1904109010029
UNIFORMITARIANISME DAN CATHASTROPHIC
A. Uniformitarianisme
1. Pengertian
Uniformitarianisme adalah sebuah paham yang menyatakan bahwa dalam alam
semesta ada keteraturan sehingga suatu peristiwa akan terulang kembali. Keseragaman
yang diamati pada masa lalu akan muncul pada masa kini maupun masa depan.
Prinsip keseragaman alam digunakan untuk membenarkan baik penalaran induktif
maupun penelitian ilmiah.[3] Hal ini dapat dipahami secara sederhana bahwa masa
depan akan terlihat seperti masa lalu.[3] Dengan demikian, kita dapat memprediksi apa
yang akan terjadi pada masa depan dengan melihat apa yang terjadi pada masa lalu.
2. Tokoh
Tokoh utama katastrofisme pada awal abad ke-19 adalah para ilmuwan Prancis :
Georges Cuvier dan Leonce Elie de Beaumont. Teori katastrofisme mereka didasarkan
atas pekerjaan stratigrafi Tersier di Cekungan Paris Cuvier melihat urutan stratigrafi
tersebut sebagai akibat peristiwa-peristiwa bencana besar atau malapetaka (katastrofi)
yang tak hanya mengganggu urutan lapisan dan menyebabkan perubahan mula laut
yang dramatik tetapi juga menyebablan kepunahan massa fauna. Elie de Beaumont
monpluti Cuvier bahwa lapisan-lapisan yang miring dan terlipat yang diamatinya
mengartikan suatu gungguan yang mendadak, bukan akibat proses yang lambat dan
berangsur (gradual).
C. Uniformitarianisme vs Cathatrophic
Istilah-istilah katasrofisme dan uniformitarianisme diciptakan oleh William
Whewell pada tahun 1832. Tokoh utama katastrofisme pada awal abad ke-19 adalah
para ilmuwan Prancis : Georges Cuvier dan Leonce Elie de Beaumont. Teori
katastrofisme mereka didasarkan atas pekerjaan stratigrafi Tersier di Cekungan Paris.
Cuvier melihat urutan stratigrafi tersebut sebagai akibat peristiwa-peristiwa bencana
besar atau malapetaka (katastrofi) yang tak hanya mengganggu urutan lapisan dan
menyebabkan perubahan muka laut yang dramatik tetapi juga menyebabkan
kepunahan massa fauna Elie de Beaumont mengikuti Cuvier bahwa lapisan-lapisan yang
miring dan terlipat yang diamatinya mengartikan suatu gangguan yang mendadak,
bukan akibat proses yang lambat dan berangsur (gradual). Di pihak lain, berdiri Charles
Lyell, seorang pengikut james Hutton, yang membela perubahan lambat dan gradual
dalam proses-proses geologi yang disebut prinsip uniformitarianisme. Perdebatan sengit
pun terjadi di Inggris selama tahun 1820-an dan 1830-an. Di pihak katastrofisme ada
William Buckland dan Adam Sedgwick yang mengajukan teori katastrofik bernama teori
diluvial, yaitu bahwa banyak fenonema geologi terjadi sebagai akibat banjir zaman Nuh.
Meskipun teori diluvial tak bertahan lama, para pembela katastrofik mengatakan bahwa
sejarah Bumi itu punya arah, "direction" tertentu, semakin maju; bukan keadaan yang
tetap sama di semua zaman, "steady state" seperti yang dibela Charles Lyell. Begitulah
ringkasan perdebatan tersebut, seperti ditulis Hallam (1989, 2000).
Kini, kita melihat bahwa proses-proses dalam sejarah Bumi terjadi baik melalui
uniformitarianisme maupun katastrofisme. Gejala sedimentasi yang kini terjadi di muara
sungai atau pantai membentuk struktur-struktur sedimen yang persis sama yang kita
amati terdapat di batuan-batuan berumur Kapur atau Miosen misalnya. Proses modern
ternyata sama dengan proses puluhan juta tahun yang lalu -uniform atau seragam. Kita
juga melihat proses kompaksi dan litifikasi sedimen menjadi batuan yang lama,
berangsur atau gradual. Tetapi, kita melihat juga bahwa terdapat "directionalism" dalam
perkembangan makhluk hidup dari masa yang lebih lama ke masa yang lebih baru
berdasarkan peninggalan peninggalan Alam tak tinggal tetap steady state. Bencana-
bencana besar yang memunahkan massa fauna dan flora pun rutin terjadi, yang
terbesar misalnya pada akhir Perem dan akhir Kapur. Kombinasi konsep-konsep
uniformists dan catasthropists-lah yang terjadi.