteristik
( 286 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Biaya Perolehan
09. Objek ijarah diakui pada saat objek ijarah diperoleh sebesar
biaya perolehan.
10. Biaya perolehan objek ijarah yang berupa aset tetap mengacu
pada PSAK 16: Aset Tetap dan aset tidak berwujud mengacu ke
PSAK 19: Aset Takberwujud.
( 287 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 288 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Beban
20. Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat
atau aset telah diterima.
21. Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas
manfaat yang telah diterima.
( 289 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
terjadinya.
Perpindahan Kepemilikan
Jual-dan-Ijarah
26. Jika suatu entitas menjual objek ijarah kepada pihak lain
dan kemudian menyewanya kembali, maka entitas tersebut mengakui
keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam
laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa.
( 290 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Ijarah-Lanjut
29. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah (sewa) untuk disewa-
lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa)
tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan sebagai
beban ijarah (sewa) untuk sewa jangka pendek.
PENYAJIAN
( 291 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENGUNGKAPAN
( 292 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
KETENTUAN TRANSISI
TANGGAL EFEKTIF
PENARIKAN
( 293 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENDAHULUAN
Tujuan
Ruang Lingkup
( 294 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 295 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Karakteristik
12. Dikosongkan.
( 296 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Pengakuan Awal
( 297 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
18. Dikosongkan.
( 298 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
25. Dikosongkan.
( 299 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 300 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
29. Dikosongkan.
30. Dikosongkan.
31. Dikosongkan.
PENYAJIAN
32. Dikosongkan.
35. Dikosongkan.
( 301 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENGUNGKAPAN
( 302 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 303 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
KETENTUAN TRANSISI
41A. Revisi atas paragraf 07, 11, 14, 17, 20, 21, 22, 23, 24, 26,
27, 28, dan 40; penghapusan paragraf 12, 18, 25, 29, 30, 31, 32,
35, dan 39 (a)-(b); serta penambahan paragraf 17A, 28A, dan 36A
(revisi tahun 2016) diterapkan secar prospektif atas akad asuransi
syariah yang ada pada awal penerapan revisi Pernyataan ini,
dengan ketentuan sebagai berikut:
(a) Saldo dana ivestasi peserta yang mengunakan akat wakalah
disajikan di dana peserta secara komparatif sejak awal periode
sajian.
(b) Dampak perubahan pengaturan tersebut terhadap dana
tabarru’ diakui di sald dana tabarru’ awal periode penerapan
( 304 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
TANGGAL EFEKTIF
43. Revisi atas Pernyataan ini pada 2016 berlaku efektif untuk
periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2017.
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 109
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
( 305 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Ruang Lingkup
02. Pernyataan ini berlaku untuk amil yang menerima dan
menyalurkan zakat dan infak/sedekah.
Definisi
( 306 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 307 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Karakteristik
Zakat
Penerimaan Zakat
10. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset nonkas
diterima.
( 308 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
14. Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, maka jumlah
kerugian yang ditanggung diperlakukan sebagai pengurang dana
zakat atau pengurang dana amil bergantung pada penyebab kerugian
tersebut.
Penyaluran Zakat
( 309 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 310 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Infak/Sedekah
Penerimaan Infak/Sedekah
( 311 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
harga pasar, jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan
metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan PSAK yang
relevan.
( 312 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
kelalaian amil.
Penyaluran Infak/Sedekah
( 313 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
tersebut.
PENYAJIAN
PENGUNGKAPAN
Zakat
( 314 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Infak/Sedekah
( 315 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
KETENTUAN TRANSISI
TANGGAL EFEKTIF
43. Pernyataan ini berlaku untuk tahun buku yang dimulai pada
atau setelah 1 januari 2012. Penerapan dini diperkenankan.
( 316 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PENDAHULUAN
Tujuan
Ruang Lingkup
02. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas untuk yang
melakukan transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah, baik
sebagai penerbit sukuk maupun investor sukuk.
( 317 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
07. Hal-hal yang tidak diatur secara spesifik dalam Pernyataan ini
mengacu pada ketentuan PSAK lain yang relevan.
Definisi
( 318 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Karakteristik
( 319 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
AKUNTANSI PENERBIT
Sukuk Ijarah
15. Sukuk ijarah diakui pada ssat entitas menjadi pihak yang
terikat dengan ketentuan penerbitan sukuk ijarah. Sukuk ijarah
diakui sebesar nilai nominal, disesuaikan dengan premium atau
diskonto, dan biaya transaksi terkait dengan penerbitannya.
( 320 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Sukuk Mudharabah
( 321 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Penyajian
( 322 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
sukuk mudharabah.
Pengungkapan
( 323 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
AKUNTANSI INVESTOR
Pengakuan Awal
( 324 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 325 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
43. Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar
melalui penghasilan komprehensif lain, selisih antara biaya
perolehan dan nilai nominal diamortisasi secara garis lurus selama
jangka waktu sukuk dan diakui dalam laba rugi. Keuntungan atau
kerugian dari perubahan nilai wajar diakui dalam penghasilan
komprehensif lain setelah memperhitungkan saldo selisih biaya
perolehan dan nilai nominal yang belum diamortisasi dan saldo
akumulasi keuntungan atau kerugian nilai wajar yang telah diakui
dalam penghasilan komprehensif lain sebelumnya, kecuali untuk
kerugian penurunan nilai dan keuntungan atau kerugian selisih
kurs, sampai dengan investasi sukuk itu dihentikan pengakuannya
atau direkalsifikasi. Ketika investasi sukuk dihentikan pengakuannya
akumulasi keuntungan atau kerugian yang sebelumnya diakui dalam
penghasilan komprehensif lain direklasifikasikan ke laba rugi sebagai
penyesuaian reklasifikasi (lihat PSAK 101: Penyajian Laporan
Keuangan Syariah).
44. Untuk investasi pada sukuk diukur pada nilai wajar melaui
laba rugi, selisih antara nilai wajar dan jumlah tercatat diakui dalam
laba rugi. Perubahan nilai wajar diakui dalam laba rugi.
( 326 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
dapat diobservasi.
Penyajian
Pengungkapan
( 327 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
TANGGAL EFEKTIF
50. Entitas menerapkan paragraf 35, 37, 40, 41, 43, 45, dan 46
untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari
2016. Penerapan dini diperkenankan.
KETENTUAN TRANSISI
53. Pada saat penerapan awal Pernyataan ini pada 1 Januari 2012,
entitas (investor) menentukan kembali klasifikasi investasi pada
sukuk sesuai dengan ketentuan dalam Pernyataan ini. Jumlah tercatat
pada saat penerapan awal Pernyataan ini merupakan jumlah tercatat
awal:
(a) Untuk investasi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi dan tersedia untuk dijual,
( 328 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 329 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 330 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. (1997). Soal Jawab tentang berbagai soal agama.
Bandung: CV Diponegoro
( 331 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
http://akuntansikeuangan.com/generally-accepted-sharia-
accounting-principles-gasap/
( 332 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 333 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 334 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
NAME :
Dr. H. Fachrurazi, S.Ag. MM
BIRTH PLACE & DAY :
Putussibau, July 23th 1970
GENDER :
Male
CURRENT ACTIVITY :
Researcher-Reviewer-Lecturer-Trainer
IAIN Pontianak
CATEGORY : Civil Servant (PNS)
LAST EDUCATION : Doctor (45 Years Old)
UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jawa
Barat
E – MAIL : ferry.7co.@gmail.com
NIP : 197007231999031002
NIDN : 2023077001
SINTA ID : 6667094
RESEARCH ID : 202307700102879
SCOPUS ID : 57216589513
PANGKAT DAN GOL : III d / Lektor Kepala
GOOGLE SCHOOLAR : https://scholar.google.co.id/
citations?user=29mvn9oAAAAJ&hl=id
PHONE NUMBER : 0813-4542-9314
ADDRESS : Jl. Apel Gang Apel Dalam No. 5 Pontianak
( 335 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
PUBLICATION OF RESEARCH :
( 336 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
International Journal of
Psychosocial Rehabil-
itation
volume 24 - issue 9
page/halaman 1320 -
1329.
issn no. 1475-7192.
Adoption Of E-Com- https://www.psycho-
merce By Smes: In- social.com/article/
2 Journal 2020
ternal Readiness And PR290156/22980/
Government Support Hampstead Psycholog-
ical Associates,
Suite B19, 110
Gloucester Road,
London, NW1 8JA.
United Kingdom (In-
ggris)
Q4
International Jounal Of
Factors Affecting Advanced Science And
Customers’ Satisfac- Technology Vol. 29
tion And Loyalty In No. 06
3 Journal 2020 - IJAST
Sharia Financing For
Small And Medium http://sersc.org/jour-
Enterprises” nals/index.php/IJAST/
article/view/11871
- (Q4)
Jurnal Khatulistiwa
The Involvement and Vol 10, No 1
Resistance of Islam- IAIN Pontianak
ic Defence Action https://jurnaliainponti-
4 Journal 2020
(ABI) at Islamic Stu- anak.or.id/index.php/
dent Orgaization in khatulistiwa/article/
Ponitanak City view/1404
(Sinta 5
Peningka-
tan Keterampilan
Menulis Karangan
Deskripsi Melalui Jurnal Kependidikan,
Metode Discovery Vol 6, No 2.
dengan Menggu- IKIP Mataram
nakan Media Gam- http://ojs.ikipmataram.
5 Journal 2020
bar pada Mahasiswa ac.id/index.php/jur-
Program Studi Pen- nalkependidikan/arti-
didikan Bahasa dan cle/view/2491
Sastra Indonesia ST- (Sinta 3)
KIP Pontianak.
Bersama dengan Fitri
Jayanti
( 337 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 338 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Preservation of status
quo or inter-ethnicity
relation The dynam-
ics of malay-chinese
economic relation - LP2M
12 In the northern coast Research 2019 - IAIN Pontianak
area of west Kali-
mantan
Escalating Threats
On Chinese-Malay
Interaction (Accep- - LP2M
13 tance And Resistance Research 2018 - IAIN Pontianak
Towards Chinese
In Northen Of West
Kalimantan)
The Examining Of - IAIN Press Ponti-
14 Islamic Banking Re- Book 2018 anak
silience
Strategi Pendekatan - IAIN Press Ponti-
Silaturahim: Senyum anak
Salam Sapa Dalam - ISBN : 978602-
15 Peningkatan Pro- Book 2018 5510-81-6
duktivitas Pelayanan
Dan Profesionalitas
Kerja Karyawan
- Jurnal AL-Mashrafi-
Manajemen Strate- yah, Vol 3, No 2.
gi Galeri Investasi - UIN Alauddin
Syariah Dalam Makasar
16 Meningkatkan Minat Journal 2018 http://journal.
Mahasiswa Untuk uin-alauddin.ac.id/in-
Berinvestasi Di Pas- dex.php/almashrafiyah/
ar Modal Syariah article/view/10037
(Sinta 3)
- Jurnal Al Maslahah
IAIN Pontiamak
Fatwa Satwa (Kajian - (ISSN: 1907-0233,
Fiqh dan Hukum E.ISSN: 2502-8367)
17 Positif Tentang Per- Journal 20017 - Volum 3, No.1
buruan Satwa) (Ber- (2017)
sama Yusuf) https://jurnaliainponti-
anak.or.id/index.php/
Almaslahah/index
Sinta 4
( 339 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
Strategi Pendekatan
Silaturahim: Senyum
Salam Sapa Dalam - LP2M
18 Peningkatan Pro- Research 2017 - IAIN Pontianak
duktivitas Pelayanan
Dan Profesionalitas
KerjaKaryawan
- International Of Sci-
entific & Technolo-
gy, Research .Vol 6
– Issue 12.
- IJSTR
Examining The http://www.ijstr.
Expression Of org/paper-refer-
19 Globalization And Journal 2017 ences.php?ref=I-
Commodification Of JSTR-1217-18384
Islam In Indonesia. (Q3)
- International Jour-
nal of Science and
Research Volume 6
Issue 11
Educational Values - IJSR
20 Journal 2017
in the QUR'AN https://www.ijsr.
net/archive/v6i11/
ART20178317.pdf
(Index Copernicus Val-
ue (2016)
- International Journal
for Innovative Re-
search in Multidisci-
plinary Field, Vol 3,
Education Values In Issue 11
21 Journal 2017
Rural Society - IJIRMF
https://www.ijirmf.
com/wp-content/up-
loads/201711013.pdf
Index Copernicus (ICI)
( 340 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
BOOK EDITOR :
( 341 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 342 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 343 )
Paradigma Akuntansi Syari’ah
( 344 )
View publication stats