E.1 PENDAHULUAN
Insinerasi adalah metode yang umum digunakan untuk mengolah sampah kota karena dapat
mengurangi volume sampah hingga 90% dan panas yang dihasilkan dapat dikonversi
menjadi listrik (Lam, et al., 2010). Sampah yang melalui proses pengolahan insinerasi akan
mengalami reduksi volume hingga >90 % (Manyele, 2008) dan hanya menyisakan residu
berupa abu yang tentunya mengurangi kebutuhan lahan penimbunan serta dapat
dimanfaatkan.
Insinerasi sampah kota menghasilkan 2 residu utama yang dapat digolongkan menjadi abu
terbang dan abu dasar. Sedangkan residu dari proses pirolisis dan gasifikasi yang sering tidak
termanfaatkan adalah char. Selain isu pengelolaan residu ini, hal lain yang menjadi perhatian
adalah strategi penggunaan abu insinerator agar penanganan akhir abu tidak berujung pada
penimbunan, tetapi dijadikan produk yang bermanfaat.
Bottom ash (atau slag dari fluidized bed insinerator) dibuang di tempat pembuangan sampah
di banyak negara tetapi dapat digunakan kembali dalam konstruksi dan bahan pembangunan
jalan dengan pretreatment. Sebelum penggunaan tersebut, namun, penilaian konten dan
pelindian harus dilakukan dan tingkat batas atas pencemar organik yang persisten, logam
berat dan parameter lainnya harus didefinisikan. Teknik pretreatment termasuk pengolahan
kering, basah dan termal serta skrining dan penghancuran dan pemisahan logam. Pelindian
Halaman E- 1
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E- 2
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E- 3
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu Kawasan IKN ini akan
dilakukan dengan melakukan pendekatan 2 (dua) arah, yaitu pendekatan yang bersifat
pemahaman terhadap kaidah-kaidah dan atau peraturan, dan atau standar yang ada dan telah
dikembangkan di Indonesia, antara lain melingkupi pemahaman terhadap :
Ketentuan pemerintah dalam pembangunan bidang pengelolaan persampahan
Prinsip-prinsip dan dasar-dasar perencanaan yang berupa teori sistem, manajemen serta
organisasi
Metode-metode serta teknik-teknik yang dapat diterapkan dan mempunyai relevansinya
di bidang teknik pengelolaan persampahan khususnya untuk kondisi yang ada
Standar – standar yang dikembangkan untuk pembangunan di bidang penataan
lingkungan hidup
Pedoman lain yang dapat dipergunakan sehingga menyempurnakan hasil rancangan.
Pendekatan lainnya, dan merupakan strategi perencanaan yang mutlak harus dilakukan
adalah pendekatan pemahaman kondisi eksisting wilayah atau lokasi perencanaan.
Pendekatan ini mutlak dilakukan agar dapat dikembangkan perancangan yang berdasarkan
pada potensi serta dengan memperhatikan berbagai kendala yang ada, sehingga diperoleh
perencanaan yang mungkin untuk dilaksanakan. Hal-hal mendasar terhadap kondisi
eksisting lokasi TPA, yang akan menjadi alat dalam analisis, antara lain :
Halaman E- 4
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Pendekatan ini perlu dilaksanaan, mengingat sasaran yang hendak dicapai bersifat majemuk
yang garis besarnya adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan sistem pengelolaan persampahan setempat sesuai dengan kaidah
perancangan yang baik
b. Hasil perancangan hendaknya bersifat implementatif
c. Memenuhi kebutuhan wilayah perencanaan
Halaman E- 5
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E- 6
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E- 7
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Pendekatan ini perlu dilaksanaan, mengingat sasaran yang hendak dicapai bersifat majemuk
yang garis besarnya adalah sebagai berikut :
d. Peningkatan sistem pengelolaan persampahan setempat sesuai dengan kaidah
perancangan yang baik
e. Hasil perancangan hendaknya bersifat implementatif
f. Memenuhi kebutuhan wilayah perencanaan
Sistem pengelolaan akan direncanakan sesuai dengan strategi pengembangan sistem sebagai
berikut :
a. Pendiskripsian obyektif : menuju sistem pengelolaan persampahan yang optimal yaitu
maksimasi efektifitas sistem dan minimasi dari pemakaian sumber daya
b. Pencapaian sasaran diusahakan berjenjang (memiliki sasaran antara)
c. Perlu diusulkan fase transisi untuk menjembatani sistem saat ini dan usulan
d. Pembinaan sistem diarahkan menuju sistem tertutup
e. Pengembangan suatu pembobotan prioritas daerah pengembangan
f. Pemilihan metode dan mengadakan perancangan sesuai dengan kondisi daerahnya
Halaman E- 8
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Secara umum, Konsultan akan membagi pekerjaan ini menjadi 4 (empat) tahapan
kegiatan utama yaitu;
1. Tahap Pekerjaan Persiapan;
2. Tahap Pengumpulan Data dan Survei Lapangan;
3. Tahap Evaluasi dan Analisis Data;
4. Tahap Penyusunan Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci;
Adapun Bagan Alir Metode Penanganan Kegiatan dalam Menangani Pekerjaan
“Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu Kawasan
IKN”, dapat dilihat pada Gambar E.1 .
Halaman E- 9
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 10
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu Kawasan IKN
Mulai
Selesai
Halaman E - 11
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan berdasarkan ketiga tahapan yang ada, yaitu tahap
pekerjaan persiapan (pendahuluan), tahap pekerjaan identifikasi lapangan dan
inventarisasi lapangan (survey), tahap pekerjaan analisis dan desain dan tahap
pekerjaan finalisasi.
E.3.1. Pekerjaan Persiapan
Tahap ini merupakan persiapan dari seluruh tahapan pekerjaan yang dimulai dari mobilisasi
tim, pengumpulan data sekunder dan kajian studi terdahulu, pengidentifikasian peraturan-
peraturan terkait di bidang persampahan dan peraturan lain yang terkait, review kebijakan
pemerintah dibidang pengelolaan persampahan yang pada akhirnya akan menghasilkan
Laporan Pendahuluan (Inception report) dengan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam
tahap ini adalah :
(1).Mobilisasi tim dan koordinasi
(2).Penyusunan metodologi pekerjaan
(3).Review terhadap peraturan-peraturan terkait, kebijakan pemerintah dan ketentuan teknis
yang berhubungan
(4).Penyusunan Rencana Kerja
(5).Pengarahan dan Penugasan Personil
(6).Pengumpulan data skunder dan peta daerah study
(7).Persiapan peralatan kerja dan proses survei lapangan.
(8).Melakukan koordinasi awal dengan pimpinan pelaksana kegiatan dan instansi teknis
terkait di lokasi proyek menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan rencana
dan kegiatan survei lapangan.
E.3.2. Survey dan Pengumpulan Data
A. Survei pengumpulan data primer dan skunder
Kegiatan survey akan dibagi menjadi beberapa tahap kegiatan yaitu :
(1). Tahap pengumpulan data skunder yang merupakan tahap awal dari pelaksanaan
pekerjaan ini berupa kegiatan inventarisasi data sekunder.
(2). Melaksanakan survei lapangan untuk mendapatkan data – data primer di lapangan
sebagai bahan analisa dan rencana pembangunan sistem serta mendiskusikan
berbagai temuan, permasalahan dan alternatif pemecahan masalah dengan
pimpinan pelaksana kegiatan dan instansi terkait berupa pekerjaan :
Orientasi Rencana lokasi Tempat Penimbunan Residu
Halaman E - 12
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 13
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 14
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 15
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 16
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
- Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100 meter, diukur
dengan pegas ukur (meteran), atau alat ukur jarak elektronis.
- Patok - patok untuk titik-titik poligon adalah patok kayu, sedang patok-
patok untuk titik ikat adalah patok dari beton.
- Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Teodolith dengan ketelitian
dalam secon (yang mudah/umum dipakai adalah theodolit jenis T2 Wild
Zeiss, atau yang setingkat). Pada pekerjaan ini digunakan Teodolith jenis
Otomatis yaitu Total Station.
- Titik - titik ikat (BM) diukur sudutnya dengan alat yang sama dengan alat
pengukuran poligon dan jaraknya diukur secara manual dengan
menggunakan meteran maupun elektronis.
- Ketelitian untuk poligonnya adalah sebagai berikut :
- Kesalahan sudut yang diperoleh adalah 10” kali akar jumlah titik poligon
(10”√n).
Maksud dari pengukuran titik control adalah dengan menggunakan metoda
Poligon/titik banyak, dimana pengukuran titik-titik yang kerangka pengukuran
yang dijadikan titik pengambilan data-data ukuran berupa besaran sudut dan
jarak dari detail situasi pada lokasi pekerjaan. Pengukuran poligon dilakukan
menggunakan alat Total Station. Rumus umum dari pengukuran poligon ini
adalah :
X1 = XB + d1 * Sin (αB-A + β0 )
Y1 = YB + d1 * Cos (αB-A + β0 )
X2 = X1 + d2 * Sin (αB-1 + β1 – 1800)
Y2 = Y1 + d2 * Cos (αB-1 + β1 – 1800)
di mana :
Halaman E - 17
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
dimana :
H = beda tinggi antara b dan m
bi = bacaan rambu belakang
mi = bacaan rambu muka
g). Pengukuran Situasi
- Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem Tachymetri.
Halaman E - 18
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
- Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis Teodolith - To) dan pada
pengukuran ini dilakukan sekaligus dengan menggunakan Total Station.
- Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana alur mencakup semua
keterangan-keterangan yang ada didaerah sepanjang rencana alur tersebut.
- Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain
pengukuran diperluas (dapat dilihat pada pengukuran khusus).
- Tempat-tempat sumber material alur sungai yang terdapat disekitar jalur
perlu diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material).
- Pengukuran situasi selalu terikat pada titik-titik kerangka dasar Pada
metoda Tachimetri ini didapat data ukuran jarak dan beda tinggi antara
stasion alat dan target yang diamati
D = 100* ( BA-BB) * cos2m
Δh = 50 * ( BA - BB ) * sin 2 m + TA - BT
di mana :
D = jarak stasion alat dan target
Δh = beda tinggi stasion alat dan target
BA = benang atas
BT = benang tengah
BB = benang bawah
TA = tinggi alat
m = sudut vertikal (miring)
h). Pengukuran Memanjang dan Melintang.
Halaman E - 19
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Garis-garis grade digambar pada setiap jarak 50 atau 50 unit pada gambar
dan diberi angka Absis (X) maupun Ordinat (Y) yang benar, serta
dicantumkan arah utara pada jarak-jarak tertentu. Penggambaran titik-titik
poligon didasarkan pada hasil perhitungan koordinat, tidak boleh secara
grafis.
Untuk titik-titik (BM), titik-titik mati atau titik-titik baru dicantumkan data
koordinat lengkap (X,Y,Z) dan diberi tanda khusus yang sesuai.
Halaman E - 20
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 21
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Melakukan pengambilan data mekanika tanah, pengambilan data tanah yang diperlukan
antara lain adalah pengambilan sample tanah, dan melakukan tes sondir (CPT-test),
guna mendapatkan desain pondasi perkuatan tebing yang mantap. Penyelidikan
mekanika tanah pada rencana konstruksi yaitu 40 titik bor dalam dengan kedalaman
masing masing titik bervariasi sesuai dengan kebutuhan dilapangan/setelah mencapai
tanah keras.
Halaman E - 22
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Dalam pekerjaan kali ini lingkup pekerjaan dari survei geoteknik yang akan dilakukan
adalah:
2. Pekerjaan Sondir
Hasil dari pekerjaan sondir berupa grafik sondir yang menyajikan besarnya
tekanan konus qc dan jumlah hambatan pelekat (JHP), versus kedalaman.
Pembacaan sondir dilakukan selang interval 20 cm, dengan titik elevasi 0
(nol) berada di permukaan tanah setempat pada saat penyelidikan.
Beberapa hal penting yang dapat diperoleh dari penyelidikan tanah melalui
sondir, antara lain :
3. Pengujian di Laboratorium
Halaman E - 23
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai berat jenis tanah. Berat
jenis (spesific gravity) tanah adalah perbandingan antara berat isi butir
tanah terhadap berat isi air pada temperatur 4 oC, tekanan 1 atmosfir.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan botol Erlenmayer. Berat
jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air,
dan butiran dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk
perhitungan-perhitungan indeks tanah (index properties). Prosedur
standar yang dipakai adalah ASTM D854-83 (1983) dan SK SNI M-08-
1993-03.
Pengujian ini bertujuan untuk mencari besarnya kadar air tanah yaitu
perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering (%).
Pelaksanaan uji ini rnengacu pada prosedur standar ASTM D 2216-80
(1980) dan SNI 1965-1990-F.
Bulk Density
Dry Density
Halaman E - 24
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Pengujian ini bertujuan untuk mencari nilai perbandingan berat air yang
mengisi ruang pori dengan berat tanah kering pada kondisi batas
cair/plastis. Pengujian ini mencakup penentuan batas-batas Atterberg
yang meliputi batas susut (shrinkage limit), batas plastis (plastic limit)
dan batas cair (Liquid limit) serta plasticity index (indeks plastis).
Batas susut (shrinkage limit) adalah batas kadar air dimana tanah
dengan kadar air di bawah nilai tersebut tidak menyusut lagi (tidak
berubah volume).
Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air terendah dimana tanah
mulai bersifat pastis. Dalam hal ini sifat plastis ditentukan
berdasarkan kondisi dimana tanah yang digulung dengan telapak
tangan, di atas kaca mulai retak setelah mencapai diamater 1/8
inch.
Batas cair (liquid limit) adalah kadar air tertentu dimana perilaku
berubah dari kondisi plastis ke cair. Pada kadar air tersebut tanah
mempunyai kuat geser yang terendah. Dari hasil pengujian ini
dapat ditetapkan klasifikasi tanah tersebut. Pengujian ini mengacu
pada prosedur standar ASTM D4318-84 (1984) dan SNI 1967-
1990-F.
Halaman E - 25
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Konsolidasi (Consolidation)
Halaman E - 26
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Kompaksi (Compaction)
Halaman E - 27
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 28
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
1) Melakukan penelitian dan kajian kelayakan regional dan sekitarnya sesuai dengan
Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan (DTLGKP) dan
persyaratan SNI, meliputi aspek-aspek karakteristik dan kondisi fisik lokasi.
2) Diskusi dan koordinasi dengan instansi terkait untuk membuat kesepakatan awal
tentang rencana lokasi, luasan lahan, sistem pengelolaan persampahan yang dapat
diintegrasikan, kebutuhan sarana prasarana, dan kepastian ketersediaan lahan.
3) Evaluasi lokasi rencana dengan Metode Le Grand yang disertai rekomendasi berupa
rekayasa/engineering untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan maupun
gangguan kesehatan.
4) Memperkirakan volume residu per hari yang akan masuk ke lokasi penimbunan
berdasarkan kapasitas tampung dan rencana desain operasional.
Hasil analisis tentang Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN dan formulasi masalah beserta rencana konsep Perencanaan Pengelolaannya
akan terdiri atas dua bagian. Bagian pertama adalah konsep pengelolaan residu secara umum
yang akan berisi gambaran konseo desain dan perencaaan yang dilakukan.
Setelah tahapan perumusan konsep tersusun diselenggarakan worskhop yang melibatkan
berbagai stakeholders. Dalam kegiatan ini diharapkan muncul rekomendasi dan political will
dari seluruh stakeholders dalam penanganan residu insenarasi.
E.3.4. Pra Desain Lokasi Penimbunan
E.3.4.1 Lahan Pembuangan dan Sekitarnya
a. Lapisan Kedap Air
Seluruh lapisan permukaan lahan pembuangan sebelum mulai diisi dengan sampah
haruslah dibuat kedap air. Lapisan ini tebalnya 20 – 50 cm yang terbuat dari compacted
clay atau tanah lempung. Lapisan ini berfungsi untuk mencegah atau mengurangi
kebocoran air lindi agar tidak masuk ke lapisan tanah dibawahnya sehingga bisa
mencemari air tanah. Bahan lain yang bisa dipakai adalah dari sintetis, yang tentunya
lebih mahal. Lapisan ini biasa disebut lining system.
b. Jaringan Pengumpul dan Pengolah Lindi
Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi
yang dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul
maupun pengaturan kemiringan dasar tempat penimbunan residu; sehingga lindi
secara otomatis begitu mencapai dasar landfill akan bergerak sesuai kemiringan
yang ada mengarah pada titik pengumpulan yang disediakan.Tempat
Halaman E - 29
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 30
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Perencanaan lahan pembuangan dibuat dengan sistem sel. Yang dimaksud ketebalan
satu sel adalah ketebalan tumpukan sampah. Satu sel ketebalannya 2 – 3 m, lebarnya 1,5
– 3 kali lebar blade bulldozer. Panjang sel adalah volume sampah harian dibagi lebar
dan tebal sel, dengan panjang maksimum 50 m untuk efisiensi alat berat. Ketebalan sel
direkomendasikan untuk tidak melebihi 3 m karena stabilitasnya sangat rendah sehingga
rawan terjadi longsoran sampah.
Perencanaan Blok
Kumpulan sel-sel akan membentuk blok, dimana satu blok direncanakan untuk 1 – 2
bulan periode operasi. Luas blok adalah luas sel kali periode operasi.
Perencanaan Zona
Zona terbentuk dari blok-blok dan dapat dikatakan bahwa zona adalah operasi tahunan.
Periode operasi zona direncanakan 1 – 3 tahun. Luas zona adalah luas blok kali periode
operasi.
Halaman E - 31
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air hujan dari luar landfill agar
tidak masuk ke dalam area timbunan. Drainase penahan ini umumnya dibangun
di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah
ditutup tanah, drainase landfill juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran
limpasan air hujan yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu
permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran
drainase.
c. Kantor Pengendali
Kantor pengendali dibangun secara terpisah dengan pos penerimaan atau bisa
juga kantor tersebut sekaligus menjadi pos penerimaan. Fasilitas ini
dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan
data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini
dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk landfill dan dianjurkan
penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan pendataan.
d. Alat Berat
Alat berat yang sering digunakan di lokasi landfill umumnya berupa: bulldozer,
excavator dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda dalam operasionalnya. Bulldozer sangat efisien dalam operasi
perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian.
Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam
perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik
tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan.
E.3.5. Tahap Penyusunan Rencana Teknik Rinci
Konsultan melakukan perhitungan teknis secara terinci terhadap semua komponen yang
diperlukan. Selain perhitungan teknis, dalam membuat rencana terinci (detail design),
konsultan juga perlu membuat hal-hal berikut ini :
1. Gambar rencana dan pengelolaan persampahan serta semua peralatan yang diperlukan,
perhitungan kebutuhan yang diperlukan untuk setiap bagian sistem yang terpilih sesuai
dengan standard yang ada.
2. Gambar peta situasi dan bangunan-bangunan pelengkap lainnya yang dianggap perlu
3. Perhitungan volume didasarkan pada gambar/rencana gambar yang telah disetujui
dengan memperhatikan aspek-aspek perencanaan sehingga tepat anggaran, tepat mutu
dan tepat waktu.
Halaman E - 32
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
4. Dokumen Bill of Quantity (BQ). Pada tahap ini akan dibuat analisa mengenai biaya
pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan untuk sistem yang dilaksanakan.
E.3.6. Perancangan Mekanikal dan Elektrikal
Perancangan Mekanikal dan Elektrikal untuk pekerjaan ini adalah :
1. Elektrikal :
Berupa Jaringan Sumber listrik, PJU, pompa pompa.
2. Mekanikal : IPAL,
Drainase, Hydrant .
1) Perencanaan Elektrikal
Berbagai peralatan dewasa memakai sumber daya listrik, untuk itu pembuatan jaringan
sedapat mungkin memenuhi syarat jaringan listrik yaitu:
Fleksibilitas: Memberikan kemungkinan penambahan daya dalam batas ekonomis,
sehingga perombakan jaringan tidak diperlukan;
Kepercayaan: Hal ini berhubungan dengan kualitas bahan instalasi;
Keamanan: Harus sesuai dengan peraturan nasional yang berlaku.
2) Perancangan Kabel Listrik
Untuk merencanakan sistim elektrikal yang terlebih dahulu dihitung adalah:
1. Menaksir pembebanan: merencanakan jaringan listrik perlu penaksiran beban
total seluruh kebutuhan, dan penetuan letak transformator dan tabung intalasi.
Kelompok pembebanan listrik umumnya dari:
Pencahayaan listrik;
Peralatan khusus;
Sistim keamanan kebakaran.
2. Menghitung daya listrik: Menghitung daya listrik dengan daya beban itu sendiri,
daya tiap runagan dan daya total;
3. Menghitung Kuat Arus: Menghitung arus, baik satu fasa atau dengan 3 fasa.
4. Menetukan Jenis kabel listrik: mengitung maksimum arus yang boleh melewati
kabel dan jenis kabel yang dipilih
5. Sistim Grounding: fungsi grounding adalah mengalirkan induksi pada tanah.
E.3.7. Penggambaran
Hasil perhitungan dan perencanaan teknis, maka hasilnya dituangkan dalam bentuk gambar
teknik yang akan digunakan sebagai gambar kerja. Kemudian gambar teknik dan spesifikasi
teknik akan digunakan oleh kontraktor untuk menghitung biaya dalam melakukan penawaran
dan pada akhirnya dipakai sebagai acuan dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan.
Halaman E - 33
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 34
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Semua aspek (item) pekerjaan sipil dan mekanikal elektrikal, termasuk pengadaan barang
yang akan dihitung kuantitasnya (bill of quantity) dalam format-format standar yang telah
disetujui oleh proyek.
Paralel dengan kegiatan di atas, konsultan akan melakukan analisis harga satuan pekerjaan
berdasarkan data upah dan bahan kondisi terakir. Biaya satuan pekerjaan dapat dihitung
dengan mengalikan volume dan harga satuan pekerjaan (basic price).
Pembiayaan setiap jenis pekerjaan ditetapkan dengan harga satuan, didasarkan atas jumlah
dari masing-masing bagian, antara lain tenaga kerja, peralatan, bahan, pengeluaran tambahan
(overhead) dan lain-lain.
Harga satuan yang dianalisis diperbandingkan dengan dat dari berbagai sumber dan akan
diperiksa ulang bilamana terdapat perbedaan yang besar.
Perkiraan biaya terdiri dari dokumen-dokumen sebagai berikut :
1). Analisa Upah dan Harga Satuan.
2). Estimasi Biaya.
3). Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan ditetapkan dan dihitung untuk setiap komponen/sektor pekerjaan.
Selanjutnya sejumlah bagian komponen/sektor akan dikelompokkan sedemikian rupa,
sehingga dapat dibuat paket kontrak tujuan pelelangan.
E.3.9. Penyusunan Dokumen Lelang
Dokumen tender yang akan disusun mengacu pada standar dokumen yang dikeluarkan
Departemen Pekerjaan Umum yakni Peraturan Menteri PU Nomor : 43/PRT/M/2007 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi. Sebagaimana permintaan TOR, bahwa
konsultan juga akan menyiapkan Dokumen Lelang untuk digunakan pada saat pelelangan.
Dokumen lelang untuk digunakan pada saat pelelangan.
Dokumen lelang tersebut akan terdiri dari :
Instruksi kepada peserta lelang;
Data Lelang;
Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan dan Surat Perjanjian Kontrak.
Syarat-syarat Umum Kontrak;
Syarat-syarat Khusus Kontrak;
Spesifikasi Teknik;
Gambar-gambar;
Daftar Kuantitas, Analisa Harga Satuan dan Metode Pelaksanaan.
Bentuk-bentuk jaminan.
Halaman E - 35
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 36
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
pembobotan. Penentuan nilai kelas dan nilai kepentingan ini merupakan penggabungan dari
beberapa acuan yang ada, diantaranya Standard Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (SK SNI 7–11–1991–03) yang dikeluarkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum. Parameter lainnya merupakan pembatas atau buffer yang dinyatakan
sebagai daerah tidak layak.
Setiap parameter ditampilkan dalam peta tematik digital. Peta-peta tematik ini kemudian
digabungkan dengan menggunakan perangkat lunak Sistem Informasi Geografis Map Info
atau Arc Info. Nilai bobot kemudian dijumlahkan. Dari rentang jumlah bobot kemudian
ditentukan tingkat kelayakannya yaitu layak tinggi, layak sedang, dan layak rendah.
Jika daerah dengan tingkat kelayakan lebih tinggi luasnya terlalu kecil (kurang dari 5 Ha)
maka daerah ini dihilangkan dan digabung dengan di sekitarnya yang tingkat kelayakan nya
lebih rendah. Sebaliknya terdapat daerah dengan tingkat kelayakan lebih rendah dan luasnya
terlalu kecil (kurang dari 10 Ha) terdapat didalam daerah tingkat kelayakannya lebih tinggi
maka daerah ini diperluas menjadi 20 Ha.
1) Ditinjau dari Aspek Tata Guna Lahan
Peninjauan pemilihan zona layak TPA sampah berdasarkan tata guna lahan ialah
menetapkan zona-zona yang tidak boleh digunakan sebagai lokasi TPA sampah karena
alas an tata guna lahan.
Peninjauan ini dilakukan untuk menghindari pemilihan zona layak TPA sampah pada
lahan yang telah ditetapkan penggunaannya atau lahan yang mempunyai kegunaan
khusus atau yang penting. Daerah yang tidak boleh digunakan untuk TPA sampah
antara lain :
Daerah danau, sungai dan laut
Daerah perkotaan – pemukiman
Daerah pertanian potensial
Daerah industri, daerah konservasi lingkungan
Daerah khusus yang dilestarikan
Daerah yang jaraknya dari lapangan terbang < 1500 meter
Dengan pertimbangan tata guna lahan, zona yang dapat dipilih sebagai zona layak
TPA sampah adalah daerah yang dominasi penggunaannya sebagai tegalan atau
padang rumput.
2) Parameter Geologi Lingkungan
a. Batuan
Halaman E - 37
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Jenis batuan sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi pencemaran air
tanah dan air permukaan secara alami yang berasal dari leachate (air lindi). Tingkat
peredaman sangat tergantung pada attenuation capacity (kemampuan peredaman)
dari batuan. Attenuation capacity mencakup permeabilitas, daya filtrasi, pertukaran
ion, absorbsi, dan lain-lain.
Material batuan berbutir halus seperti batu lempung dan napal mempunyai daya
peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan material besar atau kristalin.
Batuan yang telah padu umumnya juga mempunyai daya peredaman yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan batuan yang sifatnya masih lepas. Batu gamping
dianggap tidak layak untuk menjadi TPA sampah karena batuan ini umumnya
berongga.
Halaman E - 38
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
terimbas rombakan gelombang gempa. Tidak dibedakan antara patahan aktif dan
tidak aktif.
g. Kerentanan terhadap gerakan tanah
Daerah yang rentan terhadap gerakan tanah merupakan daerah yang tidak layak bagi
lokasi TPA, karena akan menimbulkan bencana baik terhadap infrastrukturnya
sendiri maupun memicu terjadinya penyebaran pencemaran.
h. Erupsi gunung api
Daerah bahaya erupsi gunung api dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena
erupsi gunung api akan membahayakan operasinya.
i. Banjir
Daerah berbakat banjir dianggap tidak layak menjadi TPA sampah karena banjir
dapat merusak sarana dan prasarana TPA sampah serta dapat menyebabkan
pencemaran. Daerah yang layak untuk TPA sampah harus terbebas dari banjir 25
tahunan.
j. Jarak terhadap garis pantai
Jarak TPA sampah terhadap garis pantai ditetapkan 250 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai sempadan untuk pengelolaan pantai.
k. Daerah lindung
Daerah lindung seperti hutan lindung, cagar alam, cagar budaya dan sebagainya yang
ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan
sebagai daerah yang tidak layak untuk menjadi TPA sampah.
l. Jarak terhadap pemukiman
Jarak TPA sampah terhadap pemukiman ditetapkan 300 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi untuk mencegah pencemaran air, gangguan bau, lalat, dan
bising yang ditimbulkan dari TPA sampah.
m. Jarak terhadap jalan raya
Jarak TPA sampah terhadap jalan raya ditetapkan 150 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai daerah penyangga terhadap estetika. Jalan yang
diberi buffer adalah jalan utama.
n. Jarak terhadap bandara
Jarak TPA sampah terhadap bandara ditetapkan 3000 meter sebagai buffer tidak
layak. Buffer ini berfungsi sebagai pencegah gangguan asap yang berasal dari TPA
sampah terhadap keselamatan penerbangan.
Halaman E - 39
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Berdasarkan SNI 03-3241-1994, kriteria pemilihan lokasi TPA dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu:
1. Kriteria Regional, yaitu kriteria yang digunakan untuk menentukan zona layak atau
tidak layak, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kondisi Geologi, yaitu:
1) Tidak berlokasi pada zona holocene fault,
2) Tidak boleh berada pada zona bahaya geologi.
b. Kondisi Hidrogeologi, yaitu:
1) Tidak boleh memiliki muka air kurang dari 3 (tiga) meter dan tingkat
kelulusan tanah tidak boleh lebih besar dari 9-10 cm/det,
2) Jarak terhadap sumber air minum harus lebih besar dari 100 meter di hilir
aliran,
Halaman E - 40
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 41
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
i. Estetika, dengan kriteria lahan yang terhalang/tidak langsung terlihat dari luar
akan memperoleh nilai yang tinggi,
j. Ekonomi, dengan ketentuan semakin kecil biaya satuan pengelolaan sampah
yang dibutuhkan (per m3/ton) dinilai makin baik.
Dalam menentukan dan memilih lokasi TPA berdasarkan parameter penyisihan, akan
digunakan beberapa kriteria penilaian beserta bobot yang harus dihitung untuk
memperoleh lokasi dengan nilai tertinggi berdasarkan kriteria penyisihan. Parameter
yang termasuk dalam kriteria penyisihan dapat dilihat pada Tabel E.3.
3. Kriteria Penetapan, yaitu kriteria yang digunakan oleh instansi yang berwenang untuk
menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai dengan kebijaksanaan instansi
setempat yang berwenang dan ketentuan yang berlaku.
Halaman E - 42
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 43
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 44
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
berada di sekitar lokasi potensial. Peta akan digunakan untuk membantu survei
dan analisa hidrogeologi dengan kebutuhan skala 1: 250.000,
d. Data Iklim, meliputi data curah hujan dan data angin untuk membantu proses
analisa intensitas curah hujan dan arah angin,
e. Data jenis tanah dan penyebarannya, meliputi informasi tentang jenis tanah,
ketebalan serta sifat fisik kimiawi tanah di lokasi potensial,
f. Data Geoteknik, meliputi informasi daerah potensial bahaya gerakan tanah,
banjir, gempa, gunung api serta bahaya lainnya yang kemungkinan akan
mempengaruhi kondisi lokasi eksisting,
g. Data pustaka yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
2. Tahap survei lapangan, meliputi:
a. Survei Litologi, melalui pengamatan jenis dan penyebaran litologi,
b. Survei Struktur Geologi, melalui pengamatan struktur geologi yang berkembang
di lokasi potensial,
c. Survei jenis tanah, meliputi penyebaran tanah, ketebalan tanah serta peruntukan
tanah,
d. Survei air tanah, meliputi kedalaman muka air tanah dangkal, pengamatan mata
air, sungai, sistem penurapan air tanah, pemnafaatan air tanah serta sifat fisik air
tanah di lapangan,
e. Survei umum kondisi wilayah terkait bahaya gerakan tanah dan bahaya banjir.
3. Tahap analisa, meliputi:
a. Analisa hasil data litologi dan struktur geologi akan dilakukan untuk
mengetahui jenis dan sifat batuan dasar serta penyebarannya yang diwujudkan
dalam peta geologi,
b. Analisa kemiringan lereng dilakukan untuk mengetahui derajat kemiringan
lahan dan diwujudkan dalam peta kemiringan lereng,
c. Analisa jenis, klasifikasi, sifat fisik kimiawi, ketebalan, permeabilitas, serta
penyebaran tanah,
d. Analisa penyebaran muka air tanah dangkal, arah aliran, landasan hidrolika dan
lokasi sumber mata air,
e. Analisa wilayah discharge dan recharge,
f. Analisa wilayah rawan gerakan tanah dan banjir dilakukan berdasarkan data
sekunder dan pengamatan kondisi lahan di lapangan,
g. Analisa intensitas hujan dengan metode Poligon Thiesen dan arah angin,
Halaman E - 45
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Metode “numerical rating” menurut LeGrand, yang telah dimodifikasi oleh Knight, telah
digunakan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan untuk melakukan evaluasi pendahuluan
lokasi pembuangan limbah di Indonesia, dengan parameter analisis yang digunakan adalah,
yaitu:
1. Jarak antara lokasi (potensi sumber pencemaran) dengan sumber air minum,
2. Kedalaman muka air tanah terhadap dasar lahan urug,
3. Kemiringan hidrolis air tanah dan arah alirannya dalam hubungan dengan pusat sumber
air minum atau aliran air sungai,
4. Permeabilitas tanah dan batuan,
5. Sifat tanah dan batuan dalam meredam pencemaran,
6. Jenis limbah yang akan diurug di sarana tersebut.
Gambaran pelaksanaan tiap langkah dalam pelaksanaan Metode LeGrand dapat dilihat
dibawah ini.
1. Langkah 1: Penilaian terhadap jarak sumber pencemar ke titik pemanfaatan sumber
air,
2. Langkah 2: Penilaian terhadap kedalaman muka air tanah dari dasar sumber pencemar,
3. Langkah 3: Penilaian berdasarkan gradien muka air tanah dari sumber pencemar,
4. Langkah 4: Penilaian berdasarkan kemampuan adsorbsi dan tingkat permeabilitas
tanah,
Halaman E - 46
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
6. Langkah 6: Penilaian terhadap sumber air sekitar lokasi (Parameter 6.1) dan informasi
tambahan lainnya tentang lokasi (Parameter 6.2).
Parameter 6.1 = Sumber air sekitar lokasi
W : jika yang akan tercemar adalah sumur (well),
S : jika yang akan tercemar adalah mata air (spring) atau sungai (stream),
B : jika yang akan tercemar adalah daerah lain (boundary).
Halaman E - 47
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 48
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
peringkat situasi standar yang dibutuhkan agar akuifer tidak tercemar. Peringkat ini
dinyatakan dalam PAR (Protection of Aquifer Rating). Hasil pengurangan PAR dari
deskripsi numerik lokasi, digunakan untuk menentukan tingkat kemungkinan
pencemaran yang akan terjadi. Nilai-nilai PAR dalam zona-zona isometrik diperoleh
berdasarkan pengalaman empiris yang menyatakan nilai permeabilitas serta sorpsi
yang tidak boleh terlampaui agar akuifer tidak tercemar.
Tabek E.3. Situasi Peringkat Penilaian
Situasi Kemungkinan Derajat Penerimaan Nilai
Peringkat Pencemaran
< -8 Sangat Kecil Kemungkinan Terima A
-4 s/d -7 Sulit Terkategori Cenderung Terima B
+3 s/d -3 Sulit Terkategori Terima atau Tolak C
+4 s/d +7 Mungkin Cenderung Tolak D
> +8 Sangat Mungkin Hampir Pasti: Tolak E
Untuk memberikan gambaran terkait langkah 9 ini, berikut adalah contoh dari
penerapan metode dengan kriteria sebagai berikut, yaitu:
1) Batas lokasi landfill secara horizontal akan berjarak 20 m dari sumur
penduduk,
2) Kedalaman muka air tanah dari data bor adalah 14 m,
3) Gradien kemiringan 1.5% searah aliran air yang menuju sumur,
4) Dari analisa ayakan, campuran lempung dan pasir = 40% dan merupakan
tanah impermeable dengan ketebalan 10-12 m,
5) Tingkat keakuratan data baik.
Dari data diatas, bila dilihat dari prosedur langkah 1 sampai 4, maka akan
diperoleh nilai berturut-turut 7-3-3-2, sedangkan dari langkah 9 diperoleh PAR
= 14-4 (lihat pada Gambar 3.5). Dari nilai yang telah diperoleh, maka hasil
penggabungannya adalah:
15 = 7 + 3 + 3 + 2
14- 4
------------------------------- -
+1 -2 = -1
Halaman E - 49
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 50
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Berikut ini adalah kriteria desain yang diperlukan dalam merancang kebutuhan sarana
dan prasarana di TPA :
Jalan Operasi ke lokasi
Jalan operasi yang dibutuhkan dalam pengoperasian TPA terdiri dari 2 jenis,
yaitu:
(1) Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer, setiap saat
dapat ditimbun dengan sampah.
(2) Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga, bengkel, tempat
parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat permanen.
Kriteria jenis jalan yang bersifat permanen sebagai berikut:
(1) Dapat dilalui kendaraan truck sampah dari 2 arah.
(2) Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan 2 – 3% kearah saluran drainase.
(3) Type jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan dengan tekanan
gandar 10 ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam (sesuai dengan
ketentuan Ditjen Bina Marga).
Saluran Drainase di lokasi
Ketentuan teknis drainase TPA sebagai berikut:
(1) Jenis drainase dapat berupa drainase permanen (jalan operasi, disekeliling
timbunan terakhir dan drainase sementara (dibuat secara lokal pada zone
yang akan dioperasikan).
(2) Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor/pos jaga, bengkel, tempat
parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat permanen.
Pagar di lokasi
Pagar berfungsi untuk menjaga keamanan TPA dapat berupa pagar tanaman
sehingga dapat juga berfungsi sebagai daerah penyangga setebal 5 meter.
Pengembangan Pengolahan Lindi
Berdasarkan komposisi dari cairan lindi, proses pengolahan yang paling tepat
dilakukan pada pengolahan ini adalah dengan pengolahan biologis. Pengolahan
secara biologis dilakukan secara bertahap, dimulai dari kolam anaerob,
fakultatif, maturasi dan penyaringan biologi (biofilter) dan penyaringan sendiri
(land treatment). Kriteria teknis pengolahan lindi seperti tertera pada Tabel E.6
berikut.
Tabek E.4. Kriteria teknis pengolahan lindi 1
1Anonim,
“Tata Cara Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah”, Direktorat Bina Teknik – Ditjen Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum, 1999, hal. 9.
Halaman E - 51
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Proses Pengolahan
No. Kriteria Stabilisasi/ Biofilter/
Anaerobik Maturasi
Fakultatif landtreatmen.
1. Fungsi Menurunkan Mengurangi Menyaring efluen
kadar BOD kadar sebelum dibuang ke
yang relatif mikroorganisme badan air
tinggi (> 1000
ppm)
2. Kedalaman 2,5 – 5 m 1–2m 1m 2m
3. Penyisihan 50 – 85% 70 – 80% 60 – 89% 50%
BOD
4. Waktu detensi 20 – 50 hari 12 – 33 hari 7 – 10 hari 3 – 5 hari
5. Bahan Pasangan batu Pasangan Pasangan batu Batu kerikil, ijuk,
batu pasir, tanaman
(rumput gajah dan
enceng gondok).
Halaman E - 52
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Beberapa alat berat yang diperlukan dalam menyiapkan lahan TPA 2 beraneka
ragam pilihan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a). Bulldozer.
b). Landfill compactor
c). Wheel/track loader
d). Excavator
2
LAHAN PENGOLAHAN AKHIR SAMPAH, Sumber & Materi: Direktorat PLP - DITJEN CIPTA KARYA, 2006.
Halaman E - 53
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
E. Analisa Kelembagaan
Untuk melakukan kerjasama antar daerah dalam pengelolaan sampah yang
diimplementasikan dalam konsep TPA regional maka, fungsi yang diemban lembaga TPA
regional adalah sebagai berikut:
1. Menampung semua sampah dari area pelayanan yang dibawa oleh Instansi pengelola
kebersihan sampah kota atau lainnya. Sampah yang diangkut kendaraan milik Pemda
akan diterima di TPA yang akan dibangun dan/atau dioperasikan oleh lembaga TPA
regional.
2. Mengangkut sampah menuju TPA yang dioperasikan oleh lembaga TPA regional dengan
menggunakan angkutan yang sesuai
Daerah cakupan pada pekerjaan ini terdiri atas IKN sehingga pembentukan kerjasama antar
kota/kab juga relatif lebih rumit. Bentuk badan kerjasama daerah yang mungkin diterapkan
pada daerah penelitian yaitu:
Tabek E.5. Matriks institusi Calon Pengelola TPA Regional
Mekanisme
No Bentuk Institusi Payung Hukum Mekanisme SDM
Keuangan
1 BUMD Diperlukan aspek Lebih flexible Lebih otonom
legal baru dan otonom walau masih
Dapat Modal berasal terkait sistem
mengakomodir dari masing- kepegawaian
kepentingan masing Pemda PNS
masing-masing melalui Jumlah personil
daerah mekanisme disesuaikan
Aturan Perda dengan kegiatan
pembentukannya
tercantum dalam
UU nomor 5
tahun 1962
2 Badan Layanan Aturan Lebih otonom Lebih otonom
Umum pembentukannya karena dibuat Jumlah personil
menggunakan PP berdasarkan disesuaikan
Nomor 23 Tahun rencana kerja dengan kegiatan
2005 tentang tahunan dan
Pengelola harus dapat
Keuangan Badan diakses publik
Layanan Umum
3 Korporasi Swasta Harus ada Lebih otonom Lebih otonom
(PT) kontrak dengan dan flexibel dan flexibel
salah satu Pemda Biaya investasi
PT yang yang dikeluarkan
berminat harus harus kembali
Halaman E - 54
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Mekanisme
No Bentuk Institusi Payung Hukum Mekanisme SDM
Keuangan
melalui proses sesuai jangka
tender waktu kontrak
Bentuk kelembagaan pengelola TPA regional untuk daerah penelitian ini sangat bergantung
pada kerjasama antar kepala daerah yang terkait. Proses awal penandatanganan SKB
hanyalah permulaan untuk perumusan lebih lanjut karena akan dibutuhkan Perda yang terkait
dengan kerjasama pengelolaan sampah dan juga melakukan revisi terhadap Perda yang
mengatur institusi pengelola persampahan daerah masing-masing. Analisis kelembagaan
pengelolaan sampah regional disajikan pada gambar sebagai berikut :
Berdasarkan diatas, pembagian fungsi regulator, operator, dan pengawas merupakan bagian
yang harus ada dalam sistem pelayanan publik, dalam hal ini termasuk pengelolaan sampah.
Keberadaan badan yang memiliki tugas pokok dan fungsi-fungsi tersebut harus diatur dalam
payung hukum peraturan perundang-undangan. Begitu juga mengenai mekanisme siapa saja
Halaman E - 55
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
yang menjadi anggota tim dalam badan-badan tersebut harus jelas disebutkan dan mewakili
semua pihak yang menjadi pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah.
Lembaga pengelola TPA regional sendiri bentuk BLU nampaknya lebih mengakomodasi
berbagai faktor yang mempengaruhi operasional pengelolaan sampah baik itu dari segi
pendanaan dan institusi sehingga akan mendukung berjalannya TPA regional dengan baik.
Dalam BLU sendiri terdiri atas pengelola BLU, dewan pengawas, dan pegawai BLU. BLU
lebih dipilih karena karakteristinya yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan
kekayaan negara yang dipisahkan), menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/sebagian
dijual kepada publik, tidak bertujuan mencari keuntungan (laba), dikelola secara otonom
dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi, rencana kerja/anggaran dan
pertanggung jawaban dikonsolidasikan pada instansi induk, pendapatan dan sumbangan
dapat digunakan langsung, pegawai dapat terdiri dari PNS dan Non-PNS, bukan sebagai
subjek pajak. Ini tentunya lebih sesuai jika dibandingkan dengan BUMD yang tujuan
mencari keuntungan dan sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah serta korporasi
swasta yang jelas-jelas keberlangsungan hidupnya atas profit dari barang/jasa yang
dihasilkan.
Pola kerja penyusunan Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN , adalah sebagai berikut :
1. Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan setelah SPMK diperoleh, maka tim akan segera
dimobilisasi dan segera melakukan rapat/diskusi guna mendapatkan persamaan
persepsi mengenai pekerjaan yang akan dilakukan terutama pemahaman terhadap
KAK.
2. Melakukan Kick of Meeting dengan pemberi kerja dalam rangka penyamaan persepsi
mengenai rencana pelaksanaan pekerjaan.
Halaman E - 56
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
4. Mobilisasi tenaga ahli disesuaikan dengan jadwal dan penugasan, serta keterlibatan
masing-masing tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan sesuai dengan
jumlah orang-bulan masing-masing tenaga ahli.
5. Pekerjaan studio, yaitu semua pekerjaan/kegiatan yang dilakukan tim kerja untuk
sampai menghasilkan produk/dokumen rencana. Kegiatan yang dilakukan pada
pekerjaan studio meliputi mempersiapkan kebutuhan survey lapangan, Pengumpulan
dan seleksi data, proses Penyusunan laporan Pendahuluan, Proses tabulasi data,
Pembuatan Kompilasi Data, Proses pengolahan dan analisis data, proses penyusunan
laporan antara, proses pembuatan laporan akhir, termasuk penyempurnaan dari mulai
laporan pendahuluan, laporan antara, laporan draft akhir dan laporan final berdasarkan
hasil masukan dari diskusi dengan tim teknis dan stakeholders.
6. Konsultan secara berkala berkoordinasi dan melakukan konsultasi teknis kepada tim
teknis dan Instansi Terkait, Asosiasi profesi, pakar, pemerhati, maupun dengan
stakeholder lainnya yang terlibat dan mempunyai kepentingan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini. Konsultan secara periodik melaporkan setiap progres yang telah
dihasilkan kepada Tim Teknis.
Paradigma baru Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN , selain menggunakan prosedur baku yang ada dalam petunjuk teknis
penyusunan tata ruang, juga akan lebih bersifat menjaring kebutuhan serta kecenderungan
yang berkembang di masyarakat (Bottom Up Planning).
Secara garis besar rencana kerja yang akan dilakukan sebagai berikut:
Halaman E - 57
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
a. Tim Konsultan
Halaman E - 58
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Tim Konsultan terdiri dari : ketua tim konsultan (team leader), tenaga ahli, dan tenaga
pendukung.
Dalam melaksanakan pekerjaan yang dimaksud, konsultan akan membentuk satu tim
yang dipimpin oleh team leader dengan didukung oleh beberapa tenaga ahli dan juga
beberapa tenaga pendukung yang berkompeten. Untuk mengetahui lebih jelas, struktur
organisasi pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut.
Halaman E - 59
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Team Leader
TIM TEKNIS/SUPERVISI
Teknik Sipil/Teknik Lingkungan
Tanaga Ahli
TA Sanitasi dan Air Limbah 1
TA Sanitasi dan Air Limbah 2
TA Geoteknik 1
TA Geoteknik 2
TA Geoteknik 3
TA Geodesi
TA Geologi 1
TA Geologi 2
TA Geologi 3
TA Sosial dan Kelembagaan
TA Ekonomi
TA Struktur
TA Arsitektur
TA K3 Konstruksi
Sub Tenaga Ahli
Asisten Teknik Lingkungan 1
Asisten Teknik Lingkungan 2
Asisten Teknik Sipil
Tenaga Pendukung
Cost Estimator 2 Orang
Operator CAD/GIS 6 Orang
Surveyor 9 Orang
Adminitrasi Proyek
Halaman E - 60
USULAN TEKNIS
Studi Kelayakan dan Rencana Teknik Rinci Unit Pengurukan Residu
Kawasan IKN
Halaman E - 61