PENDAHULUAN
Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri atas 2 kata geo dan
logos, geo berarti bumi dan logos berarti ilmu pengetahuan.
1
Bangsa Yunani sejak 2300 tahun yang lalu menulis mengenai fosil, batu permata,
gempa bumi dan gunung api. Yang sangat menjadi pusat perhatian adalah
Aristoteles. Ia seorang filsuf, oleh karena itu penjelasannya lebih banyak berupa
pernyataan-pernyataan secara individu, bukan sebagai hasil observasi atau
percobaan-percobaan. Misalnya bagaimana terbentuknya batuan, dikatakannya
akibat pengaruh bintang-bintang dan gempa bumi terjadi karena meledaknya
udara yang padat di bumi akibat proses pemanasan dari pusat api.
TEORI KATASTROFISME
2
kisah-kisah bencana dalam kitab suci, seperti kisah tentang Air Bah. Tiap musibah
menyapu bersih seluruh spesies, yang merupakan penjelasan yang nyaman untuk
adanya fosil yang telah mereka temukan terkubur jauh di dalam bebatuan di
tambang-tambang batubara.
Menurut teori Katastropisma bahwa selma 40. 000 tahun terakhir di bumi
terjadi empat kali peristiwa malapetaka yang masing-masing menyebabkan
kepunahan fauna yang ada dan kemudian tercipta fauna yang baru. Oleh karena
umur manusia pendek, maka kejadian-kejadian itu hampir tidak dapat disaksikan
oleh manusia. Konon, peristiwa malpetaka yang terakhir terjadi pada zaman Nabi
Nuh.
3
Mereka jauh lebih suka untuk mengingat apa yang dinamai dengan tidak cocok
sebagai “Revolusi Gemilang” 1688, satu kudeta yang sama sekali tidak gemilang
di mana seorang avonturir Belanda bertindak sebagai makelar politik dalam
sebuah perebutan kekuasaan antara orang-orang kaya baru dari Kota dengan para
aristokrat. Kejadian ini telah menyediakan basis teoritik bagi tradisi Anglo-Saxon
tentang gradualisme dan “kompromi-kompromi”.
TEORI UNIFORMITARIANISMA
Menurut teori Evolusi, proses kehidupan di muka bumi ini terjadi karena
adanya perubahan yang terjadi dalam waktu yang lama tanpa tahu titik awalnya
dari mana. Faham UNIFORMITARIANISME adalah bagian dari teori Evolusi.
Faham ini berdasar pada perubahan fisik yang terjadi perlahan dan memakan
waktu lama sekali. Konsep awal dari teori Evolusi tidak berbeda dengan faham
ini. LAW of FAUNAL ASSEMBLAGES: "Like collection of fossil organism
indicate like geologic ages for the rocks that contain them(Jenis organisme fossil
yang didapat mengarah pada usia bebatuan yang ada disekelilingnya)". Keadaan
fisik dari permukaan bumi yang diandalkan teori Evolusi adalah strata yang
terbentuk menurut struktur lapisan yang berbeda. Sedimentasi atas dan bawah
dihasilkan oleh perubahan iklim yang memakan ribuan bahkan jutaan tahun.
4
terjadi secara setempat (lokal). Perubahan-perubahan besar di muka bumi adalah
akibat proses fisika dan kimia yang terjadi secara berangsur dan
berkesinambungan dan dulu hingga sekarang dan bahkan sampai saat ini kita
masih bisa menyaksikannya.
Teori ini kemudian diberi nama oleh Charles Lyell yang disebut dengan
teori uniformitarianisma.
5
RUANG LINGKUP ILMU GEOLOGI
Mineralogi adalah ilmu yang memepelajari tentang sifat dan ciri mineral –
mineral yang terdapat dalam bumi dan manfaatnya bagi manusia serta
dampaknya terhadap sifat dan ciri tanah.
6
Geofisika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan keadaan
permukaan bumi dan atsmosfer seperti perubahan angin iklim dan
beberapa sifat fisik lainnya yang mempengaruhi permukaan bumi.
7
BAB II
MINERAL
2. 1 Tujuan Identifikasi
2. 2 Teori Dasar
MINERAL
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di
alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
8
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali
atau suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun
tidak termasuk didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu
definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak
menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral itu mempunyai sifat
sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan berupa unsur
tunggal atau senyawa.
Mineral adalah zat-zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat
homogen, fisik maupun kimiawi. Mineral itu merupakan persenyewaan anorganik
asli, serta mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud dengan
persenyawaan kimia asli adalah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam alam,
karena banyak zat-zat yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan mineral,
dapat dibuat didalam laboratorium. Sebuah zat yang banyak sekali terdapat dalam
bumi adalah SiO2 dan dalam ilmu mineralogi, mineral itu disebut kuarsa.
Sebaliknya zat inipun dapat dibuat secara kimia akan tetapi dalam hal ini tidak
disebut mineral melainkan zat Silisium dioksida .
9
MINERAL DAN PENGGOLOGANNYA
10
Sebagai catatan bahwa intan dan grafit merupakan bentuk yang
“Allotropi“ yaitu mineral dengan rumus kimia da sifat kimia sama, tetapi
mempunyai sifat-sifat fisis yang berbeda.
a) Persenyawaan oksida
SnO2 = Cassiterite
Al2O3 = Corundum
Fe2O3 = Hematite
Fe3O4 = Magnetite
b) Persenyawaan sulfida
Cu2S = Chalcocite
PbS = Galena
FeS2 = Pyrite
ZnS = Sphalerite
c) Persenyawaan Karbonat
CaCO3 = Calcite
Ca Mg(CO3)2 = Dolomite
MgCO3 = Magnesite
11
d) Persenyawaan sulfat
CaSO4 = Anhydrite
SiO2 = Kuarsa
K Al Si3O8 = Ortochlase
12
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:
· Gelena
· Pirit
· Magnetit
· Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya
pada serpentin,opal dan nepelin.
· Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin,
bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini
dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu
13
dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun
kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang
lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).
14
yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich
Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10
skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral
terkeras .
CERAT adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna
15
cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-
ubah. Contohnya :
Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna hitam.
Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh
mineralnya:
16
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.
17
b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole.
· Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh,
contoh gypsum.
18
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi
mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral
Non-silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid,
Karbonat, Hidroksida, dan Phospat (lihat tabel 3. 3). Adapun mineral silikat
(mengandung unsur SiO) yang umum dijumpai dalam batuan adalah seperti
terlihat pada tabel 3. 2. Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari
2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya
beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral
tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-forming minerals”,
yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi. Mineral
pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3)
Sulfida dan (4) Karbonat dan Sulfat.
1. Mineral Silikat
1. Kuarsa: ( SiO2 )
19
6. Amfibol: (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)
7. Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6
8. Olivin: (Mg,Fe)2SiO4
MINERAL
RUMUS KIMIA
Olivine (Mg,Fe)2SiO4
Pyroxene (Mg,Fe)SiO3
Amphibole (Ca2Mg5)Si8O22(OH)2
Muscovite KAl3Si3O10(OH)2
Mica Biotite K(Mg,Fe)3Si3O10(OH)2
Orthoclase K Al Si3 O8
Feldspar Plagioclase (Ca,Na)AlSi3O8
Quartz SiO2
2. Mineral ferromagnesium:
Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
Olivine: dikenal karena warnanya yang “olive”. Berat jenis berkisar antara
3. 27 – 3. 37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang
sempurna.
20
Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3. 2 dan mempunyai
bidang belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat
membantu dalam cara mengenalnya.
Biotite: adalah mineral “mika” bentuknya pipih yang dengan mudah dapat
dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD 2. 8
– 3. 2.
1. Mineral non-ferromagnesium
2. Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning
muda, coklat , hijau atau merah. BD. berkisar antara 2. 8 – 3. 1.
21
Tabel 2. 4 Kelompok Mineral Non. Silikat
Hematite Fe2O3
Magnetite Fe3O4
Corrundum Al2O3
Oxides Chromite FeCr2O4
Ilmenite FeTiO3
Galena PbS
Sphalerite ZnS
Pyrite FeS2
Sulfides Chalcopyrite CuFeS2
Bornite Cu5FeS4
Cannabar HgS
Gypsum CaSO4,2H2O
Anhydrite CaSO4
Sulfates
Barite BaSO4
Gold Au
Cooper Cu
Diamond C
Native Sulfur S
Elements Graphite C
Silver Ag
Platinum Pt
Halite NaCl
Flourite CaF2
Halides
Sylvite KCl
Calcite aCO3
Dolomite CaMg(CO3)2
Carbonates
Malachite Cu2(OH)2CO3
Azurite Cu3(OH)2(CO3)2
Limonite FeO(OH). nH2O
Bauxite Al(OH)3. nH2O
Hydroxides
Apatite Ca5(F,Cl,OH)PO4
Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8
Phosphates
22
4. Mineral oksida. Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung
antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.
Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida
adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida
yang paling umum adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan
kassiterit (SnO2).
KRISTAL
23
Pengertian Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi.
Dari Beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas
kristal yang jumlahnya 32 klas,Tapi untuk Sementara kita Mempelajari 7 Sistem
Kristal yang utama. Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-
unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut
meliputi:
1. bidang simetri
2. sumbu simetri
3. pusat simetri
1. Bidang simetri
SISTEM KRISTAL
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan
sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu
a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
24
Gambar 2. 2 Sistem isometrik
Tetaoidal
Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)
2. Sistem Tetragonal
25
sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)
26
3. Sistem Hexagonal
27
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)
4. Sistem Trigonal
J ika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam
sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut
120˚ terhadap sumbu γ.
28
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline
dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
29
Gambar 2. 6 Sistem Orthorhombik
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem
Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada
30
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring).
Sfenoid
Doma
Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
31
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ
tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Pedial
Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992.
Olivine
32
Gambar 2. 9 olivin
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe)
dan magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas,
terbentuk pada temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada
batuan basalt dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari
mineral olivine dikenal dengan batuan Dunite.
Hornblende
Gambar 2. 10 hornblende
33
Gambar 2. 11 biotit dan mika
Plagioclase feldspar
Gambar 2. 12 plagioklas
34
Gambar 2. 13 ortoklas
Kuarsa
Gambar 2. 14 Kuarsa
Kuarsa adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak
bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca
dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
Kalsit
35
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL
3. Kilap(Luster) :Kaca
6. Belahan :baik
7. Pecahan :Konkodial
9. Tenacity :Brittle
36
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL
No. urut :2
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :Kuning keemasan
3. Kilap(Luster) :logam
6. Belahan :buruk
7. Pecahan GAMBAR
:uneven KETERANGAN GAMBAR NILAI
37
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :3
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :Hijau kekuningan
3. Kilap(Luster) :kaca
9. Tenacity :brittle
11. Lain-lain :-
38
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :4
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :Putih kecoklatan
3. Kilap(Luster) :kaca
9. Tenacity :sectile
11. Lain-lain :-
39
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :5
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :Coklat tua
3. Kilap(Luster) :mutiara
6. Belahan a≠b≠c
:sempurna
α=β=90o≠y PARAF
7. Pecahan :uneven
a:b:c=sembarang
a+^b-= 45o
8. Berat Jenis :3,09 gr/cm3
9. Tenacity :fleksibel
11. Lain-lain :-
40
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :6
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :putih bening
3. Kilap(Luster) :kaca
KETERANGAN GAMBAR NILAI
4. Kekerasan GAMBAR
(Hardness) :3 skala mohs
a≠b≠c
5. Bentuk Kristal :heksagonal
α=β=90o≠y
a:b:c=sembarang
PARAF
6. Belahan :sempurna
a+^b- = 45o
7. Pecahan :konkodial
9. Tenacity :brittle
11. Lain-lain :-
41
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :7
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :hitam
6. Belahan :baik
7. Pecahan :uneven
9. Tenacity :brittle
11. Lain-lain :-
42
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :8
No. Peraga :
GAMBAR
Identifikasi Mineral
1. Warna :Hitam
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
2. Cerat (Streak) :abu-abu
3. Kilap(Luster) :kaca
PARAF
4. Kekerasan (Hardness) :5,5 skala mohs
6. Belahan :buruk
7. Pecahan :konkodial
9. Tenacity :brittle
11. Lain-lain :-
43
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
2. 4.
Pembahasan
PARAF
Mineral adalah suatu zat
yang terdapat dalam alam
dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal
yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris
tertentu.
Mineral Kuarsa
Dari pengamatan secara kasat mata, didapati warna kuarsa keunguan dan
memiliki kilap kaca. Penggoresan menghasilkan bubuk berwarna putih. Jadi
dapat disebut kuarsa memiliki cerat putih. Saat disorot dengan lampu senter
melalui tubuh kuarsa, cahaya tidak diteruskan secara keseluruhan (translucent).
Saat diraba dengan tangan terasa belahannya baik dan pecahannya konkoidal.
Warna yang cerah menunjukan bahwa kuarsa termasuk mineral felsik.
Mineral Pirit
Mineral pirit memiliki ciri khas yaitu seperti logam yang mengkilap. Dari
pengamatan didapati pirit berwarna kuning keemasan. Namun saat digores
44
ceratnya hitam. Pada dasarnya pirit berwarna gelap (mafik), hanya saja kilapnya
logam. Sisi tubuh pirit meruncing sehingga dapat dikatakan belahannya buruk
dan pecahan uneven. Ketika disorot lampu senter, cahaya tidak diteruskan sama
sekali (opaque).
Mineral Olivine
Mineral ketiga adalah Olivin. Mineral ini meiliki warna hijau kekuningan dan
kilap kaca. Saat digores, ceratnya berwarna abu-abu dan menunjukan kekerasan
6,5 skala mohs. Belahan baik dan pecahan konkoidal. Meskipun warna luarnya
cerah, olivine bersifat opaque atau tidak dapat meneruskan cahaya. Mineral ini
mempunyai nilai ekonomis yaitu dibuat untuk batu permata dan dipakai pada
Industri pengecoran, untuk genesa mineral ini yaitu terbentuk pada lingkungan
batuan beku,khususnya lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa.
Mineral Muskovit
Mineral Biotit
45
Pembuatan alat bahan isolasi untuk tujuan Industri, untuk genesa mineral ini yaitu
terbentuk pada saat berasosiasi dengan batuan beku.
Mineral Kalsit
Mineral Piroksen
Mineral Hornblende
46
Kontruksi, untuk genesa mineral ini yaitu terbentuk pada saat berasosiasi dengan
batuan beku.
Untuk hasil keterangan berat jenis, genesa, dan tenacity diperoleh dari
sumber lain yang akurat karena keterbatasan peralatan dan waktu.
2. 5 Kesimpulan
1. Mineral adalah zat padat bentukan alam berasal dari bahan anorganik
yang memiliki ikatan kimia tertentu
2. Kristal adalah zat padat bentukan alam atau bias buatan manusia dari
bahan anorganik dan ikatannya membentuk bidang.
47
BAB III
BATUAN BEKU
SIKLUS BATUAN
48
Gambar 3. 1 siklus batuan
Proses itu membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen yang terkena suhu dan
tekanan yang tinggi akan menjadi batuan metamorf. Batuan metamorf yang
kontak langsung dengan magma akan meleleh kembali. Apabila mengalami
pendinginan akan menjadi batuan beku kembali, dan begitu seterusnya.
49
PENGERTIAN BATUAN BEKU
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
LAVA adalah magma yang keluar dari perut bumi/ gunung api akibat
adanya peningkatan aktifitas vulkanik di dalam gunung api. Lava keluar dapat
berupa leleran yang mengalir menuruni lereng gunung hingga tempat yang jauh di
lembah, magma bisa juga keluar dan berdiam disekitar puncak gunung api dan
membentuk kubah lava (dome) sehingga gunung api tersebut kelihatan lebih
tinggi
LAHAR adalah lava yang tercampur dengan air (baik air hujan ataupun
lainnya seperti danau di sekitar gunung) sehingga menjadi jenuh dan membentuk
aliran yang meluncur dengan kecepatan tinggi menuruni lereng hingga jarak
puluhan kilometer. Apabila lava yang tercampur air masih panas atau baru keluar
dari dapur magma pasca erupsi maka menghasilkan lahar panas. Sebaliknya
apabila lava sudah tertimbun lama dilereng gunung setelah erupsi lalu tercampur
air pada musim hujan maka akan menghasilkan aliran lahar dingin. Kedua type
lahar di atas mempunyai resiko yang sama besar pada bencana pasca erupsi
gunung api yang banyak menimbulkan korban jiwa.
50
PROSES KRISTALISASI MAGMA
51
Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahal folatil juga
mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari fator-faktor
tersebut, maka kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat
bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan batuan beku dapat didasarkan
pada faktor-faktor tersebut diatas. Kondisi linkungan pada saat kristalisasi dapat
diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut tekstur.
Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada ekstur dan komposisi
mineralnya.
Proses ini merupakan suatu proses pemisahan kristal-kristal dari larutan magma
karena proses kristalisasi perjalan tidak seimbang atau kristal-kristal tersebut pada
saat pendinginan tidak dapat mengubah perkembangan. Komposisi larutan
magma yang baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan temperatur dan
tekanan yang mencolok serta tiba-tiba.
52
Gambar 3. 2: Crystallization and settling
c. Liquid Immisbility
Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi larutan
yang masing-masing akan membentuk suatu bahan yang heterogen.
d. Crystal Flotation
53
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke
bagian atas magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan
kemudian akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.
e. Vesiculation
f. Asimilasi magma
Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh
magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian bercampur,
meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan mengubah
komposisi magma.
54
Sebagai ringkasan, Jakcson (1970) memberikan gambaran skematis
mengenai proses-proses differensiasi magma dalam suatu magma chamber.
Kemudian dihasilkanlah skema seperti berikut ini:
Dr. Lucas Donni Setiadji, seorang petrologist yang juga merupakan dosen
Jurusan Teknik Geologi FT-UGM menyatakan bahwa Diferensiasi
(Differentiation) merupakan suatu proses yang menghasilkan magma turunan
(derivative magmas) yang berbeda komposisi kimia dan mineralogi dari Primitive
Parental Magma atau yang kita sebut sebagai magma induk. Secara umum proses
diferensiasi dianggap terjadi dalam reservoir magma di dalam kerak (kedalaman <
10 km), dimana magma dalam kondisi yang stagnan, mendingin secara perlahan
dan memiliki waktu ysng cukup untuk mengkristal. Proses diferensiasi yang
paling penting adalah Kristalisasi Fraksinasi (fractional crystallization),
sedangkan proses lainnya antara lain asimilasi dan magma mixing.
Magma mixing terjadi saat dua jenis magma yang berbeda bertemu dan
kemudian bercampur menjadi satu menghasilkan satu jenis magma lain yang
homogen yang disebut dengan magma turunan. Magma turunan ini biasanya
bersifat pertengahan dari kedua jenis magma yang bercampur. Sebagai contoh,
magma andesitic dan dacitic kemungkinan adalah magma intermediet yang
terbentuk dari hasil pencampuran magma asam dan magma basa. Kedua jenis
55
magma ini dpat bertemu apabila dalam suatu regional terdapat 2 magma chamber
yang memiliki potensi dan berjarak tidak jauh dan kemudian terjadi intrusi
magma berupa sill atau dike dari salah satu magma chamber lalu intrusi ini
mencapai magma chamber yang lain. Dari intrusi yang menerobos dan bertemu
dengan magma chamber inilah kemudian terjadi proses pencampuran 2 jenis
magma yang berbeda menghasilkan satu jenis magma baru yang bersifat tengahan
dari 2 jenis magma yang bercampur tersebut.
56
bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan
dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
oleh Bowen.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral
Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
57
Reaksi Bowen ini dapat membantu kita untuk memahami mengapa
mineral tertentu cenderung terjadi / muncul bersama-sama di dalam batuan beku
gunung berapi. Sebagai contoh yaitu batu karang yang mafic, batu basal dan
gabbro yang cenderung berisi mineral olivine, pyroxene, dan calcium-rich
plagioclase feldspar. Mineral tersebut adalah mineral yang mengkristal pada
temperatur yang tinggi. Contoh lain yaitu batu karang sialic atau felsic seperti
granit dan rhyolite cenderung berisi kwarsa, kalium feldspar, sodium-rich
plagioclase feldspar, dan kadang-kadang muscovite. Mineral tersebut adalah
mineral yang mengkristal pada temperatur yang lebih rendah.
58
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh
batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya
disebut diskordan. yaitu:
a) Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya.
Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya.
Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi
yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya
magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km
panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian
singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km.
Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena
tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat
mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat
tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada
proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan
yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping
lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat
mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma.
Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap
frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku
dinamakan Xenolith.
b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
c) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai
lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang
diterobosnya.
d) Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan
magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya
59
tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol
dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah :
a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan
batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya,
batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah
landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses
geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt
tersingka di permukaan.
c) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya
cekung ke atas.
60
KLASIFIKASI BATUAN BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk
mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia
adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO,
MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat
mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma
asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan
banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan
bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma
sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau
pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan
yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami
ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada
susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya
lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.
Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan kandungan
kimia oksida
Contohnya pada tabel berikut ini :
61
FeO 1,72 6,97 7,92 9,8
MnO 0,06 0,18 0,18 0,21
MgO 0,52 6,21 8,06 34,02
CaO 1,33 3,40 11,07 3,46
Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56
K2O 0,46 1,33 0,56 0,25
H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76
P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05
Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat pada tabel
di atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan presentase dari
setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida SiO2 jumlah terbanyak
dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun ke batuan peridotit (batuan ultra
basa). Sedangkan MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah
kandungannya kearah batuan peridotit (ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan
intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat
terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan didalam besar butir dari
setiap jenis mineral.
Tabel 3. 2 batuan intrusive dan ekstrusif identik
62
Nama Batuan Kandungan Silika
Batuan Asam Lebih besar 66 %
Batuan Menengah 52 – 66 %
Batuan basa 45 – 52 %
Batuan Ultra basa Lebih kecil 15 %
Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :
A. Batuan Felsik : Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.
B. Batuan Mafik : Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.
C. Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek
yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk
mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke
permukaan dan kedalaman zona Benioff.
63
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
64
keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral
utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah
ataupun tidak hadir
keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),
plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.
WARNA BATUAN
STRUKTUR BATUAN
65
• Skoriaan : Bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Tingkat kristalisasi
Ukuran kristal.
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali. ukuran kristal
dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.
66
Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi
beberapa
macam yaitu:
~ Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata
telanjang.
~ Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang
atau ukuran kristalnya sangat halus.
Bentuk Butir
67
b) Subhedral,bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.
c) Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal
yang tidak sempurna.
1. Asam (Felsik)
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam
yang tersusun atas mineral-mineral felsik.
2. Intermediet
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku
intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
3. Basa (Mafik)
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa
dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
4. Ultrabasa (Ultramafik )
Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat dimna tersusun
oleh mineral – mineral mafic seperti olivin.
KOMPOSISI MINERAL
68
b) Kelompok Diorit – Andesit Berasal dari magma yang bersifat
intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande,
piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.
d) Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen. mineral lain
yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
Granit
2) Granodiorit
Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga
sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan untuk
pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. Granodiorit banyak terdapat di alam dalam
69
bentuk batolit, stock, sill dan retas yang tersebar di Bukit Barisan, Sumatera.
Gambar 3. 7 Grandiorit
3) Diorit
Gambar 3. 8 Diorit
4) Gabro
70
Gambar 3. 9 Gabro
5) Andesit
Andesit adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari diorit, mineralnya
berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu.
Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam bentuk
lava maupun piroklastika. Batuan andesit yang banyak mengandung hornblenda
disebut andesit hornblenda, sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut
andesit piroksin. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi,
bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Adapun yang berstruktur lembaran
banyak digunakan sebagai batu tempel.
Gambar 3. 10 Andesit
6) Basal
Basal adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari gabro, mineralnya
berbutir halus, berwarna hitam. Gunungapi di Indonesia umumnya menghasilkan
71
batuan basal dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan ini banyak
digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-
lain. Basal yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel.
Basal umumnya berlubang-lubang akibat bekas gas, terutama pada bagian
permukaannya.
Gambar 3. 11 Basal
3. 3 Hasil Pengamatan
(Halaman Selanjutnya)
72
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI
LEMBAR IDENTIFIKASI FISIK
PERAGA BATUAN BEKU
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :1
No. Peraga : 10
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku Intermediet
2. Warna :
Segar :hijau
Lapuk :kecoklatan
3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Sedang
d. Pola Susunan Butir : Feneritik
4. Komposisi Mineral
8. Genesa :Intrusif
GAMBAR NILAI
KETERANGAN GAMBAR
73
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok : 12
No. urut :2
No. Peraga : 14
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan : Batuan beku intermediet
2. Warna :
Segar :putih
Lapuk :abu-abu
3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Sedang
d. Pola Susunan Butir :Feneroporfiritik
4. Komposisi Mineral
8. Genesa :Ekstrusif
Fenokris (biotit)
Massa dasar (olivine)
PARAF
Aksesoris( plagioklas)
74
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :3
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku basa
2. Warna :
Segar :abu-abu
Lapuk : coklat
3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holohealin
b. Bentuk Kristal : Anhedral
c. Ukuran Butir : Halus
d. Pola Susunan Butir : Afanitik
4. Komposisi Mineral
8. Genesa : intrusif
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR N
-
PARAF
75
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :4
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku intermediet
2. Warna :
Segar :hijau
Lapuk :-
3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Sedang
d. Pola Susunan Butir :Faneritik
4. Komposisi Mineral
8. Genesa : Ekstrusif
Fenokris ( plagioklas)
Massa dasar ( olovine)
Aksesoris (piroksen)
PARAF
76
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :5
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku asam
2. Warna :
Segar :Putih
Lapuk :Kekuningan
3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Kasar
d. Pola Susunan Butir : Faneritik
4. Komposisi Mineral
8. Genesa : Ekstrusif
Fenokris (biotit)
PARAF
77
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok : 12
No. urut :6
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku intermediet
2. Warna :
Segar : Putih
Lapuk : Abu-abu kehitaman
3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Halus
d. Pola Susunan Butir : Feneritik
4. Komposisi Mineral
8. Genesa : Ekstrusif
Fenokris (Horblende)
Massa dasar (Plagioklas) PARAF
3.4 Pembahasan
78
Batu Syenit
Batu Diorit
Batu Basalt
79
adalah holohialin, lalu pola susunan butirnya merupakan afanitik, lalu saya amati
dengan menggunakan loop, bentuk kristalnya anhedral. lalu saya amati batuan ini
todak memiliki mineral fenokris massa dasar dan aksesoris Strukturnya masif.
Dengan ini saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah basalt yang
terbentuk akibat proses intrusif dan berciri khusus berwarna abu-abu kehitaman
Batu Peridoit
Terdapat 2 batu diorit biasa sebagai sampe. Dari pengamatan yang saya
lakukan dapat disimpulkan bahwa sampel dari batuan kedua merupakan batuan
beku intermediet, dan saya lihat warna segarnya bewarna putihdan warna
lapuknya abu-abu. Lalu saya raba, teksturnya kasar. Dengan menggunakan loop,
saya amati derajat pengkristalannya adalah holokristalin, lalu pola susunan
butirnya merupakan feneroporfiritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop,
80
bentuk kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu mineral
sebagai fenokris adalah mineral biotit, mineral sebagai massa dasarnya adalah
plagioklas, dan mineral sebagai aksesorisnya adalah olivine. Strukturnya masif.
Dengan ini saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah diorit yang
terbentuk diluar permukaan dan berciri khusus berwarna putih abu-abu.
3.5 Kesimpulan
1. Setiap batuan beku memiliki spesifikasi yang berbeda-beda tergantung
pada kandungan mineral dan bagaimana terbentuknya
2. Batuan beku intrusif bercirikan adanya pembentukan Kristal yang
sempurna pada tubuh batuan
3. Batuan beku ekstrusif bercirikan permukaan yang halus dan mineral
tidak mengkkristal dengan sempurna.
4. Batuan beku yang berwarna terang mengandung mineral felsik yang
bersifat asam
5. Batuan beku yang berwarna gelap mengandung mineral mafik yang
bersifat basa.
6. Satu jenis batuan bisa berbeda beberapa sifatnya karena pembentukan
batuan beku dipengaruhi sangat oleh lingkungan.
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
81
2.1 Tujuan Identifikasi
1. Dapat membedakan batuan sedimwn klastik dan non
klastik.
2. Mampu mengidentifikasi dan menentukan nama batuan
sedimen berdasarkan pengamatan.
3. Mengetahui zona sedimentasi berdasarkan pengamatan
wujud batuan.
PENGERTIAN
Batuan Sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil
erosi. Jadi, asalnya dari batuan yang telah ada, baik batuan beku, metamorf atau
pun batuan sediment lain yang mengalami pelapukan, tererosi, terbawa pergi
kemudian diendapkan ke tempat lain. Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil
pelapukan dan erosi, batuan sediment dapat digolongkan atas tiga bagian utama,
yaitu:
-Sedimen Aquatis, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya
adalah gosong pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta dan sebagainya
-Sedimen aeolis/ aeris, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga
angina(aeolis). Contohnya tanah loss, sand dunes, seris, dan sebagainya
- Sedimen glacial, yaitu sediment yang diendapkan oleh gletser. Contohnya:
morena, drumlin, dan sebagainya.
82
menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to
stone” of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown
of yet-older rocks.
O’Dunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the
consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by
water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the
precipitation of CaCO3, silica, salts, and other materials from solution
(Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen,
sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin,
es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen
juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam
dan material lain.
KLASIFIKASI UMUM
83
BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di
tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat
secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia).
Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2
® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang
atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut
(karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan
sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.
Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau pembatuan
yang melibatkan :
a. Pemampatan (Compaction)
b. Penyimenan (Cementation)
c. Penghabluran semula (Recrystallization) terutamanya sedimen karbonat)
Pemampatan (compaction)
Pemampatan menyebabkan butiran sedimen akan tertekan semasa tertimbus.
Susunan butiran akan tersusun semula dengan lebih padat. Jika banyak partikal
yang lembut seperti syal, sedimen lebih mudah mengalami pemampatan. Akibat
daripada pemampatan, lapisan menjadi lebih nipis, porositi berkurangan, terutama
dalam sedimen lumpur terrigenus.
Pengurangan porositi dan kehilangan air mencapai 60-80%. Air akan mengalir ke
kawasan yang berketelapan tinggi seperti pasir, dan akan memain perana penting
dalam pelarutan dan pemendapan kimia dalam pasir. Setelah tersusun semula,
pemampatan yang terterusan menyebabkan butiran bersentuhan satu sama lain.
Tempat sentuhan mengalami tekanan yang tinggi dan perubahan fizikal berlaku,
seperti proses larutan tekanan (pressure solution). Silika yang terlarut akan masuk
dalam rongga antara butiran dan boleh membentuk simen.
Penyimenan (cementation)
84
Penyimenan merupakan proses dimana mineral baru yang berasal daripada cairan
rongga (pore fluids) akan terbentuk/termendap di permukaan butiran atau
berlakunya tumbuh-tambah atau tumbuh-lampau atau pertumbesaran
(overgrowths) mineral yang sedia ada. Jenis simen yang utama ialah kuarza dan
kalsit.
Simen akan mengikat butiran menyebabkan sedimen menjadi batu. Penyimenan
biasanya berlaku diperingkat pertengahan diagenesis. Jika berlaku diperingkat
awal, ia boleh mengurangkan kesan pemampatan, yang mana simen yang keras
boleh menahan tekanan.
Simen kuarza berasal daripada air liang yang tepu dengan silika, iaitu hasil
daripada pelarutan organisma bersilika, larutan tekanan kuarza, diagenesis kimia
mineral liat dan lain-lain. Simen kalsit boleh terbentuk semasa sedimen terendap,
iaitu di kawasan sekitaran karbonat.
Penghabluran Semula (recrystallization)
Penghabluran semula ialah proses perubahan saiz dan/atau perubahan bentuk,
tanpa adanya perubahan kimia atau mineralogi. Biasanya saiz akan bertambah,
tetapi pengecilan saiz boleh berlaku. Penghabluran semula penting dalam batu
kapur, yang mana saiz kalsit menjadi bertambah besar, tekstur serta strukturnya
mungkin musnah.
ZONA SEDIMENTASI
KLASIFIKASI SEDIMEN
Berdasarkan asal usul
85
1. Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari
daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini
dapat terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan
pendinginan) terhadap batuan yang terjadi secara berulang-ulang di padang pasir,
oleh karena adanya embun-embun es dimusim dingin, atau oleh karena adanya
aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air
tanah terhadap permukaan batu. Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui
drainase air sungai.
2. Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri
dari remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun
hewan mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sediment ini adalah
CaCO3 dan SiO2. Sedangkan partikel-partikel yang sering ditemukan dalam
sedimen calcareous terdiri dari cangkang-cangkang foraminifera, Cocolithophore,
yang disebut globerigina ooze dan Pteropoda, yang disebut pteropod ooze.
Cangkang Diatomae dan Radiolaria merupakan kontributor yang paling penting
dari partikel Siliceous.
3. Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air
laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan
(deposisi) di dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn) yang berbentuk nodul,
dan endapan glauconite (hydro silikat yang berwarna kehijauan dengan komposisi
yang terdiri dari ion-ion K, Mg, Fe, dan Si).
4. Cosmogenous; Sedimen ini bersal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-
benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi
sehingga mempunyai respon magnetik dan berukuran antara 10 – 640 m
(Wibisono, 2005).
1. Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite,
napal, dan lain sebagainya.
2. Sedimen darat (teristris/kontinen), proses terjadinya di daratan misalnya endapan
sungai (alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan
sebagainya.
3. Sedimen transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut misalnya
delta.
86
DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN
A. Warna Batuan
Warna Segar : warna batuan yang tidak mengalami kontak langsung dengan
lingkungan.
B. Tekstur
· Ukuran butir :
C. Sortasi
87
Tingkat keseragaman butir penyusun, terdiri dari :
Gambar 4. 2 Sortasi
a. menyudut
88
b. menyudut tanggung
c. membundar tanggung
d. membundar
e. sangat membundar
a. Kemas terbuka :butiran satu dengan yang lainnya renggang sehingga butir
b. Kemas tertutup :butiran satu dengan butir yang lain rapat sehinnga
kandungan matrik akan lebih sedikit dan sifatnya kokoh. Diendapkan oleh media
encer.
D. Kandungan CaCO3
Di uji dengan meneteskan HCl untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan
E. Struktur Sedimen
89
Sole Mark Groove Cast Flute Cast
Sole Mark merupakan struktur Groove Cast merupakan bentukan parit Flute Cast merupakan
sedimen yang berbentuk cetakan memanjang pada lapisan batupasir karena bentukan sole mark yang
positif. Biasanya cetakan positif pengisian gerusan memanjang memotong menyerupai cekungan
pada batupasir yang menindih pada batulempung. memanjang yang melebar
batulempung ujungnya membentuk jilatan
api
Channel Scourse Perlapisan dan Laminasi
90
menghalus ke atas melengkung
Gradasi Terbalik Slide dan Slump Load Cast
Gradasi Terbalik merupakan Slide ini terbentuk karena ada luncuran Load cast struktur ini terbentuk
struktur dengan perubahan ukuran perlapisan batuan berupa bidang lurus karena adanya pembebanan
butir secara gradasi mengkasar ke Slump terbentuk karena ada luncuran pada material suatu lapisan terhadap
atas lapisan batuan namun berupa bidang lapisan lainnya sehingga
lengkung membentuk lengkungan ke
bawah
Dish dan Pillar. Mud Crack. Track
F. Permeabilitas
G. Porositas
91
Yaitu perbandingan volume rongga pori-pori terhadap volume total keseluruhan
batuan.
H. Kekerasan
Keras
Yaitu masih dapat dicungkil dengan jarum penguji tetapi sangat sedikit.
Lunak
Sponge
I. Kandungan Mineral
92
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Pada sedimen
Nama berbutirW.
: Prayoga halus
P (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir
NIM : 1301355
karena tidak adanya rongga antar butiran
Kelompok:12
No.CONTOH
urut BATUAN SEDIMEN
:1
No. Peraga:11
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan : Klastik
3. Tekstur :
a. UkuranButir : Pasir kasar 1 mm
b. BentukButir : Rounded
c. Sortasi: well sorted
d. Kemas :terbuka
4. Komposisi
a. Fragmen :Pasir
b. Matriks :Kuarsa, Plagioklas
c. Mineral Aksesoris :
d. Semen :Silika
5. Struktur :Masif
Gambar 4. 4 Contoh batuan Sedimen
6. Ciri Khusus :Berbutir kasar
2.3 Hasil Pengamatan
7. Nama Batuan :Batupasir
93
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama :Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12
No. urut :2
No. Peraga : 44
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Non klastik
3. Tekstur :
a. UkuranButir :-
b. BentukButir :-
c. Sortasi :-
d. Kemas :Tertutup
4. Komposisi
a. Fragmen :Fosil
b. Matriks :Kalsit
c. Mineral Aksesoris : Kalsit
d. Semen NILAI :KarbonatKETERANGAN GAMBAR
5. Struktur :Berfosil
Warna : abu-abu
6. Ciri Khusus
Berbutir kasar :Batu berfosil
PARAF
Sortasi baik
7. Nama Batuan :Batugamping
Kemas terbuka
8. Genesa :Laut dangkal
94
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12
No. urut :3
No. Peraga : 01
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Non Klastik
Lapuk : Coklat
3. Tekstur :
a. UkuranButir :-
b. BentukButir :-
c. Sortasi :-
d. Kemas :-
4. Komposisi
a. Fragmen :-
b. Matriks :Kalsit
c. Mineral Aksesoris :Mika
d. Semen GAMBAR :Karbonat KETERANGAN GAMBAR
5. Struktur :Masif
Fragmen : Fosil
6. Ciri Khusus Matriks kalsit PARAF
:Mengkristal
Kemas tertutup
7. Nama Batuan :Batugamping kristal
Warna segar : putih
95
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok:12
No. urut :4
No. Peraga :05
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik
3. Tekstur :
a. UkuranButir :Lanau
b. BentukButir :Very rounded
c. Sortasi : well sorted
d. Kemas :tertutup
4. Komposisi
a. Fragmen :-
b. Matriks :-
c. Mineral Aksesoris
GAMBAR : Biotit
KETERANGAN GAMBAR NILAI
d. Semen :Karbonat
5. Struktur :Laminasi
Mengkristal
PARAF
Berwarna krem
6. Ciri Khusus :batu berlapis
Semen Karbonat
Struktur masif
7. Nama Batuan :Batulanau
96
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12
No. urut :5
No. Peraga : 03
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik
Lapuk : Hitam
3. Tekstur :
a. UkuranButir :Paasir halus
b. BentukButir :Very rounded
c. Sortasi : wel sorted
d. Kemas :tertutup
KETERANGAN GAMBAR
4. KomposisiGAMBAR NILAI
Warna : abu-abu
a. Fragmen :Pasir PARAF
Struktur Laminasi
b. Matriks :Pasir
c. Mineral Aksesoris :- Sortasi baik
d. Semen :Silika Semen : karbonat
5. Struktur :Laminasi
97
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12
No. urut :6
No. Peraga :04
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik
3. Tekstur :
a. UkuranButir :Kerakal
b. BentukButir :Angular
c. Sortasi : very poorly sorted
d. Kemas :terbuka
4. Komposisi
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
a. Fragmen :Batuan beku Semen : silica
b. Matriks :-
Struktur : laminasi PARAF
c. Mineral Aksesoris : Piroksen, Kuarsa
Kemas tertutup
d. Semen :Karbonat
5. Struktur :MasifBerbutir halus
8. Genesa :Vulcano
98
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12
No. urut :7
No. Peraga : 04
\Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik
Lapuk : Coklat
3. Tekstur :
a. UkuranButir :Kerikil
b. BentukButir :Subrounded
c. Sortasi : Poorly sorted
d. Kemas :Terbuka
4. Komposisi
GAMBAR
:Batuan NILAI
KETERANGAN GAMBAR
a. Fragmen beku
b. Matriks :Pirokswn Ukuran butir kerakal
c. Mineral Aksesoris : Biotit Angular
d. Semen :Silika PARAF
Sortasi buruk
5. Struktur :Masif
Struktur masif
6. Ciri Khusus :-
8. Genesa :Vulcano
99
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P.
NIM : 1301355
Kelompok:12
No. urut :8
No. Peraga : 45
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Non Klastik
Lapuk :Hitam
3. Tekstur :
a. UkuranButir :-
b. BentukButir :-
c. Sortasi :-
d. Kemas GAMBAR :Tertutup KETERANGAN GAMBAR
4. Komposisi
Ukuran butir kerikil
a. Fragmen :- Subrounded
PARAF
b. Matriks :Lempung Sortasi buruk
c. Mineral Aksesoris :- Kemas terbuka
d. Semen :Silika
5. Struktur :masif
100
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12
No. urut :9
No. Peraga :06
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Non klastik
3. Tekstur :
a. UkuranButir :-
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
b. BentukButir :-
c. Sortasi :- Warna Coklat PARAF
d. Kemas :TertutupKemas tertutup
4. Komposisi Struktur massif
Warna lapuk hitam
a. Fragmen :-
b. Matriks :Kalsit
c. Mineral Aksesoris : Biotit, Kuarsa
d. Semen :Karbonat
5. Struktur :Masif
101
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok:12
No. urut : 10
No. Peraga : 07
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik
Lapuk :Hitam
3. Tekstur :
a. UkuranButir :Lanau
b. BentukButir :very rounded
c. Sortasi GAMBAR : well sorted
NILAI
KETERANGAN GAMBAR
d. Kemas :tertutup
4. Komposisi Struktur Masif
Berwarna putih
a. Fragmen Berlubang :- PARAF
b. Matriks Terdapat biotit
:Kalsit
dan piroksen
c. Mineral Aksesoris : Kalsit
d. Semen :Karbonat
5. Struktur :Masif
102
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
Warna abu-abu
Struktur massif
Matriks kalsit PARAF
2.4 Pembahasan
Warna lapuk : hitam
Batupasir
Dalam identifikasi awal, hal pertama yang ditentukan adalah jenis batuan
sedimen. Disini diketahui bahwa batupasir terbentuk di sungai, berasal dari
akumulasi material-material rombakan kecil (berukuran 1/16 – 2 mm). Jadi,
batupasir termasuk batuan sedimen klastik. Pengamatan dengan mata telanjang
didapati warna segarnya abu-abu dan warna lapuknya kecoklatan. Pengamatan
dengan meraba tekstur didapati bahwa butirannya berukuran kasar (1 mm),
berbentuk bundar, sortasi baik karena ukurannya seragam, serta kemas terbuka.
Pengamatan dengan loupe didapat hasil bahwa matrik batupasir tersebut adalah
kuarsa dan plagioklas. Kuarsa berwarna terang sedangkan plagioklas berwarna
agak pudar. Saat ditetesi dengan HCL, tidak terjadi perubahan pada tubuh
batupasir. Itu menunjukan bahwa semen batupasir tersebut adalah senyawa silika.
Batugamping
103
Batugamping adalah batuan sedimen non klastik karena terbentuknya
karena proses pengendapan dari rombakan karang dan mineral kalsit.
Batugamping tidak memiliki butiran. Strukturnya padat sehingga bias dikatakan
kemasnya tertutup. Dalam batu gamping tersebut terdapat fosil sebagai fragmen
dan mineral kalsit sebagai matriks. Saat ditetesi dengan larutan HCL, tubuh
batugamping bereaksi dan berbuih. Itu menunjukan bahwa semen dari batuan
tersebut adalah karbonat karena karbonat akan berbuih bila ditetesi HCL.
Batugamping Kristal
Sama dengan batugampin sebelumnya (no. peraga 44), batuan ii tidak
memiliki butiran dan tergolong non. Klastik. Warnanya krem dan warna
lapuknya coklat. Matriks dan semennya pun sama yaitu kalsit dan karbonat.
Yang membedakan batugamping Kristal dengan batugamping biasa adalah
terdapat mika sebagai aksesoris. Permukaan batugamping Kristal agak kasar.
Batulanau
Pembentukan batulanau hamper sama dengan pasir, yaitu karena proses
transportasi dan akumulasi. Tetapi, batulanau ini terakumulasi di laut dangkal.
Oleh sebab itu, batulanau termasuk sedimen klastik. Pengamatan dengan mata
telanjang didapati warna batulanau abu-abu dan warna lapuknya putih. Dari skala
wentwort diketahui ukuran lanau adalah antara pasir dan lempung. Bentuknya
very rounded. Ukuran butir cenderung seragam sehingga dapat dikatakan
sortasinya sangat baik (well sorted). Kemas tertutup karena butirannya saling
menyambung. Dalam tubuh batulanau tersebut terdapat perlapisan yang tebalnya
tidak sampai 1 cm. menunjukan strukturnya laminasi. Pengamatan dengan loupe
menunjukan adanya mineral biotit sebagai aksesoris karena jumlahnya tidak
banyak. Saat ditetesi HCL, batulanau menunjukan reaksi yang sama dengan
batugamping yaiutu berbuih. Sehingga dikatakan bahwa semen batulanau ini
adalah senyawa karbonat.
Batu Breksi
Batu breksi memiliki ukuran yang paling besar diantara lainnya. Begitu
pula fragmennya yang Nampak jelas dan beragam. Batu breksi termasuk batuan
sedimen klastik. Dengan mata telanjang dapat dilihat warna batu breksi tersebut
104
putih dan warna lapuknya coklat kekuningan. Butirannya kasar berukuran
kerakal, runcing, beragam dan tidak saling berhubungan. Fragmen batu breksi
ini adalah batuan beku sehingga dapat diprediksi pula bahwa batu breksi ini
terbentuk di kawasan gunung api (vulcano). Pengamatan menggunakan loupe
nemperlihatkan adanya piroksen dan kuarsa dalam jumlah sedikit.
Batu Konglomerat
Batu konglomerat memiliki kesamaan dengan breksi yaitu sortasi, kemas,
dan ganesanya. Yang membedakan adalah, butiran konglomerat lebih
membundar. Konglomerat tersebut berwarna abu-abu dan berwarna lapuk coklat.
Pengamatan menggunakan loupe menunjukan adanya piroksen sebagai matriks
dan biotit sebagai aksesoris. Saat ditetesi HCL, konglomerat tidak bereaksi.
Menunjukan bahwa semennya adalah silica. Fragmen konglomerat tersebut
adalah batuan beku, menunjukan bahwwa batu ini terbentuk di daerah sekitar
gunung api (vulcano).
Batu Rijang
Batu rijang termasuk golongan non klastik. Berwarna coklat dan warna
lapuknya hitam. Batu rijang terbentuk di laut dalam . hamper sama seperti
lempung tetapi permukaannya sangat keras. Batu rijang tidak memiliki butir,
tetapi dapat juga dikatakan bahwa butirannya berukuran lempung.
Batulanau Karbonat
Hamper sama seperti batu lanau hanya saja terdapat Kristal-kristal kalsit
pada tubuh batuan ini. Batu lanau karbonat terbentuk di laut dalam.
2.5 Kesimpulan
1. Batuan sedimen klastik dan non klastik dibedakan berdasarkan proses
terbentuknya.
2. Penamaan batuan sedimen klastik didasarkan dari ukuran butir
menurut skala wentwort.
3. Semakin mendekati laut, material sedimen semakin halus. Dapat
dilihat dari batuannya.
105
4. Batuan yang terbentuk di laut memiliki semen karbonat karena
bereaksi (berbuih) saat ditetesi HCL.
5. Batuan sedimen yang telah terbentuk apabila tertransportasi ke zona
lain, dapat menjadi batuan sedimen baru.
BAB V
BATUAN METAMORF
5. 1 Tuuan Identifikasi
5. 2 Teori Dasar
106
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme
batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan.
Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses
kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam
lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya
terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang
jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan
terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang
stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga
dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara
butiran mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion
terlarut akan mempercepat proses metamorfisme.
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah
ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral,
tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya
perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt,
1982).
107
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah
perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang,
1962).
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang
banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan
hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau
solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Huang
WT, 1962).
Tipe-Tipe Metamorfosa
108
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang
terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang
sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa
orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).
Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
Metamorfosa Lokal
Metamorfosa Kontak
109
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa
batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas
dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.
110
Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan
dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal
sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.
Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining
pressure.
Metamorfosa Impact
Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
111
Gambar5. 2 Lokasi dan Tipe Metamorfisme
112
(umumnya mika atau klorit) disebutskistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar
dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang berkembang kurang baik.
Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain
yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk
batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-
tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran
mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral) (Tabel 3. 12). Pada
metamorfisme tingkat tinggi akan berkembang struktur migmatit (Gambar 3. 12).
Setelah penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik yang
berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan. Misal: struktur
skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis; slatycleavage untuk slate/
sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur hornfelsik nama batuannya
hornfels; liniasi untuk asbes.
113
batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
1. Struktur Foliasi
Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular,
jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2. Struktur Non Foliasi
Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.
Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding
struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus ataufibrous.
114
Gambar 5. 4 Struktur Metamorf
TEKSTUR BATUAN METAMORF
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda
lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut
dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin
membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka
dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari
matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran
dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya
dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-
sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan
cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral
matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan
(karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula
dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast
115
atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan
metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau
elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk
“mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan
rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk
agregat adalah porphyroklast.
1. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik.
Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal
besarnya disebut porfiroblast.
Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling
sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral
prismatik yang sejajar dan terarah.
Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk
euhedral.
Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
2. Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata–blasto.
Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang
porfiritik.
Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya
sama dengan pasir.
116
Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung.
117
2. Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet
kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi
mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
3. Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa,
felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik.
Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar
kuarsa dan/atau felspar.
4. Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran
yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa
fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
5. Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi
protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang
tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera,
rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
6. Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari
kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat.
Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih
dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
7. Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral
kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena
perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.
5. 3 Hasil Pengamatan
(Halaman selanjutnya)
118
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM :1301355
Kelompok :12
No. urut :1
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Metamorf
1. Warna : Segar :Hijau
Lapuk : Hitam
3. Tekstur : blastoporfiritik
5. KomposisiMineral :
Deskrpsi Mineral :
a. Warna : Hijau
b. Ukuran : Sedang
c. Bentuk : Subhedral
d. Kelimpahan : 80 %
e. Nama Mineral : Serpentin
6. Nama Batuan : Batu Serpentinit
PARAFASPRAK
119
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :2
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Metamorf
1. Warna : Segar : Hitam
5. KomposisiMineral :
Deskrpsi Mineral :
a. Warna :-
b. Ukuran :-
c. Bentuk :-
d. Kelimpahan :-
e. Nama Mineral :-
6. Nama Batuan : Batu slate
PARAFASPRAK
120
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :3
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Metamorf
1. Warna : Segar : Putih
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
Lapuk : Kuning kecoklatan
PARAF
2. Jenis Batuan : Batuan metamorf foliasi
4. Struktur : Foliasi-schistose
5. KomposisiMineral :
Deskrpsi Mineral :
a. Warna : putih
b. Ukuran : sedang
c. Bentuk : subhedral
d. Kelimpahan : 80%
e. Nama Mineral : Muskovit
6. Nama Batuan :Batu mika schist
PARAFASPRAK
121
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
No. urut :4
No. Peraga GAMBAR : KETERANGAN GAMBAR NILAI
Deskripsi Batuan Metamorf
1. Warna : Segar :Hitam
PARAF
Lapuk : kecoklatan
3. Tekstur :kristaloblastik-nematoblastik
5. KomposisiMineral :
Deskrpsi Mineral :
a. Warna : Hitam
b. Ukuran : halus
c. Bentuk : anhedral
d. Kelimpahan : 80%
e. Nama Mineral : biotit
6. Nama Batuan : Batu gneiss
PARAFASPRAK
122
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
No. urut : 5
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Metamorf PARAF
1. Warna : Segar : Hijau kehitaman
4. Struktur : foliasi-schistose
5. KomposisiMineral :
Deskrpsi Mineral :
a. Warna ; putih-hitam
b. Ukuran : sedang
c. Bentuk : subhedral
d. Kelimpahan : 70%
e. Nama Mineral : muskovit
6. Nama Batuan : batu mika schist
PARAFASPRAK
123
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
PARAF
Pembahasan
5.4 Pembahasan
Batu Serpentinit
Batu Slate
Dari hasil pengamatan yang saya lakukan, bahwa sample dari batuan
kedua merupakan batuan metamorf foliasi, dan saya lihat warna segarnya hitam
dan warna lapuknya hitam kecoklatan. Dengan menggunakan loop, tekstur
batuan ini merupakan tekstur kristaloblastik yaitu xenoblastik . Struktur batuan
ini termasuk kedalam foliasi – slaty cleavage. Batu ini tidak memiliki kandungan
mineral mengandung mineral karena sudah sangat kompak. Batu ini memiliki
protholith batuan sedimen, jenis metamorfosa batuan ini adalah metamorfime
124
dinamik dan batuan ini terbentuk di zona cesar. Dengan ini saya dapat
menyimpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu slate.
Batu Gneiss
125
lapuknya hijau kekuningan. Dengan menggunakan loop, tekstur batuan ini
merupakan tekstur kristaloblastik yaitu lepidoblastik. Struktur batuan ini
termasuk kedalam foliasi -schistose. Batu ini mengandung mineral muskovit dan
biotit. Mineral ini berwarna putih dan hitam, memiliki ukuran sedang, bentuk
mineral ini adalah subhedral dan kelimpahannya dari kedua mineralnya sebanyak
70% dari batuan. Batu ini memiliki protholith batuan beku, jenis metamorfosa
batuan ini adalah metamorfime regional dan batuan ini terbentuk akibat adanya
proses metamorfosa yaitu orogenesis. Dengan ini saya menyimpulkan bahwa
batuan tersebut adalah batu mika schiss.
5. 5 Kesimpulan
Berdasarkan dari data klasifikasi dan identifikasi serta analisa tentang
batuan metamorf dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap batuan metamorf memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda antara
satu dengan yang lain.
2. Batuan metamorf terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/
atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.
3. Batuan metamorf cenderung berstruktur foliasi jika batuan terlihat
penjajaran mineralnya, dan batuan metamorf cenderung berstruktur non
foliasi jika batuan tidak terlihat penjajaran mineralnya,
4. Mineral yang terkandung dalam batuan mempengaruhi penamaan pada
batuan metamorf.
5. Protolith (batuan asal) suatu batuan metemaorf masing – masing
berbeda satu dengan yang lainnya.
6. Batuan berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu
yang panjang serta suhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang
berbutir halus waktunya relatif pendek serta suhu dan tekanan yang
rendah.
126
BAB VI
STRATIGRAFI
6. 1 Tujuan Percobaan
6. 2. Teori Dasar
PENGERTIAN STRATIGRAFI
Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan yang
tersebar dan berhubungan dengan batuan, dan grafi (graphic) yang berarti
pemerian/ gambaran atau urut-urutan lapisan. Komposisi dan umur relatif serta
distribusi peralapisan tanan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan
127
yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). Jadi stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari
pemeriaan perlapisan batuan pada kulit bumi. Secara luas stratigrafi merupakan
salah satu cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan
dan kejadian batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi.
. HUKUM STRATIGRAFI
128
Uniformitarianism (James Faunal Succession (Abble Giraud- Strata Identified by Fossils
Hutton, 1785) : Soulavie, 1778): Pada setiap (Smith, 1816) : Perlapisan
Uniformitarianisme adalah lapisan yang berbeda umur batuan dapat dibedakan
peristiwa yang terjadi pada geologinya akan ditemukan fosil satu dengan yang lain
masa geologi lampau dikontrol yang berbeda pula. Secara dengan melihat
oleh hukum-hukum alam yang sederhana bisa juga dikatakan Fosil kandungan fosilnya yang
mengendalikan peristiwa pada yang berada pada lapisan bawah khas
masa kini. Hukum ini lebih akan berbeda dengan fosil di
dikenal dengan semboyannya lapisan atasnya.
yaitu “The Present is the key to
the past. ”
129
fragmen tersebut.
UNSUR STRATIGRAFI
1) Unsur Batuan
Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan
pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan
sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan,
batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan
terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang
berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan
perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap
lapisan. Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen,
maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan
yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan
stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.
2) Unsur Perlapisan.
130
Analisa profil sedimentasi merupakan suatu metoda stratigrafi yang
digunakan untuk mendapatkan data litologi yang terperinci dari suatu satuan
stratigrafi, mendapatkan ketebalan yang teliti dri tiap-tiap satuan stratigrafi, dan
mempelajari hubungan startigrafi antar satuan batuan serta urut-urutan
sedimentasi dalam arah vertikal secara detail untuk menafsirkan lingkungan
pengendapan. Analisa profil sedimentasi merupakan metode yang umum
digunakan untuk menganalisan urut-urutan vertikal yang didapatkan dari sumur
pemboran. Satuan startigrafi dapat terdiri dari satu jenis batuan atau perselingan
beberapa jenis litologi atau satu litologi utama dengan sisipan-sisipan.
Pembagian satuan sangat tergantung pada skala yang digunakan untuk
menggambar kolom stratigrafi.
• Fragmen pembentuk
• Warna
131
• Besar butir
• Pemilahan
• Bentuk butir
• Kemas
• Porositas
• Kekompakan
• Struktur sedimen
4. Kandungan fosil.
132
Salah satu metoda untuk melakukan pengukuran untuk mendapatkan data
pada pengukuran startigrafi terukur adalah dengan metoda rentang tali atau yang
dikenal juga sebagai metoda Brunton and tape dilakukan dengan dasar
perentangan tali atau meteran panjang. Semua jarak dan ketebalan diperoleh
berdasar rentangan tersebut. Pengukuran dengan metoda ini akan langsung
menghasilkan ketebalan sesungguhnya hanya apabila dipenuhi syarat bahwa arah
rentangan tali tegak lurus pada jalur perlapisan, arah kelerengan dari tebing atau
rentangan tali tegak lurus pada arah kemiringan dan diantara 2 ujung rentangan
tali tidak ada perubahan jurus maupun kemiringan.
133
Gambar 6. 1. Stratigrafi Regional Balikpapan
Satuan ini diendapkan secara selaras dan sebagian menjari dengan satuan
bawahnya. Singkapan batubara yang cukup tebal >3 meter dan dijumpai di
134
Dusun Gunung Binjai. Batulempung, dilapangan memperlihatkan warna yang
bervariasi mulai putih, batulempung banyak mengandung konkresi–konkresi besi
oksida. serpih, abu–abu sampai abu–abu gelap, ukuran butir lempung,
menyerpih, setempat-setempat dijumpai sisipan nodul–nodul besi oksida. Napal,
putih abu-abu dengan campuran lempung, mineral karbonat, mudah diremas.
Batulanau, abu-abu kecoklatan, ukuran butir lanau, kadang bercampur dengan
ukuran butiran lempung dan pasir halus membentuk batulumpur, laminasi
sejajar, dalam sayatan tipis memperlihatkan kandungan mineral kuarsa 20–40%.
Batupasir, putih hingga coklat, agak keras sampai lepas, ukuran pasirhalus
pasirkasar, struktur perlapisan sejajar, cross stratification, laminasi sejajar,
perlapisan silang siur, sebagian mengandung konreksi–konreksi besi oksida.
Batubara, hitam getas relative tebal 2–8,5 m, melensa, sebagian besar tersingkap
di Gunung Binjai. Konglomerat, abu-abu coklat, ukuran butiran 0,5-3 cm,
sebagian sisipan dan lensa kecil pada batulempung dan batupasir, pemilahan
sedang, bentuk butir membulat–membulat tanggung, kemas tertutup, butiran
terdiri dari fragmen batupasir, fosil kayu dan batubara.
b) Formasi Balikpapan
Formasi Balikpapan sebagian besar tersebar di bagian Barat laut dan Barat
daya. Wilayah Kota Balikpapan, meliputi daerah Kecamatan Balikpapan
Selatan, Kecamatan Balikpapan Tengah dan Kecamatan Balikpapan Barat.
Bagian atas satuan ini didominasi oleh batupasir kuarsa, dengan sisipan
batulempung, batulanau, dan serpih. Sedangkan pada bagian bawah disusun oleh
perselingan batulanau, batupasir dan batulempung dengan sisipan napal,
batupasir gamping dan batubara. Batubara pada satuan ini umumnya relatif lebih
tipis dibandingkan Formasi Kampung Baru. Kenampakan yang paling umum
135
pada satuan ini adalah batupasir kuarsa yang sebagian besar memperlihatkan
struktur silang siur (cross bedding).
136
Batubara, hitam hingga abu-abu, getas hadir sebagai sisipan dengan tebal
lapisan sekitar 0,5-4 m. Jika dibandingkan dengan sisipan batubara yang terdapat
pada formasi Kampung Baru, batubara di Formasi Balikpapan relatif lebih tipis.
Formasi ini mempunyai umur Miosen tengah-Miosen Akhir dan diendapkan pada
lingkungan pengendapan darat-transisi-laut dangkal dengan fasies delta. Formasi
ini mempunyai hubungan selaras dengan formasi dibawahnya yaitu Formasi Pulau
Balang. Satuan ini tersingkap di Pulau Balang serta bagian ujung berlaut wilayah
kota Balikpapan, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartenegara.
Satuan ini secara regional terdiri dari Batupasir Kuarsa, Batupasir Gamping,
Batulanau dengan sisispan Batubara. Di lapangan sebagian besar batuan penyusun
satuan ini lapuk dan tertutup vegetasi yang lebat. Oleh karena itu, data-data batuan
yang didapatkan di lapangan sangat terbatas.
1. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik
menentukan arah.
137
3. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan
gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
1. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang
bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
3. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
138
LITHOLOGI
139
6. 3 Hasil Percobaan
140
6. 4 Pembahasan
KOLOM LITHOLOGI
Dalam suatu pengamatan singkapan, salah satu hal pokok yang harus
dikuasai dalah membuat kolom lithologi. Untuk membuat bentuk penyajian data
tersebut, harus terlebih dahulu menguasai identifikasi batuan dan symbol-simbol
lithologi. Apabila kedua unsur tersebut telah dikuasai, pengamatan dapat dimulai.
Lapisan kedua didapati sedikit lapisan batubara hanya setebal 0,5 meter.
Dalam aturan lithologi, batubara disimbolkan dengan warna hitam pekat. Lapisan
berikutnya ditemukan kembali batulempung dengan ketebalan 1 meter. Namun,
pada lapisan ketiga ini, batu lempung disisipi batubara sebagai fragmen. Lapisan
keempat didapati kembali batubara setebal 0,25 meter. Cara mengetahui batubara
dengan mudah adalah, apabila dipatahkan dengan tangan, akan patah seperti kayu.
141
pola lanau adalah garis dan titik berselingan dengan warna hijau muda. Lapisan
kelima adalah yang paling tebal yaitu pasir. Didapati ketebalan lapisan ini kurang
lebih 1,5 meter. Pola pasir adalah titik-titik berderet dengan warna kuning.
Lapisan keenam adalah lempung dengan sisipan pasir setebal 0,5 meter. Cara
penggambarannya digabungkan. Lapisan yang terakhir terletak pada ujung
singkapan adalah lempung setebal 1 meter. Dari lapisan atas hingga bawah,
terdapat perbedaan dari setiap lempung. Lempung yang berada pada lapisan atas
berwarna terang kemerahan dan semakin gelap untuk lapisan lempung
dibawahnya. Itu menunjukan umur lapisan.
KOMPAS GEOLOGI
142
mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk
menentukan dip.
Dari hasil pengamatan di lokasi BJBJ didapati nilai strike dan dip =N
270oE/ 10oW.
SKETSA SINGKAPAN
143
6.5 Kesimpulan
1. Kompas Geologi digunakan dalam pengukuran strike, dip, dan
ketebalan lapisan
2. Kolom stratigrafi berisi tentang informasi batuan penyusun singkapan.
3. Mengukur strike dan dip didasarkan dari kaidah tangan kanan.
4. Wilayah BJBJ merupakan zona transisi karena tersusun dai lempung,
batubara dan pasir.
5. Terdapat fosil yang menandakan BJBJ merupakan zona transisi.
6. Sketsa dibuat untuk memudahkan pengenalan singkapan.
144
BAB VII
PEMBAHASAN UMUM
145
Dari 6 sampel batuan beku yang saya amati, kelompok saya dapat
mengetahui batuan beku asam, batuan beku intermediet, dan batuan beku basa.
Mengetahui tekstur yang meliputi derajat pengkristalan, bentuk kristal, ukuran
butir, dan pola susunan butir. Mengetahui pula komposisi mineral yang
terkandung dalam batuan beku tersebut, struktur dan tempat terbentuknya.
Sebagai contoh batu syenit dan batu diorit, dari kedua jenis batuan ini memiliki
perbedaan identifikasi batuan beku. Jenis batuan antara batu syenit dan batu diorit
memiliki perbedaan, batu syenit termasuk jenis batuan yang terbentuk secara
intrusif sedangkan batu diorit termasuk jenis batuan beku yang terbentuk secara
ekstrusif. Dari segi tekstur kedua batuan ini memiliki kesamaan, derajat
pengkristalan pada kedua batuan ini sama-sama menunjukan pada derajat
pengkristalan holokristalin. Bentuk kristal pada kedua batuan ini euhedral. Pada
strukturnya kedua batuan ini sama-sama memiliki struktur masif. Tetapi pada
batuan beku yang saya amati juga memiliki persamaan maupun perbedaan antara
batuan beku yang satu dengan yang lain, sebagai contoh batu diorit dan batu
peridotit. Kedua batuan ini memiliki jenis batuan yang sama yaitu batuan beku
intermediet. Dari segi pola susunan butirnya kedua batuan ini memiliki pola
susunan butir yang sama yaitu faneroporfiritik.
Dari hasil praktikum yang saya dapat tentang batuan metamorf, maka
dengan ini saya mengidentifikasi beberapa jenis batuan metamorf. Dari
pengamatan ada beberapa perbedaan dan persamaan antar batuan yang satu
146
dengan batuan yang lain. Sebagai contoh marble dan quartzite, dari kedua batuan
ini memiliki perbedaan dari segi tekstur. Pada marble memiliki tekstur
nematoblastik sedangkan pada quartzite memiliki tekstur blastoporfiritik. Dari
segi struktur kedua batuan ini juga memiliki perbedaan. Tetapi pada kedua batuan
metamorf ini juga memiliki persamaan pada jenis batuan yaitu batuan metamorf
non foliasi.
Cara mengukur strike dengan kompas geologi strike (jurus) suatu bidang
adalah “bearing” sebuah garis horizontal yang terdapat pada bidang tersebut.
Cara mengukur strike (jurus), mula-mula tutup kompas dibuka sampai 90˚ atau
lebih. Sisi badan kompas E ditempelkan pada bagian atas bidang perlapisan dan
diatur sedemikian rupa sehingga gelembung di dalam nivo masuk di dalam
lingkaran dengan sisi E kompas tetap bersinggungan pada bidang perlapisan.
Setelah jarum kompas tenang, kedudukan jarum utara kompas pada lingkaran
pembagian derajat dibaca. Hasil pembacaan ini adalah menunjukkan arah jurus
bidang tersebut. Pada kompas dengan lingkaran pembagian 0˚ – 360˚, apabila sisi
badan kompas E ditempelkan pada bidang diukur jurusnya, yang dipakai untuk
pembacaan adalah jarum utara (N 77˚ E). Apabila sisi badan kompas W yang
ditempelkan, yang dipakai untuk pembacaan adalah jarum selatan (S 14˚ N). Pada
kompas dengan lingkaran pembagian derajat 0˚ sampai 90˚, apabila sisi badan
kompas E ditempelkan pada bidang yang diukur jurusnya, pembacaan juga
memakai jarum kompas utara. Sama halnya apabila sisi badan kompas W yang
ditempelkan, maka pembacaan juga dilakukan dengan jarum kompas selatan.
Cara mengukur dip dengan kompas geologi, dip (kemiringan) suatu bidang adalah
sudut pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus, dan merupakan sudut yang
dibentuk oleh garis horizontal pada bidang vertikal tersebut dengan garis
perpotongan antara bidang yang diukur dengan bidang vertikal tadi. Dengan
demikian arah kemiringan ini akan tegak lurus terhadap arah jurus kearah jarum
jam. Cara mengukur dip (kemiringan) bidang yang diukur mula-mula diukur
jurusnya. Pada bidang tersebut kemudian ditarik garis yang merupakan arah
jurusnya. Tutup kompas dibuka penuh dengan sisi badan kompas yang ada
147
pembagian derajat untuk klinometer ditempelkan pada bidang tersebut sedemikian
rupa sehingga arah memanjang tutup kompas dan badan kompas tegak lurus
jurusnya. Apabila menggunakan kompas tipe brunton, klinometernya diputar
sehingga gelembung di dalam klinometer level terletak di tengah. Besarnya sudut
kemiringan yang ditunjukkan oleh klinometer dibaca pada pembagian derajat
untuk klinometer.
148
BAB VIII
KESIMPULAN UMUM
3. Secara garis besar ada 3 macam batuan, yaitu Batuan Beku, Batuan
Sedimen, dan Batuan Metamorf.
10. Batuan sedimen memiliki tiga jenis semen, yaitu karbonat apabila bereaksi
dengan larutan HCL yaitu mengeluarkan buih, silika apabila tidak bereaksi
dengan larutan HCL, dan oksidasi besi apabila berwarna merah jika
ditetesi larutan HCL.
149
11. Setiap mineral yang terkandung dalam suatu batuan memiliki spesifikasi
yang berbeda tergantung kandungannya, bagaimana terbentuknya batuan
tersebut.
12. Dan setiap mineral memiliki nilai ekonomis atau manfaat yang berguna
bagi manusia.
13. Dan sesuai dengan apa yang saya amati, mineral setiap batuan memiliki
mineral yang berbeda pula, tergantung begaimana batuan tersebut
terbentuk. Hal ini menentukan warna mineral, cerat, kilap, bentuk kristal,
belahan, pecahan, kekerasan, berat jenis,tenacity, diaphaneity, special
properties .
14. Setiap batuan beku yang saya amati memiliki spesifikasi yang berbeda
tergantung kandungannya,bagaimana terbentuknya.
15. Sesuai dengan apa yang saya amati, batuan beku miliki spesifikasi yang
berbeda, tergantung bagaimana batu tersebut terbentuk. Hal ini
menentukan warna batuan beku, derajat pengkristalannya, tekstur, bentuk
Kristal, komposisi mineralnya, struktur ciri khusus, bagaimana
terbentuknya yang menetukan nama batuan beku tersebut.
16. Dan batuan beku dikelompokkan menjadi batuan beku asam, batuan beku
menengah, batuan beku basa dan batuan beku ultrabasa berdasarkan
komposisi mineral dalam batuan beku tersebut .
17. Setiap batuan sedimen yang saya amati memiliki spesifikasi yang berbeda
tergantung sifat-sifat yang ada dan bagaimana terbentuknya.
18. Sesuai dengan apa yang saya amati, batuan sedimen memiliki spefikasi
yang berbeda-beda pula, tergantung bagaimana batu tersebut terbentuk.
20. Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena
adanya bahan semen.
150
21. Masing–masing jenis batuan sedimen memiliki ciri–ciri tersendiri atau ciri
khusus.
22. Batubara termasuk salah satu batuan sedimen organik yang terbentuk dari
akumulasi dan pelestarian bahan tanaman. Batubara juga merupakan salah
satu bahan bakar fosil yang banyak digunakan dalam industri. Batubara
jenis lignit merupakan batu bara yang menempati peringkat terendah.
23. Setiap batuan metamorf memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda antara satu
dengan yang lain.
151
DAFTAR PUSTAKA
23 Desember 2010,
Modul praktikum Petrologi 2012 http://kelompok4geologia. blogspot.
com/2011/10/deskripsi-batuan-sedimen. html
152