Anda di halaman 1dari 6

KEHIDUPAN SOSIAL REMAJA PENGGUNA NAPZA DI KOTA SURABAYA

Siti Lutpiah Paujiah1, Ahmad Syaeful Rahman2


Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
12
1
Email luthfiahfauziaa00@gmail.com
2
Email ahmadbisa18@gmail.com

ABSTRACT
Drug abuse among teenagers is one form of delinquency committed by teenagers. There is a fact
that some teenagers who use drugs in Surabaya do not look like drug addicts, they have emotional
control to fool people around them, then when they are in the user group they will behave freely.
This behavior can be said to be a mere dramaturgy. This study uses a qualitative approach. The
research was in the western city of Surabaya, namely the Manukan region, Tandes. Informants as
research subjects were selected by snowball method and obtained as many as five informants. The
theoretical or theoretical perspective used in this study is the theoretical framework of dramaturgy
by Erving Goffman. The results of the study show that the social life of teenager drug users has
different attitudes and behaviors when in the school environment and in the home environment to
cover the identity that he is a user. Impression management is done as well as possible as it will not
divulge identity to new people. Based on the findings of the data tend to be able to distinguish
attitudes and behavior, that adolescent drug users in behaving within a group of users and outside
the drug user group.
Keywords : teenager drug users, social life, behavioral differences.

ABSTRAK
Penyalahgunaan NAPZA di kalangan remaja merupakan salah satu bentuk kenakalan yang
dilakukan oleh remaja. Terdapat fakta bahwa beberapa remaja pengguna NAPZA di Kota Surabaya
tidak terlihat seperti pecandu NAPZA, mereka memiliki kontrol emosi untuk mengelabuhi orang di
sekitarnya, kemudian saat berada pada kelompok pengguna ia akan berperilaku bebas. Perilaku
seperti ini dapat dikatakan merupakan sebuah dramaturgi belaka. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian berada di kota Surabaya bagian Barat, yaitu wilayah Manukan,
Tandes. Informan sebagai subjek penelitian dipilih dengan cara snowball dan diperoleh sebanyak
lima informan. Teori atau perspektif teoritis yang digunakan dalam studi ini adalah kerangka teori
dramaturgi oleh Erving Goffman. Hasil penelitian menunjukkan kehidupan sosial remaja pengguna
NAPZA memiliki perbedaan sikap dan perilaku pada saat berada di lingkungan sekolah dan di
lingkungan rumah untuk menutupi identitas bahwa dirinya merupakan seorang pengguna.
Manajemen kesan pun dilakukan dengan sebaik mungkin seperti tidak akan membocorkan identitas
diri pada orang yang baru dikenal. Berdasarkan hasil temuan data cenderung mampu membedakan
sikap dan perilaku, bahwa remaja pengguna NAPZA dalam berperilaku dalam lingkungan
kelompok pengguna dan di luar kelompok pengguna NAPZA.
Kata kunci : remaja pengguna NAPZA, kehidupan sosial, perbedaan perilaku.
PENDAHULUAN 9,5% tersebut, 3% penyumbang terbesar
pengonsumsi napza merupakan dari
Penggunaan NAPZA di Jawa Timur dalam kecamatan Tandes. Akan tetapi, remaja ini
kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami memiliki kontrol emosi dan kepribadian yang
fluktuasi yang signifikan. Hal itu dapat cukup bagus dan mengelabuhi orang. Saat di
dibuktikan dari laporan hasil media online sekolah beberapa remaja tersebut bersikap
merdeka.com (“Tahun 2017, jumlah baik, berteman dengan siapapun dan
pengguna narkoba di kalangan pelajar menutupi bahwa dirinya merupakan seorang
Surabaya meningkat”. pengguna NAPZA, kemudian saat berada
https://www.merdeka.com/peristiwa/ tahun- pada pergaulan kelompoknya di luar sekolah
2017-jumlah-penggunanarkoba-di-kalangan- yakni kelompok pengguna ia akan
pelajarsurabaya-meningkat.html Diakses berperilaku bebas, berkata sebanyak mungkin
pada Sabtu, 20 Januari 2018 Pukul 19.25 bahkan hal-hal yang tidak jelas pun
WIB). Sejak tahun 2016 ke tahun 2017 dibahasnya.
terjadi peningkatan signifikan sebesar 118
pelajar positif mengkonsumsi narkoba. Data METODE
tersebut disampaikan oleh AKBP Suparti
kepala BNN kota Surabaya. Dalam Berdasarkan masalah yang diteliti, penelitian
pernyataan tersebut AKBP Suparti ini menggunakan metode kualitatif. Bogdan
menjelaskan bahwa besaran angka dan Taylor (dalam Moleong: 2000:3)
penyalahgunaan narkoba pada remaja di Jawa mendefinisikan metode kualitatif sebagai
Timur terutama di Kota Surabaya cenderung prosedur penelitian yang menghasilkan
meningkat dibandingkan tingkat kabupaten. deskripsi berupa katakata tertulis atau lisan
Terdapat fakta bahwa beberapa remaja usia dari orangorang dan perilaku yang dapat
sekolah SMP dan SMA di Kota Surabaya diamati. Penelitian ini mengambil lokasi di
menggunakan NAPZA jenis pil dan miras kota Surabaya bagian Barat, yaitu di wilayah
yang paling banyak ditemui. Berdasarkan Manukan, Tandes. Pemilihan lokasi
data BPS tahun 2017, bahwa kenakalan yang dilakukan dengan beberapa pertimbangan,
dilakukan remaja kategori konsumsi NAPZA antara lain: (1) Surabaya merupakan salah
terutama narkoba khususnya di kecamatan satu kota besar atau metropolitan di
Tandes adalah terbesar, sebagaimana data Indonesia. Sebagai kota metropolitan
BPS tahun 2017 sebagai berikut jenis tindak Surabaya cepat dan mudah menerima budaya
pidana atau kriminalitas paling menonjol kebarat-baratan yang banyak dijumpai yaitu
yang dilakukan oleh para remaja adalah remaja pengguna minuman beralkohol serta
tindak pidana pencurian. Perbuatan tindak menggunakan NAPZA; (2) Cepatnya arus
pidana pencurian dilakukan oleh sebanyak informasi melalui media massa maupun
120 remaja atau sekitar 60,0 persen dari media elektronik yang diterima oleh para
keseluruhan remaja nakal. Kemudian bahwa remaja; (3) Adanya perkembangan yang
jenis tindak pidana menonjol lainnya terjadi di Surabaya memungkinkan terjadinya
berturut-turut adalah tindak pidana narkoba pergeseran dan perubahan sosial dalam
(9,5 persen), perkosaan/pencabulan (6,0 masyarakat termasuk perubahan perilaku
persen), kecelakaan lalu lintas yang sosial; (4) Karena peneliti berdomisili di kota
mengakibatkan kematian orang lain (5,0 Surabaya maka secara teknis peneliti dapat
persen), pengeroyokan (4,0 persen) dan mempermudah proses penggalian informasi.
penganiayaan (4,0 persen). Hal ini berarti Secara spesifik, alasan digunakannya wilayah
bahwa tindak kriminal konsumsi Surabaya barat sebagai setting penelitian
narkoba/NAPZA berat pada kategori adalah terdapat banyak remaja pengguna
tertinggi kedua setelah pencurian. Dan dari NAPZA yang tinggal didaerah tersebut
sehingga mempermudah peneliti dalam berada pada front stage yaitu informan ESA
mencari informan penelitian. Dalam yang sering menjadi emosional dan suka
penelitian ini, teknik penentuan informan membuat onar ketika sedang berada pada
menggunakan teknik snowball. Untuk back stage atau pada kelompok sesama
menghindari terjadinya kesalahan dalam pengguna NAPZA. Perilaku remaja
memilih informan, peneliti menetapkan pengguna NAPZA di daerah Surabaya
beberapa kriteria antara lain: (1) Remaja berdasarkan teori dramaturgi Erving Gofman
pengguna NAPZA (2) Informan berada pada adalah memang menggunakan skenario
tahap usia remaja akhir penurut tahap dalam kehidupan sehari-harinya, yang mana
perkembangan remaja oleh Erikson serta seperti dalam lingkup pertemenan sekolah,
WHO dengan mnetapkan batasan usia 17-21 kelompok belajar, dsb. Remaja pengguna
tahun, pada usia tersebut gejolak jiwa remaja NAPZA menciptakan manajemen kesan
sudah cukup stabil untuk selanjutnya akan untuk menutupi realita sebagai pengguna
beralih pada tahap perkembagan individu agar dapat diterima dengan baik dalam
dewasa. Dengan menggunakan teknik lingkungan pertemanan sekolah,dsb. Hal
snowball, diharapkan peneliti dapat tersebut yang dinamakan dengan dramaturgi
memperoleh informasi yang banyak front stage, dan remaja pengguna NAPZA di
berdasarkan petunjuk dari informan pertama Surabaya ketika sudah tidak dalam lingkup
serta membangun kepercayaan kepada pertemanan sekolah, lingkungan kelompok
informan selanjutnya dari informan kunci belajar, dll. Cenderung berperilaku yang
yang pertama kali peneliti jumpai. Setelah berbeda dari panggung depan atau front
informasi dari informan pertama sudah dirasa stage, remaja pengguna NAPZA di Surabaya
cukup maka peneliti bertemu dengan lebih mengeluarkan karakter yang dimilki,
informan selanjutnya yang sesuai dengan lebih merasa bebas, dan bahkan di luar
kriteria yang diteliti terkait dengan fokus kendali. Hal tersebut dinamakan remaja
permasalahan pada penelitian ini, hingga pengguna pada posisi back stage atau
informasi yang peneliti ingin ketahui panggung belakang, dimana remaja pengguna
terpenuhi. NAPZA sudah tidak harus memainkan peran
dan memberikan kesan yang baik pada
HASIL DAN PEMBAHASAN teman-temannya karena sudah tidak dalam
Hasil panggung teater.

Pada back stage yang dilakukan oleh kelima Pembahasan


informan dalam penelitian ini adalah dengan Sebelum berinteraksi dengan orang lain,
menjadi pribadi yang lebih bebas, terlihat seseorang pasti akan mempersiapkan
karakter asli yang dimiliki, tidak memainkan perannya terlebih dahulu, atau kesan yang
peran, dan bahkan mempunyai sisi yang ingin ditangkap oleh orang lain. Kondisi ini
sangat berbeda jauh ketika berada pada front sama dengan apa yang dunia teater katakan
stage, yaitu menjadi lebih petakilan, banyak sebagai “breaking character”. Dengan konsep
tingkah dan bahkan menjadi pribadi yang dramaturgis dan permainan peran yang
mudah marah atau tersulut emosi. Efek yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-
disebabkan karena NAPZA adalah suasana dan kondisi interaksi yang kemudian
menyebabkan informan ketika tidak sadarkan memberikan makna tersendiri. Munculnya
diri karena telah mengkonsumsi NAPZA permaknaan ini sangat tergantung pada latar
menjadi emosional, mudah marah bahkan belakang sosial masyarakat itu sendiri.
membuat onar. Seperti yang telah dijelaskan Terbentuklah kemudian masyarakat yang
bahwa salah satu informan dalam penelitian mampu beradaptasi dengan berbagai suasana
ini menjadi pribadi yang bebas ketika tidak
dan corak kehidupan. Masyarakat yang menunjukkan karakter bahwa dirinya
tinggal dalam komunitas heterogen merupakan seorang pemakai NAPZA, tetap
perkotaan, menciptakan panggung-panggung berinteraksi dengan tetangga, pemuda sebaya
sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai dan memiliki rasa sopan kepada orang yang
komunitas yang bisa bertahan hidup dengan lebih tua. Bahkan ABO turut aktif dalam
keheterogennya. Begitu juga dengan kegiatan pemuda di wilayah ia tinggal seperti
masyarakat yang homogenya pedesaan, panitia tujuh belas ataupun pada saat gotong
menciptakan panggungpanggung sendiri royong kerja bakti komplek. Kemudian
melalui interaksinya, yang terkadang justru informan DIO yang memiliki relasi yang
membentuk proteksi sendiri dengan lebih luas dan tidak hanya berteman sesama
komunitas lainnya.Apa yang dilakukan pengguna maupun teman sekolah tapi dirinya
masyarakat melalui konsep permainan peran juga memiliki pertemanan di luar jaringan
adalah realitas yang terjadi secara alamiah tersebut. Misalnya berteman dengan
dan berkembang sesuai perubahan yang kelompok motor, berteman dan bergabung
berlangsung dalam diri mereka. Permainan dalam kelompok Surabaya peduli.
peran ini akan berubahubah sesuai kondisi Selanjutnya, informan ESA yang tidak
dan waktu berlangsungnya. Banyak pula menutup diri bahkan aktif dalam kelompok
faktor yang berpengaruh dalam permainan social serta menjadi supporter atau
peran ini, terutama aspek sosial psikologis pendukung aktif grup Sepak Bola Bonek.
yang melingkupinya. Erving Goffman Selain itu di sekolahnya ia juga sering
mengistilahkan tindakan diatas dalam istilah menjadi pemimpin supporter pertandingan
Impression Management. Goffman juga olahraga. Berbeda dengan infoman BEG dan
melihat bahwa ada perbedaan acting yang CSN yang cenderung membatasi pertemanan
besar saat actor berada diatas panggung namun masih tetap menutupi identitasnya
(front stage) dan dibelakang panggung (back sebagai pengguna di teman-temannya, BEG
stage) drama kehidupan. Kondisi acting di juga dari bentuk fisiknya sama sekali tidak
front stage adalah adanya penonton yang menjukkan kalau seorang pengguna. CSN
melihat kita dan kita sedang berada dalam juga dari bentuk fisik atau postur tubuhnya
kegiatan pertunjukan. Saat itu kita berusaha tidak menampakkan seorang pengguna
untuk memainkan peran kita sebaikbaiknya NAPZA karena informan CSN melakukan
agar penonton memahami tujuan dari olahraga rutin yaitu gym setiap dua minggu
perilaku kita. Pada penelitian ini, perilaku sekali. Kelima informan pada penelitian ini
pada frontstage ditunjukan informan hampir sama ketika berada di lingkungan
pengguna NAPZA dengan tetap membatasi keluarga, pertemanan, lingkungan sekolah,
serta mengontrol diri untuk tidak kelewatan komunitas sosial, lingkungan tetangga, dll.
dalam bergaul dengan teman pengguna Action atau acting yang dilakukan sebagai
lainnya. Temuan data pada penelitian ini pengguna NAPZA dengan
menunjukkan perilaku atau acting yang mengaktualisasikan diri, melebur, atau
dilakukan kepada teman, orang lain, membaur seolah-olah tidak menjadi atau
lingkungan keluarga, dll yaitu berperilaku sebagai seorang pengguna NAPZA. Tindakan
seperti biasanya, mempunyai teman di kelas yang dilakukan kelima informan pada
atau teman kuliah, mengikuti kegiatan social, penelitian ini seperti dalam teori Dramaturgi
tetap sopan dengan orang yang lebih tua, yaitu Impresion Managemen pada aktor yang
tetap menjalin interaksi ramah dengan berada pada frontstage. Action atau acting ini
tetangga lingkungan tempat tinggal, dll dijalankan dengan sebaik mungkin agar dapat
namun informan tetap membatasi jumlah diterima dan tidak diketahui public dengan
teman yang dimiliki. Seperti informan ABO menciptakan kesan yang baik pada oranglain.
yang dimana dalam berinterkasi ABO tidak Berbagai acting yang ditemukan dalam
temuan data pada penelitian ini yaitu pada Sedangkan interaksi di luar kelompok
informan ABO dan informan BEG yang pengguna adalah remaja pengguna NAPZA
ketika berada pada lingkungan sekolah atau tetap melakukan kegiatan social seperti ikut
pertemanan dengan kelompok yang bukan serta dalam kegiatan remaja: panitia lomba
pengguna, informan menunjukkan sikap tujuh belas kemerdekaan, kerja bakti rutin. 5.
seperti remaja normal biasanya mempunyai Di luar kelompok pengguna, pemaja
banyak teman dengan menjadi pribadi yang pengguna NAPZA memiliki perbedaan sikap
sesuai karakter yang dimiliki seperti bercanda dan perilaku tersebut karena untuk menutupi
dengan teman-temannya, bermain bersama, identitas bahwa dirinya merupakan seorang
nongkrong bersama, mengerjakan tugas pengguna, manjamen kesan pun dilakukan
sekolah atau tugas kelompok bersama, dsb. dengan sebaik mungkin seperti tidak akan
Namun informan ABO dan BEG tetap membocorkan identitas diri pada orang yang
menutupi fakta bahwa informan seorang baru dikenal. 6. Pada teori Goffman
pengguna NAPZA, agar dapat diterima di Dramaturgi bahwa ada perbedaan acting yang
kelompok pertemanan tersebut. besar saat actor berada diatas panggung
(front stage) dan dibelakang panggung (back
KESIMPULAN stage) drama kehidupan. Kondisi akting di
Berdasarkan temuan data yang berhasil front stage adalah adanya penonton yang
peneliti peroleh di lapangan mengenai melihat kita dan kita sedang berada dalam
kehidupan sosial remaja pengguna NAPZA kegiatan pertunjukan. Saat itu kita berusaha
di kota Surabaya, dapat ditarik beberapa untuk memainkan peran kita sebaikbaiknya
kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil agar penonton memahami tujuan dari
penelitian diketahui bahwa remaja pengguna perilaku kita. 7. Perilaku pada front stage
NAPZA memiliki dua kelompok dalam ditunjukkan kelima informan adalah menjaga
kehidupan keseahriannya, yakni kelompok sikap sebaik mungkin agar tidak terlihat
pengguna dan kelompok di luar pengguna sebagai pengguna NAPZA, dengan
(lingkungan tempat tinggal, sekolah). 2. memperlihatkan, memanipulasi, mengatur
Perilaku remaja di lingkungan sekitar perilaku sedemikan rupa supaya dapat
pengguna adalah bergaya bicara apa adanya, membaur sebaik mungkin dan dapat terlihat
bertemu dan berkumpul dengan sesama seperti remaja normal kebanyakan juga
pengguna pun tidak setiap hari, bahkan diharapkan bisa diterima oleh lingkungan
terkadang hanya saat merasa stress dan capek atau kelompok sekolah, pertemanan, dll. 8.
dari pekerjaan atau sekolahnya. 3. Interaksi Pada back stage yang dilakukan oleh kelima
dan hubungan yang terjadi dengan kelompok informan dalam penelitian ini adalah dengan
pengguna adalah sebatas saat pesta atau menjadi pribadi yang lebih bebas, terlihat
mengonsumsi NAPZA bersama. Sedangkan karakter asli yang dimiliki, tidak memainkan
di luar kegiatan tersebut ia jarang peran, dan bahkan mempunyai sisi yang
berhubungan. Meskipun sering bersama sangat berbeda jauh ketika berada pada front
dalam kegiatan pesta, tetap memiliki batasan stage yaitu menjadi lebih banyak gurauan,
dan privasi sendiri yang harus dijaga tidak banyak tingkah dan bahkan menjadi pribadi
semua perihal kehidupannya ia ceritakan yang mudah marah atau tersulut emosi. 9.
pada kelompok pengguna. 4. Batasan ini pun Efek yang disebabkan karena NAPZA adalah
dilakukan karena meskipun ada komitmen menyebabkan informan ketika tidak sadarkan
dan kepercayaan, namun tidak sepenuhnya diri karena telah mengkonsumsi NAPZA
percaya pada kelompoknya, karena menjadi emosional, mudah marah bahkan
dikhawatirkan jika nanti salah satu ada yang membuat onar. Seperti yang telah dijelaskan
tertangkap akan terjadi saling lapor melapor. bahwa salah satu informan dalam penelitian
ini menjadi pribadi yang bebas ketika tidak
berada pada front stage yaitu informan ESA
yang sering menjadi emosional dan suka
membuat onar ketika sedang berada pada
back stage atau pada kelompok sesama
pengguna NAPZA.
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. (2014). penelitian kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Peneliatian


Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu . Jakarta: PT. Raja Grafindo persada.
Amanda, M. P. (2017). Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance
Abuse). Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 2. Bandung:
Universitas Padjajaran.
Azwar, S. (2018, November 1). Penyalahgunaan Narkoba. (Online). Retrieved from
Postedon.blogspot.com: (http://Postedon.blogspot.com.April/25/2013.Penyalahgunaan-
NarkobadiKalangan-Remaja-Suatu-Perspektif.html)
Basrowi, S. (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Micro. Surabaya: Insan Cendikia.
Detik, R. (2018, Januari 20). "Ngeri, BNN Catat Jumlah Pelajar Pengguna Narkoba di Surabaya
Melonjak". Retrieved from news.detik.com:
httpa:/news.detik.com/jawatimur/3359919/ngeri-bnn-catat-jumlah-pelajar-pengguna-
narkoba-di-surabaya-melonjak.
Kartini, K. (1992). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, L. J. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Poloma, M. M. (1979). Sosiologi Kontenporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persdada.
Ritzer, G. (2011). Sosisologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.
Ritzer, G. d. (2007). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Sarlito, S. W. (2000). Psikologi Remaja. Jakarta: P.T Grafindo Persada.
Soekanto, S. (2012). Sosiologu suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Wirawan, I. (2012). Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenadamedia.

Anda mungkin juga menyukai