Anda di halaman 1dari 152

BAB I

PENDAHULUAN

PENGERTIAN ILMU GEOLOGI

Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri atas 2 kata geo dan
logos, geo berarti bumi dan logos berarti ilmu pengetahuan.

Geologi adalah ilmu pengetahuan bumi mengenai asal, struktur,


komposisi dan sejarahnya (termasuk perkembangan, kehidupan) serta proses-
proses yang telah menyebabkan keadaan bumi seperti sekarang ini (Written n
Brooks, 1972 ;204).

Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi, terutama


mengenai materi penyusunnya, proses yang terjadi padanya, hasil proses tersebut.
Sejarah planet itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi terbentuk (Bates dan
Jakcson, 1990, 272).

SEJARAH ILMU GEOLOGI

Pengetahuan geologi sudah diterapkan sejak zaman prasejarah. Manusia


purba sudah mengetahui jenis batuan yang baik untuk bahan baku senjata, sebagai
alat untuk mempertahankan diri. Bangsa Romawi mendirikan Pyramid dan
patung sphynks bukan di daratan banjir sungau nil tetapi di suatu daratan yang
aman dari banjir dan dengan pondasi yang kuat sehingga tidak ambles karena
beban yang berat.

Selanjutnya timbul rasa ingin tahu manusia tentang alam di sekelilingnya,


adanya gunung api, bentang alam, perbukitan terjal dan lembah-lembah curam.
Terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung api dan bencana
alam lainnya, mendorong manusia untuk mempelajarinya.

Sifat dan material bumi, serta proses-proses yang berlangsung di


permukaan bumi sudah menjadi pusat perhatian sejak beberapa abad yang lalu.

1
Bangsa Yunani sejak 2300 tahun yang lalu menulis mengenai fosil, batu permata,
gempa bumi dan gunung api. Yang sangat menjadi pusat perhatian adalah
Aristoteles. Ia seorang filsuf, oleh karena itu penjelasannya lebih banyak berupa
pernyataan-pernyataan secara individu, bukan sebagai hasil observasi atau
percobaan-percobaan. Misalnya bagaimana terbentuknya batuan, dikatakannya
akibat pengaruh bintang-bintang dan gempa bumi terjadi karena meledaknya
udara yang padat di bumi akibat proses pemanasan dari pusat api.

Akan tetapi, karena ia seorang pemimpin para filsuf dan disegani,


pendapatnya lebih banyak diterima dibandingkan dengan pendapat yang
berdasarkan observasi atau percobaan-percobaan sehingga agak menghambat
kemajuan ilmu pengetahuan. Kemudian dikenal beberapa doktrin yang
revolusioner pada saat itu, yaitu:

TEORI KATASTROFISME

Sepanjang abad ke 18 doktrin katastropisme sangat populer. Baron


Georges Cuvier dan para penganutnya percaya bahwa bentuk permukaan bumi
dan segala kehidupannya terbentuk dan musnah dalam sesaat akibat suatu bencana
(catstroph) besar. Flora dan fauna dari tiap zaman itu berjalan tidak berubah dan
sewaktu terjadi revolusi maka hewan-hewan ini musnah dan kemudian timbul
kembali species flora dan fauna yang baru yang berbeda dengan sebelumnya.

Sejarah bumi juga membuktikan adanya pembentukan sederatan


pegunungan raksasa secara berulang kali serta masa-masa susut dan genang laut
(regresi dan trasgresi) dari dan ke bagian-bagian benua. semua peristiwa-peristiwa
itu terjadi secara mendadak dengan sangat dasyat dan berlangsung di seluruh
muka bumi.

Untuk menjelaskan ketidakberaturan pada permukaan bumi, seperti


lembah dan pegunungan tinggi, mereka mengembangkan satu teori -
catastrophism - yang mencoba membuat fakta-fakta yang teramati cocok dengan

2
kisah-kisah bencana dalam kitab suci, seperti kisah tentang Air Bah. Tiap musibah
menyapu bersih seluruh spesies, yang merupakan penjelasan yang nyaman untuk
adanya fosil yang telah mereka temukan terkubur jauh di dalam bebatuan di
tambang-tambang batubara.

Menurut teori Katastropisma bahwa selma 40. 000 tahun terakhir di bumi
terjadi empat kali peristiwa malapetaka yang masing-masing menyebabkan
kepunahan fauna yang ada dan kemudian tercipta fauna yang baru. Oleh karena
umur manusia pendek, maka kejadian-kejadian itu hampir tidak dapat disaksikan
oleh manusia. Konon, peristiwa malpetaka yang terakhir terjadi pada zaman Nabi
Nuh.

Bukan satu kebetulan bahwa teori katastropisma mendapat pijakan paling


kuat di Perancis, di mana Revolusi Besar 1789-94 memiliki pengaruh yang paling
kuat atas psikologi semua kelas, yang gemanya masih terus dibunyikan di semua
generasi susul-menyusul. Bagi mereka yang berniat melupakannya, revolusi
1830, 1848 dan 1870 merupakan peringatan yang sangat jelas atas pengamatan
Marx yang tajam bahwa Perancis adalah negeri di mana perjuangan kelas selalu
dilakukan sampai tahapan terakhirnya. Bagi Georges Cuvier, naturalis dan geolog
Perancis abad ke-19 yang terkenal itu, perkembangan bumi ditandai dengan
“sederetan masa-masa pendek yang mengandung perubahan yang intensif, dan
tiap masa menandai satu titik balik dalam sejarah. Di antara masa-masa itu,
terdapat masa-masa stabilitas yang panjang dan membosankan. Seperti Revolusi
Perancis, setelah masa penuh gejolak, segala sesuatunya berubah. Seperti itu pula,
waktu geografis dibagi-bagi menjadi bab-bab yang terpisah, masing-masing
dengan tema dasarnya sendiri. ”

Jika Perancis adalah negeri klasik bagi revolusi dan kontra-revolusi,


Inggris adalah tanah klasik bagi reformisme dan gradualisme. Revolusi borjuis
Inggris, seperti yang terjadi di Perancis, juga terjadi dengan sangat berdarah, di
mana Raja kehilangan kepalanya, demikian juga banyak orang lain. Sejak itu
“kelas-kelas terhormat” di Inggris telah berusaha keras untuk melupakan hal ini.

3
Mereka jauh lebih suka untuk mengingat apa yang dinamai dengan tidak cocok
sebagai “Revolusi Gemilang” 1688, satu kudeta yang sama sekali tidak gemilang
di mana seorang avonturir Belanda bertindak sebagai makelar politik dalam
sebuah perebutan kekuasaan antara orang-orang kaya baru dari Kota dengan para
aristokrat. Kejadian ini telah menyediakan basis teoritik bagi tradisi Anglo-Saxon
tentang gradualisme dan “kompromi-kompromi”.

Kejijikan terhadap perubahan revolusioner dalam segala bentuknya


diterjemahkan ke dalam sebuah keinginan yang obsesif untuk menghapuskan
segala jejak lompatan mendadak yang terjadi di alam maupun masyarakat. Lyell
mengajukan satu pandangan yang persis berseberangan dengan katastropisme.
Menurutnya, garis batas antara berbagai lapisan geologis tidak menunjukkan
adanya perubahan mendadak tapi sekedar mencatat pergeseran pola transisi antara
dua lingkungan habitat yang berdekatan. Tidak perlu kita mencari satu pola
global. Masa geologis hanyalah satu metode klasifikasi yang enak dilihat, agak
mirip dengan pembagian sejarah Inggris menurut siapa yang sedang berkuasa.

TEORI UNIFORMITARIANISMA

Menurut teori Evolusi, proses kehidupan di muka bumi ini terjadi karena
adanya perubahan yang terjadi dalam waktu yang lama tanpa tahu titik awalnya
dari mana. Faham UNIFORMITARIANISME adalah bagian dari teori Evolusi.
Faham ini berdasar pada perubahan fisik yang terjadi perlahan dan memakan
waktu lama sekali. Konsep awal dari teori Evolusi tidak berbeda dengan faham
ini. LAW of FAUNAL ASSEMBLAGES: "Like collection of fossil organism
indicate like geologic ages for the rocks that contain them(Jenis organisme fossil
yang didapat mengarah pada usia bebatuan yang ada disekelilingnya)". Keadaan
fisik dari permukaan bumi yang diandalkan teori Evolusi adalah strata yang
terbentuk menurut struktur lapisan yang berbeda. Sedimentasi atas dan bawah
dihasilkan oleh perubahan iklim yang memakan ribuan bahkan jutaan tahun.

James Hutton (1726-1797) menentang konsep malapetaka yang digagas


oleh Baron Georges Cuvier. Ia menyatakan bahwa peristiwa katasropisma hanya

4
terjadi secara setempat (lokal). Perubahan-perubahan besar di muka bumi adalah
akibat proses fisika dan kimia yang terjadi secara berangsur dan
berkesinambungan dan dulu hingga sekarang dan bahkan sampai saat ini kita
masih bisa menyaksikannya.

Maka pada abad ke 18, dianggap sebagai permulaan geologi modern,


karena pada masa ini James Hutton bapak Geologi Modern, seorang ahli fisika
Skotlandia pada tahun 1795 menerbitkan bukunya yang berjudul Theory of the
earth dimana ia mencetuskan doktrin uniformitarianisme.

Proses dalam bumi terjadi secara berulang-ulang, sehingga munculah


diktum the present is the key to the past. Dengan kecanggihan teknologi serta
konsep geologi global, para ahli masa kini telah mengembangkan lebih lanjut
diktum yang dinyatakan oleh J. Hutton tersebut. Dewasa ini telah dicoba
memperkirakan apa yang bakal terjadi pada masa yang akan datang berdasarkan
rangkaian peristiwa yang terjadi sekarang. Oleh karena itu, sekarang diktumnya
menjadi bertambah, the present is the key to the future.

Teori ini kemudian diberi nama oleh Charles Lyell yang disebut dengan
teori uniformitarianisma.

Uniformitarianisma ini merupakan konsep dasar geologi modern. Doktrin


ini menyatakan bahwa hukum-hukum fisika, kimia dan bilogi yang berlangsung
juga pada masa lampau. Artinya, gaya-gaya dan proses-proses yang membentuk
permukaan bumi seperti yang kita amati sekarang ini telah berlangsung sejak
terbentuknya bumi.

Semenjak itulah orang menyadari bahwa bumi selalu berubah. Dengan


demikian, jelaslah bahwa geologi sangat erat hubungannya dengan waktu.

5
RUANG LINGKUP ILMU GEOLOGI

 Geologi Struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan bumi


serta hubungannya dengan jenis-jenis batuan yang terbentuk dikerak bumi.

 Geologi Pertambangan adalah ilmu yang mempelajari tentang


kandungan mineral atau bahan-bahan tambang yang dimungkinkan untuk
dimanfaatkan untuk keperluan industri atau keperluan lainnya.

 Geologi Minyak adalah ilmu yang mempelajari tentang kemungkinan


adanya bahan fosil yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar (sumber
energi) minyak dan gas bumi.

 Geologi Teknik adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan


permukaan bumi yang dikaitkan  dengan kekuatan tanah untuk penopang
kontruksi bangunan (jembatan, terowongan dll)

 Petrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat batuan


penyusun bumi dan manfaatnya

 Mineralogi adalah ilmu yang memepelajari tentang sifat dan ciri mineral –
mineral yang terdapat dalam bumi  dan manfaatnya bagi manusia serta
dampaknya terhadap sifat dan ciri tanah.  

 Vulkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, ciri serta


pembentukan gunungapi serta pengaruhnya terhadap kehidupan

 Seismologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat gerakan kerak


bumi berupa gempa bumi serta dampaknya terhadap susunan kerak bumi
dan bentuk permukaan bumi.

 Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan bumi


baik dari sifat lapisan maupun proses terjadinya perlapisan.

6
 Geofisika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembentukan keadaan
permukaan bumi dan atsmosfer seperti perubahan angin iklim dan
beberapa sifat fisik lainnya yang mempengaruhi permukaan bumi.

 Geokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem penyusun bumi


dilihat dari aspek kimia seperti kelarutan unsur dan karakteristik unsur
dalam tanah.

 Geologi Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang evolusi kehidupan


di permukaan bumi yang meliputi peradapan manusia di permukaan bumi
dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

 Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan fosil-fosil


yang terkandung dalam batuan yang dapat mengungkapkan sejarah masa
lalu.

 Geomorfologi adalah ilmu yang tentang proses-proses yang berhubungan


dengan pembentukan permukaan bumi dan pengaruhnya terhadap kondisi
setempat

 Sedimentologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seluk-


beluk batuan endapan (batuan sedimen) meliputi klasifikasi, jenis dan
macamnya serta pembentukannya

7
BAB II

MINERAL

2. 1 Tujuan Identifikasi

1. Memahami perbedaan antara mineral dan Kristal

2. Dapat mengidentifikasi secara spesifik mineral pada suatu


batuan

3. Mampu membedakan mineral- mineral yang identic

4. Mengetahui genesa mineral

2. 2 Teori Dasar

MINERAL

Definisi mineral menurut beberapa ahli:

1. L. G. Berry dan B. Mason, 1959

Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam


terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu
dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

2. D. G. A Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972

Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen


mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.

3. A. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di
alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

8
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali
atau suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun
tidak termasuk didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat dibuat suatu
definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak
menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral itu mempunyai sifat
sebagai: bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap dan berupa unsur
tunggal atau senyawa.

Definisi mineral kompilasi: mineral adalah suatu bahan alam yang


mempunyai sifat-sifat fisis dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau
persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat
berupa padat, cair dan gas .

Mineral adalah zat-zat hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat
homogen, fisik maupun kimiawi. Mineral itu merupakan persenyewaan anorganik
asli, serta mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud dengan
persenyawaan kimia asli adalah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam alam,
karena banyak zat-zat yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan mineral,
dapat dibuat didalam laboratorium. Sebuah zat yang banyak sekali terdapat dalam
bumi adalah SiO2 dan dalam ilmu mineralogi, mineral itu disebut kuarsa.
Sebaliknya zat inipun dapat dibuat secara kimia akan tetapi dalam hal ini tidak
disebut mineral melainkan zat Silisium dioksida .

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari


mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya,
cara terjadinya dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos,
dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan
dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik
(anorganik). Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli
geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun
persesuaian umum untuk definisinya (Danisworo, 1994).

9
MINERAL DAN PENGGOLOGANNYA

Sebagian besar mineral-mineral ini terdapat dalam keadaan padat, akan


tetapi dapat juga berada dalam keadaan setengah padat, gas, ataupun cair.
Mineral-mineral padat itu biasanya terdapat dalam bentuk-bentuk kristal, yang
agak setangkup, dan yang pada banyak sisinya dibatasi oleh bidang-bidang datar.

Bidang-bidang geometri ini memberi bangunan yang tersendiri sifatnya


pada mineral yang bersangkutan. Minyak bumi misalnya adalah mineral dalam
bentuk cair, sedangkan gas bumi adalah mineral dalam bentuk gas. Sebagian dari
mineral dapat juga dilihat dalam bentuk amorf, artinya tidak mempunyai susunan
dan bangunan kristal sendiri. Pengenalan atau determinasi mineral-mineral dapat
didasarkan atas bebagai sifat dari mineral-mineral tersebut.

Mineral pada umumnya merupakan zat anorganik. Mineral ada yang


merupakan unsur bebas dan ada juga yang merupakan bentuk pesenyawaan.
Berikut ini adalah contoh mineral sebagai unsur bebas dan juga mineral yang
merupakan bentuk persenyawaan :

a. Mineral sebagai unsur bebas (element) :

Cu = Cuprum = Copper = Tembaga

Au = Aurum = gold = Emas

Fe = Ferrum = Iron = Besi

Ag = Argentum = Silver = Perak

S = Sulphur = Sulfur = Belerang

C = Carbon = Diamond = Intan

C = Carbon = Graphite = Grafit

10
Sebagai catatan bahwa intan dan grafit merupakan bentuk yang
“Allotropi“ yaitu mineral dengan rumus kimia da sifat kimia sama, tetapi
mempunyai sifat-sifat fisis yang berbeda.

b. Mineral sebagai bentuk persenyawaan (Compounds) :

a) Persenyawaan oksida

SnO2 = Cassiterite

Al2O3 = Corundum

Fe2O3 = Hematite

Fe3O4 = Magnetite

b) Persenyawaan sulfida

Cu2S = Chalcocite

PbS = Galena

FeS2 = Pyrite

ZnS = Sphalerite

c) Persenyawaan Karbonat

CaCO3 = Calcite

Ca Mg(CO3)2 = Dolomite

MgCO3 = Magnesite

11
d) Persenyawaan sulfat

CaSO4 = Anhydrite

CaSO4 2(H2O) = Gypsum

e) Persenyawaan “Non Ferro Magnesian Silicates”

SiO2 = Kuarsa

K Al Si3O8 = Ortochlase

Ca (Al Si3O8) = Anorthite

Na (Al Si3O8) = Albit

K Al3 Si3O10 (OHF)2 = Muscovite/mika putih

f) Persenyawaan “Ferro Magnesian Silicates”

K2 (MgFe)2 (OH)2 (Al Si3 O10) = Biotit

(MgFe)2 SiO4 = Olivin

SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-


atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
(Graha,1987)

12
Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah:

KILAP merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh


permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006)

Kilap secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:

a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap


atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:

· Gelena

· Pirit

· Magnetit

b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

· Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.

· Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.

· Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada


umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada
asbes, alkanolit, dan gips.

· Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar


misalnya pada spharelit.

· Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya
pada serpentin,opal dan nepelin.

· Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin,
bouxit dan limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini
dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu

13
dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun
kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang
lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994).

WARNA mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat,


akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral
dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi
kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih
susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa
mineral yang mempunyai warna khas, seperti:

· Putih : Kaolin (Al2O3. 2SiO2. 2H2O), Gypsum (CaSO4. H2O),


Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)

· Kuning : Belerang (S)

· Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)

· Hijau : Klorit ((Mg. Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit (Cu


CO3Cu(OH)2)

· Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))

· Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)

· Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)

· Abu-abu : Galena (PbS)

· Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit

KEKERASAN adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.


Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang
dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan

14
yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar
kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich
Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10
skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral
terkeras .

Tabel 2. 1 Skala Kekerasan Mohs


Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini


diberikan kekerasan dari alat penguji standar :

Tabel 2. 2 Alat Penguji Kekerasan

Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs


Kuku manusia 2,5
Kawat Tembaga 3
Paku 5,5
Pecahan Kaca 5,5 – 6
Pisau Baja 5,5 – 6
Kikir Baja 6,5 – 7
Kuarsa 7

CERAT adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan
tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna

15
cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-
ubah. Contohnya :

Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna hitam.

Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan
meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.

Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan

Biotite : Ceratnya tidak berwarna

Orthoklase : Ceratnya putih

Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara


keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral
(Sapiie, 2006).

BELAHAN merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada


satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral
yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak
hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua
mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar
dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di
dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat
ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-
bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan
nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).

Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh
mineralnya:

a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.

16
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar.

c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit.

PECAHAN adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam


arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan
belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti
cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan
tidak teratur (Danisworo, 1994).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

· Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di


permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh
Kuarsa.

· Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya


asbestos, augit, hipersten

· Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang


pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.

· Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang


pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.

· Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak


teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

BENTUK, mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur


yang dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai
bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994).

Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya:

a. Bangun kubus : galena, pirit.

17
b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole.

c. Bangun doecahedon : garnet

Mineral amorf misalnya : chert, flint.

BERAT JENIS adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume


mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral
ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat
terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat
air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.

TENACITY adalah sifat mineral apabila kita berusaha untuk mematahkan,


memotong, menghancurkan, membengkokkan atau mengiris. Yang termasuk sifat
ini adalah

· Rapuh (brittle): mudah hancur tapi bias dipotong-potong, contoh


kwarsa, orthoklas, kalsit, pirit.

· Mudah ditempa (malleable): dapat ditempa menjadi lapisan tipis,


seperti emas, tembaga.

· Dapat diiris (secitile): dapat diiris dengan pisau, hasil irisan rapuh,
contoh gypsum.

· Fleksible: mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa


patah dan sesudah bengkok tidak dapat kembali seperti semula. Contoh mineral
talk, selenit.

· Blastik: mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa


menjadi patah dan dapat kembali seperti semula bila kita henikan tekanannya,
contoh: muskovit.

SIFAT KIMIAWI MINERAL

18
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi
mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Terdapat 8 (delapan) kelompok mineral
Non-silikat, yaitu kelompok Oksida, Sulfida, Sulfat, Native elemen, Halid,
Karbonat, Hidroksida, dan Phospat (lihat tabel 3. 3). Adapun mineral silikat
(mengandung unsur SiO) yang umum dijumpai dalam batuan adalah seperti
terlihat pada tabel 3. 2. Di depan telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari
2000 jenis mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya
beberapa jenis saja yang terlibat dalam pembentukan batuan. Mineral-mineral
tersebut dinamakan “Mineral pembentuk batuan”, atau “Rock-forming minerals”,
yang merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel Bumi. Mineral
pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat: (1) Silikat, (2) Oksida, (3)
Sulfida dan (4) Karbonat dan Sulfat.

1. Mineral Silikat

Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang


merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat
pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

Berikut adalah Mineral Silikat:

1. Kuarsa: ( SiO2 )

2. Felspar Alkali: ( KAlSi3O8 )

3. Felspar Plagiklas: (Ca,Na)AlSi3O8)

4. Mika Muskovit: (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2

5. Mika Biotit: K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2

19
6. Amfibol: (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)

7. Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6

8. Olivin: (Mg,Fe)2SiO4

Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8


adalah mineral ferromagnesium

Tabel 2. 3 Kelompok Mineral Silikat

MINERAL
RUMUS KIMIA

Olivine (Mg,Fe)2SiO4
Pyroxene (Mg,Fe)SiO3
Amphibole (Ca2Mg5)Si8O22(OH)2
Muscovite KAl3Si3O10(OH)2
Mica Biotite K(Mg,Fe)3Si3O10(OH)2
Orthoclase K Al Si3 O8
Feldspar Plagioclase (Ca,Na)AlSi3O8
Quartz SiO2

2. Mineral ferromagnesium:

Umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.

Olivine: dikenal karena warnanya yang “olive”. Berat jenis berkisar antara
3. 27 – 3. 37, tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang
sempurna.

Augitit: warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.


2 – 3. 4 dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah
ini sangat penting untuk membedakannya dengan mineral hornblende.

20
Hornblende: warnanya hijau hingga hitam; BD. 3. 2 dan mempunyai
bidang belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat
membantu dalam cara mengenalnya.

Biotite: adalah mineral “mika” bentuknya pipih yang dengan mudah dapat
dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD 2. 8
– 3. 2.

1. Mineral non-ferromagnesium
2. Muskovit: Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning
muda, coklat , hijau atau merah. BD. berkisar antara 2. 8 – 3. 1.

Felspar: Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak .


Namanya juga mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap
lapangan. “Feld” dalam bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya
didalam kerak Bumi hampir 54 %. Nama-nama yang diberikan kepada felspar
adalah “plagioklas” dan “orthoklas”. Orthoklas: mempunyai warna yang khas
yakni putih abu-abu atau merah jambu. BD. 2. 57.

21
Tabel 2. 4 Kelompok Mineral Non. Silikat

KELOMPOK ANGGOTA SENYAWA KIMIA

Hematite Fe2O3
Magnetite Fe3O4
Corrundum Al2O3
Oxides Chromite FeCr2O4
Ilmenite FeTiO3

Galena PbS
Sphalerite ZnS
Pyrite FeS2
Sulfides Chalcopyrite CuFeS2
Bornite Cu5FeS4
Cannabar HgS
Gypsum CaSO4,2H2O
Anhydrite CaSO4
Sulfates
Barite BaSO4

Gold Au
Cooper Cu
Diamond C
Native Sulfur S
Elements Graphite C
Silver Ag
Platinum Pt
Halite NaCl
Flourite CaF2
Halides
Sylvite KCl

Calcite aCO3
Dolomite CaMg(CO3)2
Carbonates
Malachite Cu2(OH)2CO3
Azurite Cu3(OH)2(CO3)2
Limonite FeO(OH). nH2O
Bauxite Al(OH)3. nH2O
Hydroxides
Apatite Ca5(F,Cl,OH)PO4
Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8
Phosphates

Kuarsa: Kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk


batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul
dengan warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”.
Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama
kuarsa yang demikian disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda,
kuning hingga coklat. Warna yang bermacam-macam ini disebabkan karena
adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.

22
4. Mineral oksida. Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung
antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.
Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida
adalah besi, Chroom, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida
yang paling umum adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan
kassiterit (SnO2).

5. Mineral Sulfida. Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung


antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga,
timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai
bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti “pirit” (FeS3),
“chalcocite” (Cu2S), “galena” (PbS), dan “sphalerit” (ZnS).

6. Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat. Merupakan persenyawaan


dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya persenyawaan dengan
Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”.
Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.

Gambar 2. 1 Contoh mineral penyusun batuan

KRISTAL

23
Pengertian Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi.

Unsur-unsur simetri Kristal

Dari Beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas
kristal yang jumlahnya 32 klas,Tapi untuk Sementara kita Mempelajari 7 Sistem
Kristal yang utama. Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-
unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut
meliputi:

1. bidang simetri

2. sumbu simetri

3. pusat simetri

1. Bidang simetri

SISTEM KRISTAL

1. Sistem Isometrik

Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan
sistem kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak
lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk
masing-masing sumbunya. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu
a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

24
Gambar 2. 2 Sistem isometrik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

 Tetaoidal
 Gyroida
 Diploida
 Hextetrahedral
 Hexoctahedral

Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

2. Sistem Tetragonal

Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu


kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu
a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki

25
sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).

Gambar 2. 3 Sistem Tetragonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

 Piramid
 Bipiramid
 Bisfenoid
 Trapezohedral
 Ditetragonal Piramid
 Skalenohedral
 Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

26
3. Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus


terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk
sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya
lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap
sumbu γ.

Gambar 2. 4 Sistem Hexagonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem  ini dibagi menjadi 7:

27
 Hexagonal Piramid
 Hexagonal Bipramid
 Dihexagonal Piramid
 Dihexagonal Bipiramid
 Trigonal Bipiramid
 Ditrigonal Bipiramid
 Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,
corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)

4. Sistem Trigonal

J ika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam
sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.
Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang
terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik
sudut yang melewati satu titik sudutnya. Pada kondisi sebenarnya, Trigonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang
sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini
berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut
120˚ terhadap sumbu γ.

Gambar 2. 5 Sistem Trigonal

28
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan
sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.

Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

 Trigonal piramid
 Trigonal Trapezohedral
 Ditrigonal Piramid
 Ditrigonal Skalenohedral
 Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah  tourmaline
dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

5. Sistem Orthorhombik

Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal
Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).

29
Gambar 2. 6 Sistem Orthorhombik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

 Bisfenoid
 Piramid
 Bipiramid

Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

6. Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek. Pada kondisi sebenarnya, sistem
Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya
panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama
lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada

30
ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring).

Gambar 2. 7 Sistem Monoklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada
sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

 Sfenoid
 Doma
 Prisma

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite, 
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

7. Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut

31
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ
tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

Gambar 2. 8 Sistem Triklin

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan
sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut
80˚ terhadap c+.

Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

 Pedial
 Pinakoidal

Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992.

CONTOH MINERAL PENYUSUN BATUAN

Olivine

32
Gambar 2. 9 olivin

Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe)
dan magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas,
terbentuk pada temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada
batuan basalt dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari
mineral olivine dikenal dengan batuan Dunite.

Hornblende

Gambar 2. 10 hornblende

Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau


kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi
(Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan
Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman.
Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan
metamorf.

Biotite dan Mika

33
Gambar 2. 11 biotit dan mika

Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai


buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral
biotite umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite
berwarna terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak
dan bisa digores dengan kuku.

Plagioclase feldspar

Gambar 2. 12 plagioklas

Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral


ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk
prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang
mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang
mengandung Ca disebut An-orthit

Potassium feldspar (Orthoclase)

34
Gambar 2. 13 ortoklas

Potassium feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya


plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang
mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna
merah daging hingga putih.

Kuarsa

Gambar 2. 14 Kuarsa

Kuarsa adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak
bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca
dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.

Kalsit

35
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL

Nama : Prayoga W. P Gambar 2. 15 Kalsit


NIM : 1301355
Kelompok :12
Mineral Kalsit tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna
No. putih
urut transparan
: 1 dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut
No. Peraga :
terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan 'lime' dari
Identifikasi Mineral
1. batugamping.
Warna :Ungu

2. Cerat (Streak) :Putih

3. Kilap(Luster) :Kaca

4. Kekerasan (Hardness) :7 skala mohs

5. Bentuk Kristal :heksagonal

6. Belahan :baik

7. Pecahan :Konkodial

8. Berat Jenis:2,65 gr/cm3

9. Tenacity :Brittle

10. Diaphoneity :Translucent


LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
11. Lain-lain :- JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
12. Nilai Ekonomis :Industri Kaca

13. Genesa :Felsik

14. Nama Mineral :Kuarsa

36
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL

Nama : Prayoga W,P


NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :2
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :Kuning keemasan

2. Cerat (Streak) :Hitam

3. Kilap(Luster) :logam

4. Kekerasan (Hardness) :7 skala mohs

5. Bentuk Kristal :isometrik

6. Belahan :buruk

7. Pecahan GAMBAR
:uneven KETERANGAN GAMBAR NILAI

8. Berat Jenis:5,01 gr/cm3 a=b=d≠c


α=β=900; y =1200 PAR
9. Tenacity :brittle a:b:c:d =1:3:5:3
a+^b-= 200
10. Diaphoneity :opaque
d-^b+= 40o
11. Lain-lain :-

12. Nilai Ekonomis :ornamen patung

13. Genesa :mafik

14. Nama Mineral :Pirit

37
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :3
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :Hijau kekuningan

2. Cerat (Streak) :abu-abu

3. Kilap(Luster) :kaca

4. Kekerasan (Hardness) :6,5 skala mohs

5. Bentuk Kristal :orthorombik


GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
6. Belahan :baik
a=b=c
7. Pecahan :konkodial α=β=y=90o
a:b:c=1:3:3
8. Berat Jenis:3. 32 gr/cm3 a+^b-=30o

9. Tenacity :brittle

10. Diaphoneity :translucent

11. Lain-lain :-

12. Nilai Ekonomis :perhiasan

13. Genesa :mafik

14. Nama Mineral :Olivin

38
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :4
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :Putih kecoklatan

2. Cerat (Streak) :putih

3. Kilap(Luster) :kaca

4. Kekerasan (Hardness) :25,5 skala mohs

5. Bentuk Kristal :monoklin


GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
6. Belahan :sempurna
a≠b≠c
7. Pecahan α=β=y=90o
:konkodial PARAF
a:b:c=seimbang
8. Berat Jenis:2,82 gr/cm3 a+^b-= 30o

9. Tenacity :sectile

10. Diaphoneity :transparan

11. Lain-lain :-

12. Nilai Ekonomis :industri kaca

13. Genesa :felsik

14. Nama Mineral :Muskovit

39
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :5
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :Coklat tua

2. Cerat (Streak) :abu-abu

3. Kilap(Luster) :mutiara

4. Kekerasan (Hardness) :2. 5 skala mohs


GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
5. Bentuk Kristal :monoklin

6. Belahan a≠b≠c
:sempurna
α=β=90o≠y PARAF
7. Pecahan :uneven
a:b:c=sembarang
a+^b-= 45o
8. Berat Jenis :3,09 gr/cm3

9. Tenacity :fleksibel

10. Diaphoneity :translucent

11. Lain-lain :-

12. Nilai Ekonomis :isolator kalor

13. Genesa :mafik

14. Nama Mineral :biotit

40
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :6
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :putih bening

2. Cerat (Streak) :putih

3. Kilap(Luster) :kaca
KETERANGAN GAMBAR NILAI
4. Kekerasan GAMBAR
(Hardness) :3 skala mohs
a≠b≠c
5. Bentuk Kristal :heksagonal
α=β=90o≠y
a:b:c=sembarang
PARAF
6. Belahan :sempurna
a+^b- = 45o
7. Pecahan :konkodial

8. Berat Jenis :2. 71 gr/cm3

9. Tenacity :brittle

10. Diaphoneity :transparan

11. Lain-lain :-

12. Nilai Ekonomis :bahan kaca

13. Genesa :felsik

14. Nama Mineral :Kalsit

41
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :7
No. Peraga :
Identifikasi Mineral
1. Warna :hitam

2. Cerat (Streak) :abu-abu


GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
3. Kilap(Luster) :tanah

4. Kekerasan (Hardness) :3,5 skala mohs PARAF

5. Bentuk Kristal :monoklin

6. Belahan :baik

7. Pecahan :uneven

8. Berat Jenis :3,2 gr/cm3

9. Tenacity :brittle

10. Diaphoneity :opaque

11. Lain-lain :-

12. Nilai Ekonomis :bahan ukiran

13. Genesa :mafik

14. Nama Mineral :Piroksen

42
IDENTIFIKASI MEGASKOPIKMINERAL

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :8
No. Peraga :
GAMBAR
Identifikasi Mineral
1. Warna :Hitam
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
2. Cerat (Streak) :abu-abu

3. Kilap(Luster) :kaca
PARAF
4. Kekerasan (Hardness) :5,5 skala mohs

5. Bentuk Kristal :monoklin

6. Belahan :buruk

7. Pecahan :konkodial

8. Berat Jenis:3,47 gr/cm3

9. Tenacity :brittle

10. Diaphoneity :opaque

11. Lain-lain :-

12. Nilai Ekonomis :-

13. Genesa ::mafik

14. Nama Mineral :hornblende

43
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
2. 4.
Pembahasan
PARAF
Mineral adalah suatu zat
yang terdapat dalam alam
dengan komposisi kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal
yang jelas, yang kadang-kadang dapat menjelma dalam bentuk geometris
tertentu.

Mineral Kuarsa

Dari pengamatan secara kasat mata, didapati warna kuarsa keunguan dan
memiliki kilap kaca. Penggoresan menghasilkan bubuk berwarna putih. Jadi
dapat disebut kuarsa memiliki cerat putih. Saat disorot dengan lampu senter
melalui tubuh kuarsa, cahaya tidak diteruskan secara keseluruhan (translucent).
Saat diraba dengan tangan terasa belahannya baik dan pecahannya konkoidal.
Warna yang cerah menunjukan bahwa kuarsa termasuk mineral felsik.

Mineral Pirit

Mineral pirit memiliki ciri khas yaitu seperti logam yang mengkilap. Dari
pengamatan didapati pirit berwarna kuning keemasan. Namun saat digores

44
ceratnya hitam. Pada dasarnya pirit berwarna gelap (mafik), hanya saja kilapnya
logam. Sisi tubuh pirit meruncing sehingga dapat dikatakan belahannya buruk
dan pecahan uneven. Ketika disorot lampu senter, cahaya tidak diteruskan sama
sekali (opaque).

Mineral Olivine

Mineral ketiga adalah Olivin. Mineral ini meiliki warna hijau kekuningan dan
kilap kaca. Saat digores, ceratnya berwarna abu-abu dan menunjukan kekerasan
6,5 skala mohs. Belahan baik dan pecahan konkoidal. Meskipun warna luarnya
cerah, olivine bersifat opaque atau tidak dapat meneruskan cahaya. Mineral ini
mempunyai nilai ekonomis yaitu dibuat untuk batu permata dan dipakai pada
Industri pengecoran, untuk genesa mineral ini yaitu terbentuk pada lingkungan
batuan beku,khususnya lingkungan batuan beku basa dan ultrabasa.

Mineral Muskovit

Mineral berikutnya adalah muskovit. Muskovit memiliki ciri seperti mika.


Berwarna putih kecoklatan dengan kilap kaca. Muskovit tidak terlalu keras (2,5
skala mohs) sehingga dapat digores dengan mudah. Saat digores, ceratnya
berwarna putih. Karena berwarna cerah, muskovit termasuk golongan felsik.
Permukaan muskovit tidak bergelombang, menunjukan belahannya sempurna dan
pecahannya konkodial. Sama seperti kuarsa dan kalsit, muskovit juga digunakan
untuk industry kaca.

Mineral Biotit

Mineral keempat yangdiamati adalah mineral biotoit, dapat disimpulkan


bahwa mineral ini memiliki warna hitam, dan kekerasannya menunjukkan 2,5
(kuku jari) pada skala Mohs, Ceratnya berwarna abu-abu dan bila diamati
kilapnya menunjukan kilap kaca (non logam), pengamatan menggunakan lup
memiliki pecahan jenis Uneven kemudian memiliki Tenacity yaitu Brittle dan
Diaphaneity nya adalah Opaque. Mineral ini mempunyai nilai ekonomis yaitu

45
Pembuatan alat bahan isolasi untuk tujuan Industri, untuk genesa mineral ini yaitu
terbentuk pada saat berasosiasi dengan batuan beku.

Mineral Kalsit

Selanjutnya adalah Kalsit. dapat disimpulkan bahwa mineral ini memiliki


warna putih, dan bila digores dengan uang logam kekerasannya menunjukkan 3,5
(Uang logam) pada skala Mohs, Ceratnya berwarna putih dan bila diamati
kilapnya menunjukan kilap kaca (non logam), Diaphaneity nya adalah
Transparent dan bersifat isolator. Mineral ini mempunyai nilai ekonomis yaitu
pada Industri kimia untuk membuat semen,pupuk,dan kapur tohor, untuk genesa
mineral ini yaitu terbentuk saat differensiasi magma dan berasosiasi dengan
batuan beku.

Mineral Piroksen

Mineral mfik selanjutnya adalah piroksen. Piroksen berwarna hitam dan


tidak mengkilap (kilap tanah). Saat digores ceratnya berwarna abu-abu.
Kekerasan piroksen adalah 3,5 skala mohs. Seperti halnya mineral mafik
lainnya, piroksen bersifat opaque atau tidak tembus cahaya. Permukaannya rata
saat diraba menunjukan belahannya baik. Pecahan uneven.

Mineral Hornblende

Mineral terakhir yang diamati adalah hornblende. Hornblende memiliki


ciri khas yaitu bentuknya menjarum. Dapat disimpulkan bahwa mineral ini
memiliki warna hitam, dan kekerasannya menunjukkan 5-6 pada skala Mohs,
Ceratnya berwarna abu-abu coklat dan bila diamati kilapnya menunjukan kilap
kaca (non logam), memiliki pecahan jenis Konkoidal, Diaphaneity nya adalah
Opaque. Mineral ini mempunyai nilai ekonomis yaitu digunakan pada Industri

46
Kontruksi, untuk genesa mineral ini yaitu terbentuk pada saat berasosiasi dengan
batuan beku.

Untuk hasil keterangan berat jenis, genesa, dan tenacity diperoleh dari
sumber lain yang akurat karena keterbatasan peralatan dan waktu.

Ada beberapa cara untuk membedakan 2 mineral yang identik. Seperti


kuarsa dengan kalsit yang sama-sama berwarna putih dan memiliki kilap kaca.
Sebagai pemula memang tidak mudah membedakannya. Untuk itu ada beberapa
cara membedakan kedua mineral tersebut. Pertama dengan digore menggunakan
besi. Pada dasarnya kuarsa lebih keras disbanding kalsit. Jadi, saat besi
digoreskan pada keduannya, kalsit akan lebih mudah tergerus sedangkan kuarsa
tidak. Kedua adalah dengan menetesi tubuh mineral dengan HCl. Kalsit akan
berbuih jika ditetesi HCl. Sedangkan kuarsa tidak.

Untuk membedaka piroksen dan biotit yang sama-sama berwarna hitam


lebih mudah. Yaitu dengan menaruhnya dibawah sinar matahari. Biotit
akanmemantulkan cahaya dengan baik (kilap kaca) sedangkan piroksen tidak
memantulkan cahaya (kilap tanah).

2. 5 Kesimpulan

1. Mineral adalah zat padat bentukan alam berasal dari bahan anorganik
yang memiliki ikatan kimia tertentu

2. Kristal adalah zat padat bentukan alam atau bias buatan manusia dari
bahan anorganik dan ikatannya membentuk bidang.

3. Mineral tidak selalu membentuk Kristal dan sebaliknya, Kristal tidak


selalu membentuk mineral.

4. Dalam identifikasi megaskopik, harus memperhatikan 10 sifat fisik


mineral

5. Dua mineral yang identik dapat dibedakan dengan membandingkan


salah satu pencirinya.

47
BAB III

BATUAN BEKU

3.1 Tujuan Identifikasi


1. Dapat mengidentifikasi dan menentukan nama suatu batuan beku
2. Mengetahui mineral penyusun batuan beku
3. Mengidentifikasi struktur mineral pada batuan beku
4. Dapat memperkirakan Genesa suatu batuan beku dengan melihat
wujudnya

4.2 Teori Dasar

SIKLUS BATUAN

48
Gambar 3. 1 siklus batuan

Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral yang


sudah dalam kedaan membeku/keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi
yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui pelapukan yang selanjutnya
menghasilkan tanah. Batuan mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan
umur yang beraneka ragam. Jarang sekali batuan yang terdiri dari satu mineral,
namun umumnya merupakan gabungan dari dua mineral atau lebih.

Siklus batuan adalah proses magma menjadi batuan dengan perjalanan


yang panjang hingga menjadi magma kembali dan berkelanjutan. Magma yang
mengalami pendinginan akan membeku dan terbentuk batuan beku. Batuan beku
akan mengalami transportasi karena tererosi gaya luar (angina, air, gletser).
Transportasi itu mengangkut material material kecil. Pada suatu tempat, material
material tersebut akan terakumulasi dan mengalami kompaksi dan sementasi.

Proses itu membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen yang terkena suhu dan
tekanan yang tinggi akan menjadi batuan metamorf. Batuan metamorf yang
kontak langsung dengan magma akan meleleh kembali. Apabila mengalami
pendinginan akan menjadi batuan beku kembali, dan begitu seterusnya.

PENGERTIAN BATUAN BEKU

49
PENGERTIAN BATUAN BEKU

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: Ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

MAGMA, Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F


Groun (1947), Takeda (1970), didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1. 500o–2. 500oC dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air,
CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab
mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral
yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

LAVA adalah magma yang keluar dari perut bumi/ gunung api akibat
adanya peningkatan aktifitas vulkanik di dalam gunung api. Lava keluar dapat
berupa leleran yang mengalir menuruni lereng gunung hingga tempat yang jauh di
lembah, magma bisa juga keluar dan berdiam disekitar puncak gunung api dan
membentuk kubah lava (dome) sehingga gunung api tersebut kelihatan lebih
tinggi

LAHAR adalah lava yang tercampur dengan air (baik air hujan ataupun
lainnya seperti danau di sekitar gunung) sehingga menjadi jenuh dan membentuk
aliran yang meluncur dengan kecepatan tinggi menuruni lereng hingga jarak
puluhan kilometer. Apabila lava yang tercampur air masih panas atau baru keluar
dari dapur magma pasca erupsi maka menghasilkan lahar panas. Sebaliknya
apabila lava sudah tertimbun lama dilereng gunung setelah erupsi lalu tercampur
air pada musim hujan maka akan menghasilkan aliran lahar dingin. Kedua type
lahar di atas mempunyai resiko yang sama besar pada bencana pasca erupsi
gunung api yang banyak menimbulkan korban jiwa.

PEMBENTUKAN BATUAN BEKU

50
PROSES KRISTALISASI MAGMA

Karena magama merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang


menyusun magmaakan bergerak bebas tak beraturan. sebaliknya pada saat magma
mengalamipendinginan,pergerakan ion-ion yang tidak beraturanini akan
menurun,dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur.
proses ini di sebut kristalisasi. pada proses ini yang merupakan kebalikan dari
proses pencairan,ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan
melepaskan kebebasan untuk bergerak. ion-ion tersebut akan membentuk ikatan
kimia dan membentuk kristal yang teratur. pada umumnya material yang
menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.

Kecepatann pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses

kristalisasi, terutama pada ukuraan kristal apabilapendinginan magma berlangsung


denagan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya,
sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknaya pada
pendingan yang cepat , ion-ion tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk
mengemban gkan dirinya sehingga akan menbentuk kristal yang kecil. Apabila
pendinginan b erlangsung sangat cepat maka tidak ada kesempatan bagi ion untuk
menbentuk kristal, sehingga hasil pembekuan nya akan menghasilkan atom yang
tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral glass.

Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon


akansaling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon.
Kemudian tertrahedra-tetrahedra oksigen silikon tersebut akan saling bergabung
dan dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dari bermacam mineral
silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang
tidakberubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang
bersamaan atau pada kondisi yamg sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada
temperatur yang lebih tingi dari mineral lainya, sehingga kadang-kadang magma
mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yangmasih cair.

51
Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahal folatil juga
mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari fator-faktor
tersebut, maka kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat
bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan batuan beku dapat didasarkan
pada faktor-faktor tersebut diatas. Kondisi linkungan pada saat kristalisasi dapat
diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut tekstur.
Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada ekstur dan komposisi
mineralnya.

DIFERENSIASI DAN ASIMILASI MAGMA

Diferensiasi magma adalah suatu tahapan pemisahan atau pengelompokan magma


dimana material-material yang memiliki kesamaan sifat fisika maupun kimia akan
mengelompok dan membentuk suatu kumpulan mineral tersendiri yang nantinya
akan mengubah komposisi magma sesuai penggolongannya berdasarkan
kandungan magma. Proses ini dipengaruhi banyak hal. Tekanan, suhu,
kandungan gas serta komposisi kimia magma itu sendiri dan kehadiran
pencampuran magma lain atau batuan lain juga mempengaruhi proses diferensiasi
magma ini. Secara umum, proses diferensiasi magma terbagi menjadi :

a. Fraksinasi (Fractional Crystallization)

Proses ini merupakan suatu proses pemisahan kristal-kristal dari larutan magma
karena proses kristalisasi perjalan tidak seimbang atau kristal-kristal tersebut pada
saat pendinginan tidak dapat mengubah perkembangan. Komposisi larutan
magma yang baru ini terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan temperatur dan
tekanan yang mencolok serta tiba-tiba.

52
Gambar 3. 2: Crystallization and settling

b. Crystal Settling/gravitational settling

Proses ini meliputi pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal-kristal


berat yang mengandung unsur Ca, Mg, Fe yang akan memperluas magma pada
bagian dasar magma chamber. Disini, mineral-mineral silikat berat akan berada
di bawah. Dan akibat dari pengendapan ini, akan terbentuk suatu lapisan magma
yang nantinya akan menjadi tekstur kumulat atau tekstur berlapis pada batuan
beku.

c. Liquid Immisbility

Larutan magma yang memiliki suhu rendah akan pecah menjadi larutan
yang masing-masing akan membentuk suatu bahan yang heterogen.

d. Crystal Flotation

53
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potassium akan naik ke
bagian atas magma karena memiliki densitas yang lebih rendah dari larutan
kemudian akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas magma.

e. Vesiculation

Vesiculation merupakan suatu proses dimana magma yang mengandung


komponen seperti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu-waktu naik ke permukaan
sebagai gelembung-gelembung gas dan membawa komponen-komponen sodium
(Na) dan potassium (K).

f. Asimilasi magma

Proses ini dapat terjadi pada saat terdapat material asing dalam tubuh
magma seperti adanya batuan disekitar magma yang kemudian bercampur,
meleleh dan bereaksi dengan magma induk dan kemudian akan mengubah
komposisi magma.

Gambar 3. 3: asimilasi magma

Dalam proses asimilasi, terkadang batuan-batuan yang ada di sekitar


magma chamber yang kemudian masuk ke dalam magma membeku sebagai satu
bentuk inklusi batuan yang disebut dengan xenolith. Namun bentukan inklusi ini
juga dapt terbentuk sebagai suatu inklusi kristal yang disebut dengan xenocrsyt.

54
Sebagai ringkasan, Jakcson (1970) memberikan gambaran skematis
mengenai proses-proses differensiasi magma dalam suatu magma chamber.
Kemudian dihasilkanlah skema seperti berikut ini:

Gambar 3. 4: Skema differensiasi magma

Dr. Lucas Donni Setiadji, seorang petrologist yang juga merupakan dosen
Jurusan Teknik Geologi FT-UGM menyatakan bahwa Diferensiasi
(Differentiation) merupakan suatu proses yang menghasilkan magma turunan
(derivative magmas) yang berbeda komposisi kimia dan mineralogi dari Primitive
Parental Magma atau yang kita sebut sebagai magma induk. Secara umum proses
diferensiasi dianggap terjadi dalam reservoir magma di dalam kerak (kedalaman <
10 km), dimana magma dalam kondisi yang stagnan, mendingin secara perlahan
dan memiliki waktu ysng cukup untuk mengkristal. Proses diferensiasi yang
paling penting adalah Kristalisasi Fraksinasi (fractional crystallization),
sedangkan proses lainnya antara lain asimilasi dan magma mixing.

Magma mixing terjadi saat dua jenis magma yang berbeda bertemu dan
kemudian bercampur menjadi satu menghasilkan satu jenis magma lain yang
homogen yang disebut dengan magma turunan. Magma turunan ini biasanya
bersifat pertengahan dari kedua jenis magma yang bercampur. Sebagai contoh,
magma andesitic dan dacitic kemungkinan adalah magma intermediet yang
terbentuk dari hasil pencampuran magma asam dan magma basa. Kedua jenis

55
magma ini dpat bertemu apabila dalam suatu regional terdapat 2 magma chamber
yang memiliki potensi dan berjarak tidak jauh dan kemudian terjadi intrusi
magma berupa sill atau dike dari salah satu magma chamber lalu intrusi ini
mencapai magma chamber yang lain. Dari intrusi yang menerobos dan bertemu
dengan magma chamber inilah kemudian terjadi proses pencampuran 2 jenis
magma yang berbeda menghasilkan satu jenis magma baru yang bersifat tengahan
dari 2 jenis magma yang bercampur tersebut.

REAKSI BOWEN SERIES

Gambar 3. 5 reaksi bowen series

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan


kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.

Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:

Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.

Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.

Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung


semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan

56
bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan
dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya
Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan temperatur telah disusun
oleh Bowen.

Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk


dalam temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut
jenuh oleh SiO2 maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan
Piroksan merupakan pasangan ”Incongruent Melting”; dimana setelah
pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk Piroksen.
Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral berjalan sesuai dangan
temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk dalam
temperatur yang rendah.

Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas,


karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah
mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat
pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu
menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang
terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak tersebar pada batuan
asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya komposisiPlagioklas ini
merupakan deret : “Solid Solution” yang merupakan reaksi kontinue, artinya
kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan berjalan
menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering
disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na
( "Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).

Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium
Feldspar ke mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral
Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau
mineral Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.

57
Reaksi Bowen ini dapat membantu kita untuk memahami mengapa
mineral tertentu cenderung terjadi / muncul bersama-sama di dalam batuan beku
gunung berapi. Sebagai contoh yaitu batu karang yang mafic, batu basal dan
gabbro yang cenderung berisi mineral olivine, pyroxene, dan calcium-rich
plagioclase feldspar. Mineral tersebut adalah mineral yang mengkristal pada
temperatur yang tinggi. Contoh lain yaitu batu karang sialic atau felsic seperti
granit dan rhyolite cenderung berisi kwarsa, kalium feldspar, sodium-rich
plagioclase feldspar, dan kadang-kadang muscovite. Mineral tersebut adalah
mineral yang mengkristal pada temperatur yang lebih rendah.

Reaksi Bowen juga membantu kita dalam memahami mengapa mineral


tertentu tidak terjadi bersama-sama di dalam batuan beku gunung berapi. Sebagai
contoh, olivine dan kwarsa tidak mungkin untuk terjadi di dalam batuan beku
gunung berapi yang sama, sebab olivine adalah suatu mineral temperatur tinggi,
dan kwarsa adalah suatu mineral temperatur rendah.

KLASIFIKASI BATUAN BEKU

KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN GENETIK


(TEMPAT TERJADINYA)
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan
beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan
penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai
berikut :

1.         Batuan Beku Intrusif


Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan
beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai
karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan
tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif.
Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang
beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan

58
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh
batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya
disebut diskordan. yaitu:
a)      Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar dimensinya.
Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya.
Kebanyakan batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi
yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya
magma pembentuk batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km
panjangnya dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian
singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km.
Batholite tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena
tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat
mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat
tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas secara perlahan, tentunya ada
proses lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan
yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping
lebih padat dibandingkna magma yang naik, sehingga mengendap. Saat
mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma.
Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap
frgamen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku
dinamakan Xenolith.   
b)      Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
c)       Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai
lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang
diterobosnya.
d)      Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan
magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya

59
tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol
dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah :
a)      Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan
batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
b)      Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya,
batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah
landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses
geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt
tersingka di permukaan.  
c)       Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya
cekung ke atas.

2.         Batuan Beku Ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
a)      Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
b)      Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal
seperti batang pensil.
c)   Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal
ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
d)      Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.
Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
e)      Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
f)       Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral
pada arah tertentu akibat aliran.

60
  KLASIFIKASI BATUAN BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk
mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia
adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO,
MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat
mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma
asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan
banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan
bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma
sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau
pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan
yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami
ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada
susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya
lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.
Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan kandungan
kimia oksida
Contohnya pada tabel berikut ini :

Tabel 3. 1 Klasifikasi asam basa batuan beku

GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT


SiO2 72,08 51,86 48,36 43,54
TiO2 0,37 1,50 1,32 0,81
Al2O3 13,86 16,40 16,84 3,99
Fe2O3 0,86 2,73 2,55 2,51

61
FeO 1,72 6,97 7,92 9,8
MnO 0,06 0,18 0,18 0,21
MgO 0,52 6,21 8,06 34,02
CaO 1,33 3,40 11,07 3,46
Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56
K2O 0,46 1,33 0,56 0,25
H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76
P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05
Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat pada tabel
di atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan presentase dari
setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida SiO2 jumlah terbanyak
dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun ke batuan peridotit (batuan ultra
basa). Sedangkan MgO dari batuan granit (batuan asam) semakin bertambah
kandungannya kearah batuan peridotit (ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan
intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat
terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan didalam besar butir dari
setiap jenis mineral.
Tabel 3. 2 batuan intrusive dan ekstrusif identik

Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi


Granit Riolit
Syenit Trahkit
Diorit Andesit
Tonalit Dasit
Monsonit Latit
Gabro Basal
                Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam
batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown,
1985).
Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di bawah :
Tabel 3. 3 kandungan silika

62
Nama Batuan Kandungan Silika
Batuan Asam Lebih besar 66 %
Batuan Menengah 52 – 66 %
Batuan basa 45 – 52 %
Batuan Ultra basa Lebih kecil 15 %
             
Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :
A.         Batuan Felsik                  : Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.
B.         Batuan Mafik                  : Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.
C.         Batuan Ultramafik           : 90% terdiri dari mineral mafik.
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek
yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti untuk
mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke
permukaan dan kedalaman zona Benioff.

   KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN MINERALOGI


Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka sebagian
besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-
mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa, plagioklas, potassium
feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya
mineral amphibol, piroksen dan olovin.
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur
batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan
itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama,
sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua generasi
pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan yang
cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur
batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
a)         Batuan Dalam

63
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan tersebut    dapat    dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b)        Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c)         Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d)        Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa keluarga atau kelompok yaitu :

 keluarga granit –riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali


felsparnya melebihi plagioklas.
 keluarga granodiorit –qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na
Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K
Felspar 
 keluarga syenit –trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-
Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
 keluarga monzonit –latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-
Felspar 
 keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-
Felspar melebihi plagioklas
 keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama
kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar  
 keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-
Felspar, plagioklas melimpah
 keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas
(Ca), sedikit Qz dan K-felspar

64
 keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral
utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah
ataupun tidak hadir 
 keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),
plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.  

WARNA BATUAN

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.


mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma
asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali
untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah
umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral
felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan beku yang berwarna
gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral
felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam
kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan
adalah mineral-mineral mafik.

STRUKTUR BATUAN

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang


berbeda. pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan. pada batuan beku
struktur yang sering ditemukan adalah:

1. Masif : Bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas

2. Jointing : Bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan.


Kenapakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

3. Vesikular : Dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi


lagi menjadi 3 yaitu:

65
• Skoriaan : Bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

• Pumisan : Bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

• Aliran : Bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun


lubang gas.

4. Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral


sekunder.

. TEKSTUR BATUAN BEKU

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral


yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk
butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, dan sesudah kristalisasi.
Pengamatan tekstur meliputi :

Tingkat kristalisasi

Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :

~ Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristal-


kristal.

~ Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi berupa


mineral gelas.

~ Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.

Ukuran kristal.

Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali. ukuran kristal
dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.

66
Granularitas

Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi
beberapa

macam yaitu:

a) Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal


yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2 :

~ Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata
telanjang.

~ Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang
atau ukuran kristalnya sangat halus.

b) Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat


dibagi lagi menjadi :

~ Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristal-kristal yang


kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.

~ Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat


dikenali dengan mata telanjang.

c) Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan


apabila semuanya tersusun atas gelas.

Bentuk Butir

a) Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal


yang sempurna.

67
b) Subhedral,bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang
kristal yang sempurna.

c) Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang kristal
yang tidak sempurna.

Sifat Batuan Beku dibagi menjadi 3 antara lain :

1. Asam (Felsik)

Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam
yang tersusun atas mineral-mineral felsik.

2. Intermediet

Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku
intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.

3. Basa (Mafik)

Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa
dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.

4. Ultrabasa (Ultramafik )

Batuan beku yang berwarna kehijauan dan berwarna hitam pekat dimna tersusun
oleh mineral – mineral mafic seperti olivin.

KOMPOSISI MINERAL

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:

a) Kelompok Granit –Riolit Berasal dari magma yang bersifat


asam,terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na,
kadang terdapat hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.

68
b) Kelompok Diorit – Andesit Berasal dari magma yang bersifat
intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande,
piroksen dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil.

c) Kelompok Gabro – Basalt Tersusun dari magma yang bersifat basa


dan terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan hornblende.

d) Kelompok Ultra Basa Tersusun oleh olivin dan piroksen. mineral lain
yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.

Granit

Granit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga


sedang, berwarna terang, mempunyai banyak warna umumna putih, kelabu, merah
jambu atau merah. Warna ini disebabkan oleh variasi warna dari mineral feldspar.
Granit terbentuk jauh di dalam bumi dan tersingkap di permukaan bumi karena
adanya erosi dan tektonik. Granit merupakan batuan yang banyak terdapat di
alam. Di Indonesia, granit terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya
(Papua), dan lain-lain. Granit dapat digunakan sebagai bahan pengeras jalan,
pondasi, galangan kapal, dan bahan pemoles lantai, serta pelapis dinding.

Gambar 3. 6 Batu Granit

2)        Granodiorit
     Granodiorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga
sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan untuk
pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. Granodiorit banyak terdapat di alam dalam

69
bentuk batolit, stock, sill dan retas yang tersebar di Bukit Barisan, Sumatera.  

Gambar 3. 7 Grandiorit

3)        Diorit

Diorit adalah batuan beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga


sedang, warnanya agak gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak terdapat di
alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat di kota Pemalang dan Banjarnegara.
Diorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain.

Gambar 3. 8 Diorit

4)        Gabro

Gabro adalah batuan beku dalam yang umumnya berwarna hitam,


mineralnya berbutir kasar hingga sedang. Dapat digunakan untuk pengeras jalan,
pondasi, dan yang dipoles sangat disukai karena warnanya hitam, sehingga baik
untuk lantai atau pelapis dinding. Di Pulau Jawa, batuan ini terdapat di Selatan
Ciletuh, Pegunungan Jiwo, Serayu, dan Pemalang.

70
Gambar 3. 9 Gabro

5)        Andesit
    Andesit adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari diorit, mineralnya
berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu.
Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam bentuk
lava maupun piroklastika. Batuan andesit yang banyak mengandung hornblenda
disebut andesit hornblenda, sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut
andesit piroksin. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi,
bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Adapun yang berstruktur lembaran
banyak digunakan sebagai batu tempel.

Gambar 3. 10 Andesit

6)        Basal
      Basal adalah batuan beku permukaan. Batuan lelehan dari gabro, mineralnya
berbutir halus, berwarna hitam. Gunungapi di Indonesia umumnya menghasilkan

71
batuan basal dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan ini banyak
digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-
lain. Basal yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel.
Basal umumnya berlubang-lubang akibat bekas gas, terutama pada bagian
permukaannya.  

Gambar 3. 11 Basal

3. 3 Hasil Pengamatan

(Halaman Selanjutnya)

72
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI
LEMBAR IDENTIFIKASI FISIK
PERAGA BATUAN BEKU
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :1
No. Peraga : 10
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku Intermediet

2. Warna :
Segar :hijau
Lapuk :kecoklatan

3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Sedang
d. Pola Susunan Butir : Feneritik
4. Komposisi Mineral

a. Mineral sebagai Fenokris : Kuarsa


b. Mineral Massa Dasar : Olivine
c. Mineral sebagai Aksesoris :Hornblende, Biotit
5. Struktur :Masif

6. Ciri Khusus :Batu berwarna hijau buram

7. Nama Batuan :Batu syenit

8. Genesa :Intrusif

GAMBAR NILAI
KETERANGAN GAMBAR

Massa dasar (olivine)


Fenokris (Kwarsa)
PARAF
Mineral Aksesoris
(Hornblende,Biotit)

73
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok : 12

No. urut :2
No. Peraga : 14
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan : Batuan beku intermediet

2. Warna :
Segar :putih
Lapuk :abu-abu

3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Sedang
d. Pola Susunan Butir :Feneroporfiritik
4. Komposisi Mineral

a. Mineral sebagai Fenokris : Biotit


b. Mineral Massa Dasar : Plagioklas
c. Mineral sebagai Aksesoris :Olivine
5. Struktur : Masif

6. Ciri Khusus :Batu berwarna outih, abu-abu

7. Nama Batuan :Diorit

8. Genesa :Ekstrusif

GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI

Fenokris (biotit)
Massa dasar (olivine)
PARAF
Aksesoris( plagioklas)

74
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :3
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku basa

2. Warna :
Segar :abu-abu
Lapuk : coklat

3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holohealin
b. Bentuk Kristal : Anhedral
c. Ukuran Butir : Halus
d. Pola Susunan Butir : Afanitik
4. Komposisi Mineral

a. Mineral sebagai Fenokris : -


b. Mineral Massa Dasar :-
c. Mineral sebagai Aksesoris :-
5. Struktur : Masif

6. Ciri Khusus : Berwarna abu-abu


kehitaman

7. Nama Batuan :Batu Basalt

8. Genesa : intrusif
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR N

-
PARAF

75
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :4
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku intermediet

2. Warna :
Segar :hijau
Lapuk :-

3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Sedang
d. Pola Susunan Butir :Faneritik
4. Komposisi Mineral

a. Mineral sebagai Fenokris : Plagioklas


b. Mineral Massa Dasar : Olivin
c. Mineral sebagai Aksesoris : Piroksen
5. Struktur : Masif

6. Ciri Khusus : Berwarna hijau kecoklatan

7. Nama Batuan : Peridoite

8. Genesa : Ekstrusif

GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI

Fenokris ( plagioklas)
Massa dasar ( olovine)
Aksesoris (piroksen)
PARAF

76
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN BEKU
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :5
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku asam

2. Warna :
Segar :Putih
Lapuk :Kekuningan

3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Kasar
d. Pola Susunan Butir : Faneritik
4. Komposisi Mineral

a. Mineral sebagai Fenokris : Biotit


b. Mineral Massa Dasar :-
c. Mineral sebagai Aksesoris :-
5. Struktur : Scorian

6. Ciri Khusus :Terdapat lubang-lubang

7. Nama Batuan :Batu Diorit scorian

8. Genesa : Ekstrusif

GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI

Fenokris (biotit)
PARAF

77
IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN BEKU

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok : 12
No. urut :6
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Beku
1. Jenis Batuan :Batuan beku intermediet

2. Warna :
Segar : Putih
Lapuk : Abu-abu kehitaman

3. Tekstur :
a. Derajat Pengkristalan : Holokristalin
b. Bentuk Kristal : Euhedral
c. Ukuran Butir : Halus
d. Pola Susunan Butir : Feneritik
4. Komposisi Mineral

a. Mineral sebagai Fenokris : Hornblende


b. Mineral Massa Dasar : Plagioklas
c. Mineral sebagai Aksesoris :-
5. Struktur : Scorian

6. Ciri Khusus : Mengkristal dan terdapat lubang

7. Nama Batuan : Batu Diorit

8. Genesa : Ekstrusif

KETERANGAN GAMBAR NILAI

Fenokris (Horblende)
Massa dasar (Plagioklas) PARAF

3.4 Pembahasan

78
Batu Syenit

Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan dapat disimpulkan


bahwa sampel dari batuan pertama merupakan batuan beku intermediate, dan
saya lihat warna segarnya bewarna hijau dan warna lapuknya hijau kecoklatan.
Lalu saya raba, teksturnya kasar. Dengan menggunakan loop, saya amati derajat
pengkristalannya adalah hilokristalin, lalu pola susunan butirnya merupakan
feneritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop, bentuk kristalnya euhedral,
lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu mineral sebagai fenokris adalah
mineral kwarsa, mineral sebagai massa dasarnya adalah olivine, dan mineral
sebagai aksesorisnya adalah hornblende dan biotit. Strukturnya masif. Dengan
ini saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah syenit yang
terbentuk secara intrusif dan berciri khusus berwarna hijau buram.

Batu Diorit

Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan dapat disimpulkan


bahwa sampel dari batuan kedua merupakan batuan beku intermediet, dan saya
lihat warna segarnya bewarna putihdan warna lapuknya abu-abu. Lalu saya raba,
teksturnya kasar. Dengan menggunakan loop, saya amati derajat pengkristalannya
adalah holokristalin, lalu pola susunan butirnya merupakan feneroporfiritik, lalu
saya amati dengan menggunakan loop, bentuk kristalnya euhedral, lalu saya
amati mineral penyusunnya yaitu mineral sebagai fenokris adalah mineral biotit,
mineral sebagai massa dasarnya adalah plagioklas, dan mineral sebagai
aksesorisnya adalah olivine. Strukturnya masif. Dengan ini saya dapat
menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah diorit yang terbentuk diluar
permukaan dan berciri khusus berwarna putih abu-abu.

Batu Basalt

Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan dapat disimpulkan


bahwa sampel dari batuan ketiga merupakan batuan beku basa, dan saya lihat
warna segarnya bewarna abu-abu dan warna lapuknya coklat. Lalu saya raba,
teksturnya halus. Dengan menggunakan loop, saya amati derajat pengkristalannya

79
adalah holohialin, lalu pola susunan butirnya merupakan afanitik, lalu saya amati
dengan menggunakan loop, bentuk kristalnya anhedral. lalu saya amati batuan ini
todak memiliki mineral fenokris massa dasar dan aksesoris Strukturnya masif.
Dengan ini saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah basalt yang
terbentuk akibat proses intrusif dan berciri khusus berwarna abu-abu kehitaman

Batu Peridoit

Pada sampel selanjutnyuadilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel


merupakan batuan beku Intermediet, dan saya lihat batuan ini memiliki warna
segar yaitu hijau tapi tidak memiliki warna lapuk. Lalu saya raba, teksturnya
sedang. Dengan menggunakan loop, saya amati derajat pengkristalannya yang
semuanya gelas maka dinamakan holokristalin, lalu pola susunan butirnya
merupakan feneriritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop, bentuk
kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu mineral sebagai
fenokris adalah mineral Plagioklas, mineral sebagai massa dasarnya adalah
olivine, dan mineral sebagai aksesorisnya adalah piroksen. Strukturnya masif.
Dengan ini saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah peridotit
yang terbentuk akibat proses ekstrusif dan berciri khusus berwarna hijau.

Batu Diorit Skorian

Hhasil pengamatan yang saya lakukan pada batu diorite skorian


menddapat simpulan bahwa sampel dari batuan ketiga merupakan batuan beku
asam, dan saya lihat warna segarnya bewarna putih dan warna lapuknya putih
kekuningan. Lalu saya raba, teksturnya kasar. Dengan menggunakan loop, saya
amati derajat pengkristalannya adalah holokristalin, lalu pola susunan butirnya
merupakan feneritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop, bentuk
kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu mineral sebagai
fenokris adalah mineral biotit. Strukturnya masif. Dengan ini saya dapat
menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah Diorit Scoriaan yang terbentuk di
luar permukaan dan berciri khusus yaitu berlubang

Batu Diorit (2)

Terdapat 2 batu diorit biasa sebagai sampe. Dari pengamatan yang saya
lakukan dapat disimpulkan bahwa sampel dari batuan kedua merupakan batuan
beku intermediet, dan saya lihat warna segarnya bewarna putihdan warna
lapuknya abu-abu. Lalu saya raba, teksturnya kasar. Dengan menggunakan loop,
saya amati derajat pengkristalannya adalah holokristalin, lalu pola susunan
butirnya merupakan feneroporfiritik, lalu saya amati dengan menggunakan loop,

80
bentuk kristalnya euhedral, lalu saya amati mineral penyusunnya yaitu mineral
sebagai fenokris adalah mineral biotit, mineral sebagai massa dasarnya adalah
plagioklas, dan mineral sebagai aksesorisnya adalah olivine. Strukturnya masif.
Dengan ini saya dapat menyimpulkan, bahwa nama batuan ini adalah diorit yang
terbentuk diluar permukaan dan berciri khusus berwarna putih abu-abu.

3.5 Kesimpulan
1. Setiap batuan beku memiliki spesifikasi yang berbeda-beda tergantung
pada kandungan mineral dan bagaimana terbentuknya
2. Batuan beku intrusif bercirikan adanya pembentukan Kristal yang
sempurna pada tubuh batuan
3. Batuan beku ekstrusif bercirikan permukaan yang halus dan mineral
tidak mengkkristal dengan sempurna.
4. Batuan beku yang berwarna terang mengandung mineral felsik yang
bersifat asam
5. Batuan beku yang berwarna gelap mengandung mineral mafik yang
bersifat basa.
6. Satu jenis batuan bisa berbeda beberapa sifatnya karena pembentukan
batuan beku dipengaruhi sangat oleh lingkungan.

BAB IV

BATUAN SEDIMEN

81
2.1 Tujuan Identifikasi
1. Dapat membedakan batuan sedimwn klastik dan non
klastik.
2. Mampu mengidentifikasi dan menentukan nama batuan
sedimen berdasarkan pengamatan.
3. Mengetahui zona sedimentasi berdasarkan pengamatan
wujud batuan.

2.2 Teori Dasar

PENGERTIAN
Batuan Sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil
erosi. Jadi, asalnya dari batuan yang telah ada, baik batuan beku, metamorf atau
pun batuan sediment lain yang mengalami pelapukan, tererosi, terbawa pergi
kemudian diendapkan ke tempat lain. Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil
pelapukan dan erosi, batuan sediment dapat digolongkan atas tiga bagian utama,
yaitu:

-Sedimen Aquatis, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya
adalah gosong pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta dan sebagainya
-Sedimen aeolis/ aeris, yaitu sediment yang diendapkan oleh tenaga
angina(aeolis). Contohnya tanah loss, sand dunes, seris, dan sebagainya
- Sedimen glacial, yaitu sediment yang diendapkan oleh gletser. Contohnya:
morena, drumlin, dan sebagainya.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan


endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981)

82
menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to
stone” of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown
of yet-older rocks.

O’Dunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the
consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by
water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the
precipitation of CaCO3, silica, salts, and other materials from solution
(Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen,
sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin,
es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen
juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam
dan material lain.

Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan


sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini
berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi
ketebalannya relatif tipis.

KLASIFIKASI UMUM

Pettijohn (1975), O’Dunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen


berdasar teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika
dan batuan sedimen non-klastika.

BATUAN SEDIMEN KLASTIK (detritus, mekanik, eksogenik) adalah


batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking)
terhadap batuan yang sudah ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi
pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali).
Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya
sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada.
Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan
(klastika) sehingga bertekstur klastika.

83
BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di
tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat
secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia).
Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2
® CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang
atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut
(karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan
sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.

PEMBENTUKAN BATUAN SEDIMEN

Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan atau pembatuan
yang melibatkan :
a. Pemampatan (Compaction)
b. Penyimenan (Cementation)
c. Penghabluran semula (Recrystallization) terutamanya sedimen karbonat)
Pemampatan (compaction)
Pemampatan menyebabkan butiran sedimen akan tertekan semasa tertimbus.
Susunan butiran akan tersusun semula dengan lebih padat. Jika banyak partikal
yang lembut seperti syal, sedimen lebih mudah mengalami pemampatan. Akibat
daripada pemampatan, lapisan menjadi lebih nipis, porositi berkurangan, terutama
dalam sedimen lumpur terrigenus.
Pengurangan porositi dan kehilangan air mencapai 60-80%. Air akan mengalir ke
kawasan yang berketelapan tinggi seperti pasir, dan akan memain perana penting
dalam pelarutan dan pemendapan kimia dalam pasir. Setelah tersusun semula,
pemampatan yang terterusan menyebabkan butiran bersentuhan satu sama lain.
Tempat sentuhan mengalami tekanan yang tinggi dan perubahan fizikal berlaku,
seperti proses larutan tekanan (pressure solution). Silika yang terlarut akan masuk
dalam rongga antara butiran dan boleh membentuk simen.
Penyimenan (cementation)

84
Penyimenan merupakan proses dimana mineral baru yang berasal daripada cairan
rongga (pore fluids) akan terbentuk/termendap di permukaan butiran atau
berlakunya tumbuh-tambah atau tumbuh-lampau atau pertumbesaran
(overgrowths) mineral yang sedia ada. Jenis simen yang utama ialah kuarza dan
kalsit.
Simen akan mengikat butiran menyebabkan sedimen menjadi batu. Penyimenan
biasanya berlaku diperingkat pertengahan diagenesis. Jika berlaku diperingkat
awal, ia boleh mengurangkan kesan pemampatan, yang mana simen yang keras
boleh menahan tekanan.
Simen kuarza berasal daripada air liang yang tepu dengan silika, iaitu hasil
daripada pelarutan organisma bersilika, larutan tekanan kuarza, diagenesis kimia
mineral liat dan lain-lain. Simen kalsit boleh terbentuk semasa sedimen terendap,
iaitu di kawasan sekitaran karbonat.
Penghabluran Semula (recrystallization)
Penghabluran semula ialah proses perubahan saiz dan/atau perubahan bentuk,
tanpa adanya perubahan kimia atau mineralogi. Biasanya saiz akan bertambah,
tetapi pengecilan saiz boleh berlaku. Penghabluran semula penting dalam batu
kapur, yang mana saiz kalsit menjadi bertambah besar, tekstur serta strukturnya
mungkin musnah.

ZONA SEDIMENTASI

Gambar 4. 1 Zona Sedimentasi

KLASIFIKASI SEDIMEN
Berdasarkan asal usul

85
1. Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari
     
daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik. Hal ini
dapat terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim (pemanasan dan
pendinginan) terhadap batuan yang terjadi secara berulang-ulang di  padang pasir,
oleh karena adanya embun-embun es dimusim dingin, atau oleh karena adanya
aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terdapat di dalam air hujan atau air
tanah terhadap permukaan batu. Sedimen ini memasuki kawasan laut melalui
drainase air sungai.

2. Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri
     
dari remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun
hewan mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sediment ini adalah
CaCO3 dan SiO2. Sedangkan partikel-partikel yang sering ditemukan dalam
sedimen calcareous terdiri dari cangkang-cangkang foraminifera, Cocolithophore,
yang disebut globerigina ooze dan Pteropoda, yang disebut pteropod ooze.
Cangkang Diatomae dan Radiolaria merupakan kontributor yang paling penting
dari partikel Siliceous.  

3.      Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air
laut dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan
(deposisi) di dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn) yang berbentuk nodul,
dan endapan glauconite (hydro silikat yang berwarna kehijauan dengan komposisi
yang terdiri dari ion-ion K, Mg, Fe, dan Si).

4.       Cosmogenous; Sedimen ini bersal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-
benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi
sehingga mempunyai respon magnetik dan berukuran antara 10 – 640 m
(Wibisono, 2005).

Berdasarkan  Lingkungan Pengendapan

1.       Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite,
napal, dan lain sebagainya.
2.       Sedimen darat (teristris/kontinen), proses terjadinya di daratan misalnya endapan
sungai (alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan
sebagainya.
3.       Sedimen transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut misalnya
delta.

Berdasarkan Ukuran Butir


Tabel 4. 1 skala wentwort

86
DESKRIPSI BATUAN SEDIMEN

A. Warna Batuan

Warna Lapuk : warna batuan yang sudah terkontaminasi dengan lingkungan.

Warna Segar  : warna batuan yang tidak mengalami kontak langsung dengan

lingkungan.

B. Tekstur

·        Ukuran butir :

Pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar butir yang


disampaikan oleh Wentworth, 1922, (tabel 4. 1)

C. Sortasi

87
Tingkat keseragaman butir penyusun, terdiri dari :

      

Gambar 4. 2 Sortasi

 Very well sorted


       Well sorted
       Moderately sorted
       Poorly sorted
       Very Poorly Sorted

 Derajat pembundaran :       

Gambar 4. 3 Derajat Pembundaran

a. menyudut

88
b. menyudut tanggung

c. membundar tanggung

d. membundar

e. sangat membundar

Kemas ( Hubungan antar butir )

a.        Kemas terbuka :butiran satu dengan yang lainnya renggang sehingga butir

matrik akan lebih banyak.   Diendapkan oleh media pekat.

b.       Kemas tertutup :butiran satu dengan butir yang lain rapat sehinnga

kandungan matrik akan lebih sedikit dan sifatnya kokoh.   Diendapkan oleh media

encer.     

D. Kandungan CaCO3

Di uji dengan meneteskan HCl untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan

karbonat. Sebab pendeskripsian batuan sedimen besrsifat karbonatan memiliki

sedikit perbedaan dengan pendeskripsian batuan sedimen silikaan.

E. Struktur Sedimen

Tabel 4. 2 Struktur Sedimen

89
Sole Mark Groove Cast Flute Cast

       Sole Mark merupakan struktur Groove Cast merupakan bentukan parit Flute Cast merupakan
sedimen yang berbentuk cetakan memanjang pada lapisan batupasir karena bentukan sole mark yang
positif. Biasanya cetakan positif pengisian gerusan memanjang memotong menyerupai cekungan
pada batupasir yang menindih pada batulempung. memanjang yang melebar
batulempung ujungnya membentuk jilatan
api
Channel Scourse Perlapisan dan Laminasi

Channel merupakan cetakan Scours ini mirip dengan channel namun Perlapisan dan


gerusan yang memotong bidang ukurannya lebih kecil laminasimerupakan
perlapisan dan laminasi dengan kenampakan lapisan sedimen
ukuran hingga beberapa kilometer secara sejajar. Perlapisan
apabila ukuran > 1 cm
sedangkan laminasi < 1 cm

Gradasi Normal Ripple Trough Cross Stratification

Gradasi Normal merupakan Ripple merupakan bentuk struktur Trough Cross


struktur dengan perubahan ukuran permukaan bergelombang karena adanya Stratificationmerupakan
butir secara gradasiapabila proses satu arah. struktur perlapisan silang

90
menghalus ke atas melengkung
Gradasi Terbalik Slide dan Slump Load Cast

Gradasi Terbalik merupakan Slide ini terbentuk karena ada luncuran Load cast struktur ini terbentuk
struktur dengan perubahan ukuran perlapisan batuan berupa bidang lurus karena adanya pembebanan
butir secara gradasi mengkasar ke Slump terbentuk karena ada luncuran pada material suatu lapisan terhadap
atas lapisan batuan namun berupa bidang lapisan lainnya sehingga
lengkung membentuk lengkungan ke
bawah
Dish dan Pillar. Mud Crack. Track

Mud cracks ini terbentuk karena Track merupakan struktur


Dish dan Pillar hilangnya kandungan air pada dengan jejak kaki, terbentuk
Struktur ini terbentuk karena batulempung sehingga timbul retakan karena penjejakan organisme
lepasnya/keluarnya kandungan air di permukaan sedimen
dari dalam tubuh batuan.

F. Permeabilitas

Yaitu kemampuan batuan meloloskan fluida : Permeable ( dapat meloloskan air )

dan Impermeable ( tidak dapat meloloskan air )

G. Porositas

91
Yaitu perbandingan volume rongga pori-pori terhadap volume total keseluruhan

batuan.

H. Kekerasan

      Kompak ( massif )

Tidak dapat dicungkil dengan jarum penguji

      Keras

Yaitu masih dapat dicungkil dengan jarum penguji tetapi sangat sedikit.

      Agak keras

Yaitu hancur apabila ditekan oleh jarum penguji.

      Lunak

Yaitu dapat dipotong dengan mudah oleh jarum penguji.      

      Sponge

Yaitu kembali kebentuk asal apabila ditekan jarum penguji.

I. Kandungan Mineral

Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi :


1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak
diantaranya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral
atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen,
dapat berbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan bahan semen yang lazim adalah :
Semen karbonat (kalsit dan dolomit)

92
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

Semen silika (kalsedon, kuarsit)


IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN
Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderit)

Pada sedimen
Nama berbutirW.
: Prayoga halus
P (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir
NIM : 1301355
karena tidak adanya rongga antar butiran
Kelompok:12

No.CONTOH
urut BATUAN SEDIMEN
:1
No. Peraga:11
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan : Klastik

2. Warna : Segar :Abu-abu


Lapuk :Hitam kecoklatan

3. Tekstur :
a. UkuranButir : Pasir kasar 1 mm
b. BentukButir : Rounded
c. Sortasi: well sorted
d. Kemas :terbuka
4. Komposisi

a. Fragmen :Pasir
b. Matriks :Kuarsa, Plagioklas
c. Mineral Aksesoris :
d. Semen :Silika
5. Struktur :Masif
Gambar 4. 4 Contoh batuan Sedimen
6. Ciri Khusus :Berbutir kasar
2.3 Hasil Pengamatan
7. Nama Batuan :Batupasir

8. Genesa :Terbentuk di sungai

93
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama :Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12

No. urut :2
No. Peraga : 44
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Non klastik

2. Warna :Segar :Putih

Lapuk : Coklat muda

3. Tekstur :
a. UkuranButir :-
b. BentukButir :-
c. Sortasi :-
d. Kemas :Tertutup
4. Komposisi

a. Fragmen :Fosil
b. Matriks :Kalsit
c. Mineral Aksesoris : Kalsit
d. Semen NILAI :KarbonatKETERANGAN GAMBAR
5. Struktur :Berfosil
Warna : abu-abu
6. Ciri Khusus
Berbutir kasar :Batu berfosil
PARAF
Sortasi baik
7. Nama Batuan :Batugamping
Kemas terbuka
8. Genesa :Laut dangkal

94
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12

No. urut :3
No. Peraga : 01
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Non Klastik

2. Warna : Segar :Krem

Lapuk : Coklat

3. Tekstur :
a. UkuranButir :-
b. BentukButir :-
c. Sortasi :-
d. Kemas :-
4. Komposisi

a. Fragmen :-
b. Matriks :Kalsit
c. Mineral Aksesoris :Mika
d. Semen GAMBAR :Karbonat KETERANGAN GAMBAR
5. Struktur :Masif
Fragmen : Fosil
6. Ciri Khusus Matriks kalsit PARAF
:Mengkristal
Kemas tertutup
7. Nama Batuan :Batugamping kristal
Warna segar : putih

8. Genesa :Laut dangkal

95
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok:12

No. urut :4
No. Peraga :05
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik

2. Warna : Segar :Abu-abu


Lapuk :Putih

3. Tekstur :
a. UkuranButir :Lanau
b. BentukButir :Very rounded
c. Sortasi : well sorted
d. Kemas :tertutup
4. Komposisi

a. Fragmen :-
b. Matriks :-
c. Mineral Aksesoris
GAMBAR : Biotit
KETERANGAN GAMBAR NILAI
d. Semen :Karbonat
5. Struktur :Laminasi
Mengkristal
PARAF
Berwarna krem
6. Ciri Khusus :batu berlapis
Semen Karbonat
Struktur masif
7. Nama Batuan :Batulanau

8. Genesa :Laut dangkal

96
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12

No. urut :5
No. Peraga : 03
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik

2. Warna : Segar :Putih

Lapuk : Hitam

3. Tekstur :
a. UkuranButir :Paasir halus
b. BentukButir :Very rounded
c. Sortasi : wel sorted
d. Kemas :tertutup
KETERANGAN GAMBAR
4. KomposisiGAMBAR NILAI
Warna : abu-abu
a. Fragmen :Pasir PARAF
Struktur Laminasi
b. Matriks :Pasir
c. Mineral Aksesoris :- Sortasi baik
d. Semen :Silika Semen : karbonat
5. Struktur :Laminasi

6. Ciri Khusus :Lapisan berbeda warna

7. Nama Batuan :Batupasir

8. Genesa :Terbentuk di sungai

97
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12

No. urut :6
No. Peraga :04
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik

2. Warna : Segar :Putih

Lapuk : Coklat kekuningan

3. Tekstur :
a. UkuranButir :Kerakal
b. BentukButir :Angular
c. Sortasi : very poorly sorted
d. Kemas :terbuka
4. Komposisi
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
a. Fragmen :Batuan beku Semen : silica
b. Matriks :-
Struktur : laminasi PARAF
c. Mineral Aksesoris : Piroksen, Kuarsa
Kemas tertutup
d. Semen :Karbonat
5. Struktur :MasifBerbutir halus

6. Ciri Khusus :Batunya meruncing

7. Nama Batuan :Batu Breksi

8. Genesa :Vulcano

98
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12

No. urut :7
No. Peraga : 04
\Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik

2. Warna : Segar :Abu-abu

Lapuk : Coklat

3. Tekstur :
a. UkuranButir :Kerikil
b. BentukButir :Subrounded
c. Sortasi : Poorly sorted
d. Kemas :Terbuka
4. Komposisi
GAMBAR
:Batuan NILAI
KETERANGAN GAMBAR
a. Fragmen beku
b. Matriks :Pirokswn Ukuran butir kerakal
c. Mineral Aksesoris : Biotit Angular
d. Semen :Silika PARAF
Sortasi buruk
5. Struktur :Masif
Struktur masif
6. Ciri Khusus :-

7. Nama Batuan :Batu konglomerat

8. Genesa :Vulcano

99
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama : Prayoga W. P.
NIM : 1301355
Kelompok:12

No. urut :8
No. Peraga : 45
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Non Klastik

2. Warna : Segar :Coklat

Lapuk :Hitam

3. Tekstur :
a. UkuranButir :-
b. BentukButir :-
c. Sortasi :-
d. Kemas GAMBAR :Tertutup KETERANGAN GAMBAR
4. Komposisi
Ukuran butir kerikil
a. Fragmen :- Subrounded
PARAF
b. Matriks :Lempung Sortasi buruk
c. Mineral Aksesoris :- Kemas terbuka
d. Semen :Silika
5. Struktur :masif

6. Ciri Khusus :permukaan keras

7. Nama Batuan :Batu rijang

8. Genesa :Laut dalam

100
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok: 12

No. urut :9
No. Peraga :06
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Non klastik

2. Warna : Segar :Putih

Lapuk : Kuning kecoklatan

3. Tekstur :
a. UkuranButir :-
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
b. BentukButir :-
c. Sortasi :- Warna Coklat PARAF
d. Kemas :TertutupKemas tertutup
4. Komposisi Struktur massif
Warna lapuk hitam
a. Fragmen :-
b. Matriks :Kalsit
c. Mineral Aksesoris : Biotit, Kuarsa
d. Semen :Karbonat
5. Struktur :Masif

6. Ciri Khusus :Berlubang

7. Nama Batuan :Batugamping

8. Genesa :Laut dangkal

101
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN SEDIMEN
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN SEDIMEN

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok:12

No. urut : 10
No. Peraga : 07
Deskripsi Batuan Sedimen
1. JenisBatuan :Klastik

2. Warna : Segar :Abu-abu

Lapuk :Hitam

3. Tekstur :
a. UkuranButir :Lanau
b. BentukButir :very rounded
c. Sortasi GAMBAR : well sorted
NILAI
KETERANGAN GAMBAR
d. Kemas :tertutup
4. Komposisi Struktur Masif
Berwarna putih
a. Fragmen Berlubang :- PARAF
b. Matriks Terdapat biotit
:Kalsit
dan piroksen
c. Mineral Aksesoris : Kalsit
d. Semen :Karbonat
5. Struktur :Masif

6. Ciri Khusus :Mengkristal

7. Nama Batuan :Batulanau karbonat

8. Genesa :Laut dalam

102
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI

Warna abu-abu
Struktur massif
Matriks kalsit PARAF
2.4 Pembahasan
Warna lapuk : hitam
Batupasir
Dalam identifikasi awal, hal pertama yang ditentukan adalah jenis batuan
sedimen. Disini diketahui bahwa batupasir terbentuk di sungai, berasal dari
akumulasi material-material rombakan kecil (berukuran 1/16 – 2 mm). Jadi,
batupasir termasuk batuan sedimen klastik. Pengamatan dengan mata telanjang
didapati warna segarnya abu-abu dan warna lapuknya kecoklatan. Pengamatan
dengan meraba tekstur didapati bahwa butirannya berukuran kasar (1 mm),
berbentuk bundar, sortasi baik karena ukurannya seragam, serta kemas terbuka.
Pengamatan dengan loupe didapat hasil bahwa matrik batupasir tersebut adalah
kuarsa dan plagioklas. Kuarsa berwarna terang sedangkan plagioklas berwarna
agak pudar. Saat ditetesi dengan HCL, tidak terjadi perubahan pada tubuh
batupasir. Itu menunjukan bahwa semen batupasir tersebut adalah senyawa silika.
Batugamping

103
Batugamping adalah batuan sedimen non klastik karena terbentuknya
karena proses pengendapan dari rombakan karang dan mineral kalsit.
Batugamping tidak memiliki butiran. Strukturnya padat sehingga bias dikatakan
kemasnya tertutup. Dalam batu gamping tersebut terdapat fosil sebagai fragmen
dan mineral kalsit sebagai matriks. Saat ditetesi dengan larutan HCL, tubuh
batugamping bereaksi dan berbuih. Itu menunjukan bahwa semen dari batuan
tersebut adalah karbonat karena karbonat akan berbuih bila ditetesi HCL.
Batugamping Kristal
Sama dengan batugampin sebelumnya (no. peraga 44), batuan ii tidak
memiliki butiran dan tergolong non. Klastik. Warnanya krem dan warna
lapuknya coklat. Matriks dan semennya pun sama yaitu kalsit dan karbonat.
Yang membedakan batugamping Kristal dengan batugamping biasa adalah
terdapat mika sebagai aksesoris. Permukaan batugamping Kristal agak kasar.
Batulanau
Pembentukan batulanau hamper sama dengan pasir, yaitu karena proses
transportasi dan akumulasi. Tetapi, batulanau ini terakumulasi di laut dangkal.
Oleh sebab itu, batulanau termasuk sedimen klastik. Pengamatan dengan mata
telanjang didapati warna batulanau abu-abu dan warna lapuknya putih. Dari skala
wentwort diketahui ukuran lanau adalah antara pasir dan lempung. Bentuknya
very rounded. Ukuran butir cenderung seragam sehingga dapat dikatakan
sortasinya sangat baik (well sorted). Kemas tertutup karena butirannya saling
menyambung. Dalam tubuh batulanau tersebut terdapat perlapisan yang tebalnya
tidak sampai 1 cm. menunjukan strukturnya laminasi. Pengamatan dengan loupe
menunjukan adanya mineral biotit sebagai aksesoris karena jumlahnya tidak
banyak. Saat ditetesi HCL, batulanau menunjukan reaksi yang sama dengan
batugamping yaiutu berbuih. Sehingga dikatakan bahwa semen batulanau ini
adalah senyawa karbonat.
Batu Breksi
Batu breksi memiliki ukuran yang paling besar diantara lainnya. Begitu
pula fragmennya yang Nampak jelas dan beragam. Batu breksi termasuk batuan
sedimen klastik. Dengan mata telanjang dapat dilihat warna batu breksi tersebut

104
putih dan warna lapuknya coklat kekuningan. Butirannya kasar berukuran
kerakal, runcing, beragam dan tidak saling berhubungan. Fragmen batu breksi
ini adalah batuan beku sehingga dapat diprediksi pula bahwa batu breksi ini
terbentuk di kawasan gunung api (vulcano). Pengamatan menggunakan loupe
nemperlihatkan adanya piroksen dan kuarsa dalam jumlah sedikit.
Batu Konglomerat
Batu konglomerat memiliki kesamaan dengan breksi yaitu sortasi, kemas,
dan ganesanya. Yang membedakan adalah, butiran konglomerat lebih
membundar. Konglomerat tersebut berwarna abu-abu dan berwarna lapuk coklat.
Pengamatan menggunakan loupe menunjukan adanya piroksen sebagai matriks
dan biotit sebagai aksesoris. Saat ditetesi HCL, konglomerat tidak bereaksi.
Menunjukan bahwa semennya adalah silica. Fragmen konglomerat tersebut
adalah batuan beku, menunjukan bahwwa batu ini terbentuk di daerah sekitar
gunung api (vulcano).
Batu Rijang
Batu rijang termasuk golongan non klastik. Berwarna coklat dan warna
lapuknya hitam. Batu rijang terbentuk di laut dalam . hamper sama seperti
lempung tetapi permukaannya sangat keras. Batu rijang tidak memiliki butir,
tetapi dapat juga dikatakan bahwa butirannya berukuran lempung.
Batulanau Karbonat
Hamper sama seperti batu lanau hanya saja terdapat Kristal-kristal kalsit
pada tubuh batuan ini. Batu lanau karbonat terbentuk di laut dalam.

2.5 Kesimpulan
1. Batuan sedimen klastik dan non klastik dibedakan berdasarkan proses
terbentuknya.
2. Penamaan batuan sedimen klastik didasarkan dari ukuran butir
menurut skala wentwort.
3. Semakin mendekati laut, material sedimen semakin halus. Dapat
dilihat dari batuannya.

105
4. Batuan yang terbentuk di laut memiliki semen karbonat karena
bereaksi (berbuih) saat ditetesi HCL.
5. Batuan sedimen yang telah terbentuk apabila tertransportasi ke zona
lain, dapat menjadi batuan sedimen baru.

BAB V

BATUAN METAMORF

5. 1 Tuuan Identifikasi

1. Dapat mengetahui mineral penyusun batuan metamorf.

2. Mengetahui struktur batuan metamorf.

3. Dapat memperkirakan tempat terjadinya metamorfosa berdasarkan


wujud batuan.

4. Menentukan nama batuan metamorf.

5. 2 Teori Dasar

PENGERTIAN BATUAN METAMORF

106
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme
batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan.
Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses
kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam
lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya
terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang
jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan
terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang
stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga
dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara
butiran mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion
terlarut akan mempercepat proses metamorfisme.

PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF SERTA TIPE-TIPE


METAMORFISME

Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah
ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral,
tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya
perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt,
1982).

Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan


oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses
pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas
kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa
merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia
pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C –
8000 C, tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006).

107
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah
perubahan temperatur, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang,
1962).

Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab,


antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien
geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan
atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat
batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500 C +  500C
yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg – carpholite, Glaucophane,
Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas
terjadinya metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-11000C,
tergantung pada jenis batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).

Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi


dasarnya. Metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan
permukaan yang besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang
terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40
kBar (Bucher & Frey, 1994).

Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir
batuan, mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang
banyak berperan adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan
hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau
solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis (Huang
WT, 1962).

Tipe-Tipe Metamorfosa

Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya,


metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

Metamorfosa regional / dinamothermal

108
Metamorfosa  regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang
terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang
sangat luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa
orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).

Metamorfosa Orogenik

Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.

Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.

Metamorfosa Dasar dan Samudera

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di


sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang
dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut
menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

Metamorfosa Lokal

Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar


antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan
menjadi :

Metamorfosa Kontak

109
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa
batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas
dan material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.

Gambar 5. 1 Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan

Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.

Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil


temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik
atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.

110
Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik

Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan
dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal
sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.

Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme

Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining
pressure.

Metamorfosa Impact

Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya


hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral
coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya dengan pab\nas bumi
(geothermal).

Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral


metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).

111
Gambar5. 2 Lokasi dan Tipe Metamorfisme

     PENGENALAN BATUAN METAMORF


Pengenalan batuan metamorf dapat dilakukan melalui kenampakan-
kenampakan yang jelas pada singkapan dari batuan metamorf yang merupakan
akibat dari tekanan-tekanan yang tidak sama. Batuan-batuan tersebut mungkin
mengalami aliran plastis, peretakan dan pembutiran atau rekristalisasi. Beberapa
tekstur dan struktur di dalam batuan metamorf mungkin diturunkan dari batuan
pre-metamorfik (seperti: cross bedding), tetapi kebanyakan hal ini terhapus
selama metamorfisme. Penerapan dari tekanan yang tidak sama, khususnya jika
disertai oleh pembentukan mineral baru, sering menyebabkan kenampakan
penjajaran dari tekstur dan struktur. Jika planar disebut foliasi. Seandainya
struktur planar tersebut disusun oleh lapisan-lapisan yang menyebar atau melensa
dari mineral-mineral yang berbeda tekstur, misal: lapisan yang kaya akan mineral
granular (seperti: felspar dan kuarsa) berselang-seling dengan lapisan-lapisan kaya
mineral-mineral tabular atau prismatik (seperti: feromagnesium), tekstur tersebut
menunjukkan sebagai gneis. Seandainya foliasi tersebut disebabkan oleh
penyusunan yang sejajar dari mineral-mineral pipih berbutir sedang-kasar

112
(umumnya mika atau klorit) disebutskistosity. Pecahan batuan ini biasanya sejajar
dengan skistosity menghasilkan belahan batuan yang berkembang kurang baik.
Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain
yaitu didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk
batuan metamorf ini mempunyai kekhasan dalam penentuannya yaitu pertama-
tama dilakukan tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran
mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran mineral) (Tabel 3. 12). Pada
metamorfisme tingkat tinggi akan berkembang struktur migmatit (Gambar 3. 12).
Setelah penentuan struktur diketahui, maka penamaan batuan metamorf baik yang
berstruktur foliasi maupun berstruktur non foliasi dapat dilakukan. Misal: struktur
skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk genis; slatycleavage untuk slate/
sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur hornfelsik nama batuannya
hornfels; liniasi untuk asbes.

Gambar 5. 3 diagram alir untuk identifikasi batuan metamorf

     STRUKTUR BATUAN METAMORF


Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur foliasi ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun

113
batuan metamorf, sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf.
1.          Struktur Foliasi
           Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
           Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral granular,
jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral pipih.
           Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
           Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
2.          Struktur Non Foliasi
           Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.
           Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
           Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
           Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar dibanding
struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
           Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
           Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-
butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
           Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran beragam.
           Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus ataufibrous.

114
Gambar 5. 4 Struktur Metamorf
 
TEKSTUR BATUAN METAMORF
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya,
batuan metamorf yang berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut
dengan granoblastik. Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda
lebih besar dari rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut
dinamakan porphiroblast. Porphiroblast, dalam pemeriksaan sekilas, mungkin
membingungkan dengan fenokris (pada batuan beku), tetapi biasanya mereka
dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan foliasi alami yang umum dari
matrik. Pengujian mikroskopik porphiroblast sering menampakkan butiran-butiran
dari material matrik, dalam hal ini disebut poikiloblast. Poikiloblast biasanya
dianggap terbentuk oleh pertumbuhan kristal yang lebih besar disekeliling sisa-
sisa mineral terdahulu, tetapi kemungkinan poikiloblast dapat diakibatkan dengan
cara pertumbuhan sederhana pada laju yang lebih cepat daripada mineral-mineral
matriknya, dan yang melingkupinya. Termasuk material yang menunjukkan
(karena bentuknya, orientasi atau penyebarannya) arah kenampakkan mula-mula
dalam batuan (seperti skistosity atau perlapisan asal); dalam hal ini porphiroblast

115
atau poikiloblast dikatakan mempunyai tekstur helicitik. Kadangkala batuan
metamorf terdiri dari kumpulan butiran-butiran yang berbentuk melensa atau
elipsoida; bentuk dari kumpulan-kumpulan ini disebut augen (German untuk
“mata”), dan umumnya hasil dari kataklastik (penghancuran, pembutiran, dan
rotasi). Sisa kumpulan ini dihasilkan dalam butiran matrik. Istilah umum untuk
agregat adalah porphyroklast.
1.          Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata–blastik.
     Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal
besarnya disebut porfiroblast.
           Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral
seragam.
           Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling
sejajar dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
     Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral
prismatik yang sejajar dan terarah.
           Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk
euhedral.
           Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya
berbentuk anhedral.
2.          Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal
masih bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata–blasto.
          Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang
porfiritik.
      Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
     Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya
sama dengan pasir.

116
     Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang
ukuran butirnya lempung.

Gambar5. 5 Tekstur batuan metamorf (Compton, 1985).


A. Tekstur Granoblastik, sebagian menunjukkan tekstur mosaik; B. Tekstur
Granoblatik berbutir iregular, dengan poikiloblast di kiri atas; C. Tekstur Skistose
dengan porpiroblast euhedral; D. Skistosity dengan domain granoblastik
lentikuler; E. Tekstur Semiskistose dengan meta batupasir di dalam matrik mika
halus; F. Tekstur Semiskistose dengan klorit dan aktinolit di dalam masa dasar
blastoporfiritik metabasal; G. Granit milonit di dalam proto milonit; H.
Ortomilonit di dalam ultramilonit; I. Tekstur Granoblastik di dalam blastomilonit.

PENAMAAN BATUAN METAMORF


Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada
komposisi mineral, seperti:Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau
dolomit; secara tipikal bertekstur granoblastik.  Kuarsit adalah batuan metamorfik
bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk oleh
rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan
metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:
1.       Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya
adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.

117
2.     Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino
ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet
kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti basal, tetapi
mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari batuan beku.
3.     Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa,
felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik.
Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa datar
kuarsa dan/atau felspar.
4.   Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran
yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa
fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.
5.          Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi
protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah dari fragmen yang
tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan kilap permukaan sutera,
rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
6.      Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari
kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat.
Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang terlebih
dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
7.     Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral
kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena
perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak batuan beku.

5. 3 Hasil Pengamatan

(Halaman selanjutnya)

118
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN METAMORF

Nama : Prayoga W. P
NIM :1301355
Kelompok :12

No. urut :1
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Metamorf
1. Warna : Segar :Hijau

Lapuk : Hitam

2. Jenis Batuan : batuan metamorf non foliasi

3. Tekstur : blastoporfiritik

4. Struktur : Non foliasi - hornfelsik

5. KomposisiMineral :

Deskrpsi Mineral :
a. Warna : Hijau
b. Ukuran : Sedang
c. Bentuk : Subhedral
d. Kelimpahan : 80 %
e. Nama Mineral : Serpentin
6. Nama Batuan : Batu Serpentinit

7. Protolith : Batuan beku

8. Jenis Metamorfosa : Metamorfisme Dinamik

9. Genesa : terbentuk di zona sesar

GAMBAR KETERANGANGAMBAR NILAI

PARAFASPRAK

119
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN METAMORF

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :2
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Metamorf
1. Warna : Segar : Hitam

Lapuk : Hitam Kecoklatan

2. Jenis BatuanGAMBAR : BatuanKETERANGAN


metamorf GAMBAR
foliasi NILAI
3. Tekstur : Kristaloblastik-xenoblastik
Non foliasi PARAF
Tekstur sisa
4. Struktur : Foliasi(blastoporfiritik)
– Slaty cleavage

5. KomposisiMineral :

Deskrpsi Mineral :
a. Warna :-
b. Ukuran :-
c. Bentuk :-
d. Kelimpahan :-
e. Nama Mineral :-
6. Nama Batuan : Batu slate

7. Protolith : Batuan Sedimen

8. Jenis Metamorfosa : Metamorfisme Dinamik

9. Genesa : Terbentuk di zona sesar

GAMBAR KETERANGANGAMBAR NILAI

PARAFASPRAK

120
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN METAMORF

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :3
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Metamorf
1. Warna : Segar : Putih
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
Lapuk : Kuning kecoklatan
PARAF
2. Jenis Batuan : Batuan metamorf foliasi

3. Tekstur : Kristaloblastik- lapidoblastik

4. Struktur : Foliasi-schistose

5. KomposisiMineral :

Deskrpsi Mineral :
a. Warna : putih
b. Ukuran : sedang
c. Bentuk : subhedral
d. Kelimpahan : 80%
e. Nama Mineral : Muskovit
6. Nama Batuan :Batu mika schist

7. Protolith : Batuan beku

8. Jenis Metamorfosa : metamorfisme regional

9. Genesa : Terbentuk akibat orogenesis

GAMBAR KETERANGANGAMBAR NILAI

PARAFASPRAK

121
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIKBATUAN METAMORF

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12

No. urut :4
No. Peraga GAMBAR : KETERANGAN GAMBAR NILAI
Deskripsi Batuan Metamorf
1. Warna : Segar :Hitam
PARAF
Lapuk : kecoklatan

2. Jenis Batuan :batuan metamorf foliasi

3. Tekstur :kristaloblastik-nematoblastik

4. Struktur : foliasi- gneissic

5. KomposisiMineral :

Deskrpsi Mineral :
a. Warna : Hitam
b. Ukuran : halus
c. Bentuk : anhedral
d. Kelimpahan : 80%
e. Nama Mineral : biotit
6. Nama Batuan : Batu gneiss

7. Protolith : batuan beku

8. Jenis Metamorfosa : metamorfisme dinamik

9. Genesa : terbentuk di zona sesar

GAMBAR KETERANGANGAMBAR NILAI

PARAFASPRAK

122
LEMBAR IDENTIFIKASI PERAGA BATUAN METAMORF
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI STT MIGAS BALIKPAPAN

IDENTIFIKASI MEGASKOPIK BATUAN METAMORF

Nama : Prayoga W. P
NIM : 1301355
Kelompok :12
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI
No. urut : 5
No. Peraga :
Deskripsi Batuan Metamorf PARAF
1. Warna : Segar : Hijau kehitaman

Lapuk : hijau kekuningan

2. Jenis Batuan : batuan metamorf foliasi

3. Tekstur : kristaloblastik- lepidoblastik

4. Struktur : foliasi-schistose

5. KomposisiMineral :

Deskrpsi Mineral :
a. Warna ; putih-hitam
b. Ukuran : sedang
c. Bentuk : subhedral
d. Kelimpahan : 70%
e. Nama Mineral : muskovit
6. Nama Batuan : batu mika schist

7. Protolith : batuan beku

8. Jenis Metamorfosa : metamorfisme regional

9. Genesa : zona orogenesa

GAMBAR KETERANGANGAMBAR NILAI

PARAFASPRAK

123
GAMBAR KETERANGAN GAMBAR NILAI

PARAF
Pembahasan

5.4 Pembahasan
Batu Serpentinit

Batu pertama yang saya amati adalah Serpentinit. Berdasarkan hasil


pengamatan yang saya lakukan, bahwa dari batuan pertama merupakan batuan
metamorf non foliasi, dan saya lihat warna segarnya hijau dan warna lapuknya
kehitam. Dengan menggunakan loop, tekstur batuan ini merupakan tekstur sisa
yaitu blastoporfiritik. Struktur batuan ini termasuk kedalam non foliasi -
hornfelsic. Batu ini mengandung mineral serpentin. mineral serpentinyang
berwarna hijau, memiliki ukuran sedang, bentuk mineral ini adalah subhedral dan
kelimpahannya sebanyak 80%. Batu ini memiliki protholith batuan beku, jenis
metamorfosa batuan ini adalah metamorfime dinamik dan batuan ini terbentuk di
zona cesar.

Batu Slate

Dari hasil pengamatan yang saya lakukan, bahwa sample dari batuan
kedua merupakan batuan metamorf foliasi, dan saya lihat warna segarnya hitam
dan warna lapuknya hitam kecoklatan. Dengan menggunakan loop, tekstur
batuan ini merupakan tekstur kristaloblastik yaitu xenoblastik . Struktur batuan
ini termasuk kedalam foliasi – slaty cleavage. Batu ini tidak memiliki kandungan
mineral mengandung mineral karena sudah sangat kompak. Batu ini memiliki
protholith batuan sedimen, jenis metamorfosa batuan ini adalah metamorfime

124
dinamik dan batuan ini terbentuk di zona cesar. Dengan ini saya dapat
menyimpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu slate.

Batu Mika schist

Pengamatan ketiga menunjukan bahwa sampel merupakan batuan


metamorf foliasi, dan saya lihat warna segarnya . . . . dan warna lapuknya . . . .
Dengan menggunakan loop, tekstur batuan ini merupakan tekstur kristaloblastik
yaitu lepidoblastik. Struktur batuan ini termasuk kedalam foliasi -schistose. Batu
ini mengandung mineral mika. Mineral mika berwarna putih, memiliki ukuran
sedang, bentuk mineral ini adalah subhedral dan kelimpahannya sebanyak 80%.
Batu ini memiliki protholith batuan beku, jenis metamorfosa batuan ini adalah
metamorfime regional dan batuan ini terbentuk akibat orogenesis. Dengan ini
saya dapata menyimpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu mika schiss.

Batu Gneiss

Berdasarkan hasil pengamatan yang saya lakukan, bahwa dari batuan


keempat merupakan batuan metamorf foliasi, dan saya lihat warna segarnya hitam
dan warna lapuknya hitam kecoklatan. Dengan menggunakan loop, tekstur
batuan ini merupakan tekstur kristaloblastik yaitu nematoblatik . Struktur batuan
ini termasuk kedalam foliasi - gneissic. Batu ini mengandung mineral mika.
Mineral mika dalam batuan ini berwarna hitam, memiliki ukuran halus, bentuk
mineral ini adalah anhedral dan kelimpahannya sebanyak 80%. Batu ini memiliki
protholith dari batuan beku, jenis metamorfosa batuan ini adalah metamorfime
dinamik dan batuan ini terbentuk akibat adanya proses metamorfosa yaitu
terbentuk di zona cesar. Dengan ini saya menyimpulkan bahwa batuan tersebut
adalah batu gneiss. \

Batu mika schist

Pengamatan pada sampel batuan kelima kuran lebih sama dengan


sampel ke tiga. Menunjukan bahwa dari batuan kelima merupakan batuan
metamorf foliasi, dan saya lihat warna segarnya hijau kehitaman dan warna

125
lapuknya hijau kekuningan. Dengan menggunakan loop, tekstur batuan ini
merupakan tekstur kristaloblastik yaitu lepidoblastik. Struktur batuan ini
termasuk kedalam foliasi -schistose. Batu ini mengandung mineral muskovit dan
biotit. Mineral ini berwarna putih dan hitam, memiliki ukuran sedang, bentuk
mineral ini adalah subhedral dan kelimpahannya dari kedua mineralnya sebanyak
70% dari batuan. Batu ini memiliki protholith batuan beku, jenis metamorfosa
batuan ini adalah metamorfime regional dan batuan ini terbentuk akibat adanya
proses metamorfosa yaitu orogenesis. Dengan ini saya menyimpulkan bahwa
batuan tersebut adalah batu mika schiss.

5. 5 Kesimpulan
Berdasarkan dari data klasifikasi dan identifikasi serta analisa tentang
batuan metamorf dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap batuan metamorf memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda antara
satu dengan yang lain.
2. Batuan metamorf terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/
atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.
3. Batuan metamorf cenderung berstruktur foliasi jika batuan terlihat
penjajaran mineralnya, dan batuan metamorf cenderung berstruktur non
foliasi jika batuan tidak terlihat penjajaran mineralnya,
4. Mineral yang terkandung dalam batuan mempengaruhi penamaan pada
batuan metamorf.
5. Protolith (batuan asal) suatu batuan metemaorf masing – masing
berbeda satu dengan yang lainnya.
6. Batuan berbutir kasar merupakan hasil metamorfisme dalam waktu
yang panjang serta suhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang
berbutir halus waktunya relatif pendek serta suhu dan tekanan yang
rendah.

126
BAB VI

STRATIGRAFI

6. 1 Tujuan Percobaan

1. Dapat mengukur Strike dan Dip menggunakan kompas geologi.

2. Mampu mengidentifikasi batuan penyusun suatu singkapan.

3. Mengaplikasikan symbol lithologi pada pembuatan sketsa


singkapan.

4. Mampu memperkirakan dan mendeskripsikan asal-usul


terjadinya singkapan berdasarkan hokum- hokum stratigrafi

6. 2. Teori Dasar

PENGERTIAN STRATIGRAFI

Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan yang
tersebar dan berhubungan dengan batuan, dan grafi (graphic) yang berarti
pemerian/ gambaran atau urut-urutan lapisan. Komposisi dan umur relatif serta
distribusi peralapisan tanan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan

127
yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). Jadi stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari
pemeriaan perlapisan batuan pada kulit bumi. Secara luas stratigrafi merupakan
salah satu cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan
dan kejadian batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi.

batuan yang lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang


sejarah bumi.

. HUKUM STRATIGRAFI

Tabel 6. 1 Hukum Stratigrafi

Hukum Superposisi (Nicolas Hukum Horizontalitas (Nicolas Original Continuity


Steno,1669): Dalam suatu Steno,1669): Pada awal proses (Nicolas Steno,1669):
urutan perlapisan batuan, sedimentasi, sebelum terkena gaya Batuan sedimen
maka lapisan batuan yang atau perubahan, sedimen melampar dalam area
terletak di bawah umurnya terendapkan secara horizontal yang luas di permukaan
relatif lebih tua dibanding bumi.
lapisan diatasnya selama
lapisan batuan tersebut belum
mengalami deformasi.

128
Uniformitarianism (James Faunal Succession (Abble Giraud- Strata Identified by Fossils
Hutton, 1785) : Soulavie, 1778):  Pada setiap (Smith, 1816) : Perlapisan
Uniformitarianisme adalah lapisan yang berbeda umur batuan dapat dibedakan
peristiwa yang terjadi pada geologinya akan ditemukan fosil satu dengan yang lain
masa geologi lampau dikontrol yang berbeda pula. Secara dengan melihat
oleh hukum-hukum alam yang sederhana bisa juga dikatakan Fosil kandungan fosilnya yang
mengendalikan peristiwa pada yang berada pada lapisan bawah khas
masa kini.   Hukum ini lebih akan berbeda dengan fosil di
dikenal dengan semboyannya lapisan atasnya.
yaitu “The Present is the key to
the past. ”

Facies Sedimenter (Selley, Cross-Cutting Relationship (A. W. Law of Inclusion: Inklusi


1978): Suatu kelompok litologi R Potter & H. Robinson): Apabila terjadi bila magma
dengan ciri-ciri yang khas yang terdapat penyebaran lap. Batuan bergerak keatas
merupakan hasil dari suatu (satuan lapisan batuan), dimana menembus kerak,
lingkungan pengendapan yang salah satu dari lapisan tersebut menelan fragmen2 besar
tertentu. Aspek fisik, kimia memotong lapisan yang lain, maka disekitarnya yang tetap
atau biologi suatu endapan satuan batuan yang memotong sebagai inklusi asing yang
dalam kesamaan waktu. Dua umurnya relatif lebih muda dari tidak meleleh. Jadi jika
tubuh batuan yang pada satuan batuan yang di ada fragmen batuan yang
diendapakan pada waktu yang potongnya. terinklusi dalam suatu
sama dikatakan berbeda fsies perlapisan batuan, maka
apabila kedua batuan tersebut perlapisan batuan itu
berbeda fisik, kimia atau terbentuk setelah fragmen
biologi (S. S. I. ) batuan. Dengan kata lain
batuan/lapisan batuan
yang mengandung
fragmen inklusi, lebih
muda dari batuan/lapisan
batuan yang menghasilkan

129
fragmen tersebut.

UNSUR STRATIGRAFI

1) Unsur Batuan

Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan
pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan
sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan,
batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan
terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang
berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan
perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiap
lapisan. Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen,
maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan
yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan
stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.

2) Unsur Perlapisan.

Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang


memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses
sedimentasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu
proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer
berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses
pertumbuhan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa:

• Akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport,


sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih
(overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya.

• Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk


sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.

130
Analisa profil sedimentasi merupakan suatu metoda stratigrafi yang
digunakan untuk mendapatkan data litologi yang terperinci dari suatu satuan
stratigrafi, mendapatkan ketebalan yang teliti dri tiap-tiap satuan stratigrafi, dan
mempelajari hubungan startigrafi antar satuan batuan serta urut-urutan
sedimentasi dalam arah vertikal secara detail untuk menafsirkan lingkungan
pengendapan. Analisa profil sedimentasi merupakan metode yang umum
digunakan untuk menganalisan urut-urutan vertikal yang didapatkan dari sumur
pemboran. Satuan startigrafi dapat terdiri dari satu jenis batuan atau perselingan
beberapa jenis litologi atau satu litologi utama dengan sisipan-sisipan.
Pembagian satuan sangat tergantung pada skala yang digunakan untuk
menggambar kolom stratigrafi.

Setiap satuan litologi yang diukur harus diberi pemerian selengkapnya


secara beraturan dan sistematik. Hal yang harus diperhatikan dalam pemeriaan
satuan batuan adalah sebagai berikut :

1. Penamaan dari satuan batuan

2. Jumlah litologi dan sifatnya, yaitu :

a) Berupa penyisipan terhadap batuan utama atau perselangselingan dari


beberapa litologi,

b) Sifat batas atas dan batas bawah lapisan,

c) Sifat besar butir dalam urutan vertikal dalam lapisan,

d) Urutan struktur sedimen yang ada (seragam, bervariasi, atau berubah ke


atas)

3. Pemerian litologi setiap lapisan, meliputi :

• Fragmen pembentuk

• Semen dan masa dasar

• Warna

131
• Besar butir

• Pemilahan

• Bentuk butir

• Kemas

• Keberadaan mineral sedikit

• Porositas

• Kekompakan

• Struktur sedimen

4. Kandungan fosil.

5. Hubungan dengan satuan di atasnya.

Untuk menganalisa urut-urutan vertikal yang tersingkap ke atas


permukaan, dapat dilakukan menggunakan pengukuran penampang stratigrafi
atau penampang straigrafi terukur. Penampang stratigrafi terukur adalah suatu
penampang atau kolom yang menggambarkan kondisi stratigrafi suatu jalur, yang
secara sengaja telah dipilih dan telah diukur untuk mewakili daerah tempat
dilakukannya pengukuran tersebut. Jalur yang diukur tersebut dapat meliputi satu
formasi batuan atau lebih, sebaliknya pengukuran dapat pula dilakukan hanya
pada sebagian dari suatu formasi, sehingga hanya meliputi satu atau lebih satuan
lithostratigrafi yang lebih kecil dari formasi, misalnya anggota atau bahkan hanya
beberapa perlapisan saja. Dari penampang stratigrafi terukur juga dapat
dilakukan analisa lingkungan pengendapan seperti pada analisa profil
sedimentasi.

132
Salah satu metoda untuk melakukan pengukuran untuk mendapatkan data
pada pengukuran startigrafi terukur adalah dengan metoda rentang tali atau yang
dikenal juga sebagai metoda Brunton and tape dilakukan dengan dasar
perentangan tali atau meteran panjang. Semua jarak dan ketebalan diperoleh
berdasar rentangan tersebut. Pengukuran dengan metoda ini akan langsung
menghasilkan ketebalan sesungguhnya hanya apabila dipenuhi syarat bahwa arah
rentangan tali tegak lurus pada jalur perlapisan, arah kelerengan dari tebing atau
rentangan tali tegak lurus pada arah kemiringan dan diantara 2 ujung rentangan
tali tidak ada perubahan jurus maupun kemiringan.

STRATIGRAFI REGIONAL BALIKPAPAN

Wilayah Kota Balikpapan tersusun atas empat satuan batuan, berturut–


turut dari yang paling muda ke tua adalah satuan endapan pasir ( Endapan Alluvial
), Formasi Kampung Baru, dan Formasi Balikpapan. Pengamatan yang dilakukan
selama penelitian, batuan yang terdapat di Kota Balikpapan menunjukkan variasi
yang relatif sama dengan apa yang telah di temukan para peneliti terdahulu,
umumnya terdiri dari batupasir kuarsa, batupasir dengan sisipan nodul-nodul besi,
serpih, batulempung, dan sisipan batubara. Oleh karena itu, penamaan satuan
batuan dalam pembahasan tentang batuan dan statigrafi secara detail akan
mengacu pada penelitian yang telah ada.

133
Gambar 6. 1. Stratigrafi Regional Balikpapan

a) Formasi Kampung Baru

Satuan ini mempunyai sebaran yang paling luas di wilayah Kota


Balikpapan, terutama di bagian utara dan tengah, meliputi wilayah Kecamatan
Balikpapan Barat, Kecamatan Balikpapan Utara, sebagian Kecamatan
Balikpapan Tengah, dan Kecamatan Balikpapan Timur. Satuan ini terdiri dari
perselingan batulempung, batulanau, batupasir kuarsa, serpih, dengan sisipan
batubara, lignit, dan napal. Pada beberapa lapisan mengandung modal atau
koreksi oksida dan batugamping.

Satuan ini diendapkan secara selaras dan sebagian menjari dengan satuan
bawahnya. Singkapan batubara yang cukup tebal >3 meter dan dijumpai di

134
Dusun Gunung Binjai. Batulempung, dilapangan memperlihatkan warna yang
bervariasi mulai putih, batulempung banyak mengandung konkresi–konkresi besi
oksida. serpih, abu–abu sampai abu–abu gelap, ukuran butir lempung,
menyerpih, setempat-setempat dijumpai sisipan nodul–nodul besi oksida. Napal,
putih abu-abu dengan campuran lempung, mineral karbonat, mudah diremas.
Batulanau, abu-abu kecoklatan, ukuran butir lanau, kadang bercampur dengan
ukuran butiran lempung dan pasir halus membentuk batulumpur, laminasi
sejajar, dalam sayatan tipis memperlihatkan kandungan mineral kuarsa 20–40%.
Batupasir, putih hingga coklat, agak keras sampai lepas, ukuran pasirhalus
pasirkasar, struktur perlapisan sejajar, cross stratification, laminasi sejajar,
perlapisan silang siur, sebagian mengandung konreksi–konreksi besi oksida.
Batubara, hitam getas relative tebal 2–8,5 m, melensa, sebagian besar tersingkap
di Gunung Binjai. Konglomerat, abu-abu coklat, ukuran butiran 0,5-3 cm,
sebagian sisipan dan lensa kecil pada batulempung dan batupasir, pemilahan
sedang, bentuk butir membulat–membulat tanggung, kemas tertutup, butiran
terdiri dari fragmen batupasir, fosil kayu dan batubara.

Formasi ini mempunyai umur miosen akhir dan diendapkan pada


lingkungan pengendapan darat-laut dangkal dengan fasies darat dan fasies laut
dangkal. Formasi Kampung Baru diendapkan secara selaras diatas formasi
Balikpapan.

b) Formasi Balikpapan

Formasi Balikpapan sebagian besar tersebar di bagian Barat laut dan Barat
daya. Wilayah Kota Balikpapan, meliputi daerah Kecamatan Balikpapan
Selatan, Kecamatan Balikpapan Tengah dan Kecamatan Balikpapan Barat.

Bagian atas satuan ini didominasi oleh batupasir kuarsa, dengan sisipan
batulempung, batulanau, dan serpih. Sedangkan pada bagian bawah disusun oleh
perselingan batulanau, batupasir dan batulempung dengan sisipan napal,
batupasir gamping dan batubara. Batubara pada satuan ini umumnya relatif lebih
tipis dibandingkan Formasi Kampung Baru. Kenampakan yang paling umum

135
pada satuan ini adalah batupasir kuarsa yang sebagian besar memperlihatkan
struktur silang siur (cross bedding).

Batupasir kuarsa, sebagian besar batupasir kuarsa yang tersingkap bersikap


mudah lepas. Lokasi utama terdapatnya singkapan batupasir yang kompak adalah
di puncak G. Kemendur, serta di P. Babi dan sekitarnya. Di lapangan batupasir
kuarsa ini umumnya memperlihatkan warna putih, sebagian kecoklatan sampai
kemerahan, ukuran butir, pasir sedang-pasir kasar, pemilihan baik, tersusun oleh
sebagian besar adalah mineral kuarsa (78-90%), mineral mafik (3-5%), semen
silika, oksidasi besi dan sebagian kecil karbonat (2-5%). Batupasir kuarsa di
lapangan umumnya memperlihatkan struktur cross bedding, cross lamination,
herring bone, dan sebagian parallel lamination serta massif. Dibawah mikroskop
(contoh dari P. Babi dan G. Kemendur), terdapat dua jenis kuarsa, yaitu kuarsa
monomik dan kuarsa polimik. Kuarsa polimik adalah butiran kuarsa yang
tersusun oleh interlocking beberapa kuarsa halus. Beberapa kuarsa
memperlihatkan semintasi secondary outgrowt. Oleh karena itu, sebagian besar
batupasir kuarsa dari kedua tempat tersebut relatif lebih kompak dibanding
batupasir kuarsa dari tempat lain.

Batulanau, dilapangan sebagian besar berukuran butir mulai lanau hingga


lempung, bahkan banyak juga mengandung ukuran pasir sangat halus, dengan
struktur sedimen yang berkembang laminasi sejajar. Beberapa penulis sering
menyebut sebagai batulumpur (mudstone). Warna umumnya abu-abu hingga
putih kecoklatan, lunak, mudah lepas, ketebalan sekitar 3-60 cm. Serpih, abu-
abu hingga abu-abu kehitaman, ukuran butir lempung,menyerpih, mudah
diremas, setempat-tempat dijumpai sisipan nodul-nodul besi oksida.

Batulempung, putih hingga abu-abu, ukuran butir lempung, lunak, sering


mengandung konkresi atau nodul oksida. Batulempung pada formasi ini
umumnya berselang-seling dengan batupasir, batulanau, atau serpih membentik
lapisan yang tipis.

136
Batubara, hitam hingga abu-abu, getas hadir sebagai sisipan dengan tebal
lapisan sekitar 0,5-4 m. Jika dibandingkan dengan sisipan batubara yang terdapat
pada formasi Kampung Baru, batubara di Formasi Balikpapan relatif lebih tipis.
Formasi ini mempunyai umur Miosen tengah-Miosen Akhir dan diendapkan pada
lingkungan pengendapan darat-transisi-laut dangkal dengan fasies delta. Formasi
ini mempunyai hubungan selaras dengan formasi dibawahnya yaitu Formasi Pulau
Balang. Satuan ini tersingkap di Pulau Balang serta bagian ujung berlaut wilayah
kota Balikpapan, yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kutai Kartenegara.
Satuan ini secara regional terdiri dari Batupasir Kuarsa, Batupasir Gamping,
Batulanau dengan sisispan Batubara. Di lapangan sebagian besar batuan penyusun
satuan ini lapuk dan tertutup vegetasi yang lebat. Oleh karena itu, data-data batuan
yang didapatkan di lapangan sangat terbatas.

Batupasir Kuarsa, warna putih kemerahan ,berukuran pasir sedang hingga


pasir sangat kasar, pemilahan baik, umumnya bersifat lepas. Beberapa bagian
tubuh batupasir kuarsa mengandung konkresi – konkresi besi oksida. Konkresi
besi oksida sering membentuk lapisan tipis di dalam kuarsa atau batulempung.
Batulanau warna abu-abu, ukuran butir lanau, sebagian lepas, di lapangan
umumnya sebagai sisipan pada batupasir kuarsa. Formasi ini mempunyai umur
Miosen Awal dan merupakan formasi tertua yang terdapat di kota Balikpapan,
diendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan fisies delta, dan mempunyai
hubungan secara terlaras terhadap formasi dibawahnya yakni formasi Pemaluan.

CARA MENGUKUR STRIKE DAN DIP

• Mencari arah jurus pada bidang (strike)

1. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik
menentukan arah.

2. Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian t


imur) pada bidang yang akan kita ukur.

137
3. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan
gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.

4. Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke


utara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk
menentukan dip.

• Mencari kemiringan bidang (dip)

1. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang
bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.

2. Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di


tengah.

3. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.

Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat


ditentukan dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan
berikut kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam
menentukan strike dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas,
dan mineral-mineral lainnya.

138
LITHOLOGI

Gambar 6. 2 Simbol-Simbol Lithologi

139
6. 3 Hasil Percobaan

Lokasi : Komplek BJBJ, Balikpapan


Cuaca : Cerah
Geologist : Prayoga W. P
Strike / Dip : N 270 o E/
Ketebalan Deskripsi Formasi Lingkungan
(m) Pengendapan

140
6. 4 Pembahasan

KOLOM LITHOLOGI

Dalam suatu pengamatan singkapan, salah satu hal pokok yang harus
dikuasai dalah membuat kolom lithologi. Untuk membuat bentuk penyajian data
tersebut, harus terlebih dahulu menguasai identifikasi batuan dan symbol-simbol
lithologi. Apabila kedua unsur tersebut telah dikuasai, pengamatan dapat dimulai.

Hal pertama yang harus dilakukan praktikan adalah menyiapkan kolom


lithologi yang berisi ketebalan, batuan penyusun lapisan, deskripsi batuan,
formasi, dan lingkungan pengendapan. Tidak lupa disertakan pula lokasi, waktu
dan cuaca saat pengamatan. Pengamatan dimulai dengan mengamati lapisan
teratas. Pada lokasi singkapan daerah BJBJ, Balikpapan, didapati lapisan teratas
dari singkapan adalah batu lempung dengan ketebalan kurang lebih 1 meter. Cara
penggambaran pada kolom lithologi adalah dengan menarik garis lurus dengan
nama batuan pada kolom batuan penyusun sepanjang skala yang ditentukan.
Misalnya lapisan pertama “Clay” . maka tarik garis sepanjang skala (misal 1:100)
kemudian tarik garis ke kanan sehingga membentuk persegi dan menutup kolom.
Setelah itu, gambar symbol lithologi pada persegi tersebut secara penuh.
Kemudian beri warna sesuai ketentuan yaitu hijau tua untuk clay. Deskripsikan
batuan clay pada lapisan tersebut dan tulis pada kolom deskripsi. Disini praktikan
dituntut objektif dalam menjelaskan.

Lapisan kedua didapati sedikit lapisan batubara hanya setebal 0,5 meter.
Dalam aturan lithologi, batubara disimbolkan dengan warna hitam pekat. Lapisan
berikutnya ditemukan kembali batulempung dengan ketebalan 1 meter. Namun,
pada lapisan ketiga ini, batu lempung disisipi batubara sebagai fragmen. Lapisan
keempat didapati kembali batubara setebal 0,25 meter. Cara mengetahui batubara
dengan mudah adalah, apabila dipatahkan dengan tangan, akan patah seperti kayu.

Pada lapisan keempat, mulai terlihat variasi lapisan. Disini didapati


batulanau dengan ketebalan 0,25 meter. Batu lanau berukuran lebih halus dari
pasir dan tidak lengket seperti lempung. Dalam penggambaran di kolom lithologi,

141
pola lanau adalah garis dan titik berselingan dengan warna hijau muda. Lapisan
kelima adalah yang paling tebal yaitu pasir. Didapati ketebalan lapisan ini kurang
lebih 1,5 meter. Pola pasir adalah titik-titik berderet dengan warna kuning.
Lapisan keenam adalah lempung dengan sisipan pasir setebal 0,5 meter. Cara
penggambarannya digabungkan. Lapisan yang terakhir terletak pada ujung
singkapan adalah lempung setebal 1 meter. Dari lapisan atas hingga bawah,
terdapat perbedaan dari setiap lempung. Lempung yang berada pada lapisan atas
berwarna terang kemerahan dan semakin gelap untuk lapisan lempung
dibawahnya. Itu menunjukan umur lapisan.

Dari pendeskripsian diatas dapat diketahui bahwa lokasi BJBJ dulunya


adalah zona transisi (antara darat dan laut). Dengan struktur tersebut,
diperkirakan saat laut pasang , air membawa suplay lempung ke daratan,
kemudian saat air surut pasir dan lanau menutupi lapisan lempung yang
sebelumnya. Seperti itu seterusnya. Lapisan batubara berasal dari tumbuhan
bakau yang telah mati dan memfosil kemudian saar air laut pasang kembali,
lapisan bakau tertutup kembali oleh lempung. Pernyataan ini didukung dengan
adanya fosil dan jejak galian biota pantai seperti kepiting pada lapisan.

KOMPAS GEOLOGI

Untuk mengetahui strike dan dip suatu singkapan, mutlak diperlukan


penguasaan kompas geologi. Namum sebelum itu, harus terlebih dahulu
mengetahui arah strike dan dip dengan kaidah tangan kanan. Dimana jari jempol
menunjukan arah strike dan empat jari yang sejajar menunjukan arah dip.

Untuk memudahkan dalam pengukuran, digunakan papan scanner sebagai


bidang terusan arah dip sehingga bias melakukan pengukuran pada bidang
tersebut. Mencari arah jurus pada bidang (strike) :Kenali dulu arah utara pada
kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah. Tempelkan sisi kompas yang
bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur.
Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara pada
bull eyes berada di tengah. Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang

142
mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk
menentukan dip.

Mencari kemiringan bidang (dip) Pada garis lurus yang dibentuk


strike,tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara
tegak lurus. Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di
tengah. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.

Dari hasil pengamatan di lokasi BJBJ didapati nilai strike dan dip =N
270oE/ 10oW.

SKETSA SINGKAPAN

Dalam pengamatan dan penggambaran sketsa singkapan, pertma


praktikan harus mengamati seluruh singkapan dari jarak yang ideal. Sketsa
sederhana dapat dibuat dengan menggambar langsung apa yang dilihat semirip
mungkin. Gambar harus dibatasi antara lapisan satu dengan lainnya. Setelah
gambar sketsa terbentuk, gambarkan simbol lithologi dari setiap lapisan. Beri
warna sesuai dengan ketentuan. Penggambaran dapat juga berpedoman pada
kolom lithologi yang sudah dibuat sebelumnya.

143
6.5 Kesimpulan
1. Kompas Geologi digunakan dalam pengukuran strike, dip, dan
ketebalan lapisan
2. Kolom stratigrafi berisi tentang informasi batuan penyusun singkapan.
3. Mengukur strike dan dip didasarkan dari kaidah tangan kanan.
4. Wilayah BJBJ merupakan zona transisi karena tersusun dai lempung,
batubara dan pasir.
5. Terdapat fosil yang menandakan BJBJ merupakan zona transisi.
6. Sketsa dibuat untuk memudahkan pengenalan singkapan.

144
BAB VII

PEMBAHASAN UMUM

Serangkaian praktiku geologi fisik diadakan dalam 6 sesi. Untuk


memaksimalkan pemahaman maka setiap acara diadakan dalam 1 hari. Sesi
pertama adalah acara Mineral, diikuti Batuan Beku 1 minggu kemudian.
Berlanjut pada batuan sedimen, metamorf , dan stratigrafi. Sesi keenam adala
Final test.

Praktikum identifikasi megaskopik mineral dan batuan seluruhnya


dilaksanakan di kampus 2 Km. 8 STT MIGAS Balikpapan. Sedangkan untuk
stratigrafi dilaksanakan di komplek BJBJ, Balikpapan. Untuk Final test
dilaksanakan di lapangan tenis yang ada di kawasan BJBJ.

Acara praktikum pertama adalah identifikasi megaskopik mineral. Pada


acara praktikum pertama yaitu praktikum tentang mineral, saya mengamati tiga
mineral felsik dan tiga mineral mafik. Mineral felsik yaitu mineral yang berwarna
cerah, mineral dapat diidentifikasikan sesuai warna, cerat, kilap, kekerasan,
bentuk kristal, belahan, pecahan, berat jenis, tenacity, diaphaneity, nilai ekonomis,
genesa, dan lain-lainnya secara megaskopis maupun dengan bantuan loop ( kaca
pembesar ), ternyata dari 7 mineral yang telah saya amati ada persamaan maupun
perbedaan sifat karakteristik antara mineral yang satu dengan mineral yang
lainnya. Sebagai contoh, mineral hornblende dan mineral biotit, kedua mineral ini
memilki warna mineral yang sama, yaitu warna hitam, tetapi kedua mineral ini
memiliki warna cerat yang berbeda, yaitu abu-abu pada mineral hornblende dan
coklat gelap pada biotit. Selain kedua mineral tersebut ada lagi persamaan dan
perbedaan antara mineral ortoklas dan mineral kuarsa, yaitu persamaan pada kilap
dan perbedaan pada bentuk kristal, kekerasan dan pecahan. Jadi, setiap mineral
tersebut dapat memiliki sifat karakteristik yang sama maupun berbeda dengan
mineral yang lain, meskipun tidak keseluruhan sama, tetapi ada beberapa sifat
karakteristik yang sama.

145
Dari 6 sampel batuan beku yang saya amati, kelompok saya dapat
mengetahui batuan beku asam, batuan beku intermediet, dan batuan beku basa.
Mengetahui tekstur yang meliputi derajat pengkristalan, bentuk kristal, ukuran
butir, dan pola susunan butir. Mengetahui pula komposisi mineral yang
terkandung dalam batuan beku tersebut, struktur dan tempat terbentuknya.
Sebagai contoh batu syenit dan batu diorit, dari kedua jenis batuan ini memiliki
perbedaan identifikasi batuan beku. Jenis batuan antara batu syenit dan batu diorit
memiliki perbedaan, batu syenit termasuk jenis batuan yang terbentuk secara
intrusif sedangkan batu diorit termasuk jenis batuan beku yang terbentuk secara
ekstrusif. Dari segi tekstur kedua batuan ini memiliki kesamaan, derajat
pengkristalan pada kedua batuan ini sama-sama menunjukan pada derajat
pengkristalan holokristalin. Bentuk kristal pada kedua batuan ini euhedral. Pada
strukturnya kedua batuan ini sama-sama memiliki struktur masif. Tetapi pada
batuan beku yang saya amati juga memiliki persamaan maupun perbedaan antara
batuan beku yang satu dengan yang lain, sebagai contoh batu diorit dan batu
peridotit. Kedua batuan ini memiliki jenis batuan yang sama yaitu batuan beku
intermediet. Dari segi pola susunan butirnya kedua batuan ini memiliki pola
susunan butir yang sama yaitu faneroporfiritik.

Di dalam batuan sedimen sendiri dapat memiliki tekstur yang sama


maupun berbeda antara batuan yang satu dengan yang lain, tidak hanya pada
bagian tekstur dan komposisi, struktur pun dapat sama maupun berbeda antara
batuan yang satu dengan yang lain. Contoh batulanau (siltstone) dengan dan
batulempung (claystone), dari kedua jenis batuan ini memiliki persamaan pada
jenis batuan, yaitu keduanya memiliki jenis batuan sedimen klastik. Dari segi
tekstur yang meliputi ukuran butir, bentuk butir, dan sortasi berbeda. Tetapi ada
pula batuan sedimen yang memiliki persamaan seperti batulanau dan baturijang
(chert), keduanya tidak memiliki fragmen, dan matriks.

Dari hasil praktikum yang saya dapat tentang batuan metamorf, maka
dengan ini saya mengidentifikasi beberapa jenis batuan metamorf. Dari
pengamatan ada beberapa perbedaan dan persamaan antar batuan yang satu

146
dengan batuan yang lain. Sebagai contoh marble dan quartzite, dari kedua batuan
ini memiliki perbedaan dari segi tekstur. Pada marble memiliki tekstur
nematoblastik sedangkan pada quartzite memiliki tekstur blastoporfiritik. Dari
segi struktur kedua batuan ini juga memiliki perbedaan. Tetapi pada kedua batuan
metamorf ini juga memiliki persamaan pada jenis batuan yaitu batuan metamorf
non foliasi.

Cara mengukur strike dengan kompas geologi strike (jurus) suatu bidang
adalah “bearing” sebuah garis horizontal yang terdapat pada bidang tersebut.
Cara mengukur strike (jurus), mula-mula tutup kompas dibuka sampai 90˚ atau
lebih. Sisi badan kompas E ditempelkan pada bagian atas bidang perlapisan dan
diatur sedemikian rupa sehingga gelembung di dalam nivo masuk di dalam
lingkaran dengan sisi E kompas tetap bersinggungan pada bidang perlapisan.
Setelah jarum kompas tenang, kedudukan jarum utara kompas pada lingkaran
pembagian derajat dibaca. Hasil pembacaan ini adalah menunjukkan arah jurus
bidang tersebut. Pada kompas dengan lingkaran pembagian 0˚ – 360˚, apabila sisi
badan kompas E ditempelkan pada bidang diukur jurusnya, yang dipakai untuk
pembacaan adalah jarum utara (N 77˚ E). Apabila sisi badan kompas W yang
ditempelkan, yang dipakai untuk pembacaan adalah jarum selatan (S 14˚ N). Pada
kompas dengan lingkaran pembagian derajat 0˚ sampai 90˚, apabila sisi badan
kompas E ditempelkan pada bidang yang diukur jurusnya, pembacaan juga
memakai jarum kompas utara. Sama halnya apabila sisi badan kompas W yang
ditempelkan, maka pembacaan juga dilakukan dengan jarum kompas selatan.
Cara mengukur dip dengan kompas geologi, dip (kemiringan) suatu bidang adalah
sudut pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus, dan merupakan sudut yang
dibentuk oleh garis horizontal pada bidang vertikal tersebut dengan garis
perpotongan antara bidang yang diukur dengan bidang vertikal tadi. Dengan
demikian arah kemiringan ini akan tegak lurus terhadap arah jurus kearah jarum
jam. Cara mengukur dip (kemiringan) bidang yang diukur mula-mula diukur
jurusnya. Pada bidang tersebut kemudian ditarik garis yang merupakan arah
jurusnya. Tutup kompas dibuka penuh dengan sisi badan kompas yang ada

147
pembagian derajat untuk klinometer ditempelkan pada bidang tersebut sedemikian
rupa sehingga arah memanjang tutup kompas dan badan kompas tegak lurus
jurusnya. Apabila menggunakan kompas tipe brunton, klinometernya diputar
sehingga gelembung di dalam klinometer level terletak di tengah. Besarnya sudut
kemiringan yang ditunjukkan oleh klinometer dibaca pada pembagian derajat
untuk klinometer.

148
BAB VIII

KESIMPULAN UMUM

1. Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang keseluruhan yang ada


di bumi beserta macam-macamnya.

2. Mineral merupakan komposisi utama pembentuk batuan.

3. Secara garis besar ada 3 macam batuan, yaitu Batuan Beku, Batuan
Sedimen, dan Batuan Metamorf.

4. Batuan Beku terbentuk dari proses pembekuan magma.

5. Batuan Sedimen terbentuk karena proses pengendapan dari batuan asal


atau material peyusunnya

6. Batuan Metamorf terbentuk karena rombakan dari batuan asal yang


mendapatkan suhu dan tekanan yang tinggi

7. Stratigrafi merupakan cabang ilmu geologi yang erat hubungannya dengan


batuan karena stratigrafi mempelajari tentang perlapisan batuan dan arah
penyebarannya.

8. Batuan dapat diketahui berdasarkan jenis, warna, tekstur, struktur,


komposisi, dan ganesanya. Apabila data tersebut telah valid/lengkap maka
dapat diketahui nama, jenis, dan asal batuan tersebut.

9. Mangetahui macam mineral yang terkandung dalam batuan tersebut


sehingga dapat mambantu pengklasifikasian pada suatu batuan.

10. Batuan sedimen memiliki tiga jenis semen, yaitu karbonat apabila bereaksi
dengan larutan HCL yaitu mengeluarkan buih, silika apabila tidak bereaksi
dengan larutan HCL, dan oksidasi besi apabila berwarna merah jika
ditetesi larutan HCL.

149
11. Setiap mineral yang terkandung dalam suatu batuan memiliki spesifikasi
yang berbeda tergantung kandungannya, bagaimana terbentuknya batuan
tersebut.

12. Dan setiap mineral memiliki nilai ekonomis atau manfaat yang berguna
bagi manusia.

13. Dan sesuai dengan apa yang saya amati, mineral setiap batuan memiliki
mineral yang berbeda pula, tergantung begaimana batuan tersebut
terbentuk. Hal ini menentukan warna mineral, cerat, kilap, bentuk kristal,
belahan, pecahan, kekerasan, berat jenis,tenacity, diaphaneity, special
properties .

14. Setiap batuan beku yang saya amati memiliki spesifikasi yang berbeda
tergantung kandungannya,bagaimana terbentuknya.

15. Sesuai dengan apa yang saya amati, batuan beku miliki spesifikasi yang
berbeda, tergantung bagaimana batu tersebut terbentuk. Hal ini
menentukan warna batuan beku, derajat pengkristalannya, tekstur, bentuk
Kristal, komposisi mineralnya, struktur ciri khusus, bagaimana
terbentuknya yang menetukan nama batuan beku tersebut.

16. Dan batuan beku dikelompokkan menjadi batuan beku asam, batuan beku
menengah, batuan beku basa dan batuan beku ultrabasa berdasarkan
komposisi mineral dalam batuan beku tersebut .

17. Setiap batuan sedimen yang saya amati memiliki spesifikasi yang berbeda
tergantung sifat-sifat yang ada dan bagaimana terbentuknya.

18. Sesuai dengan apa yang saya amati, batuan sedimen memiliki spefikasi
yang berbeda-beda pula, tergantung bagaimana batu tersebut terbentuk.

19. Tidak semua batuan sedimen memiliki mineral aksesoris.

20. Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena
adanya bahan semen.

150
21. Masing–masing jenis batuan sedimen memiliki ciri–ciri tersendiri atau ciri
khusus.

22. Batubara termasuk salah satu batuan sedimen organik yang terbentuk dari
akumulasi dan pelestarian bahan tanaman. Batubara juga merupakan salah
satu bahan bakar fosil yang banyak digunakan dalam industri. Batubara
jenis lignit merupakan batu bara yang menempati peringkat terendah.

23. Setiap batuan metamorf memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda antara satu
dengan yang lain.

24. Batuan metamorf terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/atau


tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya.

25. Batuan metamorf cenderung berstruktur foliasi jika batuan terlihat


penjajaran mineralnya, dan batuan metamorf cenderung berstruktur non
foliasi jika batuan tidak terlihat penjajaran mineralnya.

151
DAFTAR PUSTAKA

Asisten Praktikum. 2012. Panduan Praktikum Geologi Fisik. Balikpapan, STT-


MIGAS BALIKPAPAN, Balikpapan.
Ahmad Syahid http://miningunlam. blogspot. com/2012/01/apa-itu-geologi. html

A Beginning to Understand Geology. 2008. JurusanTeknikGeologi,


Unpad, Jatinangor.

Sapiie, Benyamin dkk. 2006. Catatan Kuliah GL-1211

GeologiFisik. GeologidanPaleontologi FIKTM, ITB.

Mulyo, Agung. PengantarIlmuKebumian. 2004. Bandung :PustakaSetia.

23 Desember 2010,

Prihatin Tri Setyobudi http://ptbudie. wordpress. com/2010/12/23/definisi-


mineralogi-dan-mineral/

HendrikBoby Hertantohttp://geoenviron. blogspot. com/2011/12/mineral-


dan-unsur-unsurnya. html

http://lib. geologi. ugm. ac. id/lib/index. php?p=show_detail&id=3441

  
Modul praktikum Petrologi 2012 http://kelompok4geologia. blogspot.
com/2011/10/deskripsi-batuan-sedimen. html

http://file. upi. edu/Direktori/FPIPS/JUR. _PEND.


_GEOGRAFI/195901011989011-YAKUB_MALIK/PEDOMAN_PRAKTIKUM
_BATUAN. pdf

http://dulida. blogspot. com/2012/02/jenis-jenis-batuan-sedimen. html

      http://febryirfansyah. wordpress. com/2009/08/14/petrologi-batuan-


sedimen/

152

Anda mungkin juga menyukai