Anda di halaman 1dari 8

Nama : Syarifah Zakiyah

Nim : 221810068

Kelas : Ps2C

MK : Psikologi Kognitif

1. jelaskan perbedaan object superiority effect dengan word superiority effect dan berikan contohnya (2
contoh)

2. jelaskan bagaimana cara otak mengorganisasikan objek-objek perseptual dan berikan contohnya

3.jelaskan mengapa persepsi bawah sadar terjadi pada otak dan bagaimana prosesnya

4. resensi jurnal tentang perkembangan kognitif dan hasil penelitiannya (2 jurnal)

Jawaban

1. - object superiority effect, sebuah objek akan lebih cepat dikenal apabila objek tersebut merupakan
bagian dari rangkaian objek-objek yang lain di dalam situasi tertentu, dan bukan berdiri sendiri yang
terpisah dengan yang lain (in isolation). Contohnya sebuah produk baru sikat gigi "formula" lebih mudah
dikenal bila produk itu di rangkai dengan seorang bintang film terkenal yang diperlihatkan memakai sikat
gigi merk itu. Hal ini akan menjadi berbeda jika diperlihatkan sikat gigi itu di gigit oleh seekor anjing
tentu akan lebih sulit di kenali.

- word superiority effect, sebuah huruf akan lebih cepat dikenali apabila huruf itu merupakan bagian
dari sebuah kata daripada disajikan secara sendirian atau terpisah, juga sebuah kata akan lebih cepat
dikenali apabila kata itu merupakan bagian dari sebuah kalimat daripada disajikan sendirian. Contohnya
jika hendak mengenakan huruf "S" kepada anak, maka huruf ini dapat dirangkai dengan kata-kata "sapi",
"sekolah", " sikat", dan "kertas.

2. - pengenalan pola visual, seseorang konstruktivis akan menyatakan bahwa otak bersifat interpretative
yang menggunakan heuristic (tatanan aturan yang spesifik) untuk memproses sinyal-sinyal informasi.
Otak amat mengandalkan heuristic sehingga akan sering membuat kekeliruan yang umumnya
bersumber dari ilusi perseptual. Hal ini menyebabkan kita melihat hal-hal yang sesungguhnya tidak
eksis di dunia fisik (Solso, Maclin, & Maclin, 2007).

- Pergerakan mata dan pengenalan objek, Gerakan mata seseorang mengandung banyak informasi yang
menggambarkan kondisi kondisi fisik atau kondisi psikis. Dari kemampuan-kemampuan mata seseorang
untuk menunjukkan ketertarikan, merespon dan mengikuti, mempertahankan atau menjaga pandangan
pada permasalahan atau obyek tertentu yang bergerak atau diam dapat memberikan informasi
mengenai keadaan manusia tersebut. Dari informasi-informasi yang didapat dari gerakan mata tersebut
dapat disimpulkan sebuah pola gerakan mata. Mengukur gerakan mata merupakan pekerjaan
psychophysical dan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat perilaku tak sadar seseorang, strategi
untuk memproses informasi pergerakan mata ini memerlukan gerak fiksasi dan pengetahuan tentang
arah pandangan.

- Pencocokan Template, Sebuah teori mula-mula tentang cara otak mengenali pola dan objek disebut
teori pencocokan template. Sebuah template, dalam konteks pengenalan pola pada mausia merujuk
pada suatu konstruk internal yang ketika dicocokkan dengan stimuli sensorik, menyebabkan terjadinya
pengenalan terhadap objek. Teori ini dapat kita analogikan dengan lubang kunci yang dimasuki kunci
yang tepat. Dengan demikian, prosesnya terjadi seperti ini : energi cahaya yang dipantulkan oleh bentuk
tersebut diterima retina dan ditransduksi ke energi neural yang dikirim ke otak. Otak melakukan
pencarian dalam arsip template untuk mencari template yang cocok dengan pola neural yang diterima.
Jika template itu cocok dengan pola neural, orang akan mengenali pola atau objek tersebut (Solso,
Maclin, & Maclin, 2007).

- analisis fitur, Teori ini menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat
tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian stimuli kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-
fitur yang lebih sederhana. Menurut pendekatan ini, sebelum kita memahami keseluruhan pola
informasi visual, kita mereduksi dan menganalisis komponen-komponen informasi visual. Sebuah kata
PANAH tidak serta-merta diubah menjadi representasi atau visual dalam memori kita, misalnya sebuah
batang yang berujung tajam yang ditembakkan dari sebuah busur, tidak pula kata tersebut kita baca
“panah”, atau kita persepsikan huruf per huruf (P-A-N-A-H). Akan tetapi, kita mendeteksi dan
menganalisis fitur-fitur atau komponen-komponen dari masing-masing huruf. Huruf A bisa kita pecah
menjadi dua garis diagonal (/ \), sebuah garis horizontal (-), sebuah ujung bersudut (^), dan seterusnya.
Jika proses pengenalan terjadi berdasarkan analisis fitur, maka tahap-tahap paling awal dalam
pemrosesan informasi sesungguhnya jauh lebih kompleks daripada yang sebelumnya kita perkirakan
(Solso, Maclin, & Maclin, 2007).

- pencocokan prototipe, Teori lain yang turut menjelaskan pengenalan objek adalah teori pencocokan
prototipe. Diasumsikan bahwa, alih-alih membentuk template yang spesifik atau bahkan membentuk
fitur-fitur berbagai ragam pola yang harus kita identifikasikan, kita menyimpan sejumlah jenis pola-pola
abstraksi dalam memori, dan jika terdapat kesamaan antara keduanya, pola tersebut akan dikenali.
Pencocokan prototipe memungkinkan pengenalan pola-pola yang tidak lazim namun tetap memiliki
hubungan dengan prototipe. Terdapat banyak bukti di sekeliling kita yang mendukung konsep
pencocokan prototipe. Kita mengenali sebuah mobil Volkswagen, meskipun mobil bermerek sama
memiliki warna atau pernak-pernik yang berbeda-beda (Solso, Maclin, & Maclin, 2007).

-pengenalan pola, Dalam studi tersebut, pola tersusun dari kumpulan sejumlah objek, bukan fitur.
Secara intuitif, kita mengetahui bahwa bahwa perbedaan kognitif antara seorang maestro catur dengan
seorang amatir terletak pada seberapa banyak langkah yang dapat direncanakan seorang maestro
dibandingkan seorang amatir. Intuisi tersebut ternyata keliru. Para maestro dan para pemain amatir
merencanakan kemungkinan mempertimbangkan jumlah langkah yang sama, dan menjalani proses
pencarian yang serupa terhadap berbagai pola langkah buah catur. Para pemain professional bahkan
mempertimbangkan langkah alternative yang lebih sedikit, sedangkan para pemain amatir membuang-
buang waktu dengan mempertimbangkan alternatif-alternatif yang sama sekali tidak tepat.

3. persepsi terhadap suatu objek dapat terjadi tanpa disengaja atau disadari oleh seseorang. Biasanya
persepsi tersebut tertuju pada objek, gambar atau kata kata yang ditampulkan di dalam waktu yang
relatif singkat atau sedikit dalam rangkaian suatu peristiwa. Prosesnya terjadi apabila stimulus yang
tampaknya tidak diperhatikan atau tanpa disadari kebeeradaannya oleh seseorang namun secara diam-
diam stimulus itu di mempengaruhi perilaku orang yang bersangkutan di kemudian hari. Contohnya
ketika pembacaan di tv, tiba tiba ada pesan pesan sponsor yang numpang lewat, atau tulisan merk
sebuah produk yang menempel di bagian belakang baju pemain suatu tim sepakbola.

4.review jurnal ada dibawah


NAMA : Syarifah Zakiyah

NIM/KELAS : 221810068/Ps2C
LINK JURNAL : file:///C:/Users/Zaki/Downloads/3554-8556-1-PB.pdf

JUDUL MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI


MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF

Jurnal Jurnal PG-PAUD Trunojoyo

Volume Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014,

Nama Peneliti Muhammad Busyro Karim Siti Herlinah Wifroh

Tahun 2014

Meningkatkan Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini Melalui Alat


Abstrak Permainan Edukatif. Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung
seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian Perkembangan Kognitif adalah suatu proses berfikir yaitu
kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa. Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi (pembuahan
) namun terwujud atau tidaknya tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang
diberikan. Untuk mengetahui pengertian dari Alat Permainan Edukatif serta
mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan pembelajaran dalam meningkatkan
aspek kognitif melalui APE sederhana yang dikembangkan TK Ihyausunnah
Margorejo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara dan observasi. Yang menjadi subjek dari
penelitian ini adalah anak usia 2 tahun kemudian Guru kelas dan anak TK A usia
3-4 tahun. bermain peran akan membuat anak berkemampuan sosial. Sambil
bermain peran ikut belajar berbagi, belajar mengantri atau bergiliran, dan
berkomunikasi dengan teman-temannya .Kemampuan mengelola emosi, termasuk
untuk memahami perasaan takut, kecewa, sedih, marah dan cemburu. Anak akan
belajar mengelola dan memahami perasaan – perasaan tersebut. mengasah
kreativitas dan disiplin, biasanya anak akan mengambil peraturan dan pola
hidupnya sehari- hari dan kebiasaan si anak atau orang tua bahkan orang dewasa di
lingkungan terdekat anak.

Teori Teori Kognitif Jean Piaget, Teori Kognitif Bruner

-
Hipotesis

Sampel subjek dari penelitian ini adalah anak usia 2 tahun kemudian Guru kelas dan anak
TK A usia 3-4 tahun.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan memaparkan data-data
Metode Pengambilan yang telah dikumpulkan bersumber dari lapangan tempat peneliti melakukan
observasi dan wawancara.
Data
Penelliti melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh saat melakukan
Metode Analisis Data penelitian dengan menggunakan metode wawancara kepada guru kelas dan
observasi secara langsung kepada objek yaitu Anak usia 3-4 tahun TK A, dengan
mengkaitkan teori yang ada dalam buku.
Dari hasil observasi ini penulis dapat menyimpulkan bahwa bermain peran akan
Hasil Penelitian membuat anak berkemampuan sosial. Sambil bermain peran ikut belajar berbagi,
belajar mengantri atau bergiliran, dan berkomunikasi dengan teman-temannya
.Kemampuan mengelola emosi, termasuk untuk memahami perasaan takut,
kecewa, sedih, marah dan cemburu. Anak akan belajar mengelola dan memahami
perasaan – perasaan tersebut. mengasah kreativitas dan disiplin, biasanya anak akan
mengambil peraturan dan pola hidupnya sehari- hari dan kebiasaan si anak atau
orang tua bahkan orang dewasa di lingkungan terdekat anak. Serta mengasah
kecerdasan linguistik yaitu kemampuan berbahasa hal itu terlatih secara tidak
langsung akan bertemu dengan lawan mainnya pada saat bermain peran.
Perkembangan kognitif untuk anak-anak di TK Ihyausunnah Margorejo itu
beragam ada yang perkembangan sifat sosial emosionalnya dan untuk
perkembangan bahasanya juga masih kurang. Untuk meningkatkan perkembangan
kognitif Hal tersebut bisa di lakukan dengan memberikan permainan edukatif
kepada anak yang dalam perkembangan kognitif (sosial emosional dan bahasa)
dengan memberikan Alat permainan edukatif mbak,, seperti menggunakan alat
permainan Boneka-bonekaan, peralatan dokter ataupun peralatan masak, disini
nantinya anak akan diajak oleh guru bermain peran dengan menggunakan alat-alat
tersebut
Kesimpulan Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kognif anak
sangat perlu untuk terus dikembangkan pada anak usia dini, Perkembangan kognitif
merupakan perubahan kemampuan berfikir atau intelektual. Seperti juga
kemampuan fisik. Dalam perkembangan kognitif, berfikir kritis merupakan hal
yang penting. Ketika anak tertarik pada obyek tertentu, ketrampilan berfikir mereka
akan lebih kompleks. Dilain pihak ketika anak mengalami kebigungan terhadap
subyek tertentu. Perkembanagan kognitif pada anak-anak terjadi melalui urutan
yang berbeda. Tahapan ini membantu menerangkan cara anak berfikir, menyimpan
informasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
NAMA : Syarifah Zakiyah

NIM/KELAS : 221810068/Ps2C
LINK JURNAL : https://journal.trunojoyo.ac.id/pgpaudtrunojoyo/article/download/3554/2621

JUDUL PENGEMBANGAN KOGNITIF ANAK MELALUI KEGIATAN


MENGELOMPOKKAN BENDA DENGAN MEDIA BOLA WARNA

Jurnal Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Volume Volume 3 Nomor 1, Mei 2020

Nama Peneliti Riska Hapsari

Tahun 2020

Permasalahan penelitian ini karena kurangnya kemampuan motorik halus anak,


Abstrak kemampuan kognitif anak yang rendah, media dan metode yang tidak bervariasi, kegiatan
yang dilaksanakan kurang berkesan bagi anak, dan capaian hasil kegiatan kurang sesuai
dengan harapan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengasah kognitif anak melalui
kegiatan mengelompokkan benda dengan media bola warna. Jenis penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan teknik pengumpulan data
berupa observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitin ini adalah perbandingan deskriptif kualitatif serta presentase, artinya hasil
observasi penilaian kemampuan kognitif anak sebelum pemberian tindakan dibandingkan
dengan kemampuan setelah pemberian tindakan, dalam bentuk presentase sederhana, yaitu
data awal pra siklus menunjukkan kemampuan anak dalam mengelompokkan benda sesuai
dengan ukuran, bentuk serta warna mendapat presentase nilai dalam kategori cukup, pada
siklus I mencapai kategori nilai baik, sedangkan saat siklus II mendapat nilai dengan
kategori sangat baik. Kesimpulan penelitian adalah kemampuan kognitif anak dapat
ditingkatkan melalui kegiatan unjuk kerja mengelompokkan benda dengan media bola
warna di Kelompok Bermain Permata Bunda Kampar Kiri Tengah.
-
Teori

-
Hipotesis

siswa Kelompok Bermain Permata Bunda yang berjumlah 9 orang, 5 diantaranya


Sampel merupakan siswa perempuan dan 4 diantaranya merupakan siswa laki-laki.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana peneltian kualitatif


Metode Pengambilan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang penelitian yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis mengenai fenomena yang diteliti
Data di lapangan (Kelompok Bermain Permata Bunda Kampar Kiri Tengah).
teknik analisis data dilakukan saat anak melakukan kegiatan mengelompokkan benda
Metode Analisis Data dengan menggunakan lembar penilaian unjuk kerja yang telah disediakan sehingga
memperoleh data dalam meingkatkan kognitif anak di Kelompok Bermain Permata Bunda
Kampar Kiri Tengah.
Berdasarkan hasil perbandingan unjuk kerja pada peningkatan perkembangan kognitif
Hasil Penelitian anak antara siklus I pertemuan ke-3 dan siklus II pertemuan ke-3 mengalami peningkatan.
Pada siklus I pertemuan ke-3 rata-ratanya mencapai 3,70 dengan ketuntasan klasikal 74%
berada pada kriteria Baik sedangkan pada siklus II pertemuan ke-3 rata-ratanya mencapai
4,27 dengan ketuntasan klasikal 85,4% dengan kriteria Baik. Hasil unjuk kerja anak Pada
siklus 1 pertemuan ke-1 rata-rata memperoleh nilai 2,48 dengan ketuntasan klasikal 49,6%
yang berada pada kriteria Kurang, pada siklus 1 pertemuan ke-2 rata-rata perkembangan
kognitif anak memperoleh nilai 3 dengan ketuntasan klasikal 60%
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok Bermain Permata Bunda
Kampar Kiri Tengah dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan kognitif anak dapat
ditingkatkan dengan kegiatan mengelompokkan benda. sedangkan aspek-aspek yang
menjadi acuan dalam penilaian pelaksanaan unjuk kerja antara lain : mengelompokkan
benda sesuai bentuk warna dan ukuran, Melalui kegiatan mengelompokkan benda dapat
meningkatkan perkembangan kognitif anak.

Anda mungkin juga menyukai