Anda di halaman 1dari 61

USULAN TEKNIS

Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu


Kawasan IKN

E.1 PENDAHULUAN
Insinerasi adalah metode yang umum digunakan untuk mengolah sampah kota karena dapat
mengurangi volume sampah hingga 90% dan panas yang dihasilkan dapat dikonversi
menjadi listrik (Lam, et al., 2010). Sampah yang melalui proses pengolahan insinerasi akan
mengalami reduksi volume hingga >90 % (Manyele, 2008) dan hanya menyisakan residu
berupa abu yang tentunya mengurangi kebutuhan lahan penimbunan serta dapat
dimanfaatkan.
Insinerasi sampah kota menghasilkan 2 residu utama yang dapat digolongkan menjadi abu
terbang dan abu dasar. Sedangkan residu dari proses pirolisis dan gasifikasi yang sering tidak
termanfaatkan adalah char. Selain isu pengelolaan residu ini, hal lain yang menjadi perhatian
adalah strategi penggunaan abu insinerator agar penanganan akhir abu tidak berujung pada
penimbunan, tetapi dijadikan produk yang bermanfaat.
Bottom ash (atau slag dari fluidized bed insinerator) dibuang di tempat pembuangan sampah
di banyak negara tetapi dapat digunakan kembali dalam konstruksi dan bahan pembangunan
jalan dengan pretreatment. Sebelum penggunaan tersebut, namun, penilaian konten dan
pelindian harus dilakukan dan tingkat batas atas pencemar organik yang persisten, logam
berat dan parameter lainnya harus didefinisikan. Teknik pretreatment termasuk pengolahan
kering, basah dan termal serta skrining dan penghancuran dan pemisahan logam. Pelindian

Halaman E- 1
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

UPOPs diketahui meningkat dengan meningkatnya pH dan humus (kehadiran bahan


organik). Ini akan menunjukkan bahwa pembuangan di tempat pembuangan sampah yang
mempunyai lapisan dan khusus adalah lebih baik untuk fasilitas limbah campuran.
Menurut PP 101 Tahun 2014, penimbunan juga perlu dilakukan terhadap hasil olahan
solidifikasi/stabilisasi dan insinerasi namun kebutuhan lahan penimbunannya tidak sebesar
landfill yang tanpa proses pengolahan. Hasil olahan solidifikasi/stabilisasi umumnya berupa
blok monolitik sehingga diperlukan juga lahan untuk penimbunannya namun tidak seluas
untuk landfill sampah tanpa pengolahan.

E.2 PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


E.2.1. Pendekatan Umum
Secara umum pendekatan pelaksanaan pekerjaan ini akan memperhatikan ketentuan dan
kebijakan pemerintah dalam hal pengelolaan sampah kota sesuai dengan Rencana Induk dan
Strategi Pengembangan Ibu Kota Negara, Rencana Induk Terintegrasi Infrastruktur Dasar
Permukiman (RIT-IDP) IKN dan dokumen perencanaan dan pengembangan wilayah
lainnya.
Adapun beberapa pendekatan secara umum terkait pelaksanaan pekerjaan ini antara lain,
yaitu:
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan bidang pengelolaan
persampahan;
Prinsip-prinsip dan dasar-dasar perencanaan teknis lokasi penimbunan
sampah atau residu pengolahan sampah system termal;
Metode-metode serta teknik-teknik yang dapat diterapkan dan mempunyai
relevansinya di bidang teknik pengelolaan persampahan khususnya untuk
diaplikasikan dengan kondisi lapangan yang ada;

E.2.2. Pendekatan Teknis


Pekerjaan ini membutuhkan keterlibatan beragam disiplin ilmu, khususnya yang terkait
dengan rekayasa pembuatan landfill untuk residu. Beberapa aspek yang akan dikaji adalah
sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi dan lingkungan di lokasi yang di usulkan untuk menjadi tempat
penimbunan residu di kawasan IKN. Lokasi tersebut perlu dikaji lebih lanjut,
terutama menyangkut aspek-aspek :

Halaman E- 2
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

• Lingkungan, khususnya dalam kaitannya dengan potensi pencemaran


• Teknis, terutama dikaitkan dengan kemudahan operasional sarana tersebut.
• Ekonomis, menyangkut masa layanan dan biaya operasi pengelolaan
persampahan daerah tersebut.
2. Melakukan pengumpulan data sekunder topografi dari lokasi yang telah
direncanakan agar perancangan sarana tersebut dapat tergambar secara baik. Peta
topografi tersebut dengan perbedaan interval minimum 0,5 m memberi informasi
yang jelas tentang :
• Batas-batas tanah
• Slope dan ketinggian
• Sumber-sumber air yang berbatasan
• Jalan penghubung dari jalan umum ke lokasi tersebut
• Tata guna tanah yang ada

3. Mengumpulkan informasi hidrogeologis dan geoteknis yang akurat dan mewakili


secara baik seluruh lokasi terpilih tersebut, meliputi :
• Tanah : kedalaman, tekstur, struktur, porositas, permeabilitas, kelembaban
• Bedrock : kedalaman, jenis, kehadiran fraktur
• Air tanah di daerah lokasi : kedalaman rata-rata, kemiringan hidrolis, arah
aliran, kualitas dan penggunaan
• Badan air yang berbatasan langsung dengan lokasi : sifat, pemanfaatan, dan
kualitas
• Data klimatologis : presipitasi, evaporasi, temperatur, dan arah angin
4. Melakukan identifikasi laju perkembangan timbulan sampah, teknologi termal yang
akan digunakan dan karakteristik residu yang akan diangkut ke lokasi penimbunan.
5. Mengidentifikasikan dan merancang kebutuhan prasarana TPA seperti : sistem liner,
area pengurugan, pengumpul/pengolahan lindi, pengelolaan gas-bio, drainase rumah
jaga, tempat pencucian kendaraan, jembatan timbang, garasi alat berat dan
kendaraan lainnya, jalan masuk dari jalan umum ke lokasi TPA, jalan kerja di lokasi
serta jalan kerja di tempat penimbunan, jalur hijau, kebutuhan dan jenis alat berat
untuk operasi penimbunan, dan menyiapkan dokumen teknis untuk tender yang
diperlukan dalam pembangunan sarana tersebut.

Halaman E- 3
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu Kawasan IKN ini akan
dilakukan dengan melakukan pendekatan 2 (dua) arah, yaitu pendekatan yang bersifat
pemahaman terhadap kaidah-kaidah dan atau peraturan, dan atau standar yang ada dan telah
dikembangkan di Indonesia, antara lain melingkupi pemahaman terhadap :
 Ketentuan pemerintah dalam pembangunan bidang pengelolaan persampahan
 Prinsip-prinsip dan dasar-dasar perencanaan yang berupa teori sistem, manajemen serta
organisasi
 Metode-metode serta teknik-teknik yang dapat diterapkan dan mempunyai relevansinya
di bidang teknik pengelolaan persampahan khususnya untuk kondisi yang ada
 Standar – standar yang dikembangkan untuk pembangunan di bidang penataan
lingkungan hidup
 Pedoman lain yang dapat dipergunakan sehingga menyempurnakan hasil rancangan.

Pendekatan lainnya, dan merupakan strategi perencanaan yang mutlak harus dilakukan
adalah pendekatan pemahaman kondisi eksisting wilayah atau lokasi perencanaan.
Pendekatan ini mutlak dilakukan agar dapat dikembangkan perancangan yang berdasarkan
pada potensi serta dengan memperhatikan berbagai kendala yang ada, sehingga diperoleh
perencanaan yang mungkin untuk dilaksanakan. Hal-hal mendasar terhadap kondisi
eksisting lokasi TPA, yang akan menjadi alat dalam analisis, antara lain :

Halaman E- 4
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

 Kondisi daerah, masyarakat, sosial budaya dan perekonomian setempat


 Kondisi lahan sekitar TPA
 Kondisi sistem pengelolaan persampahan saat ini yang telah berlangsung dan diterapkan
 Pendapat serta usulan yang dikemukakan masyarakat, pengelola serta petugas
 Informasi lainnya dan yang bersifat “kebutuhan” yang datangnya dari lapangan.

Pendekatan ini perlu dilaksanaan, mengingat sasaran yang hendak dicapai bersifat majemuk
yang garis besarnya adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan sistem pengelolaan persampahan setempat sesuai dengan kaidah
perancangan yang baik
b. Hasil perancangan hendaknya bersifat implementatif
c. Memenuhi kebutuhan wilayah perencanaan

E.2.3. Pendekatan Teknis Operasional

Pendekatan teknis operasional mempertimbangkan kepentingan pihak pengguna dan


masyarakat sasaran agar strategi pengembangan kawasan yang dihasilkan menjadi
operasional dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat sasaran. Dari
sisi kepentingan pengguna harus bersifat aplikatif dan responsif, mudah dipahami dan dapat
diaplikasikan di lapangan dengan kemampuan teknis dan kebutuhan biaya yang sesuai
dengan kemampuan daerah serta sedapat mungkin juga melibatkan sumberdaya manusia
lokal secara optimal. Dari sisi penerima manfaat, harus mempertimbangkan pengembangan
sesuai kebutuhan masyarakat setempat dan mampu meningkatkan harkat masyarakat dengan
sedapat mungkin menyerap dan memperhatikan aspirasi masyarakat setempat mulai dari
proses kegiatan hingga diimplementasikan serta pengawasan dan pengendaliannya.

E.2.4. Pendekatan Kajian Engeneering


Dilakukan dengan menyusun desain teknis sebagai acuan pelaksanaan Studi Kelayakan dan
Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu Kawasan IKN . Pendekatan engineering
secara umum adalah:
1) Kebijakan penyusunan tata ruang dan sirkulasi dari perencanaan pembangunan agar
tetap mengacu pada kepentingan masyarakat dan tetap memasyarakat. Sehingga
dihasilkan sebuah tatanan ruang yang memudahkan pengguna maupun tamu dan tidak
menyesatkan.

Halaman E- 5
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

2) Dalam penyusunannya agar memperhatikan pelayanan umum yang telah disusun


Pemerintah daerah setempat yang orientasinya adalah untuk kebutuhan pelayanan
parsial dengan pertimbangan perencanaan yang komprehensive, meskipun pelayanan
tersebut harus tetap dikaji untuk dilakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan
scenario pengembangan yang direncanakan serta tetap memperhatikan asas legalitas
terhadap perijinan yang telah dikeluarkan.
3) Memperhatikan kebijaksanaan dan perencanaan sektoral yang terdapat atau yang
direncanakan di wilayah perencanaan.
4) Melengkapi dengan tampilan-tampilan perspektive atau bentuk tiga dimensi lainnya
untuk memperjelas kondisi lapangan dan rencana pengembangan yang dilakukan
5) Dalam sebuah manajemen kualitas, perencanaan sebuah kualitas dalam sebuah proses
produksi, desai produk, pelayanan, atau proses yang berkaitan dengan pelanggan,
merupakan hal terpenting sebelum sebuah produk tersebut diluncurkan. Beberapa
tahap yang dilakukan dalam perencanaan sebuah kualitas adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Proyek yang akan dikerjakan
 Mengidentifikasi Proyek.
- Menentukan tujuan dari kualitas
- Menominasikan tingkatan/menyeleksi proyek
- Menentukan/membentuk tim kerja
- Membuat kegiatan pendukung kinerja dari tim kerja
 Memberikan pendidikan dan pelatihan dalam membuat sistem
perencanaan kualitas
 Menentukan seorang fasilitator untuk mengontrol kinerja dari team
tersebut
 Merivew kinerja dan progress kinerja team tersebut
 Menerima/memberikan revisi-revisi pada hasil kinerja
 Mengidentifikasi/membantu jika diperlukan adanya perubahan-
perubahan
 Koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk perencanaan proyek
 Mengadakan forum-forum pertemuan untuk saling berdiskusi
 Mengkomunikasikan setiap hasil pekerjaan (Monitoring Progres)
 Mempersiapkan dokumen perencanaan, yang terdiri dari :

Halaman E- 6
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

- The scope of the planning projects


- Tujuan dari proyek tersebut, dan hasil-hasil yang akan dicapai
 Menentukan dasar dalam menentukan tujuan kualitas, seperti :
- Teknologi
- Pangsa pasar
- Pedoman-pedoman
- Sejarah proyek
- Tujuan proyek
 Memperhatikan peraturan-peraturan yang ada
 Memelihara Teamwork
2. Mengidentifikasi pelanggan dan target pasar
3. Mengetahui kebutuhan atau keinginan dari pelanggan
4. Menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi produk atau ketentuan-ketentuan
pelayanan, akan tetapi tetap dikaitkan kepada standar-standar baku, spesifikasi
teknis, dll
5. Mengembangkan pelayanan dari produk tersebut yang dapat melebihi kebutuhan
pelanggan
6. Mengembangkan proses-proses yang dapat memberikan pelayanan, pembuatan
produk dalam cara yang paling efisien.
7. Mentransfer desain kepada organisasi terkait agar proses tersebut dapat berjalan.

E.2.5. Strategi Dan Pendekatan Perencanaan


Perancangan sistem pengelolaan persampahan akan dilaksanakan dengan kombinasi 2 (dua)
pendekatan yaitu :
a. Perencanaan top - down
Pendekatan atas bawah dilaksanakan dengan dasar perencanaan :
 Ketentuan pemerintah dalam pembangunan bidang pengelolaan
persampahan
 Prinsip-prinsip dan dasar-dasar perencanaan yang berupa teori sistem,
manajemen serta organisasi

Halaman E- 7
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

 Metode-metode serta teknik-teknik yang dapat diterapkan dan mempunyai


relevansinya di bidang teknik pengelolaan persampahan khususnya untuk
kondisi yang ada
 Standar – standar yang dikembangkan untuk pembangunan di bidang
penataan lingkungan
 Pedoman lain yang dapat dipergunakan sehingga menyempurnakan hasil
rancangan.
b. Perencanaan down- top
Pendekatan bawah atas dilaksanakan dengan dasar perencanaan :
 Kondisi daerah, masyarakat, sosial budaya dan perekonomian setempat
 Kondisi sistem pengelolaan persampahan saat ini yang telah berlangsung
dan diterapkan
 Pendapat serta usulan yang dikemukakan masyarakat, pengelola serta
petugas
 Informasi lainnya dan yang bersifat “kebutuhan” yang datangnya dari
lapangan.

Pendekatan ini perlu dilaksanaan, mengingat sasaran yang hendak dicapai bersifat majemuk
yang garis besarnya adalah sebagai berikut :
d. Peningkatan sistem pengelolaan persampahan setempat sesuai dengan kaidah
perancangan yang baik
e. Hasil perancangan hendaknya bersifat implementatif
f. Memenuhi kebutuhan wilayah perencanaan

Sistem pengelolaan akan direncanakan sesuai dengan strategi pengembangan sistem sebagai
berikut :
a. Pendiskripsian obyektif : menuju sistem pengelolaan persampahan yang optimal yaitu
maksimasi efektifitas sistem dan minimasi dari pemakaian sumber daya
b. Pencapaian sasaran diusahakan berjenjang (memiliki sasaran antara)
c. Perlu diusulkan fase transisi untuk menjembatani sistem saat ini dan usulan
d. Pembinaan sistem diarahkan menuju sistem tertutup
e. Pengembangan suatu pembobotan prioritas daerah pengembangan
f. Pemilihan metode dan mengadakan perancangan sesuai dengan kondisi daerahnya

Halaman E- 8
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

g. Mendahulukan pencapaian kriteria kuantitas pelayanan, baru diikuti dengan kriteria


kualitas sistem
h. Pola pengelolaan dapat bersifat desentralisasi atau tersentralisasi dan pengembangan
kapasitas sistem mengikuti pola rumah tumbuh
i. Pengembangan utama dititik beratkan pada pengembangan dan penerapan perangkat
lunak baru diikuti dengan perangkat kerasnya
j. Penjabaran lingkup kerja organisasi di sektor operasional didasarkan / menurut proses
dan menutur lokasi.
k. Penjabaran lingkup kerja organisasi di sektor penunjang didasarkan / menurut fungsinya
l. Pengembangan sub sistem pengendalian dilaksanakan berdasarkan jenjang
manajemennya, operasional manajerial strategi dan dengan urutan proses sependek
mungkin
m. Pembinaan masyarakat untuk terlibat sebagai salah satu komponen dari sistem total
kebersihan harus diusulkan
n. Penempatan dan penyusunan komponen-komponen sub sistem kedalam suatu pola
sistem yang terarah pada satu sasaran
o. Usulan tersebut harus diusahakan fleksibel, aplikatif dan mudah difahami
p. Perlu diusulkan prosedur penerapan sistem, lengkap dengan tahap evaluasi program

E.3 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN

Secara umum, Konsultan akan membagi pekerjaan ini menjadi 4 (empat) tahapan
kegiatan utama yaitu;
1. Tahap Pekerjaan Persiapan;
2. Tahap Pengumpulan Data dan Survei Lapangan;
3. Tahap Evaluasi dan Analisis Data;
4. Tahap Penyusunan Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci;
Adapun Bagan Alir Metode Penanganan Kegiatan dalam Menangani Pekerjaan
“Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu Kawasan
IKN”, dapat dilihat pada Gambar E.1 .

Halaman E- 9
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Halaman E - 10
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu Kawasan IKN

Mulai

Kajian Literatur dan


Tanggapan Terhadap KAK

Kajian Pengukuran Kajian Kajian


Rencana Pengolahan Topograpi Hidrologi Geoteknik

Recana Volume Dan


Timbulan Sampah, Interpretasi Kondisi
Pengamatan batas Wilayah Pengambilan Sample tanah
Rencana Penggunaan Geoteknik dan kegempaan,
Kajian, Kondisi Topografi dan Analisa Laboratorium
Teknologi Termal, interpretasi kondisi aliran
Kawasan Terpilih,
Perkiraan Volume dan dan muka air tanah

Interpretasi Data Fisik Tanah

Pengembangan Site Plan


dan Arsitektur

Rencana Teknis Rinci Sarana


Dan Prasarana Tempat
Penimbunan Residu

Dokumen Tender, Gambar ,


Dokumen Pelaporan Dokumen Spesifikasi, RKS,
BOq dan Dokumen SMK3

Selesai

Gambar E_1. Bagan Alir Metodologi Penanganan Pekerjaan

Halaman E - 11
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan berdasarkan ketiga tahapan yang ada, yaitu tahap
pekerjaan persiapan (pendahuluan), tahap pekerjaan identifikasi lapangan dan
inventarisasi lapangan (survey), tahap pekerjaan analisis dan desain dan tahap
pekerjaan finalisasi.
E.3.1. Pekerjaan Persiapan
Tahap ini merupakan persiapan dari seluruh tahapan pekerjaan yang dimulai dari mobilisasi
tim, pengumpulan data sekunder dan kajian studi terdahulu, pengidentifikasian peraturan-
peraturan terkait di bidang persampahan dan peraturan lain yang terkait, review kebijakan
pemerintah dibidang pengelolaan persampahan yang pada akhirnya akan menghasilkan
Laporan Pendahuluan (Inception report) dengan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam
tahap ini adalah :
(1).Mobilisasi tim dan koordinasi
(2).Penyusunan metodologi pekerjaan
(3).Review terhadap peraturan-peraturan terkait, kebijakan pemerintah dan ketentuan teknis
yang berhubungan
(4).Penyusunan Rencana Kerja
(5).Pengarahan dan Penugasan Personil
(6).Pengumpulan data skunder dan peta daerah study
(7).Persiapan peralatan kerja dan proses survei lapangan.
(8).Melakukan koordinasi awal dengan pimpinan pelaksana kegiatan dan instansi teknis
terkait di lokasi proyek menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan rencana
dan kegiatan survei lapangan.
E.3.2. Survey dan Pengumpulan Data
A. Survei pengumpulan data primer dan skunder
Kegiatan survey akan dibagi menjadi beberapa tahap kegiatan yaitu :
(1). Tahap pengumpulan data skunder yang merupakan tahap awal dari pelaksanaan
pekerjaan ini berupa kegiatan inventarisasi data sekunder.
(2). Melaksanakan survei lapangan untuk mendapatkan data – data primer di lapangan
sebagai bahan analisa dan rencana pembangunan sistem serta mendiskusikan
berbagai temuan, permasalahan dan alternatif pemecahan masalah dengan
pimpinan pelaksana kegiatan dan instansi terkait berupa pekerjaan :
 Orientasi Rencana lokasi Tempat Penimbunan Residu

Halaman E - 12
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

 Identifikasi jalur transportasi dari wilayah pelayanan dan sumber timbulan


sampah.
 Identifikasi aspek lingkungan, sosial dan rencana pemanfaatan
 Identifikasi dan pengumpulan data hasil studi rencana pengelolaan
persampahan di kawasan IKN
 Pengamatan aspek lingkungan sekitar titik lokasi rencana lokasi penimbunan
B. Pengukuran Situasi dan Topografi
Survei dan pengukuran topografi lokasi rencana penimbunan residu dengan perbedaan
interval minimum 0,5 meter pada peta skala 1 : 10.000
1. Lingkup Pengukuran Topografi (Situasi Sungai)
Melakukan survey pengukuran topografi detail di Sekitar Lokasi, terutama
pengukuran situasi dilakukan pada alur sungai. Pengukuran dilakukan
a). Penentuan titik referensi
Sebagai acuan pengukuran harus diambil titik refrensi (control vertikal dan
horizontal) yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal (Titik Triangulasi
Geodesi/TTG) yang terdapat di lokasi pekerjaan.
b). Inventarisasi Benchmark (BM) yang Ada dan Pemasangan Benchmark
Tambahan, penyebarannya harus sesuai dengan lokasi pekerjaan.
c). Pengukuran kerangka dasar pemetaan
Pengukuran kerangka dasar pemetaan dilakukan dengan (i) pengukuran poligon
(loop / kring tertutup, sebagai kerangka horizontal, dan (ii) pengukuran
waterpass sebagai kerangka vertikal. Pengukuran kerangka dasar pemetaan ini
harus terikat dengan benchmark-benchmark yang dipasang lebih dahulu dan
dibagi dalam beberapa loop/kring sesuai dengan kebutuhan serta data pada titik
referensi terdekat atau yang ditentukan oleh pengawas / direksi pekerjaan.
d). Pengukuran trace berikut penampang-penampang
 Pengukuran trase dilakukan pada profil melintang di Sekitar Normalisasi
sesuai dengan situasi (lay out)
 Pengukuran trase akan mencakup profil memanjang dan profil melintang
sungai dengan interval jarak 100 m untuk ruas sungai yang lurus dan 25 -
50 m untuk sungai berbelok belok dengan kerapatan titik pada profil
melintang sesuai kebutuhan untuk menentukan lokasi-lokasi yang tepat.

Halaman E - 13
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

 Lebar potongan melintang sungai diukur 25 m kanan dan 25 m ke kiri


diluar tanggul / tebing sungai rencana atau sesuai keadaan di lapangan
(sesuai petunjuk Direksi).
e). Pengukuran situasi detail bangunan / rencana tapak bangunan
 Situasi tapak bangunan yang ada dengan skala 1 :200
 Pengukuran situasi tapak bangunan rencana dengan skala 1 : 200
 Pengukuran situasi tersebut dilakukan sesuai kebutuhan
f). Ketelitian
 Ketelitian horisontal : minimal 90% titik yang mudah dikenal di lapangan,
digambar dengan toleransi kesalahan planimetris kurang dari 0,80 mm
pada skala peta.
 Ketelitian Vertikal : jarak pengukuran semua titik dibagi dalam ruas-ruas
dengan panjang maksimum 2 km. Tiap ruas diukur pergi pulang dengan
toleransi kesalahan 10 D mm
 Kontrol azimuth ditentukan dengan mengamati astronomi dengan ketelitian
20”
 Jumlah titik poligon antara 2 kontrol azimuth maksimum 50 buah
 Koreksi sudut antara 2 kontrol azimuth adalah 20 “
 Kesalahan penutup koordinat maksimum 1 : 5.000
 Profil melintang diukur dengan alat waterpass untuk sungai dengan lebar
maksimum 10 m atau diukur dengan techeometri untuk sungai dengan
lebar lebih dari 10 m
g). Perhitungan / Penggambaran
 Pengolahan data awal dilakukan dilapangan untuk mengetahui,
menentukan ketelitian ukuran yang dicapai
 Penghitungan difinitip harus dilakukan untuk peralatan data lapangan yang
akan digunakan dalam proses penggambaran
 Penggambaran profil melintang, memanjang dan situasi trace dibuat pada
kalkir dengan ukuran 80/85
 Gambar dibuat dengan ukuran A1
 Peta ikhtisar digambar dengan skala 1 : 20.000. interval kontur 1,0 m
 Peta situasi detail dibuat dengan skala 1 : 2.000, interval kontur 0,5 m
 Situasi trace dan profil memanjang digambar pada skala horizontal 1 : 100
dan skala vertikal 1 : 100

Halaman E - 14
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

2. Teknik Pelaksanaan Pengukuran Topografi


a). Orientasi Lapangan dan Persiapan Pengukuran.
Sebelum melakukan pengukuran topografi maka akan dilakukan orientasi
lapangan/peninjauan awal ke lapangan.
 Berdasarkan atas referensi dari hasil studi desain sebelumnya, konsultan
melaksanakan survey pendahuluan berupa pengamatan langsung ke
lapangan untuk memastikan kondisi aktual pada jalur Alur Sungai,
khususnya bila terjadi perubahan kondisi dilapangan yang cukup
signifikan.
 Mempelajari lokasi rencana dasar jalur Alur Sungai dan daerah-daerah
sekitarnya ditinjau dari segi geografis dan sosial ekonomi secara umum
dan mencatat daerah-daerah yang perlu dilakukan pengukuran khusus atau
lebih mendatail (bila diperlukan).
 Mencari titik tetap (BM=Bench Mark) hasil desain atau yang terdekat
dengan lokasi rencana.
 Membuat dokumentasi hasil peninjauan lapangan.
 Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran topografi sampai
penggambaran.
b). Persiapan Pengukuran dan Perintisan:
- Pekerjaan Persiapan meliputi persiapan keperluan survey detail topografi
berupa, persiapan peralatan yang akan digunakan ( termasuk kalibrasi alat
ukur ), kebutuhan dan perlengkapan maupun alat penunjang kelancaran
pengukuran, persiapan patok ataupun titik-titik ukur, Benchmark, dsb.
- Pekerjaan perintisan berupa merintis atau membuka sebagian daerah yang
akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan dengan lancar, dan hasil
ukurannya baik.
- Peralatan yang dipakai untuk perintisan adalah peralatan konvensional
(parang, kampak dan sebagainya).
- Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot/ditentukan
diatas peta topografi atau atas petunjuk Pemberi pekerjaan.
- Perintisan arah melintang trase rencana jalur rel maupun pada setiap patok
yang akan diukur penampang melintangnya.
c). Pengecekan dan Koreksi Alat Ukur:

Halaman E - 15
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

- Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan pengecekan dan koreksi alat -


alat ukur yang akan digunakan. Pengecekan dilakukan dilokasi pekerjaan.
- Pengecekan Alat ukur tanah (Theodolit/Total Station) mengenai kondisi
alat ukur agar memenuhi syarat - syarat :
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Sumbu II tegak lurus sumbu I.
 Kesalahan kolimasi horisontal = 0
 Kesalahan indeks vertikal = 0
- Pengecekan Waterpass, untuk memenuhi syarat - syarat :
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
 Garis bidik sejajar dengan garis arah nivo.
- Cara pengecekan dan koreksi alat sesuai standar teori Ilmu Ukur Tanah
atau buku petunjuk pemakaian alat.
- Hasil dari pengecekan dan koreksinya serta hasil akhir setelah dikoreksi
dicatat dalam buku ukur untuk dipergunakan pada proses
pengolahan/perhitungan koordinat maupun elevasi hasil pengukuran.
d). Pemasangan Patok - Patok
- Patok - patok kayu digunakan untuk pengukuran polygon dan detail - detail
situasi. Dipilih kayu yang cukup keras, lurus, dengan diameter sekitar 5
cm, panjang 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atasnya dan
bagian tengahnya diratakan untuk penulisan nomor patok. Patok ditanam
cukup kuat sedalam lebih kurang 30 cm.
- Baik patok-patok beton (BM) maupun patok-patok kayu diberi tanda atau
di cat dan diberi nomor urut. Patok kayu diberi urut tulisan jelas yang
diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran.
- Untuk memudahkan pencarian patok - patok sebaiknya pada pohon-pohon
disekitar patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
- Khusus untuk profil memanjang yang titik-titiknya terletak disumbu jalan
diberi paku dengan dilingkari cat sebagai tanda dan nomor urut /
Stasioning.
e). Pengukuran Titik Kontrol Horizontal
- Pengukuran titik kontral dilakukan dalam bentuk poligon.

Halaman E - 16
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100 meter, diukur
dengan pegas ukur (meteran), atau alat ukur jarak elektronis.
- Patok - patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang patok-
patok untuk titik ikat adalah patok dari beton.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Teodolith dengan ketelitian
dalam secon (yang mudah/umum dipakai adalah theodolit jenis T2 Wild
Zeiss, atau yang setingkat). Pada pekerjaan ini digunakan Teodolith jenis
Otomatis yaitu Total Station.
- Titik - titik ikat (BM) diukur sudutnya dengan alat yang sama dengan alat
pengukuran poligon dan jaraknya diukur secara manual dengan
menggunakan meteran maupun elektronis.
- Ketelitian untuk poligonnya adalah sebagai berikut :
- Kesalahan sudut yang diperoleh adalah 10” kali akar jumlah titik poligon
(10”√n).
Maksud dari pengukuran titik control adalah dengan menggunakan metoda
Poligon/titik banyak, dimana pengukuran titik-titik yang kerangka pengukuran
yang dijadikan titik pengambilan data-data ukuran berupa besaran sudut dan
jarak dari detail situasi pada lokasi pekerjaan. Pengukuran poligon dilakukan
menggunakan alat Total Station. Rumus umum dari pengukuran poligon ini
adalah :

X1 = XB + d1 * Sin (αB-A + β0 )
Y1 = YB + d1 * Cos (αB-A + β0 )
X2 = X1 + d2 * Sin (αB-1 + β1 – 1800)
Y2 = Y1 + d2 * Cos (αB-1 + β1 – 1800)
di mana :

Halaman E - 17
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Koordinat Titik A diketahui (Xa,Ya)


Koordinat Titik B diketahui (Xb,Yb)
Asimut BA = α ba = atan ((Xa-Xb)/(Ya-Yb))
α ij = asimut titik i-j
di = jarak ukuran
βi = sudut ukuran
f). Pengukuran Titik Kontrol Vertikal
- Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran ketinggian adalah
waterpass orde II.
- Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan double stand dilakukan 2
kali berdiri alat.
- Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 mm kali akar D.
- Dimana, D adalah panjang pengukuran (km) dalam 1 (satu) hari.
- Rambu ukur yang dipakai dalam keadaan baik dalam arti pembagian skala
jelas dan sama.
- Setiap kali pengukuran dilakukan pembacaan ketiga benangnya dalam
satuan milimeter, yaitu
- Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB).

dimana :
H = beda tinggi antara b dan m
bi = bacaan rambu belakang
mi = bacaan rambu muka
g). Pengukuran Situasi
- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem Tachymetri.

Halaman E - 18
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

- Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis Teodolith - To) dan pada
pengukuran ini dilakukan sekaligus dengan menggunakan Total Station.
- Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana alur mencakup semua
keterangan-keterangan yang ada didaerah sepanjang rencana alur tersebut.
- Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain
pengukuran diperluas (dapat dilihat pada pengukuran khusus).
- Tempat-tempat sumber material alur sungai yang terdapat disekitar jalur
perlu diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material).
- Pengukuran situasi selalu terikat pada titik-titik kerangka dasar Pada
metoda Tachimetri ini didapat data ukuran jarak dan beda tinggi antara
stasion alat dan target yang diamati
D = 100* ( BA-BB) * cos2m
Δh = 50 * ( BA - BB ) * sin 2 m + TA - BT
di mana :
D = jarak stasion alat dan target
Δh = beda tinggi stasion alat dan target
BA = benang atas
BT = benang tengah
BB = benang bawah
TA = tinggi alat
m = sudut vertikal (miring)
h). Pengukuran Memanjang dan Melintang.

Teknis pelaksanaan dilakukan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang


tercantum dalam KAK.

i). Pemrosesan Data Pengukuran


- Perhitungan Koordinat
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, dan diikatkan pada titik
- titik ikat (BM) yang ada. pengolahan data ukur dilakukan, Pengolahan
data ukur dilakukan dengan menggunakan software khusus yang disertakan
dengan alat ukur yang digunakan, yang mana untuk pekerjaan ini
menggunakan Nikon DT 322 Dual Face yang mampu melakukan perataan
dan perhitungan koreksi secara cepat dan tepat. Setelah pengolahan data
dilakukan perhitungan koordinat dengan inputing/pemasukan nilai

Halaman E - 19
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

koordinat refferensi dan azimuth awal serta ketinggian yang akan


digunakan untuk posisi horisontal maupun verikal hasil pengukuran.
Selanjutnya proses pengolahan data ter-sebut dilakukan dengan Software
Auto CAD Civil 3D Land Desktop Companion tahun 2009. Setelah
dipastikan hasil pengolahan tersebut benar dilakukan proses penyimpanan
nilai-nilai koordinat dan elevasi titik-titik ukur pada format yang bisa di
import untuk keperluan penggambaran bisa juga melalui program
spreadsheet yang umum digunakan, dalam pekerjaan ini menggunakan
Microsoft Excel.
- Perhitungan Ketinggian Detail

Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok yang dipakai


sebagai titik pengukuran detail, dihitung secara tachymetris.

j). Penggambaran Topografi


- Penggambaran Titik - titik Poligon :

Penggambaran titik-titik poligon digambar dengan menggunakan software


Computer Aided Design yang khusus menangani penggambaran dengan
tingkat presisi data-vektor yang tinggi, pada pekerjaan ini digunakan Auto
Desk Land Development dengan skala 1:1000.

Garis-garis grade digambar pada setiap jarak 50 atau 50 unit pada gambar
dan diberi angka Absis (X) maupun Ordinat (Y) yang benar, serta
dicantumkan arah utara pada jarak-jarak tertentu. Penggambaran titik-titik
poligon didasarkan pada hasil perhitungan koordinat, tidak boleh secara
grafis.

Untuk titik-titik (BM), titik-titik mati atau titik-titik baru dicantumkan data
koordinat lengkap (X,Y,Z) dan diberi tanda khusus yang sesuai.

- Penggambaran Detail Situasi :

Gambar ukur yang berupa gambar situasi digambar berdasarkan titik-titik


poligon dengan skala 1:2.000. pada program Auto Desk Land
Development dengan mencantumkan ketinggian titik-titik detail m dalam
gambar ukur begitu pula semua keterangan-keterangan yang penting.
Penulisan data ketinggian dengan 3 desimal (sampai dengan mm).

Halaman E - 20
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Gambar E_2. Contoh Penggambaran alinemen horizontal dengan menggunakan Auto


Desk Land Development
k). Peralatan yang Dipergunakan

Halaman E - 21
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Gambar E_3. Foto Peralatan yang Digunakan


C. Pengukuran Survey Geoteknik

Survei Geoteknik dimaksudkan untuk mengetahui kondisi tanah baik di permukaan


tanah maupun bawah permukaan baik sifat fisik maupun sifat keteknikannya. Selain itu
juga untuk memberikan informasi mengenai sumber material konstruksi.

Melakukan pengambilan data mekanika tanah, pengambilan data tanah yang diperlukan
antara lain adalah pengambilan sample tanah, dan melakukan tes sondir (CPT-test),
guna mendapatkan desain pondasi perkuatan tebing yang mantap. Penyelidikan
mekanika tanah pada rencana konstruksi yaitu 40 titik bor dalam dengan kedalaman
masing masing titik bervariasi sesuai dengan kebutuhan dilapangan/setelah mencapai
tanah keras.

a. Penyelidikan tanah dilapangan dengan sondir


 Tahap Persiapan
 Tahap Pengujian Sondir Lapangan
b. Pekerjaan Hand Dalam
 Pekerjaan Bor Dalam dilapangan
 Penyelidikan tanah di laboratorium
- Indeks Properties
- Grain Size Analysis
- Atterberg Limits
- Test Konsolidasi
- Test Triaxial
- Test Kuat Tekan Bebas

Halaman E - 22
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

- Pengujian Kuat Geser Langsung

Dalam pekerjaan kali ini lingkup pekerjaan dari survei geoteknik yang akan dilakukan
adalah:

1. Pekerjaan Bor Dangkal

Pekerjaan pemboran ini dimaksudkan untuk mengetahui susunan lapisan


tanah/batuan yang berada dibawah permukaan, dan bersamaan dengan
pekerjaan ini akan diambil contoh tanah/batuan secara terus menerus baik
yana tidak terganggu maupun contoh tanah terganggu untuk dilakukan
pengujian di laboratorium, selain itu juga akan dilakukan pengujian
parameter kekerasan/kepadatan lapisan secara langsung di lapangan dengan
metoda pengujian penetrasi (SPT).

2. Pekerjaan Sondir

Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat sondir berkapasitas 2,5


ton dengan kedalaman penyondiran maksimum 30 m dari permukaan tanah
atau telah mencapai lapisan tanah dengan tahanan konus sebesar 200
kg/cm2. Prosedur pelaksanaan pekerjaan sondir akan mengikuti standar
ASTM D3441-86; ”Method for Deep, Quasi-Static Cone and Friction Cone
Penetration Test of Soil”.

Hasil dari pekerjaan sondir berupa grafik sondir yang menyajikan besarnya
tekanan konus qc dan jumlah hambatan pelekat (JHP), versus kedalaman.
Pembacaan sondir dilakukan selang interval 20 cm, dengan titik elevasi 0
(nol) berada di permukaan tanah setempat pada saat penyelidikan.

Beberapa hal penting yang dapat diperoleh dari penyelidikan tanah melalui
sondir, antara lain :

 Perkiraan kedalaman tanah keras sesuai dengan spesifikasi pekerjaan.

 Perkiraan ketebalan tiap jenis tanah.

 Dengan dapat diperkirakannya ketebalan lapisan tanah, maka dapat


diperkirakan penurunan yang mungkin terjadi akibat pembebanan.

3. Pengujian di Laboratorium

Halaman E - 23
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Maksud dari pengujian laboratorium mekanika tanah ini adalah untuk


mengetahui index properties dan engineering properties dari masing-masing
lapisan tanah yang diambil contoh tanahnya baik yang terganggu maupun
yang tak terganggu. Pengujian di laboratorium mengikuti prosedur serta
standard ASTM.

Pengujian index properties tanah:

 Berat Jenis Tanah (Spesific Gravity)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai berat jenis tanah. Berat
jenis (spesific gravity) tanah adalah perbandingan antara berat isi butir
tanah terhadap berat isi air pada temperatur 4 oC, tekanan 1 atmosfir.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan botol Erlenmayer. Berat
jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air,
dan butiran dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk
perhitungan-perhitungan indeks tanah (index properties). Prosedur
standar yang dipakai adalah ASTM D854-83 (1983) dan SK SNI M-08-
1993-03.

 Kadar Air Tanah (Moisture Content)

Pengujian ini bertujuan untuk mencari besarnya kadar air tanah yaitu
perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering (%).
Pelaksanaan uji ini rnengacu pada prosedur standar ASTM D 2216-80
(1980) dan SNI 1965-1990-F.

 Bulk Density

Pengujian ini bertujuan untuk mencari nilai perbandingan antara berat


tanah kering per-satuan volume dengan nilai berat isi tanah asli (t/m 3).
Pengujian ini mengacu pada prosedur standar ASTM D9254-83 1983)
dan SNI 1964-1990-F.

 Dry Density

Pengujian ini bertujuan untuk mencari nilai perbandingan antara berat


tanah kering per – satuan volume dengan nilai berat isi tanah kering
(t/m3). Pengujian ini mengacu pada prosedur standar ASTM D9254-83
1983) dan SNI 1964-1990-F.

Halaman E - 24
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

 Batas-Batas Atterberg (Atterberg Limits)

Pengujian ini bertujuan untuk mencari nilai perbandingan berat air yang
mengisi ruang pori dengan berat tanah kering pada kondisi batas
cair/plastis. Pengujian ini mencakup penentuan batas-batas Atterberg
yang meliputi batas susut (shrinkage limit), batas plastis (plastic limit)
dan batas cair (Liquid limit) serta plasticity index (indeks plastis).

 Batas susut (shrinkage limit) adalah batas kadar air dimana tanah
dengan kadar air di bawah nilai tersebut tidak menyusut lagi (tidak
berubah volume).

 Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air terendah dimana tanah
mulai bersifat pastis. Dalam hal ini sifat plastis ditentukan
berdasarkan kondisi dimana tanah yang digulung dengan telapak
tangan, di atas kaca mulai retak setelah mencapai diamater 1/8
inch.

 Batas cair (liquid limit) adalah kadar air tertentu dimana perilaku
berubah dari kondisi plastis ke cair. Pada kadar air tersebut tanah
mempunyai kuat geser yang terendah. Dari hasil pengujian ini
dapat ditetapkan klasifikasi tanah tersebut. Pengujian ini mengacu
pada prosedur standar ASTM D4318-84 (1984) dan SNI 1967-
1990-F.

 Grain Size & Hydrometer

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran


tanah dengan mencari persentase berat dari tiap-tiap ukuran butiran
tanah. Prosedur standar yang dipakai adalah ASTM D422-63
(1972/1953).

Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran Butiran (ASTM)

No Ukuran Butiran ( mm ) Jenis Tanah


1 < 0,0050 Clay (lempung)
2 0,0050 – 0,0074 Silt (lanau)
3 0,0074 – 4,7500 Sand (pasir)
4 > 4,7500 Gravel (kerikil)
 Triaxial UU

Halaman E - 25
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Uji Triaxial UU adalah uji kompresi triaxial dimana tidak


diperkenankan perubahan kadar air dalam contoh tanah. Sampel tidak
dikonsolidasikan dan air porit tidak teralir saat pemberian tegangan
geser (unconsolidated undrained). Pemeriksaan/pengujian triaxial
unconfined undrained dimaksudkan untuk mendapatkan parameter
kohesi tanah © dan sudut geser dalam () tanah dalam tegangan total
ataupun efektif yang mendekati keadaan aslinya di lapangan. Nilai hasil
pemeriksaan ini diperlukan untuk perhitungan daya dukung tanah &
analisis kestabilan lereng galian/timbunan untuk jangka pendek (short
term stability analysis). Tes triaxial compression mengacu ASTM
D2850-87 (1987).

 Geser Langsung (Direct Shear)

Pemeriksaan/pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kekuatan


geser tanah, dengan melakukan percobaan geser langsung. Dengan
merubah tegangan axial/normal pada beberapa contoh tanah (3 macam
perbedaan pada setiap contoh tanah), maka akan diperoleh tegangan
gesernya. Hasil uji geser langsung dapat digunakan untuk analisis
kestabilan dalam bidang geoteknik, diantaranya untuk analisis stabilitas
lereng, daya dukung pondasi, analisis dinding penahan tanah dan lain-
lain. Tes direct shear mengacu pada ASTM D3080

 Konsolidasi (Consolidation)

Pemeriksaan/pengujian ini bertujuan untuk menentukan sifat


kemampatan tanah dan karakteristik konsolidasinya yang merupakan
fungsi dari permeabilitas tanah. Sifat kemampatan tanah dinyatakan
dengan koefisien kemampatan volume (mv) atau dengan indeks
kompresi (Cc), sedangkan karakteristik konsolidasi dinyatakan oleh
koefisien konsolidasi (Cv) yang menggambarkan kecepatan kompresi
tanah terhadap waktu.

Hasil uji konsolidasi ini dapat digunakan untuk menghitung penurunan


tanah akibat proses konsolidasi & secara tidak langsung dapat
digunakan untuk menentukan permeabilitas tanah k dengan rumus k =
mv ∙ w ∙ Cv.

Halaman E - 26
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Tes ini mengacu pada prosedur standar ASTM D2435-(1983).

 Kompaksi (Compaction)

Uji kompaksi ini bertujuan untuk mendapatkan kadar air optimum


(optimum moisture content – omc) dan berat isi kering maksimum
(maximum dry density) pada suatu proses pemadatan. Kepadatan tanah
biasanya dinilai dengan menentukan berat isi keringnya (dry). Kadar air
optimum ditentukan dengan melakukan percobaan pemadatan di
laboratorium. Hasil percobaan ini digunakan untuk menentukan syarat-
syarat yang harus dipenuhi pada waktu pemadatan di lapangan. Pada
percobaan di laboratorium, kadar air optimum ditentukan dari grafik
hubungan antara berat isi kering dengan kadar air. (ASTM D 698).

Halaman E - 27
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Gambar E_4. Pengujian laboratorium terhadap contoh tanah adalah untuk


menentukan Index dan Engineering Properties tanah
E.3.3. Tahap Analisis Kajian Data
Pada tahap ini, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah :

Halaman E - 28
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

1) Melakukan penelitian dan kajian kelayakan regional dan sekitarnya sesuai dengan
Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP) dan
persyaratan SNI, meliputi aspek-aspek karakteristik dan kondisi fisik lokasi.
2) Diskusi dan koordinasi dengan instansi terkait untuk membuat kesepakatan awal
tentang rencana lokasi, luasan lahan, sistem pengelolaan persampahan yang dapat
diintegrasikan, kebutuhan sarana prasarana, dan kepastian ketersediaan lahan.
3) Evaluasi lokasi rencana dengan Metode Le Grand yang disertai rekomendasi berupa
rekayasa/engineering untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan maupun
gangguan kesehatan.
4) Memperkirakan volume residu per hari yang akan masuk ke lokasi penimbunan
berdasarkan kapasitas tampung dan rencana desain operasional.
Hasil analisis tentang Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN dan formulasi masalah beserta rencana konsep Perencanaan Pengelolaannya
akan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah konsep pengelolaan residu secara umum
yang akan berisi gambaran konseo desain dan perencaaan yang dilakukan.
Setelah tahapan perumusan konsep tersusun diselenggarakan worskhop yang melibatkan
berbagai stakeholders. Dalam kegiatan ini diharapkan muncul rekomendasi dan political will
dari seluruh stakeholders dalam penanganan residu insenarasi.
E.3.4. Pra Desain Lokasi Penimbunan
E.3.4.1 Lahan Pembuangan dan Sekitarnya
a. Lapisan Kedap Air
Seluruh lapisan permukaan lahan pembuangan sebelum mulai diisi dengan sampah
haruslah dibuat kedap air. Lapisan ini tebalnya 20 – 50 cm yang terbuat dari compacted
clay atau tanah lempung. Lapisan ini berfungsi untuk mencegah atau mengurangi
kebocoran air lindi agar tidak masuk ke lapisan tanah dibawahnya sehingga bisa
mencemari air tanah. Bahan lain yang bisa dipakai adalah dari sintetis, yang tentunya
lebih mahal. Lapisan ini biasa disebut lining system.
b. Jaringan Pengumpul dan Pengolah Lindi
Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi
yang dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul
maupun pengaturan kemiringan dasar tempat penimbunan residu; sehingga lindi
secara otomatis begitu mencapai dasar landfill akan bergerak sesuai kemiringan
yang ada mengarah pada titik pengumpulan yang disediakan.Tempat

Halaman E - 29
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

pengumpulan lindi umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya


dihitung berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran
lindi ke dan dari kolam pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan;
namun bila topografi landfill tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara
pemompaan. Pengolahan lindi dapat menerapkan beberapa metode diantaranya:
penguapan/evaporasi terutama untuk daerah dengan kondisi iklim kering,
sirkulasi lindi ke dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik kuantitas
maupun kualitas pencemarnya, atau pengolahan biologis seperti halnya
pengolahan air limbah.
c. Penutup atau Cover
Lapisan yang biasa disebut cap system ini berguna untuk mengurangi cairan akibat
hujan yang masuk ke landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk, akan
mengurangi produksi air lindi. Bahannya dipilih dari tanah yang tidak mudah dilewati
air. Cover pertama di berikan setelah sel harian tercapai yang disebut dengan daily
cover, dengan ketebalan kurang lebih 15 cm. Setelah 2 – 3 lapis daily cover maka
ditutup dengan intermediate cover dengan ketebalan kurang lebih 30 cm. Jika satu blok
sudah penuh diakhiri dengan lapisan final cover dengan ketebalan kurang lebih 50 cm.
d. Ventilasi Gas
Gas yang terbentuk di landfill umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan dengan
komposisi hampir sama; disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua
gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan;
karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas
ke atmosfer dan mengurangi resiko gas mengalir tak terkendali dalam landfill yang bisa
mengakibatkan ledakan. Untuk itu perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas dapat
keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan
kualitas dan kondisi tanah penutup landfill. Tanah penutup yang porous atau banyak
memiliki rekahan akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas.
e. Monitoring
Monitoring system bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai peringatan dini
kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar. Bisa dilakukan
dengan membuat sumur uji atau sumur monitoring.
f. Sistem Sel
Perencanaan Sel

Halaman E - 30
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Perencanaan lahan pembuangan dibuat dengan sistem sel. Yang dimaksud ketebalan
satu sel adalah ketebalan tumpukan sampah. Satu sel ketebalannya 2 – 3 m, lebarnya 1,5
– 3 kali lebar blade bulldozer. Panjang sel adalah volume sampah harian dibagi lebar
dan tebal sel, dengan panjang maksimum 50 m untuk efisiensi alat berat. Ketebalan sel
direkomendasikan untuk tidak melebihi 3 m karena stabilitasnya sangat rendah sehingga
rawan terjadi longsoran sampah.
Perencanaan Blok
Kumpulan sel-sel akan membentuk blok, dimana satu blok direncanakan untuk 1 – 2
bulan periode operasi. Luas blok adalah luas sel kali periode operasi.
Perencanaan Zona
Zona terbentuk dari blok-blok dan dapat dikatakan bahwa zona adalah operasi tahunan.
Periode operasi zona direncanakan 1 – 3 tahun. Luas zona adalah luas blok kali periode
operasi.

E.3.4.2 Sarana Penunjang


a. Jalan Masuk dan Jalan Operasi
Harus tersedia jaringan jalan masuk ke lokasi landfill yang disyaratkan dalam
kondisi baik, karena kelancaran angkutan sampah akan mempengaruhi fungsi
TPA sebagai pemrosesan akhir sampah yang aman terhadap lingkungan, Jika
jalan masuk rusak, sementara sumber sampah terus memproduksi maka akan
terjadi penumpukan sampah di penampungan sementara dalam jumlah besar.
Jalan Operasi atau disebut juga Jalan Kerja yang biasanya dibuat dari
lapisantanah dan batu sangat diperlukan juga dalam operasional landfill. Jalan
ini akan dilewati alat angkut sampah mulai dari pintu masuk landfill sampai ke
sel yang ditunjuk oleh pengelola landfill. Direkomendasikan bahwa pengelola
TPA diberi fasilitas untuk mampu memperbaiki jalan operasi secara mandiri,
untuk mengantisipasi jika jalan sering rusak akibat hujan.
b. Saluran Drainase
Drainase di landfill berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan
dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah.
Seperti diketahui, air hujan merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang
dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah
akan semakin kecil pula debit lindi yang dihasilkan yang pada gilirannya akan
memperkecil kebutuhan unit pengolahannya. Secara teknis drainase landfill

Halaman E - 31
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air hujan dari luar landfill agar
tidak masuk ke dalam area timbunan. Drainase penahan ini umumnya dibangun
di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah
ditutup tanah, drainase landfill juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran
limpasan air hujan yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu
permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran
drainase.
c. Kantor Pengendali
Kantor pengendali dibangun secara terpisah dengan pos penerimaan atau bisa
juga kantor tersebut sekaligus menjadi pos penerimaan. Fasilitas ini
dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan
data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini
dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk landfill dan dianjurkan
penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan pendataan.
d. Alat Berat
Alat berat yang sering digunakan di lokasi landfill umumnya berupa: bulldozer,
excavator dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda dalam operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi
perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian.
Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam
perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik
tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan.
E.3.5. Tahap Penyusunan Rencana Teknik Rinci
Konsultan melakukan perhitungan teknis secara terinci terhadap semua komponen yang
diperlukan. Selain perhitungan teknis, dalam membuat rencana terinci (detail design),
konsultan juga perlu membuat hal-hal berikut ini :
1. Gambar rencana dan pengelolaan persampahan serta semua peralatan yang diperlukan,
perhitungan kebutuhan yang diperlukan untuk setiap bagian sistem yang terpilih sesuai
dengan standard yang ada.
2. Gambar peta situasi dan bangunan-bangunan pelengkap lainnya yang dianggap perlu
3. Perhitungan volume didasarkan pada gambar/rencana gambar yang telah disetujui
dengan memperhatikan aspek-aspek perencanaan sehingga tepat anggaran, tepat mutu
dan tepat waktu.

Halaman E - 32
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

4. Dokumen Bill of Quantity (BQ). Pada tahap ini akan dibuat analisa mengenai biaya
pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan untuk sistem yang dilaksanakan.
E.3.6. Perancangan Mekanikal dan Elektrikal
Perancangan Mekanikal dan Elektrikal untuk pekerjaan ini adalah :
1. Elektrikal :
Berupa Jaringan Sumber listrik, PJU, pompa pompa.
2. Mekanikal : IPAL,
Drainase, Hydrant .
1) Perencanaan Elektrikal
Berbagai peralatan dewasa memakai sumber daya listrik, untuk itu pembuatan jaringan
sedapat mungkin memenuhi syarat jaringan listrik yaitu:
 Fleksibilitas: Memberikan kemungkinan penambahan daya dalam batas ekonomis,
sehingga perombakan jaringan tidak diperlukan;
 Kepercayaan: Hal ini berhubungan dengan kualitas bahan instalasi;
 Keamanan: Harus sesuai dengan peraturan nasional yang berlaku.
2) Perancangan Kabel Listrik
Untuk merencanakan sistim elektrikal yang terlebih dahulu dihitung adalah:
1. Menaksir pembebanan: merencanakan jaringan listrik perlu penaksiran beban
total seluruh kebutuhan, dan penetuan letak transformator dan tabung intalasi.
Kelompok pembebanan listrik umumnya dari:
 Pencahayaan listrik;
 Peralatan khusus;
 Sistim keamanan kebakaran.
2. Menghitung daya listrik: Menghitung daya listrik dengan daya beban itu sendiri,
daya tiap runagan dan daya total;
3. Menghitung Kuat Arus: Menghitung arus, baik satu fasa atau dengan 3 fasa.
4. Menetukan Jenis kabel listrik: mengitung maksimum arus yang boleh melewati
kabel dan jenis kabel yang dipilih
5. Sistim Grounding: fungsi grounding adalah mengalirkan induksi pada tanah.
E.3.7. Penggambaran
Hasil perhitungan dan perencanaan teknis, maka hasilnya dituangkan dalam bentuk gambar
teknik yang akan digunakan sebagai gambar kerja. Kemudian gambar teknik dan spesifikasi
teknik akan digunakan oleh kontraktor untuk menghitung biaya dalam melakukan penawaran
dan pada akhirnya dipakai sebagai acuan dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan.

Halaman E - 33
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

a). Gambar Peta dan Topografi


Gambarkan hasil survei topografi sesuai kebutuhan masing-masing jenis sub proyek.
Ploting data bisa dilakukan langsung menggunakan komputer, dimulai dari titik poligon
utama maupun poligon sekunder sebagai kerangka peta, kemudian titik detail situasi di
plot per jalur pengukuran situasi.
Setelah semua titik-titik hasil pengukuran di plot sesuai dengan koordinatnya, maka
berdasarkan titik-titik tersebut kemudian digambarkan semua detail situasi maupun
lokasi bangunan yang ada.
b). Gambar Kerja
Gambar kerja landfill dan sistem pengolahan air lindi yang terdiri dari :
a). Lokasi Landfill.
b). Layout dan denah Landfill.
c). Denah, potongan, dan detail landfill beserta unit-unit pendukungnya.
d). Denah, potongan, dan detail sistem drainase air lindi dan ventilasi gas beserta
unit-unit pendukungnya.
e). Denah, potongan, dan detail sistem pengolahan air lindi beserta unit-unit
pendukungnya.
f). Denah, potongan dan detail fasilitas pendukung landfill seperti jalan akses,
workshop, pagar, dsb.
g). Denah, potongan, dan detail seluruh utilitas mechanical, electrical dan plumbing
yang ada pada landfill.
c). Gambar Rencana Bangunan Penunjang
Gambar rencana bangunan meliputi gambar tampak, gambar potongan, gambar detil
dan lain-lain lengkap dengan notasi. Skala yang dipergunakan harus cukup memadai
seperti yang lazim digunakan.
d). Gambar Mekanikal/Elektrikal
Perencanaan mekanikal dan elektrikal dituangkan pula dalam gambar teknik dan
digunakan sebagai gambar kerja. Umumnya gambar M&E berbentuk diagram dengan
simbol-simbol, sedangkan untuk keperluan pekerjaan pengadaan digunakan spesifikasi
teknik generik.

E.3.8. Penyusunan Daftar Kuantitas dan Harga

Halaman E - 34
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Semua aspek (item) pekerjaan sipil dan mekanikal elektrikal, termasuk pengadaan barang
yang akan dihitung kuantitasnya (bill of quantity) dalam format-format standar yang telah
disetujui oleh proyek.
Paralel dengan kegiatan di atas, konsultan akan melakukan analisis harga satuan pekerjaan
berdasarkan data upah dan bahan kondisi terakir. Biaya satuan pekerjaan dapat dihitung
dengan mengalikan volume dan harga satuan pekerjaan (basic price).
Pembiayaan setiap jenis pekerjaan ditetapkan dengan harga satuan, didasarkan atas jumlah
dari masing-masing bagian, antara lain tenaga kerja, peralatan, bahan, pengeluaran tambahan
(overhead) dan lain-lain.
Harga satuan yang dianalisis diperbandingkan dengan dat dari berbagai sumber dan akan
diperiksa ulang bilamana terdapat perbedaan yang besar.
Perkiraan biaya terdiri dari dokumen-dokumen sebagai berikut :
1). Analisa Upah dan Harga Satuan.
2). Estimasi Biaya.
3). Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan ditetapkan dan dihitung untuk setiap komponen/sektor pekerjaan.
Selanjutnya sejumlah bagian komponen/sektor akan dikelompokkan sedemikian rupa,
sehingga dapat dibuat paket kontrak tujuan pelelangan.
E.3.9. Penyusunan Dokumen Lelang
Dokumen tender yang akan disusun mengacu pada standar dokumen yang dikeluarkan
Departemen Pekerjaan Umum yakni Peraturan Menteri PU Nomor : 43/PRT/M/2007 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi. Sebagaimana permintaan TOR, bahwa
konsultan juga akan menyiapkan Dokumen Lelang untuk digunakan pada saat pelelangan.
Dokumen lelang untuk digunakan pada saat pelelangan.
Dokumen lelang tersebut akan terdiri dari :
 Instruksi kepada peserta lelang;
 Data Lelang;
 Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan dan Surat Perjanjian Kontrak.
 Syarat-syarat Umum Kontrak;
 Syarat-syarat Khusus Kontrak;
 Spesifikasi Teknik;
 Gambar-gambar;
 Daftar Kuantitas, Analisa Harga Satuan dan Metode Pelaksanaan.
 Bentuk-bentuk jaminan.

Halaman E - 35
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

E.3.10. Penyusunan Dokumen SMK3


Dalam perancanga ini konsultan akan menyusun dokumen SMK3 yaitu dokumen yang berisi
rencana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bertujuan
supaya semua yang terlibat dalam pekerjaan yang berada dilokasi pekerjaan terlindungi
keselamatannya, terjaga kesehatannya, dan merasa aman dalam melaksanakan tugasnya.
Selain hal tesebut diatas, sasaran dari penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) adalah agar semua bahan dan material, alat dan mesin produksi
terjamin keamanannya mulai dari mobilisasi,penyimpanan, pemakaian maupun setelah
dipergunakan, dengan menggunakan prosedur/tahapan yang benar.
Untuk keperluan itu dokumen tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) akan memuat prinsip-prinsip kerja sesuai dengan ketentuan K3 di lingkungan
proyek antara lain:
1) Memenuhi Kelengkapan Administrasi K3
2) Penyusunan Safety Plan (Rencana K3) untuk proyek
3) Melaksanakan Kegiatan K3 di lapangan
4) Pelatihan Program K3
5) Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Program K3
6) Penataan Lingkungan Proyek

E.3.11. Metode Analisis


Dalam pemilihan lokasi Landfill, parameter yang dipertimbangkan dalam penilaian
kelayakan lahan mencakup aspek geologi tata lingkungan sebagai parameter kelayakan fisik.
Sedangkan parameter lainnya (non-fisik) merupakan pembatas yang dinyatakan sebagai
daerah-daerah tidak layak, seperti pemukiman, kawasan lindung dan infrastruktur penting.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Pertambangan (DTLGKP) telah mengembangkan metoda analisis kelayakan regional TPA
berdasarkan parameter geologi lingkungan.
Analisis regional merupakan cara yang dianggap relatif mudah, cepat, dan murah dalam
menilai kelayakan suatu daerah untuk digunakan sebagai TPA sampah. Sebagian besar data
yang diperlukan dapat berasal dari data sekunder sedangkan sebagian lainnya harus
diperoleh di lapangan (primer).
Dalam analisis regional, parameter yang dipertimbangkan dalam penilaian kelayakan lahan
TPA sampah mencakup antara lain parameter geologi.. Beberapa parameter diberi nilai kelas
sesuai dengan tingkat kelayakannya dan diberi nilai kepentingannya dan kemudian diberi

Halaman E - 36
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

pembobotan. Penentuan nilai kelas dan nilai kepentingan ini merupakan penggabungan dari
beberapa acuan yang ada, diantaranya Standard Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (SK SNI 7–11–1991–03) yang dikeluarkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum. Parameter lainnya merupakan pembatas atau buffer yang dinyatakan
sebagai daerah tidak layak.
Setiap parameter ditampilkan dalam peta tematik digital. Peta-peta tematik ini kemudian
digabungkan dengan menggunakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis Map Info
atau Arc Info. Nilai bobot kemudian dijumlahkan. Dari rentang jumlah bobot kemudian
ditentukan tingkat kelayakannya yaitu layak tinggi, layak sedang, dan layak rendah.
Jika daerah dengan tingkat kelayakan lebih tinggi luasnya terlalu kecil (kurang dari 5 Ha)
maka daerah ini dihilangkan dan digabung dengan di sekitarnya yang tingkat kelayakan nya
lebih rendah. Sebaliknya terdapat daerah dengan tingkat kelayakan lebih rendah dan luasnya
terlalu kecil (kurang dari 10 Ha) terdapat didalam daerah tingkat kelayakannya lebih tinggi
maka daerah ini diperluas menjadi 20 Ha.
1) Ditinjau dari Aspek Tata Guna Lahan
Peninjauan pemilihan zona layak TPA sampah berdasarkan tata guna lahan ialah
menetapkan zona-zona yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA sampah karena
alas an tata guna lahan.
Peninjauan ini dilakukan untuk menghindari pemilihan zona layak TPA sampah pada
lahan yang telah ditetapkan penggunaannya atau lahan yang mempunyai kegunaan
khusus atau yang penting. Daerah yang tidak boleh digunakan untuk TPA sampah
antara lain :
 Daerah danau, sungai dan laut
 Daerah perkotaan – pemukiman
 Daerah pertanian potensial
 Daerah industri, daerah konservasi lingkungan
 Daerah khusus yang dilestarikan
 Daerah yang jaraknya dari lapangan terbang < 1500 meter
Dengan pertimbangan tata guna lahan, zona yang dapat dipilih sebagai zona layak
TPA sampah adalah daerah yang dominasi penggunaannya sebagai tegalan atau
padang rumput.
2) Parameter Geologi Lingkungan
a. Batuan

Halaman E - 37
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Jenis batuan sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi pencemaran air
tanah dan air permukaan secara alami yang berasal dari leachate (air lindi). Tingkat
peredaman sangat tergantung pada attenuation capacity (kemampuan peredaman)
dari batuan. Attenuation capacity mencakup permeabilitas, daya filtrasi, pertukaran
ion, absorbsi, dan lain-lain.
Material batuan berbutir halus seperti batu lempung dan napal mempunyai daya
peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan material besar atau kristalin.
Batuan yang telah padu umumnya juga mempunyai daya peredaman yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan batuan yang sifatnya masih lepas. Batu gamping
dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah karena batuan ini umumnya
berongga.

b. Muka air tanah


Kedudukan muka air tanah merupakan parameter penting. Semakin dangkal muka
air tanah, semakin mudah pencemaran terjadi. Daerah dengan kedalaman muka air
tanah kurang dari 3 meter dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah.
c. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng berkaitan erat dengan kemudahan pekerjaan konstruksi dan
operasional TPA sampah. Semakin terjal suatu daerah semakin sulit pekerjaan
konstruksi dan pengoperasiannya. Daerah dengan kemiringan lereng lebih dari 20 %
dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah.
d. Curah hujan
Besarnya curah hujan berkaitan dengan tingkat kesulitan penyediaan sarana TPA
sampah yaitu parit pembuang air larian, kolam pengumpul leachate dan oksidasi.
Semakin tinggi curah hujan semakin tinggi pula tingkat kesulitannya.
e. Jarak terhadap sungai
Jarak TPA sampah terhadap sungai ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak layak.
Buffer ini berfungsi sebagi sempadan untuk pengelolaan sungai. Sungai yang diberi
adalah sungai permanen.
f. Jarak terhadap patahan (sesar)
Jarak terhadap patahan ditetapkan 100 meter sebagai buffer tidak layak. Buffer TPA
sampah berfungsi untuk mencegah terjadinya pengaruh patahan terhadap konstruksi
TPA sampah karena zona patahan merupakan zona lemah sehingga tidak stabil jika

Halaman E - 38
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

terimbas rombakan gelombang gempa. Tidak dibedakan antara patahan aktif dan
tidak aktif.
g. Kerentanan terhadap gerakan tanah
Daerah yang rentan terhadap gerakan tanah merupakan daerah yang tidak layak bagi
lokasi TPA, karena akan menimbulkan bencana baik terhadap infrastrukturnya
sendiri maupun memicu terjadinya penyebaran pencemaran.
h. Erupsi gunung api
Daerah bahaya erupsi gunung api dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena
erupsi gunung api akan membahayakan operasinya.
i. Banjir
Daerah berbakat banjir dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena banjir
dapat merusak sarana dan prasarana TPA sampah serta dapat menyebabkan
pencemaran. Daerah yang layak untuk TPA sampah harus terbebas dari banjir 25
tahunan.
j. Jarak terhadap garis pantai
Jarak TPA sampah terhadap garis pantai ditetapkan 250 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai sempadan untuk pengelolaan pantai.
k. Daerah lindung
Daerah lindung seperti hutan lindung, cagar alam, cagar budaya dan sebagainya yang
ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan
sebagai daerah yang tidak layak untuk menjadi TPA sampah.
l. Jarak terhadap pemukiman
Jarak TPA sampah terhadap pemukiman ditetapkan 300 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi untuk mencegah pencemaran air, gangguan bau, lalat, dan
bising yang ditimbulkan dari TPA sampah.
m. Jarak terhadap jalan raya
Jarak TPA sampah terhadap jalan raya ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai daerah penyangga terhadap estetika. Jalan yang
diberi buffer adalah jalan utama.
n. Jarak terhadap bandara
Jarak TPA sampah terhadap bandara ditetapkan 3000 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai pencegah gangguan asap yang berasal dari TPA
sampah terhadap keselamatan penerbangan.

Halaman E - 39
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

E.3.12. Kriteria Lokasi TPA menurut SNI 03-3241-1994


A. Analisa Kelayakan Lokasi TPA
Penetapan lokasi Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN dilakukan dengan metode analisis berdasarkan SNI 03-3241-1994 dan
metode LeGrand.

 Analisis Penetapan Lokasi Berdasarkan SNI 03-3241-1994


Dalam menentukan lokasi TPA sampah yang akan dipilih, terdapat beberapa ketentuan yang
harus dipenuhi, yaitu:
1. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai dan laut,
2. Pelaksanaan dilakukan berdasarkan 3 (tiga) tahapan, yaitu:
a. Tahap Regional, merupakan tahapan untuk menghasilkan peta yang berisi
daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona
kelayakan,
b. Tahap Penyisihan, merupakan tahapan untuk menghasilkan 1 atau 2 lokasi
terbaik diantara beberapa lokasi yang dipilih dari zona kelayakan pada tahap
regional,
c. Tahap Penetapan, merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang
berwenang.
3. Apabila suatu wilayah belum bisa memenuhi tahap regional, maka pemilihan lokasi
TPA ditentukan berdasarkan skema pemilihan lokasi TPA pada tahap penyisihan.

Berdasarkan SNI 03-3241-1994, kriteria pemilihan lokasi TPA dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu:
1. Kriteria Regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau
tidak layak, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kondisi Geologi, yaitu:
1) Tidak berlokasi pada zona holocene fault,
2) Tidak boleh berada pada zona bahaya geologi.
b. Kondisi Hidrogeologi, yaitu:
1) Tidak boleh memiliki muka air kurang dari 3 (tiga) meter dan tingkat
kelulusan tanah tidak boleh lebih besar dari 9-10 cm/det,
2) Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir
aliran,

Halaman E - 40
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

3) Apabila tidak terdapat zona yang memenuhi kriteria tersebut, maka


dibutuhkan masukan dalam bidang teknologi.
c. Kemiringan zona kurang dari 20%,
d. Jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dari 3.000 meter untuk
penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari 1.500 meter untuk jenis lain,
e. Tidak boleh berada di daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan
periode ulang 25 tahun.
2. Kriteria Penyisihan, yaitu kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dan
terdiri dari kriteria regional ditambah dengan beberapa kriteria lainnya, seperti:
a. Iklim, yaitu:
1) Hujan: semakin kecil intensitas hujan dinilai akan semakin baik
2) Angin: arah angin dominan tidak menuju permukaan dinilai makin baik
b. Utilitas, apabila tersedia lebih lengkap akan makin baik
c. Lingkungan hidup, terdiri dari:
1) Habitat: apabila kurang bervariasi maka dinilai makin baik
2) Daya dukung: apabila kurang menunjang untuk kehidupan flora dan
fauna maka dinilai makin baik
d. Kondisi tanah, dengan kriteria:
1) Apabila tingkat produktivitas tanah rendah, maka nilai yang diperoleh
makin tinggi,
2) Apabila lahan mampu menampung lebih banyak dengan usia lebih lama,
nilai akan semakin baik,
3) Apabila lahan memiliki jenis tanah penutup yang cukup, maka nilai akan
lebih baik,
4) Semakin bervariasi jenis tanah, maka nilai yang diperoleh tidak baik.
e. Demografi, dengan kriteria nilai akan semakin tinggi apabila kepadatan
penduduk sekitar lokasi rendah,
f. Batas administrasi, dengan kriteria lahan yang berada dalam batas administrasi
suatu wilayah memiliki nilai yang lebih baik,
g. Kebisingan, dengan kriteria lahan yang memiliki zona penyangga lebih banyak
akan memperoleh nilai yang semakin baik,
h. Bau, dengan kriteria semakin banyak zona penyangga akan memperoleh nilai
yang semakin baik,

Halaman E - 41
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

i. Estetika, dengan kriteria lahan yang terhalang/tidak langsung terlihat dari luar
akan memperoleh nilai yang tinggi,
j. Ekonomi, dengan ketentuan semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah
yang dibutuhkan (per m3/ton) dinilai makin baik.

Dalam menentukan dan memilih lokasi TPA berdasarkan parameter penyisihan, akan
digunakan beberapa kriteria penilaian beserta bobot yang harus dihitung untuk
memperoleh lokasi dengan nilai tertinggi berdasarkan kriteria penyisihan. Parameter
yang termasuk dalam kriteria penyisihan dapat dilihat pada Tabel E.3.
3. Kriteria Penetapan, yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan instansi
setempat yang berwenang dan ketentuan yang berlaku.

Tabek E.1. Parameter Penilaian Kriteria Penyisihan


NO PARAMETER BOBOT NILAI
I Umum
1 Batas Administrasi 5
a. Dalam batas administrasi 10
b. Di luar batas administrasi, tetapi dalam satu sistem
5
pengelolaan sampah terpadu
c. Di luar batas administrasi, dan diluar sistem pengelolaan
1
sampah terpadu
d. Di luar batas administrasi, tetapi dalam satu sistem
1
pengelolaan sampah terpadu
2 Pemilik Atas Tanah 3
a. Pemerintah Daerah/Pusat 10
b. Pribadi (satu) 7
c. Swasta atau perusahan (satu) 5
d. Lebih dari satu pemilik bak dan atau status kepemilikan 3
e. Organisasi sosial atau agama 1
3 Kapasitas Lahan 5
a. > 10 tahun 10
b. 5 tahun – 10 tahun 8
c. 3 tahun – 5 tahun 5
d. Kurang dari 3 tahun 1
4 Jumlah Pemilik Lahan 3
 1 (satu) KK 10
 2 – 3 KK 7
 4 - 5 KK 5
 6 – 10 KK 3
 Lebih dari 10 KK 1
5 Partisipasi Masyarakat 3
a. Spontan 10
b. Digerakkan 5
c. Negosiasi 1
II LINGKUNGAN FISIK

Halaman E - 42
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

NO PARAMETER BOBOT NILAI


1 Tanah (diatas muka air tanah) 5
a. Harga kelulusan < 10-9 cm/det 10
b. Harga kelulusan 10-9 cm/det – 10-6 cm/det 7
c. Harga kelulusan 10-6 cm/det Tolak (kecuali ada teknologi)
2 Air Tanah 5
a. > 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 10
b. < 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det 8
c. > 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det - 10-4 cm/det 3
d. 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/det - 10-4 cm/det 1
3 Sistem Aliran Air Tanah 3
a. Discharge area/lokal 10
b. Recharge area dan discharge area lokal 5
c. Recharge area regional dan lokal 1
4 Kaitan Dengan Pemanfaatan Air Tanah 3
a. Kemungkinan pemanfaatan rendah dengan batas hidrolis 10
b. Diproyeksikan untuk dimanfaatkan dengan batas hidrolis 5
c. Diproyeksikan untuk dimanfaatkan tanpa batas hidrolis 1
5 Bahaya Banjir 2
a. Tidak ada bahaya banjir 10
b. Kemungkinan banjir > 25 tahunan 5
c. Kemungkinan banjir > 25 tahunan Tolak (kecuali ada
masukan teknologi)
6 Tanah Penutup 4
a. Tanah penutup cukup 10
b. Tanah penutup cukup sampai ½ umur pakai 5
c. Tanah penutup tidak ada 1
7 Intensitas Hujan 3
a. Dibawah 500 mm per tahun 10
b. Antara 500 mm sampai 1000 mm per tahun 5
c. Diatas 1000 mm per tahun 1
8 Jalan Menuju Lokasi 5
a. Datar dengan kondisi baik 10
b. Datar dengan kondiai buruk 5
c. Naik/turun 1
9 Transport Sampah (satu jalan) 5
a. Kurang dari 15 menit dari centroid sampah 10
b. Antara 16 menit – 30 menit dari centroid sampah 8
c. Antara 31 menit – 60 menit dari centroid sampah 3
d. Lebih dari 60 menit dari centroid sampah 1
10 Jalan Masuk 4
a. Truk sampah tidak melalui daerah pemukiman 10
b. Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan
5
sedang (< 300 jiwa/ha)
c. Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan
1
tinggi ( > 300 jiwa/ha)
11 Lalu Lintas 3
a. Terletak 500 m dari jalan umum 10
b. Terletak < 500 m pada lalu lintas rendah 8
c. Terletak < 500 m pada lalu lintas sedang 3
d. Terletak pada lalu lintas tinggi 1
12 Tata Guna Lahan 5
a. Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna tanah 10

Halaman E - 43
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

NO PARAMETER BOBOT NILAI


sekitar
b. Mempunyai dampak sedang terhadap tata guna tanah
5
sekitar
c. Mempunyai dampak besar terhadap tata guna tanah sekitar 1
13 Pertanian 3
a. Berlokasi di lahan tidak produktif 10
b. Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar 5
c. Terdapat pengaruh negatif terhadap pertanian sekitar 1
d. Berlokasi di tanah pertanian produktif 1
14 Daerah Lindung/Cagar Alam 2
a. Tidak ada daerah lindung/cagar alam disekitarnya 10
b. Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya yang
1
tidak terkena dampak negatif
c. Terdapat daerah lindung/cagar alam disekitarnya terkena
1
dampak negatif
15 Biologis 3
a. Nilai habitat yang rendah 10
b. Nilai habitat yang tinggi 5
c. Habitat kritis 1
16 Kebisingan dan Bau 2
a. Terdapat zona penyangga 10
b. Terdapat zona penyangga yang terbatas 5
c. Tidak terdapat penyangga 1
17 Estetika 3
a. Operasi penimbunan tidak terlihat dari luar 10
b. Operasi penimbunan sedikit terlihat dari luar 5
c. Operasi penimbunan terlihat dari luar 1
Sumber : SNI 03-3241-1994
Catatan : Lokasi dengan jumlah angka tertinggi dari perkaitan antara bobot dan nilai merupakan pilihan
pertama, sedangkan lokasi dengan angka-angka yang lebih rendah merupakan alternatif yang dipertimbangkan.

B. Analisis Penetapan Lokasi Berdasarkan Metode LeGrand


Penilaian lokasi berdasarkan metode LeGrand dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan,
yaitu:
1. Pengumpulan data sekunder, meliputi:
a. Peta Topografi, merupakan peta dasar yang berisi informasi administrasi, jalan,
sungai dan garis kontur elevasi dan akan digunakan sebagai peta dasar untuk
survei dan analisa. Skala peta yang dibutuhkan adalah 1: 25.000,
b. Peta Geologi, merupakan peta dasar yang berisi penyebaran litologi dan struktur
geologi dan akan digunakan sebagai peta dasar untuk survei kondisi litologi dan
struktur geologi di wilayah penelitian, dalam hal ini lokasi potensial
pembangunan TPA. Skala peta yang dibutuhkan adalah 1: 250.000,
c. Peta Hidrogeologi, merupakan peta dasar yang berisi tingkat kelulusan air,
sistem akuifer, produktivitas akuifer, lokasi mata air, danau dan sumur bor yang

Halaman E - 44
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

berada di sekitar lokasi potensial. Peta akan digunakan untuk membantu survei
dan analisa hidrogeologi dengan kebutuhan skala 1: 250.000,
d. Data Iklim, meliputi data curah hujan dan data angin untuk membantu proses
analisa intensitas curah hujan dan arah angin,
e. Data jenis tanah dan penyebarannya, meliputi informasi tentang jenis tanah,
ketebalan serta sifat fisik kimiawi tanah di lokasi potensial,
f. Data Geoteknik, meliputi informasi daerah potensial bahaya gerakan tanah,
banjir, gempa, gunung api serta bahaya lainnya yang kemungkinan akan
mempengaruhi kondisi lokasi eksisting,
g. Data pustaka yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
2. Tahap survei lapangan, meliputi:
a. Survei Litologi, melalui pengamatan jenis dan penyebaran litologi,
b. Survei Struktur Geologi, melalui pengamatan struktur geologi yang berkembang
di lokasi potensial,
c. Survei jenis tanah, meliputi penyebaran tanah, ketebalan tanah serta peruntukan
tanah,
d. Survei air tanah, meliputi kedalaman muka air tanah dangkal, pengamatan mata
air, sungai, sistem penurapan air tanah, pemnafaatan air tanah serta sifat fisik air
tanah di lapangan,
e. Survei umum kondisi wilayah terkait bahaya gerakan tanah dan bahaya banjir.
3. Tahap analisa, meliputi:
a. Analisa hasil data litologi dan struktur geologi akan dilakukan untuk
mengetahui jenis dan sifat batuan dasar serta penyebarannya yang diwujudkan
dalam peta geologi,
b. Analisa kemiringan lereng dilakukan untuk mengetahui derajat kemiringan
lahan dan diwujudkan dalam peta kemiringan lereng,
c. Analisa jenis, klasifikasi, sifat fisik kimiawi, ketebalan, permeabilitas, serta
penyebaran tanah,
d. Analisa penyebaran muka air tanah dangkal, arah aliran, landasan hidrolika dan
lokasi sumber mata air,
e. Analisa wilayah discharge dan recharge,
f. Analisa wilayah rawan gerakan tanah dan banjir dilakukan berdasarkan data
sekunder dan pengamatan kondisi lahan di lapangan,
g. Analisa intensitas hujan dengan metode Poligon Thiesen dan arah angin,

Halaman E - 45
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

h. Analisa kondisi lahan dengan metode LeGrand.

Metode “numerical rating” menurut LeGrand, yang telah dimodifikasi oleh Knight, telah
digunakan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan untuk melakukan evaluasi pendahuluan
lokasi pembuangan limbah di Indonesia, dengan parameter analisis yang digunakan adalah,
yaitu:
1. Jarak antara lokasi (potensi sumber pencemaran) dengan sumber air minum,
2. Kedalaman muka air tanah terhadap dasar lahan urug,
3. Kemiringan hidrolis air tanah dan arah alirannya dalam hubungan dengan pusat sumber
air minum atau aliran air sungai,
4. Permeabilitas tanah dan batuan,
5. Sifat tanah dan batuan dalam meredam pencemaran,
6. Jenis limbah yang akan diurug di sarana tersebut.

Metode LeGrand umumnya terdiri dari 4 (empat) tahap utama, yaitu:


(a) Tahap deskripsi hidrogeologis lokasi (langkah 1 sampai 7);
(b) Penentuan derajat keseriusan masalah (langkah 8);
(c) Tahap penggabungan antara tahap 1 dan tahap 2 (langkah 9); dan
(d) Tahap penilaian setelah perbaikan (langkah 10).

Gambaran pelaksanaan tiap langkah dalam pelaksanaan Metode LeGrand dapat dilihat
dibawah ini.
1. Langkah 1: Penilaian terhadap jarak sumber pencemar ke titik pemanfaatan sumber
air,
2. Langkah 2: Penilaian terhadap kedalaman muka air tanah dari dasar sumber pencemar,

3. Langkah 3: Penilaian berdasarkan gradien muka air tanah dari sumber pencemar,
4. Langkah 4: Penilaian berdasarkan kemampuan adsorbsi dan tingkat permeabilitas
tanah,

Halaman E - 46
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

5. Langkah 5: Penilaian terhadap tingkat keakuratan/ketelitian data berdasarkan


kepercayaan terhadap nilai parameter.
A = Akurat
B = Cukup
C = Tidak Akurat

6. Langkah 6: Penilaian terhadap sumber air sekitar lokasi (Parameter 6.1) dan informasi
tambahan lainnya tentang lokasi (Parameter 6.2).
Parameter 6.1 = Sumber air sekitar lokasi
W : jika yang akan tercemar adalah sumur (well),
S : jika yang akan tercemar adalah mata air (spring) atau sungai (stream),
B : jika yang akan tercemar adalah daerah lain (boundary).

Parameter 6.2: Informasi tambahan tentang calon lokasi


C : memerlukan kondisi khusus yang memerlukan komentar
D : terdapat kerucut depresi pemompaan
E : pengukuran jarak titik tercemar dilakukan dari pinggir calon lokasi
F : lokasi berada pada daerah banjir
K : batuan dasar calon lokasi adalah karst

Halaman E - 47
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

M : terdapat tampungan air di bawah timbunan sampah


P : lokasi mempunyai angka perkolasi yang tinggi
Q : akuifer dibawah calon lokasi adalah penting dan sensitif
R : pola aliaran air tanah radial sampai sub radial
T : muka air tanah berada pada celah/retakan/rongga batuan dasar
Y : terdapat satu atau lebih akuifer tertekan
7. Langkah 7: Rekapitulasi deskriptif hidrogeologi
Langkah ini merupakan rekapitulasi nilai deskriptif hidrogeologi dari langkah-langkah
sebelumnya. Nilai yang dijumlahkan adalah nilai-nilai pada langkah 1-5, sedangkan
langkah 6 merupakan keterangan tambahan. Setelah nilai diperoleh, nilai tersebut
kemudian dibandingkan dengan standar kondisi hidrogeologi seperti tercantum dalam
Tabel E.4.
Tabek E.2. Rekapitulasi Nilai Deskriptif Hidrogeologi
Jumlah Nilai Nilai Keterangan
< 10 A Istimewa
11-14 B Sangat Baik
15-17 C Baik
18-20 D Cukup
> 20 E atau F Buruk/Sangat Buruk

8. Langkah 8: Penilaian derajat kepekaan akuifer dan jenis limbah, dilakukan


berdasarkan metode yang tergambar pada Gambar E.7.
Tahap ini menggambarkan derajat keseriusan yang disajikan dalam bentuk matrik
yang menggabungkan kepekaan akuifer dengan tingkat bahaya limbah yang akan
diurug/ditimbun. Jenis akuifer dipilih pada ordinat sumbu-Y, yaitu mulai dari liat
berpasir, yang dianggap tidak sensitif, sampai batu kapur, yang dianggap sangat
sensitif. Sedangkan tingkat keseriusan pencemar, yang dipilih pada absis sumbu-X,
akan tergantung pada jenis limbah yang masuk, mulai dari limbah inert yang tidak
berbahaya sampai limbah B3. Titik pertemuan garis yang ditarik dari sumbu-X dan
sumbu-Y tersebut menggambarkan derajat keseriusan pencemaran, mulai dari relatif
rendah (A) sampai sangat tinggi (I). Derajat keseriusan tersebut terbagi ke dalam 9
(sembilan) kategori.
9. Langkah 9: Tahap ini merupakan penggabungan hasil yang diperoleh pada langkah 1
sampai 4 dengan langkah 8. Berdasarkan posisi lokasi tersebut, dapat diketahui

Halaman E - 48
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

peringkat situasi standar yang dibutuhkan agar akuifer tidak tercemar. Peringkat ini
dinyatakan dalam PAR (Protection of Aquifer Rating). Hasil pengurangan PAR dari
deskripsi numerik lokasi, digunakan untuk menentukan tingkat kemungkinan
pencemaran yang akan terjadi. Nilai-nilai PAR dalam zona-zona isometrik diperoleh
berdasarkan pengalaman empiris yang menyatakan nilai permeabilitas serta sorpsi
yang tidak boleh terlampaui agar akuifer tidak tercemar.
Tabek E.3. Situasi Peringkat Penilaian
Situasi Kemungkinan Derajat Penerimaan Nilai
Peringkat Pencemaran
< -8 Sangat Kecil Kemungkinan Terima A
-4 s/d -7 Sulit Terkategori Cenderung Terima B
+3 s/d -3 Sulit Terkategori Terima atau Tolak C
+4 s/d +7 Mungkin Cenderung Tolak D
> +8 Sangat Mungkin Hampir Pasti: Tolak E

Untuk memberikan gambaran terkait langkah 9 ini, berikut adalah contoh dari
penerapan metode dengan kriteria sebagai berikut, yaitu:
1) Batas lokasi landfill secara horizontal akan berjarak 20 m dari sumur
penduduk,
2) Kedalaman muka air tanah dari data bor adalah 14 m,
3) Gradien kemiringan 1.5% searah aliran air yang menuju sumur,
4) Dari analisa ayakan, campuran lempung dan pasir = 40% dan merupakan
tanah impermeable dengan ketebalan 10-12 m,
5) Tingkat keakuratan data baik.

Dari data diatas, bila dilihat dari prosedur langkah 1 sampai 4, maka akan
diperoleh nilai berturut-turut 7-3-3-2, sedangkan dari langkah 9 diperoleh PAR
= 14-4 (lihat pada Gambar 3.5). Dari nilai yang telah diperoleh, maka hasil
penggabungannya adalah:
15 = 7 + 3 + 3 + 2
14- 4
------------------------------- -
+1 -2 = -1

Halaman E - 49
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Dari penggabungan diatas, diperoleh nilai -1. Berdasarkan tabel situasi


peringkat penilaian, diperoleh kesimpulan bahwa untuk contoh kasus diatas,
peringkat nilai yang diperoleh adalah C (kemungkinan pencemaran sulit
dikategorikan).
10. Langkah 10: Langkah ini digunakan bila pada lokasi tersebut dilakukan
masukan teknologi untuk mengurangi dampak pencemaran yang mungkin
terjadi, sehingga diharapkan terjadi pergeseran nilai PAR. Perubahan
dilakukan dengan memperbaiki kondisi pada langkah 8, sehingga PAR di
langkah 9 juga akan berubah. Masukan teknologi yang mungkin diterapkan
pada lokasi ini untuk mengurangi potensi bahaya pencemaran, antara lain:
1) Mendesain saluran drainase di sekitar lokasi dengan baik dimana air
hujan yang akan masuk ke area landfill dapat terminimalisasi,
2) Pembuatan lapisan dasar (liner) yang dapat dilakukan dengan beberapa
lapisan pelindung seperti geomembran dengan tujuan agar lindi yang
timbul tidak merembes ke dalam ailiran air tanah,
3) Mendesain pipa lindi yang memungkinkan air lindi dapat terkumpul,
serta adanya instalasi pengolahan air lindi sebelum dibuang ke badan air
penerima.
C. Analisa Perencanaan Sarana Dan Prasarana TPA
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sarana dan
prasarana di TPA :
1. Kebutuhan Sarana dan Prasarana di TPA
Adapun klasifikasi fungsional dari sarana dan prasarana TPA yang dibutuhkan bagi
perencanaan TPA, meliputi:
(1) Fasilitas umum, yang perlu direncanakan adalah jalan operasi ke lokasi perencanaan,
saluran drainase, pagar, listrik, dan alat komunikasi.
(2) Fasilitas perlindungan lingkungan, yang direncanakan adalah pengembangan
pengolahan lindi eksisting, sumur uji dan buffer zone.
(3) Fasilitas penunjang lainnya, berupa pengembangan penyediaan sumber air bersih
eksisting sesuai dengan kebutuhan pengembangan.
(4) Fasilitas operasional, berupa pengadaan alat berat yang merupakan pengembangan
dari eksisting alat berat yang telah ada.
2. Kriteria Disain Sarana dan Prasarana di TPA

Halaman E - 50
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Berikut ini adalah kriteria desain yang diperlukan dalam merancang kebutuhan sarana
dan prasarana di TPA :
 Jalan Operasi ke lokasi
Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri dari 2 jenis,
yaitu:
(1) Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer, setiap saat
dapat ditimbun dengan sampah.
(2) Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga, bengkel, tempat
parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat permanen.
Kriteria jenis jalan yang bersifat permanen sebagai berikut:
(1) Dapat dilalui kendaraan truck sampah dari 2 arah.
(2) Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan 2 – 3% kearah saluran drainase.
(3) Type jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan dengan tekanan
gandar 10 ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam (sesuai dengan
ketentuan Ditjen Bina Marga).
 Saluran Drainase di lokasi
Ketentuan teknis drainase TPA sebagai berikut:
(1) Jenis drainase dapat berupa drainase permanen (jalan operasi, disekeliling
timbunan terakhir dan drainase sementara (dibuat secara lokal pada zone
yang akan dioperasikan).
(2) Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga, bengkel, tempat
parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat permanen.
 Pagar di lokasi
Pagar berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagar tanaman
sehingga dapat juga berfungsi sebagai daerah penyangga setebal 5 meter.
 Pengembangan Pengolahan Lindi
Berdasarkan komposisi dari cairan lindi, proses pengolahan yang paling tepat
dilakukan pada pengolahan ini adalah dengan pengolahan biologis. Pengolahan
secara biologis dilakukan secara bertahap, dimulai dari kolam anaerob,
fakultatif, maturasi dan penyaringan biologi (biofilter) dan penyaringan sendiri
(land treatment). Kriteria teknis pengolahan lindi seperti tertera pada Tabel E.6
berikut.
Tabek E.4. Kriteria teknis pengolahan lindi 1

1Anonim,
“Tata Cara Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah”, Direktorat Bina Teknik – Ditjen Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum, 1999, hal. 9.

Halaman E - 51
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Proses Pengolahan
No. Kriteria Stabilisasi/ Biofilter/
Anaerobik Maturasi
Fakultatif landtreatmen.
1. Fungsi Menurunkan Mengurangi Menyaring efluen
kadar BOD kadar sebelum dibuang ke
yang relatif mikroorganisme badan air
tinggi (> 1000
ppm)
2. Kedalaman 2,5 – 5 m 1–2m 1m 2m
3. Penyisihan 50 – 85% 70 – 80% 60 – 89% 50%
BOD
4. Waktu detensi 20 – 50 hari 12 – 33 hari 7 – 10 hari 3 – 5 hari
5. Bahan Pasangan batu Pasangan Pasangan batu Batu kerikil, ijuk,
batu pasir, tanaman
(rumput gajah dan
enceng gondok).

 Sumur Uji di lokasi


Sumur uji berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran lindi
terhadap air tanah disekitar TPA dengan kriteria teknis sebagai berikut :
a) Lokasi sumur uji harus terletak pada area pos jaga (sebelum lokasi
penimbunan sampah), dilokasi sekitar penimbunan dan pada lokasi
setelah penimbunan.
b) Penempatan lokasi harus tidak pada daerah yang akan tertimbun sampah.
c)Kedalaman sumur uji 20 – 25 m dengan luas 1 m2.

 Daerah penyangga/zona penyangga (buffer zone)


Daerah penyangga dapat berfungsi untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh kegiatan pembuangan akhir sampah terhadap lingkungan
sekitarnya. Daerah penyangga ini dapat berupa jalur hijau atau pagar tanaman
disekeliling TPA, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu
yang mudah tumbuh dan rimbun.
b) Kerapatan pohon adalah 2 – 5 m untuk tanaman keras.
 Kebutuhan Alat Berat
Pemilihan alat besar harus mempertimbangkan kegiatan pembuangan akhir
seperti pemindahan sampah, pemerataan, pemadatan sampah, dan penggalian/
pemindahan tanah.

Halaman E - 52
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Beberapa alat berat yang diperlukan dalam menyiapkan lahan TPA 2 beraneka
ragam pilihan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a). Bulldozer.
b). Landfill compactor
c). Wheel/track loader
d). Excavator

D. Analisa Regulasi dan Kebijakan


Tidak adanya acuan untuk melakukan analisis terhadap regulasi dan kebijakan maka untuk
menganalisis regulasi dan kebijakan pengelolaan sampah di kota tersebut dilakukan dengan
cara :
1. Menentukan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
Pengetahuan tentang jenis dan hierarki perundang-undangan mutlak harus diketahui
mengingat unsur terpenting dalam evaluasi dan analisis adalah membandingkan antara
beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Menyiapkan dan mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang akan diteliti serta
peraturan perundang-undangan terkait lainnya yang merupakan dasar pembentukan
peraturan perundang-undangan yang akan diteliti.
3. Penelitian terhadap latar belakang dari peraturan perundang-undangan yang hendak
diteliti, yaitu dengan melihat konsideran dan penjelasan umum dari peraturan perundang-
undangan tersebut. Dalam hal ini akan lebih jelas terlihat peraturan terkait mana yang
harus dijadikan bahan referensi perbandingan dan persandingan terhadap peraturan yang
akan dibentuk.
4. Penelitian terhadap peraturan perundang-undangan tersebut beserta penjelasan pasal demi
pasal, dalam hal ini dapatlah diteliti pasal demi pasal tersebut secara keseluruhan, atau
hanya difokuskan terhadap pasal-pasal tertentu saja yang menjadi fokus permasalahan
yang sedang dibahas.
5. Berdasarkan penelitian mengenai latar belakang pembentukan peraturan perundang-
undangan tersebut serta melihat ketentuan dalam pasal-pasalnya, maka kita dapat
melakukan analisa terhadap peraturan perundang-undangan yang diteliti tersebut. Analisa
terhadap peraturan perundang-undangan tersebut dapat disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian yang dilakukan.

2
LAHAN PENGOLAHAN AKHIR SAMPAH, Sumber & Materi: Direktorat PLP - DITJEN CIPTA KARYA, 2006.

Halaman E - 53
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

E. Analisa Kelembagaan
Untuk melakukan kerjasama antar daerah dalam pengelolaan sampah yang
diimplementasikan dalam konsep TPA regional maka, fungsi yang diemban lembaga TPA
regional adalah sebagai berikut:
1. Menampung semua sampah dari area pelayanan yang dibawa oleh Instansi pengelola
kebersihan sampah kota atau lainnya. Sampah yang diangkut kendaraan milik Pemda
akan diterima di TPA yang akan dibangun dan/atau dioperasikan oleh lembaga TPA
regional.
2. Mengangkut sampah menuju TPA yang dioperasikan oleh lembaga TPA regional dengan
menggunakan angkutan yang sesuai

Daerah cakupan pada pekerjaan ini terdiri atas IKN sehingga pembentukan kerjasama antar
kota/kab juga relatif lebih rumit. Bentuk badan kerjasama daerah yang mungkin diterapkan
pada daerah penelitian yaitu:
Tabek E.5. Matriks institusi Calon Pengelola TPA Regional
Mekanisme
No Bentuk Institusi Payung Hukum Mekanisme SDM
Keuangan
1 BUMD  Diperlukan aspek  Lebih flexible  Lebih otonom
legal baru dan otonom walau masih
 Dapat  Modal berasal terkait sistem
mengakomodir dari masing- kepegawaian
kepentingan masing Pemda PNS
masing-masing melalui  Jumlah personil
daerah mekanisme disesuaikan
 Aturan Perda dengan kegiatan
pembentukannya
tercantum dalam
UU nomor 5
tahun 1962
2 Badan Layanan  Aturan  Lebih otonom  Lebih otonom
Umum pembentukannya karena dibuat  Jumlah personil
menggunakan PP berdasarkan disesuaikan
Nomor 23 Tahun rencana kerja dengan kegiatan
2005 tentang tahunan dan
Pengelola harus dapat
Keuangan Badan diakses publik
Layanan Umum
3 Korporasi Swasta  Harus ada  Lebih otonom  Lebih otonom
(PT) kontrak dengan dan flexibel dan flexibel
salah satu Pemda  Biaya investasi
 PT yang yang dikeluarkan
berminat harus harus kembali

Halaman E - 54
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Mekanisme
No Bentuk Institusi Payung Hukum Mekanisme SDM
Keuangan
melalui proses sesuai jangka
tender waktu kontrak

Pembentukan kelembagaan pengelola TPA regional sebaiknya dibicarakan oleh masing-


masing Pemda dengan melihat kondisi aspek pendanaan yang paling memungkinkan. Setelah
komitmen pendanaan dari masing-masing pihak yang terkait sudah jelas, maka tentunya
kelembagaan yang paling tepat dapat dengan jelas dipertimbangkan keuntungan dan
kerugiannya dari masing-masing bentuk institusinya.

Bentuk kelembagaan pengelola TPA regional untuk daerah penelitian ini sangat bergantung
pada kerjasama antar kepala daerah yang terkait. Proses awal penandatanganan SKB
hanyalah permulaan untuk perumusan lebih lanjut karena akan dibutuhkan Perda yang terkait
dengan kerjasama pengelolaan sampah dan juga melakukan revisi terhadap Perda yang
mengatur institusi pengelola persampahan daerah masing-masing. Analisis kelembagaan
pengelolaan sampah regional disajikan pada gambar sebagai berikut :

Berdasarkan diatas, pembagian fungsi regulator, operator, dan pengawas merupakan bagian
yang harus ada dalam sistem pelayanan publik, dalam hal ini termasuk pengelolaan sampah.
Keberadaan badan yang memiliki tugas pokok dan fungsi-fungsi tersebut harus diatur dalam
payung hukum peraturan perundang-undangan. Begitu juga mengenai mekanisme siapa saja

Halaman E - 55
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

yang menjadi anggota tim dalam badan-badan tersebut harus jelas disebutkan dan mewakili
semua pihak yang menjadi pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah.

Lembaga pengelola TPA regional sendiri bentuk BLU nampaknya lebih mengakomodasi
berbagai faktor yang mempengaruhi operasional pengelolaan sampah baik itu dari segi
pendanaan dan institusi sehingga akan mendukung berjalannya TPA regional dengan baik.
Dalam BLU sendiri terdiri atas pengelola BLU, dewan pengawas, dan pegawai BLU. BLU
lebih dipilih karena karakteristinya yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan
kekayaan negara yang dipisahkan), menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/sebagian
dijual kepada publik, tidak bertujuan mencari keuntungan (laba), dikelola secara otonom
dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi, rencana kerja/anggaran dan
pertanggung jawaban dikonsolidasikan pada instansi induk, pendapatan dan sumbangan
dapat digunakan langsung, pegawai dapat terdiri dari PNS dan Non-PNS, bukan sebagai
subjek pajak. Ini tentunya lebih sesuai jika dibandingkan dengan BUMD yang tujuan
mencari keuntungan dan sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah serta korporasi
swasta yang jelas-jelas keberlangsungan hidupnya atas profit dari barang/jasa yang
dihasilkan.

E.4 PROGRAM KERJA

E.4.1 Pola Kerja

Pola kerja penyusunan Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN , adalah sebagai berikut :

1. Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan setelah SPMK diperoleh, maka tim akan segera
dimobilisasi dan segera melakukan rapat/diskusi guna mendapatkan persamaan
persepsi mengenai pekerjaan yang akan dilakukan terutama pemahaman terhadap
KAK.

2. Melakukan Kick of Meeting dengan pemberi kerja dalam rangka penyamaan persepsi
mengenai rencana pelaksanaan pekerjaan.

3. Pelaksanaan kegiatan pekerjaan penyusunan dilakukan di kantor (Studio) selama 4


bulan kalender.

Halaman E - 56
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

4. Mobilisasi tenaga ahli disesuaikan dengan jadwal dan penugasan, serta keterlibatan
masing-masing tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan sesuai dengan
jumlah orang-bulan masing-masing tenaga ahli.

5. Pekerjaan studio, yaitu semua pekerjaan/kegiatan yang dilakukan tim kerja untuk
sampai menghasilkan produk/dokumen rencana. Kegiatan yang dilakukan pada
pekerjaan studio meliputi mempersiapkan kebutuhan survey lapangan, Pengumpulan
dan seleksi data, proses Penyusunan laporan Pendahuluan, Proses tabulasi data,
Pembuatan Kompilasi Data, Proses pengolahan dan analisis data, proses penyusunan
laporan antara, proses pembuatan laporan akhir, termasuk penyempurnaan dari mulai
laporan pendahuluan, laporan antara, laporan draft akhir dan laporan final berdasarkan
hasil masukan dari diskusi dengan tim teknis dan stakeholders.

6. Konsultan secara berkala berkoordinasi dan melakukan konsultasi teknis kepada tim
teknis dan Instansi Terkait, Asosiasi profesi, pakar, pemerhati, maupun dengan
stakeholder lainnya yang terlibat dan mempunyai kepentingan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini. Konsultan secara periodik melaporkan setiap progres yang telah
dihasilkan kepada Tim Teknis.

7. Diskusi Pembahasan Laporan dilakukan di sesuai ketentuan pemberi kerja. Lingkup


kegiatan ini terdiri dari tahap Laporan Pendahuluan dan Laporan Akhir.

E.4.2 Rencana Kerja

Paradigma baru Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN , selain menggunakan prosedur baku yang ada dalam petunjuk teknis
penyusunan tata ruang, juga akan lebih bersifat menjaring kebutuhan serta kecenderungan
yang berkembang di masyarakat (Bottom Up Planning).

Secara garis besar rencana kerja yang akan dilakukan sebagai berikut:

 Persiapan Kegiatan. Tahapan awal dari kegiatan ini adalah melakukan


persiapan berupa pemahaman terhadap kerangka acuan kerja, pemahaman
terhadap materi pekerjaan, serta penyusunan jadual pelaksanaan pekerjaan,
penyusunan rencana survai, dan penyusunan data-data yang dibutuhkan.

 Survai / Pengumpulan Data dan Informasi. Survai dilakukan berdasarkan


jadwal yang telah disusun dan daftar data-data yang hendak dikumpulkan.

Halaman E - 57
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

 Identifikasi Potensi dan Permasalahan Kawasan. Identifikasi dilakukan


berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan survai baik berupa data primer
maupun data sekunder yang kemudian dikompilasi atau disusun secara
sistematis sehingga mudah dipahami dan dimengerti mengenai kondisi, potensi,
dan permasalahan kawasan fungsional tersebut.

 Analisis atau penelaahan. Analisis atau penelaahan dilakukan dengan


menggunakan metoda-metoda atau teknik analisis baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Analisis dilakukan dengan input data yang berhasil
dikumpulkan.

 Penyusunan Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Rencana. Konsep dasar


pengembangan ini disusun berdasarkan :

- Hasil analisis atau penelaahan secara seksama terhadap kawasan.

- Masukan dari teori-teori perencanaan yang ada serta batasan-batasan.

- Masukan aspirasi masyarakat setempat, institusi dan praktisi yang khusus


diselenggarakan berkaitan dengan Penyusunan Pekerjaan ini.

 Diskusi. Perlu dilakukan dengan berbagai institusi terkait di lingkungan


pemerintah daerah untuk mendapatkan masukan dari berbagai stakeholder yang
terkait dengan kegiatan ini agar didapat hasil yang handal dan dapat diterima
oleh semua pihak.

E.5 ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Organisasi pelaksanaan dalam Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit
Pengurukan Residu Kawasan IKN , menyangkut hubungan antara pemberi tugas dengan
pelaksana kerja. Untuk memudahkan dan memelihara efisiensi kerja, perlu disusun suatu
organisasi pelaksanaan pekerjaan agar dapat berjalan lancar sesuai dengan maksud, tujuan
dan sasaran serta jadwal yang telah ditetapkan. Pada dasarnya dalam penyusunan organisasi
pelaksanaan pekerjaan tersebut menyangkut hubungan kerja antara pemberi tugas dan
penerima/pelaksana pekerjaan.

a. Tim Konsultan

Halaman E - 58
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Tim Konsultan terdiri dari : ketua tim konsultan (team leader), tenaga ahli, dan tenaga
pendukung.

 Manager Proyek bertanggung jawab kepada Direktur Utama Konsultan terhadap


pelaksanaan, kelancaran, dan penyelesaian proyek.
 Ketua Tim Konsultan (team leader) bertanggung jawab secara keseluruhan kepada
tim supervisi, mengkoordinasikan seluruh pekerjaan tim konsultan dengan dibantu
oleh sub-bidang penelitian.
 Tenaga Ahli yang merupakan sub-bidang penelitian, yang dirinci berdasarkan
disiplin ilmu yang digunakan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing.
 Tenaga pendukung bertugas melaksanakan tugas studio dan kesekretariatan dalam
pekerjaan ini.
b. Struktur Organisasi Pekerjaan

Penyusunan organisasi pelaksana kerja Pelaksanaan Studi Kelayakan dan Rencana


Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu Kawasan IKN , menyangkut hubungan antara
pemberi kerja dengan pelaksana kerja (konsultan), yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli
dari berbagai bidang beserta tenaga pendukungnya.

Dalam melaksanakan pekerjaan yang dimaksud, konsultan akan membentuk satu tim
yang dipimpin oleh team leader dengan didukung oleh beberapa tenaga ahli dan juga
beberapa tenaga pendukung yang berkompeten. Untuk mengetahui lebih jelas, struktur
organisasi pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut.

Halaman E - 59
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Gambar E.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN


PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT
KONSULTAN PELAKSANA
JENDERAL CIPTA KARYA BALAI PRASARANA
Direktur
PERMUKIMAN KALIMANTAN TIMUR

Penyusunan Studi Kelayakan dan Rencana


Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Office Manager Pengolahan
Sampah Kawasan Ibu Kota Negara (IKN)

Team Leader
TIM TEKNIS/SUPERVISI
Teknik Sipil/Teknik Lingkungan

Tanaga Ahli
TA Sanitasi dan Air Limbah 1
TA Sanitasi dan Air Limbah 2
TA Geoteknik 1
TA Geoteknik 2
TA Geoteknik 3
TA Geodesi
TA Geologi 1
TA Geologi 2
TA Geologi 3
TA Sosial dan Kelembagaan
TA Ekonomi
TA Struktur
TA Arsitektur
TA K3 Konstruksi
Sub Tenaga Ahli
Asisten Teknik Lingkungan 1
Asisten Teknik Lingkungan 2
Asisten Teknik Sipil
Tenaga Pendukung
Cost Estimator 2 Orang
Operator CAD/GIS 6 Orang
Surveyor 9 Orang
Adminitrasi Proyek

Halaman E - 60
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN

Halaman E - 61

Anda mungkin juga menyukai