Untitled
Untitled
Sinopsis Disertasi
Waryadi
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
7817090947
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
Waryadi 1
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
KOMISI PROMOTOR*
Ketua:
Sekretaris:
Anggota:
SINOPSIS DISERTASI
Waryadi
waryadi_7817090947@mhs.unj.ac.id
ABSTRUCT
Students' mathematical communication skills are influenced by several factors, such as learning
models, assessments, thinking habits, initial abilities, and others. This study is intended to determine the
effect of learning models, types of assessment, and mathematical thinking habits on mathematics
communication skills by controlling students' initial abilities. Conducted at SMPN 34 and SMPS
Sejahtera Jakarta. The population is all students of SMPN 34 and SMPS Sejahtera Jakarta, and 144
students were selected using random sampling technique as the sample. This study was a quasi-
experimental study using a 2x2x2 factorial design, data were analyzed by covariance analysis
(ANCOVA) at significance α = 0.05. Analysis and interpretation of the data shows: 1) The mathematics
communication skills of the group of students who get the bamboo dance learning model are higher than
those who get the conventional learning model; 2) The mathematics communication skills of the group of
students who received a higher performance assessment than those who received a test assessment; 3)
there is an interaction effect between the learning model and the type of assessment on students'
mathematics communication skills; 4) there is an interaction effect between the learning model and the
habit of thinking in mathematics on students' mathematics communication skills; 5) there is an
interaction effect between the type of assessment and the habit of thinking in mathematics on students'
communication skills; 6) there is an interaction effect between learning models, types of assessment, and
mathematical thinking habits on students' mathematical communication skills; 7) The mathematics
communication ability of the group of students who received the Bamboo Dance learning model was
higher than the group of students who received a special conventional learning model in the group of
students who received performance assessments and had high mathematical thinking habits, the group of
students who received test assessments and had high mathematical thinking habits , the group of
students who received performance assessments and had low mathematical thinking habits, and the
group of students who received test scores and had low mathematical thinking habits; 8) The
mathematical communication skills of the group of students who received a higher performance
assessment than the group of students who received the test assessment, especially in the group of
students who received the Bamboo Dance learning model and had high mathematical thinking habits,
the group of students who received the Bamboo Dance learning model and had a habit of thinking low
mathematics, as well as groups of students who get conventional learning models and have low
mathematical thinking habits.
Waryadi 1
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Keywords: mathematical communication, Tari Bambu, Perform Assessment, habits of mind, initial
abilitie
SINOPSIS DISERTASI
Waryadi
Mhsunj7817090947@unj.go.id
ABSTRAK
Kemampuan komunikasi matematika siswa dipengaruhi beberapa faktor, model pembelajaran, penilaian,
kebiasaan berpikir, kemampuan awal, dan lainnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran, jenis penilaian, dan Methematics habit of Mind (MHoM) terhadap
kemampuan komunikasi matematika dengan mengontrol kemampuan awal siswa. Dilakukan di SMPN
34 dan SMPS Sejahtera Jakarta. Populasinya adalah semua siswa SMPN 34 dan SMPS Sejahtera Jakarta,
144 siswa dipilih sebagai sampel. Penelitian ini merupakan quasi eksperimen menggunakan desain
faktorial 2x2x2, data dianalisis dengan Analisis Kovarian (ANCOVA) pada signifikansi α = 0,05. Hasil
analisis dan interpretasi data menunjukkan: 1) Kemampuan komunikasi matematika kelompok siswa
yang mendapatkan model pembelajaran tari Bambu lebih tinggi daripada yang mendapatkan model
pembelajaran konvensional; 2) Kemampuan komunikasi matematika kelompok siswa yang mendapatkan
penilaian kinerja lebih tinggi daripada yang mendapatkan penilaian tes; 3) terdapat pengaruh interaksi
antara model pembelajaran dengan jenis penilaian terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa;
4) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan MHoM terhadap kemampuan
komunikasi matematika siswa; 5) terdapat pengaruh interaksi antara jenis penilaian dengan MHoM
terhadap kemampuan komunikasi siswa; 6) terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran, jenis
penilaian, dan MHoM terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa; 7) Kemampuan komunikasi
matematika kelompok siswa yang mendapatkan model pembelajaran Tari Bambu lebih tinggi dari pada
yang mendapatkan model pembelajaran konvensional khusus pada kelompok siswa yang mendapatkan
penilaian kinerja dan memiliki MHoM tinggi, kelompok siswa yang mendapatkan penilaian tes dan
memiliki MHoM tinggi, kelompok siswa yang mendapatkan hasil penilaian dan memiliki MHoM
rendah, serta kelompok siswa yang menilai tes dan memiliki MHoM rendah; 8) Kemampuan komunikasi
matematis kelompok siswa yang mendapat penilaian kinerja lebih tinggi siswa yang mendapat hasil tes,
khususnya pada kelompok siswa yang mendapatkan model pembelajaran Tari Bambu dan memiliki
MHoM tinggi, kelompok siswa yang mendapatkan model pembelajaran Tari Bambu dan memiliki
MHoM rendah, serta kelompok siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional dan
memiliki MHoM rendah.
Kata kunci: Komunikasi Matematika, Tari Bambu, Asesmen Kinerja, Habit of Mind, Kemampuan Awal.
2 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
alokasi waktu hampir satu semester untuk Dari uraian di atas, terdapat kesenjangan antara
pendalaman materi, yang berisi latihan soal guna hasil belajar terkait kemampuan komunkasi
persiapan menghadapi UN. Pemahaman seperti matematika yang ada dengan hasil belajar yang
ini jelas akan merugikan siswa. Siswa hanya diharapkan, sehingga diperlukan kualitas
dituntut untuk mampu mengerjakan soal tes, pembelajaran dan kualitas asesmen yang lebih
aspek-aspek lain yang jauh lebih penting sedikit baik untuk meningkatkan tercapainya hasil belajar
sekali tersentuh. Untuk itu dibutuhkan penilaian yang tinggi. Berkaitan dengan hal ini peneliti
alternatif yang mampu mengukur multi membatasi pada faktor model pembelajaran, jenis
kompetensi dan multi dimensi kemampuan asesmen, dan mathematics habit of mind. Tiga
berpikir, salah satunya adalah asesmen kinerja. variabel tersebut diteliti pengaruhnya.
Penilaian kinerja dapat digunakan untuk
2. Pembatasan Masalah
mengukur berbagai target pencapaian hasil belajar
Penulis membatasi penelitian ini pada siswa
siswa, diantaranya Knowledge, Reasoning
kelas VII SMP Negeri 34 dan SMP Sejahtera
(penggunaan pengetahuan untuk berbagai bentuk
Jakarta Utara semester genap tahun ajaran
pemecahan masalah), Skill (kecakapan dalam
2018/2019. Obyek penelitian adalah kemampuan
berbagai jenis keterampilan komunikasi, visual,
komunikasi matematika siswa. Model
karya seni, dan lain-lain), Product, dan Affect
pembelajaran sebagai perlakuan eksperimen
(berhubungan dengan perasaan, sikap, nilai,
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Tari
minat, motivasi).
Bambu, sedangkan sebagai pembanding adalah
Dalam pembelajaran matematika kemampuan model pembelajaran konvensional ekspositori.
awal bisa menjadi titik tolak proses berpikir. Penerapan asesmen dibatasi pada asesmen kinerja
Karakteristik urutan dalam materi matematika sebagai eksperimen dan asesmen tes sebagai
menuntut penguatan materi prasyarat sebelum pembanding serta diterapkan pada kelompok
mempelajari materi berikutnya. Hal ini siswa dengan mathematics habit of mind tinggi
menempatkan kemampuan awal sebagai jembatan dan rendah dengan mengontrol pengaruh
penghubung antara materi pembelajaran kemampuan awal matematika siswa. Perlakuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, diterapkan pada mata pelajaran matematika kelas
begitu juga dengan kebiasaan berpikir matematika VII SMP dengan materi Bangun Datar.
(mathematicshabit of mind). Jika kemampuan
3. Rumusan Masalah
awal merupakan prasyarat pengetahuan atau
Berdasarkan latar balakang dan pembatasan
kompetensi terkait penguasaan materi, maka habit
penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini
ofmind merupakan prasyarat terkait kondisi sikap
sebagi berikut: (1) Apakah terdapat perbedaan
(psikologis). Keduanya merupakan hasil dari
kemampuan komunikasi matematika antara
proses pembelajaran sebelumnya. Siswa yang
kelompok siswa yang diberi model pembelajaran
mempunyai kemampuan awal lebih baik akan
Tari Bambu dengan yang diberi model
mampu mengambil keputusan lebih normatif,
pembelajaran konvensional setelah mengontrol
lebih siap menggunakan logika dan bernalar,
kemampuan awal siswa? (2) Apakah terdapat
lebih mampu merespon informasi yang
perbedaan kemampuan komunikasi matematika
diterimanya untuk lebih cepat memecahkan
antara kelompok siswa yang diberi asesmen
masalah. Sedangkan siswa dengan habit of mind
kinerja dengan kelompok siswa yang diberi
lebih baik akan lebih cepat merespon segala
asesmen tes setelah mengontrol kemampuan awal
permasalahan dengan hipotesis-hipotesis
siswa? (3) Apakah terdapat pengaruh interaksi
pemecahan yang lebih akurat.
4 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
antara model pembelajaran dengan jenis asesmen; mengontrol kemampuan awal siswa; (2)
(4) antara model pembelajaran dengan perbedaan kemampuan komunikasi matematika
mathematics habit of mind, (5) antara jenis antara kelompok siswa yang diberi asesmen
asesmen dengan mathematics habit of mind, dan kinerja dengan kelompok siswa yang diberi
(6) antara model pembelajaran, jenis asesmen, asesmen tes setelah mengontrol kemampuan awal
dan mathematics habit of mind, terhadap siswa; pengaruh interaksi antara (3) model
kemampuan komunikasi matematika setelah pembelajaran dengan jenis asesmen, (4) antara
mengontrol kemampuan awal siswa? Apakah model pembelajaran dengan mathematics habit of
terdapat perbedaan kemampuan komunikasi mind, (5) antara jenis asesmen dengan
matematika antara kelompok siswa yang mathematics habit of mind, dan (6) antara model
diajarkan dengan model pembelajaran Tari pembelajaran, jenis asesmen, dan mathematics
Bambu dengan kelompok siswa yang diajarkan habit of mind, terhadap kemampuan komunikasi
dengan model konvensional pada kelompok matematika setelah mengontrol kemampuan awal
siswa: (7) yang diberikan asesmen kinerja dan siswa. Perbedaan kemampuan komunikasi
memiliki mathematics habit of mind tinggi; (8) matematika antara kelompok siswa yang
yang diberikan jenis asesmen tes dan memiliki diajarkan dengan model pembelajaran Tari
mathematics habit of mind tinggi; (9) yang Bambu dengan kelompok siswa yang diajarkan
diberikan jenis asesmen kinerja dan memiliki dengan model konvensional pada kelompok
mathematics habit of mind rendah; dan (10) yang siswa: (7) yang diberikan asesmen kinerja dan
diberikan jenis asesmen tes dan memiliki memiliki mathematics habit of mind tinggi; (8)
mathematics habit of mind rendah, setelah yang diberikan jenis asesmen tes dan memiliki
mengontrol kemampuan awal siswa? Apakah mathematics habit of mind tinggi; (9) yang
terdapat perbedaan kemampuan komunikasi diberikan jenis asesmen kinerja dan memiliki
matematika antara kelompok siswa yang mathematics habit of mind rendah; dan (10) yang
diberikan asesmen kinerja dengan kelompok diberikan jenis asesmen tes dan memiliki
siswa yang diberikan asesmen tes untuk mathematics habit of mind rendah, setelah
kelompok siswa: (11) yang diajarkan dengan mengontrol kemampuan awal siswa. Perbedaan
model Tari Bambu dan memiliki mathematics kemampuan komunikasi matematika antara
habit of mind tinggi; (12) yang diajarkan dengan kelompok siswa yang diberikan asesmen kinerja
model Tari Bambu dan memiliki mathematics dengan kelompok siswa yang diberikan asesmen
habit of mind rendah; (13) yang diajarkan tes untuk kelompok siswa: (11) yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional dan dengan model Tari Bambu dan memiliki
memiliki mathematics habit of mind tinggi; dan mathematics habit of mind tinggi; (12) yang
(14) yag diajarkan dengan model pembelajaran diajarkan dengan model Tari Bambu dan
konvensional dan memiliki mathematics habit of memiliki mathematics habit of mind rendah; (13)
mind rendah, setelah mengontrol kemampuan yang diajarkan dengan model pembelajaran
awal siswa? konvensional dan memiliki mathematics habit of
mind tinggi; dan (14) yag diajarkan dengan
4. Tujuan Penelitian model pembelajaran konvensional dan memiliki
Penelitian bertujuan untuk menguji: (1) mathematics habit of mind rendah, setelah
perbedaan kemampuan komunikasi matematika mengontrol kemampuan awal siswa.
antara kelompok siswa yang diberi model
pembelajaran Tari Bambu dengan yang diberi 5. Signifikansi Penelitian
model pembelajaran konvensional setelah
Waryadi 5
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Secara teoretik, akhir dari penelitian ini matematika yang berbasis pada mathematical
dihasilkannya suatu kesimpulan adanya pengaruh thinking, mathematics habit of mind yang berbasis
yang signifikan antara model pembelajaran Tari pada mathematical disposition, dan asesmen
Bambu dan asesmen kinerja terhadap kemampuan kinerja yang berbasis pada keterampilan proses
komunikasi matematika sebagai hasil belajar pada atau kinerja siswa.
level habit of mind yang berbeda. Satu hal menarik lainnya, dalam
Secara praktik, dalam pembelajaran penelitian ini adalah diterapkannya model
matematika guru dapat menerapkan model pembelajaran baru sebagai bentuk pengembangan
pembelajaran Tari Bambu yang dipadukan atau modifikasi dari model pembelajaran Tari
dengan asesmen kinerja pada semua level Bambu yang sudah ada. Model pembelajaran Tari
mathematics habit of mind. Penerapan model Bambu yang sudah ada baik skema individu
pembelajaran Tari Bambu dan asesmen kinerja maupun kelompok sangat sulit diterapkan ketika
secara benar dan kontinyu dalam pembelajaran informasi atau masalah sebagai bahan diskusi
matematika diharapkan dapat meningkatkan sudah memiliki tingkat kesulitan tinggi atau harus
kemampuan komunikasi matematika sebagai melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
salah satu aspek penting yang harus diperhatikan (higher order thinking skills). Untuk itu peneliti
dalam menghadapi era industri 4.0 mengembangkan model pembelajaran Tari
Bambu dalam skenario yang berbeda, yaitu
6. Kebaruan Penelitian (State of the Art) menjadi semacam musyawarah untuk mufakat
dalam mengambil keputusan yang menggunakan
Model pembelajaran Tari Bambu diterapkan
prinsip keputusan terbaik berdasarkan kebenaran
dalam mata pelajaran matematika termasuk dalam
ilmiah.
kategori etnomatematika, yaitu matematika yang
dipraktekkan diantara kelompok budaya, seperti KAJIAN TEORETIK
masyarakat nasional - suku , kelompok buruh,
anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas 1. Kemampuan Komunikasi Matematika
professional. Model pembelajaran Tari Bambu Komunikasi matematika merupakan faktor
terinspirasi dari tarian tradisional yang yang sangat strategis dalam pembelajaran
berkembang di beberapa daerah di Indonesia, matematika. Komunikasi matematik dianggap
seperti Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Inilah sebagai inti dari kekuatan siswa dalam proses
satu hal yang menarik dan merupakan kebaruan perumusan konsep dan strategi matematik, modal
dari penelitian ini, mengusung model dasar bagi siswa dalam usaha memperoleh
pembelajaran yang dianggap mampu penyelesaian matematis, sarana bagi siswa untuk
menjembatani perbedaan antara matematika saling berkomunikasi dengan siswa lain,
sekolah dengan matematika dalam kehidupan menyampaikan ide dan gagasan secara lebih
sehari-hari yang berbasis pada budaya lokal, tajam sehingga dapat meyakinkan orang lain
meskipun tidak terintegrasi langsung pada materi (Elliott, 1996). Menurut Baroody, komunikasi
matematika tetapi filosofi tarian tradisional matematis dianggap strategis karena matematika
tersebut menginspirasi semangat berstrategi dan bukan hanya sebagai alat berpikir untuk
kerjasama dalam kelompok. mengembangakan desain, menyelesaikan
Aspek lain yang juga menarik, penelitian masalah, dan membuat kesimpulan, lebih dari itu,
ini mencoba melihat benang merah antara tiga matematika merupakan alat komunikasi pikiran
variabel yang selama ini jarang disentuh dalam yang mampu memperjelas, memvariasikan, dan
pembelajaran matematika, yaitu komunikasi mengefektifkan penyampaian ide. Selain itu
6 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Waryadi 7
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
simbol, idea, dan model matematika; dan (3) Teori konstruktivisme sudah berkembang
Menulis tentang matematika; dan menyatakan sejak jaman Plato dan Aristoteles, kemudian
suatu argumen dalam bahasanya sendiri. dilanjutkan secara intensif oleh John Dewey dan
Lev Vygotsky pada abad XX. Secara spesifik
2. Model Pembelajaran
Joyce melihat setidaknya ada tiga gagasan yang
Model pembelajaran merupakan suatu menjadi intisari konstruktivisme, yaitu: 1)
skema atau pola terkait perencanaan pembelajaran pembelajaran merupakan konstruksi pengetahuan;
di kelas termasuk di dalamnya perangkat 2) pengetahuan yang terkonstruksi dan dijalankan
pembelajaran seperti buku-buku, film, vedeo, dengan baik akan melahirkan kebudayaan; dan 3)
kurikulum dan lain-lainnya (Trianto, 2014). pengetahuan tidak semata-mata merupakan hasil
Model pembelajaran lebih didasarkan pada kerja guru atau orang tua, siswa harus
pendekatan yang akan ditempuh yang memuat membangun sendiri bangunan pengetahuannya.
tujuan, tahapan, lingkungan dan pengelolaannya Sedangkan Scaffolding merujuk pada berbagai
dalam proses pembeajaran (Arends & Kilcher, jalan yang dapat kita tempuh untuk
2010). menumbuhkan kontrol yang lebih maksimal.
Wilayah perkembangan yang paling
Model pembelajaran disusun berdasarkan
memungkinkan (zone of proximal development)
pertimbangan ilmiah dan menggunakan prosedur
merupakan tingkatan dari tujuan dan proses
yang sistematis (Fathuroohman, 2015), hal ini
pembelajaran yang tidak terlalu rendah sehingga
bisa dilihat dari ciri-ciri model pembelajaran: 1)
tidak memotivasi siswa untuk berusaha lebih
rasional, teoritis, dan logis; 2) memiliki dasar
keras dan memilih strategi belajar yang lebih
yang kokoh terhadap tujuan pembelajaran yang
tepat, juga tidak terlalu tinggi atau terlalu jauh
akan dicapai; 3) Aktifitas dalam mengajar yang
dari kemampuan mereka sehingga akan menjadi
diperlukan agar model yang diterapkan dapat
beban yang tidak mudah untuk mereka hadapi.
berjalan lancar dan mampu mencapai tujuan; 4)
Sedangkan expert performance atau perilaku para
dukungan dari lingkungan yang kondusif ikut
ahli merupakan tauladan yang dapat memotivasi
menjamin tujuan pembalajaran dapat tercapai
mereka memaksimalkan potensi dan kemampuan
(Sagala, 2010). Model pembelajaran secara
mereka secara kontinyu hingga mencapai
spesifik juga memiliki karakteristik, yaitu 1)
performa tertinggi dengan tetap mengingat akan
rasional teoritik; 2) tujuan belajar; 3) perilaku
katerbatasan mereka (Joyce et al., 1996).
guru (sintaks); 4) lingkungan belajar (Arends &
Kilcher, 2010). Secara spesifik (Moschkovich, a. Model Pembelajaran Kooperatif
2007) berpendapat bahwa pengajaran harus Pembelajaran kooperatif merupakan model
memberikan kesempatan bagi siswa untuk secara yang menuntut adanya pembentukan kelompok-
aktif menggunakan bahasa matematika untuk kelompok terdiri lima siswa yang heterogen untuk
berkomunikasi dan menegosiasikan makna untuk belajar dan bekerjasama, berkolaborasi dalam
situasi matematika. Sedangkan menurut Joice rangka mencapai tujuan bersama (Slavin, 2014).
setidaknya ada lima konsep pembelajaran yang Pembelajaran kooperatif fokus pada
mendasari setiap model pembelajaran, yaitu pemberdayaan kelompok kecil siswa yang saling
konstruktifisme, metakognitif, scaffolding, zone bekerjasama dalam memaksimalkan situasi
of proximal development, dan expert performance belajar dalam mencapai tujuan bersama
(Joyce, Weil, & Calhoun, 1996). (Sugiyanto & Jarwadi, 2016). Pembelajaran
kooperatif merupakan penerapan berbagai
pendekatan dan strategi yang memang disiapkan
8 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
untuk merangsang siswa agar bekerjasama dalam Bambu, sebuah tarian tradisi yang banyak
proses pembelajaran (Sunal & Sunal, 2003). berkembang di beberapa wilayah di Indonesia dan
Pembelajaran kooperatif selain dapat Philipina (Lie, 2014). Model Pembelajaran Tari
meningkatkan hasil belajar siswa juga mampu Bambu bertujuan agar siswa saling berbagi
membangun sikap saling tolong-menolong dalam informasi dari hasil belajar dengan pasangan yang
bangunan strata sosial kelompok (Stahl, 1994). berbeda-beda pada saat yang bersamaan sehingga
Slavin menambahkan bahwa tujuan utama daat memberikan pengalaman komunikasi dan
pembelajaran kooperatif adalah memberikan pertukaran pikiran bagi siswa.
pengalaman kepada siswa terkait kosep, Berdasarkan penjelasan tersebut, model
pengetahuan, kemampuan, dan pemahaman agar pembelajaran Tari Bambu termasuk dalam model
dapat menjadi modal dalam bermsyarakat dalam Etnomatematika, yaitu matematika yang
kemampuan memberikan kontribusi positif. dipraktekkan diantara kelompok budaya
Selain itu, pembelajaran kooperatif juga mampu masyarakat seperti suku, anak-anak kategori usia
membangun norma akademis yang akan banyak tertentu, bahkan juga kelompok masyarakat
berpengaruh bagi pencapaian belajar siswa profesional (D’Ambrosio, 1983). Etnomatematika
(Slavin, 2015). Dalam pembelajaran kooperatif memiliki tujuan untuk menjembatani matematika
dengan kelompok yang heterogen terjadi interaksi sekolah dengan budaya sebagai kebiasaan sehari-
sosial, saling membantu, dan bekerjasama dalam hari siswa, sehingga siswa akan merasa lebih
perbedaan (Bohemia & Thomson, 2004). Isjoni nyaman dalam belajar matematika karena
melihat pembelajaran kooperatif dari sisi lain, diintegrasikan ke dalam budaya atau permainan
yaitu adanya keterampilan khusus yang dapat mereka sehari-hari, akibatnya siswa akan lebih
diperoleh siswa, seperti menjadi pendengar yang mudah dalam mempelajari matematika (Wahyuni,
baik, cara mengemukakan pendapat dan Aji, Tias, & Sani, 2013). Model pembelajaran
menyikapi pendapat orang lain, serta bagaimana Tari Bambu pada penelitian ini tidak terkait
mengelola perbedaan untuk mencapai ketuntasan langsung dengan materi matematika, juga tidak
belajar (Isjoni, 2017). mempraktikkan Tari Bambu yag sebenarnya
Pembelajaran kooperatif memiliki sintaks: dalam pembelajaran matematika, tetapi lebih pada
1) Present goal and set (memberitahu tujuan dan menggunkan filosofi pola dan kerjasama yang ada
membangun kesiapan siswa); 2) Present dalam tarian dalam kegiatan pembelajaran
Information (memaparkan materi); 3) Organize matematika.
student into learning teams (mengelompokkan Kondisi kelompok yang membutuhkan
siswa dalam tim-tim pembelajar); 4) Asist team sumbang saran setiap anggotanya menuntut
work and study (mendampingi kelompok belajar); mereka untuk mampu dan berani mengeluarkan
5) test on the materials (mengukur pencapaian pendapat, mengambil resiko, percaya diri dan
belajar); dan 6) Provide Recognition (pemberian tidak mudah menyerah dalam bekerjasama
penghargaan serta pengakuan terhadap memecahkan masalah. Agar pembelajaran
pencapaian yang diraih) (Suprijono, 2009). matematika terjadi, siswa harus berpartisipasi
aktif dalam konstruksi pengetahuan dan dapat
b. Model Pembelajaran Tari Bambu
mengambil alih pembelajaran mereka sendiri
Model Pembelajaran Tari Bambu (Rahman, Yusof, Kashefi, & Baharun, 2012).
merupakan salah satu odel kooperatif yang Kemampuan komunikasi dapat tumbuh
dikembangkan Anita Lie. Didasarkan pada pola saat berdiskusi, kemudian mempresentasikan
belajar dalam kondisi siswa berdiri saling pendapatnya di dalam kelompok atau di depan
berhadapan seperti bilah bambu pada Tari kelas. Saat guru menyampaikan penjelasan
Waryadi 9
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
tentang suatu konsep, sebenarnya juga merupakan dibahas; (4) Siswa berganti pasangan dengan cara
contoh yang baik bagaimana cara salah satu kelompok bergeser satu orang ke kanan
mengkomunikasikan matematika, karena atau ke kiri dan siswa paling ujung akan
bagaimana pun siswa akan cenderung mengikuti menempati ujung lainnya. Setelah bertukar
cara-cara tersebut. Sebuah penelitian pendapat pergeseran kembali dilakukan sampai
menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran semua siswa berhadapan dengan seluruh siswa
komunikasi efektif dapat dibangun dengan dari jajaran lainnya. Sedangkan pembelajaran Tari
dukungan aktivitas kelompok kecil yang bambu kelompok mempunyai langkah-langkah:
melakukan role-playing, diskusi, sesuai dengan (1) Dua kelompok dengan jumlah anggota sama
karakteristik materi yang dipelajari (D. W. saling berdiri berhadapan sehingga setiap anggota
Johnson & Johnson, 2009). Pendapat lain dari kelompok satu berhadapan dengan anggota
mengataakan bahwa mendorong anak-anak untuk dari kelompok lainnya; (2) Prosedur berikutnya
berdiskusi dan berbagi ide dapat meningkatkan sama dengan Tari Bambu model individu, yaitu
asimilasi pengalaman lama dan baru serta bertukar pendapat dan melakukan pergeseran
memfasilitasi penggunaan komunikasi matematis pasangan sampai seluruh anggota kelompok
informal yang sesuai. (Cooke & Buchholz, 2005). berhadapan. Secara garis besar, langkah-langkah
Model pembelajaran Tari Bambu secara model pembelajaran Tari Bambu dijelaskan pada
garis besar memiliki langkah-langkah: 1) gambar berikut:
Pengenalan topik oleh guru; 2) Pembagian
kelompok besar; (3) Penempatan kelompok; (4)
Pembagian tugas; (5) Pergantian pasangan, (6)
presentasi kelompok (Huda, 2011). (Lie, 2014).
Inti kekuatan model pembelajaran ini terletak
pada proses berpasangan dan saling memberikan
informasi berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur,
bahkan pemecahan masalah yang ditugaskan
guru. Pada fase iniah terjadi dialog interaktif,
saling memberi dan menerima informasi berupa
pengetahuan matematika yang mereka kuasai
yang pasti sangan berkaitan erat dengan aspek-
aspek komunikasi matematika.
Ada dua tipe model pembelajaran Tari
Bambu yaitu individu dan kelompok. Model
pembelajaran Tari Bambu tipe individu memiliki
langkah-langkah: (1) Setengah atau seperempat
siswa dalam satu kelas berdiri berjajar di depan
kelas atau sela-sela bangku; (2) Setengah kelas
siswa lainnya berdiri berhadapan dengan jajaran
pertama, pastikan bahwa setiap siswa memiliki
pasangan; (3) Pasangan siswa yang saling
berhadapan berbagi informasi, atau saling
memberikan penjelasan terkait materi yang
dipelajari, atau jawaban dari permasalahan yang
10 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Gambar 1
Langkah Model pembelajaran Tari Bambu
Waryadi 11
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
12 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
alternatif lain dari penilaian tradisional (tes) yang menyederhanakan jumlah indikator yang akan
bertujuan untuk mengukur kompetensi sikap, dinilai, sehingga akan lebih memudahkan dalam
pengetahuan, dan keterampilan siswa dengan proses penilaian; (4) Jika memungkinkan,
menggunakan berbagai bentuk instrumen serta mintalah kelompok guru memikirkan perilaku-
memperhatikan input, proses, dan output perilaku penting yang termasuk dalam tugas; (5)
pembelajaran. Terjemahkan kriteria kinerja dalam perilaku siswa
yang teramati atau outputnya sebagai produk; (6)
b. Asesmen Kinerja (Performance
Jangan memakai istilah yang bermakna ganda
Assessment)
yang mengaburkan makna kriteria kinerja; dan (7)
Asesmen kinerja merupakan bagian dari Susun kriteria kinerja sesuai urutan yang
asesmen alternatif. Proses penilaian kinerja cenderung diamati (Airasian, 2001)
setidaknya melalui tiga tahapan yaitu persiapan, Berdasarkan pendapat-pendapat di atas,
melaksanakan tugas kinerja, dan membuat penilaian kinerja bukanlah tes tertulis, dilakukan
deskrisi laporan terkait hasil yang dicapainya. dengan teknik observasi (pengamatan) terhadap
Dengan tugas seperti itu guru mengharapkan siswa dalam proses mengerjakan tugas yang
respon yang muncul dari siswa alami atau diberikan guru kepadanya. Untuk menjamin
authentic, yaitu berupa aktifitas sebagai bagian objektifitas dan validitas hasil dalam penilaian
dari kehidupan sehari-hari yang dapat diamati (R. kinerja dibutuhkan pedoman penilaian atau
J. Stiggins, 1991), inilah alasan penilaian kinerja rubrik. Hal ini dikuatkan oleh pendapat yang
termasuk penilaian otentik. Penilaian kinerja menyatakan bahwa ada dua komponen penting
memiliki tiga sifat melekat yaitu kriteria ganda, yang harus ada penilaian kinerja, yaitu penugasan
terstadar, dan adanya penaksiran penilaian. (task) dan kriteria atau panduan penyekoran
Penilaian berbasis kinerja mewakili strategi (rubric) (Slater & Ryan, 1993).
pembelajaran dalam memadukan pengetahuan,
1) Penugasan
keterampilan, dan kebiasaan kerja dengan
Penugasan merupakan strategi penyajian
skenario pemberian tugas yang bermakna dan
materi pelajaran dengan pemberian tugas tertentu
menarik perhatian siswa (Brualdi, 1999).
sehinga siswa melakukan kegiatan belajar seperti
Melalui penerapan asesmen kinerja fungsi
yang dikehendaki (Djamarah, 2013). Pendapat
asesmen untuk mendapatkan informasi tentang
lainnya mempersyaratkan penugasan harus
kemampuan siswa terkait pengetahuan dan
dilaksanakan di luar jam pelajaran, dalam jangka
keterampilannya menggunakan matematika, dan
waktu yang disepakati, dan hasilnya
kemampuan siswa dalam membauat deskripsi
dipertanggungjawabkan siswa kepada guru baik
tujuan terpenuhi. Asesmen yang diterapkan harus
secara individual maupun kelompok (Slameto,
mampu memberikan informasi kepada siswa
1991). Metode penugasan atau sering disebut
terkait apa yang sudah mereka lakukan dan sebaik
resitasi dan pelaksanaannya bisa di rumah, di
apa kualitas pekerjaan mereka dalam
perpustakaan, di laboratorium, dan hasilnya
pembelajaran (Garfield, 1994).
dipertanggungjawabkan (Laba, 2011).
Airasian merekomendasikan langkah-
Penugasan memiliki tujuan
langkah penilaian kinerja, diantaranya: (1)
mengembangkan tingkah laku, melatih
menentukan keseluruhan kerja atau tugas yang
keterampilan, menguatkan pemahaman terkait
akan diukur kompetensinya, dan lakukan sendiri
konsep dan prinsip yang dikembangkan, serta
atau bayangkan diri Anda melakukannya; (2)
mereviu ulang dan memelihara tema-tema yang
indentifikasi faktor-faktor penting dari kinerja
sudah dipelajari (Laba, 2011). Penugasan
atau produk yang akan dinilai; (3) Cobalah
setidaknya harus melalui tiga fase, yaitu
Waryadi 13
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
14 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
prestasi seseorang dan prestasi atau tingkah laku cerdas dalam menghadapi dan menyelesaikan
tersebut dapat menggambarkan tingkat permasalahan yang membutuhkan pemikiran
pencapaian tujuan pembelajaran, tingkat mendalam (Miliyawati, 2016). Pendapat lainnya
penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan, menyatakan kebiasaan berpikir adalah untuk
dan dapat pula menunjukkan kedudukan seorang memperkuat hubungan antara akal sehat dan
siswa dalam kelasnya. pengajaran matematika, dan fokus yang serupa di
Ciri-ciri asemen tes adalah (a) penilaiannya kelas memiliki manfaat yang sama bagi siswa,
tidak relevan dengan apa yang siswa pelajari, (b) dengan membuat matematika mendukung,
penilaian guru masih terbatas pada penilaian hasil memperluas, dan memperbaiki akal
belajar dan belum mengarah pada proses belajar sehat(Goldenberg, 2002)
siswa, (c) penilaian secara kaku oleh guru dan Kebiasaan berpikir yang dimaksud bukan
dari penilaian itu hanya sedikit input yang tentang arti, teori, atau alur kerja tertentu yang
diperoleh, (d) guru menilai kemampuan siswa mungkin tertera dalam naskah buku. Sebaliknya,
dalam dimensi yang sama, (e) proses penilaiannya kebiasaan berpikir matematika (MHoM) adalah
tidak kolaboratif, (f) penilaian siswa bukan tentang kemampuan berpikir, kekuatan mental,
merupakan tujuan, (g) penilaian bertujuan hanya dan tteknik analisis yang biasa digunakan seorang
meningkatkan prestasi belajar siswa, (h) terpisah ahli matematika untuk mengembangkan teori,
antara unsur belajar, penilaian, dan pembelajaran, definisi, atau algoritma tersebut (Matsuura,
dan (i) lebih menekankan pada aspek kognitif. Sword, Piecham, Stevens, & Cuoco, 2013).
Pendapat lainnya menyatakan bahwa siswa harus
4. Mathematics Habits of Mind (MHoM) dibiasakan berpikir seperti seorang
matematikawan, itulah mathematics habit of mind
Kebiasaan berpikir (habit of mind) adalah
(Cuoco, Paul Goldenberg, & Mark, 1996). Karena
suatu kebiasan untuk berperilaku secara
pentingnya, bahkan jika kebiasaan berpikir
intelektual atau cerdas pada saat menghadapi
matematis benar-benar menjadi bagian dari isi
suatu masalah, terutama masalah yang solusinya
kurikulum, maka kualitas input siswa akan secara
memerlukan waktu yang cukup lama (Costa &
alami dan logis menjadi lebih produktif, karena
Kallick, 2000). Menurutnya, habit of mind
pemikiran mereka akan menjadi lebih baik
merupakan level tertinggi bentuk outcomes dunia
(Gordon, 2011).
pendidikan, dimana tiga level sebelumnya adalah
Ada 16 indikator kebiasan berpikir yang
menguasai konten tertentu, menguasai
termasuk kategori habits of mind. Keenambelas
keterampilan berpikir, dan menguasai tugas
kebiasaan berpikir tersebut terkait matematika
kognitif yang menuntut keterampilan berpikir
(MHoM) adalah: (1) Bertahan atau tidak mudah
penuh. Sedangkan menurut Marzano habit of
menyerah; (2) mengatur kata hati; (3)
mind (HoM) merupakan salah satu dari lima
Mendengarkan pendapat orang lain dengan cara
dimensi belajar. Dimensi belajar yang harus
empati; (4) Berpikir luwes; (5) Berpikir
diketahui guru dan akan menentukan keberhasilan
metakognitif; (6) Berusaha berkerja teliti dan
pembelajaran diantaranya adalah: sikap dan
tepat; (7) Bertanya dan mengajukan masalah
persepsi, memperoleh dan mengintegrasikan
secara efektif; (8) Memanfaatkan pengalaman
pengetahuan, memperluas dan memperbaiki
lama untuk membentuk pengetahuan bar; (9)
pengetahuan, menggunakan pengetahuan secara
Berpikir dan berkomunikasi secara jelas dan
bermakna, dan kebiasaan berpikir (Marzano et al.,
tepat; (10) Memanfaatkan seluruh indera dalam
1997).
mengumpulkan dan mengolah informasi; (11)
Habit of mind diartikan sebagai kebiasaan
Mencipta, berkhayal, dan berinovasi; (12)
sesorang untuk perpikir dan berperilaku secara
Waryadi 15
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Bersemangat dalam merespon; (13) Berani Kemampuan awal sangat terkait dengan
bertanggungjawab dan mengambil resiko; (14) pengetahuan sebelumnya (prior knowledge) yang
Humoris; (15) Berpikir saling bergantungan; dan dapat mendukung pembelajaran terkait konsep
(16) Belajar berkelanjutan (Costa & Kallick, baru ataupun pengembangan dari konsep
2000). sebelumnya. Prior knowledge merupakan struktur
Uraian menganai habits of mind seperti di pengetahuan yang dimiliki sebelumnya yang
atas menunjukkan bahwa perilaku tersebut dapat dapat bermanfaat dalam pembentukan struktur
dikembangkan melalui proses pembelajaran. pengetahuan baru (Peaget, 1970). Dick
Pembelajaran di kelas perlu diubah secara menguatkan pendapat Peaget dengan menyatakan
signifikan sehingga menjadi lebih bermakna, bahwa kemampuan awal siswa adalah
artinya siswa memiliki keterlibatan secara kemampuan yang telah dipunyai sebelum ia
emosional dengan proses yang sedang dijalankan. mengikuti pembelajaran yang akan diberikan
Pencapaian habit of mind yang lebih baik akan (Walter Dick, 1966). Dengan demikian
berdampak luas, bahkan bisa menjadi aset global. kemampuan awal merupakan pengetahuan yang
Keputusan untuk peduli dengan lingkungan atau dimiliki siswa hasil dari proses pembelajaran
tidak, memakan makanan yang sehat atau tidak, sebelumnya, merupakan kemampuan dalam
tetap bertahan dalam kondisi sulit atau tidak, kehidupan dan menjadi bekal untuk memperoleh
merupakan penggunaan energi kebiasaan berpikir pengetahuan baru. Kemampuan awal merupakan
(Courtenay-Hall & Rogers, 2002). prasyarat untuk mengetahui adanya perubahan
Berdasarkan uraian di atas, mathematics (Riyanto, 2009). Senada dengan pendapat
habit of mind adalah suatu kebiasan mental untuk tersebut, Hamalik menyatakan bahwa
berperilaku secara intelektual atau cerdas yang mengidentifikasi kemampuan awal siswa dapat
dapat mendorong kesuksesan dalam mempermudah dan mengoptimalkan perolehan,
menyelesaikan permasalahan matematika, pengorganisasian, dan mengungkap kembali
melandasi pemikiran matematika secara ilmiah pengetahuan baru seseorang (Hamalik, 2014).
dan sesuai akal sehat, serta dapat digunakan untuk Kemampuan awal dapat mempengaruhi
mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam mengiterpretasikan informasi baru
matematis, yang tercermin dalam indikator yang dam memutuskan apakah informasi itu relevan
mengukur kemampuan: (1) berpikir fleksibel, (2) atau tidak dengan pengetahuan sebelumnya
mengelola secara empulsif, (3) mendengarkan (Leppink, Broers, Imbos, Cees, & Berger, 2012).
dengan empati, (4) mengajukan pertanyaan, (5) Pengetahuan awal yang dimiliki siswa
menyelesaikan masalah secara efektif, (6) memudahkan siswa untuk menguasai materi baru
menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk dan memperoleh pengetahuan baru. Kemampuan
situasi saat ini, (7) kemampuan berkomunikasi, awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang
(8) berpikir jernih dan tepat, (9) menggunakan dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran
semua indera dalam mengumpulkan informasi, yang menggambarkan kesiapan siswa dalam
(10) mencoba cara berbeda dan menghasilkan ide- menerima pelajaran tertentu. Kemampuan awal
ide baru, (11) kebiasaan merespon, (12) berani dapat mempengaruhi siswa dalam
mengambil resiko, (13) bertanggungjawab, (14) menginterpretasikan informasi baru dan
memiliki rasa humor, (15) berpikir interaktif memutuskan apakah informasi tersebut relevan
dengan orang lain, (16) bersikap terbuka dan atau tidak (Chen, Wong, & Wang, 2014).
mecoba terus menerus. Sedangkan Lee dan Chen menyatakan bahwa
siswa yang mempunyai pengetahuan awal dapat
5. Kemampuan Awal Matematika
16 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk matematika dipengaruhi oleh model pembelajaran
menafsirkan dan menganalisis masalah tanpa ada kooperatif. Zulkarnaen dengan penelitian berjudul
beban. Sswa yang memiliki kemampuan awal ´Kemampuan Pemecahan Masalah dan
matematika maka akan dengan senang hati Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa´
mempelajari materi matematika terkait (Lee & menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
Chen, 2014). Terkait matematika, kemampuan penerapan model pembelajaran kooperatif
awal matematika (mathematical prior knowledge) terhadap pemecahan masalah dan kemampuan
diartikan sebagai pengetahuan matematika yang komunikasi Matematika secara multivariat. Hal
telah dimiliki siswa dan menjadi prasarat suatu ini menunjukkan terdapat pengaruh model
materi matematika lain yang akan dipelajarinya pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan
(Kadir & Masi, 2014). komunikasi Matematika (Zulkarnain, 2015).
Berdasarkan uraian di atas, maka yang Terkait dengan penerapan model
dimaksud dengan kemampuan awal matematika pembelajaran Tari Bambu, penelitian yang
adalah pengetahuan dan keterampilan matematika dilakukan oleh Arifin dan kawan-kawan
yang telah dimiliki oleh siswa sebagai bekal menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa pada
untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya. kelas eksperimen sebesar 79,24 dan nilai rata-rata
Kemampuan awal mengisyaratkan kesiapan siswa kelas kontrol sebesar 75,56 sehingga
untuk mengikuti pembelajaran yang akan menyimpulkan bahwa nilai siswa yang diberi
disampaikan guru. Kemampuan awal dalam perlakuan dengan pembelajaran tari bambu lebih
penelitian ini adalah kemampuan awal terkait baik dibandingkan dengan siswa yang diberi
materi prasarat untuk materi pembelajaran perlakuan model pembelajaran konvensional
perlakuan yang terdiri dari bilangan bulat, (Arifin & Sudarmono, 2013). Hasil penelitian
pecahan, bentuk aljabar, dan persamaan satu lainnya menyimpulkan terdapat pengaruh yang
variabel, dengan indikator: (1) Menentukan hasil signifikan model pembelajaran kooperatif tipe
operasi hitung bilangan bulat; (2) Menentukan tari bambu (bamboo dancing) berbantuan
hasil operasi hitung bilangan pecahan; (3) lingkungan sekitar terhadap hasil belajar IPS
Menentukan hasil operasi hitung bentuk aljabar; (Yuniari, Wibawa, & Japa, 2017). Sedangkan
dan (4) Menentukan penyelesaian persamaan satu penelitian Pujiastuti menyimpulkan bahwa hasil
variabel. tes berbicara sebelum dan sesudah perlakuan
sangat jauh berbeda. Model pembelajaran
6. Penelitian yang Relevan
kooperatif tari bambu mampu mengkatrol
Kemampuan komunikasi matematika siswa kemampuan berbicara siswa dalam bercerita
dipengaruhi oleh jenis asesmen yang diterapkan terkait tokoh idola (Pujiastuti, 2014).
dalam pembelajaran. Masrukan (2008) Terkait dengan penerapan asesmen kinerja,
menyimpulkan bahwa kemampuan komunikasi hasil penelitian menunjukkan bahwa asesmen
matematika siswa yang diberi asesmen kinerja proyek memberikan pengaruh kepada siswa
analitik Polya lebih rendah dibandingkan siswa terhadap hasil belajar dalam pembelajaran. Ini
yang diberi asesmen kinerja secara holistik, selain dikarenakan proses belajar mengajar dengan
itu kemampuan komunikasi matematika siswa menggunakan asesmen proyek dapat
yang mendapatkan model pembelajaran memudahkan guru dalam melakukan
kooperatif lebih tinggi dibandingkan siswa yang pembelajaran dan siswa akan mudah mengingat
mendapatkan model pembelajaran konvensional materi ajar. Dengan demikian asesmen proyek
(Masrukan, 2008). Penelitian lainnya memiliki kontribusi dalam peningkatan hasil
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi belajar siswa (Widiana, 2017). Hasil penelitan
Waryadi 17
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
18 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
siswa yang diberi pembelajaran dengan model Bambu dan memiliki mathematics habit of mind
konvensional setelah mengontrol kemampuan rendah; (13) yang diajarkan dengan model
awal siswa; (2) Kemampuan komunikasi pembelajaran konvensional dan memiliki
matematika kelompok siswa yang diberi asesmen mathematics habit of mind tinggi; (14) yang
kinerja lebih tinggi dibandingkan kelompok diajarkan dengan model pembelajaran
siswa yang diberi asesmen tes setelah mengontrol konvensional dan memiliki mathematics habit of
kemampuan awal siswa; (3) Terdapat pengaruh mind rendah, setelah mengontrol kemampuan
interaksi antara model pembelajaran dengan jenis awal siswa.
asesmen terhadap kemampuan komunikasi
METODOLOGI PENELITIAN
matematika setelah mengontrol kemampuan awal
siswa; (4) Terdapat pengaruh interaksi antara Penelitian ini dilakukan pada siswa SMPN
model pembelajaran dengan perilaku mathematics 34 dan SMPS Sejahtera Jakarta Utara tahun
habit of mind terhadap kemampuan komunikasi ajaran 2018/2019 kelas VII semester dua. Sesuai
matematika setelah mengontrol kemampuan awal dengan tujuannya, penelitian ini menerapkan
siswa; (5) Terdapat pengaruh interaksi antara pendekatan kuantitatif quasi eksperimen. Desain
jenis asesmen dengan perilaku mathematics habit penelitian digambarkan seperti dalam tabel 5.
of mind terhadap kemampuan komunikasi Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan desain
matematika setelah mengontrol kemampuan awal penelitian sebagai berikut: Perlakuan dalam
siswa; (6) Terdapat pengaruh interaksi antara penelitian ini adalah model pembelajaran dan
model pembelajaran, jenis asesmen, dan perilaku jenis asesmen, yaitu model pembelajaran Tari
mathematics habit of mind terhadap kemampuan Bambu dan model pembelajaran konvensional,
komunikasi matematika setelah mengontrol serta asesmen kinerja dan asesmen tes. Dengan
kemampuan awal siswa; Kemampuan komunikasi demikian kelompok penelitian digolongkan
matematika kelompok siswa yang diajarkan menjadi empat kelompok, yaitu kelompok siswa
dengan model pembelajaran Tari Bambu lebih yang mendapatkan perlakuan model pembelajaran
tinggi dibandingkan kelompok siswa yang Tari Bambu dan asesmen kinerja (A1B1),
diajarkan dengan model konvensional khusus kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan
pada kelompok siswa: (7) yang diberikan jenis model tari Bambu dan asesmen tes (A1B2),
asesmen kinerja dan memiliki mathematics habit kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan
of mind tinggi; (8) yang diberikan jenis asesmen model konvensional dan asesmen kinerja (A2B1),
tes dan memiliki mathematics habit of mind dan kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan
tinggi; (9) yang diberikan jenis asesmen kinerja model konvensional dan asesmen tes (A2B2).
dan memiliki mathematics habit of mind rendah; Sebelum eksperimen, dilakukan pengukuran
(10) yang diberikan jenis asesmen tes dan dengan skala sikap Mathematics Habit of Mind
memiliki mathematics habit of mind rendah, siswa. berdasarkan skor Mathematics Habit of
setelah mengontrol kemampuan awal siswa. Mind, keempat kelompok perlakuan siswa dipilah
Kemampuan komunikasi matematika kelompok lagi menjadi masing-masing dua kelompok
siswa yang diberikan jenis asesmen kinerja lebih Mathematics Habit of Mind tinggi (C1) dan
tinggi dibandingkan kelompok siswa yang Mathematics Habit of Mind rendah (C2).
diberikan jenis asesmen tes khusus pada Sebelum pelaksanaan eksperimen siswa
kelompok siswa: (11) yang diajarkan dengan telah memiliki kemampuan awal matematika
model pembelajaran Tari Bambu dan memiliki yang diujikan oleh guru dengan soal buatan
mathematics habit of mind tinggi; (12) yang peneliti pada kelompok eksperimen maupun
diajarkan dengan model pembelajaran Tari kelompok kontrol. Sekor kemampuan awal
Waryadi 19
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
20 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Tabel 6
Rangkuman Hasil Penelitian
Waryadi 21
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Hasil pengolahan dan analisis data yang dan memiliki MHoM rendah; (13) yang
terangkum pada tabel 6 menyimpulkan bahwa mendapatkan model pembelajaran konvensional
dengan mengontrol kemampuan awal matematika dan memiliki MHoM rendah; (10) yang
siswa, (1) penerapan model pembelajaran Tari mendapatkan asesmen tes dan memiliki MHoM
Bambu meningkatkan hasil belajar siswa rendah. (14) Sedangkan untuk kelompok siswa
termasuk kemampuan komunikasi matematika yang mendapatkan model pembelajaran
secara lebih signifikan dibandingkan dengan konvensional dan memiliki MHoM tinggi,
model pembelajaran konvensional; (2) penerapan kemampuan komunikasi matematika kelompok
asesmen kinerja meningkatkan hasil belajar siswa siswa yang mendapatkan asesmen kinerja tidak
termasuk kemampuan komunikasi matematika lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa yang
secara lebih signifikan dibandingkan dengan mendapatkan asesmen tes.
asasmen tes; (3) adanya pengaruh interaksi antara
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
model pembelajaran dengan bentuk asesmen
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi 1. Kesimpulan
matematika; (4) adanya pengaruh interaksi antara
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan
model pembelajaran dengan MHoM terhadap
ANAKOVA yang dilanjutkan dengan uji
peningkatan kemampuan komunikasi matematika;
perbedaan, dapat disimpulkan bahwa penerapan
(5) adanya pengaruh interaksi antara bentuk
model pembelajaran Tari Bambu dapat
asesmen dengan MHoM terhadap peningkatan
meningkatkan kemampuan komunikasi
kemampuan komunikasi matematika; (6) adanya
matematika siswa, lebih signifikan lagi jika
pengaruh interaksi antara model pembelajaran,
dipadukan dengan penerapan asesmen yang
bentuk asesmen, dan MHoM terhadap
sesuai seperti asemes kinerja. Begitu juga dengan
peningkatan kemampuan komunikasi matematika;
penerapan asesmen kinerja, dapat meningkatkan
Seteleh mengontrol kemampuan awal
kemampuan komunikasi matematika siswa tetapi
matematika, kemampuan Komunikasi
harus dibarengi dengan penerapan model
Matematika kelompok siswa yang diberi model
pembelajaran yang sesuai.
pembelajaran Tari Bambu lebih tinggi dari pada
kelompok siswa yang diberi model pembelajaran 2. Implikasi
konvensional khusus pada kelompok siswa (7)
Berdasarkan pada kesimpulan penelitian,
yang mendapatkan asesmen kinerja dan memiliki
dapat dikemukakan beberapa implikasi penelitian
MHoM tinggi; (8) yang mendapatkan asesmen tes
sebagai berikut:
dan memiliki MHoM tinggi; (9) yang
(1) Upaya Peningkatan Kemampuan
mendapatkan asesmen kinerja dan memiliki
MHoM rendah; (10) yang mendapatkan asesmen Komunikasi Matematika Melalui Model
tes dan memiliki MHoM rendah. Seteleh Pembelajaran Tari Bumbu.
mengontrol kemampuan awal matematika,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
kemampuan Komunikasi Matematika kelompok
pembelajaran Tari Bambu mampu meningkatkan
siswa yang diberi asesmen kinerja lebih tinggi
kemampuan komunikasi matematika siswa secara
dari pada kelompok siswa yang diberi asesmen
signifikan. Mengingat model pembelajaran ini
tes khusus pada kelompok siswa (11) yang
belum banyak dikenal guru, untuk
mendapatkan model pembelajaran Tari Bambu
menerapkannya dalam pembelajaran perlu
dan memiliki MHoM tinggi; (12) yang
memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
mendapatkan model pembelajaran Tari Bambu
Pertama, dalam meningkatkan kemampuan
22 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
komunikasi matematika siswa setiap guru mata memberikan contoh terkait konsep atau prinsip
pelajaran matematika sebaiknya menyiapkan tertentu sangat baik untuk menguatkan
skenario proses pelaksanaan model Tari Bambu kemampuan komunikasi matematika siswa.
dengan cermat. Bertukar pasangan dan saling Kedua, lebihkan porsi diskusi terpimpin. Diskusi
menjelaskan pada proses pembelajaran Tari yang berjalan baik akan membentuk pola
Bambu sebaiknya disesuaikan dengan jenis materi komunikasi yang sempurna, di mana di dalamnya
yang dipelajari. Jika materi lebih banyak terkait terjadi tukar menukar informsi dan komunikasi
fakta dan konsep sebaiknya siswa tetap dalam multi arah.
posisi berdiri berhadapan. Tetapi jika materi
(3) Upaya peningkatan kemampuan
berupa prinsip dan prosedur, apa lagi
membutuhkan pemikiran tingkat tinggi maka komunikasi matematika bagi siswa yang
sebaiknya siswa dalam posisi duduk berhadapan memiliki MHoM tinggi
dengan meja. Meja dapat digunakan untuk saling
menjelaskan dengan menulis, menggambar dan Siswa yang memiliki MHoM tinggi
lain sebagainya. Kedua, materi diskusi harus mencerminkan penguasaan mereka terhadap
disiapkan sedemikian rupa sesuai dengan materi matematika. Untuk meningkatkan
kebutuhan model pembelajaran. Hal ini bertujuan kemampuan komunikasi matematika memerlukan
untuk menghindari terjadinya pemborosan waktu layanan pembelajaran yang sesuai, karena siswa
untuk kegiatan di luar skenario pembelajaran, dalam kondisi ini biasanya cenderung berpikir
mengingat penerapan model tari Bambu juga hasil tanpa memperhatikan prosedur, salah satu
membutuhkan waktu yang relatif lam. Ketiga, hal caranya adalah memastikan bahwa kelompok
yang perlu diingat adalah dalam penerapan model belajar yang dibentuk dalam proses pembelajaran
pembelajaran Tari Bambu tidak semua siswa bisa bukanlah kelompok belajar semu. Kelompok
terlibat langsung sekaligus dalam proses, apalagi belajar semu memiliki ciri-ciri: siswa ditugaskan
jika jumlah siswa dalam satu robel besar. Oleh untuk bekerja bersama tetapi mereka tidak tertarik
sebab itu perlu dipikirkan siasat agar kelompok untuk melakukannya; siswa menyembunyikan
siswa yang sedang tidak terlibat berpasangan informasi dari satu sama lain, berusaha
beraktifitas di luar skenario model. menyesatkan dan membingungkan satu sama lain,
dan saling tidak percaya atau bahkan saling
(2) Upaya peningkatan kemampuan
bersaing untuk menjadi yang terbaik (D. W.
komunikasi matematika melalui model Johnson & Johnson, 1999)
konvensional
(4) Upaya peningkatan kemampuan
Model pembelajaran konvensional dalam komunikasi matematika bagi siswa yang
pembelajaran matematika tidak selamanya buruk, memiliki MHoM rendah
polanya bahkan seperti sudah menjadi rujukan
alami bagi setiap guru matematika dalam
Sikap habit of mind mencerminkan
mengajar ketika sedang tidak ingin
kedewasaan berpikir dan mempunyai pengaruh
berimprovisasi. Ada beberapa aspek yang harus positif terhadap terhadap generalisasi matematika
diperhatikan jika ingin mengembangkan
(Dwirahayu et al., 2018). Untuk siswa dengan
kemampuan komunikasi matematika saat habit of mind rendah berarti masih membutuhkan
menerapkan model pembelajaran konvensional, waktu yang lebih lama dalam dalam
diantaranya: Pertama, perbanyak peran siswa mengimplementasikan kemampuan generalisasi
dalam proses penjelasan dan pemberian contoh.
mereka dalam bentuk komunikasi matematika.
Membiarkan siswa yang menjelaskan atau
Waryadi 23
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Untuk itu, dalam membangun kemampuan Pemberian asesmen tes sejauh ini masih
komunikasi matematika guru harus terus menerus sangat diperlukan, terutama jika tujuannya ingin
menerapkan model pembelajaran dan asesmen mengukur kompetensi siswa. Hal ini masih sesuai
aternatif yang sesuai. dengan pola pendidikan di Indonesia yang
menganut pola kenaikan kelas dan target
(5) Upaya peningkatan kemampuan
ketuntasan materi. Hal-hal yang harus
komunikasi matematika melalui diperhatikan jika ingin menguatkan kemampuan
pemberian assesmen kinerja komunikasi matematika melalui penerapan
asesmen tes adalah:
Penerapan asesmen kinerja juga terbukti Pertama, instrumen tes harus dirancang
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi sedemikian rupa sehingga lebih banyak menuntut
matematika. Hal penting yang harus diingat aspek-aspek kemampuan komunikasi matematika.
adalah asesmen kinerja tidak bisa berdiri sendiri Kedua, pemberian tes tidak hanya terfokus
sendiri, tetapi harus didukung proses pada akhir pembelajaran, tetapi lebih sering
pembelajaran yang sesuai, bahkan asesmen harus dilakukan sebelum atau pada proses
menjadi bagian dari proses pembelajaran. Dalam pembelajaran, bentuknya bisa pretest, kuis,
hal ini sejalan dengan istilah assessment as kompetisi, dan lain-lain.
learning (asesmen sebagai pembelajaran). Tujuan Ketiga, usahakan tetap memperhitungkan
utama dari asesmen tidak berhenti pada nilai yang proses. Meskipun instrumen tes berbentuk pilihan
didapatkan, tetapi banyak hal bisa di ambil oleh ganda atau obyektif, siswa juga diminta
siswa dari proses penilaian. Oleh sebab itu guru mengumpulkan coretan sebagai proses
perlu memasukkan jenis asesmen menjadi bagian menemukan jawaban.
dari strategi pembelajaran bukan hanya sebagai
penilaian hasil akhir pembelajaran. Asesmen 3. Saran – Saran
Bedasarkan hasil penelitian di atas, dalam
kinerja merupakan asesmen alternatif yang sudah
memaksimalkan hasil belajar, khususnya terkait
mengaburkan batasan antara asesmen dengan
kemampuan komunikasi matematika diajukan
proses pembelajaran. Asesmen kinerja
saran-saran sebagai berikut:
menghendaki siswa menampilkan kemampuannya
Dinas pendidikan terkait, sebagai instansi
secara maksimal baik secara lisan, tertulis,
yang bertanggungjawab terhadap pengembangan
maupun perbuatan (tindakan) terkait konsep
kompetensi guru diharapkan memperbanyak
ataupun permasalahan tertentu. Dari sisi tuntutan
pelatihan-pelatihan guru yang difokuskan pada
tersebut, asesmen kinerja mendukung
terbangunnya kemampuan komunikasi peningkatan kemampuan metodologi
pembelajaran, terutama penerapan berbagai
matematika dengan menerapkannya dalam proses
macam model pembelajaran.
pembelajaran dengan tujuan utama sebagai
Bagi Kepala Sekolah, terutama dalam
pembiasaan bukan untuk pengambilan nilai hasil
melaksanakan penilaian kinerja guru (PKG) harus
belajar.
lebih fokus pada pelaksanaan pembelajaran di
kelas. Temuan-temuan terkait kesenjangan
(6) Upaya peningkatan kemampuan
kompetensi pedagogi guru harus ditindaklanjuti
komunikasi matematika melalui dan menjadi tagihan yang termuat dalam program
pemberian assesmen tes kerja sekolah.
Dalam pembelajaran matematika, untuk
menumbuhkan kemampuan komunikasi
24 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Waryadi 25
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
DAFTAR PUSTAKA
A. Van de Walle, J., Karp, K., & Bay-Williams, J. Baber, R. L. (2011). The Language of
(2009). Elementary and middle school Mathematics. In The Language of
mathematics: Teaching developmentally. In Mathematics.
Pearson Education. https://doi.org/10.1002/9781118061770
Adams, T. L. (1998). Alternative Assessment in Barrody, A. J. (1993). Problem Solving,
Elementary School Mathematics. Reasoning, and Communicating,K-8
Childhood Education. Helping Children Think Mathematicaly.
https://doi.org/10.1080/00094056.1998.105 Macmillan Publishing Company.
21938
Black, P., & Wiliam, D. (1998). Assessment and
Airasian, P. W. (2001). Classroom Assessment. In classroom learning. International Journal of
International Encyclopedia of the Social & Phytoremediation.
Behavioral Sciences. https://doi.org/10.1080/0969595980050102
https://doi.org/10.1016/b0-08-043076-
Brenner, M. E. (1998). Development of
7/02411-6
mathematical communication in problem
Aoun, J. E. (2017). Robot-proof: Higher solving groups by language minority
education in the age of artificial students. Bilingual Research Journal.
intelligence. In Robot-Proof: Higher https://doi.org/10.1080/15235882.1998.101
Education in the Age of Artificial 62720
Intelligence.
Burns, M. (2004). Innovative teachers can make
https://doi.org/10.1080/02607476.2018.150
writing an invaluable part of math
0792
instruction. Association for Supervision and
Arends, R. I., & Kilcher, A. (2010). Teaching for Curriculum Development (ASCD), 62
student learning: Becoming an number(Writing in Math), 35.
accomplished teacher. In Teaching for
Chen, M. P., Wong, Y. T., & Wang, L. C. (2014).
Student Learning: Becoming an
Effects of type of exploratory strategy and
Accomplished Teacher.
prior knowledge on middle school students’
https://doi.org/10.4324/9780203866771
learning of chemical formulas from a 3D
Arifin, M., & Sudarmono. (2013). Pengaruh role-playing game. Educational Technology
Penggunaan Model Pembelajaran Research and Development.
Kooperatif Tipe Tari Bambu (Bamboo https://doi.org/10.1007/s11423-013-9324-3
Dancing) pada Standar Kompetensi Cooke, B. D., & Buchholz, D. (2005).
menggunakan pengukuran listrik terhadap Mathematical communication in the
hasil belajar siswa kelas classroom: A teacher makes a difference.
Early Childhood Education Journal.
Asmawi, Z. (2001). Alternative Assessment (IV).
https://doi.org/10.1007/s10643-005-0007-5
Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.
Costa, A., & Kallick, B. (2000). Habits of Mind:
Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
A developmental series. Habits of Mind.
Jurusan PGSD.
https://doi.org/10.1016/j.apcata.2006.07.02
26 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Waryadi 27
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Johnson, R. T., & Johnson, D. W. (2008). Active Learning, Teacher’s Manual. Dimension
Learning: Cooperation in the Classroom. Contemporary German Arts And Letters.
The Annual Report of Educational https://doi.org/10.1.4166.0422.7
Psychology in Japan.
Matsuura, R., Sword, S., Piecham, M. B.,
https://doi.org/10.5926/arepj1962.47.0_29
Stevens, G., & Cuoco, A. (2013).
Kadir & Masi, L. (2014). Penggunaan Konteks
Mathematical habits of mind for teaching:
dan Pengetahuan Awal Matematika dalam
Using language in algebra classrooms. The
Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Mathematics Enthusiast.
Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika Uho, 5 no.1, 60. Miliyawati, B. (2016). Urgensi Strategi
Disposition Habits Of Mind Matematis.
Kaya, D., & Aydin, H. (2016). Elementary
Infinity Journal.
mathematics teachers’ perceptions and lived
https://doi.org/10.22460/infinity.v3i2.62
experiences on mathematical
communication. Eurasia Journal of National Council of Teachers of Mathematics.
Mathematics, Science and Technology (1991). Professional standards for teaching
Education. mathematics. Natl Council.
https://doi.org/10.12973/eurasia.2014.1203a
Panait, L., & Luke, S. (2005). Cooperative multi-
Killen, L. R. (1989). Reflecting on Reflective agent learning: The state of the art.
Teaching: A Response. Journal of Teacher Autonomous Agents and Multi-Agent
Education. Systems. https://doi.org/10.1007/s10458-
https://doi.org/10.1177/0022487189040002 005-2631-2
09
Pantaleon, K. V., Juniati, D., Lukito, A., &
Lee, C. Y., & Chen, M. J. (2014). The impacts of Mandur, K. (2018). The written
virtual manipulatives and prior knowledge mathematical communication profile of
on geometry learning performance in junior prospective math teacher in mathematical
high school. Journal of Educational proving. Journal of Physics: Conference
Computing Research. Series. https://doi.org/10.1088/1742-
https://doi.org/10.2190/EC.50.2.b 6596/947/1/012070
Lie, A. (2014). Cooperative Learning. Jakarta: PISA. (n.d.). PISA Mathematics Framework.
Grasindo. https://doi.org/https://doi.org/10.1787/9789
264281820-5-en
Lim, C. S., & Chew, C. M. (2007). Mathematical
Communication in Malaysian Bilingual Qohar, A., & Sumarmo, U. (2013). Improving
Classrooms. 3rd APEC-Tsukuba mathematical communication ability and
International Conference: Innovation of self regulation learning of yunior high
Classroom Teaching and Learning through students by using reciprocal teaching.
Lesson Study- Focusing on Mathematical Journal on Mathematics Education.
Communication. https://doi.org/10.22342/jme.4.1.562.59-74
Marzano, R. J., Pickering, D. J., Blackburn, G. J., Rahman, R. A., Yusof, Y. M., Kashefi, H., &
Brandt, R. S., Paynter, D. E., Pollock, J. E., Baharun, S. (2012). Developing
& Whisler, J. S. (1997). Dimensions of Mathematical Communication Skills of
28 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
Research. https://doi.org/10.1086/344425
30 Waryadi
Sinopsis Pengaruh Model Pembelajaran, Jenis Asesmen, dan MHoM Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematika dengan Mengontrol Kemampuan Awal Mateatika Siswa
RIWAYAT HIDUP
Waryadi 31